Anda di halaman 1dari 42

KERACUNAN NAPZA

Dosen Pengampu :

dr.Ainurrofiq, Sp.KF,MH
PENDAHULUAN
Narkoba adalah singkatan dari narkotika dan
obat/bahan berbahaya. Selain "narkoba", istilah lain
yang diperkenalkan khususnya oleh Departemen
Kesehatan Republik Indonesia adalah Napza yang
merupakan singkatan dari Narkotika, Psikotropika dan
Zat Adiktif.
Dari sekian banyaknya penduduk dunia yang sudah
menjadi korban, tercatat tidak kurang dari 4 juta jiwa
umat manusia di Indonesia terjerumus menjadi korban
narkoba.

Penelitian Badan Narkotik Nasional (BNN),


menunjukkan penyalahgunaan narkoba meningkat dari
tahun ke tahun.
TUJUAN

Tujuan Umum :
adalah diharapkan tenaga medis dapat
mengetahui dan memahami tentang
pemeriksaan forensik pada korban
keracunan napza dalam pandangan ilmu
kedokteran forensik dan medikolegal.
TUJUAN KHUSUS
Tenaga medis diharapkan mengetahui dan memahami
aspek klinis Napza.
Tenaga medis diharapkan mengetahui dan memahami
gambaran postmortem pada korban yang mengalami
keracunan Napza.
Tenaga medis diharapkan mengetahui dan memahami
kebijakan hukum yang berkaitan dengan Napza di
Indonesia.
Tenaga medis diharapkan mengetahui dan memahami
peran tenaga medis dalam identifikasi korban yang
mengalami keracunan Napza.
SUMBER RACUN
Racun rumah tangga : desinfektan, detergen,
insektisida
Racun pertanian : pestisida, herbisida
Racun kedokteran : hipnotika, sedatif, analgetika,
obat
penenang, antidepresan, antibiotika

Racun industri : asam dan basa kuat, logam


berat
Racun bebas : opium, ganja, sianida, racun
pada jamur
TOKSISITAS RACUN

1. Toksisitas intrinsik
2. Dosis dan bioavailabilitas
3. Konsentrasi
4. Frekuensi dan waktu paruh
5. Cara masuk zat ke dalam tubuh
6. Kondisi pemakai
ILUSTRASI KASUS
NAPZA
Napza akronim dari Narkotika, Alkhohol,
Psikotropika dan Zat-zat adiktif lainnya. Akronim
ini digunakan untuk memberikan istilah terhadap
obat-obatan terlarang yang dapat menyebabkan
gangguan kesehatan dan Kejiwaan. Pengertian
lain dari NAPZA adalah zat kimia yang apabila
dimasukkan ke dalam tubuh baik diminum,
dihirup, dihisap, disedot maupun disuntikan dapat
mempengaruhi pikiran, suasana hati atau
perasaan dan perilaku seseorang.
NARKOTIKA
Narkotika adalah zat atau obat yang
berasal dari tanaman atau bukan
tanaman, baik sintetis maupun semi
sintetis menyebabkan penurunan
atau perubahan kesadaran,
hilangnya rasa nyeri, dan dapat
menimbulkan ketergantungan
(undang-undang No. 35 tahun 2009).
JENIS-JENIS NARKOTIKA
Menurut proses pembuatannya :
Petidine,
Narkotika
Nisentil,
Sintetik
Leritine.

Berdasarkan UU RI No 35 / 2009
Tentang Narkotika pasal 6 ayat (1),
penggolongan narkotika terdiri dari 3
golongan, yaitu:
Narkotika golongan I
Adalah narkotika yang hanya dapat digunakan untuk
tujuan pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak
digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi
sangat tinggi mengakibatkan ketergantungan. Beberapa
narkotika yang termasuk dalam golongan I misalnya
tanaman Papaver somniferum L, Opium, tanaman koka
(daun koka, kokain merah), heroin, morfin, dan ganja.
Narkotika golongan II
Adalah narkotika yang berkhasiat untuk pengobatan yang
digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam
terapi dan/atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan
serta mempunyai potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan.
Beberapa narkotika yang termasuk kedalam golongan II,
misalnya Alfasetilmetadol, Benzetidin, Betametadol.

