Anda di halaman 1dari 17

PERPINDAHAN SENG/ ZINC DAN FUNGSINYA YANG SIGNIFIKAN DI DALAM

OTAK

ABSTRAK
Zinc adalah nutrien esensial yang disuplai ke dalam otak melalui barier pembuluh darah
otak dan cairan serebrospinal. Zinc paling banyak terkonsenterasi di dalam sistem limbik,
diantaranya hipokampus dan amygdala, area zinc yang kaya akan kandungan neuron
glutaminergik. Dalam porsi besar zinc dapat membantu fungsi dari metaloprotein zinc di dalam
sel neuron dan glia. Di dalam zinc yang mengandung neuron glutaminergik, zinc vesikuler,
kemungkinan zinc ionik, dapat muncul sebagai suatu neuromodulator endogen di dalam
neurotransmisi sinaps. Zinc vesikuler secara dinamis berpasangan dengan aktifitas
elektrofisiologis dari zinc yang mengandung neuron glutaminergik. Kekurangan diet zinc akan
mempengaruhi homeostatik dari zinc di dalam otak, hal ini tentunya dapat menyebabkan
disfungsi otak seperti gangguan dalam proses belajar. Eksitasi yang berlebihan dari zinc yang
mengandung neuron glutaminergik (zinc-containing glutaminergic neuron) akan menyebabkan
berkurangnya zinc vesicular dan hal ini kemungkinan berhubungan dengan kerentanan untuk
terjadinya bangkitan. Perubahan jumlah pelepasan zinc ke dalam celah sinaps dapat
mempengaruhi neurotransmisi dalam sinaps dari zinc untuk menjaga fungsi dari zinc yang
mengandung neuron glutaminergik.
Tema: Biologi seluler dan molekuler
Topik: Teknik pewarnaan, pencatatan dan pencitraan
Kata kunci; Metabolisme zinc; hipokampus; amygdala; kekurangan zinc; zinc yang
mengandung neuron glutaminergik

Isi:
1. Pendahuluan
2. Transpor zinc ke dalam otak dan pengambilan zinc di dalam sel neuron dan glia
2.1. Transpor zinc ke dalam otak via sistem barier otak
2.2. Keterlibatan dari barier pembuluh darah dan cairan serebrospinal di dalam transpor zinc
2.3. Ambilan zinc di dalam sel neuron dan glia
2.4. Kebutuhan zinc selama proses maturasi otak
3. Pelepasan zinc dari zinc yang mengandung neuron terminal (zinc-containing terminal
neuron)
3.1. Perpindahan zinc dalam neuron
3.2. Pelepasan zinc dari zinc yang mengandung neuron terminal
3.3. Fungsi signifikan dari pelepasan zinc
4. Fungsi limbik dan zinc
4.1. Efek defisienzi zinc terhadap kepribadian selama masa perkembangan
4.2. Efek defisiensi zinc terhadap kepribadian selama masa dewasa
4.3. Efek penambahan zinc terhadap kepribadian
4.4. Keterlibatan hemostatsis zinc dalam bangkitan epilepsi
5. Neurotoksisitas zinc
6. Kesimpulan
Daftar pustaka

1. Pendahuluan
Elemen-elemen seperti zinc, besi, mangan, tembaga, selenium, iodine, molybdenum,
krom dan kobalt adalah elemen-eleemn yang esensial untuk manusia dan hewan. Elemen-elemen
lainnya seperti arsenik, nikel dan silikon diketahui juga merupakan elemen yang esensial untuk
hewan. Zinc adalah elemen transisi kedua yang paling berlimpah di dalam tubuh. Dalam
mikroorganisme, tumbuhan dan hewan, lebih dari 300 enzim membutuhkan zinc untuk
menjalankan fungsinya. Zinc memiliki 3 buah fungsi di dalam enzim zinc yaitu: katalitik, koaktif
(atau kokatalis) dan struktural. Karena zinc sering dibutuhkan dalam proses replikasi dan
transkripsi DNA serta untuk sintesis protein, logam kuat ini juga mempengaruhi pembelahan dan
diferensiasi sel. Selain itu, kekurangan diet zinc akan memperlambat pertumbuhan dari manusia
maupun hewan.
