2. Hukum Pembiasan
Bila sebuah lampu pada I bergerak mendekati garis tegak lurus PP 1, sinar
datang IP1 akan mungkin dipantulkan dan juga akan menembus gelas dan
memancar kebagian lain dari gelas tersebut sebagai sinar sejajar dengan
sinar datang. Tetapi sinar pantul tersebut telah dibelokkan arahnya atau
dibiaskan sepanjang garis IP1E1E (lihat gbr 9.2). Refraksi akan terjadi
bila sudut PP1I lebih kecil dari 41. Melalui gambar dapat dilihat bahwa
sinar dapat dibelokkan mendekati garis tegak lurus bila menembus gelas
dan menjauhi garis tegak lurus bila memancar ke udara dikarenakan
gelas mempunyai kerapatan yang lebih tinggi dibandingkan udara.
Jika hanya satu muka dari lensa yang lengkung dan bagian lainnya datar,
maka lensa disebut datar-cembung (gbr. 9.4.b), atau datar cekung (gbr.
9.4.c). Bila satu muka cembung dan muka lainnya cekung, maka lensa
yang dihasilkan adalah cekung-cembung (gbr. 9.4.d).
Setiap berkas sinar yang masuk melalui pusat optis akan diteruskan pada
arah yang sama tanpa dibiaskan.
Di dalam gambar 9.6, garis XX merupakan sumbu utama dan O adalah pusat
optis lensa. Sinar AA1 dan BB1 menembus melalui pusat optis dan
diterima/ditangkap pada layar gelas AB yang dinamakan diafragma atau
retikul sehingga terbentuk suatu bayangan. Sinar A1C dan B1D masuk ke
lensa sejajar dengan sumbu utama akan dibiaskan sedemikian sehingga
mengumpul pada satu titik f, yang dinamakan fokus utama, dan selanjutnya
bertemu pada bidang diafragma, masing-masing pada titik A dan B.
9.1.4. Paralaks
Sudah seharusnya diketahui dengan jelas dari uraian yang telah diberikan di
atas bahwa bayangan harus terbentuk secara jelas pada bidang diafragma
dengan pengaturan fokus yang baik pada teropong. Meskipun bayangan
tersebut tidak betul-betul tepat difokuskan pada diafragma, hal tersebut
masih memungkinkan mata dapat melihat bayangan.
dibelakang bidang diafragma. Mata akan tetap melihat benang silang yang
ditempatkan tidak begitu jauh dibelakang bayangan.
Sementara itu, yang tidak dapat dipisahkan dari masalah optik adalah nivo
tabung.
Contoh 1:
Bilamana 360 = 2 radial
2
maka 1 = radial
360
2
1" = radial
360 60 60
1
1" = 206.264,8062 radial
20
sehingga 20" = 206.264,8062 radial
2 206.264,8062
= mm
20
2 206.264,8062
= m
20 1000
= 20,63m
Nivo tabung selalu digabungkan pada alat sedemikian rupa sehingga dapat
diatur terpisah dari alatnya jika diperlukan. Gambar 9.14. memperlihatkan
sebuah nivo tabung yang digabungkan pada sebuah teropong. Salah satu
ujung nivonya bebas berputar pada sebuah penyangga, sedangkan ujung
lainnya dapat dinaikkan atau diturunkan dengan sebuah sekrup pengatur.
c. Tribrach
Landasan utama yang rata yang ditempatkan di atas puncak sekrup
untuk pendataran dan merupakan bagian penyangga kedudukan alat.
Harus dicatat bahwa pada tempat penggabungan ini landasan kaki
tiga dijaga pada posisi tetap, yaitu berfungsi untuk mengikat alas
dengan kuat pada kaki tiga.
Tribrach dapat dimiringkan dengan menggerakan sekrup-sekrup
untuk pendataran. Ketiga bagian ini secara bersama disebut sebagai
bagian atas dari alat sipat datar.
d. Teropong
b. Pendatar Alat
Sekrup-sekrup untuk pendataran diusahakan pada posisi seperti yang
ditunjukkan oleh gambar 9.16. Teropong diputar sehingga terletak
searah dengan garis hubung kedua sekrup pengatur tersebut, yaitu B
dan C, lalu gelembung pada nivo diamati. Sekrup-sekrup untuk
pendataran tersebut dipegang dengan menggu-nakan telunjuk dan ibu
jari dari setiap tangan, yang selanjutnya dipu-tar dalam arah yang
berlawanan.
c. Menghilangkan Paralaks
Paralaks harus dihilangkan sebelum pengamatan dilakukan pada
sebuah rambu sipat datar. Metoda untuk menghilangkan paralaks
dapat dilihat dalam sub-bab 9.1.4 sebelumnya dengan prinsip-prinsip
optik.
Kini alat sipat datar kekar (dumpy level) siap dipakai untuk menga-mati
dan suatu tinjauan dapat diambil pada sebuah rambu yang didirikan pada
beberapa posisi, namun gelembung dari nivo tabung harus tetap ditengah.
Didalam praktek, hal tersebut tidak dapat dicapai sepenuhnya akibat
beberapa keadaan, diantaranya:
1. Pengaturan alat yang kurang baik
2. Akibat dorongan angin
3. Akibat pergerakan pengamat disekitar kaki tiga
4. Akibat tanah yang lembek menyebabkan alat menjadi turun
5. Tidak samanya pemuaian dari beberapa bagian alat oleh karena
suhu matahari.
Kekurangan ini dapat diatasi dengan memakai suatu alat sipat datar
ungkit. Dari kenyataan tersebut di atas menyebabkan dumpy level
menjadi tidak begitu popular.
pendatar tersebut berbentuk memanjang dan kedataran alat akan terlihat jika
kedua gelembung pendatar tersebut menyatu dengan utuh. Ketelitian
gelembung pendatar seperti ini berkisar 0,3m
Pada sebuah alat tilting level yang modelnya lebih modern, pengoperasian
alat tersebut sama dengan yang terdahulu. Hanya saja, sipengamat dapat
memperhatikan dan melakukan pendataran/penegakkan alat, seperti
mengamati gelembung pendatar, benang bacaan dan bayangan dari bak ukur
hanya dengan satu mata dan pada satu posisi saja. Disamping itu, alat tilting
level jenis ini dapat diputar sebesar 180 secara horizontal sehingga mampu
membaca bak ukur secara langsung dan terbalik.
Suatu jenis alat sipat datar ungkit ditunjukkan dalam gambar 9.17, yang
terdiri dari beberapa bagian sebagai berikut:
dan nivo tabung utama. Jika alat diputar mengelilingi sumbu tegak
dan gelembung dari nivo tabung kotak akan tetap ditengah, hal
tersebut menunjukkan bahwa tribrach kira-kira mendatar.
b. Teropong
Sebagai alat sipat datar ungkit, maka teropong tidak digabungkan
dengan tribrach secara kaku, tetapi teropong tersebut disangga oleh
suatu pancang putar di tengah-tengahnya.
c. Nivo Tabung
Nivo tabung utama ditempatkan diatas atau pada sisi dari teropong
seperti telah diuraikan sebelumnya.
Pada alat-alat sipat datar ungkit yang biasa, garis bidik harus sejajar dengan
sumbu dari teropong. Garis bidik tersebut hanya akan mendatar bila
gelembung dari nivo tabung benar-benar diatur sehingga berada ditengah.
Pada alat-alat sipat datar otomatis, garis bidik didatarkan secara otomatis
dalam batasan tertentu dengan memakai suatu alat kompensator optik yang
digantungkan seperti suatu bandul yang diselipkan ke dalam berkas dari sinar
melalui teropong.
TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI MEDAN 120
ILMU UKUR TANAH
Berkas dari sinar yang memasuki lensa objektif melalui pusat optik
secara mendatar akan dipantulkan pada sudut 90 dari cermin A ke
cermin B, dimana selanjutnya dipantulkan lagi dengan sudut 90 untuk
masuk melalui pusat dari diafragma C. Dalam gambar 9.20, teropong
telah diungkit melalui sudut kecil sebesar 1. Selanjutnya, relative
terhadap bidang mendatar, cermin A dab B terletak pada sudut 44.
Berkas mendatar dari sinar (yang ditunjukkan oleh garis penuh), masuk
melalui pusat optik dari lensa objektif. Lalu mengenai cermin A,
selanjutnya dipantulkan lagi mengenai cermin B, dan sudut pantulnya
tersebut sebesar 44. Sinar tersebut berarti menyimpang dari berkas
aslinya (yang ditunjukkan dengan garis putus-putus) sebesar 1. Hal
tersebut menyebabkan sinar tidak lagi masuk melalui pusat diafragma.
Pada alat sipat datar otomatis dari Hilger dan Watt, kompensator terdiri
dari 2 prisma yang tergantung dan satu prisma yang tetap. Bila teropong
benar-benar mendatar, berkas sinar akan mengikuti jalur seperti gambar
9.23 (a). Bila teropong dimiringkan sebesar sudut x, setiap pris-ma yang
tergantung akan menyimpang sebesar 2x dan mengakibatkan sinar
melalui pusat diafragma (gbr. 9.23 (b).
Gambar 9.24. Alat Sipat Datar Otomatis Watt Jenis No.1 dan No.2.
3. Kedayagunaan
Kemampuan sebuah teropong akan menentukan ketelitian/ketepatan dari
suatu pembacaan. Pada umumnya rambu ukur sipat datar memiliki
pembagian dalam satuan sentimeter, walaupun beberapa bagian dari
bacaan sentimeter tersebut harus ditaksir/diperkirakan. Untuk alat sipat
datar teliti, penaksiran oleh mata sampai satuan millimeter tidaklah
cukup. Untuk keperluan tersebut pemakaian peralatan khusus sangat
diperlukan. Untuk survey kostruksi tidak diperlukan jenis alat sipat datar
dengan ketelitian tinggi.
Tabel 9.1, memberi gambaran kombinasi untuk beberapa jenis alat sipat
datar yang merupakan perincian pendekatan dan dapat dibedakan untuk
beberapa jenis alat sipat datar.
Alat sipat datar Type B20/ B21 dirancang untuk dapat melakukan pengukuran
secara stabil kecuali adanya pengaruh getaran dan perubahan temperatur.
Alat sipat datar Type B20/ B21 dilengkapi dengan sebuah system lingkaran
horizontal sederhana untuk dapat mengukur sudut horizontal dan juga system
garis stadia pada lensa retikul yang dapat digunakan untuk mengukur jarak.
Alat sipat datar Type B20/ B21 idealnya digunakan untuk pekerjaan survey
umum, pekerjaan teknik sipil dan pekerjaan konstruksi.
1. Penutup Lensa
2. Cermin
3. Pembidik/Pisir
8. Kemudian, dengan bantuan sekrup kaki alat (leveling foot screw), naik-
turunkan ketiga kaki sekrup tersebut sehingga buble berada tepat
ditengah lingkaran.
Mengeliminasi Paralax
Contoh 2:
Bacaan Benang Tengah di titik A = 1.735m dan di titik B = 1.224m. Beda
tinggi titik B dari A = a b = 1.735m 1.224m = 0.551m.
Apabila jarak antara ke dua titik A dan B terlalu panjang atau apabila
beda tinggi antara ke dua titik sangat besar :
1. Bagilah jarak antara kedua titik tersebut menjadi beberapa bagian
yang lebih kecil dan ukurlah beda tinggi antara setiap bagian (gbr
9.32).
Contoh 3:
Jika selisih BA BB adalah 32cm, maka jarak optis antara kedua titik
tersebut secara horizontal adalah 32m.
2. Kemudian, sentuh kaki tripod atau bagian utama alat disaat membidik
target yang jelas. Benang silang stadia akan terganggu dan kemudian
akan segera kembali keposisi awalnya. Hal ini membuktikan bahwa
bagian.compensator automatis alat tersebut masih berfungsi secara baik.
9.5.10. Garis Bidik Benang Silang Stadia ( Line of Sight Reticle Cross-line)
1. Letakkan alat pada jarak pertengahan antara titik A dan titk B dan baca
benang tengah a1 dan b1 (gbr 9.42).
2. Letakkan alat pada sebuah titik berjarak 2 m dari titik A dan baca benang
tengahnya a2 dan b2. Biarkan teleskop mengarah ke titik B sebagai rambu
depan (foresight) seperti terlihat pada gambar 9.43.
4. Jika perbedaan antara b2' dan b2 positip (negative), garis horizontal lensa
reticle perlu dinaikkan (diturunkan). Untuk menaikkan garis horizontal
lensa reticle, secara hati-hati, kencangkan sekrup pengatur beberapa
putaran dengan menggunakan kawat/pin kecil. Lakukan pengukuran
ulang seperti diatas sampai perbedaan b2' b2 sangat kecil. Sebaliknya,
untuk menurunkan garis horizontal lensa retikul, kendurkan sekrup
pengatur dan lakukan kembali pengukuran ulang sampai perbedaan b 2' -
b2 sangat kecil (gbr. 9.45). Untuk menurunkan garis horizontal tersebut,
kendurkan sekrupnya dengan arah putaran yang sama.
9.5.11. Perawatan
1. Periksa semua sekrup tripod dalam keadaaan lengkap dan kencang
2. Lap semua peralatan agar tetap kering selama digunakan
Skala bagian pada rambu ukur harus bisa dibaca secara jelas dan tajam.
Umumnya, bak ukur yang digunakan di Indonesia mempunyai skala dalam
satuan cm dan dapat dibaca sampai pendekatan mm. Total Panjang bak ukur
ada yang 3m dan 5m dan bak ukur ini dapat dipanjang-pendekin sesuai
dengan kondisi ketinggian yang akan diukur. Sedang bagian lebar bagian
muka untuk pembacaan tidak boleh kurang dari 38mm.
Bagian dari suatu rambu ukur sipat datar diperlihatkan dalam gambar 9.46.
Skala bagian pada rambu ukur harus bisa dibaca secara jelas dan tajam.
Beberapa warna yang berbeda harus digunakan untuk memperlihatkan tanda
pembagian setiap 1m. Warna yang paling umum dipakai adalah hitam dan
merah diatas dasar putih.
terbalik., sedang skala 5cm lainnya dibuat garis kotak-kotak per 1 cm yang
berukuran 1x1cm.
Setiap skala 1 meteran dan 1 decimeteran dibuat angka yang gunanya untuk
membantu pemegang alat melakukan pembacaan. Biasanya di sebelah sisi
lainnya, skala jarak yang digunakan sama seperti yang digunakan pada pita
ukur gulung baik dalam bentuk skala inci maupun centimeter yang
kegunaannya untuk mendapatkan angka pembanding (second opinion)
sehingga dapat terhindar dari pembacaan yang salah.
Rambu ukur baca langsung dicat per skala bagian sehingga dapat dibaca
secara langsung. Jika rambu ukur target (target rod) digunakan, ketinggian
target ditentukan oleh si pembaca alat dan hasil bacaan kemudian ditulis
oleh sipemegang rambu ukur.
Umumnya, bak ukur yang presisi dilengkapi dengan alat penegak (bulls eye
level) atau sepasang level penegak dan pendatar dan sebuah thermo-meter.