Narkotika golongan III


adalah narkotika yang berkhasiat pengobatan dan banyak
digunakan dalam terapi dan atau tujuan pengembangan ilmu
pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan
ketergantungan. Beberapa narkotika yang termasuk ke dalam
golongan III misalnya Asetildihidrokodeina, Dokstropropoksifena,
Dihidroko-deina, Etilmorfin, dan lain-lain. Narkotika untuk
pengobatan, terdiri dari opium obat, codein, petidin, fenobarbital.
HEROIN

Heroin adalah semi sintetik opioid yang di


sintesa dari morphin yang merupakan derivat
dari opium. Pada kadar yang lebih rendah
dikenal dengan sebutan putaw.
Efek jangka pendek dan jangka panjang dari heroin

Short term Long term

Gelisah Addiksi
Depresi pernafasan HIV, hepatitis
Fungsi mental berkabut Kolaps vena
Mual dan muntah Infeksi bakteri
Menekan nyeri Penyakit paru (pneumonia,
Abortus spontan TBC)
Infeksi jantung dan katupnya
Perkiraan Waktu Deteksi Dalam Urine Beberapa Jenis Obat

Jenis obat Lamanya waktu dapat dideteksi


Amfetamine 2 hari
Barbiturat 1 hari (kerja pendek)
3 minggu (kerja panjang)
Benzodiazepin 3 hari
Kokain 2-4 hari
Kodein 2 hari
Heroin 1-2 hari
Methadone 3 hari
Morfin 2-5 hari
PENYEBAB KEMATIAN
Depresi pusat pernafasan
Edema Paru : terjadinya edema paru diakibatkan oleh
peningkatan tekanan cairan serebrospinal dan tekanan
intracranial serta berkurangnya sensitifitas pusat
pernafasan terhadap CO2
Kematian pada pemakai narkotika dapat pula diakibatkan
oleh berbagai hal lain seperti : pemakaian alat suntik dan
bahan yang tidak steril sehingga menimbulkan infeksi,
misalnya : pneumonia, endokarditis, hepatitis, tetanus,
AIDS. Bila cara penyuntikan tidak benar, atau jarum lepas
dari semprit saat yang bersangkutan telah dalam
keadaan fly, dapat terjadi masuknya udara sehingga
menimbulkan emboli udara.
PEMERIKSAAN FORENSIK

Bekas bekas suntikan.


rajah yang bertujuan menutupi bekas bekas suntikan,
atau mungkin ditemukan adanya abces, granuloma atau
ulkus.
perlu diambil hapus selaput lender hidung (nasal-swab)
untuk pemeriksaan toksikologik.
Pembesaran kelenjar getah bening setempat
Lepuh kulit (skin-blister)
Kelainan paru
Kelainan hati
ASPEK
MEDIKOLEGAL

UU No. 35 tahun 2009


Pasal 1
Dalam undang-undang ini yang dimaksud dengan:
Pasal 5
(1) Narkotika sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5
digolongkan ke dalam:
a. Narkotika Golongan I;
b. Narkotika Golongan II; dan
c. Narkotika Golongan III.
(2) Penggolongan Narkotika sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) untuk pertama kali ditetapkan
sebagaimana tercantum dalam Lampiran I dan
merupakan bagian yang tak terpisahkan dari Undang-
Undang ini.
(3) Ketentuan mengenai perubahan penggolongan
Narkotika sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur
dengan Peraturan Menteri.
PSIKOTROPIKA

Psikotropika adalah zat atau obat, baik


alamiah maupun sintetis bukan narkotika,
yang berkhasiat psikoaktif melalui
pengaruh selektif pada susunan saraf
pusat yang menyebabkan perubahan khas
pada aktivitas mental dan perilaku.
(Nomor 5 Tahun 1997 Tentang
Psikotropika pasal 1 butir 1).
JENIS JENIS PSIKOTROPIKA
Menurut UU nomor 5 tahun 1997
Psikotropika Golongan I
Adalah psikotropika yang hanya dapat digunakan
untuk tujuan ilmu pengetahuan dan tidak
digunakan dalam terapi serta mempunyai potensi
amat kuat, mengakibatkan sindroma
ketergantungan.

Psikotropika Golongan II
Adalah psikotropika yang berkhasiat
pengobatan dan dapat digunakan dalam terapi
dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta
mempunyai potensi kuat mengakibatkan
sindroma ketergantungan.
Psikotropika Golongan III
Adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan
dan banyak digunakan dalam terapi dan/atau
untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai
potensi sedang, mengakibatkan sindroma
ketergantungan.

Psikotropika Golongan IV
MDMA (Ecstasy)

MDMA (N-Metil 3,4-metilendioksi amfetamin)


atau (3,4-metiledioksimetamfetamin) yang
populer dengan nama ekstasi merupakan
senyawa feniletilamin yang memiliki efek
stimulan terhadap SSP, maupun mengubah
persepsi (hallucinogen).
PENEMUAN FORENSIK
Penemuan pada otak
Penemuan pada hepar
Penemuan pada paru paru
Penemuan pada jantung
Pemeriksaan darah
Penemuan pada ginjal
Tes urin
Tes rambut
ASPEK MEDIKOLEGAL
Pasal yang menerangkan tentang intoksikasi (
keracunan ) MDMA adalah pasal 133 (1) KUHP,
yang berbunyi : Dalam hal penyidik untuk
kepentingan peradilan menangani seorang
korban baik luka, keracunan ataupun mati yang
diduga karena peristiwa yang merupakan tindak
pidana, ia berwenang mengajukan permintaan
keterangan ahli kepada ahli kedokteran
kehakiman atau dokter dan atau ahli lainnya.
Ketentuan pidana sesuai Undang-Undang RI no.5 tahun 1997 tentang Psikotropika
Pasal yang dilanggar Pidana
Menggunakan selain yang dimaksud pasal 4, 4-15 tahun dan denda 150-750 juta rupiah
memproduksi/menggunakan dalam produksi sebagai dimaksud
pasal 6, mengedarkan tidak sesuai pasal 12, mengimpor selain
untuk kepentingan ilmu pengetahuan, secara tanpa hak
memiliki, menyimpan dan atau membawa psikotropika
golongan I (Pasal 69)