Meskipun tidak semua elemen bersifat esensial untuk manusia dan hewan telah diketahui
fungsinya untuk aktifitas saraf, beberapa elemen seperti zinc, mangan dan besi di transpor ke
dalam otak orang dewasa, sebanyak komponen yang dibutuhkan oleh tubuh untuk menjalankan
fungsi saraf. Konsenterasi zinc di dalam otak meningkat seiring dengan berjalannya proses
pertumbuhan dari sejak lahir dan konsenterasinya sengaja dijaga tetap konstan di dalam otak.
Sekitar 90% dari zinc total di dalam otak adalah zinc metaloprotein. Sementara sisanya berada di
dalam vesikel presinaps dan secara histokimia bersifat reaktif (seperti yang telah dijelaskan
menggunakan metode pewarnaan perunggu sulfida Timm). Zinc vesikuler, kemungkinan zinc
ionik, mungkin memiliki suatu peranan di dalam neurotransmisi sinaps dalam otak mamalia,
kemudian akan muncul sebagai suatu neuromodulator endogen dari beberapa reseptor penting
termasuk Gamma-Amino-Butiric-Acid/ Asam Butirat Gamma Amino (GABA) dan reseptor N-
methyl-O-Aspartate (NMDA).
Adanya zinc yang mengandung neuron yang sebelumnya merupakan potongan zinc di
dalam vesikel presinaps dan melepaskannya ke dalam suatu manner kalsium dan impuls
dependen seperti yang berhubungan dengan fungsi memori episodik dan penting untuk
kepribadian, ekspresi emosi dan operasi kognitif mnemonic. Bagaimanan pun, peran yang
sebenarnya dari zinc vesicular masih belum diketahui.
Pertukaran zinc di dalam otak berlangsung secara perlahan. Ambilan maksimal dari zinc
kemungkinan terjadi dalam 6-10 hari setelah injeksi parenteral ke dalam tubuh tikus dan
memiliki waktu paruh untuk eliminasi zinc dari otot tikus yang berkisar antara 16-43 hari.
Kekurangan diet zinc yang berat dapat menyebabkan berkurangnya konsenterasi zinc di dalam
otak, tidak seperti di dalam jaringan perifer. Bagaimanapun, fungsi otak akan terpengaruhi
karena terjadinya kekurangan zinc. Tinjauan pustaka ini merangkum hubungan antara
perpindahan zinc dan fungsinya dalam otak berdasarkan penelitian-penelitian mengenai
metabolism zinc dalam otak.

2. Transpor zinc ke dalam otak dan pengambilan zinc di dalam sel neuron dan glia
2.1 Transpor zinc ke dalam otak via sistem barier otak
Afinitas ikatan zinc terhadap ligan di dalam serum penting untuk dipahami, terutama
mengenai mekanisme transpor zinc ke dalam otak melalui sistem barier otak misalnya barier
pembuluh darah otak dan cairan serebrospinal. Serum zinc (sekitar 15M) dibagi menjadi 3 buah
fraksi, yaitu: pertama bentuk ikatan protein, kedua bentuk ikatan ligan dengan berat molekul
rendah dan terakhir Zn2+ bebas. Ikatan zinc dengan protein serum dan ligan dengan berat
molekul rendah masing-masingnya sekitar 98 dan 1-2% dari serum zinc total. Sebaliknya,
konsenterasi Zn2+ bebas pada serum mamalia diperkirakan lebih rendah yaitu berkisar antara 10-
9
-10-10; Zn2+ bebas adalah fraksi yang sangat kecil dari zinc yang dapat ditukarkan di dalam
serum.
Komponen terbesar dari zinc yang dapat ditukarkan di dalam serum, berikatan dengan
albumin. Molekul albumin bovine/ sapi, diyakini memiliki 2 area ikatan zinc dengan afinitas
65
yang tinggi. Autoradiografi otak dengan Zn di dalam tikus Nagase analbuminemic, dimana
tikus tersebut memiliki mutasi genetik yang menyebabkan terganggunya proses mRNA dan
mengurangi kadar serum albumin, hal ini menunjukkan bahwa albumin tidak esensial untuk
transpor zinc ke dalam otak. Bagaimanapun serum albumin mungkin ikut berperan dalam
transpor zinc sebagai pool yang besar dari zinc yang dapat ditukarkan dalam tubuh binatang
normal.
