Anda di halaman 1dari 37

ILMU UKUR TANAH

9.0.0. ALAT SIPAT DATAR


Didalam fasal-fasal berikut ini, masalah alat sipat datar akan dibahas.
Sehubungan dengan itu, beberapa pengetahuan mengenai optik sederhana
sangat dirasakan perlu sebagai prasyarat untuk memahami alat sipat datar di
atas.

9.1.0. Komponen-Komponen Dari Alat Sipat Datar


9.1.1. Lensa
1. Hukum Pemantulan:
Jika suatu berkas sinar mengenai sebuah cermin atau potongan gelas
yang rata, seperti ditunjukkan oleh gambar 9.1, maka sinar tersebut akan
dipantulkan sedemikian rupa sehingga sudut PP1I sama besar dengan
sudut PP1R. Sudut datang PP1I sama besar dengan sudut pantul PP1R.

Gambar. 9.1. Diagram garis pantul pada cermin

2. Hukum Pembiasan
Bila sebuah lampu pada I bergerak mendekati garis tegak lurus PP 1, sinar
datang IP1 akan mungkin dipantulkan dan juga akan menembus gelas dan
memancar kebagian lain dari gelas tersebut sebagai sinar sejajar dengan
sinar datang. Tetapi sinar pantul tersebut telah dibelokkan arahnya atau
dibiaskan sepanjang garis IP1E1E (lihat gbr 9.2). Refraksi akan terjadi
bila sudut PP1I lebih kecil dari 41. Melalui gambar dapat dilihat bahwa
sinar dapat dibelokkan mendekati garis tegak lurus bila menembus gelas
dan menjauhi garis tegak lurus bila memancar ke udara dikarenakan
gelas mempunyai kerapatan yang lebih tinggi dibandingkan udara.

TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI MEDAN 103


ILMU UKUR TANAH

Gambar. 9.2. Diagram Pembiasan Pada Cermin

Peristiwa di atas dapat diuraikan sebagai berikut:


1. Sinar akan dibelokkan mendekati normal (garis tegak lurus) dari
zat yang ringan ke dalam zat lain yang lebih padat/rapat dan akan
dibelokkan menjauhi normal bila masuk dari zat yang padat kedalam
zat lain yang lebih ringan.
2. Bila lampu pada I digerakkan mendekati P sehingga I berimpit
dengan P, maka berkas sinar tersebut akan diteruskan menembus
gelas tanpa refraksi/pembelokan.

3. Lensa Cekung dan Lensa Cembung


Jika suatu permukaan yang lengkung kini dipertimbangkan, dapat dilihat
pada gambar 9.3, berkas sinar akan memiliki kejadian/sifat yang sama
seperti di atas. Sinar akan dibelokkan mendekat normal pada saat
meninggalkan gelas normal. Didefenisikan sebagai garis yang tegak lurus
terhadap arah garis singgung permukaan lengkung pada setiap titiknya
sepanjang lengkungannya tersebut.

TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI MEDAN 104


ILMU UKUR TANAH

Gambar. 9.3. Lensa Cembung Ganda


Lensa yang ditunjukkan pada gambar di atas dikatakan lensa cembung
ganda, karena lengkungan permukaan lensa yang menghadap keluar
menjadi muka dari lensa. Jika lengkungan lensa menghadap ke dalam
akan disebut cekung dan akan membentuk lensa cekung ganda (gbr.
9.4.a).

Gambar. 9.4. Jenis-Jenis Permukaan Lensa

Jika hanya satu muka dari lensa yang lengkung dan bagian lainnya datar,
maka lensa disebut datar-cembung (gbr. 9.4.b), atau datar cekung (gbr.
9.4.c). Bila satu muka cembung dan muka lainnya cekung, maka lensa
yang dihasilkan adalah cekung-cembung (gbr. 9.4.d).

Gambar 9.5. memperlihatkan berkas sinar yang mula-mula menem-bus


lensa cekung-ganda dan kemudian menembus dua buah lensa datar-
cembung. Lensa cekung ganda memiliki effek menyebarkan berkas sinar,
sedang effek ke dua lensa datar-cembung yang ditempatkan berhadapan
berfungsi sebagai lensa pembesar yang sederhana.

Di dalam gambar 9.4 dan gambar 9.5, garis XX membentuk sumbu


utama dari setiap lensa dan meneruskan sinar melalui pusat optik O.

TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI MEDAN 105


ILMU UKUR TANAH

Setiap berkas sinar yang masuk melalui pusat optis akan diteruskan pada
arah yang sama tanpa dibiaskan.

Gambar. 9.5. Bentuk Berkas Sinar Menembus Lensa Cekung-Ganda


dan Lensa Datar-Cembung.
9.1.2. Teropong
Teropong untuk survey pengukuran modern berbentuk tabung yang sangat
sederhana dengan lensa cembung-ganda yang membentuk suatu lensa
objektif pada batas penglihatan dan kedua lensa cembung-datar membentuk
lempeng pengamat pada batas pengamatan.

Di dalam gambar 9.6, garis XX merupakan sumbu utama dan O adalah pusat
optis lensa. Sinar AA1 dan BB1 menembus melalui pusat optis dan
diterima/ditangkap pada layar gelas AB yang dinamakan diafragma atau
retikul sehingga terbentuk suatu bayangan. Sinar A1C dan B1D masuk ke
lensa sejajar dengan sumbu utama akan dibiaskan sedemikian sehingga
mengumpul pada satu titik f, yang dinamakan fokus utama, dan selanjutnya
bertemu pada bidang diafragma, masing-masing pada titik A dan B.

Panjang O-f merupakan panjang fokus dari lensa. Bayangan AB terbentuk


oleh sinar sejati dan sinar terbalik. Bayangan ini akan tajam karena berada
pada focus, namun hanya satu posisi dari objek yang terlihat. Jika objek A1B1
digerakkan menjauhi teropong, bayangan yang dibentuk pada bidang
diafragma AB akan terlihat kabur seperti yang ditunjukkan oleh gambar 9.7.

Gambar. 9.6. Bayangan Tajam Berada Pada Focus Lensa


TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI MEDAN 106
ILMU UKUR TANAH

Gambar. 9.7. Bayangan Kabur Tidak di Focus Lensa

Gambar 9.8. lensa cembung-ganda Ditempatkan Diantara


Objek dan Focus Utama.

Bila pada teropong tersebut dipasang suatu lensa cembung-ganda yang


ditempatkan diantara objek dan fokus utama f, berkas sinar akan menyebar
oleh gerakan lensa sepanjang teropong sampai B 1OB dan B1DB mengumpul
pada bidang diafragma. Hal tersebut sama dengan membawa titik B pada
fokus sehingga tajam. Titik A tentu saja akan terbawa tajam secara
bersamaan dengan cara yang sama. (gambar. 9.8.)

Sebenarnya fokus utama f dapat digerakkan sepanjang sumbu utama dengan


menggerakkan lensa yang ada di dalam teropong. Lensa-lensa yang
digerakkan sepanjang teropong berada pada sebuah rel dan roda kecil serta
diatur dengan sekrup pengatur fokus yang ada pada sisi teropong.

9.1.3. Diafragma/Retikul dan Lempengan Pengamat


Retikul/diafragma pada mana bayangan difokuskan merupakan suatu gelas
lingkaran yang rata, digores dengan suatu garis yang dinamakan benang

TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI MEDAN 107


ILMU UKUR TANAH

silang. Beberapa macam bentuk benang silang diperlihatkan pada gambar


9.9.

Gambar 9.9. Jenis-Jenis Diafragma/Retikul


Bayangan yang terbentuk pada retikul sangat kecil dan harus diperbesar oleh
lempengan pengamat. Lempengan pengamat digunakan pada alat sipat datar
modern, yang terdiri dari dua buah lensa datar-cembung yang dipisahkan
sejarak 2/3 dari panjang fokusnya (gbr 9.10). Hasil akhirnya adalah suatu
perbesaran dari bayangan nyata AB yang terlihat mata sebagai bayangan
semu pada A11B11.

Gambar 9.10. Lempengan Pengamat

9.1.4. Paralaks
Sudah seharusnya diketahui dengan jelas dari uraian yang telah diberikan di
atas bahwa bayangan harus terbentuk secara jelas pada bidang diafragma
dengan pengaturan fokus yang baik pada teropong. Meskipun bayangan
tersebut tidak betul-betul tepat difokuskan pada diafragma, hal tersebut
masih memungkinkan mata dapat melihat bayangan.

Dalam gambar 9.11, bayangan telah dibentuk bergeser sedikit di depan


bidang diafragma. Bayangan akan terlihat sama baik bila bergeser sedikit

TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI MEDAN 108


ILMU UKUR TANAH

dibelakang bidang diafragma. Mata akan tetap melihat benang silang yang
ditempatkan tidak begitu jauh dibelakang bayangan.

Gambar 9.11. Bayangan/Paralaks Pada Lensa


Selanjutnya dapat diikuti bahwa bila mata pengamat digerakkan ke atas dan
ke bawah atau ke kiri dan ke kanan, benang silang akan terlihat berubah-
ubah (bergerak). Peristiwa tersebut dikenal sebagai paralaks dan harus
dihilangkan dengan cara seperti berikut:
1. Amati daerah kosong/terbuka dengan teropong dan putar lempengan
pengamat keluar atau masuk sampai terlihat benang silang hitam dan
tajam. Lempengan pengamat tersebut berguna untuk memfokuskan objek
dengan baik pada bidang diafragma.
2. Lihat objek yang jauh dan fokuskan teropong sampai bayangan terbentuk
dengan jelas.
3. Lempengan pengamat tersebut sekarang telah terfokus dengan jelas pada
bidang diafragma, seperti juga bayangannya. Jika mata digerakkan akan
terlihat tidak ada gerakan dari benang silang dan paralaks telah dihi-
langkan.

9.2.0. Teropong Untuk Survey Pengukuran


Fungsi dari setiap lensa telah dijelaskan di atas dan yang tinggal hanyalah
menggabungkan beberapa macam lensa dalam sebuah teropong yang
bertujuan untuk melewatkan bagian dari sinar melalui lensa-lensa tersebut
agar dapat terlihat dengan jelas bayangan semu dari target yang diamati oleh
pengamat.

TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI MEDAN 109


ILMU UKUR TANAH

Gambar.9.12. Bentuk Teropong Pada Alat Survey

Gambar 9.12(b) memperlihatkan bagian dalam sebuah teropong yang


merupakan gabungan dari beberapa lensa dengan bermacam-macam bagian
sinar dari target yang masuk menerobos lensa ke mata. Sementara itu,
gambar 9.12(a) memperlihatkan bagian luar dari teropong tersebut. Type
teropong seperti itu, dengan beberapa penghalusan adalah type yang umum,
terdapat dalam sebagian besar peralatan survey pengukuran.

Sementara itu, yang tidak dapat dipisahkan dari masalah optik adalah nivo
tabung.

9.3.0. Nivo Tabung


Sebuah nivo tabung dapat dipertimbangkan sebagai sebuah bentuk gelas
miniatur pembawa air agar dapat dengan mudah dibayangkan. Permukaan
sebelah dalam dibentuk seperti muka tanah pada jari-jari tertentu yang
diinginkan; semakin besar jari-jarinya, semakin peka gelembungnya. Bagian
dalam tersebut hampir sepenuhnya terisi eter atau alkohol, yaitu cairancairan
yang memiliki titik beku yang rendah. Udara yang ada pada bagian tabung
akan selalu mencari jalan ke titik tertinggi dan bilamana nivo tabung ini
didatarkan dengan benar, maka gelembung udara akan mengambil tempat
pada posisi pusat seperti dalam gambar 9.13.
Jika nivo tabung digerakkan sepanjang garis batas lingkarannya sampai
gelembung bergerak melewati suatu bagian skala yang panjangnya 2mm,
yang digores pada permukaan gelasnya. Hal tersebut memiliki arti bahwa

TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI MEDAN 110


ILMU UKUR TANAH

gelembung telah bergerak melewati suatu sudut, misalnya sebesar 20 detik.


Harga satu bagian skala sama dengan 20 menunjukkan kepekaan dari
gelembung pada nivo tabung tersebut dan dari kepekaan tersebut, jari-jari
lengkungan dari gelembung dapat diketahui.

Gambar 8.13. Nivo Tabung


Pada setiap lingkaran kelilingnya dapat dicari dengan rumus 2r. Jika sudut
kepekaan pada sebuah nivo tabung sebesar 20 detik per satu bagian skala,
berapakah besar jari-jari lingkarannya?

Contoh 1:
Bilamana 360 = 2 radial
2
maka 1 = radial
360
2
1" = radial
360 60 60
1
1" = 206.264,8062 radial

20
sehingga 20" = 206.264,8062 radial

Dalam contoh di atas:


keliling
Jari-jari =
Sudut dalam radial
2mm
= 20
206.264,8062

2 206.264,8062
= mm
20

TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI MEDAN 111


ILMU UKUR TANAH

2 206.264,8062
= m
20 1000
= 20,63m

Nivo tabung selalu digabungkan pada alat sedemikian rupa sehingga dapat
diatur terpisah dari alatnya jika diperlukan. Gambar 9.14. memperlihatkan
sebuah nivo tabung yang digabungkan pada sebuah teropong. Salah satu
ujung nivonya bebas berputar pada sebuah penyangga, sedangkan ujung
lainnya dapat dinaikkan atau diturunkan dengan sebuah sekrup pengatur.

Gambar 9.14. Nivo Tabung

9.4.0. Jenis-Jenis Alat Sipat Datar


Jenis alat penyipat datar yang sering digunakan adalah alat penyipat datar
untuk pekerjaan teknik sipil. Bagian terpenting dari alat ini adalah sebuah
teleskop dimana komponen dari alat kedatarannya sangat akurat.
Teleskopnya didudukkan dengan kuat dan aman untuk menjaga posisinya
tetap berada tegak lurus dengan garis as vertikalnya meskipun dalam
keadaan diputar. Keseluruhan alat penyipat datar ini didudukkan di atas
sebuah tripod.
Alat sipat datar secara umum dapat dibagi dalam 3 group utama:
1. Dumpy level, juga disebut alat sipat datar kekar, adalah alat sipat datar
yang ditempatkan pada suatu tonggak dengan ujung silindris sehingga
bebas berputar.
2. Tilting level adalah alat sipat datar ungkit. Sering juga disebut alat
sipat datar untuk para teknisi, dan
3. Alat sipat datar otomatis.
Walaupun ketiga jenis alat penyipat datar ini berbeda dalam desain, namun
cara penggunaannya adalah sama.

TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI MEDAN 112


ILMU UKUR TANAH

9.4.1. Alat Sipat Datar Kekar (Dumpy Level)


Gambar 9.15 memperlihatkan sebuah alat sipat datar kekar yang sangat
sederhana untuk menunjukkan bagian-bagian dari alat tersebut.
1. Bagian-Bagian Alat Sipat Datar Kekar (Dumpy Level)
a. Landasan kaki tiga
Suatu dasar yang rata tempat alat dihubungkan dengan kaki
b. Peralatan untuk pengaturan
Tiga sekrup pengatur dimana ketiga kakinya berdiri di atas landasan
kaki tiga.

Gambar 9.15. Alat Sipat Datar Kekar (Dumpy Level)

c. Tribrach
Landasan utama yang rata yang ditempatkan di atas puncak sekrup
untuk pendataran dan merupakan bagian penyangga kedudukan alat.
Harus dicatat bahwa pada tempat penggabungan ini landasan kaki
tiga dijaga pada posisi tetap, yaitu berfungsi untuk mengikat alas
dengan kuat pada kaki tiga.
Tribrach dapat dimiringkan dengan menggerakan sekrup-sekrup
untuk pendataran. Ketiga bagian ini secara bersama disebut sebagai
bagian atas dari alat sipat datar.

d. Teropong

TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI MEDAN 113


ILMU UKUR TANAH

Ditempatkan pada batang tegak yang dapat berputar bebas terhadap


tribrach. Pengaturan teropong telah dijelaskan pada bagian depan.
Sumbu utama dikenal sebagai garis bidik atau garis kolimasi.
e. Nivo tabung
Ditempatkan pada teropong seperti telah dijelaskan sebelumnya.
f. Sebuah sekrup
Berfungsi untuk menahan dan melepas putaran teleskop.
g. Sekrup Penggerak Halus
Digunakan apabila teleskop sudah dikunci agar alat masih bisa
digerakkan secara halus ke arah bacaan/target yang diinginkan.

2. Pemasangan Alat Sipat Datar Kekar (Dumpy Level)


Pengaturan sementara dilaksanakan setiap kali alat dipasang. Tiga
operasi yang berbeda tercakup di dalamnya, yakni:
a. Pemasangan Kaki Tiga
Hal seperti ini mungkin merupakan aspek yang rata-rata dilakukan
pada pemasangan setiap alat survey pengukuran, dimana semakin
cepat dikerjakan akan menyelamatkan usaha dan waktu pada saat
berikutnya. Dua dari ketiga kaki tiga tersebut harus ditancapkan kuat-
kuat ke dalam tanah. Jika kaki tiga tersebut akan dipasang pada tanah
miring, maka dua kaki ditancapkan dalam arah lereng ke bawah. Kaki
ketiga diatur sedemikian rupa sehingga landasan atas pada kaki
ketiga tersebut hampir mendatar. Baru setelah itu kaki ketiga
ditancapkan kuat-kuat ke dalam tanah.

b. Pendatar Alat
Sekrup-sekrup untuk pendataran diusahakan pada posisi seperti yang
ditunjukkan oleh gambar 9.16. Teropong diputar sehingga terletak
searah dengan garis hubung kedua sekrup pengatur tersebut, yaitu B
dan C, lalu gelembung pada nivo diamati. Sekrup-sekrup untuk
pendataran tersebut dipegang dengan menggu-nakan telunjuk dan ibu
jari dari setiap tangan, yang selanjutnya dipu-tar dalam arah yang
berlawanan.

TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI MEDAN 114


ILMU UKUR TANAH

Gelembung akan terlihat bergerak sepanjang tabung gelembung


dalam arah yang sama dengan gerakan ibu jari tangan kiri. Jadi
mengikuti aturan ibu jari tangan kiri. Gerakan diteruskan sampai
gelembung tersebut terletak ditengah. Jika teropong sekarang diputar
90 dari arah semula, maka arah teropong terletak di atas sekrup A.

Dengan hanya menggerakkan sekrup A dan pergerakannya dilakukan


oleh ibu jari tangan kiri,gelembung sekali lagi diketengahkan. Secara
teoritis bidang horizontal yang melewati teropong dibentuk oleh
kedua operasi pendataran di atas, tetapi pada prakteknya kedua
operasi pendataran di atas harus diulang dua atau tiga kali sampai
posisi gelembung tetap ditengah untuk kedua posisi tersebut.

c. Menghilangkan Paralaks
Paralaks harus dihilangkan sebelum pengamatan dilakukan pada
sebuah rambu sipat datar. Metoda untuk menghilangkan paralaks
dapat dilihat dalam sub-bab 9.1.4 sebelumnya dengan prinsip-prinsip
optik.

Kini alat sipat datar kekar (dumpy level) siap dipakai untuk menga-mati
dan suatu tinjauan dapat diambil pada sebuah rambu yang didirikan pada
beberapa posisi, namun gelembung dari nivo tabung harus tetap ditengah.
Didalam praktek, hal tersebut tidak dapat dicapai sepenuhnya akibat
beberapa keadaan, diantaranya:
1. Pengaturan alat yang kurang baik
2. Akibat dorongan angin
3. Akibat pergerakan pengamat disekitar kaki tiga
4. Akibat tanah yang lembek menyebabkan alat menjadi turun
5. Tidak samanya pemuaian dari beberapa bagian alat oleh karena
suhu matahari.

Sebelum rambu dibaca, keadaan gelembung harus betul-betul ditengah.


Karena itu, sedikit pengaturan dengan sekrup pengatur nivo tabung harus
dilakukan bilamana ada pergeseran gelembung. Setiap gerakan dari

TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI MEDAN 115


ILMU UKUR TANAH

sekrup-sekrup pengatur akan menimbulkan perubahan tinggi dari garis


bidik dan hal tersebut akan menyebabkan timbulnya kesalahan-
kesalahan.

Kesalahan-kesalahan tersebut memang sangat kecil dan praktisnya tidak


berpengaruh. Namun demikian, keseluruhan operasi pendataran ulang
tersebut yang terjadi beberapa kali akan sangat mengganggu dan
memperlambat pekerjaan.

Kekurangan ini dapat diatasi dengan memakai suatu alat sipat datar
ungkit. Dari kenyataan tersebut di atas menyebabkan dumpy level
menjadi tidak begitu popular.

Gambar 9.16. Cara Pendataran Alat

9.4.2. Alat Sipat Datar Ungkit (Tilting Level)


Ketika sebuah alat sipat datar digunakan, posisi gelembung pendatar (buble
level) harus bisa diketengahkan secepatnya. Jika tidak bisa, maka kesalahan
random dapat terjadi secara serius. Jika sebuah dumpy level digunakan,
maka si pengukur harus memeriksa kedataran dari alat tersebut secara terus
menerus dan jika terjadi perubahan, harus diperbaiki kembali kedatarannya.
Jenis tilting level ini adalah sebuah alat yang difasilitasi oleh alat pendatar
yang berbentuk bulat (bulls eye). Ketika akan mendatarkan alat teleskop,
pengamat dapat memutar sekrup yang berfungsi menaikkan dan menurunkan
posisi teleskop secara halus. Sambil mendatarkan dan menegakkan posisi
teleskop tersebut, dengan dibantu oleh ketegakan rambu ukur, melalui
cermin kecil sipengamat juga dapat mengatur alat pendatar yang lebih
sensitive yang berada di bagian utama alat sipat datar tersebut. Gelembung

TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI MEDAN 116


ILMU UKUR TANAH

pendatar tersebut berbentuk memanjang dan kedataran alat akan terlihat jika
kedua gelembung pendatar tersebut menyatu dengan utuh. Ketelitian
gelembung pendatar seperti ini berkisar 0,3m

Pada sebuah alat tilting level yang modelnya lebih modern, pengoperasian
alat tersebut sama dengan yang terdahulu. Hanya saja, sipengamat dapat
memperhatikan dan melakukan pendataran/penegakkan alat, seperti
mengamati gelembung pendatar, benang bacaan dan bayangan dari bak ukur
hanya dengan satu mata dan pada satu posisi saja. Disamping itu, alat tilting
level jenis ini dapat diputar sebesar 180 secara horizontal sehingga mampu
membaca bak ukur secara langsung dan terbalik.

Suatu jenis alat sipat datar ungkit ditunjukkan dalam gambar 9.17, yang
terdiri dari beberapa bagian sebagai berikut:

Gambar 9.17. Alat Sipat Datar Ungkit

1. Bagian-Bagian Alat Sipat Datar Ungkit :


a. Bagian utama untuk pendataran
Seperti halnya pada sipat datar kekar, bagian ini dibuat sama yang
terdiri dari tiga komponen, yaitu: landasan kaki tiga, peralatan untuk
pengaturan dan tribrach.

Peralatan untuk pengaturan biasanya terdiri dari sebuah bola dan


soket penghubung yang memungkinkan pengaturan alat dapat
dilaksanakan lebih cepat. Peralatan ini dihubungkan dengan sebuah
nivo kotak yang kecil yang ditempatkan pada tribrach. Selanjutnya
tribrach tersebut dapat didatarkan, sama sekali terpisah dari teropong

TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI MEDAN 117


ILMU UKUR TANAH

dan nivo tabung utama. Jika alat diputar mengelilingi sumbu tegak
dan gelembung dari nivo tabung kotak akan tetap ditengah, hal
tersebut menunjukkan bahwa tribrach kira-kira mendatar.

b. Teropong
Sebagai alat sipat datar ungkit, maka teropong tidak digabungkan
dengan tribrach secara kaku, tetapi teropong tersebut disangga oleh
suatu pancang putar di tengah-tengahnya.

Pancang putar adalah suatu penyangga yang berbentuk setengah


lingkaran sehingga memungkinkan teropong diatasnya dapat
berputar. Adanya hal di atas memungkinkan teropong memiliki
gerakan kecil/halus dalam arah tegak. Gerakan kecil/halus ini
menyebabkan alat sipat datar ungkit memiliki keuntungan yang jauh
lebih besar di atas dumpy level.

Gerakan tegak ini dapat dilakukan secara terpisah pada teropong


dengan sebuah sekrup pengungkit yang dipasang melalui tribrach
pada lempeng pengamat yang merupakan bagian ujung teropong.
Sebuah pegas pembalik ditempatkan pada tribrach dekat dengan
ujung objektif dari teropong yang bekerja secara bersamaan dengan
sekrup pengungkit untuk mendatarkan atau menekan teropong.

c. Nivo Tabung
Nivo tabung utama ditempatkan diatas atau pada sisi dari teropong
seperti telah diuraikan sebelumnya.

2. Pemasangan Alat Sipat Datar Ungkit


Setelah memasang kaki tiga dengan tegak dan telah dijamin bahwa
bagian atas dari kaki tiga kira-kira mendatar, kunci yang berbentuk
lingkaran bola dan soket dilepaskan untuk memungkinkan nivo kotak
ditempatkan ditengah secara teliti. Tribrach, kemudian, dibuat kira-kira
mendatar. Paralaks kemudian dihilangkan dan rambu diamati.

TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI MEDAN 118


ILMU UKUR TANAH

Sekrup pengungkit kemudian diputar sampai gelembung pada nivo


tabung utama dapat diketengahkan.

Bila rambu ukur kemudian dipindahkan ke stasiun/titik lain, gelembung


dari nivo tabung utama akan berpindah keluar dari posisi ditengah. Tetapi
suatu putaran kecil pada sekrup pengungkit akan dengan cepat
menggerakkan kembali gelembung ke posisi ditengah dan pengamatan
segera dilakukan.

Berlawanan dengan dumpy level, pengulangan pendataran ini tidak akan


menyebabkan ketinggian bidang kolimasi tersebut berubah karena
teropong disangga oleh suatu pancang putar ditengah-tengahnya.

3. Pembacaan Gelembung Koinsidensi


Pada kedua jenis alat, sipat datar ungkit maupun dumpy level, gelembung
dari nivo tabung ditepatkan dengan mata ditengah-tengah tanda
pembacaan dari tabung gelembung. Banyak dari alat sipat datar ungkit
modern menyajikan suatu system optik dimana bayangan kedua ujung
gelembung diamati sebelah dalam bidang pengamatan yang sama dengan
menggunakan suatu pembaca gelembung koinsidensi.

Sebuah system prisma dengan dudut 45, memantulkan bayangan dari


ujung-ujung gelembung seperti dalam gambar 9.18. Pengamat melihat
kedua ujung dari gelembung melalui lempeng pengamat. Pada saat
memutar sekrup pengungkit, ujung-ujung gelembung bergerak relative
satu dengan lainnya sehingga mereka berkoinsidensi (bergabung) di
dalam bidang pengamatan, dan selanjutnya gelembung akan berada
ditengah secara tepat. Penambahan ketelitian yang besar sekali dalam
penempatan gelembung dapat diperoleh dengan menggunakan system
bacaan koinsidensi.

TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI MEDAN 119


ILMU UKUR TANAH

Gambar 9.18. Sebuah System Prisma Dengan Sudut 45

9.4.3. Sipat Datar Otomatis (Self Leveling or Automatic Level)


Alat penyipat datar yang diperlihatkan pada gambar 9.19 disebut alat
penyipat datar otomatis. Ketika Gelembung pendatar yang berbentuk bulat
tersebut (bulls eye) sudah diketengahkan, sebuah lensa prisma yang
disambungkan dengan sebuah pendulum pada 2 pasang tali penghubung
akan memantulkan sinar yang masuk melalui lensa objektif ke lensa
eyepiece. Panjang dari tali-tali penghubung ini tertentu sehingga lensa
prisma tersebut mampu hanya memantulkan sinar horizontal saja secara
tegak lurus ke lensa bacaan benang. Jadi, selama lensa prisma dapat
mengayun dengan bebas, masuknya sinar horizontal kedalam teleskop dapat
dipertahankan, meskipun kedataran dari teleskop itu sendiri tidak benar-
benar horizontal. Peralatan peredam yang ada mampu menstabilkan ayunan
lensa prisma dengan cepat sewaktu dilaksanakan penyetelan pendataran alat
ini. Jadi penyetelan alat ini dapat dilaksanakan dengan cepat dan pada alat ini
juga kesalahan random yang terjadi sangat kecil sekali.

Pada alat-alat sipat datar ungkit yang biasa, garis bidik harus sejajar dengan
sumbu dari teropong. Garis bidik tersebut hanya akan mendatar bila
gelembung dari nivo tabung benar-benar diatur sehingga berada ditengah.
Pada alat-alat sipat datar otomatis, garis bidik didatarkan secara otomatis
dalam batasan tertentu dengan memakai suatu alat kompensator optik yang
digantungkan seperti suatu bandul yang diselipkan ke dalam berkas dari sinar
melalui teropong.
TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI MEDAN 120
ILMU UKUR TANAH

1. Prinsip dasar dari kompensator


Gambar 9.19 memperlihatkan suatu gambaran teropong dalam mana dua
buah cermin telah ditempatkan pada sudut 45 dengan sumbu teropong.

Gambar 9.19. Alat Sipat Datar Otomatis

Berkas dari sinar yang memasuki lensa objektif melalui pusat optik
secara mendatar akan dipantulkan pada sudut 90 dari cermin A ke
cermin B, dimana selanjutnya dipantulkan lagi dengan sudut 90 untuk
masuk melalui pusat dari diafragma C. Dalam gambar 9.20, teropong
telah diungkit melalui sudut kecil sebesar 1. Selanjutnya, relative
terhadap bidang mendatar, cermin A dab B terletak pada sudut 44.

Gambar.9.20. Teropong Telah Diungkit Sebesar 1

TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI MEDAN 121


ILMU UKUR TANAH

Berkas mendatar dari sinar (yang ditunjukkan oleh garis penuh), masuk
melalui pusat optik dari lensa objektif. Lalu mengenai cermin A,
selanjutnya dipantulkan lagi mengenai cermin B, dan sudut pantulnya
tersebut sebesar 44. Sinar tersebut berarti menyimpang dari berkas
aslinya (yang ditunjukkan dengan garis putus-putus) sebesar 1. Hal
tersebut menyebabkan sinar tidak lagi masuk melalui pusat diafragma.

Jika cermin A dapat dijaga pada posisi 45 terhadap bidang mendatar,


maka sinar mendatar akan dipantulkan dalam arah tegak dari permukaan
cermin A menuju cermin B. Sinar tersebut akan mengenai cermin B pada
sudut yang sama. Oleh karenanya, sinar tersebut akan mengumpul pada
berkas asli pada sudut 1 dan untuk selanjutnya masuk melalui pusat dari
diafragma C (gambar. 9.21).

Menggunakan system ini, kompensator (cermin A) harus ditempatkan


tepat ditengah diantara lensa objektif dan diafragma. Dalam prakteknya,
pemberian sudut penyimpangan sebesar 1 pada titik tersebut seperti
dalam contoh diatas, tidak mungkin dapat diterima. Gambar diatas hanya
digunakan untuk keperluan memberi gambaran saja. Sudut
penyimpangan maksimum harus dalam batas 15 menit lengkungan. Ada
beberapa macam dari system ini, tetapi dalam kesemuanya itu ada hal
yang mendasar, yakni beberapa bentuk prisma yang digantungkan seperti
bandul, yang langsung mengarahkan berkas mendatar melalui pusat
diafragma.

Gambar 9.21. Sinar Masuk Melalui Pusat Diafragma C

TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI MEDAN 122


ILMU UKUR TANAH

Gambar 9.22. Prisma Kompensasi Otomatis

Alat pendulum tersebut dibuat sedemikian rupa sehingga akan berhenti


pada posisi tegak dalam beberapa saat saja. Sistem yang diuraikan diatas
digunakan hampir tepat pada alat sipat datar Nikon AP. Alat tersebut
memiliki prisma kompensasi yang otomatis yang digantungkan dengan
suatu plat khusus pada penghubung berbentuk bola untuk menjaga arah
mendatar dari penglihatan secara otomatis (gbr. 9.22)

Pada alat sipat datar otomatis dari Hilger dan Watt, kompensator terdiri
dari 2 prisma yang tergantung dan satu prisma yang tetap. Bila teropong
benar-benar mendatar, berkas sinar akan mengikuti jalur seperti gambar
9.23 (a). Bila teropong dimiringkan sebesar sudut x, setiap pris-ma yang
tergantung akan menyimpang sebesar 2x dan mengakibatkan sinar
melalui pusat diafragma (gbr. 9.23 (b).

Gambar 9.23. Alat Sipat Datar Otomatis Hilger dan Watt

TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI MEDAN 123


ILMU UKUR TANAH

2. Pengaturan Alat Sipat Datar


Pada gambar 9.24 diperlihatkan alat sipat datar otomatis Watt jenis no.1
dan no.2. Pada kedua alat tersebut terdapat sebuah nivo kotak kecil
berbentuk lingkaran dimana gelembungnya dapat diketengahkan dengan
pengaturan alat. Pada alat sipat datar teliti no. 2 terdapat 3 sekrup
pengatur biasa, sedangkan pada alat sipat datar no.1 dilengkapi dengan
semacam pengatur berbentuk bola dengan soket penguncinya. Bentuk
bola tersebut berada pada puncak kaki tiga, sedangkan soketnya memiliki
bentuk yang cekung sebagai dasar alat.

Gambar 9.24. Alat Sipat Datar Otomatis Watt Jenis No.1 dan No.2.

Gelembung dari nivo kotak diketengahkan dengan pengaturan alat


sehingga membuat teropong kira-kira mendatar. Bila teropong memiliki
kemiringan 15 menit terhadap bidang mendatar, maka bandul akan
membuatnya segera pada posisi tegak sehingga setiap sinar mendatar
akan masuk keteropong dan akan secara otomatis akan melalui pusat
diafragma.

3. Kedayagunaan
Kemampuan sebuah teropong akan menentukan ketelitian/ketepatan dari
suatu pembacaan. Pada umumnya rambu ukur sipat datar memiliki
pembagian dalam satuan sentimeter, walaupun beberapa bagian dari
bacaan sentimeter tersebut harus ditaksir/diperkirakan. Untuk alat sipat
datar teliti, penaksiran oleh mata sampai satuan millimeter tidaklah
cukup. Untuk keperluan tersebut pemakaian peralatan khusus sangat

TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI MEDAN 124


ILMU UKUR TANAH

diperlukan. Untuk survey kostruksi tidak diperlukan jenis alat sipat datar
dengan ketelitian tinggi.

Tabel 9.1, memberi gambaran kombinasi untuk beberapa jenis alat sipat
datar yang merupakan perincian pendekatan dan dapat dibedakan untuk
beberapa jenis alat sipat datar.

Jenis dari alat Kepekaan dari Kesalahan menengah


Perbesaran
sipat datar Nivo Tabung per kilometer
(2mm)
110" 20 7 mm
Konstruksi
Teknis 80" 28 2,5 mm
Teliti 30" 40 0,25mm
Tabel 9.1 Kepekaan Nivo Tabung

9.5.0. Alat Sipat Datar Otomatis Type SOKKIA B20/ B21


9.5.1. Karakteristik
Alat sipat datar Type B20/ B21 (gbr. 9.25) dilengkapi dengan sebuah
compensator atomatis, yang dapat bergerak cepat. Setelah alat sipat datar
ditegakkan dengan mengetengahkan buble ke tengah lingkaran, garis bidik
alat secara otomatis akan mendatar karena didukung system conpensator
tersebut.

Alat sipat datar Type B20/ B21 dirancang untuk dapat melakukan pengukuran
secara stabil kecuali adanya pengaruh getaran dan perubahan temperatur.

Alat sipat datar Type B20/ B21 dilengkapi dengan sebuah system lingkaran
horizontal sederhana untuk dapat mengukur sudut horizontal dan juga system
garis stadia pada lensa retikul yang dapat digunakan untuk mengukur jarak.

Alat sipat datar Type B20/ B21 idealnya digunakan untuk pekerjaan survey
umum, pekerjaan teknik sipil dan pekerjaan konstruksi.

9.5.2. Bagian-Bagian Alat Sipat Datar Type B20/ B21

TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI MEDAN 125


ILMU UKUR TANAH

1. Penutup Lensa
2. Cermin
3. Pembidik/Pisir

Gambar 9.25. Bagian-Bagian Alat Sipat Datar Type B20/ B21

4. Sekrup Penyetelan Lingkaran Pendatar


5. Lingkaran Pendatar
6. Sekrup kaki Pendatar Alat
7. Piringan Bawah
8. Penggerak Halus Horizontal
9. Lensa Objek
10. Penggerak Fokus Lensa
11. Lingkaran Pengatur Sudut Horizontal
12. Jendela Sudut Horizontal
13. Penutup Sekrup Penyetel Retikul
14. Lensa Mata

9.5.3. Cara Menggunakan Alat sipat datar Type B20/ B21


1. Buka tali pengikat kaki tripod dan longgarkan sekrup-sekrupnya untuk
memanjangkan kaki tripod (gbr 9.26).

TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI MEDAN 126


ILMU UKUR TANAH

Gambar 9.26. Tripod


2. Pada saat tertutup, panjangkan kaki tripod sehingga dudukan alat pada
tripod berada setinggi mata. Kemudian kunci kembali sekrup-sekrup
pengikatnya.
3. Lebarkan kaki tripod sehingga membentuk segitiga sama sisi di atas
permukaan tanah
4. Pastikan bahwa dudukan alat pada tripod pada posisi mendatar.
Kemudian, tancapkan kaki tripod ke dalam tanah hanya dengan bantuan
berat badan saja (gbr 9.27).

Gambar 9.27. Cara Menancapkan Kaki Tripod

5. Dudukkan alat di atas tripod dengan mengencangkan sekrup pengikatnya


(gbr 9.28).
6. Apabila menggunakan tripod yang dudukannya melengkung, longgarkan
sekrup pengikatnya dan gerakkan alat sipat datar tersebut dengan
menggunakan ke dua tangan sehingga bubble berada di dalam lingkaran.
Apabila menggunakan tripod yang dudukannya mendatar, buka sekrup
kaki tripod satu per satu untuk menggeser buble agar berada didalam
linggkarannya (gbr 9.29).

Gambar 9.28. Cara Mengunci Alat di atas Tripod

TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI MEDAN 127


ILMU UKUR TANAH

Gambar 9.29. Posisi Buble Pada Saat Alat Diletakkan

7. Setelah buble berada didalam lingkarannya, kunci kembali sekrup-


sekrupnya (gbr 9.30).

Gambar 9.30. Posisi Buble Setelah Alat Diatur

8. Kemudian, dengan bantuan sekrup kaki alat (leveling foot screw), naik-
turunkan ketiga kaki sekrup tersebut sehingga buble berada tepat
ditengah lingkaran.

9.5.4. Memfokuskan Lensa dan Bidikan (Focussing and Sighting)


1. Arahkan alat ke daerah yang terang dan terbuka, tanpa ada objek
didepannya.
2. Putar lensa eyepiece secara penuh searah jarum jam dan fokuskan lensa
eyepiece tersebut dengan memutarnya perlahan-lahan berlawanan arah
jarum jam. Berhentilah memutarnya sebelum bayangan retikul menjadi
kabur. Dengan cara ini didapat keadaan retikul yang sudah fokus karena
mata kita telah focus pada saat melihat secara infinity.
3. Arahkan alat ke objek yang akan diukur (bak ukur) dengan bantuan pisir
(peep sight) dan putarlah sekrup penggerak horizontal agar objek target
tersebut dapat terlihat bagian tengahnya dengan jelas. Kemudian, putar
sekrup/knob penggerak fokus (2-speed focusing knob) untuk menghi-
langkan paralaks yang ada antara objek dan retikul. Pemokusan akan
terganggu jika sekrup focusing knob terasa berat/kesat saat diputar. Oleh
karena itu, putarlah sekrup kearah yang berlawanan agar pergerakannya
menjadi normal kembali).

Mengeliminasi Paralax

TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI MEDAN 128


ILMU UKUR TANAH

Mendapatkan kondisi focus yang bebas dari paralaks, banyangan


objek beserta benang silang yang dilihat tidak mengalami perubahan
(deviasi) meskipun disaat mata kita bergerak ke atas atau kesamping
lensa. Jika masih ada paralaks, kesalahan yang besar pada saat
pengukuran bisa terjadi. Oleh karena itu, hilangkan paralaks yang
terjadi dengan memutar knob penggerak focus.

9.5.5. Pengoperasian Alat Sipat Datar Type B20/ B21


1. Pengukuran Beda Tinggi Antara Dua Titik
a. Letakkan alat sipat datar tersebut pada titik pertengahan antara ke dua
titik yang akan diukur ketinggiannya.
Catatan:
Garis benang stadia dapat digunakan untuk membandingkan jarak
optikal antara kedua jarak tersebut dari posisi alat. Atau, untuk
mendapatkan beda tinggi yang lebih akurat, posisikan letak alat
sedekat mungkin diantara kedua titik tersebut dengan jarak yang
sama panjang untuk menghindari kesalahan akibat tidak
horisontalnya posisi garis bidik.
b. Berdirikan bak ukur severtikal mungkin di titik A dan baca berapa
tinggi benang tengahnya sebagai bacaan rambu belakang (backsight).
c. Kemudian, sama seperti pekerjaan di titik A, baca berapa tinggi
benang tengah di titik B sebagai bacaan rambu muka (foresight).
d. Perbedaan a b adalah beda tinggi (h) titik B dan A (gbr 9.31).

Gambar 9.31. Beda Tinggi Antara Dua Titik

Contoh 2:
Bacaan Benang Tengah di titik A = 1.735m dan di titik B = 1.224m. Beda
tinggi titik B dari A = a b = 1.735m 1.224m = 0.551m.

TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI MEDAN 129


ILMU UKUR TANAH

Dengan demikian, ketinggian titik B 0,551m lebih tinggi dari ketinggian


titik A.

Apabila jarak antara ke dua titik A dan B terlalu panjang atau apabila
beda tinggi antara ke dua titik sangat besar :
1. Bagilah jarak antara kedua titik tersebut menjadi beberapa bagian
yang lebih kecil dan ukurlah beda tinggi antara setiap bagian (gbr
9.32).

Gambar 9.32. Pengukuran Beda Tinggi Pada Jarak Yang Panjang.

2. Perbedaan ketinggian antara ke dua titik, titik A dan titik B, adalah


jumlah total dari beda tinggi antara bagian yang ada.
Formula umumnya:
Ketinggian (altitude) titik yang dicari (titik B) = Ketinggian (altitude)
titik A yang diketahui + jumlah total bacaan rambu belakang jumlah
total bacaan rambu muka.
Catatan:
Teknik pengukuran beda tinggi yang sederhana ini tidak dapat
mengecheck benar tidaknya hasil pengukuran. Oleh karena itu akan
lebih baik jika pengukuran beda tinggi dari titik A ke titik B
dilanjutkan kembali pengukuran beda tingginya dari titik B ke titik A
sehingga kesalahan penutup (the error of closure) dapat diketahui.

9.5.6. Pengukuran Sudut Horisontal


Sudut horizontal pada alat sipat datar Type B20/ B21 diberikan per skala 10
searah jarum jam:
1. Gunakan unting-unting untuk meletakkkan posisi alat tepat di atas titik
survey (gbr 9.33).

TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI MEDAN 130


ILMU UKUR TANAH

Gambar 9.33. Unting-Unting

2. Bidik titik A dan set sudut horisontalnya 0 dengan memutar ring


piringan horisontalnya (gbr 9.34).

Gambar 9.34. Sudut Horizontal di Set ke Nol.

3. Kemudian, arahkan ke titik B dengan bacaan sudut, misalnya 92,5 derajat


(gambar 9.35).

Gambar 9.35. Sudut Horizontal di Set ke 92,5 Derajat.

9.5.7. Pengukuran Jarak Optis Dengan Menggunakan Benang Stadia


Benang stadia yang ada pada lensa retikul dapat digunakan untuk mengukur
jarak optis antara dua titik.
1. Posisikan alat pada titik survey A dan bidiklah bak ukur yang berada di
titik survey B untuk mendapatkan bacaan benang Atas (BA) dan Benang
Bawahnya (BB) dalam satuan centimeter (gambar 9.36).

Gambar 9.36. Garis Stadia Untuk BA, BT, dan BB

TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI MEDAN 131


ILMU UKUR TANAH

2. Hasil pengurangan kedua bacaan benang ini, BA BB adalah sama


dengan panjang jarak dalam satuan meter karena perbandingan antara
focus lensa retikul dengan focus lensa objek alat adalah 1: 100 (gbr 9.37).

Contoh 3:
Jika selisih BA BB adalah 32cm, maka jarak optis antara kedua titik
tersebut secara horizontal adalah 32m.

Gambar 9.37. Mencari Jarak Horizontal

9.5.8. Pengecheckan dan Penyesuaian ( Checks and Adjustments)


1. Atur kaki skrup alat (footscrews) untuk menempatkan buble berada
ditengah lingkaran
2. Putar alat sipat datar secara horizontal sebesar 180 derajat (gbr 9.38).
(seharusnya buble tidak akan bergerak dari tengah lingkaran).

Gambar 9.38. Cara Memutar Alat Secara Horizontal.


3. Geser buble ke arah tengah lingkaran sebesar setengah jaraknya dengan
menggunakan kaki sekrupnya (gbr 9.39).

TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI MEDAN 132


ILMU UKUR TANAH

Gambar 9.39. Cara Menggeser Buble Melalui Sekrup Kaki

4. Kemudian, geser buble tepat berada ditengah lingkaran dengan mengatur


sekrup buble dengan menggunakan kunci L (gbr 9.40).

Gambar 9.40. Cara Menggeser Buble Dengan Kunci L

5. Lakukan berulang-ulang sampai buble tidak akan bergeser lagi dari


tengah lingkaran meskipun alat diputar kesegala arah secara horizontal.

9.5.9. Compensator Automatis ( Automatic Compensator)


1. Atur buble tepat berada ditengah lingkaran
2. Pada saat memutar sekrup kaki alat 1/8 bagian lingkaran ke arah kiri atau
kanan, perhatikan pergerakan dari garis horizontal benang silang stadia
disaat membidik sebuah target yang jelas. Benang silang stadia akan
terganggu dan kemudian akan kembali stabil (gbr 9.41).
Catatan:
Sangatlah dianjurkan untuk melakukan pengecheckan pergerakan
compensator automatis ini sebelum alat tersebut digunakan

Gambar 9.41. Cara Memutar Sekrup Kaki

Pengujian yang sama dapat juga dilakukan:


1. Atur buble tepat berada ditengah lingkarannya

TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI MEDAN 133


ILMU UKUR TANAH

2. Kemudian, sentuh kaki tripod atau bagian utama alat disaat membidik
target yang jelas. Benang silang stadia akan terganggu dan kemudian
akan segera kembali keposisi awalnya. Hal ini membuktikan bahwa
bagian.compensator automatis alat tersebut masih berfungsi secara baik.

9.5.10. Garis Bidik Benang Silang Stadia ( Line of Sight Reticle Cross-line)
1. Letakkan alat pada jarak pertengahan antara titik A dan titk B dan baca
benang tengah a1 dan b1 (gbr 9.42).

Gambar 9.42. Melatakkan Alat Ditengah Dua Titik

2. Letakkan alat pada sebuah titik berjarak 2 m dari titik A dan baca benang
tengahnya a2 dan b2. Biarkan teleskop mengarah ke titik B sebagai rambu
depan (foresight) seperti terlihat pada gambar 9.43.

Gambar 9.43. Meletakkan Alat 2 meter Dari Titik A


Hitung b2' = a2 (a1 b1)
Jika b2' = b2, garis horizontal benang silang stadia masih normal dan tidak
perlu diadjust (disesuaikan)
Jika perbedaan antara b2' dan b2 sangat besar (> dari 2mm), penyesuaian
harus dilakukan.
3. Buka dan tanggalkan penutup sekrup pengatur (gbr 9.44).

TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI MEDAN 134


ILMU UKUR TANAH

Gambar 9.44. Cara Membuka Penutup Sekrup Pengatur

4. Jika perbedaan antara b2' dan b2 positip (negative), garis horizontal lensa
reticle perlu dinaikkan (diturunkan). Untuk menaikkan garis horizontal
lensa reticle, secara hati-hati, kencangkan sekrup pengatur beberapa
putaran dengan menggunakan kawat/pin kecil. Lakukan pengukuran
ulang seperti diatas sampai perbedaan b2' b2 sangat kecil. Sebaliknya,
untuk menurunkan garis horizontal lensa retikul, kendurkan sekrup
pengatur dan lakukan kembali pengukuran ulang sampai perbedaan b 2' -
b2 sangat kecil (gbr. 9.45). Untuk menurunkan garis horizontal tersebut,
kendurkan sekrupnya dengan arah putaran yang sama.

Gambar 9.45. Cara mengendurkan sekrup


Perhatian:
1. Alat Sipat Datar Otomatis Type B20/ B21 adalah alat yang presisi
(standar deviasi untuk 1 km pengukuran beda tinggi secara double
running leveling = 1.0mm/ 1.5mm). Oleh karena itu, pergunakan
dengan hati-hati dan hindari alat dari benturan yang keras atau dari
getaran.
2. Jangan letakkan alat ini langsung di atas tanah
3. Ketika alat dibiarkan di atas tripod, tutup lensa objeknya dan tutup
seluruh badan alat dengan cover yang disediakan.
4. Gunakan pembersih yang netral atau air untuk membersihkan casing alat.
Jangan lap casing dengan solvent organic
5. Ketika alat dimasukkan ke dalam casingnya, letakkan semua assesoris
alat pada tempatnya.

9.5.11. Perawatan
1. Periksa semua sekrup tripod dalam keadaaan lengkap dan kencang
2. Lap semua peralatan agar tetap kering selama digunakan

TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI MEDAN 135


ILMU UKUR TANAH

3. Bersihkan semua peralatan sebelum dimasukkan kedalam casingnya.


Untuk bagian lensa memerlukan cara yang khusus. Pertama, bersihkan
lensa dengan kain yang bersih agar terhindar dari partikel-partikel yang
halus. Kemudian, setelah melakukan kondensasi dengan
menghembuskan nafas ke lensa, lap lah lensa dengan kain/ tissue yang
lembut
4. Jika ditemukan masalah pada bagian sekrup alat, susah diputar atau doll,
beritahukan segera ke penjaga alat di Laboratorium Teknik Sipil.
5. Simpanlah alat pada ruangan yang kering dimana temperturnya tetap
konstan.

