Chlarasinta Benyamin
1308012044
Chlarasinta Benyamin
1308012044
ii
iii
iv
v
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Dengan ini menyatakan bahwa hasil penulisan Skripsi yang telah saya buat ini
merupakan hasil karya sendiri dan benar keasliannya. Apabila ternyata di
kemudian hari penulisan Skripsi ini merupakan hasil plagiat atau penjiplakan
terhadap karya orang lain, maka saya bersedia mempertanggungjawabkan
sekaligus bersedia menerima sanksi berdasarkan aturan tata tertib di Universitas
Nusa Cendana.
Demikian, pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar dan tidak dipaksakan.
Penulis,
Materai
Rp.6000
(Chlarasinta Benyamin)
vi
vii
viii
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan
perlindunganNya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sesuai dengan waktu
yang direncanakan.
1. Prof. Ir. Fredrik L. Benu, M.Si., Ph.D selaku rektor Universitas Nusa
Cendana.
2. dr. Dyah G.R. Kareri, Sp.KFR., M.Si.Med. selaku pembimbing I yang
memberikan bimbingan, nasehat, dan arahan kepada penulis.
3. dr. Debora S. Liana, Sp.A selaku pembimbing II yang memberikan
bimbingan, nasehat, dan arahan kepada penulis.
4. dr. Derri R. Tallo Manafe, M.Sc selaku penguji yang memberikan
bimbingan, nasehat, dan arahan kepada penulis.
5. Ayah Benyamin Djara, Ibu Marselina Lado, kakak Angga Mario
Benyamin dan Glenstar G. Benyamin yang selalu memberikan doa,
perhatian, kasih sayang, dan motivasinya yang tak ternilai.
6. Kepala sekolah SD Negeri Naikoten 1 Kota Kupang, pegawai tata usaha
dan guru-guru yang mendukung dan membantu penelitan ini.
7. Teman-teman seperjuangan angkatan 2013 (Interna) untuk semangat,
bantuan, perhatian, doa, dan dukungan bagi penulis.
8. Saudari Naoly Lado, Hilda Muti, dan Janet Ledoh yang selalu mendukung
dan mendoakan penulis menyelesaikan skripsi ini.
9. Sahabat Chaerani Salam, Putry A. Bully, Utari Najiah, Megan Tarus
Zuhaifah Inayah, Anggreani Wolagole, Husnaeny Blegur, Mutiara
Handayani, Yovi Maan, Erko, dan Samuel Sari yang memberi dukungan,
masukan dan saran dalam penulisan skripsi ini.
x
10. Badan Pengurus Pemuda Lingkungan VII JPO dan teman-teman pemuda
yang mendukung dan mendoakan.
11. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan oleh
karena itu semua saran dan kritik yang konstruktif sangat diharapkan untuk
perbaikan selanjutnya.
Penulis
xi
RIWAYAT HIDUP
Pendidikan Formal :
TK (2001-2002) : TK St. Yoseph
SD (2002-2008) : SDK St. Yoseph 3 Kupang
SMP (2008-2011) : SMP Negeri 2 Kupang
SMA (2011-2013) : SMA Negeri 1 Kupang
Perguruan Tinggi (2013-2017) : Fakultas Kedokteran Universitas
Nusa Cendana Kupang
Pengalaman organisasi :
xii
Pengaruh Latihan Aerobik Akut Terhadap Fungsi Memori Jangka Pendek
Pada Anak Sekolah Dasar Usia 9-12 Tahun di SDN Naikoten I Kota Kupang
ABSTRAK
xiii
Effect of Acute Aerobic Exercise to Short Term Memory Function on 9-12th
Years Old Student of Public Elementary School in Kupang City
ABSTRACT
xiv
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
dibagi menjadi lima domain kognitif yaitu atensi, bahasa, memori, pengenalan
ruang, dan fungsi eksekutif.4 Para ahli berpendapat kecepatan kognitif bergantung
matematika.5,6
informasi dalam jumlah yang terbatas dan berperan dalam kesadaran mental.
Informasi baru yang diterima dari lingkungan disimpan dalam memori, diaktivasi,
Penelitian Hannula dan Ranganath tahun 2008 membuktikan bahwa hasil MRI
menggabungkan informasi yang saling berkaitan, tetapi sampai saat ini bagaimana
tahun 2001 mendukung pernyataan ini bahwa aktivitas fisik berdampak positif
kognitif pada anak. Hasil penelitian Davis tahun 2007 menunjukkan bahwa lama
waktu melakukan aktifitas fisik memberi pengaruh terhadap fungsi kognitif. Hasil
menit.8,10
Teori Peaget tentang perkembangan kognitif, anak usia 9-12 tahun sudah
dapat mengelompokkan informasi yang diterima dan dapat berpikir secara logis.
bahwa olahraga aerobik mempunyai hubungan dengan struktur dan fungsi otak
Memori jangka pendek sering diukur dengan tes digit span yang merupakan
bagian dari skala intelegensi Wechsler untuk anak (Weschler Intelligence Scale
forward) maupun angka mundur (digit backrward). Tes digit span biasanya
pada anak masih sedikit oleh karena itu penulis tertarik untuk melihat pengaruh
latihan aerobik akut terhadap memori jangka pendek pada anak usia 9-12 tahun.
Apakah latihan aerobik akut dapat meningkatkan memori jangka pendek pada
1.3.Tujuan Penelitian
1. Menganalisis perubahan nilai pre test dan post test digit span anak pada
2. Menganalisis perubahan nilai pre test dan post test digit forward anak
3. Menganalisis perubahan nilai pre test dan post test digit backrward anak
4. Menganalisis perubahan selisih nilai tes digit span sebelum dan sesudah
kontrol.
kontrol.
1.4.Manfaat Penelitian
aerobik akut dan dapat menjadi titik tolak penelitian lebih lanjut.
anak.
5
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Memori
dan dapat dipanggil kembali untuk digunakan.12 Memori menjadi unsur yang
memori, karena pemahaman diri sendiri sangat tergantung pada suatu kesadaran
yang berkesinambungan, yang hanya dapat terproses dengan baik dengan adanya
memori.13
Memori sensori mengacu pada proses awal penerimaan informasi baku dari
lingkungan yang akan dibentuk dalam jangka waktu singkat (beberapa detik).
