Anda di halaman 1dari 4

2.

Titik-Titik Panas, Dingin, Nyeri, Tekan

Hasil percobaan terdapat pada lampiran dan berdasarkan percobaan


yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa telapak tangan dapat merasakan
ransangan panas, dingin, tekan dan nyeri. Hal ini dapat terjadi karena pada
tangan terutama pada bagian telapak tangan terdapat reseptor-reseptor
tersebut dengan ujung saraf bebas. Reseptor reseptor ini terletak pada titik
titik yang berbeda dan terpisah, selain itu reseptor reseptor ini hanya
bekerja sesuai dengan fungsinya. Sama halnya dengan percobaan I bahwa
rangsang panas hanya akan dirasakan oleh reseptor panas saja, yaitu ujung
ruffini, rangsang dingin oleh badan Krause, rangsang tekan atau taktil oleh
badan paccini dan rangsang nyeri oleh ujung ujung saraf yang tak
bermielin. Kulit merupakan indera somatic yang dapat diklasifikasikan
menjadi tiga tipe fisiologis yaitu:
1. Indera somatic mekanoreseptif, yang meliputi sensasi taktil dan posisi
yang dapat dirangsang oleh pemindahan secara mekanis beberapa
jaringan tubuh
2. Indera termoreseptif, yang berguna untuk mengetahui panas dingin
3. Indera rasa nyeri (nosiseptor) , yang dapat diaktifkan oleh setiap factor
yang merusak jaringan.

Teradapat tiga jenis reseptor sensorik pada kulit, yaitu mekanoreseptor


pada epidermis dan dermisnya (ujung saraf bebas, diskus Merkel, badan
Meissner, badan Krausse, ujung Ruffini, dan badan Paccini); thermoreseptor
dapat merasakan ransangan dingin dan hangat, begitu juga nosiseptor yang
merupakan reseptor sensorik rasa sakit.

Reseptor pada kulit :


Ujung Ruffini : untuk mendeteksi panas.
Badan Krausse : untuk mendeteksi dingin.
Badan Meissner dan Diskus Merkel : untuk mendeteksi sentuhan raba.
BadanPaccinis : untuk mendeteksi tekanan.
Ujung Bebas/Free Nerve Ending: untuk mendeteksi rasa sakit,
jangkauannya lebih luas dibandingkan reseptor lain karena tersebar di
seluruh permukaan kulit Jadi apabila titik dingin dirangsang oleh rasa panas
maka kesan yang timbul seharusnya adalah rasa digin pula karena masing-
masing rangsang memiliki reseptornya sendiri.

5. Perasaan Irigan

a. Hasil

Kondisi Perasaan iringan


Setelah diletakkan Merasa ada benda yang diletakkan
Setelah dilepaskan Merasa ada benda, tapi lama-lama
merasa tidak ada.

Dari hasil yang dapat diketahui bahwa setelah pensil dilepaskan dari
antara kepala dan telinga, probandus masih merasakan adanya pensil
ditelinga, namun perlahan hilang setelah sekian lama waktu berlalu.

Percobaan ini dilakukan dengan meletakkan pensil antara kepala dan


daun telinga, dan dibiarkan selama praktikan melakukan percobaan ke 6.
Setelah percobaan 6 dilakukan pensil diambil dan disini orang percobaan
maka akan dirasakan pensil tersebut masih terasa ditelinga. Hal ini terjadi
karena telinga beradaptasi dengan adanya pensil sehingga daun telinga tidak
berasa seperti memakai pensil karena beratnya sudah konstan. Hal yang
dirasakan oleh orang percobaan yang masih dapat merasakan keberadaan
pensil walaupun pensil telah diambil dari telinganya inilah yang disebut
sebagai perasaan iringan.

Adaptasi perasaan iringan ini dilakukan oleh badan paccini.


Mekanisme perasaan iringan terjadi ketika impuls yang diberikan terus
beredar dalam rantai neuron daerah yang terangsang, meskipun stimulusnya
sudah tidak ada lagi. Adanya adaptasi reseptor terhadap rangsangan benda
yang dihasilkan melalui tekanan, getaran dan sifat fisik benda,
mengakibatkan kita terbiasa dalam memakai benda tersebut. sehingga pada
saat benda di ambil, reseptor-reseptor tersebut memperlihatkan suatu off
reseptor dan adanya sirkuit reverberasi atau sirkuit bolak balik
menyebabkan kita menyadari bahwa benda telah di copot.
Sirkuit ini dapat disebabkan oleh adanya umpan balik positif di dalam
sirkuit neuron. Umpan balik ini ditujukan untuk merangsang kembali
masukan sirkuit yang sama sehingga sirkuit itu dapat mengeluarkan letupan
berulang-ulang untuk waktu yang lama. Umpan balik positif ini dapat terjadi
apabila suatu neuron memiliki percabangan ke neuron lain yang memiliki
percabangan yang menuju kembali ke neuron sebelumnya. Jadi,
pada intinya adanya sirkuit reverberasi atau sirkuit bolak balik sehingga
rangsangan yang telah diteruskan oleh satu neuron kembali lagi kepada
neuron tersebut sehingga menimbulkan perasaan iringan (after image ).

7. Tafsiran Sikap

Hasil:

Arah/sikap tangan Probandus menyebutkan dengan


Benar Tidak benar
Dekat kepala
Dekat dada
Dekat lutut
Digantungkan

Arah sikap/ tangan Bisa Tidak bisa


sesuai perintah
Menyentuh telinga
Menyentuh hidung
Menyentuh dahi

Probandus dapat menjawab secara benar semua yang ditunjukkan,


yang berarti memori mengenai lokalisasi organ probandus tersebut adalah
normal. Hal tersebut terjadi orang tersebut memiliki otak yang berfungsi
baik sebagai memori, dimana dia dapat menghafal lokasi organ tubuhnya
berdasarkan memori jangka panjang yang membuat ingatannya dapat
bertahan lama. Hal ini juga terjadi karena orang tersebut memiliki sistem
saraf yang berfungsi sebagai pusat koordinasi segala aktivitas tubuh, pusat
kesabaran, memory, intelegensi yang baik.

Koordinasi gerak tubuh utamanya diatur oleh serebelum (otak kecil).


Secara sederhana dapat dikatakan bahwa gangguan utama dari lesi di
serebelum ialah adanya dissinergia, yang ditandai kurangnya koordinasi.
Artinya bila dilakukan gerakan yang membutuhkan kerjasama antar otot,
maka otot-otot ini tidak bekerja sama secara baik, walaupun tidak di
dapatkan kelumpuhan. Hal ini terlihat jika pasien berdiri, jalan,
membungkuk atau menggerakan anggota badan. Ada 2 hal yang perlu
diperhatikan bahwa dissinergia ini, yaitu : gangguan gerakan dan dismetria.
Selain itu, cerebellum ikut berpartisipasi dalam mengatur sikap, tonus,
mengintegrasikan dan mengkoordinasikan gerakan somatik. Lesi pada
serebellum dapat menyebabkan gangguan sikap dan tonus, dissinergia atau
gangguan koordinasi gerakan (ataksia). Gerakan menjadi terpecah-pecah,
dengan lain perkataan kombinasi gerakan yang seharusnya dilakukkan
secara simultan (sinkron) dan harmonis, menjadi terpecah-pecah dan
dilakukan satu persatu serta kadang simpang siur. Gejala klinis yang kita
dapatkan pada gangguan sereberal ialah adanya: gangguan koordinasi
gerakan (ataksia), disdiadokhokinesia, dismetria, tremor intense, disgrafia
(makrografia) gangguan sikap, nistagmus, fenomena rebound, asthenia,
atonia, dan disartria.

Anda mungkin juga menyukai