Komponen terbesar selanjutnya dalam zinc yang dapat ditukarkan dalam serum berikatan
dengan asam amino seperti histidin dan sistein. Terdapat beberapa laporan mengenai
peningkatan efek dari larutan histidin pada pengambilan zinc secaraa in vitro dan in vivo. Seperti
pada otak, Aiken dkk. melaporkan bahwa pengambilan 65Zn di dalam otak sama seperti jaringan
lainnya, hal ini diekspresikan secara relatif ke dalam kadar Zn plasma, ditambah dengan infuse
65
histidin. Buxani Rice dkk. melaporkan bahwa transpor Zn ke dalam otak selama perfusi
serebrovaskular yang singkat ke dalam otak ditingkatkan dengan tambahan 100M larutan
histidin. Distribusi dari Zn-His otak bersifat konsisten dengan data dalam suatu percobaan infusi
larutan histidin. Hasil tersebut menunjukkan bahwa larutan histidin ikut terlibat dalam transpor
zinc ke dalam otak via sistem barier otak. Zinc dapat muncul sebagai Zn (His)2 dan Zn (His)+,
dan kompleks lainnya seperi Zn(Cys)(His)-. Histidin dapat berfungsi dalam transfer zinc ke
protein membran plasma seperti DMTI, suatu transporter divalent logam, dan/ atau transporter
zinc tidak teridentifikasi pada sel endotel kapiler otak dan sel epitel koroid. Alternatif lain yang
memungkinkan adalah bentuk ikatan histidin yang biasanya melewati membran plasma, seperti
yang diamati dalam percobaan in vitro menggunakan eritrosit tikus dan sel proksimal ginjal.
Selain itu, mekanisme influks zinc ke dalam sel endotel kapiler otak dan epitel koroid masih
kontroversial.
Mekanisme masing-masing sekresi zinc dari sel endothelial kapiler otak dan endotel
koroid ke dalam masing-masing cairan ekstraseluler otak dan cairan serebrospinal masih belum
diketahui.
2.2 Keterlibatan dari barier pembuluh darah dan cairan serebrospinal di dalam
transpor zinc
Terdapat dua sistem barier yaitu barier pembuluh darah otak dan pembuluh darah
serebrosipnal di dalam otak. Area permukaan dari barier pembuluh darah sangat luas (lebih dari
5000 kali) lebih besar dari pada barier pembuluh darah cairan serebrospinal. Berat pleksus
koroidal yang membentuk barier pembuluh darah cairan serebrospinal diperkirakan sekitar 25%
dari berat otak total. Barier pembuluh darah otak masing-masingnya dibentuk sekitar usia 2
minggu 4 bulan setelah kelahiran pada tikus dan manusia. Selain itu, di dalam periode
postnatal awal, antara barier pembuluh darah otak dengan ikatan protein sama baiknya dengan
ikatan zinc non protein yaitu sama-sama relatif lemah. Lemahnya sel endotel kapiler otak muncul
sebagai hal yang relevan terhadap pertumbuhan otak neonatus yang berlangsung cepat, meskipun
otak beresiko terpapar toksin. Telah dilaporkan bahwa barier pembuluh darah otak penting untuk
transpor nutrien, termasuk elemen logam.
Sebaliknya, pleksus koroid bertanggung jawab terhadap suatu area yang relatif besar di
dalam ventrikel embrio dan otak neonatus, serta penting untuk mensuplai beberapa nutrien ke
65
dalam otak neonatus. Zn terkonsenterasi dalam pleksus koroid pada mencit dewasa muda dan
tikus dalam 1 jam setelah pemberian injeksi intravena ZnCl2 dan kemudian terkonsenterasi dalam
65 65
parenkim otak dengan pengurangan Zn koroidal. Zn juga terkonsenterasi dalam parenkim
65
otak tikus dewasa muda setelah injeksi intraserebroventrikular Zn. Zinc kemungkinan
ditranspor ke dalam otak melalui barier pembuluh darah cairan serebrospinal, sebagai tambahan
untuk barier pembuluh darah otak (Gambar 1). Pleksus koroid mungkin juga ikut berpartisipasi
dalam mensuplai beberapa elemen metal seperti zinc dan magnesium ke dalam otak.
2.3 Ambilan zinc di dalam sel neuron dan glia
Mekanisme mengenai apa jenis zinc yang diambil ke dalam sel parenkim otak masih
tidak dimengerti. Konsenterasi zinc dalam cairan ekstrasel otak diperkirakan sekitar 0,15M,
yang dinilai berdasarkan konsenterasi cairan serebrospinal. Konsenterasi zinc intrasel di dalam
otak diperkirakan hanya sekitar 150M, yang dinilai dari rata-rata konsenterasi zinc otak total.
Terdapat 1000x perbedaan konsenterasi zinc antara sel parenkim otak dan cairan ekstrasel. Hal
ini mengindikasikan adanya energi. Pengambilan zinc tergantung pada energi dalam sel neuron
dan glia. Gen yang terlibat dalam transpor zinc mamalia telah di kloning baru-baru ini. Empat
transpoter zinc yang sebelumnya diteliti, dikenal dengan ZnT1-ZnT4 saat ini telah diketahui.
ZnT-1 diekespresikan dibanyak tempat dan berhubungan dengan efluks zinc. Bagaimanapun
transporter zinc yang terlibat dalam pengambilan zinc di dalam zinc belum dikloning.
Ambilan zinc afinitas tinggi telah diamati dalam potongan hipokampal. DMT1 muncul
dalam pyramidal hipokampal dan granula sel, sel granula serebelar, nukleus preoptik dan sel
piramida korteks piriformis dalam densitas tinggi. Transporter ini muncul dan terlibat dalam
ambilan zinc di dalam neuron. Sebaliknya, tidak diketahui dimana munculnya ambilan khusus
zinc dalam neuron (Gambar 1).

Gambar 1. Transpor dan utilisasi zinc dalam otak. Zinc ditransporkan ke dalam otak tidak hanya
melalui barier pembuluh darah otak tetapi juga barier pembuluh darah cairan serebrospinal. Zinc
diambil oleh neuron, yang memiliki dua area ambilan zinc yaitu badan sel dan neuron terminal
dan juga oleh sel glia, dan hal ini kemudian bergabung ke dalam ikatan zinc dengan protein.
Dalam zinc yang mengandung neuron glutaminergik, zinc yang diambil ditrasnporkan ke dalam
vesikel presinaps dan diutilisasi sebagai neuromodulator. P, protein; bayangan P, protein
terdegradasi.
65
Ketika Zn-His dan ZnCl2 diinjeksikan ke dalam intraserebralventrikel tikus, radioaktif
65
dari ZnHis dididstribusikan secara luas di dalam otak dibandingkan dengan ZnCl2.
Radioaktifitas dari keduanya secara relatif terkonsenterasi dalam formasi hipokampus, globus
palidus dan hipotalamus. 65Zn-His relatif lebih stabil di dalam cairan serebrospinal di bandingkan
65
dengan Zn-His serum karena besarnya protein yang memiliki konsenterasi rendah, contohnya
65
albumin dan glutation, yang mengurangi ambilan Zn di dalam persiapan sinaptosomal, hal ini
menunjukkan bahwa histidin tidak ikut berperan dalam ambilan mediasi pembawa (carrier-
mediated) oleh neuron terminal. Mekanisme ambilan zinc oleh neuron terminal mungkin berbeda
dengan yang terjadi di dalam sel tubuh.
2.4 Kebutuhan zinc selama proses maturasi otak
Berat otak pada usia 6 bulan mencapai 95% dari berat otak manusia dewasa. Kebutuhan
diet zinc kurang dari 1mg/ hari untuk neonatus manusia, sementara hal ini akan meningkat
sebesar 10-15 mg/ hari pada saat dewasa. Konsenterasi zinc otak adalah sebesar 5-10g/ gr
jaringan otak basah pada usia 0-1 tahun pada manusia. Hal ini lebih dari 10g/ gr jaringan otak
basah (kurang dari 15 g/ gr) pada otak manusia dewasa.
Variasi konsenterasi zinc di dalam otak tikus selama masa perkembangan sama dengan
manusia dalam perkembangan post natal awal, dimana terdapat peningkatan secara bertahap
dalam konsenterasi zinc otak (per gram jaringan otak basah). Dalam otak neonatus tikus,
konsenterasi zinc relatif lebih tinggi di dalam serebelum; sementara dalam otak tikus dewasa dan
manusia, hal ini relatif lebih tinggi di dalam hipokampus. Konsenterasi zinc dalam grey matter
lebih tinggi daripada white matter. Sebaliknya konsenterasi zinc di dalam otak tampaknya tidak
berubah selama proses penuaan. Zinc dibutuhkan untuk menyusun suatu jaringanm neuron
terhubung secara luas. Sementara porsi dari zinc akan disimpan di dalam vesikel sinaps dalam
zinc yang mengandung neuron terminal dalam telesefalon. Disana hampir tidak ada bukti
mengenai adanya zinc yang mengandung neuron dalam batang otak dan serebelum. Densitas dari
zinc yang mengandung neuron terminal muncul memberikan variasi dalam hubunganya dengan
konsenterasi zinc otak.
Sebuah penelitian komperatif mengenai distribusi 65Zn dalam otak neonatus (usia 5 hari),
muda (usia 5 minggu) dan tua (usia 48 dan 73 minggu) pada tikus menunjukkan bahwa ambilan
65
Zn lebih tinggi pada otak neonatus. Sebaliknya, distribusi relatif dari 65Zn dalam otak neonatus
65
berbeda daripada dalam otak yang lebih tua; dalam otak neonatus tikus, Zn terkonsenterasi
dalam serebelum. Dencker dan Tjalve melaporkan bahwa 65Zn terkonsentersi dan tertahan dalam
amygdala, khususnya dalam transisi amygdalopiriformis dan area transisi amygdalo-hipokampal
dalam otak tikus dewasa. Pada tingkat neonatus, pemrosesan zinc relatif lebih berat di dalam
serebelum dan pada tingkat dewasa, relatif lebih dominan di dalam telesefalon, khususnya dalam
sistem limbik. Konsenterasi zinc yang tinggi dalam sistem limbik berhubungan dengan
fungsinya. Variasi selama maturasi mungkin menunjukkan signifikasi dari zinc untuk
perkembangan dan fungsi otak. Lebih banyak zinc yang mungkin dibutuhkan untuk
perkembangan serebelum daripada untuk area lainnya di dalam otak pada tingkat awal yang
lebih relatif, karena pertumbuhan dan diferensiasi dari serebelum berlangsung dengan cepat
setelah lahir; perubahan cepat dalam fungsi-fungsi seperti pengaturan postur dan keseimbangan
adalah proses yang penting dalam perkembangan neonatus.
Sebaliknya Wolf dkk. melaporkan bahwa kadang 65Zn di dalam fraksi sinaptosomal dari
hipokampus meningkat selama perkembangan postnatal. Hubungan respirokal dari zinc yang
mengandung neuron dalam hipokampus terlihat meningkat selama perkembangan post natal.
Dalam hipokampus tikus dan mencit deasa, 65Zn dilokalisasi di dalam mossy neuropil dari girus
65
dentate. Lokalisasi Zn mungkin berhubungan dengan fungsi neurokimia disana.
65
Bagaimanapun, mekanisme mengenai lokalisasi Zn masih tidak diketahui. Ikatan daur ulang
zinc dengan metaloprotein dalam jumlah besar dalam sel neuron dan glia, sementara pelempasan
zinc dari zinc yang mengandung neuron terminal mungkin diambil oleh sel tetangganya, serta
sebagiannya dimanfaatkan kembali oleh neuron presinaps seperti yang dideskripsikan di atas
(Gambar 2). Klarifikasi dari mekanisme homeostasis zinc dalam vesikel presinaps dari zinc yang
65
mengandung neuron mungkin dibutuhkan untuk memahami lokalisasi Zn di dalam mossu
neuropil.
Gambar 2. Pelepasan zinc dari zinc yang mengandung neuron terminal. Zinc dilepaskan dari
zinc yang mengandung neuron terminal glutaminergik. Bagaimanapun, mekanisme dari
penghapusan pelepasan zinc ke dalam celah sinaps masih belum jelas, seperti yang dijelaskan
pada teks. Selama peningkatan eksitasi zinc yang mengandung neuron glutaminergik, terdapat
penurunan konsenterasi zinc dalam vesikel presinaps, diikuti dengan translokasi dari zinc ke
neuron postsinaps, meskipun translokasi dari zinc dapat muncul dari bagian lain selain vesikel
presinaps. Bayangan Zn menunjukkan kadar zinc yang rendah.

3. Pelepasan zinc dari zinc yang mengandung neuron terminal (zinc-containing


terminal neuron)
3.1 Perpindahan zinc dalam neuron
Zinc ditransporkan secara anterograd dan retrograd via sistem transpor aksonal. Transpor
65
ini penting untuk mensuplai zinc ke area yang membutuhkan zinc. Injeksi Zn baik ke dalam
65
striatum atau substansia nigra menunjukkan bahwa Zn di transporkan di dalam proyeksi
65
respirokal antara striatum dan substansia nigra melalui berkas media otak depan. Transpor Zn
diinhibisi oleh injeksi kolsikin, suatu inhibitor dari transpor aksonal, ke dalam berkas media otak
65
depan. Transpor zinc setelah injeksi Zn ke dalam tonjolan olfaktori menunjukkan bahwa zinc
diambil di dalam sel mitral dan/ atau disepanjang tranktus olfaktorius.