Sebagai contoh ketika kita mendengar suara gitar, suara itu akan ditangkap oleh
memori sensorik dalam satu sampai dua detik. Apa yang kita lakukan selanjutnya
menentukan yang terjadi pada memori sensorik tersebut. Memori sensorik dapat
item yang diterima dalam waktu singkat, yaitu kurang dari beberapa menit,
biasanya dapat lebih singkat (dalam beberapa detik). Memori jangka pendek tidak
2 item) selama beberapa detik sampai beberapa menit.11 Dalam kepustakaan lain
30 detik, dengan asumsi tidak ada latihan atau pengulangan. Memori jangka
pendek ini sering diukur dalam rentang memori (memory span) yaitu jumlah item
yang dapat diulang kembali denagn tepat sesudah satu penyajian tunggal. Materi
yang dipakai berupa angka, huruf atau simbol. Tes rentang memori pada
7
Memori jangka pendek memiliki peran penting dalam pikiran sadar. Jika
secara sadar kita mencoba memecahkan suatu masalah, kita sering menggunakan
memori jangka pendek sebagai ruang kerja mental dan menggunakannya untuk
saat mengalikan 35 dan 8 dalam pikiran, dibutuhkan memori jangka pendek untuk
menyimpan angka yang dimaksud (35 dan 8), sifat operasi yang diperlukan
lainya menyebutkan bahwa memori jangka pendek digunaan bukan hanya untuk
masalah numerik tetapi juga dalam keseluruhan masalah kompleks yang sering
dihadapi termasuk dalam kegiatan berbahasa. Karena alasan ini, memori jangka
panjang. Salah satu teori yang membahas transfer dari memori jangka pendek
menjadi memori jangka panjang dinamakan dual memory model. Model ini
peluruhan.11
8
jumlah tidak terbatas dalam jangka waktu lama.45 Memori jangka panjang
belajar yang dipertahankan dalam waktu yang lama untuk digunakan kembali
Jangka Panjang
Informasi baru yang kita dengar diterima oleh memori sensorik dalam
beberapa detik atau kurang. Informasi yang baru diterima akan menghilang jika
tidak diberi perhatian, sebaliknya kita memberi perhatian pada bagian informasi
yang tangkap oleh memori sensorik, secara otomatis akan dirubah menjadi
memori jangka pendek. Memori jangka pendek disimpan menjadi memori jangka
panjang jika dilakukan upaya seperti mengingat berulang-ulang. Memori ini akan
Gambar 2.1. Hubungan memori sensorik, memori jangka pendek, dan memori
jangka panjang.
9
terhapus dalam waktu singkat dan diganti oleh informasi baru dan terus berlanjut.
Memori jangka pendek juga disebut memori kerja (working memory) yang
2004 menemukan bahwa daerah korteks frontal khususnya area prefrontal pada
otak juga mengatur fungsi memori jangka pendek. Tiga poin yang berperan
1. Attending
lebih lanjut.
2. Rehearsing
kecuali dengan latihan dan pengulangan. Hal ini memungkinkan kita untuk
3. Storing
2.2.1. Usia
dengan tumbuhnya anak menjadi lebih besar. Rentang memori anak meningkat
dari sekitar 2 digit pada usia 2 hingga 3 tahun dan sampai sekitar 5 dikgit pada
usia 7 tahun. Tetapi antara usia 7 hingga 13 tahun, renatang memori hanya
Terjadi perbedaan dalam rentang memori karena perbedaan usia salah satunya
disebabkan karena anak-anak yang lebih tua lebih banyak mengulang angka-
angka dari pada anak-anak yang lebih muda. Kecepatan dan efisiensi pemrosesan
informasi juga berperan, terutama kecepatan dalam item-item ingatan yang bisa
diidentifikasi.13
11
minat anak bertambah luas dan dengan meluasnya minat. Dalam keadaan normal,
pikiran anak usia sekolah berkembang secara bertahap. Jika pada masa
sebelumnya daya pikir anak masih bersifat imajinatif dan egosentris, maka pada
usia sekolah dasar daya pikir ini akan berkembang ke arah berpikir konkrit,
rasional, dan objektif. Daya ingatnya menjadi kuat, sehingga anak benar-benar
oleh latihan dan pengalaman. Plastisitas otak menjadi maksimal pada beberapa
tahun pertama kehidupan, namun berlanjut dengan kecepatan yang lebih lambat
seumur hidup. Plastisitas ini lebih tinggi pada beberapa bagian otak bila
dibandingkan dengan bagian otak yang lain, dan lebih tinggi pada periode-periode
tinggi yang padat dalam waktu singkat menungkatkan respon neuron-neuron post
akson dan pembentukan sinaps. Sebagian besar dari aktivitas-aktivitas ini terjadi
(LCMRglc) sekitar 30% lebih rendah disbandingkan denagn dewasa. Antara lahir
hingga 3-4 tahun, korteks serebri menunjukan peningkatan LCMRglc hingga dua
kali lipat dewasa. Usia 4 hingga 9-10 tahun, LCMRglc korteks serebri berada
dalam kondisi plateu tinggi hingga lebih dari dua kali dewasa. Selain itu, rerata
penggunaan oksigen serebri 1,3 kali lebih tinggu dibandingkan dewasa. Pada usia
9-10 tahun, LCMRglc korteks serebri mulai menurun dan secara gradual
mencapai puncak pada 16-18 tahun. Semua region korteks serebri menunjukan
perkembangan plastisitas otak juga mulai berkurang pada anak. Dicontohkan pada
anak dengan lingkungan bahasa yang kurang sejak lahir, masih dapat memperoleh
kemampuan berbahasa yang cukup baik hanya bila diberikan terapi wicara
2.2.2. Genetik
dengan fenotip kognitif dan perilaku mempunyai efek spesifik pada sistem yang
menemukan bahwa orang dengan gen met BDNF (brain derived nurotrophic
factor) mempunyai nilai yang lebih buruk pada tes memori episodik. Selain itu
orang dengan gen tersebut menunjukkan aktivitas hipokampus yang berbeda dari
orang normal dan mempunyai kesehatan saraf yang lebih buruk dari orang
normal. Disebut gen met karena terdapat sekuens asam amino methionin pada
14
lokasi di mana biasanya terdapat valin pada gen BDNF orang nomral. Pencitraan
neuron yang menunjukkan kesehatan sel dan jumlah sinaps. Subyek dengan 1
kopi met BDNF mempunyai jumlah marker yang lebih sedikit dibandingkan
dengan individu dengan dua salinan val. Analisis menunjukan bahwa tingkat
Kecukupan zat gizi pada anak merupakan prasyarat yang sangat penting dalam
dibutuhkan untuk perkembangan otak bukan hanya zat gizi makro tetapi juga zat
gizi mikro. Anak yang mengalami kurang nutrisi terutama selama periode kritis
pertumbuhan otak akan mempunyai nilai yang lebih rendah pada tes
bayi dan anak dini mempunyai efek yang merugikan pada perkembangan kognitif
Selain itu kuranganya nutrisi dapat dialami baik saat prenatal maupun pasca
natal. Nutrisi yang tidak adekuat pada ibu hamil dapat menyebabkan hambatan
pertumbuhan otak dalam janin serta akan lahir bayi dengan berat lahir rendah.
Cacat fisik, pengulangan kelas dan gangguan belajar lebih sering pada anak
dengan berat lahir rendah begitu juga dengan tingkat intelegensi serta nilai
bermakna dari laju pertumbuhan sistem saraf pusat, dengan berat otak yang lebih
rendah, korteks serebri yang lebih tipis, jumlah neuron yang lebih sedikit,
gizi membutuhkan lebih banyak waktu untuk belajar dibandingkan anak normal.
