Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

Hipertensi saat ini masih menjadi masalah utama di dunia. Menurut Joint National

Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment on High Blood Pressure

VII (JNC-VII), hingga saat ini hampir 1 milyar orang menderita hipertensi di dunia.

Tahun 2010 di Amerika Serikat menunjukkan bahwa 28,6% orang dewasa berusia 18

tahun ke atas menderita hipertensi dan hanya 53,3% yang berhasil mengontrol tekanan

darah dalam batas normal (PAPDI, 2013).

Tingkat prevalensi hipertensi di negara-negara maju cukup tinggi mencapai 37%

sedangkan di negara-negara berkembang 29,9%. Di Indonesia banyaknya penderita

hipertensi diperkirakan 15 juta orang tetapi hanya 4% yang merupakan hipertensi

terkontrol, 96% hipertensi tidak terkontrol. Prevalensi hipertensi pada orang dewasa

sebesar 15% dan 50% diantaranya tidak menyadari sebagai penderita hipertensi

sehingga cenderung untuk menjadi hipertensi berat karena tidak menghindari dan tidak

mengetahui faktor resikonya. Kejadian hipertensi di Provinsi Bengkulu tahun 2013

mencapai 11.010 orang dan Kabupaten Kepahiang mencapai 1.766 orang, peningkatan

jumlah kasus termasuk usia produktif yaitu usia 2055 tahun.

Hipertensi dijuluki silent killer karena 80% kejadian tidak menimbulkan gejala

tapi meningkatkan resiko sakit jantung dan stroke yang merupakan penyebab kematialan

sedangkan 20% merupakan hipertensi terkontrol/ hipertensi juga dapat menyebabkan

kerusakan organ ginjal sehingga terjadi gagal ginjal tahap akhir yang memerlukan terapi

dialysis (cuci darah) dan juga meningkatkan resiko kebutaan akibat kerusakan di retina

mata dan demensia modifikasi gaya hidup memiliki peran yang penting baik pada pasien

hipertensi dan bukan hipertensi. Faktor-faktor yang dapat menyebabkan hipertensi


diantaranya faktor genetik (keturunan), umur, zat toksin, jenis kelamin, etnis, Stres,

obesitas, nutrisi, merokok, narkoba, alkohol, kafein, kurangnya olahraga, kolesterol

tinggi, kelainan ginjal, konsumsi natrium yang tinggi yang masuk kedalam tubuh

(Hikayati, dkk, 2012).

Penyebab hipertensi hingga kini tidak diketahui secara pasti, terutama yang

esensial, namun terdapat faktor resiko, misalnya kelebihan berat badan, kurang

berolahraga, mengkonsumsi makanan berkadar garam tinggi, kurang mengkonsumsi

buah dan sayuran segar dan terlalu banyak minum alkohol. Hasil penelitian Sigarlaki

(2006), diperoleh adanya hubungan antara umur dan faktor makanan terhadap jenis

hipertensi, hasil penelitian ini juga sejalan dengan Rahajeng dan Tuminah (2009),

diperoleh bahwa umur merupakan salah satu faktor resiko yang berhubungan bermakna

dengan hipertensi.

Riwayat penyakit jantung seperti Hipertrofi ventrikel kiri menyebabkan

peningkatan kekuatan dinding terhadap pengisian diastolik dan gelombang sistol atrium.

Penyakit jantung koroner sering terjadi pada hipertensi. (Gray, dkk, 2005). Penelitian

Malau (2011) diperoleh adanya hubungan yang signifikan secara statistik antara kejadian

penyakit jantung dengan tingkat. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Asriani, Bahar

dan Kadrianti (2012) diperoleh bahwa ada hubungan antara hipertensi dengan kejadian

gagal ginjal di Rumah Sakit Ibnu Sina Makassar.

Stroke dan iskemi transien lebih sering ditemukan pada penderita hipertensi (Gray,

dkk, 2005). Hasil penelitian Basjiruddin (2009) Hipertensi merupakan faktor resiko

terkendali yang paling kuat terhadap stroke dan diperkirakan berpengaruh terhadap 25%

hingga 50% kejadian stroke, dengan kecenderungan menyebabkan stroke 3 sampai 4 kali

lipat dibanding dengan bukan penderita hipertensi. Hubungan antara tekanan darah dan
resiko stroke akan muncul pada efek berkelanjutan dibanding efek ambang batas

tekanan darah.

Data Dinas Kesehatan Kabupaten Kepahiang diperoleh angka kejadian hipertensi

pada tahun 2012 sebanyak 1048 kasus (40,6%), tahun 2013 sebanyak 649 kasus (25,1%),

pada tahun ini mengalami penurunan dan tahun 2014 meningkat kembali sebanyak 883

kasus (34,2%).

Caring science merupakan suatu orientasi human science dan kemanusiaan

terhadap proses, fenomena, dan pengalaman human caring. Caring science, seperti juga

science lainnya, meliputi seni dan kemanusiaan. Transpersonal Caring mengakui

kesatuan dalam hidup dan hubungan-hubungan yang terdapat dalam lingkaran caring

yang konsentrik dari individu, pada orang lain, pada masyarakat, pada dunia, pada planet

Bumi, pada alam semesta (Watson, 2004).

Watson (1988) dalam George (1990) mendefinisikan caring lebih dari

sebuah exisestensial philosophy, ia memandang sebagai dasar spiritual, baginya caring

adalah ideal moral dari keperawatan. Manusia akan eksistensi bila dimensi spiritualnya

meningkat ditunjukkan dengan penerimaan diri, tingkat kesadaran diri yang tinggi,

kekuatan dari dalam diri, intuitif. Caring sebagai esensi dari keperawatan berarti juga

pertanggungjawaban hubungan antara perawat-klien, dimana perawat membantu

partisipsi klien, membantu memperoleh pengetahuan dan meningkatkan kesehatan.

Teori human caring yang dikembangkan oleh Watson antara tahun 1975-1979,

hanya berkisar pada sepuluh carative factors sebagai suatu kerangka untuk memberikan

suatu bentuk dan focus terhadap fenomena keperawatan. Watson menganggap istilah

factors terlalu stagnant terhadap sensibilitasnya di masa kini. Ia pun kemudian

menawarkan suatu konsep yang lebih sesuai dengan evolusi teorinya dan arahnya di
masa depan. Konsep tersebut adalah clinical caritas dan caritas processes, yang

dianggapnya lebih cocok dengan ide-ide dan ara perkembangan teorinya (Watson, 2004).

Konsep merupakan suatu ide di mana terdapat suatu kesan yang abstrak yang dapat

diorganisir menjadi simbul-simbul yang nyata sedangkan konsep keperawatan

merupakan ide untuk menyusun suatu kerangka konseptual atau model keperawatan.

Teori ini sendiri merupakan sekelompok konsep yang membentuk sebuah pola yang

nyata atau suatu pernyataan yang menjelaskan suatu proses, peristiwa, atau kejadian

yang didasari oleh fakta-fakta yang telah diobservasi, tetapi kurang absolut (kurang

adanya bukti) secara langsung.

Teori keperawatan digunakan untuk menyusun suatu model konsep dalam

keperawatan, sehingga model keperawatan tersebut mengandung arti aplikasi dari

struktur keperawatan itu sendiri yang memungkinkan perawat untuk mengaplikasikan

ilmu yang pernah didapat ditempat mereka bekerja dalam batas kewenangan sebagai

seorang perawat. Model konsep keperawatan ini digunakan dalam menentukan model

praktek keperawatan yang akan diterapkan sesuai kondisi dan situasi tempat perawat

tersebut bekerja. Mengingat dalam model praktek keperawatan mengandung komponen

dasar seperti adanya keyakinan dan nilai yang mendasari sebuah model, adanya tujuan

praktek yang ingin dicapai dalam memberikan pelayanan ataupun asuhan keperawatan

terhadap kebutuhan semua pasien, serta adanya pengetahuan dan ketrampilan yang

dibutuhkan oleh perawat dalam mencapai tujuan yang ditetapkan sesuai kebutuhan

pasien.

A. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakan yang telah diuraikan diatas, maka dapat dirumuskan

masalah penelitannya adalah apakah penerapan teori Dorothea Orem dalam pemberian

asuhan keperawatan perawatan mandiri pada penderita Asma dapat dilakukan ?


B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Menerapkan aplikasi Model Konseptual Keperawatan Jean Watson pada Kasus

Klien Hipertensi.

2. Tujuan Khusus

a. Mampu melakukan pengkajian pada klien dengan penyakit Hipertensi

b. Mampu menetapkan masalah pada klien dengan penyakit Hipertensi

c. Mampu melakukan intervensi pada klien dengan penyakit Hpertensi

d. Mapu melakukan implementasi pada klien dengan penyakit Hipertensi

e. Mampu melakukan evaluasi pada klien dengan penyakit Hipertensi

C. Manfaat Penelitian

1. Bagi Profesi Keperawatan

Mendapatkan pengetahuan yang bermanfat dan dapat menambah informasi

tentang penerapan aplikasi Teori Jean Watson pada asuhan keperawatan, sebagai

bahan kepustakaan dan perbandingan penanganan kasus khususnya pada pasien

Hipertensi.

2. Bagi Penulis

Mendapatkan pengetahuan dan pengalaman serta dapat menerapkan standar

asuhan keperawatan berdasarkan teori Jean Watson untuk pengembangan praktik

keperawatan dan dapat mengaplikasikan ilmu yang di dapatkan selama perkuliahan

dalam memberikan asuhan keperawatan khususnya pada pasien Hiperteni.


3. Bagi Pembaca

Meningkatkan pengetahuan kepada pembaca tentang aplikasi teori Jean Watson

pada penyakit Hipertensi dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan dalam

penanganan kasus khususnya penyakit Hipertensi.

D. Implikasi Peneulisan KTI Ners Terhadap Ilmu Keperawatan

Dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah penulis menggunakan metode penulisan

antara lain :

1. Studi Kepustakaan

Yakni membaca literatur yang menerangkan dan berhubungan dengan teori

Jean Watson dan kasus Hipertensi serta perawatannya baik berupa buku-buku dan

informasi lainnya.

2. Studi Kasus

Yakni mengkaji, merencanakan dan melaksanakan asuhan keperawatan pada

klien secara langsung dengan cara :

a. Wawancara

Dalam pelaksanaan studi kasus keperawatan terhadap klien, penulis

mendapatkan data secara lisan dari klien dan keluarga melalui percakapan

b. Observasi

Pada tahap pengkajian dan implementasi penulis dapat melihat langsung

keadaan klien.
c. Pemecahan Masalah

Dalam penerapan studi asuhan keperawatan penulis menyelesaikan

masalah-masalah yang ada pada klien dengan melakukan intervensi langsung

dengan menjalin kerjasama terhadap klien.

Anda mungkin juga menyukai