9.6.0. Perlengkapan Alat Sipat Datar


9.6.1. Rambu Ukur/Bak Ukur (Leveling Rod)
Ada dua jenis tingkatan dari rambu ukur, yaitu rambu ukur baca langsung
(self-reading) dan rambu ukur target (target rod). Rambu ukur baca langsung
dicat per skala bagian sehingga dapat dibaca secara langsung. Jika rambu
ukur target (target rod) digunakan, ketinggian target ditentukan oleh si pem-
baca alat dan hasil bacaan kemudian ditulis oleh sipemegang rambu ukur.

Skala bagian pada rambu ukur harus bisa dibaca secara jelas dan tajam.
Umumnya, bak ukur yang digunakan di Indonesia mempunyai skala dalam
satuan cm dan dapat dibaca sampai pendekatan mm. Total Panjang bak ukur
ada yang 3m dan 5m dan bak ukur ini dapat dipanjang-pendekin sesuai
dengan kondisi ketinggian yang akan diukur. Sedang bagian lebar bagian
muka untuk pembacaan tidak boleh kurang dari 38mm.
Bagian dari suatu rambu ukur sipat datar diperlihatkan dalam gambar 9.46.
Skala bagian pada rambu ukur harus bisa dibaca secara jelas dan tajam.
Beberapa warna yang berbeda harus digunakan untuk memperlihatkan tanda
pembagian setiap 1m. Warna yang paling umum dipakai adalah hitam dan
merah diatas dasar putih.

Untuk mempermudah pembacaan, skala per 1 decimeter dicat berwarna


merah dan hitam secara selang seling dengan cat dasar hitam dan untuk skala
per 5cm dalam skala 10 cm dibuat berbentuk huruf E, normal maupun

TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI MEDAN 136


ILMU UKUR TANAH

terbalik., sedang skala 5cm lainnya dibuat garis kotak-kotak per 1 cm yang
berukuran 1x1cm.

Setiap skala 1 meteran dan 1 decimeteran dibuat angka yang gunanya untuk
membantu pemegang alat melakukan pembacaan. Biasanya di sebelah sisi
lainnya, skala jarak yang digunakan sama seperti yang digunakan pada pita
ukur gulung baik dalam bentuk skala inci maupun centimeter yang
kegunaannya untuk mendapatkan angka pembanding (second opinion)
sehingga dapat terhindar dari pembacaan yang salah.

Pembagian yang besar dilakukan pada interval 100mm. Gambar 9.46


memperlihatkan bagian-bagian meter dan desimalnya. Pembagian kecil
setiap interval 10mm. Tiga pembagian menandakan setiap 100mm yang
disambung oleh jalur tegak membentuk sebuah huruf E. Jadi jalur E
mencakup 50mm dan bentuk yang dapat dipercaya tersebut adalah
merupakan bantuan yang berguna untuk membaca rambu ukur. Setiap
pembagian kecil 10mm dapat memungkinkan dibagi secara taksiran sehingga
dapat dibaca dalam satuan 1mm pada rambu ukur.

Rambu ukur baca langsung dicat per skala bagian sehingga dapat dibaca
secara langsung. Jika rambu ukur target (target rod) digunakan, ketinggian
target ditentukan oleh si pembaca alat dan hasil bacaan kemudian ditulis
oleh sipemegang rambu ukur.

Pada gambar 9.46, dicantumkan beberapa bacaan rambu dalam pembagian


yang lebih rendah dengan notasi a,b,c,d,e, dan f. Bacaan rambu pada a adalah
1,960m sedangkan bacaan pada b adalah 2,033. Bergantung kepada prinsip
optik teropong, rambu akan terlihat terbalik. Hal tersebut banyak terdapat
hampir pada setiap alat. Gambar 9.46 sekarang harus dibaca terbalik dan
bacaan c,d,e, dan f diperoleh jawaban yang benar, yaitu c adalah 1,915, d
adalah -1,978, e adalah 2,000, dan f adalah 2,2002.

TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI MEDAN 137


ILMU UKUR TANAH

Gambar 9.46. Bagian-Bagian Rambu Ukur

9.6.2. Precise Level Rods


Bak ukur yang skala presisinya dibuat di pita invar yang tidak dilekatkan
secara permanen dibagian badan bak ukur kecuali hanya pada bagian
sepatunya. Skala pembagiannya bisa dalam yard, feet maupun cm dan skala
terkecil yang digunakan dalam satuan 0,01 yard, 0,01 ft dan 1 cm.

Umumnya, bak ukur yang presisi dilengkapi dengan alat penegak (bulls eye
level) atau sepasang level penegak dan pendatar dan sebuah thermo-meter.

Jika sebuah titik tidak digunakan, pembacaan dapat langsung dilakukan


melalui teleskop. Pembacaan skala dalam metrik diberikan pada bak ukur.
Untuk skala dalam satuan meter dan decimeter dapat langsung dibaca,
sedang untuk membaca skala dalam satuan cm dan mm harus dengan hati-
hati dibaca sesuai dengan skala bacaan benang ( Atas, Tengah dan Bawah)

9.6.3. Alat Penegak Rambu Ukur


Seperti yang ditunjukkan pada gambar 9.47, statif digunakan untuk mengatur
rambu ukur sipat datar ataupun jalon pengukur dalam posisi tegak. Alat
tersebut terdiri dari beberapa bagian sebagai berikut:
- Nivo kotak
- Potongan besi/aluminium/plastic untuk melekatkan nivo tabung.
Besi atau aluminium, atau plastic dimana nivo kotak diletakkan secara tegak
lurus harus ditekan pada rambu ukur ataupun jalon pengukur. Rambu atau

TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI MEDAN 138


ILMU UKUR TANAH

jalon pengukur tersebut harus digerakkan sedemikian sehingga gelembung


nivo kotak tersebut berada ditengah. Bila nivo tabung dalam keadaan
demikian artinya rambu ukur atau tiang pengukur berada dalam posisi tegak.

Gambar 9.47. Hand Level/Statif

9.6.4. Perpindahan Titik


Pada setiap kali berpindah titik, rambu ukur harus dijaga benar-benar
sehingga tinggi pada kedua bacaan, bacaan muka ataupun bacaan belakang,
tidak berubah. Sebuah landasan yang kuat harus dipilih. Jika tanahnya
lembek atau pemakaian perpindahan titik dengan menggunakan patok, batu
yang keras dan sebagainya tidak memungkinkan, maka suatu landasan untuk
perpindahan titik (gbr. 9.48) harus digunakan.

Landasan mendatar merupakan suatu segitiga sederhana yang terbuat dari


potongan metal dimana pada setiap sudutnya dilengkungkan untuk
membentuk ujung yang tajam. Pada bagian yang rata dari segitiga di atas
dibuat sebuah metal yang memiliki permukaan lengkung setengah bola
dimana rambu ukur ditempatkan pada setiap pengamatan.

Gambar 9.48. Landasan Mendatar Segitiga

TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI MEDAN 139

Anda mungkin juga menyukai