Anak-anak ini juga lebih mudah mendapat infeksi sekunder akut atau kronik
maupun anemia.24
Diperkirakan 10% dari total seng berada di otak dan berada pada neuron di
hipokampus yaitu menempati lumen vesikel sinaps yang berisi glutamat. Seng
bahwa bila terjadi defisiensi seng maka akan terjadi gangguan terhadap
penghantaran stimulus yang diterima oleh akson dan badan neuron sehingga
Defisiensi besi merupakan gangguan zat gizi mikro yang paling banyak
dijumpai, terutama wanita usia subur dan anak usia pra-sekolah. Apabila tidak
perkembangan motorik yang lebih rendah, sedangkan bayi dengan Hb kurang dari
16
10 g/dL mempunyai skor perkembangan mental dan motorik yang lebih rendah.
Anak yang anemi saat bayi, mempunyai tingkat perkembangan mental yang
lebih buruk beberapa tahun kemudian, bahkan ketika defisiensi besinya telah
diobati. Anak yang dulunya anemi antara umur 12-23 bulan, dapat mempunyai
skor yang lebih rendah dibandingkan kontrol pada hampir semua tes motorik dan
kognitif.22
Defisiensi yodium juga merupakan faktor penting timbulnya kerusakan otak dan
mental di dunia.20
Penilaian status gizi secara langsung dpat dibagi menjadi empat penilaian
artinya ukuran tubuh manusia. Ditinjau dari sudut pandang gizi, maka
tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi.
protein dan energi. Ketidakseimbangan terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan
proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot, dan jumlah air dalam tubuh. 26
17
antropometri yang sering digunakan adalah berat badan menurut usia, tinggi
2.2.4. Stimulasi
yang ada pada anak, termasuk perkembangan memori. Setelah periode kritis tetap
diperlukan stimulasi. Telah diteliti bahwa semakin banyak stimulasi yang diterima
kognitif anak terlihat dengan korteks cerebri yang lebih tebal, percabangan dendrit
Short Form (HOME-SF) terdiri dari dua subskala yang mengukur stimulasi
sebagai rendah (< presentil 15), menengah (persentil 15-85), dan tinggi (>
persentil 85).30,31
2.2.5. Infeksi
berkembang menderita 3,5 episode diare tiap tahun dan empat sampai sembilan
Anemia dan defisiensi besi menyebabkan rentan terhadap infeksi, hemolisis dan
cacing. Walaupun efek infestasi cacing pada fungsi mental dan prestasi sekolah
masih belum jelas, tetapi sudah dilaporkan hubunganya dengan skor uji performa
mental termasuk fungsi memori hangka pendek dan prestasi sekolah yang rendah
Brain injury pada anak dapat berasal dari trauma kepala atau terjadi selama
masa rawan saat periode pertumbuhan cepat otak janin dari trauma prenatal, saat
persalinan, atau pada saat pasca natal dari hipoksia, infeksi susunan saraf pusat
radiorerapi otak)32 atau dari intoksikasi logam berat berupa masalah yang
19
2.2.7. Epilepsi
Epilepsi merupakan masalah besar dan lebih sering terjadi pada usia dini
Kesulitan mengingat pada individu dengan epilepsi sudah dikenal dengan baik
dan mereka mencari pengobatan untuk masalah dalam mengingat lebih banyak
dari pada gangguan lain. Epilepsi dapat mengganggu fungsi memori melalui
beberapa jalan yaitu tumor atau lesi yang mendasari penyakit, bangkitan kejang
atau aktifitas elektrik otak yang berlebihan serta dapat berasal dari pengobatan
bangkitan kejang tetapi di sisi lain dapat mempengaruhi kecepatan otak dalam
memproses informasi.35
2.2.8. Stres
Dalam pengertian umum, stress terjadi jika orang dihadapkan dengan
peristiwa yang mereka rasakan sebagai sesuatu yang mengancam kesehatan fisik
atau psikologinya. Peristiwa tersebut biasanya dinamakan stesor, dan reaksi orang
yang menjadikan seluruh sistem tubuh berada dalam kesigapan tinggi untuk
menghadapi ancaman dan akan menimbulkan respon lari atau melawan (fight or
20
adrenalin, disekresi oleh sistem otonom simpatis dan medula adrenal. Adrenalin
jantung, paru, dan otot-otot besar terutama otot-otot ekstremitas, menjauhi organ-
Selain itu terjadi pula penurunan potensial membran di seluruh tubuh dari
stimulus yang relatif kecil untuk mengaktifkan sistem pertahanan tubuh. Potensial
membran yang rendah membuat kita lebih sigap terhadap stimulus yang kecil dan
melumpuhkan kemampuan untuk fokus secara selektif, pada saat itu proses
belajar menjadi sulit. Penelitian pada hewan menunjukan atrofi dendrit dan
kadar gula darah untuk meyediakan energi yang dibutuhkan. Kortisol juga
mempeunyai efek anxiogenic dan anxiolytic, tergantung region otak yang terlibat
dan reseptor yang teraktifasi. Efek anxiogenic dimediasi oleh reseptor 5-HT2A,
Tes Digit span merupakan bagian dari skala intelegensi Wechsler untuk anak
Digit span adalah pengukur fungsi memori jangka pendek. Media yang digunakan
untuk pengukuran Digit span dapat berupa audio, visual, atau audio visual. Digit
span terdiri dari dua indikator yaitu Digit forward dan Digit backrward. Sederetan
angka diucapkan oleh penguji dengan kecepatan satu angka per detik, dan segera
sesudahnya anak diminta untuk mengingat dan mengulang deretan angka tersebut
baik maju (Digit forward) maupun mundur (Digit Backrward). Digit forward
dilakukan dengan meminta anak mengulang angka-angka dalam satu seri dari
angka pertama sampai terakhir secara benar, setiap seri terdiri dari minimal 3 digit
sampai 8 digit. Anak yang tidak mampu menjawab maka akan tetap berada pada
seri tersebut. Setiap digit ada 2 bagian, apabila anak tidak dapat menjawab bagian
pada satu seri, maka dilanjutkan ke bagian kedua pada seri yang sama tersebut.
Digit backrward sama halnya dengan Digit forward, tetapi pada Digit backrward
Penilaian dari Digit span adalah menjumlahkan jumlah digit yang bisa diingat
dan diucapkan oleh anak. Anak yang dapat mengingat jumlah digit dalam seri
yang kurang dari dua berarti kemampuan jangka pendek yang dimiliki kurang
baik, apabila berada pada seri yang jumlah digitnya 2-7 maka kemampuan
memori jangka pendek cukup. Apabila dapat mengingat seri yang jumlah digitnya
Bila Digit span biasanya dengan indra pendengaran, maka tes memori melalui
indra visual dapat menggunakan tes Corsi Block ataupun tes performansi Digit
Symbol Coding. Corsi Block merupakan versi visual uji Digit span forward.
Terdapat papan di dalamnya ada sembilan balok dengan pola acak. Tiap
percobaan, penguji menunjuk pada balok dalam urutan yang terus meningkat dan
segera sesudahnya anak diminta menunjuk pada balok yang sama dengan urutan
yang sama pula. Tes Digit Symbol Coding juga termasuk dalam WISC-R, selain
mengukur ingatan jangka pendek, juga mengukur kecepatan dan koordinasi visual
oksigen untuk proses pembakaran sumber energi.42 Latihan aerobik dimulai dari
kontraksi otot rangka yang memerlukan ATP yang diproduksi melalui jalur
penilaian terhadap efek latihan menjadi hal penting dalam mempelajari efek
latihan terhadap fungsi kognitif. Efek akut latihan diamati setelah satu periode
tahun.61
Perubahan perilaku dan psikologis saat latihan akut muncul cukup cepat
setelah awal latihan (detik sampai menit) dan menghilang setelah penghentian
perilaku dan psikologis sementara yang diinduksi oleh latihan akut dapat dilihat
sebagai modulasi transien aktivitas jaringan saraf yang terlibat dalam tugas
kognitif atau keadaan mental yang menarik. Sebaliknya, efek kronis latihan
Terdapat tiga faktor yang harus dipertimbangkan saat menentukan respon akut
latihan, yaitu: modalitas, intensitas dan durasi latihan. Modalitas latihan adalah
(aerobik atau anaerobik), kerja otot utama (kontinyus dan ritmis, tahanan dinamis,
atau statik), atau kombinasi sistem energi dan kerja otot. Contoh latihan aerobik
ritmis dan kontinyus seperti berjalan, bersepeda dan berenang. Intensitas latihan
pada intensitas tertinggi, beban terberat, atau durasi terlama yang dapat dilakukan
oleh seseorang. Perubahan perilaku dan psikologis yang disebabkan oleh latihan
aktivitas fisik teratur biasanya muncul beberapa minggu setelah awal program
yang diinduksi oleh latihan kronik dapat dilihat sebagai perubahan anatomis
dalam struktur otak pada tingkat yang berbeda (misalnya neuroreseptor, sinaps,
disebabkan oleh kombinasi sinyal dari sistem saraf pada korteks motorik dan
pergerakan ke korteks motorik. Jalur desenden dari korteks motorik menuju pusat
ketika PO2, PCO2, dan pH arterial dimonitor selama olahraga dengan intensitas
bermakna.43
balik vena dan peningkatan denyut jantung. Perubahan denyut jantung disebabkan
istirahat menjadi sekitar 100 denyut permenit menyebabkan keluaran simpatis dari
klasifikasi akhir dari intensitas berdasarkan atas denyut jantung berikut ini
Tabel 2.2 Jenis intensitas berdasarkan reaksi denyut jantung terhadap beban
latihan
Jenis Intensitas Denyut Jantung per menit
Rendah 120-150
Menengah 150-170
Tinggi 170-185
Maksimal Lebih 185
latihan kekuatan, intensitas dibawah 30% dari kemampuan maksimal tidak akan
memberikan pengaruh. Ambang rangsang bervariasi pada setiap orang, karena itu
disarankan oleh Karvonen (1957) melaui cara yang harus ditentukan yaitu melalui
jumlah denyut jantung istirahat ditambah 60% dari perbedaan antara denyut
atau melebihi 60% dari kapasitas maksimum untuk memberikan pengaruh latihan.
1. Usia
anak sampai sekitar 20 tahun dan mencapai maksimal di usia 20 sampai 30 tahun
namun akan mengalami penurunan hingga 20-30% pada usia 65 tahun. Selain itu
pada pria dan wanita yang menjalani gaya hidup sedentary akan mengalami
2. Jenis Kelamin
Terdapat perbedaan performa aerobik pada pria dan wanita. Pada wanita
VO2max sekitar 15 hingga 30% di bawah pria. Wanita memiliki persentase lemak
tubuh yang lebih tinggi dibanding pria dan pria memiliki masa otot lebih besar
daripada wanita sehingga pria menghasilkan total energi aerob yang lebih besar
dibanding wanita. Perbedaan dalam kapasitas transport oksigen oleh darah ini
menyebabkan sirkulasi oksigen yang lebih besar saat latihan dan hal ini
dipengaruhi oleh level aktivitas fisik, dimana berdasarkan temuan pada atlet
wanita memiliki VO2max yang lebih besar dibandingkan pria dengan gaya hidup
sedentary.51
komposisi tubuh dan konsentrasi hemoglobin (Hb) dalam darah. Komposisi tubuh
utama dapat digambarkan sebagai persentase relatif masa tubuh berupa jaringan
lemak dan jaringan tanpa lemak. Salah satu metode pengukuran komposisi tubuh
dapat dilakukan dengan mengukur berat badan, tinggi badan, lingkar pinggang
dan ketebalan lipatan kulit. Perbedaan dalam komposisi tubuh dapat menyebabkan
obesitas memiliki efek langsung pada fungsi sistem respirasi dengan merubah
melakukan latihan aerobik, dimana seseorang dengan kadar Hb < 8gr/dl tidak di
4. Riwayat Kesehatan
kekuatan otot, ketahanan otot, fleksibilitas dan komposisi tubuh.55 Daya tahan
kebugaran. Begitu pula, seseorang dengan gangguan pada fungsi paru akan
29
melakukan latihan fisik. Terdapat penelitian yang menyatakan pada anak dengan
kebugaran.58
dilarang untuk berpartisipasi dalam latihan karena demam mungkin diikuti oleh
6. Aktivitas Fisik
peningkatan VO2max.52
latihan inti (20 hingga 60 menit) dan periode pendinginan (5 hingga 10 menit).
dalam memori kerja dan kecepatan respon pada anak dari aktivitas fisik melalui
latihan aerobik pada aspek selektif fungsi otak. Percobaan yang dilakukan pada
Beberapa peneliti menyatakan bahwa latihan aerobik baik akut maupun kronik
mempunyai efek terhadap fungsi eksekutif namun dengan jalur fisiologis yang
perubahan morfologis.61
IGF-1 bersirkulasi, yang berperan untuk diferensiasi neuron dari sel-sel progenitor
dan meningkatkan ekspresi gen BDNF hipokampal. Selain itu juga meningkatkan
ambilan Fibroblast growth factor (FGF-2) yang menstimulasi dan proliferasi dan
neurogenesis.62
BDNF seperti suatu faktor neurotrofik yang ditemukan pertama kali diotak.
Ditemukan juga di retina, motor neuron, ginjal, prostat. BDNF merupakan protein
spesifik yang mempunyai peran pada aktivitas neuron pada sistem saraf pusat dan
31
korteks dan basal forebrain area vital dalam proses belajar, mengingat dan
proses berpikir yang lebih tinggi. Neurotrophin merupakan zat kimia yang
faktor yang paling aktif. Tikus yang lahir tanpa kemampuan membentuk BDNF
akan memiliki defek perkembangan di otak dan sistem saraf sensoris serta
GAP-43 ada dalam terminal akson yang sedang tumbuh dan mempuyai peranan
dan mengingat.64
2.5. Kerangka Teori
Stimulasi
Infeksi
akut BDNF
Komposisi tubuh
Memori Jangka Brain Injury
dan kadar Hb
Latihan Pendek
Epilepsi
aerobik
Aktivitas fisik
Stres
Perubahan
kronik morfologis
Nutrisi
KPF
Riwayat
kesehatan Usia
2.6. Hipotesis
H0: Terdapat perbedaan yang bermakna rerata skor digit span sebelum dan
H1: Terdapat perbedaan yang brermakna rerata selisih skor digit span pada
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1.Kerangka Konsep
Variabel Perancu
Genetik
Stimulasi
Status gizi
Keterangan:
: Diteliti
: Tidak diteliti
1. Latihan Rangkaian aktivitas fisik terdiri dari Protokol latihan Latihan aerobik Nominal
pengaturan nafas.
2. Memori Fungsi memori jangka pendek pada anak Tes digit span (subtes digit Banyaknya deret Numerik
jangka diukur dengan tes digit span (subtes digit forward dan digit angka yang bisa
Penelitian ini merupakan penelitian randomized pre and post test controlled
group design.
Anak sekolah dasar berusia 9-12 tahun kelas 4, 5, dan 6 di SDN Naikoten I
Kupang.
Besar sampel dihitung menggunakan rumus besar sampel untuk uji beda rerata
2 populasi. Rumus ini dipilih untuk membandingkan rerata skor fungsi memori
diketahui rerata skor Digit span pada anak usia 9-12 tahun adalah 43.50
Digit span sebesar 1 SD, dan power penelitian ditetapkan sebesar 80% (z=0.842)
(z+z) 2 8.87(1.96+0.842) 2
n1 = n2 = 2 =2 = 19
12 46.5054.50
Apabila kemungkinan terjadi drop-out sebesar 10% maka besar sampel adalah:
61
19
ndo = (1)2 = (10.1)2 = 23
Besar sampel minimal untuk kelompok perlakuan dan kelompok kontrol adalah
a. Murid sekolah dasar berusia 9-12 tahun pada saat penelitian dilakukan.
b. Hb <10 gr/dl
f. Tidak bersedia megikuti penelitian dan atau skor mood and feeling
selesai.
yang ditetapkan.
63
Populasi
Kriteria
eksklusi
Kriteria inklusi
Latihan aerobik
selama 30 menit
dengan intensitas
moderat sesuai
dengan target heart
range (Karvonen)
Hasil
64
1. Survei awal untuk menentukan sekolah dasar dapat dijadikan sebagai lokasi
hampir sama.
orang tua subyek penelitian untuk menjelaskan tentang prosedur yang akan
pemeriksaan fisik meliputi jenis kelamin, umur, berat badan, tinggi badan,
kondisi kesehatan anak, Hb, uji pemeriksaan mood and feeling questionnaire,
4. Anak yang masuk kriteria inklusi kemudian menjalani tes memori jangka
pendek dengan tes Digit span. Pemeriksaan berada di tempat yang tenang di
dalam sekolah. Sebelumnya diedukasikan kepada subyek dan orang tua atau
keluarga agar subyek cukup istirahat dan cukup tidur. Semua anak mendapat
terdiri dari pemanasan 5 menit, lari dengan intensitas moderat sesuai dengan
target kisaran heart rate 60% berdasarkan metode Karvonen serta dalam
65
rentang skala borg RPE 12-16 selama 20 menit dan pendinginan selama 5
menit.
6. Kelompok kontrol tidak diberikan latihan khusus, hanya diminta agar duduk di
perpustakaan.
drop out.
8. Setelah latihan aerobik selesai, subyek diminta untuk istirahat (duduk) dan di
1. Status gizi
b. Tinggi badan diukur dengan posisi berdiri tegak, sehingga tumit rapat,
d. Catat hasil pengukuran tinggi badan dan berat badan. Dengan memplotting
pada tabel CDC 2000, tentukan berat badan menurut umur anak, tinggi
badan menurut umur dan IMT anak menurut umur untuk mencari tahu
2. Pengukuran Hb
c. Ambil chip berwarna kuning masukan ke dalam alat untuk mengecek alat,
apabila pada layar muncul ERROR artinya alat rusak, apabila pada layar
muncul angka/kode sesuai pada botol strip, setelah itu akan muncul tanda
f. Masukan jarum pada lancet dan atur kedalaman jarum sesuai nomor
h. Tembakan jarum pada ujung jari dan tekan agar darah keluar
i. Darah disentuh pada tepi samping strip dan bukan ditetes di atas tengah
m. Cabut jarum dari lancet dan strip dari alat, buang pada tempat yang
disiapkan
n. Chip disimpan ke dalam botol lagi, tutup rapat botol apabila tidak dipakai.
Data dikumpulkan dalam lembar pengumpul data dan diberi kode, ditabulasi
Analisis data meliputi analisis deskriptif dan uji hipotesis. Sebelum dilakukan
data terdistribusi normal maka uji hipotesis menggunakan uji t-tidak berpasangan.
sebelum dan sesudah perlakuan menggunakan uji t-berpasangan atau uji Wilcoxon
bila tidak berdistribusi normal. Nilai p dianggap bermakna apabila nilai p < 0,05
BAB 4
di Jalan Jendral Soeharto, kecamatan Kota Raja, Kota Kupang. Penelitian ini
Penelitian ini mengambil sampel berjumlah 50 orang yang diperoleh dari satu
karena tidak hadir pada saat pengukuran berat badan dan tinggi badan. Dalam
penelitian ini diambil data mengenai karakteristik sampel yang mencakup usia,
kontrol maupun perlakuan. Rata-rata usia sampel kelompok kontrol dan perlakuan
adalah 11 tahun, status gizi berdasarkan IMT/U kelompok kontrol dan perlakuan
Std.
Variabel Deviasi Saphiro-Wilk Sig Distribusi
Digit span
Pre-tes 2.187 0.905 0.032 Tidak normal
Post-tes 2.055 0.902 0.028 Tidak normal
Digit forward
Pre-tes 1.238 0.881 0.011 Tidak normal
Post-tes 1.343 0.899 0.024 Tidak normal
Digit backward
Pre-tes 1.290 0.828 0.001 Tidak normal
Post-tes 1.140 0.910 0.040 Tidak normal
Berdasarkan hasil uji normalitas pada tabel 4.4, uji yang digunakan untuk
Kelompok kontrol
Variabel Pre-tes Post-tes p
(mean) (mean)
Digit span 9.35 10.30 0.071
Digit forward 5.48 6.43 0.012*
Digit backward 3.87 3.87 1.000
wilcoxon Signed Rank Test *p=0,05
Tabel 4.3 menunjukkan bahwa terdapat perbedaan bermakna pada hasil skor
subtes digit forward pada kelompok kontrol (p=0,012), tidak ada perbedaan
70
bermakna pada skor digit span (p=0,071) dan subtes skor digit backward
(p=1,000).
Std.
Variabel Deviasi
Saphiro-Wilk Sig Distribusi
Digit span
Pre-tes 1.870 0.960 0.458 Normal
Post-tes 2.061 0.955 0.375 Normal
Digit forward
Pre-tes 1.010 0.869 0.006 Tidak normal
Post-tes 1.310 0.885 0.012 Tidak normal
Digit backward
Pre-tes 1.222 0.873 0.007 Tidak normal
Post-tes 1.290 0.900 0.026 Tidak normal
Hasil uji normalitas menunjukkan bahwa data skor digit span yang
kelompok perlakuan pada skor tes digit span menggunakan uji t- berpasangan.
Data skor subtes digit forward dan digit backward tidak terdistribusi normal,
sehingga untuk melihat fungsi memori jangka pendek kelompok perlakuan pada
Kelompok perlakuan
Variabel Pre-tes Post-tes p
(mean) (mean)
Digit span 11.09 12.39 0.001*
Digit forward 6.74 7.52 0.013*
Digit backward 4.30 4.87 0.011*
=uji t berpasangan, = wilcoxon Signed Rank Test, *p=0,05
71
hasil skor digit span (p=0,001), terdapat perbedaan bermakna pada skor subtes
Tabel 4.8 Perbandingan selisih perubahan skor memori jangka pendek kelompok
kontrol dan kelompok perlakuan.
Kelompok
Variabel p
Kontrol Perlakuan
(mean) (mean)
Digit span 0.96 1.35 0.163
Digit forward 0.96 0.78 0.991
Digit backward 0.00 0.57 0.031*
=uji t-tidak berpasangan, =man-whitney, *p0,05
Tidak terdapat perbedaan bermakna pada selisih perubahan skor digit span
4.4 Pembahasan
sedangkan tidak didapatkan peningkatan bermakna pada skor tes digit span dan
subtes digit backward. Hal ini masih mungkin disebabkan adanya testing effect
karena jenis pemeriksaan yang sama sehingga subjek penelitian merasa lebih
Peningkatan bermakna didapatkan pada skor tes digit span dan peningkatan
yang bermakna didapatkan pada skor subtes digit forward dan digit backward.
Peningkatan fungsi memori ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan pada
kelompok usia dewasa muda, ditemukan bahwa pemberian latihan aerobik akut
kemampuan belajar visual dan motorik yang dipengaruhi oleh memori jangka
pendek.67
(2015).68
Penelitian ini mendapatkan rata-rata hasil skor digit span sebelum intervensi
pada kelompok kontrol sebesar 9,35 dan kelompok perlakuan sebesar 11,09.
signifikan pada skor tes digit span kelompok perlakuan (p=0,001), juga
yaitu digit forward (p=0,013) dan digit backward (p=0,011) pada kelompok
perlakuan. Untuk mengetahui bahwa perubahan hasil skor tes tersebut disebabkan
oleh adanya testing effect atau adanya perlakuan latihan aerobik akut dengan
73
intensitas moderat selama 30 menit dapat dijelaskan dengan tabel 4.8 tentang
Selisih perubahan skor memori jangka pendek kelompok perlakuan pada skor
tes digit span dan subtes digit backward lebih tinggi dibandingkan kelompok
kontrol kecuali pada subtes digit forward, tetapi tidak terdapat perbedaan
bermakna pada selisih skor tes digit span total (p=0,163) dan subtes digit forward
mungkin juga disebabkan latihan aerobik berpengaruh pada tingkat stress.69 Tes
digit backward lebih kompleks jika dibandingkan dengan tes digit forward.
Subjek harus mengingat lebih lama deret angka yang disebutkan dan
menyebutkan secara terbalik dari belakang. Performa pada subtes ini dipengaruhi
oleh kecemasan dan ketegangan. Individu yang bebas dari kecemasan akan dapat
mengerjakan subtes ini dengan baik, sehingga performa yang lebih baik pada tes
Stress dapat mengganggu proses retrieval atau tahap ketiga proses mengingat
Dilaporkan juga bahwa stress dapat mempengaruhi proses belajar dan memori,
Tidak terdapat perbedaan bermakna selisih skor tes digit span kelompok
kontrol dan perlakuan mungkin disebabkan karena status gizi subjek penelitian
sebagian besar adalah berat badan kurang. Berdasarkan landasan teori status gizi
aerobik akut terhadap memori jangka pendek pada anak kelompok perlakuan yang
terlihat pada semua hasil pre tes dan post test tes memori jangka pendek, tetapi
4. Pengukuran tes memori visual tidak menggunakan tes corsi block dan digit
symbol coding yang dianggap versi visual dari tes digit span.
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
memori jangka pendek pada anak sekolah dasar usia 9-12 tahun.
2. Terdapat perubahan yang bermakna nilai pre test dan post test digit span
3. Terdapat perubahan yang bermakna nilai pre test dan post test digit
4. Terdapat perubahan yang bermakna nilai pre test dan post test digit
yang bermakna dari nilai pre test dan post test pada kelompok kontrol.
5. Tidak terdapat pengaruh yang bermakna pada perubahan selisih nilai tes
6. Tidak terdapat pengaruh yang bermakna pada perubahan selisih nilai tes
7. Terdapat pengaruh yang bermakna pada perubahan selisih nilai tes digit
5.2 Saran
Beberapa saran sebagai tindak lanjut dari hasil penelitian ini antara lain :
coding, selain tes digit span untuk mengukur fungsi memori jangka
pendek.
siswa.
DAFTAR PUSTAKA
37. Koo JW, Park CH, Choi SH, Kim NJ, Kim HS, Choe JC et al. Postnatal
environment can counteract prenatal effect on cognitive ability, cell
proliferation and synaptic protein expression. The FASEB journal 2003.
[cited 2006]. Available from: URL:
http://www.fasebj.org/cgi/content/full/17/11/1556.htm
38. Channey DS. Psychobiological mechanism of resilience and vulnerability:
implications for successful adaptation to extreme stress. Am J Psych
2004;161: 195-216.
39. McEwen BS. Physiology and neurobiology of stress and adaptation: central
role of tthe brain. Physiol Rev 2007;87: 873-904.
40. Levine ES, Black IB. Neurotrophic factors. In Sadock BJ, Sadock VA,
editors. Kaplan & Sadocks: Comprehensive Textbook of Psychiatry.
Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 200.p.71-75
41. Sakti H, Satoto, Hertanto S, Nokes C, Hall A et al. Evidence for an
association between hookworm infection and cognitive function in
Indonesian school children. Trop Med Intl Helath 1999.
42. Metabolisme Energi Tubuh & Olahraga. Sports Sciene Brief. Vol.1.
Jakarta.2007.
43. Silverthorn, Dee Unglaub. Fisiologi manusia : sebuah pendekatan
terintegrasi. Jakarta: ECG, 2013.
44. Kartawa H. Fisiologi olahraga. In Darmono, editor. Kumpulan naskah
symposium peranan dan manfaat olahraga pada DM. Semarang: Badan
penerbit undip; 1995. p 6
45. Plotnik R, Kouyoumdjian H. Introduction to Psychology ninth edition.
USA: Wadsworth; 2011.
46. Hudmon, Andrew. Learning and Memory. New York: Infobase Publishing;
2006.
47. Hillman CH, Ericson Kl, Kramer AF. Be smart, exercise your heart:
exercise effect in brain and cognition. Nat Rev Neurosci. 2008 Jan;
9(1):58-65. Available from: URL:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/1809470 diakses 30 April 2016
48. Hillman CH, Castelli DM, Buck SM. Aerobik fitness and neurocognitive
fuction in healthy preadolescent children. Med Sci Sports Exerc. 2005
Nov;37(11):1967-74. Available from: URL:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/16286868 akses tanggal 1 Mei 2016.
49. Azad A, Gharakhanlou R, Niknam A, Ghanbari A. Effects of Aerobik
Exercise on Lung Function in Overweight and Obese Students. National
Research Institute of Tuberculosis and Lung Disease. 2011; 10(3): 24-31
50. Kravitz L. The Age antidote. Available at: URL:
http://www.unm.edu/~lkravitz/Article%20folder/age.html 1 Mei 2016.
51. Katch VL, McArdle WD, Katch SI. Fundamentals of human transfer
energy. Essensials of exercise physiology. 4th ed. Philadelphia: Lippincott
Williams & Wilkins; 2011. p151-70
52. Guyton, Hall. Fisiologi Olahraga. Buku ajar fisiologi kedokteran. 9th ed.
Jakarta: EGC; 1996. p1339-42
80
53. Ganley KJ, Palermo MV, Miles S, Stout J, Brawner L, Girolami G, et al.
Health Related Fitness in children and adolescent. Pediatric phys ther.2011;
23(2): 208-20
54. Branas A. Exercise for healthy living. Available at:
http://www.phillyrehab.com
55. Pottegier JA. Exercise Physiologi. ACSMs Introduction to exercise
science. 1st ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2011. p 76-
81
56. Hebestreit H, Kieser S, Rudiger S, Schenk T, Junge S, Hebestreit A, et al.
Physical activity is independently related to aerobik capacity in cystic
fibrosis. Eur Respir J. 2006; 28: 73439
57. Farid R, Azad FJ, Atri AE, Rahimi MB, Khaledan A, Khoei MJ, et al. .
Effect of Aerobik Exercise Training on Pulmonary Function and Tolerance
of Activity in Asthmatic Patients. Iranian journal of allergy, asthma and
immunology. 2005; 4(3): 133-38
58. Anandacoomarasamy A, Fransen M, March L. Obesity and the
musculoskeletal system. Curr Opin Rheumatol. 2009; 21(1):717.
59. Hergenroeder AC, Chorley J, Triedman JK, Torchia MM. The
preparticipation sports examination in children and adolescent. 2013.
Available at: URL: http//www.uptodate.com diakses 2 Mei 2016.
60. Best JR. Effects of physical activity on childrens executive function:
Contributions of experimental research on aerobik exercise. Developmental
Review. 2010; 30:331-351
61. McMorris T, et all. Exercise and cognitive fuvtion. USA: Wiley-Blackwell;
2009. E-book. Available from: https://books.google.co.id Diakses pada 7
Mei 2016.
62. Kulak W, Sobaniec W. Molecular mechanism of brain pasticity:
neurophysiologic and neuroimaging studies in the developing patients.
Annals Academiae Medicae Bialostocensis 2004;49:227-36
63. Praag HV, Subert T, Zhao C, Gage FH. Exercise enchances learning and
hippocampal neurogenesis in aged mice. J Neurosci 2005; 25(38):8680-5
64. Gomez-Pinilla F, Ying Z, Ror RR, Molteni R. Voluntary exercise induces a
BDNF-mediated mechanism that promotes neuroplasticity. J
Neurophysiology 2002;88: 2187-95.
65. Tirtawirya D. Intensitas dan volume dalam latihan olahraga. J ISSA 2012;
2252-3375.
66. Roedinger HL, III, Karpicke JD. Test-enchanced Learning: taking memory
test improves long-term retention. Association for Psichological Science
2006;Vol. 17, number 3.
67. Perini R, Bortoletto M, Capogrosso M, et al. Acute effects of aerobic
ecxercise promote learning. Scientific reports. Mei 2016.
68. Weng TB, et al. The acute effects of aerobic exercise on the fuctional
connectivity of human brain networks. IOS press and the authors 2015;
2213-6304/16.
69. Vogel S, Schwabe L. Learning and memory under stress: implication for
the classroom. Npj Science of learning 2016.
81
Lampiran 1
Jadwal Kegiatan Penelitian
7 Ujian Skripsi
83
Lampiran 2.
Anggaran Penelitian
JUMLAH 1.805.000
84
Lampiran 3.
Gambaran Umum Penelitian
Dengan hormat,
Nomor HP :082145191752
Hormat saya
Chlarasinta Benyamin
1308012044
86
Lampiran 4.
(Informed Concent)
dengan tanpa paksaan dari pihak manapun, untuk menjadi pegangan bagi
Kupang,
persetujuan,
Lampiran 5.
2. Latihan Inti: Latihan intiadalah fase utama dari urutan latihan, berupa lari
selama 20 menit. Target heart rate latihan dihitung menggunakan metode
karvonen, dengan rumus:
Target HR= HRR (HRmax HRrest) x % intensitas + HR rest
Pada penelitian ini, menggunakan % intensitas 50-70% (moderat), yang
menghasilkan kisaran target HR batas atas dan bawah. Partisipan berlari
dengan menggunakan pulsemeter yang akan menampilkan denyut jantung
partisipan selama lari. Peneliti mengawasi agar denyut jantung partisipan
berada di zona latihan aerobik yang diharapkan selama fase ini, yaitu
dengan memeriksa denyut jantung pada menit ke 1, 5, 15 dan 20 menit
selama menjalani latihan inti. Selama pemeriksaan denyut jantung
partisipan lari di tempat.
3. Pendinginan (Cooling Down): Pada fase ini gerakan gerakan
dimaksudkan untuk menurunkan frekuensi HR mendekati HR sebelum
latihan, maksimal 10% dari HR awal latihan. Gerakan pada tahap ini
berupa latihan relaksasi dan pengaturan nafas.
89
Lampiran 6.
Tes ini terdiri dari angka maju dan angka mundur, dilaksanakan secara terpisah.
Jumlah nilai totalnya diperoleh dengan menjumlahkan banyaknya deretan angka
yang tertinggi dari kedua angka itu yang dapat disebutkan kembali dengan benar.
Hentikan : bila gagal pada kedua percobaan dari suatu seri tertentu.
Penialian : nilainya adalah banyaknya deretan angka yang paling tinggi
yang dapat diulang dengan benar dari belakang ke depan.
Nilai maksimal=8
Nilai total untuk tes rentangan angka ini adalah jumlah dari deret angka maju dan
angka mundur. Nilai maksimal 17.
91
DIGIT FORWARD
92
DIGIT BACKWARD
93
Lampiran 7.
I. IDENTITAS
Tanggal pemeriksaan :
Nama : Sekolah : . . . . . . . . . . . .
......
Umur : tahun; bulan
Jenis kelamin : 0 = Pria 1 = Wanita
Tinggi badan : cm
Berat badan : kg
Lingkar kepala : cm
Alamat : . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .No telp :. . . . . . . . . . . .
......
II. ANAMNESIS
Hipertensi Penyakit
jantung
Operasi anggota gerak bawah 6 bulan sesak nafas
Fraktur anggota gerak bawah 6 bulan
4. Aktivitas fisik :
- Olah raga
2 = berat (olah raga kompetisi:
bulu tangkis, tenis)
94
- Kegiatan ekstrakulikuler :
- Penghasilan orang tua: < 1 juta (.) 1-5 juta (.) > 5 juta (.)
Ayah :..
Ibu :..
6. PEMERIKSAAN FISIK
Status generalisata
1. Tanda vital : TD...........mmHg; N........x/mnt; RR ..........x/mnt;
Suhu:..........0C
2. Status gizi : BB..........kg; TB..........m
3. Mata : Lensa keruh tidak keruh
visus : terkoreksi tidak terkoreksi
buta warna tidak buta warna
4. Thorax: inspeksi: dalam batas normal terdapat kelainan
Cor: irama: reguler irreguler
Suara tambahan: Ada tidak ada
Pulmo: suara dasar: Vesikuler Bronchial
Suara tambahan: Ada tidak ada
5. Ekstremitas bawah
95
Deformitas
Tanda radang
LGS
MMT
Sensibilitas
Refleks
96
Lampiran 8.
Tanggal: ___________
Formulir ini adalah tentang bagaimana anda mungkin telah merasa atau bertindak baru-
baru ini
Untuk setiap pertanyaan, silahkan beri tanda centang (v) bagaimana anada telah merasa
atau bertindak dalam dua minggu terakhir.
Jika kalimat tersebut tidak benar mengenai anda, centang TIDAK BENAR
Jika kalimat tersebut hanya kadanag-kadang benar, centang KADANG-KADANG
Jika kalimat tersebut benar mengenai anda, pada sebagian besar waktu anda, centang
BENAR
Lampiran 9.
Hasil statistik
U ji normalitas kelompok kontrol
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
kelompok
kontrol Statistic df Sig. Statistic df Sig.
df kontrol pre test .216 23 .007 .881 23 .011
post test .206 23 .012 .899 23 .024
db kontrol pre test .315 23 .000 .828 23 .001
post test .187 23 .036 .910 23 .040
ds kontrol pre test .172 23 .076 .905 23 .032
post test .198 23 .020 .902 23 .028
a. Lilliefors Significance Correction
Uji deskriptif kelompok kontrol
Wicoxon
Digit span
Ranks
Ties 8c
Total 23
Test Statisticsb
posttest kontrol -
pretest kontrol
Z -1.806a
Digit forward
Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks
Ties 7c
Total 23
Test Statisticsb
posttest kontrol -
pretest kontrol
Z -2.526a
Digit backward
Ranks
Ties 11c
Total 23
Test Statisticsb
99
posttest kontrol -
pretest kontrol
Z .000a
Lampiran 10.
Lampiran 11.
Kaji etik
81
82
Lampiran 12.
Lampiran 13.
Lampiran 14.
ABSTRAK
ABSTRACT
digit symbol coding, selain tes CH, Kramer AF. The Influence
digit span untuk mengukur fungsi of Childhood Aerobik Fitness on
memori jangka pendek. Learning and Memory. PloS
e. Peneliti selanjutnya melakukan ONE 8(9):e72666.
tes IQ dan memperhatikan doi:10.1371/journal.pone.007266
prestasi siswa. 6. Available
f. Peneliti selanjutnya menganalisis from:http://journals.plos.org/plos
faktor-faktor yang dapat one/article?id=10.1371/journal.p
mempengaruhi fungsi memori. one.0072666
g. Perlunya penerapan latihan 7. Kumaran D. Short-Term Memory
aerobik secara teratur pada siswa and the Human Hippocampus.
sekolah dasar untuk membantu The Journal of Neuroscience.
perkembangan kognitif dan 2008 April: 3837-3838.
performa akademis. 8. Research summary: Exploring
the link between physical
DAFTAR PUSTAKA activity, fitness and cognitive
fuction. (masih bingung cara
1. Flavell JH, Miller PA, Miller SA. penulisan)
Desenvolvimento cognitivo. 9. Dave E, Deschenes MS. The
Porto Alegre: Editora Artmed; effect of acute physical exercise
1999. on cognitive fuction during
2. Berkman DS, Lescano AG, development. Psychology of
Gilman RH, Lopez SL, Black sport and exercise. 2016 March;
MM. Effects of stunting, 11(2010):122-126.
diarrhoeal disease, and parasitic 10. Sutoo De, Akiyama K.
infection during infancy on Regulation of brain function by
cognition in late childhood: a exercise. Neurobiology of
follow-up study. Lancet 2002; Disease 2003 6//;13(1):1-14
359:564-71. 11. Sari HA. Handout tes intelegensi.
3. Johnson MH. Development Salatiga: Fakultas Psikologi
neuroscience. In: Bornstein MH, Universitas Kristen Satya
Lamb ME, editors. Wacana; 2006.
Developmental psychology: an 12. Roedinger HL, III, Karpicke JD.
advanced textbook. Mahwah: Test-enchanced Learning: taking
Lawrence Erlbaum Associates; memory test improves long-term
1999. p. 199-230. retention. Association for
4. Sidiarto LD, Kusumoputro S. Psichological Science 2006. Vol.
Memori Setelah Anda Usia 50. 17, number 3.
Cetakan I. Jakarta: Penerbit 13. Perini R, Bortoletto M,
Universitas Indonesia; 2003. Capogrosso M, et al. Acute
5. Cuasay P. Cognitive factor in effects of aerobic ecxercise
academic achievement. New promote learning. Scientific
York: Higher Education reports. Mei 2016.
Extension Service; 1992. 14. Weng TB, et al. The acute effects
6. Raine LB, Lee HK, Saliba Bj, of aerobic exercise on the
Chaddock-Heyman L, Hillman fuctional connectivity of human
90
Lampiran 15.
Foto penelitian
92