Seperti no 1 bila dilakukan dengan terorganisasi Mati atau seumur hidup atau 20 tahun dan denda 750 juta
rupiah
Seperti no 1 bila oleh korporasi Pidana kepada pelaku dan denda kepada korporasi sebesar 5
milyar rupiah
Menghalang-halangi penderita sindrom ketergantungan untuk Paling lama 1 tahundan atau denda paling banyak 20 juta
menjalani pengobatan dan atau perawatan (pasal 64) rupiah

Tidak melaporkan adanya penyalahgunaan dan atau Paling lama 1 tahun dan atau denda paling banyak 20 juta
kepemilikan psikotropika secara tidak sah sebagaimana rupiah
dimaksud dalam pasal 54 ayat 2 (masyarakat wajib
melaporkan kepada pihak berwenang bila mengetahui tentang
psikotropika yang disalahgunakan dan atau dimiliki secara
tidak sah)
ZAT ADIKTIF

Zat psikoaktif atau zat adiktif ialah zat


atau bahan yang apabila masuk ke dalam
tubuh manusia akan mempengaruhi
tubuh, terutama susunan saraf pusat,
sehingga menyebabkan perubahan
aktivitas mental-emosional dan perilaku.
Apabila digunakan terus menerus akan
menimbulkan ketergantungan (oleh
karena itu disebut juga sebagai zat
adiktif).
ALKOHOL
Alkohol bersifat racun bagi otak. Alkohol murni
berupa cairan yang bening, mudah menguap dan
mempunyai aroma yang khas.
KERACUNAN ALKOHOL AKUT
Gambaran Post-Mortem
Pemeriksaan luar
Kaku mayat dan pembusukan lebih lambat terjadi. Mayat
penderita bisa bertahan lebih lama.
Kongesti pada konjungtiva sangat jelas

Bagian tubuh yang diperlukan untuk pemeriksaan


kimia:
Darah
Paru-paru
Otak
Pemeriksaan dalam
Bau alkohol bisa tercium dari isi lambung dan
organ tubuh lainnya
Dinding lambung hiperemis, berwarna merah
dan isi lambung berwarna coklat
Organ tubuh lainnya mengalami kongesti
Edema otak sangat jelas terlihat dari jarak
antara gyrus otak yang semakin sempit
KERACUNAN ALKOHOL KRONIK
Gambaran Post-Mortem
Mukosa lambung tampak menunjukkan
hiperemi dan hipertrofi
Hati dan ginjal mengalami kongesti. Pada
hati terdapat infiltrasi lemak dan
perubahan sirosis
Jantung membesar dan menunjukkan
adanya infiltrasi lemak
ASPEK MEDIKOLEGAL
KUHP pasal-pasal yang berkaitan dengan penggunaan alkohol :
Pasal Uraian Pidana
Pasal 300 ayat 1 Dengan sengaja menjual atau Penjara paling lama 1 tahun atau
memberikan yang memabukkan denda paling banyak 4.500.000
kepada seseorang yang telah rupiah
kelihatan mabuk; dengan sengaja
membuat mabuk seorang anak
yang umurnya belum cukup 16
tahun; dengan kekerasan atau
ancaman kekerasan memaksa
prang untuk minum minuman yang
memabukkan
Pasal 492 Mabuk dimuka umum dan Penjara paling lama 6 hari atau
merintangi lalu lintas; menggangu denda paling banyak 375.000
ketertiban; mengancam keaman rupiah
oranglain
Pasal 536 Mabuk dijalan umum Denda paling banyak 225.000
Pasal 537 Diluar kantin tentara enjual Penjara paling lama 3
atau memberi minuman minggu atau denda paling
keras atau arak kepada banyak 1.500.000 rupiah
anggota tentara dibawah
pangkat letnan atau kepada
istri, anak atau pelayannya
Pasala 538 Penjual atau wakilnya bila Penjara paling lama 3
pada waktu menjalankn minggu atau denda paling
pekerjaannya menjual atau banyak 500.000 ruiah
memberikan minuman keras
atau arak kepada seorang
anak dibawah umur 16 tahun
Pasal 539 Menyediakan secara Cuma- Penjara paling lama 12 hari
Cuma minuman keras atau atau denda paling banyak
arak pada pesta keramaian 375.000 rupiah
umum, pertunujkkan rakyat,
SARAN
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai