Anda di halaman 1dari 107

SKRIPSI

PENGARUH LATIHAN AEROBIK AKUT


TERHADAP FUNGSI MEMORI JANGKA PENDEK
PADA ANAK SEKOLAH DASAR USIA 9-12 TAHUN
DI SDN NAIKOTEN I KOTA KUPANG

Chlarasinta Benyamin

1308012044

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
2017
SKRIPSI

PENGARUH LATIHAN AEROBIK AKUT


TERHADAP FUNGSI MEMORI JANGKA PENDEK
PADA ANAK SEKOLAH DASAR USIA 9-12 TAHUN
DI SDN NAIKOTEN I KOTA KUPANG

Chlarasinta Benyamin

1308012044

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk


emperoleh gelar Sarjana Kedokteran (S.Ked)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
2017

ii
iii
iv
v
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Yang Bertanda Tangan di Bawah Ini,

Nama : Chlarasinta Benyamin


NIM : 1308012044
Fakultas : Kedokteran
Judul Skripsi : Pengaruh Latihan Aerobik Akut Terhadap Fungsi Memori Jangka
Pendek Pada Anak Sekolah Dasar Usia 9-12 tahun di SDN
Naikoten I Kota Kupang

Dengan ini menyatakan bahwa hasil penulisan Skripsi yang telah saya buat ini
merupakan hasil karya sendiri dan benar keasliannya. Apabila ternyata di
kemudian hari penulisan Skripsi ini merupakan hasil plagiat atau penjiplakan
terhadap karya orang lain, maka saya bersedia mempertanggungjawabkan
sekaligus bersedia menerima sanksi berdasarkan aturan tata tertib di Universitas
Nusa Cendana.
Demikian, pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar dan tidak dipaksakan.

Kupang, 26 Januari 2017

Penulis,

Materai
Rp.6000

(Chlarasinta Benyamin)

vi
vii
viii
ix
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan
perlindunganNya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sesuai dengan waktu
yang direncanakan.

Dalam penulisan skripsi ini, terdapat banyak pihak yang telah


memberikan bantuan kepada penulis. Oleh karena itu penulis ingin
menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Prof. Ir. Fredrik L. Benu, M.Si., Ph.D selaku rektor Universitas Nusa
Cendana.
2. dr. Dyah G.R. Kareri, Sp.KFR., M.Si.Med. selaku pembimbing I yang
memberikan bimbingan, nasehat, dan arahan kepada penulis.
3. dr. Debora S. Liana, Sp.A selaku pembimbing II yang memberikan
bimbingan, nasehat, dan arahan kepada penulis.
4. dr. Derri R. Tallo Manafe, M.Sc selaku penguji yang memberikan
bimbingan, nasehat, dan arahan kepada penulis.
5. Ayah Benyamin Djara, Ibu Marselina Lado, kakak Angga Mario
Benyamin dan Glenstar G. Benyamin yang selalu memberikan doa,
perhatian, kasih sayang, dan motivasinya yang tak ternilai.
6. Kepala sekolah SD Negeri Naikoten 1 Kota Kupang, pegawai tata usaha
dan guru-guru yang mendukung dan membantu penelitan ini.
7. Teman-teman seperjuangan angkatan 2013 (Interna) untuk semangat,
bantuan, perhatian, doa, dan dukungan bagi penulis.
8. Saudari Naoly Lado, Hilda Muti, dan Janet Ledoh yang selalu mendukung
dan mendoakan penulis menyelesaikan skripsi ini.
9. Sahabat Chaerani Salam, Putry A. Bully, Utari Najiah, Megan Tarus
Zuhaifah Inayah, Anggreani Wolagole, Husnaeny Blegur, Mutiara
Handayani, Yovi Maan, Erko, dan Samuel Sari yang memberi dukungan,
masukan dan saran dalam penulisan skripsi ini.

x
10. Badan Pengurus Pemuda Lingkungan VII JPO dan teman-teman pemuda
yang mendukung dan mendoakan.
11. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan oleh
karena itu semua saran dan kritik yang konstruktif sangat diharapkan untuk
perbaikan selanjutnya.

Akhir kata semoga skripsi ini dapat membawa manfaat bagi


perkembangan ilmu pengetahuan.

Kupang, Januari 2017

Penulis

xi
RIWAYAT HIDUP

Nama : Chlarasinta Benyamin


Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat/tanggal lahir : Kupang, 26 Juni 1996
Agama : Kristen Protestan
Alamat rumah : Jalan Bhakti Besi Kelurahan Oebobo, Kecamatan
Oebobo
Alamat Email : butterflyaway_chlara@yahoo.com

Pendidikan Formal :
TK (2001-2002) : TK St. Yoseph
SD (2002-2008) : SDK St. Yoseph 3 Kupang
SMP (2008-2011) : SMP Negeri 2 Kupang
SMA (2011-2013) : SMA Negeri 1 Kupang
Perguruan Tinggi (2013-2017) : Fakultas Kedokteran Universitas
Nusa Cendana Kupang

Pengalaman organisasi :

1. Sekretaris Komisi 1 BLM Fakultas Kedokteran Universitas Nusa Cendana


(2016-2017)

xii
Pengaruh Latihan Aerobik Akut Terhadap Fungsi Memori Jangka Pendek
Pada Anak Sekolah Dasar Usia 9-12 Tahun di SDN Naikoten I Kota Kupang

Chlarasinta Benyamin1 Dyah G.R. Kareri2 Debora S. Liana3


1
Fakultas Kedokteran Universitas Nusa Cendana.
(butterflyaway_chlara@yahoo.com)
2
Bagian Rehabilitasi Medik Fakultas Kedokteran Universitas Nusa Cendana
3
Bagian Anak Fakultas Kedokteran Universitas Nusa Cendana

ABSTRAK

Latar belakang Kecepatan perkembangan kognitif bergantung pada derajat


aktivitas memori jangka pendek. Memori jangka pendek adalah kapasitas yang
secara aktif menyimpan informasi dalam jumlah yang terbatas dan berperan dalam
kesadaran mental. Memori menggambarkan kapasitas seseorang untuk belajar dan
berhubungan erat dengan peran hipokampus. Proses belajar bergantung pada
integrasi antara pengetahuan sebelumnya dengan informasi baru dari lingkungan.
Latihan aerobik merupakan salah satu aktivitas yang dapat menstimulasi kognitif
pada anak.
Tujuan Membuktikan pengaruh latihan aerobik akut terhadap memori jangka
pendek pada anak sekolah dasar usia 9-12 tahun.
Metode penelitian Penelitian dengan desain kuasi eksperimental mengambil
subjek berusia 9-12 tahun di SDN Naikoten 1 Kota Kupang dengan 23 anak pada
kelompok kontrol dan 23 anak kelompok perlakuan. Latihan aerobik akut dengan
intensitas moderat diberikan kepada kelompok perlakuan kemudian diukur fungsi
memori jangka pendek sebelum dan sesudah perlakuan menggunakan digit span.
Hasil Hasil menunjukan terdapat perubahan nilai semua skor tes pada kelompok
perlakuan, namun hanya didapatkan perbedaan bermakna pada selisih skor tes
digit backward (p=0,031).
Kesimpulan Tidak terdapat pengaruh latihan aerobik akut terhadap memori
jangka pendek pada anak sekolah dasar usia 9-12 tahun.

Kata kunci: Aerobik akut, memori jangka pendek

xiii
Effect of Acute Aerobic Exercise to Short Term Memory Function on 9-12th
Years Old Student of Public Elementary School in Kupang City

Chlarasinta Benyamin1 Dyah G.R. Kareri2 Debora S. Liana3


1
Faculty of Medicine Nusa Cendana University
(butterflyaway_chlara@yahoo.com)
2
Division of Medical Rehabilitation Faculty of Medicine Nusa Cendana
University
3
Division of Pediatric Faculty of Medicine Nusa Cendana University

ABSTRACT

Background The Velocity of cognitive development rely on the level of short


term memory. Short term memory is an active memory storage capacity which
actively saving information in a limit capacity and has an important role of mental
consciousness. Memory describes the capacity of learning and it has a strong
relation of the hippocampus role. Learning process depends on the integrity
between previous knowledge with recent information from the environments.
Aerobic exercise is a kind of activity which can stimulates childrens cognition.
Objective
Prove an Acute Aerobic Exercise on childs short term memory on 9-12th years
old.
Method A study with Quasi experimental design has been made concluded by 9-
12 years old students from Naikoten 1 public elementary school, the students are
divided to 2 groups consist of 23 in control group and with the same amount in
treated group. Acute Aerobic exercise with moderate intensity has been given to
the treated group than their short term memory function were taken and been
measured using digit span.
Results showed a value changes in all test score from treated group, meanwhile
only by using digit backward which has a significant results.
Conclusion there was no acute effect of aerobic exercise on short-term memory in
children aged 9-12th years old.

Key words: Acute aerobic, short term memory

xiv
1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Perkembangan kognitif dini dihubungkan dengan pengembangan memori,

keterampilan sosial, kemampuan berbahasa, penalaran logis, perencanaan dan

pemecahan masalah.1 Perkembangan kognitif dapat dipengaruhi oleh faktor

lingkungan dan faktor pribadi.2,3 Fungsi kognitif dalam behaviour neurology

dibagi menjadi lima domain kognitif yaitu atensi, bahasa, memori, pengenalan

ruang, dan fungsi eksekutif.4 Para ahli berpendapat kecepatan kognitif bergantung

pada derajat aktivitas memori jangka pendek seperti menyelesaikan operasi

matematika.5,6

Memori jangka pendek adalah kapasitas yang secara aktif menyimpan

informasi dalam jumlah yang terbatas dan berperan dalam kesadaran mental.

Informasi baru yang diterima dari lingkungan disimpan dalam memori, diaktivasi,

dan dikombinasikan dengan memori lama yang sudah terbentuk. Memori

menggambarkan kapasitas seseorang untuk belajar dan berhubungan erat dengan

peran hipokampus. Proses belajar bergantung pada integrasi antara pengetahuan

sebelumnya dengan informasi baru dari lingkungan.5,6

Penelitian Hannula dan Ranganath tahun 2008 membuktikan bahwa hasil MRI

(Magnetic Imaging Resonance) menunjukan keterlibatan hipokampus ketika otak

menjalankan fungsi memori jangka pendek. Hipokampus berperan dalam

menggabungkan informasi yang saling berkaitan, tetapi sampai saat ini bagaimana

hipokampus mendukung peran ini belum dapat dijelaskan.7


2

Aktivitas fisik dapat mempengaruhi fisiologi otak dengan cara meningkatkan

pertumbuhan kapiler otak, aliran darah, oksigenasi, produksi neurotrophin,

pertumbuhan sel-sel neuron di hipokampus (pusat belajar dan memori), jumlah

neurotransmiter, membangun koneksi antar neuron, dan volume jaringan otak.

Perubahan ini meningkatkan kemampuan kognitif.8 Penelitian Ratey dan Loehr

tahun 2001 mendukung pernyataan ini bahwa aktivitas fisik berdampak positif

pada fungsi kognitif yang berkaitan dengan usia.9

Latihan aerobik merupakan salah satu aktivitas yang dapat menstimulasi

kognitif pada anak. Hasil penelitian Davis tahun 2007 menunjukkan bahwa lama

waktu melakukan aktifitas fisik memberi pengaruh terhadap fungsi kognitif. Hasil

penelitian tersebut menunjukkan aktivitas fisik selama 40 menit lebih signifikan

memperbaiki fungsi kognitif dibandingkan dengan aktivitas fisik selama 20

menit.8,10

Teori Peaget tentang perkembangan kognitif, anak usia 9-12 tahun sudah

dapat mengelompokkan informasi yang diterima dan dapat berpikir secara logis.

Penelitian terbaru menyatakan bahwa olahraga aerobik rutin memberikan indikasi

bahwa olahraga aerobik mempunyai hubungan dengan struktur dan fungsi otak

pada anak usia 9-12 tahun.9,10

Memori jangka pendek sering diukur dengan tes digit span yang merupakan

bagian dari skala intelegensi Wechsler untuk anak (Weschler Intelligence Scale

for Children-Resived, WISC-R). Komponennya berupa deretan angka maju (digit

forward) maupun angka mundur (digit backrward). Tes digit span biasanya

menggunakan indra pendengaran.11


3

Penelitian maupun studi literatur yang menghubungkan antara latihan aerobik

akut terhadap fungsi kognitif yang berdampak pada peningkatan volume

hipokampus yang berperan penting untuk pembentukan memori jangka pendek

pada anak masih sedikit oleh karena itu penulis tertarik untuk melihat pengaruh

latihan aerobik akut terhadap memori jangka pendek pada anak usia 9-12 tahun.

1.2. Rumusan Masalah

Apakah latihan aerobik akut dapat meningkatkan memori jangka pendek pada

anak sekolah dasar usia 9-12 tahun?

1.3.Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Membuktikan pengaruh latihan aerobik akut terhadap memori jangka

pendek pada anak sekolah dasar usia 9-12 tahun.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Menganalisis perubahan nilai pre test dan post test digit span anak pada

kelompok perlakuan dan kelompok kontrol.

2. Menganalisis perubahan nilai pre test dan post test digit forward anak

pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol.

3. Menganalisis perubahan nilai pre test dan post test digit backrward anak

pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol.

4. Menganalisis perubahan selisih nilai tes digit span sebelum dan sesudah

dilakukan latihan aerobik akut dibandingkan dengan kelompok kontrol.


4

5. Menganalisis perubahan selisih nilai tes digit forward sebelum dan

sesudah dilakukan latihan aerobik akut dibandingkan dengan kelompok

kontrol.

6. Menganalisis perubahan selisih nilai tes digit backrward sebelum dan

sesudah dilakukan latihan aerobik akut dibandingkan dengan kelompok

kontrol.

1.4.Manfaat Penelitian

1. Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya kepustakaan tentang latihan

aerobik akut dan dapat menjadi titik tolak penelitian lebih lanjut.

2. Bila penelitian ini terbukti kebenarannya, diharapkan dapat meningkatkan

kualitas anak-anak Indonesia berupa peningkatan memori jangka pendek

anak.
5

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Memori

Memori (daya ingat) adalah kemampuan individu untuk menyimpan informasi

dan dapat dipanggil kembali untuk digunakan.12 Memori menjadi unsur yang

penting dari perkembangan kognitif, karena proses belajar individu melibatkan

memori. Memori membuat individu mampu menyimpan informasi yang diterima

sepanjang waktu. Seseorang tidak dapat merefleksikan dirinya sendiri tanpa

memori, karena pemahaman diri sendiri sangat tergantung pada suatu kesadaran

yang berkesinambungan, yang hanya dapat terproses dengan baik dengan adanya

memori.13

Seseorang yang ingin mengingat informasi yang diterimanya harus melalui

tiga tahap proses mengingat, yaitu: 12, 14

1. Belajar (learning) sebagai tahap pertama proses mengingat berupa

encoding, penyandian atau mencatat informasi.

2. Retensi (retention) sebagai tahap kedua proses mengingat untuk

menyimpan informasi (storage) yang telah diperoleh.

3. Retrival (retrieval) sebagai tahap ketiga proses mengingat untuk mencari

kembali informasi yang telah disimpan (decoding).

Secara psikologis model penyimpanan memori berkaitan dengan rentang

waktu memori yang dapat dipertahankan terbagi dalam tiga golongan:12


6

1. Memori sensori (sensory memory)

2. Memori jangka pendek (short term memory)

3. Memori jangka panjang (long term memory)

2.1.1. Memori sensori

Memori sensori mengacu pada proses awal penerimaan informasi baku dari

lingkungan yang akan dibentuk dalam jangka waktu singkat (beberapa detik).

Sebagai contoh ketika kita mendengar suara gitar, suara itu akan ditangkap oleh

memori sensorik dalam satu sampai dua detik. Apa yang kita lakukan selanjutnya

menentukan yang terjadi pada memori sensorik tersebut. Memori sensorik dapat

menghilang begitu saja atau diteruskan ke memori jangka pendek.45

2.1.2. Memori Jangka Pendek

Memori jangka pendek merupakan penyimpanan sementara peristiwa atau

item yang diterima dalam waktu singkat, yaitu kurang dari beberapa menit,

biasanya dapat lebih singkat (dalam beberapa detik). Memori jangka pendek tidak

permanen, penyimpananya akan terhapus dalam waktu singkat, kecuali jika

dilakukan upaya secara khusus, seperti mengulang-ngulang.12,14

Memori jangka pendek dicirikan oleh ingatan mengenai 5 sampai 10 item (7

2 item) selama beberapa detik sampai beberapa menit.11 Dalam kepustakaan lain

disebutkan bahwa memori jangka pendek menyimpan informasi selama 15 hingga

30 detik, dengan asumsi tidak ada latihan atau pengulangan. Memori jangka

pendek ini sering diukur dalam rentang memori (memory span) yaitu jumlah item

yang dapat diulang kembali denagn tepat sesudah satu penyajian tunggal. Materi

yang dipakai berupa angka, huruf atau simbol. Tes rentang memori pada
7

umumnya dimasukan ke dalam tes intelegensi yang dibakukan item-itemnya.

Dengan menggunakan tes ini, terbukti bahwa rentang memori meningkat

bersamaan dengan tumbuhnya anak menjadi lebih besar.13

Memori jangka pendek memiliki peran penting dalam pikiran sadar. Jika

secara sadar kita mencoba memecahkan suatu masalah, kita sering menggunakan

memori jangka pendek sebagai ruang kerja mental dan menggunakannya untuk

menyimpan bagian-bagian masalah serta informasi yang diambil dari memori

jangka panjang yang relevan dengan masalah. Untuk mengilustrasikanya, pada

saat mengalikan 35 dan 8 dalam pikiran, dibutuhkan memori jangka pendek untuk

menyimpan angka yang dimaksud (35 dan 8), sifat operasi yang diperlukan

(perkalian) dan fakta aritmatika seperti 8 x 5 = 40 dan 3 x 8 = 24. Percobaan

lainya menyebutkan bahwa memori jangka pendek digunaan bukan hanya untuk

masalah numerik tetapi juga dalam keseluruhan masalah kompleks yang sering

dihadapi termasuk dalam kegiatan berbahasa. Karena alasan ini, memori jangka

pendek sering disebut sebagai memori kerja (working memory). 11

Fungsi lain adalah bahwa memori jangka pendek merupakan stasiun

perhentian ke memori jangka panjang. Artinya, informasi mungkin berada di

memori jangka pendek sementara ia sedang disandikan menjadi memori jangka

panjang. Salah satu teori yang membahas transfer dari memori jangka pendek

menjadi memori jangka panjang dinamakan dual memory model. Model ini

berpendapat bahwa jika informasi memasuki memori jangka pendek, ia dapat

dipertahankan dengan pengulangan atau hilang karena pergeseran atau

peluruhan.11
8

2.1.3. Memori Jangka Panjang

Memori jangka panjang mengacu pada proses menyimpan informasi dalam

jumlah tidak terbatas dalam jangka waktu lama.45 Memori jangka panjang

merupakan penyimpanan informasi mencakup pengalaman dan informasi hasil

belajar yang dipertahankan dalam waktu yang lama untuk digunakan kembali

apabila informasi tersebut diperlukan.46

2.1.4. Hubungan Memori Sensorik, Memori Jangka Pendek, dan Memori

Jangka Panjang

Informasi baru yang kita dengar diterima oleh memori sensorik dalam

beberapa detik atau kurang. Informasi yang baru diterima akan menghilang jika

tidak diberi perhatian, sebaliknya kita memberi perhatian pada bagian informasi

yang tangkap oleh memori sensorik, secara otomatis akan dirubah menjadi

memori jangka pendek. Memori jangka pendek disimpan menjadi memori jangka

panjang jika dilakukan upaya seperti mengingat berulang-ulang. Memori ini akan

disimpan permanen dan dapat dipanggil kembali (recall).45

Sumber : Rod Plotnik, Haig Kouyoumdjian. Introduction to Psychology. Halaman 240.

Gambar 2.1. Hubungan memori sensorik, memori jangka pendek, dan memori
jangka panjang.
9

2.1.5.Fungsi Memori Jangka Pendek

Memori jangka pendek menyimpan sejumlah informasi yang secara otomatis

terhapus dalam waktu singkat dan diganti oleh informasi baru dan terus berlanjut.

Memori jangka pendek juga disebut memori kerja (working memory) yang

mengindikasikan sebuah proses aktif. Menurut Pessoa dan Ungerleider tahun

2004 menemukan bahwa daerah korteks frontal khususnya area prefrontal pada

otak juga mengatur fungsi memori jangka pendek. Tiga poin yang berperan

penting dalam mengingat memori jangka pendek:45

1. Attending

Sejumlah besar informasi memasuki memori sensorik kemudian tidak

diberikan stimulus, informasi yang masuk secara otomatis akan hilang.

Informasi sensorik yang menjadi memori jangka pendek akan diproses

lebih lanjut.

2. Rehearsing

Informasi yang diterima oleh memori jangka pendek bersifat sementara

kecuali dengan latihan dan pengulangan. Hal ini memungkinkan kita untuk

menyimpan informasi untuk waktu singkat sampai kita memutuskan apa

yang harus dilakukan dengan informasi tersebut. Jika kita berlatih,

informasi dalam memori jangka pendek akan disimpan.


10

Sumber : Rod Plotnik, Haig Kouyoumdjian. Introduction to Psychology. Halaman 243.

Gambar 2.2 Rehearsing.

3. Storing

Berlatih tidak hanya membantu menyimpan memori jangka pendek tetapi

juga membantu membuat pengkodean pada informasi jangka panjang yang

berperan ketika proses recall.

2.2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Memori

2.2.1. Usia

Penggunaan tes memory span terbukti dapat meningkatkan memori bersamaan

dengan tumbuhnya anak menjadi lebih besar. Rentang memori anak meningkat

dari sekitar 2 digit pada usia 2 hingga 3 tahun dan sampai sekitar 5 dikgit pada

usia 7 tahun. Tetapi antara usia 7 hingga 13 tahun, renatang memori hanya

meningkat 1,5 digit.13

Terjadi perbedaan dalam rentang memori karena perbedaan usia salah satunya

disebabkan karena anak-anak yang lebih tua lebih banyak mengulang angka-

angka dari pada anak-anak yang lebih muda. Kecepatan dan efisiensi pemrosesan

informasi juga berperan, terutama kecepatan dalam item-item ingatan yang bisa

diidentifikasi.13
11

Masuknya anak ke sekolah dasar membuat kemampuan kognitifnya turut

mengalami perkembangan yang pesat. Karena dengan masuk sekolah berarti

minat anak bertambah luas dan dengan meluasnya minat. Dalam keadaan normal,

pikiran anak usia sekolah berkembang secara bertahap. Jika pada masa

sebelumnya daya pikir anak masih bersifat imajinatif dan egosentris, maka pada

usia sekolah dasar daya pikir ini akan berkembang ke arah berpikir konkrit,

rasional, dan objektif. Daya ingatnya menjadi kuat, sehingga anak benar-benar

berada dalam suatu proses belajar.13

Sangat penting untuk memahami plastisitas otak. Neuroplastisitas mengacu

pada perubahan-perubahan struktural dan fungsional pada otak yang disebabkan

oleh latihan dan pengalaman. Plastisitas otak menjadi maksimal pada beberapa

tahun pertama kehidupan, namun berlanjut dengan kecepatan yang lebih lambat

seumur hidup. Plastisitas ini lebih tinggi pada beberapa bagian otak bila

dibandingkan dengan bagian otak yang lain, dan lebih tinggi pada periode-periode

waktu tertentu dalam kehidupan dibanding periode lain.15

Pengalaman-pengalaman sensorik, stimulasi dan pajanan bahasa selama

periode ini dapat menentukan sinaptogenesis, mielinisasi, dan hubungan sinaptik.

Prinsip-prinsip use it or lose it dan use it and grow it merupakan dasar

prinsip-prinsip plastisitas otak. Ketika sel-sel aktif bersama-sama maka sinaps-

sinaps akan diperkuat dan dipertahankan. Penguatan dan pemeliharaan neuron-

neuron ini sangat bergantung pada aktivitas. Neuron-neuron dan sinaps-sinaps

yang teraktivasi berulang-ulang akan dipertahankan. Teori ini didukung oleh

fenomena long term potentiation (LTP). Percobaan LTP, stimulasi frekuensi


12

tinggi yang padat dalam waktu singkat menungkatkan respon neuron-neuron post

sinaptik dan presinaptik. Penguatan ini dapat bertahan hingga berminggu-minggu,

bergantung pada jumlah, durasi, frekuesnsi, dan intensitas stimulasi

penginduksinya. Terjadinya aktivitas neuron-neuron prasinaptik dan postsinaptik

secara bersama-sama sangat penting untuk LTP. Penelitian terhadap LTP

menunjukan bahwa fasilitasi sinaptik mampu menyimpan penngalaman-

pengalaman untuk jangka waktu yang relatif lama.15

Perkembangan otak terjadi secara berurutan dan teratur. Neurogenesis diikuti

oleh proliferasi, migrasi, agregasi nuron, kemudian diikuti oleh pertumbuhan

akson dan pembentukan sinaps. Sebagian besar dari aktivitas-aktivitas ini terjadi

pada periode-periode antenatal. Setelah lahir sinaptogenensis dan mielinisasi

berlanjut dengan cepat hingga akhir tahun kedua. Proses neurogenesis,

sinaptogenesis dan mielinisasi tetap terjadi tetapi lebih lambat.15

Pada saat lahir, local cerebral metabolic rates of glucose utilization

(LCMRglc) sekitar 30% lebih rendah disbandingkan denagn dewasa. Antara lahir

hingga 3-4 tahun, korteks serebri menunjukan peningkatan LCMRglc hingga dua

kali lipat dewasa. Usia 4 hingga 9-10 tahun, LCMRglc korteks serebri berada

dalam kondisi plateu tinggi hingga lebih dari dua kali dewasa. Selain itu, rerata

penggunaan oksigen serebri 1,3 kali lebih tinggu dibandingkan dewasa. Pada usia

9-10 tahun, LCMRglc korteks serebri mulai menurun dan secara gradual

mencapai puncak pada 16-18 tahun. Semua region korteks serebri menunjukan

perubahan yang sama pada LCMRglc.16


13

Ontogeni metabolisme glukosa tersebut tampaknya mempunyai implikasi

mendalam pada penelitian perkembangan otak manusia, plastisitas dan

kemungkinan psikopatologi anak. Sebuah hipotesis dikemukakan bahwa pada

umur sekitar 10 tahun saat LCMRglc korteks serebral mulai menurun,

perkembangan plastisitas otak juga mulai berkurang pada anak. Dicontohkan pada

anak dengan lingkungan bahasa yang kurang sejak lahir, masih dapat memperoleh

kemampuan berbahasa yang cukup baik hanya bila diberikan terapi wicara

intensif sebelum umur 10 tahun. 16

2.2.2. Genetik

Karakteristik molekular gangguan gen tunggal atau abnormalitas kromosomal

yang menghasilkan abnormalitas kognitif dan varian genetik yang bertanggung

jawab terhadap varian dalam kemampuan intelektual dapat memberi wawasan

terhadap proses biologi fungsi kognitif manusia. Keberhasilan dalam menemukan

mutasi yang menyebabkan retardasi mental belum dapat diimbangi dengan

pengertian bagaimana gen-gen tersebut mempengaruhi kognitif. Mutasi genetik

dengan fenotip kognitif dan perilaku mempunyai efek spesifik pada sistem yang

berbeda-beda tetapi hubunganya belum diketahui.17

Para peneliti dari NIH (National Institutes of Health, Amerika Serikat)

menemukan bahwa orang dengan gen met BDNF (brain derived nurotrophic

factor) mempunyai nilai yang lebih buruk pada tes memori episodik. Selain itu

orang dengan gen tersebut menunjukkan aktivitas hipokampus yang berbeda dari

orang normal dan mempunyai kesehatan saraf yang lebih buruk dari orang

normal. Disebut gen met karena terdapat sekuens asam amino methionin pada
14

lokasi di mana biasanya terdapat valin pada gen BDNF orang nomral. Pencitraan

MRI digunakan untuk mengukur tingkat marker N-asetil-aspartat (NAA) di dalam

neuron yang menunjukkan kesehatan sel dan jumlah sinaps. Subyek dengan 1

kopi met BDNF mempunyai jumlah marker yang lebih sedikit dibandingkan

dengan individu dengan dua salinan val. Analisis menunjukan bahwa tingkat

NAA menurun bersamaan dengan meningkatnya jumlah metionin.18

2.2.3. Status Gizi

Kecukupan zat gizi pada anak merupakan prasyarat yang sangat penting dalam

perkembangan anak termasuk di dalamnya perkembangan otak. Zat gizi yang

dibutuhkan untuk perkembangan otak bukan hanya zat gizi makro tetapi juga zat

gizi mikro. Anak yang mengalami kurang nutrisi terutama selama periode kritis

pertumbuhan otak akan mempunyai nilai yang lebih rendah pada tes

perbendaharaan kata, pemahaman bacaan, aritmetika, dan pengetahuan umum

serta mengalami gangguan perkembangan motorik.19,20 Kurang nutrisi pada masa

bayi dan anak dini mempunyai efek yang merugikan pada perkembangan kognitif

dan tingkah laku anak.21

Selain itu kuranganya nutrisi dapat dialami baik saat prenatal maupun pasca

natal. Nutrisi yang tidak adekuat pada ibu hamil dapat menyebabkan hambatan

pertumbuhan otak dalam janin serta akan lahir bayi dengan berat lahir rendah.

Cacat fisik, pengulangan kelas dan gangguan belajar lebih sering pada anak

dengan berat lahir rendah begitu juga dengan tingkat intelegensi serta nilai

matematika dan bahasa.22


15

Kekurangan nutrisi selama periode pasca natal dini menghasilkan perlambatan

bermakna dari laju pertumbuhan sistem saraf pusat, dengan berat otak yang lebih

rendah, korteks serebri yang lebih tipis, jumlah neuron yang lebih sedikit,

kurangnya mielinisasi, percabangan dendrit.23

Gangguan gizi pada anak dapat mempengaruhi perkembangan baik fisik

maupun mentalnya. Anak yang menderita gangguan gizi berat memperlihatkan

tanda-tanda apatis, kurang menunjukkan perhatian terhadap sekitar dan lambat

bereaksi terhadap suatu rangsangan. Umumnya anak yang menderita gangguan

gizi membutuhkan lebih banyak waktu untuk belajar dibandingkan anak normal.

Anak-anak ini juga lebih mudah mendapat infeksi sekunder akut atau kronik

maupun anemia.24

Diperkirakan 10% dari total seng berada di otak dan berada pada neuron di

hipokampus yaitu menempati lumen vesikel sinaps yang berisi glutamat. Seng

ikut berperan dalam neuromodulator pada glutaminergik sinaps. Telah diteliti

bahwa bila terjadi defisiensi seng maka akan terjadi gangguan terhadap

penghantaran stimulus yang diterima oleh akson dan badan neuron sehingga

terjadi gangguan memori.25

Defisiensi besi merupakan gangguan zat gizi mikro yang paling banyak

dijumpai, terutama wanita usia subur dan anak usia pra-sekolah. Apabila tidak

diperbaiki, dapat terjadi anemia yang menyebabkan menurunya kemampuan

belajar dan meningkatkan risiko terjadinya infeksi.20

Bayi dengan Hb kurang dari 15g/dL secara signifikan mempunyai skor

perkembangan motorik yang lebih rendah, sedangkan bayi dengan Hb kurang dari
16

10 g/dL mempunyai skor perkembangan mental dan motorik yang lebih rendah.

Dilaporkan bahwa bayi dengan anemia yang berkepanjangan mengalami

perkembangan yang lebih buruk dibandingkan yang hanya mengalami anemia

untuk periode waktu yang singkat.22

Anak yang anemi saat bayi, mempunyai tingkat perkembangan mental yang

lebih buruk beberapa tahun kemudian, bahkan ketika defisiensi besinya telah

diobati. Anak yang dulunya anemi antara umur 12-23 bulan, dapat mempunyai

skor yang lebih rendah dibandingkan kontrol pada hampir semua tes motorik dan

kognitif.22

Kekurangan yodium pada bayi dan anak-anak menyebabkan timbulnya

kemunduran mental, terlambatnya perkembangan motorik, gangguan otot dan

saraf, gangguan bicara, pendengaran serta pertumbuhan yang terhambat.

Defisiensi yodium juga merupakan faktor penting timbulnya kerusakan otak dan

mental di dunia.20

Penilaian status gizi secara langsung dpat dibagi menjadi empat penilaian

yaitu antropometri, klinis, biokimia, dan biofisik. Secara umum antropometri

artinya ukuran tubuh manusia. Ditinjau dari sudut pandang gizi, maka

antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi

tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi.

Antropometri secara umum digunakan untuk melihat ketidakseimbangan asupan

protein dan energi. Ketidakseimbangan terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan

proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot, dan jumlah air dalam tubuh. 26
17

Parameter antropometri merupakan dasar dari penilaian status gizi. Kombinasi

antara beberapa parameter disebut indeks antropometri. Beberapa indeks

antropometri yang sering digunakan adalah berat badan menurut usia, tinggi

badan menurut usia dan berat badan menurut tinggi badan. 27

2.2.4. Stimulasi

Dalam periode perkembangan anak yaitu periode kritis antara 0 3 tahun

diperlukan rangsangan atau stimulasi yang berguna untuk meningkatkan potensi

yang ada pada anak, termasuk perkembangan memori. Setelah periode kritis tetap

diperlukan stimulasi. Telah diteliti bahwa semakin banyak stimulasi yang diterima

seorang anak di lingkungan rumah maupun formal akan mempengaruhi fungsi

kognitif anak terlihat dengan korteks cerebri yang lebih tebal, percabangan dendrit

dan pertumbuhan spina yang lebih banyak. 4,28,29

Home Observation for Measurement of the Environtment-Short Form

(HOME-SF) merupakan pengukuran utama kualitas lingkungan anak, termasuk

dalam survey anak NLYD (National Longitudinal Survey of Youth) di Amerika.

Berbagai penelitian telah mendokumentasikan bahwa HOME-SF merupakan

pengukuran yang sensitif terhadap perubahan lingkungan keluarga dan

kemampuan parenting. Home Observation for Measurement of the Environtment-

Short Form (HOME-SF) terdiri dari dua subskala yang mengukur stimulasi

kognitif dari lingkungan anak dan dukungan emosional keluarga. Berbagai

penelitian sebelumnya yang menggunakan data NLSY telah menunjukan validitas

dan reliabilitas HOME-SF dan kedua subskalanya skor HOME-SF dikategorisasi


18

sebagai rendah (< presentil 15), menengah (persentil 15-85), dan tinggi (>

persentil 85).30,31

2.2.5. Infeksi

Infeksi seperti gastroenteritis, infeksi traktus respiratorius merupakan penyakit

yang sering terjadi. Diperkirakan anak di bawah umur 5 tahun di Negara

berkembang menderita 3,5 episode diare tiap tahun dan empat sampai sembilan

episode infeksi traktus respiratorius pada 2 tahun pertama kehidupan.22

Infeksi mempengaruhi perkembangan anak melalui beberapa mekanisme yang

berbeda. Masukan diet yang menurun menyebabkan anoreksia, malabsorbsi.

Anemia dan defisiensi besi menyebabkan rentan terhadap infeksi, hemolisis dan

perdarahan dalam saluran cerna yang berhubungan dengan beberapa infestasi

cacing. Walaupun efek infestasi cacing pada fungsi mental dan prestasi sekolah

masih belum jelas, tetapi sudah dilaporkan hubunganya dengan skor uji performa

mental termasuk fungsi memori hangka pendek dan prestasi sekolah yang rendah

pada anak usia sekolah.27

2.2.6. Brain Injury

Brain injury pada anak dapat berasal dari trauma kepala atau terjadi selama

masa rawan saat periode pertumbuhan cepat otak janin dari trauma prenatal, saat

persalinan, atau pada saat pasca natal dari hipoksia, infeksi susunan saraf pusat

(meningitis, ensefalitis), penyakit serebrovaskular seperti stroke, gangguan

metabolik (seperti fenilketonuria), alkohol, berasal dari pengobatan (operasi atau

radiorerapi otak)32 atau dari intoksikasi logam berat berupa masalah yang
19

berhubungan dengan fungsi fisik, perilaku, emosi, dan kognitif termasuk di

antaranya adalah fungsi belajar dan mengingat.32,33

2.2.7. Epilepsi

Epilepsi merupakan masalah besar dan lebih sering terjadi pada usia dini

dibandingkan usia selanjutnya, namun insidens yang tepat belum diketahui

dengan pasti. Secara keseluruhan insidens tahunan dalam dekade pertama

kehidupan diperkirakan mencapai 60 per 100.000 dengan prevalensi 3 per 1000.34

Kesulitan mengingat pada individu dengan epilepsi sudah dikenal dengan baik

dan mereka mencari pengobatan untuk masalah dalam mengingat lebih banyak

dari pada gangguan lain. Epilepsi dapat mengganggu fungsi memori melalui

beberapa jalan yaitu tumor atau lesi yang mendasari penyakit, bangkitan kejang

atau aktifitas elektrik otak yang berlebihan serta dapat berasal dari pengobatan

anti epilepsi. Obat-obatan anti epilepsi memang diharapkan akan mengurangi

bangkitan kejang tetapi di sisi lain dapat mempengaruhi kecepatan otak dalam

memproses informasi.35

2.2.8. Stres
Dalam pengertian umum, stress terjadi jika orang dihadapkan dengan

peristiwa yang mereka rasakan sebagai sesuatu yang mengancam kesehatan fisik

atau psikologinya. Peristiwa tersebut biasanya dinamakan stesor, dan reaksi orang

terhadap peristiwa tersebut dinamaakn respon stress. Ancaman yang datang

membuat tubuh berespon dengan mengeluarkan bahan-bahan kimia yang kuat

yang menjadikan seluruh sistem tubuh berada dalam kesigapan tinggi untuk

menghadapi ancaman dan akan menimbulkan respon lari atau melawan (fight or
20

flight response). Reaksi emosional akan membuat kesulitan berkonsentrasi dan

mengorganisasikan pikiran secara logis.11,32,37

Respon bertahan hidup diatur oleh batang otak, dengan memproduksi

adrenalin, disekresi oleh sistem otonom simpatis dan medula adrenal. Adrenalin

menguatkan pertahanan tubuh primer dengan meningkatkan aliran darah ke

jantung, paru, dan otot-otot besar terutama otot-otot ekstremitas, menjauhi organ-

organ lainya termasuk otak.36

Selain itu terjadi pula penurunan potensial membran di seluruh tubuh dari

normalnya -70 mv menjadi -60 mv atau lebih, sehingga hanya dibutuhkan

stimulus yang relatif kecil untuk mengaktifkan sistem pertahanan tubuh. Potensial

membran yang rendah membuat kita lebih sigap terhadap stimulus yang kecil dan

melumpuhkan kemampuan untuk fokus secara selektif, pada saat itu proses

belajar menjadi sulit. Penelitian pada hewan menunjukan atrofi dendrit dan

menekan neurogenesis serta mengganggu proses spatial learning dan memori.36,37

Selama stres, korteks adrenal akan mensekresi kortisol, yang meningkatkan

kadar gula darah untuk meyediakan energi yang dibutuhkan. Kortisol juga

mempunyai efek bifastik terhadap eksitabilitas hipokampus serta fungsi kognitif

dan memori. .Ditemukan pula peningkatan kortisol yang progresif berhubungan

dengan penurunan volunter hipokampus dan penurunan performa tes memori

yang berhubungan dengan hipokampus. Stres juga mengaktivasi locus coeruleus

(LC) yang meningkatkan pengeluaran norepinefrin. Peningkatan aktivasi ini

menyebabkan ketakutan dan kecemasan kronik, dan gangguan memori. 36,38,39


21

Pada sistem serotonergik (5-hydroxytryptamin, 5-HT), stres juga akan

menghasilkan peningkatan pergantian 5-HT pada korteks prefrontal, nucleus

accumbens, amygdale dan hipotalamus lateral. Pengeluaran serotonin dapat

mempeunyai efek anxiogenic dan anxiolytic, tergantung region otak yang terlibat

dan reseptor yang teraktifasi. Efek anxiogenic dimediasi oleh reseptor 5-HT2A,

sedangkan stimulasi reseptor 5-HT1A berefek antiaxiolytic dan mungkin juga

berhubungan dengan respon adaptif terhadap peristiwa yang tidak disukai.38,40

2.3. Uji Memori Jangka Pendek

Tes Digit span merupakan bagian dari skala intelegensi Wechsler untuk anak

(Wechsler Intelligence Scale for Children-Revised, WISC-R) usia 6-18 tahun.

Digit span adalah pengukur fungsi memori jangka pendek. Media yang digunakan

untuk pengukuran Digit span dapat berupa audio, visual, atau audio visual. Digit

span terdiri dari dua indikator yaitu Digit forward dan Digit backrward. Sederetan

angka diucapkan oleh penguji dengan kecepatan satu angka per detik, dan segera

sesudahnya anak diminta untuk mengingat dan mengulang deretan angka tersebut

baik maju (Digit forward) maupun mundur (Digit Backrward). Digit forward

dilakukan dengan meminta anak mengulang angka-angka dalam satu seri dari

angka pertama sampai terakhir secara benar, setiap seri terdiri dari minimal 3 digit

sampai 8 digit. Anak yang tidak mampu menjawab maka akan tetap berada pada

seri tersebut. Setiap digit ada 2 bagian, apabila anak tidak dapat menjawab bagian

pada satu seri, maka dilanjutkan ke bagian kedua pada seri yang sama tersebut.

Digit backrward sama halnya dengan Digit forward, tetapi pada Digit backrward

anak diminta mengulang digit dari belakang ke depan secara benar.11,41


22

Penilaian dari Digit span adalah menjumlahkan jumlah digit yang bisa diingat

dan diucapkan oleh anak. Anak yang dapat mengingat jumlah digit dalam seri

yang kurang dari dua berarti kemampuan jangka pendek yang dimiliki kurang

baik, apabila berada pada seri yang jumlah digitnya 2-7 maka kemampuan

memori jangka pendek cukup. Apabila dapat mengingat seri yang jumlah digitnya

lebih dari 7 maka kemampuan memori jangka pendeknya baik. 11

Bila Digit span biasanya dengan indra pendengaran, maka tes memori melalui

indra visual dapat menggunakan tes Corsi Block ataupun tes performansi Digit

Symbol Coding. Corsi Block merupakan versi visual uji Digit span forward.

Terdapat papan di dalamnya ada sembilan balok dengan pola acak. Tiap

percobaan, penguji menunjuk pada balok dalam urutan yang terus meningkat dan

segera sesudahnya anak diminta menunjuk pada balok yang sama dengan urutan

yang sama pula. Tes Digit Symbol Coding juga termasuk dalam WISC-R, selain

mengukur ingatan jangka pendek, juga mengukur kecepatan dan koordinasi visual

dan kemampuan mempelajari materi visual yang baru. 11,41

2.4. Latihan aerobik

2.4.1. Definisi latihan aerobik

Latihan aerobik merupakan aktivitas yang bergantung pada tersedianya

oksigen untuk proses pembakaran sumber energi.42 Latihan aerobik dimulai dari

kontraksi otot rangka yang memerlukan ATP yang diproduksi melalui jalur

glikolisis-siklus asam sitrat.43


23

2.4.2. Latihan Aerobik Akut vs kronik

Latihan aerobik akut dan kronik mempengaruhi fungsi kognitif dengan

menginduksi sistem tubuh dengan cara yang berbeda. Waktu pelaksanaan

penilaian terhadap efek latihan menjadi hal penting dalam mempelajari efek

latihan terhadap fungsi kognitif. Efek akut latihan diamati setelah satu periode

latihan tunggal, sedangkan efek kronis latihan diamati setelah periode

pengulangan latihan dari waktu ke waktu yang berlangsung dari minggu ke

tahun.61

Perubahan perilaku dan psikologis saat latihan akut muncul cukup cepat

setelah awal latihan (detik sampai menit) dan menghilang setelah penghentian

(menit sampai jam). Perubahan neurofisiologis yang mendasari perubahan

perilaku dan psikologis sementara yang diinduksi oleh latihan akut dapat dilihat

sebagai modulasi transien aktivitas jaringan saraf yang terlibat dalam tugas

kognitif atau keadaan mental yang menarik. Sebaliknya, efek kronis latihan

mencerminkan perubahan struktural dan tahan lama, seperti angiogenesis,

sinaptogenesis atau neurogenesis.61


24

Tabel 2.1 Perubahan fisiologis setelah latihan (efek akut vs kronik)

Jenis efek Jenis latihan Jenis Jenis mekanisme otak


perubahan yang mendukung efek
fisiologis

Efek akut Latihan tunggal Sementara Modulasi aktifitas


jaringan saraf

Efek kronik Latihan reguler Tahan lama Perubahan anatomi pada


struktur otak
Sumber: Michel Audiffren. Acute exercise and psychological functions: a cognitive-energetic
approach.. In: exercise and cognitive function. Halaman 7.

Terdapat tiga faktor yang harus dipertimbangkan saat menentukan respon akut

latihan, yaitu: modalitas, intensitas dan durasi latihan. Modalitas latihan adalah

jenis aktivitas latihan, sering diklasifikasikan berdasarkan jenis kebutuhan energi

(aerobik atau anaerobik), kerja otot utama (kontinyus dan ritmis, tahanan dinamis,

atau statik), atau kombinasi sistem energi dan kerja otot. Contoh latihan aerobik

ritmis dan kontinyus seperti berjalan, bersepeda dan berenang. Intensitas latihan

digambarkan sebagai maksimal dan submaksimal. Latihan maksimal mengacu

pada intensitas tertinggi, beban terberat, atau durasi terlama yang dapat dilakukan

oleh seseorang. Perubahan perilaku dan psikologis yang disebabkan oleh latihan

aktivitas fisik teratur biasanya muncul beberapa minggu setelah awal program

latihan dan dapat dipertahankan beberapa minggu setelah penghentian latihan.

Perubahan neurofisiologis yang mendasari perubahan perilaku dan psikologis

yang diinduksi oleh latihan kronik dapat dilihat sebagai perubahan anatomis

dalam struktur otak pada tingkat yang berbeda (misalnya neuroreseptor, sinaps,

neuron, jaringan saraf dan struktur otak).61

2.4.3. Respon Ventilasi Terahadap Latihan Aerobik


25

Latihan aerobik dihubungkan dengan peningkatan laju dan kedalaman

pernapasan sehingga menyebabkan peningkatan ventilasi alveolar, hal ini

disebabkan oleh kombinasi sinyal dari sistem saraf pada korteks motorik dan

umpan balik sensorik dari reseptor perifer. Ketika latihan dimulai,

mekanoreseptor dan proprioseptor pada otot dan sendi mengirimkan informasi

pergerakan ke korteks motorik. Jalur desenden dari korteks motorik menuju pusat

pengendalian pernapasan di medulla oblongata kemudian akan meningkatkan

ventilasi. Hiperventilasi mempertahankan PO2 dan PCO2 arterial mendekati normal

dengan cara meningkatkan ventilasi alveolar secara stabil dan proporsional

terhadap olahraga yang dilakukan. Kompensasi ini sangatlah efektif sehingga

ketika PO2, PCO2, dan pH arterial dimonitor selama olahraga dengan intensitas

ringan hingga sedang, parameter tersebut tidak menunjukan perubahan

bermakna.43

2.4.4. Respon Kardiovaskular Terhadap Latihan Aerobik

Latihan aerobik akan memberi masukan kepada mekanosensorik dari

ekstremitas yang bekerja bersama jalur desenden dari korteks motorik

mengaktivasi pusat pengendalian kardiovaskular pada medula oblongata. Pusat

tersebut berespon dengan mengirimkan impuls simpatis yang meningkatkan curah

jantung dan menyebabkan vasokontriksi berbagai arteriola perifer.43

Peningkatan curah jantung selama latihan fisik, akan meningkatkan aliran

balik vena dan peningkatan denyut jantung. Perubahan denyut jantung disebabkan

oleh penurunan aktivitas parasimpatis pada nodus sinoatrial (SA). Dengan

berkurangnya hambatan kolinergik, denyut jantung meningkat dari keadaan


26

istirahat menjadi sekitar 100 denyut permenit menyebabkan keluaran simpatis dari

pusat pengaturan kardiovaskular meningkat. Stimulasi simpatis akan

meningkatkan kontraksi sehingga pada setiap pemompaan (meningkatkan isi

sekuncup) dan meningkatkan frekuensi denyut jantung.43

Perubahan fisiologis khususnya denyut jantung (HR) harus dipantau. Sebagai

klasifikasi akhir dari intensitas berdasarkan atas denyut jantung berikut ini

dikemukakan oleh Nikoforov, 1974:65

Tabel 2.2 Jenis intensitas berdasarkan reaksi denyut jantung terhadap beban
latihan
Jenis Intensitas Denyut Jantung per menit

Rendah 120-150
Menengah 150-170
Tinggi 170-185
Maksimal Lebih 185

Untuk mengembangkan kemampuan biomotorik intensitas rangsang harus

mencapai atau melebihi ambang rangsang (threshold) dimana pengaruh latihan

secara nyata berada diantaranya. Hettinger (1966) menyatakan bahwa untuk

latihan kekuatan, intensitas dibawah 30% dari kemampuan maksimal tidak akan

memberikan pengaruh. Ambang rangsang bervariasi pada setiap orang, karena itu

disarankan oleh Karvonen (1957) melaui cara yang harus ditentukan yaitu melalui

jumlah denyut jantung istirahat ditambah 60% dari perbedaan antara denyut

jantung maksimal dengan denyut jantung istirahat.

HR threshold = HR istirahat + 60% (HR max HR istirahat)


27

Teodorescu 1975 menyarankan bahwa setiap atlet harus dirangsang sampai 60

atau melebihi 60% dari kapasitas maksimum untuk memberikan pengaruh latihan.

2.4.5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Performa Latihan Aerobik

1. Usia

Usia mempengaruhi hampir semua komponen kesegaran jasmani. Daya tahan

kardiovaskuler menunjukkan suatu kecenderungan meningkat pada masa anak-

anak sampai sekitar 20 tahun dan mencapai maksimal di usia 20 sampai 30 tahun

namun akan mengalami penurunan hingga 20-30% pada usia 65 tahun. Selain itu

pada pria dan wanita yang menjalani gaya hidup sedentary akan mengalami

penurunan ambilan oksigen maksimal sekitar 9% dan 5% per dekade.49,50

2. Jenis Kelamin

Terdapat perbedaan performa aerobik pada pria dan wanita. Pada wanita

VO2max sekitar 15 hingga 30% di bawah pria. Wanita memiliki persentase lemak

tubuh yang lebih tinggi dibanding pria dan pria memiliki masa otot lebih besar

daripada wanita sehingga pria menghasilkan total energi aerob yang lebih besar

dibanding wanita. Perbedaan dalam kapasitas transport oksigen oleh darah ini

menyebabkan sirkulasi oksigen yang lebih besar saat latihan dan hal ini

mempengaruhi kapasitas aerobik. Namun perbedaan dalam VO2max juga

dipengaruhi oleh level aktivitas fisik, dimana berdasarkan temuan pada atlet

wanita memiliki VO2max yang lebih besar dibandingkan pria dengan gaya hidup

sedentary.51

3. Komposisi Tubuh dan Kadar Hemoglobin


28

Perbedaan yang nyata pada VO2max dihubungkan dengan perbedaan

komposisi tubuh dan konsentrasi hemoglobin (Hb) dalam darah. Komposisi tubuh

utama dapat digambarkan sebagai persentase relatif masa tubuh berupa jaringan

lemak dan jaringan tanpa lemak. Salah satu metode pengukuran komposisi tubuh

dapat dilakukan dengan mengukur berat badan, tinggi badan, lingkar pinggang

dan ketebalan lipatan kulit. Perbedaan dalam komposisi tubuh dapat menyebabkan

perbedaan VO2max antar individu. Terdapat penelitian yang menyatakan bahwa

obesitas memiliki efek langsung pada fungsi sistem respirasi dengan merubah

volume paru, kaliber jalan nafas dan kekuatan otot pernafasan.51,52,53

Kadar Hb dalam darah juga turut mempengaruhi performa dalam melakukan

latihan aerobik. Terdapat ketentuan kadar Hb seseorang diperbolehkan dalam

melakukan latihan aerobik, dimana seseorang dengan kadar Hb < 8gr/dl tidak di

anjurkan untuk melakukan latihan, kadar Hb 8-10gr/dl hanya diperbolehkan

melakukan latihan aerobik intensitas ringan, sedangkan untuk melakukan latihan

aerobik intensitas moderat pada wanita dibutuhkan kadar Hb 10-12 gr/dl,

sedangkan pada pria 10-14 gr/dl.54

4. Riwayat Kesehatan

Performa aerobik seseorang tergantung pada komponen yang disebut health-

related fitness. Health-related fitness terdiri dari daya tahan kardiorespirasi,

kekuatan otot, ketahanan otot, fleksibilitas dan komposisi tubuh.55 Daya tahan

kardiorespirasi berhubungan dengan pembuluh darah, jantung dan paru.

Seseorang dengan gangguan kardiovaskuler akan mengalami penurunan

kebugaran. Begitu pula, seseorang dengan gangguan pada fungsi paru akan
29

mengalami penurunan dalam VO2max yang mempengaruhi kebugaran dalam

melakukan latihan fisik. Terdapat penelitian yang menyatakan pada anak dengan

asma mengalami penurunan dalam fungsi paru dan kapasitas aerobiknya.56,57

Pada orang dengan penyakit-penyakit atau kondisi-kondisi tertentu akan

menyebabkan berkurangnya kekuatan otot sehingga terjadi penurunan

kebugaran.58

5. Kondisi Kesehatan saat Latihan

Kondisi demam juga dapat mempengaruhi performa kebugaran seseorang.

Literatur menyebutkan anak-anak dan remaja yang sedang demam sebaiknya

dilarang untuk berpartisipasi dalam latihan karena demam mungkin diikuti oleh

suatu keadaan infeksi yang dapat menjadikan latihan berbahaya.59

6. Aktivitas Fisik

Aktivitas fisik sangat mempengaruhi semua komponen kesegaran jasmani.

Latihan aerobik akan meningkatkan daya tahan kardiorespirasi. Aktivitas fisik

dan latihan juga dapat meningkatkan kapasitas aerobik 6 - 20% dengan

peningkatan VO2max.52

2.4.6. Peresepan Latihan

Format latihan sebaiknya meliputi periode pemanasan (sekitar 5-10 menit),

latihan inti (20 hingga 60 menit) dan periode pendinginan (5 hingga 10 menit).

Semua program latihan sebaiknya diresepkan secara spesifik dalam intensitas,

durasi dan frekuensi serta jenis aktivitas.44


30

2.4.7. Manfaat Latihan Aerobik terhadap Memori

Kajian pustaka menunjukan pengaruh positif terhadap indeks neuroelektrik

dalam memori kerja dan kecepatan respon pada anak dari aktivitas fisik melalui

latihan aerobik pada aspek selektif fungsi otak. Percobaan yang dilakukan pada

manusia dan hewan menunjukan bahwa latihan aerobik dapat meningkatkan

sejumlah aspek kognitif dan kinerja.47,48

Beberapa peneliti menyatakan bahwa latihan aerobik baik akut maupun kronik

mempunyai efek terhadap fungsi eksekutif namun dengan jalur fisiologis yang

berbeda. Latihan aerobik akut meningkatkan respon neurokimia yang dapat

meningkatkan performa kognitif sedangkan latihan aerobik kronik menginduksi

perubahan morfologis.61

Percobaan pada hewan telah membuktikan bahwa latihan fisik akan

meningkatkan jumlah neuron-neuron baru yang mungkin diperantarai oleh faktor

neurotrofik seperti BDNF. Latihan juga meningkatkan ambilan otak terhadap

IGF-1 bersirkulasi, yang berperan untuk diferensiasi neuron dari sel-sel progenitor

dan meningkatkan ekspresi gen BDNF hipokampal. Selain itu juga meningkatkan

ambilan Fibroblast growth factor (FGF-2) yang menstimulasi dan proliferasi dan

diferensiasi sel-sel hippocampus, dan ada peningkatan astrosit hippokampal

setelah latihan. Latihan fisik akan mengaktivasi sejumlah faktor pada

neurogenesis.62

BDNF seperti suatu faktor neurotrofik yang ditemukan pertama kali diotak.

Ditemukan juga di retina, motor neuron, ginjal, prostat. BDNF merupakan protein

spesifik yang mempunyai peran pada aktivitas neuron pada sistem saraf pusat dan
31

perifer yang membantu ketahanan neuron dan meningkatkan pertumbuhan dan

diferensiasi neuron dan sinaps baru. BDNF ditemukan aktif di hipokampus,

korteks dan basal forebrain area vital dalam proses belajar, mengingat dan

proses berpikir yang lebih tinggi. Neurotrophin merupakan zat kimia yang

membantu menstimulasi dan mengontrol neurogenesis, dimana BDNF merupakan

faktor yang paling aktif. Tikus yang lahir tanpa kemampuan membentuk BDNF

akan memiliki defek perkembangan di otak dan sistem saraf sensoris serta

biasanya akan mati segera setelah lahir.63

Peningkatan sinapsin I, growth-associated protein 43 (GAP-43) serta cyclic

AMP response element-binding protein (CREB) juga berperan dalam mekanisme

yang melibatkan BDNF. Sinapsin I merupakan fosfoprotein spesisfik pada

terminal saraf dan terlibat dalam pengeluaran neurotransmitter, pemanjangan

akson dan pemeliharaan kontak sinaptik. BDNF mempengaruhi sintesis dan

fosforilasi sinapsin I, menghasilkan peningkatan pelepasan neurotransmitter.

GAP-43 ada dalam terminal akson yang sedang tumbuh dan mempuyai peranan

penting dalam pertumbuhan akson, pelepasan neurotransmitter serta proses belajar

dan mengingat.64
2.5. Kerangka Teori

Stimulasi

Jenis kelamin Genetik

Infeksi
akut BDNF
Komposisi tubuh
Memori Jangka Brain Injury
dan kadar Hb
Latihan Pendek
Epilepsi
aerobik
Aktivitas fisik
Stres
Perubahan
kronik morfologis
Nutrisi
KPF
Riwayat
kesehatan Usia

Gambar 2.3 Kerangka Teori


33

2.6. Hipotesis

H0: Terdapat perbedaan yang bermakna rerata skor digit span sebelum dan

sesudah perlakuan pada kelompok perlakuan.

H1: Terdapat perbedaan yang brermakna rerata selisih skor digit span pada

kelompok perlakuan dibandingkan kelompok kontrol.


34

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1.Kerangka Konsep

Variabel Bebas Variabel Terikat

Latihan aerobik akut Memori jangka pendek

Variabel Perancu

Genetik

Stimulasi

Status gizi

Keterangan:

: Diteliti

: Tidak diteliti

Gambar 3.1 Kerangka Teori


35

3.2. Identifikasi Variabel

Variabel bebas (independent) :latihan aerobik akut

Variabel terikat (dependent) :memori jangka pendek

Variabel perancu :genetik, stimulasi, status gizi


36

3.3. Definisi Operasional

No. VARIABEL BATASAN OPERASIONAL INSTRUMEN KATEGORI SKALA

1. Latihan Rangkaian aktivitas fisik terdiri dari Protokol latihan Latihan aerobik Nominal

aerobik akut pemanasan selama 5 menit, latihan inti intensitas moderat

selama 20 menit, dan pendinginan selama

5 menit. Selama latihan responden

dikontrol menggunakan pulsemeter.

Latihan dilakukan 1 x, jika HR setelah

latihan perbedaanya 10% HR sebelum

latihan kemudian dinilai memori jangka

pendek. Pemanasan berupa peregangan

leher, badan dan anggota gerak

dilanjutkan jalan di tempat sampai


37

tercapai waktu 5 menit. Latihan inti

berupa lari dengan intensitas 60% target

HR sesuai dengan metode Karvonen.

Pendinginan berupa relaksasi dan

pengaturan nafas.

2. Memori Fungsi memori jangka pendek pada anak Tes digit span (subtes digit Banyaknya deret Numerik

jangka diukur dengan tes digit span (subtes digit forward dan digit angka yang bisa

pendek forward dan digit Backrward) backrward) diselesaikan


60

2.4. Jenis dan Rancangan

Penelitian ini merupakan penelitian randomized pre and post test controlled

group design.

2.5. Tempat dan Waktu

Tempat penelitian dilakukan di SDN Naikoten I Kupang. Waktu penelitian

dilaksanakan pada bulan September 2016

2.6. Populasi dan Sampel

2.6.1. Populasi Target

Anak usia sekolah dasar.

2.6.2. Populasi Terjangkau

Anak sekolah dasar berusia 9-12 tahun kelas 4, 5, dan 6 di SDN Naikoten I

Kupang.

2.6.3. Sampel Penelitian

Besar sampel dihitung menggunakan rumus besar sampel untuk uji beda rerata

2 populasi. Rumus ini dipilih untuk membandingkan rerata skor fungsi memori

jangka pendek, menggunakan skor digit span berdasarkan penelitian sebelumnya

diketahui rerata skor Digit span pada anak usia 9-12 tahun adalah 43.50

(SD=6.71). apabila diperkirakan latihan aerobik akut akan meningkatkan skor

Digit span sebesar 1 SD, dan power penelitian ditetapkan sebesar 80% (z=0.842)

dengan =0.05 (z=1.96), maka besar sampel adalah:

(z+z) 2 8.87(1.96+0.842) 2
n1 = n2 = 2 =2 = 19
12 46.5054.50

Apabila kemungkinan terjadi drop-out sebesar 10% maka besar sampel adalah:
61

19
ndo = (1)2 = (10.1)2 = 23

Besar sampel minimal untuk kelompok perlakuan dan kelompok kontrol adalah

23 orang, besar sampel total adalah 46 orang.

2.6.4. Teknik Sampling

Simple random sampling. Anak yang memenuhi kriteria penelitian

dimasukkan dalam kelompok perlakuan atau kontrol secara selang seling

berdasarkan urutan saat menandatangani informed consent.

2.7. Kriteria Inklusi dan Eksklusi

2.7.1. Kriteria Inklusi

a. Murid sekolah dasar berusia 9-12 tahun pada saat penelitian dilakukan.

b. Mendapat ijin dari orang tua untuk diikutsertakan dalam penelitian

c. Sehat untuk melakukan penelitian yang dinilai dengan Physical Activity

Readiness (PAR-Q) for children.

2.7.2. Kriteria Ekslusi

a. Mempunyai riwayat cedera kepala sedang-berat

b. Hb <10 gr/dl

c. Sebelumnya rutin melakukan olahraga (lari, berenang, sepakbola dengan

frekwensi minimal seminggu 3 kali.

d. Mempunyai penyakit/riwayat epilepsi dan atau mendapat pengobatan

anti epilepsi jangka panjang.

e. Mempunyai riwayat infeksi intrakranial.


62

f. Tidak bersedia megikuti penelitian dan atau skor mood and feeling

questionnaire (MFQ) > 11.

g. Anak dengan gizi buruk menurut kurva CDC 2000.

2.7.3. Kriteria Drop-out

a. Anak merasa kelelahan dan menolak melanjutkan sesi latihan hingga

selesai.

b. Anak melaksanakan sesi latihan tidak sesuai dengan protocol latihan

yang ditetapkan.
63

2.8. Alur Penelitian, Cara Pengumpulan Data, dan Cara Kerja

2.8.1. Alur Penelitian

Populasi

Kriteria
eksklusi

Kriteria inklusi

Kelompok perlakuan Kelompok kontrol

Tes memori jangka Tes memori jangka


pendek pendek

Latihan aerobik
selama 30 menit
dengan intensitas
moderat sesuai
dengan target heart
range (Karvonen)

Tes memori jangka Tes memori jangka


pedek akhir pedek akhir

Hasil
64

2.8.2. Cara Pengumpulan Data

1. Survei awal untuk menentukan sekolah dasar dapat dijadikan sebagai lokasi

penelitian dengan syarat siswa SD tersebut mempunyai karakteristik yang

hampir sama.

2. Sebelum penelitian dimulai, dilakukan sosialisasi program penelitian kepada

orang tua subyek penelitian untuk menjelaskan tentang prosedur yang akan

dilakukan selama penelitian dan manfaat yang akan diperoleh.

3. Kemudian dilakukan anamnesis dengan anak, ibu atau anggota keluarga

terdekat yang merawat mengenai riwayat tumbuh kembang, penyakit anak,

dengan menggunakan kuesioner PAR-Q for children dan dilakukan

pemeriksaan fisik meliputi jenis kelamin, umur, berat badan, tinggi badan,

kondisi kesehatan anak, Hb, uji pemeriksaan mood and feeling questionnaire,

serta pengukuran HOME-SF subskala stimulasi kognitif.

4. Anak yang masuk kriteria inklusi kemudian menjalani tes memori jangka

pendek dengan tes Digit span. Pemeriksaan berada di tempat yang tenang di

dalam sekolah. Sebelumnya diedukasikan kepada subyek dan orang tua atau

keluarga agar subyek cukup istirahat dan cukup tidur. Semua anak mendapat

kudapan dan minuman sebelum pemeriksaan untuk memastikan mereka tidak

lapar dan haus selama pemeriksaan.

5. Kelompok perlakuan diberi latihan aerobik akut (berlari) durasi + 30 menit

terdiri dari pemanasan 5 menit, lari dengan intensitas moderat sesuai dengan

target kisaran heart rate 60% berdasarkan metode Karvonen serta dalam
65

rentang skala borg RPE 12-16 selama 20 menit dan pendinginan selama 5

menit.

6. Kelompok kontrol tidak diberikan latihan khusus, hanya diminta agar duduk di

perpustakaan.

7. Subyek yang tidak melaksanakan latihan sesuai prosedur penelitian dianggap

drop out.

8. Setelah latihan aerobik selesai, subyek diminta untuk istirahat (duduk) dan di

cek kembali denyut jantung. Jika HR sudah turun dilakukan pemeriksaan

kembali memori jangka pendek. Pengukuran kembali memori jangka pendek

dimulai pada saat HR 10% diatas HR sebelum latihan.

2.8.3. Cara Kerja

1. Status gizi

a. Sampel diukur tinggi badan menggunakan meteran dan menimbang berat

badan menggunakan alat timbangan.

b. Tinggi badan diukur dengan posisi berdiri tegak, sehingga tumit rapat,

sedangkan bokong, punggung dan bagian belakang kepala berada dalam

satu garis vertikal dan kepala menempel pada alat pengukur.

c. Berat badan diukur dengan melepaskan sepatu anak, berdiri tegak,

pandangan lurus ke depan.

d. Catat hasil pengukuran tinggi badan dan berat badan. Dengan memplotting

pada tabel CDC 2000, tentukan berat badan menurut umur anak, tinggi

badan menurut umur dan IMT anak menurut umur untuk mencari tahu

status gizi anak.


66

2. Pengukuran Hb

a. Masukan baterai dan nyalakan alat

b. Atur jam, tanggal dan tahun pada alat

c. Ambil chip berwarna kuning masukan ke dalam alat untuk mengecek alat,

apabila pada layar muncul ERROR artinya alat rusak, apabila pada layar

muncul OK artinya alat siap pakai

d. Setiap botol strip terdapat chip test

e. Gunakan chip hemoglobin untuk mengetes hemoglobin. Pada layar akan

muncul angka/kode sesuai pada botol strip, setelah itu akan muncul tanda

untuk memasukan darah

f. Masukan jarum pada lancet dan atur kedalaman jarum sesuai nomor

g. Gunakan kapas alkohol untuk membersihkan ujung jari, tunggu hingga

kering. Jangan sentuh area yang sudah dibersihkan.

h. Tembakan jarum pada ujung jari dan tekan agar darah keluar

i. Darah disentuh pada tepi samping strip dan bukan ditetes di atas tengah

strip alat tes darah easy touch

j. Sentuh pada bagian garis yang ada tanda panah

k. Darah akan langsung meresap sampai ada bunyi beep

l. Tunggu sebentar, hasil akan keluar pada layar

m. Cabut jarum dari lancet dan strip dari alat, buang pada tempat yang

disiapkan

n. Chip disimpan ke dalam botol lagi, tutup rapat botol apabila tidak dipakai.

Jangan lupa perhatikan masa kadaluarsa pada botol.


67

3.9 Analisis Data

Data dikumpulkan dalam lembar pengumpul data dan diberi kode, ditabulasi

dan dimasukkan ke dalam komputer.

Analisis data meliputi analisis deskriptif dan uji hipotesis. Sebelum dilakukan

uji hipotesis, normalitas distribusi diperiksa dengan uji Shapiro-Wilk. Apabila

data terdistribusi normal maka uji hipotesis menggunakan uji t-tidak berpasangan.

Jika data tidak terdistribusi normal digunakan uji Mann-Whitney. Perbedaan

sebelum dan sesudah perlakuan menggunakan uji t-berpasangan atau uji Wilcoxon

bila tidak berdistribusi normal. Nilai p dianggap bermakna apabila nilai p < 0,05

dengan 95% interval kepercayaan. Analisis data menggunakan program SPSS.


68

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SD Negeri Naikoten I Kota Kupang yang terletak

di Jalan Jendral Soeharto, kecamatan Kota Raja, Kota Kupang. Penelitian ini

dilakukan pada bulan September 2016.

4.2 Karakteristik Sampel

Penelitian ini mengambil sampel berjumlah 50 orang yang diperoleh dari satu

angkatan kelas 6. Selama proses penelitian berlangsung 4 sampel dieksklusi

karena tidak hadir pada saat pengukuran berat badan dan tinggi badan. Dalam

penelitian ini diambil data mengenai karakteristik sampel yang mencakup usia,

jenis kelamin, status gizi dan fungsi memori jangka pendek.

Tabel 4.1 Karakteristik sampel pada kelompok kontrol dan perlakuan.

Kelompok kontrol Kelompok perlakuan


Variabel Frekuensi Presentase Frekuensi Presentase
n=23 (%) n=23 (%)
Jenis kelamin
Laki-laki 10 43 7 30
Perempuan 13 57 16 70
Usia
10 3 13.0 1 4.3
11 19 82.6 22 95.7
12 1 4.3 0 0
Status gizi berdasar IMT/U
Obes 1 4.3 1 13
Berat badan lebih 1 4.3 0 0
Normal 5 21.7 5 21.7
Berat badan kurang 16 69.7 15 65.2
69

Jumlah sampel perempuan lebih banyak daripada laki-laki, baik kelompok

kontrol maupun perlakuan. Rata-rata usia sampel kelompok kontrol dan perlakuan

adalah 11 tahun, status gizi berdasarkan IMT/U kelompok kontrol dan perlakuan

adalah berat badan kurang.

4.3 Hasil Penelitian

4.3.1 Fungsi Memori Jangka Pendek Kelompok Kontrol

Tabel 4.2 Hasil uji normalitas data kelompok kontrol.

Std.
Variabel Deviasi Saphiro-Wilk Sig Distribusi
Digit span
Pre-tes 2.187 0.905 0.032 Tidak normal
Post-tes 2.055 0.902 0.028 Tidak normal
Digit forward
Pre-tes 1.238 0.881 0.011 Tidak normal
Post-tes 1.343 0.899 0.024 Tidak normal
Digit backward
Pre-tes 1.290 0.828 0.001 Tidak normal
Post-tes 1.140 0.910 0.040 Tidak normal
Berdasarkan hasil uji normalitas pada tabel 4.4, uji yang digunakan untuk

melihat fungsi memori jangka pendek pada kelompok kontrol dengan

menggunakan uji wilcoxon.

Tabel 4.3 Fungsi memori jangka pendek kelompok kontrol

Kelompok kontrol
Variabel Pre-tes Post-tes p
(mean) (mean)
Digit span 9.35 10.30 0.071
Digit forward 5.48 6.43 0.012*
Digit backward 3.87 3.87 1.000
wilcoxon Signed Rank Test *p=0,05

Tabel 4.3 menunjukkan bahwa terdapat perbedaan bermakna pada hasil skor

subtes digit forward pada kelompok kontrol (p=0,012), tidak ada perbedaan
70

bermakna pada skor digit span (p=0,071) dan subtes skor digit backward

(p=1,000).

4.3.2 Fungsi Memori Jangka Pendek Kelompok Perlakuan

Tabel 4.4 Hasil uji normalitas data kelompok perlakuan.

Std.
Variabel Deviasi
Saphiro-Wilk Sig Distribusi
Digit span
Pre-tes 1.870 0.960 0.458 Normal
Post-tes 2.061 0.955 0.375 Normal
Digit forward
Pre-tes 1.010 0.869 0.006 Tidak normal
Post-tes 1.310 0.885 0.012 Tidak normal
Digit backward
Pre-tes 1.222 0.873 0.007 Tidak normal
Post-tes 1.290 0.900 0.026 Tidak normal
Hasil uji normalitas menunjukkan bahwa data skor digit span yang

terdistribusi normal, sehingga untuk melihat fungsi memori jangka pendek

kelompok perlakuan pada skor tes digit span menggunakan uji t- berpasangan.

Data skor subtes digit forward dan digit backward tidak terdistribusi normal,

sehingga untuk melihat fungsi memori jangka pendek kelompok perlakuan pada

subtes digit forward dan digit backward menggunakan uji wilcoxon.

Tabel 4.5 Fungsi memori jangka pendek kelompok perlakuan

Kelompok perlakuan
Variabel Pre-tes Post-tes p
(mean) (mean)
Digit span 11.09 12.39 0.001*
Digit forward 6.74 7.52 0.013*
Digit backward 4.30 4.87 0.011*
=uji t berpasangan, = wilcoxon Signed Rank Test, *p=0,05
71

Tabel 4.5 menunjukkan bahwa terdapat perbedaan bermakna pada perubahan

hasil skor digit span (p=0,001), terdapat perbedaan bermakna pada skor subtes

digit forward (p=0,013) dan subtes digit backward (p=0,011).

4.3.3 Kelompok Kontrol Vs Kelompok Perlakuan

Tabel 4.8 Perbandingan selisih perubahan skor memori jangka pendek kelompok
kontrol dan kelompok perlakuan.

Kelompok
Variabel p
Kontrol Perlakuan
(mean) (mean)
Digit span 0.96 1.35 0.163
Digit forward 0.96 0.78 0.991
Digit backward 0.00 0.57 0.031*
=uji t-tidak berpasangan, =man-whitney, *p0,05

Tidak terdapat perbedaan bermakna pada selisih perubahan skor digit span

kelompok kontrol dibandingkan dengan kelompok perlakuan (p=0,163) dan

subtes digit forward (p=0,991) sedangkan terdapat perubahan bermakna pada

selisih skor subtes digit backward (p=0,031).

4.4 Pembahasan

4.4.1 Kelompok kontrol

Peningkatan bermakna hanya didapatkan pada subtes digit forward,

sedangkan tidak didapatkan peningkatan bermakna pada skor tes digit span dan

subtes digit backward. Hal ini masih mungkin disebabkan adanya testing effect

karena jenis pemeriksaan yang sama sehingga subjek penelitian merasa lebih

siap pada tes kedua.66


72

4.4.2 Kelompok Perlakuan

Peningkatan bermakna didapatkan pada skor tes digit span dan peningkatan

yang bermakna didapatkan pada skor subtes digit forward dan digit backward.

Peningkatan fungsi memori ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan pada

kelompok usia dewasa muda, ditemukan bahwa pemberian latihan aerobik akut

dengan intensitas moderat tunggal secara signifikan mampu meningkatkan

kemampuan belajar visual dan motorik yang dipengaruhi oleh memori jangka

pendek.67

Beberapa penelitian memfokuskan pada efek akut latihan aerobik dengan

berbagai fungsi kognitif seperti memori verbal, memori visuospasial, kemampuan

psikomotorik, kecepatan persepsi dibuktikan dalam penelitian oleh Rezab

(2015).68

4.4.3 Kelompok Kontrol Vs Kelompok Perlakuan

Penelitian ini mendapatkan rata-rata hasil skor digit span sebelum intervensi

pada kelompok kontrol sebesar 9,35 dan kelompok perlakuan sebesar 11,09.

Setelah diberikan latihan aerobik selama 30 menit, didapatkan peningkatan yang

signifikan pada skor tes digit span kelompok perlakuan (p=0,001), juga

didapatkan peningkatan yang bermakna dari masing-masing subtes digit span

yaitu digit forward (p=0,013) dan digit backward (p=0,011) pada kelompok

perlakuan. Untuk mengetahui bahwa perubahan hasil skor tes tersebut disebabkan

oleh adanya testing effect atau adanya perlakuan latihan aerobik akut dengan
73

intensitas moderat selama 30 menit dapat dijelaskan dengan tabel 4.8 tentang

selisih perubahan skor memori jangka pendek.

Selisih perubahan skor memori jangka pendek kelompok perlakuan pada skor

tes digit span dan subtes digit backward lebih tinggi dibandingkan kelompok

kontrol kecuali pada subtes digit forward, tetapi tidak terdapat perbedaan

bermakna pada selisih skor tes digit span total (p=0,163) dan subtes digit forward

(p=0,991). Perbedaan selisih skor memori jangka pendek didapatkan bermakna

hanya pada subtes digit backward (p=0,031)

Perbedaan bermakna pada selisih perubahan skor subtes digit backward

mungkin juga disebabkan latihan aerobik berpengaruh pada tingkat stress.69 Tes

digit backward lebih kompleks jika dibandingkan dengan tes digit forward.

Subjek harus mengingat lebih lama deret angka yang disebutkan dan

menyebutkan secara terbalik dari belakang. Performa pada subtes ini dipengaruhi

oleh kecemasan dan ketegangan. Individu yang bebas dari kecemasan akan dapat

mengerjakan subtes ini dengan baik, sehingga performa yang lebih baik pada tes

digit backward mungkin menunjukkan orang yang lebih fleksibel, dapat

berkonsentrasi dan toleran terhadap stress.13

Stress dapat mengganggu proses retrieval atau tahap ketiga proses mengingat

untuk mencari kembali informasi yang telah disimpan (decoding) sehingga

mempengaruhi proses penanggilan ulang memori yang telah disimpan (recall).

Dilaporkan juga bahwa stress dapat mempengaruhi proses belajar dan memori,

tetapi belum jelas bagaimana efek stress langsung pada memori.69,70


74

Tidak terdapat perbedaan bermakna selisih skor tes digit span kelompok

kontrol dan perlakuan mungkin disebabkan karena status gizi subjek penelitian

sebagian besar adalah berat badan kurang. Berdasarkan landasan teori status gizi

mempengaruhi perumbuhan dan perkembangan fisik dan mental, serta

mempengaruhi fungsi kognitif anak.24,25

Peneliti meyakini berdasarkan hasil penelitian terdapat pengaruh latihan

aerobik akut terhadap memori jangka pendek pada anak kelompok perlakuan yang

terlihat pada semua hasil pre tes dan post test tes memori jangka pendek, tetapi

tidak bermakna secara statistik.

4.5 Keterbatasan Penelitian

Adapun keterbatasan penelitian ini:

1. Tidak dilakukan tes kecerdasan intelektual (IQ) yang mempengaruhi

fungsi memori jangka pendek.

2. Tidak dipertimbangkan prestasi siswa dengan melihat nilai rapor.

3. Memasukkan status gizi abnormal sebagai sampel.

4. Pengukuran tes memori visual tidak menggunakan tes corsi block dan digit

symbol coding yang dianggap versi visual dari tes digit span.

5. Faktor genetik dan stimulasi tidak dapat dikendalikan sepenuhnya.

6. Kurangnya pengawasan ketat dan keteraturan subjek terhadap pelaksanaan

tes deret angka.


75

BAB 5

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan:

1. Tidak terdapat pengaruh yang bermakna latihan aerobik akut terhadap

memori jangka pendek pada anak sekolah dasar usia 9-12 tahun.

2. Terdapat perubahan yang bermakna nilai pre test dan post test digit span

anak pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol.

3. Terdapat perubahan yang bermakna nilai pre test dan post test digit

forward anak pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol.

4. Terdapat perubahan yang bermakna nilai pre test dan post test digit

backward anak pada kelompok perlakuan, tetapi tidak terjadi perubahan

yang bermakna dari nilai pre test dan post test pada kelompok kontrol.

5. Tidak terdapat pengaruh yang bermakna pada perubahan selisih nilai tes

digit span sebelum dan sesudah dilakukan latihan aerobik akut

dibandingkan dengan kelompok kontrol.

6. Tidak terdapat pengaruh yang bermakna pada perubahan selisih nilai tes

digit forward sebelum dan sesudah dilakukan latihan aerobik akut

dibandingkan dengan kelompok kontrol.

7. Terdapat pengaruh yang bermakna pada perubahan selisih nilai tes digit

backward sebelum dan sesudah dilakukan latihan aerobik akut

dibandingkan dengan kelompok kontrol.


76

5.2 Saran

Beberapa saran sebagai tindak lanjut dari hasil penelitian ini antara lain :

1. Untuk penelitian berikutnya:

a. Peneliti selanjutnya menggunakan tes corsi block dan digit symbol

coding, selain tes digit span untuk mengukur fungsi memori jangka

pendek.

b. Peneliti selanjutnya melakukan tes IQ dan memperhatikan prestasi

siswa.

c. Peneliti selanjutnya menganalisis faktor-faktor yang dapat

mempengaruhi fungsi memori.

2. Untuk siswa-siswi sekolah dasar:

a. Perlunya penerapan latihan aerobik secara teratur pada siswa sekolah

dasar untuk membantu perkembangan kognitif dan performa akademis.


77

DAFTAR PUSTAKA

1. Flavell JH, Miller PA, Miller SA. Desenvolvimento cognitivo. Porto


Alegre: Editora Artmed; 1999.
2. Berkman DS, Lescano AG, Gilman RH, Lopez SL, Black MM. Effects of
stunting, diarrhoeal disease, and parasitic infection during infancy on
cognition in late childhood: a follow-up study. Lancet 2002; 359:564-71.
3. Johnson MH. Development neuroscience. In: Bornstein MH, Lamb ME,
editors. Developmental psychology: an advanced textbook. Mahwah:
Lawrence Erlbaum Associates 1999; 199-230.
4. Sidiarto LD, Kusumoputro S. Memori Setelah Anda Usia 50. Cetakan I.
Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia 2003.
5. Cuasay P. Cognitive factor in academic achievement. New York: Higher
Education Extension Service 1992.
6. Raine LB, Lee HK, Saliba Bj, Chaddock-Heyman L, Hillman CH, Kramer
AF. The Influence of Childhood Aerobik Fitness on Learning and Memory.
Available
from:http://journals.plos.org/plosone/article?id=10.1371/journal.pone.0072
666
7. Kumaran D. Short-Term Memory and the Human Hippocampus. The
Journal of Neuroscience 2008; 3837-3838.
8. Koch CA. Research summary: Exploring the Link between Physical
Activity, Fitness and Cognitive Function. Illionis Public Health Institute
2013.
9. Dave E, Deschenes MS. The effect of acute physical exercise on cognitive
fuction during development. Psychology of sport and exercise 2016;
11(2010):122-126.
10. Sutoo De, Akiyama K. Regulation of brain function by exercise.
Neurobiology of Disease 2003;13(1):1-14
11. Sari HA. Handout tes intelegensi. Salatiga: Fakultas Psikologi Universitas
Kristen Satya Wacana 2006.
12. Atkinson RL, Atkinosn RC, Smith EE, Bem DJ. Pengantar psikologi jilid
1. Edisi ke 11. Batam: Interaksara.
13. Desmita. Psikologi perkembangan. Badnung: PT Remaja Rosdakarya;2005.
14. Sidarto LD, Kusumoputro S. Memori anda setelah usia 50. Cetakan I.
Jakarta: Penerbit Univeristas Indonesia2003.
15. Mundkur N. Neuroplasticity basis in children. Indian J Pediatri
2005;72(10):855-7.
16. Chugani HT. Biological basis of emotion: brain systems and brain
development. Paediatrics 1998;102:1225-9.
17. Flint J. The genetic basis of cognition. Brain 1999;122:2015-31.
18. Asher J, Bock R. Human genes affects memory, 2003. [cited 2005].
Available from: URL:http://www.nih.gov/news/pr/jan2003/nimh-23.htm
19. Aber L, Palmer J. Poverty and brain development in early childhood. New
York: National Centre for Children in Poverty;1999.
78

20. Arizal, Daris A, Hidayat A. Gizi dan peranya. In: Hardhywinoto,


Setiabudhi T, editors. Anak unggul berotak prima. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama 2002; p.132-50.
21. Mendez MA, Adar LS. Severity and timing of stunting in the first two
years of life affect performance on cognitive test in late childhood. J Nutr
1999;129: 1555-62.
22. McGregor SMG, Fernald LC, Sethuraman K. Effect of health and nutrition
on cognitive and behavioural development in children in the first here years
of life, Part 1: Low birthweight , breastfeeding, and protein-energy
malnutrition. [cited 2005]. Available from: URL:
http://www.unu.edu/Unupress/food/V201e/ch07.html
23. Bribiesca LB, Alvares IDR, Olivares AM. Dentritic spine Pathology in
Infants With Severe Protein-Calorine Malnutrition. Pediatric 1999;104;2:1-
6
24. Widyawati I. Penatalaksanaan gangguan gangguan belajar pada anak. In:
Penatalaksanaan perkembangan & belajar pada anak. Prosiding Pertemuan
Ilmiah Tahunan I Perdosri. Jakarta: Perdosri; 2002.p.12-21.
25. Colvin RA, Davis N, Nipper W, Carter P. Zinc transport in the brain: routes
of zinc influx and efflux in neuerons. J Nutr 2000;130:1484-87.
26. Supariasa IDN, Bakri B, Fajar I. Penilaian status gizi. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran ECG; 2001.
27. Tarleton J, Haque R, Mondal D, Shu J, Farr BM, Petri WA Jr. Cognitive
effects of diarrhea, malnutrition, and entamoeba hystolytica infection on
school age children in Dhaka, Bangladesh. Am J Trop Med Hyg
2006;74(3):475-81.
28. Soetjiningsih. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
ECG;1995.
29. Jensen E. Enriched environments and the brain. [cited 2005]. Available
from: URL://www.ased.org/publications/books/198019/chapter4.html
30. Lumeng JC, Gamnon K, Cabral HJ, Frank DA, Zuckeman B. Association
between clinically meaningful behaviour problem and overweight in
children. Paediatrics 2003;112:1138-45.
31. Centre for Human Resource Research. The Ohio State University. NLSY79
child & young adult, data users guide. 2006. [cited 2006]. Available from:
URL: http://www.bls.gov.
32. Middleton AJ. Brain Injury in Children and Adolescent. Advances in
Psychiatric Treatment 2001; 7: 257-65
33. Windham B. Effects of toxic metals on learning ability and behaviour.
[cited 2005]. Available from: URL: http://www.cqs.com/toxicmetals.htm
34. Passat J. Epidemiologi Epilepsi. In: Sutomenggolo Ts, Ismael S, editors.
Buku Ajar Neurologi Anak. Jakarta: BP IDAI;1999.p.19.7.
35. Memory difficulties in people with epilepsy. [cited 2008]. Available from:
URL: http://www.epilepsy.org_uk/info/memory.html
36. Hannaford C. Smart moves; why learning is not all in your head. Virginia:
Great Ocean Publishers; 1995.
79

37. Koo JW, Park CH, Choi SH, Kim NJ, Kim HS, Choe JC et al. Postnatal
environment can counteract prenatal effect on cognitive ability, cell
proliferation and synaptic protein expression. The FASEB journal 2003.
[cited 2006]. Available from: URL:
http://www.fasebj.org/cgi/content/full/17/11/1556.htm
38. Channey DS. Psychobiological mechanism of resilience and vulnerability:
implications for successful adaptation to extreme stress. Am J Psych
2004;161: 195-216.
39. McEwen BS. Physiology and neurobiology of stress and adaptation: central
role of tthe brain. Physiol Rev 2007;87: 873-904.
40. Levine ES, Black IB. Neurotrophic factors. In Sadock BJ, Sadock VA,
editors. Kaplan & Sadocks: Comprehensive Textbook of Psychiatry.
Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 200.p.71-75
41. Sakti H, Satoto, Hertanto S, Nokes C, Hall A et al. Evidence for an
association between hookworm infection and cognitive function in
Indonesian school children. Trop Med Intl Helath 1999.
42. Metabolisme Energi Tubuh & Olahraga. Sports Sciene Brief. Vol.1.
Jakarta.2007.
43. Silverthorn, Dee Unglaub. Fisiologi manusia : sebuah pendekatan
terintegrasi. Jakarta: ECG, 2013.
44. Kartawa H. Fisiologi olahraga. In Darmono, editor. Kumpulan naskah
symposium peranan dan manfaat olahraga pada DM. Semarang: Badan
penerbit undip; 1995. p 6
45. Plotnik R, Kouyoumdjian H. Introduction to Psychology ninth edition.
USA: Wadsworth; 2011.
46. Hudmon, Andrew. Learning and Memory. New York: Infobase Publishing;
2006.
47. Hillman CH, Ericson Kl, Kramer AF. Be smart, exercise your heart:
exercise effect in brain and cognition. Nat Rev Neurosci. 2008 Jan;
9(1):58-65. Available from: URL:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/1809470 diakses 30 April 2016
48. Hillman CH, Castelli DM, Buck SM. Aerobik fitness and neurocognitive
fuction in healthy preadolescent children. Med Sci Sports Exerc. 2005
Nov;37(11):1967-74. Available from: URL:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/16286868 akses tanggal 1 Mei 2016.
49. Azad A, Gharakhanlou R, Niknam A, Ghanbari A. Effects of Aerobik
Exercise on Lung Function in Overweight and Obese Students. National
Research Institute of Tuberculosis and Lung Disease. 2011; 10(3): 24-31
50. Kravitz L. The Age antidote. Available at: URL:
http://www.unm.edu/~lkravitz/Article%20folder/age.html 1 Mei 2016.
51. Katch VL, McArdle WD, Katch SI. Fundamentals of human transfer
energy. Essensials of exercise physiology. 4th ed. Philadelphia: Lippincott
Williams & Wilkins; 2011. p151-70
52. Guyton, Hall. Fisiologi Olahraga. Buku ajar fisiologi kedokteran. 9th ed.
Jakarta: EGC; 1996. p1339-42
80

53. Ganley KJ, Palermo MV, Miles S, Stout J, Brawner L, Girolami G, et al.
Health Related Fitness in children and adolescent. Pediatric phys ther.2011;
23(2): 208-20
54. Branas A. Exercise for healthy living. Available at:
http://www.phillyrehab.com
55. Pottegier JA. Exercise Physiologi. ACSMs Introduction to exercise
science. 1st ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2011. p 76-
81
56. Hebestreit H, Kieser S, Rudiger S, Schenk T, Junge S, Hebestreit A, et al.
Physical activity is independently related to aerobik capacity in cystic
fibrosis. Eur Respir J. 2006; 28: 73439
57. Farid R, Azad FJ, Atri AE, Rahimi MB, Khaledan A, Khoei MJ, et al. .
Effect of Aerobik Exercise Training on Pulmonary Function and Tolerance
of Activity in Asthmatic Patients. Iranian journal of allergy, asthma and
immunology. 2005; 4(3): 133-38
58. Anandacoomarasamy A, Fransen M, March L. Obesity and the
musculoskeletal system. Curr Opin Rheumatol. 2009; 21(1):717.
59. Hergenroeder AC, Chorley J, Triedman JK, Torchia MM. The
preparticipation sports examination in children and adolescent. 2013.
Available at: URL: http//www.uptodate.com diakses 2 Mei 2016.
60. Best JR. Effects of physical activity on childrens executive function:
Contributions of experimental research on aerobik exercise. Developmental
Review. 2010; 30:331-351
61. McMorris T, et all. Exercise and cognitive fuvtion. USA: Wiley-Blackwell;
2009. E-book. Available from: https://books.google.co.id Diakses pada 7
Mei 2016.
62. Kulak W, Sobaniec W. Molecular mechanism of brain pasticity:
neurophysiologic and neuroimaging studies in the developing patients.
Annals Academiae Medicae Bialostocensis 2004;49:227-36
63. Praag HV, Subert T, Zhao C, Gage FH. Exercise enchances learning and
hippocampal neurogenesis in aged mice. J Neurosci 2005; 25(38):8680-5
64. Gomez-Pinilla F, Ying Z, Ror RR, Molteni R. Voluntary exercise induces a
BDNF-mediated mechanism that promotes neuroplasticity. J
Neurophysiology 2002;88: 2187-95.
65. Tirtawirya D. Intensitas dan volume dalam latihan olahraga. J ISSA 2012;
2252-3375.
66. Roedinger HL, III, Karpicke JD. Test-enchanced Learning: taking memory
test improves long-term retention. Association for Psichological Science
2006;Vol. 17, number 3.
67. Perini R, Bortoletto M, Capogrosso M, et al. Acute effects of aerobic
ecxercise promote learning. Scientific reports. Mei 2016.
68. Weng TB, et al. The acute effects of aerobic exercise on the fuctional
connectivity of human brain networks. IOS press and the authors 2015;
2213-6304/16.
69. Vogel S, Schwabe L. Learning and memory under stress: implication for
the classroom. Npj Science of learning 2016.
81

70. Schwabe L, et al. Stress effect on memory. An update and integration.


Elsevier. Neuroscience and Biobehavioral Reviews 2011;36 (2012)1740-
49.
82

Lampiran 1
Jadwal Kegiatan Penelitian

Kegiatan 2016 2015


No.
Bulan 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3
1 Penyusunan
Proposal
2 Seminar Proposal
3 Kaji Etik
4 Penelitian
5 Analisis Data
6 Seminar hasil

7 Ujian Skripsi
83

Lampiran 2.

Anggaran Penelitian

No Uraian Jumlah Satuan Biaya Total


satuan (Rp)
(Rp)
1 Kertas A4 3 Rim 120.000 40.000

2 Tinta printer 2 Botol 90.000 90.000

3 Fotocopy 500 Lembar 250 125.000

4 Snack untuk sampel 50 Buah 5.000 250.000

5 Alat pengukur Hb 1 Buah 800.000 800.000

6 Strip pengukur Hb 2 Pack 250.000 500.000

JUMLAH 1.805.000
84

Lampiran 3.
Gambaran Umum Penelitian

Dengan hormat,

Dalam rangka kegiatan pelaksanaan penelitian saya, atas Nama :


Chlarasinta Benyamin, NIM : 1308012044, mahasiswa Program Studi S-1
Fakultas Kedokteran Universitas Nusa Cendana, dengan judul penelitian
Pengaruh Latihan Aerobik Akut Terhadap Fungsi Memori Jangka Pendek
Pada Anak Sekolah Dasar Usia 9-12 tahun di SDN Naikoten I Kota Kupang
saya mengundang dan memohon partisipasi atau keikutsertaan adik-adik sekalian
sebagai subjek penelitian dalam penelitian ini. Melalui penelitian ini, peneliti
berharap dapat mengetahui apakah latihan aerobik akut dapat meningkatkan
memori jangka pendek pada anak sekolah dasar usia 9-12 tahun.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuktikan pengaruh latihan


aerobik akut terhadap memori jangka pendek pada anak sekolah dasar usia 9-12
tahun. Latihan aerobik akut merupakan aktivitas yang bergantung pada
tersedianya oksigen untuk proses pembakaran sumber energi.

Menurut teori dikatakan pengaruh positif terhadap indeks neuroelektrik


dalam memori kerja dan kecepatan respon pada anak dari aktivitas fisik melalui
latihan aerobik pada aspek selektif fungsi otak. Beberapa penelitian menyatakan
bahwa latihan aerobik akut maupun kronik mempunyai efek terhadap fungsi
eksekutif namun dengan jalur fisiolgis yang berbeda. Manfaat menjadi subjek dari
penelitian ini adalah adik-adik akan membantu peneliti untuk menjalankan tujuan
dari penelitian yang nantinya dapat berguna bagi masyarakat luas, dari penelitian
ini akan menambah wawasan dan pengetahuan tentang manfaat latihan aerobik
untuk perkembangan memori jangka pendek.

Berikut saya jelaskan mengenai langkah-langkah penelitian ini:

1. Mengisi lembar informasi dan persetujuan sebagai tanda persetujuan


mengikuti penelitian
85

2. Akan diminta mengisi biodata


3. Setelah mengisi biodata, saudara akan menjawab pertanyaan seputar
kesehatan dan stimulasi pada anak.
Segala data yang nantinya peneliti peroleh dari orangtua/wali akan
dirahasiakan dan tidak akan dipublikasikan. Dengan partisipasi adik-adik menjadi
subjek penelitian, peneliti mengucapkan terima kasih. Semoga kerja sama ini
bermanfaat bagi banyak orang.

Apabila orangtua/wali ingin membutuhkan keterangan lebih lanjut


tentang penelitian ini, silahkan menghubungi peneliti pada alamat di bawah ini:

Nama :Chlarasinta Benyamin

Nomor HP :082145191752

Alamat :Jalan Bhakti Besi- Oebobo

Hormat saya

Chlarasinta Benyamin

1308012044
86

Lampiran 4.

SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN MENGIKUTI PENELITIAN

(Informed Concent)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama :..
Umur :..
Alamat :..
Setelah memperoleh penjelasan dari peneliti tentang maksud dan tujuan
penelitian, cara pelaksanaan dan konsekuensinya, manfaat bagi pemeliharaan
kesehatan saya dan bagi kemajuan upaya kesehatan, dengan ini menyatakan :
1. Memahami sepenuhnya maksud dan tujuan penelitian, cara pelaksanaan
dan konsekuensinya.
2. Bersedia mengemukakan dengan sejujurnya segala hal yang berkaitan
dengan keadaan kesehatan.
3. Bersedia mengikuti dan menjalankan petunjuk penelitian yang diberikan
secara sungguh-sungguh dan bertanggung jawab.
4. Bersedia menghubungi peneliti bila ada hal-hal yang kurang dipahami
maupun melaporkan hal-hal yang berkembang selama penelitian.
5. Bersedia untuk sewaktu-waktu dihubungi atau dikunjungi oleh peneliti
guna penyempurnaan penelitian ini.
Demikian surat pernyataan kesediaan mengikuti penelitian ini saya setujui

dengan tanpa paksaan dari pihak manapun, untuk menjadi pegangan bagi

peneliti dan pihak yang terkait dengan penelitian ini.

Kupang,

Yang memberi penjelasan, Yang menyatakan

persetujuan,

Chlarasinta Benyamin ( Orang Tua/wali )


87

Lampiran 5.

Protokol Latihan Aerobik


Urutan pelaksanaan:
- Partisipan diberi penjelasan mengenai protokol latihan yang akan
dilakukan, Hal-hal yang harus diperhatikan selama melakukan latihan
termasuk mengenai kapan latihan sebaiknya dihentikan.
- Partisipan diberi penjelasan mengenai skala borg, dengan rentang RPE
pada 12-16 dalam skala borg 6-20 sebagai adaptasi fisiologis latihan yang
direkomendasikan ACSM.

Alat dan bahan:


- Stopwatch
- Pulsemeter merk Omron HR-100C
- Skala Borg

Terdiri dari 3 Fase, yaitu:


1. Pemanasan (Warming Up): Dalam fase ini didahului oleh kegiatan
stretching / penguluran otot otot tubuh dan dilanjutkan dengan gerakan
jalan dinamis. Dalam fase ini, gerakan harus dilaksanakan secara runtut
dan tetap. Gerakan tersebut dimulai dari kepala, lengan, dada, pinggang
dan kaki. Fase ini berlangsung selama 5 menit.
88

2. Latihan Inti: Latihan intiadalah fase utama dari urutan latihan, berupa lari
selama 20 menit. Target heart rate latihan dihitung menggunakan metode
karvonen, dengan rumus:
Target HR= HRR (HRmax HRrest) x % intensitas + HR rest
Pada penelitian ini, menggunakan % intensitas 50-70% (moderat), yang
menghasilkan kisaran target HR batas atas dan bawah. Partisipan berlari
dengan menggunakan pulsemeter yang akan menampilkan denyut jantung
partisipan selama lari. Peneliti mengawasi agar denyut jantung partisipan
berada di zona latihan aerobik yang diharapkan selama fase ini, yaitu
dengan memeriksa denyut jantung pada menit ke 1, 5, 15 dan 20 menit
selama menjalani latihan inti. Selama pemeriksaan denyut jantung
partisipan lari di tempat.
3. Pendinginan (Cooling Down): Pada fase ini gerakan gerakan
dimaksudkan untuk menurunkan frekuensi HR mendekati HR sebelum
latihan, maksimal 10% dari HR awal latihan. Gerakan pada tahap ini
berupa latihan relaksasi dan pengaturan nafas.
89

Lampiran 6.

Tes Memori Jangka Pendek

RENTANG ANGKA (DIGIT SPAN)

Tes ini terdiri dari angka maju dan angka mundur, dilaksanakan secara terpisah.
Jumlah nilai totalnya diperoleh dengan menjumlahkan banyaknya deretan angka
yang tertinggi dari kedua angka itu yang dapat disebutkan kembali dengan benar.

ANGKA MAJU (DIGIT FORWARD)

Petunjuk : katakanlah: saya akan menyebutkan beberapa angka.


Dengarkan dengan saksama, dan bila sudah selesai sebutkanlah
kembali angka-angka itu persis seperti yang saya sebutkan.
deretan angka-angka itu harus diberikan dengan kecepatan
masing-masing 1 detik. Semua subjek harus mulai dengan 3
angka. Bila subjek mngulang percobaan I dari suatu seri
dengan benar, maka dinilai positif dan dilanjutkan dengan seri
angka berikutnya yang lebih tinggi. Bila subjek gagal pada
percobaan I maka diberikan percobaan II dari seri yang sama.
Hentikan : bila gagal pada ke II percobaan dari suatu seri tertentu.
Penilaian : nilainya adalah banyaknya deretan angka yang paling tinggi
yang dapat diulang dengan benar dari salah satu percobaan.
Oleh karena itu, bila banyaknya deretan angka yang paling
tinggi yang dapat diulang dengan benar deretan dengan 5
angka, maka nilainya 5.
Nilai maksimal=9

ANGKA MUNDUR (DIGIT BACKWARD)

Petunjuk : katakanlah: sekarang saya akan menyebutkan beberapa angka


lagi, tetapi kali ini bila saya berhenti saya harap kamu
menyebutkan angka-angka itu dimulai dari angka yang paling
90

belakang kembali ke angka-angka di depan. Misalnya, bila saya


menyebutkan 1-2-3, apa yang akan kamu sebutkan?
Tunggulah sebentar agar subjek menjawab, bila dia menjawab
dengan tepat, katakanlah: itu benar, dan dilanjutkan dengan
tes, yang dimulai dengan percobaan I dari total soal 3 seri
angka, tetapi bila subjek gagal dengan contoh di atas, berikanlah
padanya jawaban yang benar dan cobalah dengan contoh yang
lain sambil berkata: ingat kamu harus menyebutnya mundur: 5-
6-3. Bila dia berhasil kali ini, lanjutkan dengan tes, dengan
menggunakan percobaan I dari seri 3 angka. Tetapi bila gagal
dengan contoh yang kedua ini, lanjutkan dengan tes, dab
mulailah dengan percobaan I dari sei 2 angka.
Beberapa subjek yang berhasil dengan contoh-contoh mungkin
gagal dengan kedua percobaan dari seri 3 angka, dalam hal
seperti ini berikanlah percobaan dari seri 2 angka, dan bila
setelah itu berhenti. Percobaan kedua dari suatu seri hanya
diberikan bila subjek gagal dengan percobaan yang pertama.

Hentikan : bila gagal pada kedua percobaan dari suatu seri tertentu.
Penialian : nilainya adalah banyaknya deretan angka yang paling tinggi
yang dapat diulang dengan benar dari belakang ke depan.
Nilai maksimal=8
Nilai total untuk tes rentangan angka ini adalah jumlah dari deret angka maju dan
angka mundur. Nilai maksimal 17.
91

DIGIT FORWARD
92

DIGIT BACKWARD
93

Lampiran 7.

Formulir Data Penelitian


No. Urut

I. IDENTITAS

Tanggal pemeriksaan :
Nama : Sekolah : . . . . . . . . . . . .
......
Umur : tahun; bulan
Jenis kelamin : 0 = Pria 1 = Wanita
Tinggi badan : cm
Berat badan : kg
Lingkar kepala : cm
Alamat : . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .No telp :. . . . . . . . . . . .
......

II. ANAMNESIS

1. Riwayat cedera kepala: pernah tidak pernah

Pernah: ringan/tidak rawat inap di RS sedang/rawat inap


dibangsal
berat/rawat inap di ICU

2. Riwayat kejang: pernah tidak pernah

3. Riwayat penyakit penyerta:

Hipertensi Penyakit
jantung
Operasi anggota gerak bawah 6 bulan sesak nafas
Fraktur anggota gerak bawah 6 bulan

4. Aktivitas fisik :

- Olah raga
2 = berat (olah raga kompetisi:
bulu tangkis, tenis)
94

Kualitas : 0 = ringan (jalan)


1 = sedang (sepeda)
Keteraturan : 0 = tidak teratur 1 = teratur
Frekuensi : 0 = < 3x/minggu 1 = >3x/minggu

- Kegiatan ekstrakulikuler :

- Perjalanan ke sekolah : jalan kaki bersepeda diantar


mobil/motor
5. Lingkungan sosial ekonomis dan keluarga (mohon diisi)

- Penghasilan orang tua: < 1 juta (.) 1-5 juta (.) > 5 juta (.)

- Pekerjaan orang tua:

Ayah :..

Ibu :..
6. PEMERIKSAAN FISIK

Status generalisata
1. Tanda vital : TD...........mmHg; N........x/mnt; RR ..........x/mnt;
Suhu:..........0C
2. Status gizi : BB..........kg; TB..........m
3. Mata : Lensa keruh tidak keruh
visus : terkoreksi tidak terkoreksi
buta warna tidak buta warna
4. Thorax: inspeksi: dalam batas normal terdapat kelainan
Cor: irama: reguler irreguler
Suara tambahan: Ada tidak ada
Pulmo: suara dasar: Vesikuler Bronchial
Suara tambahan: Ada tidak ada
5. Ekstremitas bawah
95

Keterangan kanan kiri

Deformitas

Tanda radang

LGS

MMT

Sensibilitas

Refleks
96

Lampiran 8.

Nama anak: _______________________________ Usia anak: _____________

Tanggal: ___________

Moods and Feelings Questionnaire

Formulir ini adalah tentang bagaimana anda mungkin telah merasa atau bertindak baru-
baru ini

Untuk setiap pertanyaan, silahkan beri tanda centang (v) bagaimana anada telah merasa
atau bertindak dalam dua minggu terakhir.

Jika kalimat tersebut tidak benar mengenai anda, centang TIDAK BENAR
Jika kalimat tersebut hanya kadanag-kadang benar, centang KADANG-KADANG
Jika kalimat tersebut benar mengenai anda, pada sebagian besar waktu anda, centang
BENAR

Skor MFQ, sebagai berikut:


TIDAK BENAR = 0
KADANG-KADANG = 1
BENAR = 2

Silahkan gunakan tanda centang (V) untuk TIDAK KADANG- BENAR


tiap-tiap pernyataan BENAR KADANG
1. Saya merasa sengsara atau tidak bahagia
2. Saya tidak menikmati apapun sama sekali
3. Saya merasa sangat lelah, aku hanya
duduk-duduk dan tidak melakukan apapun
4. Saya sangat gelisah
5. Saya merasa tidak baik-baik saja
6. Saya banyak menangis
7. Saya merasa sulit untuk berkonsentrasi
8. Saya benci diri sendiri
9. Saya adalah orang yang jahat
10. Saya merasa kesepian
11. Saya merasa tak seorangpun menyayangi
saya
12. Saya merasa saya tidak akan pernah
menjadi sebaik anak yang lain
13. Semua yang saya kerjakan salah

Copyright Adrian Angold & Elizabeth J. Costello, 1987; Developmental Epidemiology


Program; Duke University
97

Lampiran 9.
Hasil statistik
U ji normalitas kelompok kontrol
Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
kelompok
kontrol Statistic df Sig. Statistic df Sig.
df kontrol pre test .216 23 .007 .881 23 .011
post test .206 23 .012 .899 23 .024
db kontrol pre test .315 23 .000 .828 23 .001
post test .187 23 .036 .910 23 .040
ds kontrol pre test .172 23 .076 .905 23 .032
post test .198 23 .020 .902 23 .028
a. Lilliefors Significance Correction
Uji deskriptif kelompok kontrol
Wicoxon
Digit span
Ranks

N Mean Rank Sum of Ranks

posttest kontrol - pretest Negative Ranks 5a 5.70 28.50


kontrol
Positive Ranks 10b 9.15 91.50

Ties 8c

Total 23

a. posttest kontrol < pretest kontrol

b. posttest kontrol > pretest kontrol

c. posttest kontrol = pretest kontrol

Test Statisticsb

posttest kontrol -
pretest kontrol

Z -1.806a

Asymp. Sig. (2-tailed) .071

a. Based on negative ranks.

b. Wilcoxon Signed Ranks Test


98

Digit forward
Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks

posttest kontrol - pretest Negative Ranks 3a 6.67 20.00


kontrol
Positive Ranks 13b 8.92 116.00

Ties 7c

Total 23

a. posttest kontrol < pretest kontrol

b. posttest kontrol > pretest kontrol

c. posttest kontrol = pretest kontrol

Test Statisticsb

posttest kontrol -
pretest kontrol

Z -2.526a

Asymp. Sig. (2-tailed) .012

a. Based on negative ranks.

b. Wilcoxon Signed Ranks Test

Digit backward
Ranks

N Mean Rank Sum of Ranks

posttest kontrol - pretest Negative Ranks 6a 6.50 39.00


kontrol
Positive Ranks 6b 6.50 39.00

Ties 11c

Total 23

a. posttest kontrol < pretest kontrol

b. posttest kontrol > pretest kontrol

c. posttest kontrol = pretest kontrol

Test Statisticsb
99

posttest kontrol -
pretest kontrol

Z .000a

Asymp. Sig. (2-tailed) 1.000

a. The sum of negative ranks equals the


sum of positive ranks.

b. Wilcoxon Signed Ranks Test

Kelompok Kontrol vs Kelompok Perlakuan

Uji normalitas data


Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
kelompok pretest Statistic df Sig. Statistic df Sig.
digit backward kelompok kontrol .315 23 .000 .828 23 .001
kelompok perlakuan .250 23 .001 .873 23 .007
digit forward kelompok kontrol .216 23 .007 .881 23 .011
kelompok perlakuan .254 23 .000 .869 23 .006
digit span kelompok kontrol .172 23 .076 .905 23 .032
kelompok perlakuan .143 23 .200* .960 23 .458
a. Lilliefors Significance Correction
*. This is a lower bound of the true significance.
78

Lampiran 10.

Data sampel penelitian


PRE-TEST POST-TEST
NO NAMA SISWA UMUR JK BB TB BMI
D.FORW D.BACKW D.FORW D.BACKW
1 ABRAHAM F M LENDEBULU 11 L 51 144 24,6 6 3 7 3
2 ADINDA R E RUPIDARA 11 P 34 147 16,1 7 4 7 4
3 AGNES R PISSORT 11 P 30 142,5 14,8 6 2 9 3
4 ANJELA DESI WOLU 11 P 22 133 12,4 4 3 6 4
5 AJENG CHETRYN MALELAK 11 P 30 135 93,8 5 5 6 5
6 AONZO THONCI 11 L 24 134 13,4 5 4 6 5
7 AVRILLYA BENU 11 P 26 138,5 13,6 8 6 8 7
8 BETSY C M DJAWA 11 P 26 139,5 13,7 4 3 7 5
9 BERLIAN NDOLU 11 P 23 138 12 4 3 9 3
10 BOBBY B M MANUKOA 11 L 22 136 11,9 6 6 6 4
11 BRAYEN ADRIAN HELIANAK 11 L 22 130 13 4 2 8 4
12 CHRISTIAN PUTRA NARA 11 L 25 130 14,8 7 6 4 5
13 CHRISTIAN A TAOPAN 10 L 34 137 18,1 5 4 6 3
14 CHRISTIAN LAE 11 L 47 146,5 21,9 7 5 7 5
15 DANIELLA K NENOTEK 11 P 25 134 13,9 5 3 7 4
16 DEA RAHMATIA ANDIANA 11 P 32 144 15,4 6 4 8 4
17 ELISABETH S O KAHYORU 11 P 29 140 13,2 4 3 4 3
18 ENJELITA B LIU 11 P 25 133,5 14 6 6 6 4
19 ESTERLITA PALEALU 11 P 39 146,5 18,2 8 4 9 4
20 FEBRIANO R MANA 11 L 25 132 14,3 6 3 6 3
21 FERNANDA LESIA NALLE 11 P 32 150 14,2 9 4 9 4
22 GADISYA PANDIE 11 P 25 140 12,8 6 7 7 5
23 GRACE KONAY 10 P 52 148 23,7 6 4 7 5
25 IVAN KANA 11 L 28 134 15,6 4 3 4 2
79

26 JAVA JOVAN ADU 11 L 37 145,5 17,5 7 4 7 6


27 JEROLD D NEPAFAY 11 L 20 127 12,4 5 3 7 4
28 JUANITO KAAT 11 L 26 130 15,4 7 3 7 3
29 KADEK R D MANIKAN 11 P 27 136 14,6 7 4 8 6
30 KAREN MOOY 11 P 28 146 13,1 7 6 9 7
31 KETRIN E LADA 11 P 29 132,5 16,5 6 3 8 4
32 MAGDALENA INA K LAKE 11 P 34 143 16,6 5 3 7 4
33 MARGARETH MONALISA 11 P 29 135 16 7 4 9 4
34 MELANI TAHUN 11 P 52 148 23,7 7 6 9 7
35 MELIANA D W SYAHYAN 11 P
36 MICHAEL C MARKUS 11 P 29 139,5 15 5 3 6 2
38 MORISIUS Y DARU KAI 11 L
39 MUH RESKI 11 L 24 129 14,4 7 5 6 5
40 PETRA M L T SAKA 11 L 25 139 13 8 3 8 4
41 PUTU AIKU PRADNYA 11 L 32 143,5 15,5 7 4 7 5
42 PUTU RANU MANIKAN 11 P 30 137 16 8 6 9 6
43 REYNHARD D FANGIDAE 10 L
44 RIFANDI 12 L
45 RIZKY MUKTAR 11 L 36 142 17,9 6 3 6 3
46 ROSSYE E SABA 11 P 45 142 22,3 7 5 8 6
48 VENCE D S HEO 11 L 35 137 18,6 6 4 5 5
50 ZHIZI GLORYA DJARI 10 P 42 144 20,2 7 6 7 6
80

Lampiran 11.

Kaji etik
81
82

Lampiran 12.

Surat Ijin Penelitian


82
83

Lampiran 13.

Surat Selesai Penelitian


84

Lampiran 14.

Pengaruh Latihan Aerobik Akut Terhadap Fungsi Memori Jangka Pendek


Pada Anak Sekolah Dasar Usia 9-12 Tahun di SDN Naikoten I Kota Kupang

Chlarasinta Benyamin1 Dyah G.R. Kareri2 Debora S. Liana3


1
Fakultas Kedokteran Universitas Nusa Cendana.
(butterflyaway_chlara@yahoo.com)
2
Bagian Rehabilitasi Medik Fakultas Kedokteran Universitas Nusa Cendana
3
Bagian Anak Fakultas Kedokteran Universitas Nusa Cendana

ABSTRAK

Latar belakang Kecepatan perkembangan kognitif bergantung pada derajat


aktivitas memori jangka pendek. Memori jangka pendek adalah kapasitas yang
secara aktif menyimpan informasi dalam jumlah yang terbatas dan berperan dalam
kesadaran mental. Memori menggambarkan kapasitas seseorang untuk belajar dan
berhubungan erat dengan peran hipokampus. Proses belajar bergantung pada
integrasi antara pengetahuan sebelumnya dengan informasi baru dari lingkungan.
Latihan aerobik merupakan salah satu aktivitas yang dapat menstimulasi kognitif
pada anak.
Tujuan Membuktikan pengaruh latihan aerobik akut terhadap memori jangka
pendek pada anak sekolah dasar usia 9-12 tahun.
Metode penelitian Penelitian dengan desain kuasi eksperimental mengambil
subjek berusia 9-12 tahun di SDN Naikoten 1 Kota Kupang dengan 23 anak pada
kelompok kontrol dan 23 anak kelompok perlakuan. Latihan aerobik akut dengan
intensitas moderat diberikan kepada kelompok perlakuan kemudian diukur fungsi
memori jangka pendek sebelum dan sesudah perlakuan menggunakan digit span.
Hasil Hasil menunjukan terdapat perubahan nilai semua skor tes pada kelompok
perlakuan, namun hanya didapatkan perbedaan bermakna pada selisih skor tes
digit backward (p=0,031).
Kesimpulan Tidak terdapat pengaruh latihan aerobik akut terhadap memori
jangka pendek pada anak sekolah dasar usia 9-12 tahun.

Kata kunci: Aerobik akut, memori jangka pendek


85

Effect of Acute Aerobic Exercise to Short Term Memory Function on 9-12th


Years Old Student of Public Elementary School in Kupang City

Chlarasinta Benyamin1 Dyah G.R. Kareri2 Debora S. Liana3


1
Faculty of Medicine Nusa Cendana University
(butterflyaway_chlara@yahoo.com)
2
Division of Medical Rehabilitation Faculty of Medicine Nusa Cendana
University
3
Division of Pediatric Faculty of Medicine Nusa Cendana University

ABSTRACT

Background The Velocity of cognitive development rely on the level of short


term memory. Short term memory is an active memory storage capacity which
actively saving information in a limit capacity and has an important role of mental
consciousness. Memory describes the capacity of learning and it has a strong
relation of the hippocampus role. Learning process depends on the integrity
between previous knowledge with recent information from the environments.
Aerobic exercise is a kind of activity which can stimulates childrens cognition.
Objective
Prove an Acute Aerobic Exercise on childs short term memory on 9-12th years
old.
Method A study with Quasi experimental design has been made concluded by 9-
12 years old students from Naikoten 1 public elementary school, the students are
divided to 2 groups consist of 23 in control group and with the same amount in
treated group. Acute Aerobic exercise with moderate intensity has been given to
the treated group than their short term memory function were taken and been
measured using digit span.
Results showed a value changes in all test score from treated group, meanwhile
only by using digit backward which has a significant results.
Conclusion there was no acute effect of aerobic exercise on short-term memory in
children aged 9-12th years old.

Key words: Acute aerobic, short term memory


86

PENDAHULUAN mendukung peran ini belum dapat


dijelaskan.7
Perkembangan kognitif dini Aktivitas fisik dapat
dihubungkan dengan pengembangan mempengaruhi fisiologi otak dengan
memori, keterampilan sosial, cara meningkatkan pertumbuhan
kemampuan berbahasa, penalaran kapiler otak, aliran darah, oksigenasi,
logis, perencanaan dan pemecahan produksi neurotrophin, pertumbuhan
masalah.1 Perkembangan kognitif sel-sel neuron di hipokampus (pusat
dapat dipengaruhi oleh faktor belajar dan memori), jumlah
lingkungan dan faktor pribadi2,3. neurotransmiter, membangun
Fungsi kognitif dalam behaviour koneksi antar neuron, dan volume
neurology dibagi menjadi lima jaringan otak. Perubahan ini
domain kognitif yaitu atensi, bahasa, meningkatkan kemampuan kognitif.8
memori, pengenalan ruang, dan Penelitian Ratey dan Loehr tahun
fungsi eksekutif4. Para ahli 2001 mendukung pernyataan ini
berpendapat kecepatan kognitif bahwa aktivitas fisik berdampak
bergantung pada derajat aktivitas positif pada fungsi kognitif yang
memori jangka pendek seperti berkaitan dengan usia.9
menyelesaikan operasi Latihan aerobik merupakan salah
matematika5,6. satu aktivitas yang dapat
Memori jangka pendek adalah menstimulasi kognitif pada anak.
kapasitas yang secara aktif Hasil penelitian Davis tahun 2007
menyimpan informasi dalam jumlah menunjukkan bahwa lama waktu
yang terbatas dan berperan dalam melakukan aktifitas fisik memberi
kesadaran mental. Informasi baru pengaruh terhadap fungsi kognitif.
yang diterima dari lingkungan Hasil penelitian tersebut
disimpan dalam memori, diaktivasi, menunjukkan aktivitas fisik selama
dan dikombinasikan dengan memori 40 menit lebih signifikan
lama yang sudah terbentuk. Memori memperbaiki fungsi kognitif
menggambarkan kapasitas seseorang dibandingkan dengan aktivitas fisik
untuk belajar dan berhubungan erat selama 20 menit.8,10
dengan peran hipokampus. Proses Teori Peaget tentang
belajar bergantung pada integrasi perkembangan kognitif, anak usia 9-
antara pengetahuan sebelumnya 12 tahun sudah dapat
dengan informasi baru dari mengelompokkan informasi yang
lingkungan.5,6 diterima dan dapat berpikir secara
Penelitian Hannula dan logis. Penelitian terbaru menyatakan
Ranganath tahun 2008 membuktikan bahwa olahraga aerobik rutin
bahwa hasil MRI (Magnetic Imaging memberikan indikasi bahwa olahraga
Resonance) menunjukan aerobik mempunyai hubungan
keterlibatan hipokampus ketika otak dengan struktur dan fungsi otak pada
menjalankan fungsi memori jangka anak usia 9-12 tahun.9,10
pendek. Hipokampus berperan dalam Memori jangka pendek sering
menggabungkan informasi yang diukur dengan tes digit span yang
saling berkaitan, tetapi sampai saat merupakan bagian dari skala
ini bagaimana hipokampus intelegensi Wechsler untuk anak
87

(Weschler Intelligence Scale for HASIL DAN PEMBAHASAN


Children-Resived, WISC-R).
Komponennya berupa deretan angka Kelompok Kontrol
maju (digit forward) maupun angka
mundur (digit backrward). Tes digit Tabel 1. Fungsi memori jangka
span biasanya menggunakan indra pendek kelompok kontrol
pendengaran.11
Kelompok kontrol
Tujuan penelitian ini adalah p
Variabel Pre-tes Post-tes
untuk mengetahui pengaruh latihan (mean) (mean)
aerobik akut terhadap memori jangka
Digit span 9.35 10.30 0.071
pendek pada anak usia 9-12 tahun, Digit forward 5.48 6.43 0.012*
menganalisis perubahan nilai pre-test Digit backward 3.87 3.87 1.000
dan post-test digit span, digit forward wilcoxon Signed Rank Test *p=0,05
dan digit backward, menganalisis Peningkatan bermakna hanya
perubahan selisih nilai tes digit span, didapatkan pada subtes digit forward,
digit forward dan digit backward sedangkan tidak didapatkan
kelompok perlakuan dibandingkan peningkatan bermakna pada skor tes
dengan kelompok kontrol. digit span dan subtes digit backward.
Hal ini masih mungkin disebabkan
METODE PENELITIAN adanya testing effect karena jenis
pemeriksaan yang sama sehingga
Penelitian ini merupakan
subjek penelitian merasa lebih siap
penelitian eksperimental dengan
pada tes kedua12.
model kuasi eksperimental.
Penelitian dilakukan di SDN Kelompok Perlakuan
Naikoten I Kota Kupang pada bulan
September 2016. Tabel 2. Fungsi memori jangka
Sampel penelitian yang diambil pendek kelompok perlakuan
adalah 46 orang yang dibagi menjadi
23 orang pada kelompok kontrol dan Kelompok perlakuan p
23 orang pada kelompok perlakuan. Variabel Pre-tes Post-tes
Teknik pengambilan sampling yang (mean) (mean)
digunakan adalah simple random 0.001*
Digit span 11.09 12.39
sampling. Digit forward 6.74 7.52 0.013*
Analisis data untuk menganalisis Digit backward 4.30 4.87 0.011*
perubahan nilai skor tes digit span, =uji t berpasangan, = wilcoxon Signed Rank
digit forward dan digit backward Test, *p=0,05
menggunakan uji t-berpasangan dan Peningkatan signifikan
uji alternatif wilcoxon. Sedangkan didapatkan pada skor tes digit span
untuk menganalisis perubahan selisih dan peningkatan yang bermakna
nilai skor tes digit span, digit forward didapatkan pada skor subtes digit
dan digit backward menggunakan uji forward dan digit backward.
t-tidak berpasangan dan uji alternatif Peningkatan signifikan
Mann-Whitney. Uji alternatif didapatkan pada skor tes digit span
digunakan karena hasil uji dan peningkatan yang bermakna
normalitas data tidak normal. didapatkan pada skor subtes digit
forward dan digit backward.
88

Peningkatan fungsi memori ini latihan aerobik berpengaruh pada


sejalan dengan penelitian yang tingkat stres15. Tes digit backward
dilakukan pada kelompok usia lebih kompleks jika dibandingkan
dewasa muda, ditemukan bahwa dengan tes digit forward. Subjek
pemberian latihan aerobik akut harus mengingat lebih lama deret
dengan intensitas moderat tunggal angka yang disebutkan dan
secara signifikan mampu menyebutkan secara terbalik dari
meningkatkan kemampuan belajar belakang. Performa pada subtes ini
visual dan motorik yang dipengaruhi dipengaruhi oleh kecemasan dan
oleh memori jangka pendek 13. ketegangan. Individu yang bebas dari
Beberapa penelitian kecemasan akan dapat mengerjakan
memfokuskan pada efek akut latihan subtes ini dengan baik, sehingga
aerobik dengan berbagai fungsi performa yang lebih baik pada tes
kognitif seperti memori verbal, digit backward mungkin
memori visuospasial, kemampuan menunjukkan orang yang lebih
psikomotorik, kecepatan persepsi fleksibel, dapat berkonsentrasi dan
dibuktikan dalam penelitian oleh toleran terhadap stress16.
Rezab (2015)14. Tidak terdapat perbedaan
bermakna selisih skor tes digit span
Kelompok kontrol vs kelompok kontrol dan perlakuan
Kelompok Perlakuan mungkin disebabkan karena status
gizi subjek penelitian sebagian besar
Tabel 3. Perbandingan selisih adalah berat badan kurang.
perubahan skor memori jangka Berdasarkan landasan teori status
pendek kelompok kontrol dan gizi mempengaruhi perumbuhan dan
kelompok perlakuan. perkembangan fisik dan mental, serta
mempengaruhi fungsi kognitif
17,18
Kelompok anak.
p
Variabel Kontrol Perlakuan
(mean) (mean) KESIMPULAN
Digit span 0.96 1.35 0.163
Tidak terdapat pengaruh latihan
Digit forward 0.96 0.78 0.991
Digit backward 0.00 0.57 0.031*
aerobik akut terhadap memori jangka
=uji t-tidak berpasangan, =man-whitney, *p0,05 pendek pada anak sekolah dasar usia
Tidak terdapat perbedaan 9-12 tahun.
bermakna pada selisih perubahan Terdapat perubahan nilai skor tes
skor digit span kelompok kontrol digit span, digit forward, dan digit
dibandingkan dengan kelompok backward pada kelompok perlakuan.
perlakuan (p=0,163) dan subtes digit Terdapat perubahan nilai skor tes
forward (p=0,991) sedangkan digit span, digit forward dan tidak
terdapat perubahan bermakna pada terdapat perubahan skor tes digit
selisih perubahan skor subtes digit backward pada kelompok kontrol.
backward (p=0,031).
Perbedaan bermakna pada selisih SARAN
perubahan skor subtes digit d. Peneliti selanjutnya
backward mungkin juga disebabkan menggunakan tes corsi blok dan
89

digit symbol coding, selain tes CH, Kramer AF. The Influence
digit span untuk mengukur fungsi of Childhood Aerobik Fitness on
memori jangka pendek. Learning and Memory. PloS
e. Peneliti selanjutnya melakukan ONE 8(9):e72666.
tes IQ dan memperhatikan doi:10.1371/journal.pone.007266
prestasi siswa. 6. Available
f. Peneliti selanjutnya menganalisis from:http://journals.plos.org/plos
faktor-faktor yang dapat one/article?id=10.1371/journal.p
mempengaruhi fungsi memori. one.0072666
g. Perlunya penerapan latihan 7. Kumaran D. Short-Term Memory
aerobik secara teratur pada siswa and the Human Hippocampus.
sekolah dasar untuk membantu The Journal of Neuroscience.
perkembangan kognitif dan 2008 April: 3837-3838.
performa akademis. 8. Research summary: Exploring
the link between physical
DAFTAR PUSTAKA activity, fitness and cognitive
fuction. (masih bingung cara
1. Flavell JH, Miller PA, Miller SA. penulisan)
Desenvolvimento cognitivo. 9. Dave E, Deschenes MS. The
Porto Alegre: Editora Artmed; effect of acute physical exercise
1999. on cognitive fuction during
2. Berkman DS, Lescano AG, development. Psychology of
Gilman RH, Lopez SL, Black sport and exercise. 2016 March;
MM. Effects of stunting, 11(2010):122-126.
diarrhoeal disease, and parasitic 10. Sutoo De, Akiyama K.
infection during infancy on Regulation of brain function by
cognition in late childhood: a exercise. Neurobiology of
follow-up study. Lancet 2002; Disease 2003 6//;13(1):1-14
359:564-71. 11. Sari HA. Handout tes intelegensi.
3. Johnson MH. Development Salatiga: Fakultas Psikologi
neuroscience. In: Bornstein MH, Universitas Kristen Satya
Lamb ME, editors. Wacana; 2006.
Developmental psychology: an 12. Roedinger HL, III, Karpicke JD.
advanced textbook. Mahwah: Test-enchanced Learning: taking
Lawrence Erlbaum Associates; memory test improves long-term
1999. p. 199-230. retention. Association for
4. Sidiarto LD, Kusumoputro S. Psichological Science 2006. Vol.
Memori Setelah Anda Usia 50. 17, number 3.
Cetakan I. Jakarta: Penerbit 13. Perini R, Bortoletto M,
Universitas Indonesia; 2003. Capogrosso M, et al. Acute
5. Cuasay P. Cognitive factor in effects of aerobic ecxercise
academic achievement. New promote learning. Scientific
York: Higher Education reports. Mei 2016.
Extension Service; 1992. 14. Weng TB, et al. The acute effects
6. Raine LB, Lee HK, Saliba Bj, of aerobic exercise on the
Chaddock-Heyman L, Hillman fuctional connectivity of human
90

brain networks. IOS press and the


authors. 2015.ISSN 2213-
6304/16.
15. Vogel S, Schwabe L. Learning
and memory under stress:
implication for the classroom.
Npj Science of learning 2016. 1,
16011;
doi:10.1038/npjscilearn.2016.11;
published online 29 June 2016.
16. Desmita. Psikologi
perkembangan. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya;2005.
17. Widyawati I. Penatalaksanaan
gangguan gangguan belajar pada
anak. In: Penatalaksanaan
perkembangan & belajar pada
anak. Prosiding Pertemuan
Ilmiah Tahunan I Perdosri.
Jakarta: Perdosri; 2002.p.12-21.
18. Colvin RA, Davis N, Nipper W,
Carter P. Zinc transport in the
brain: routes of zinc influx and
efflux in neuerons. J Nutr
2000;130:1484-87.
91

Lampiran 15.
Foto penelitian
92

Anda mungkin juga menyukai