3.2 Pelepasan zinc dari zinc yang mengandung neuron terminal
Lokalisasi dari zinc di dalam area presionaps diamati dalam formasi hipokampal.
Konsenterasi zinc di dalam vesikel dalam giant bouton serat mossy hipokampal diperkirakan
sebanyak 300-350 M. Adanya zinc yang mengandung neuron telah di demonstrasikan di dalam
otak, khsuisunya telesefalon (Gambar 2). Contohnya, serat akson mossy hipokampal, kolateral
Schaffer, CA-1 subikulum bagian perforans lateral, hipokamposentral, amgdalofungal stria
terminalis, korteks amygdala piriformis dan jalur kortikostriatal dipercaya menjadi zinc yang
mengandung serat sistem. Regio hipokampal dan amgydala mungkin memproses zinc yang
mengandung neuron terminal dalam densitas tinggi. Semua zinc yang mengandung neuron yang
dilaporkan sejauh ini dianggap sebagai glutaminergik. Bagaimanapun tidak semua neuron
glutaminenergik adalah zinc yang mengandung neuron tersebut.
Zinc vesikular secara histokimia bersifat reaktif dan zat Zn2+ atau kompleksnya dengan
asam amino/protein dalam suatu bentuk ikatan lemah kemungkinan terkandung di dalam vesikel-
simulasi elektrik dari sel granula hipokampal yang menginduksi suatu pelepasan kalsium-
dependen dari zinc. Suatu pelepasan kalsium-dependen zinc dari potongan hipokampal juga
didemonstrasikan setelah simulasi dengan K+ tinggi atau kainate. Selebihnya pelepasan secara in
vivo dari zinc juga diamati menggunakan mikrodialisa; zinc dilepaskan ke dalam cairan
ekstraseluler dalam amygdala diperkaya dengan stimulasi dengan K+ tinggi. Pelepasan zinc
endogen dari hipokampus ditambah dengan tahanan stress dan peningkatan pelepasannya
bertepatan dengan peningkatan pelepasan glutamat.
Dalam potongan hipokampal, stimulasi elektrik meningkatkan ambilan dari zinc eksogen
di dalam serat mossy neuropil. Hal ini mungkin berarti pengambilan kembali dari zinc oleh
neuron presinaptik. Bagaimanapun mekanisme pengambilan kembali dari zinc tidak diketahui.
Suatu transporter zinc yang tidak teridentifikasi dan/atau reseptor-mediasi endositosis mungkin
ikut serta di dalam pengambilan kembali. Sebaliknya, transporter 3 zinc (ZnT-3) diekspresikan
dalam jumlah banyak di dalam regio otak seperti pada hipokampus, amygdala dan korteks
entorhinal dimana semuanya kaya akan zinc vesikuler dan berperan untuk mentransporkan zinc
sitosolik ke dalam vesikel sinaptik. Metalothionin-III (MT-III) bagian spesifik otak dari keluarga
Metalothioneinprotein yang berikatan dengan logam, juga banyak diekspresikan dalam neuron
glutaminergik yang mengandung zinc vesikuler. MT III mungkin adalah suatu regulator penting
dari zinc dalam otak dan ketidakadaannya akan berimplikasi dalam perkembangan penyakit
Alzheimer. Bagaimanapun konsenterasi zinc vesikuler tidak berubah dengan adanya gangguan
gen MT-III. MT-III mungkin tidak terlibat dalam transport zinc ke dalam vesikel sinaps.
Pelepasan glutamat ke dalam celah sinaps secara primer dihilangkan oleh transpornya ke
dalam sel glia via suatu transporter glutamat, sedangkan mekanisme penghapusan pelepasan zinc
ke dalam celah sinaps tidak diketahui. Meskipun sel glia muncul sebagai kandidat yang
dicurigai, transporter zinc tidak dapat teridentifikasi dalam sel glia. Porsi zinc diambil melalui
neuron presinaps seperti yang dideskripsikan di atas dan juga diambil melalui neuron postsinaps;
zinc mungkin diambil dari mekanisme via gerbang channel kalsium yang bertegangan. Reseptor
NMDA dan kalsium permeable alfa-amino-3-hidroksi-5-metil-4-asamisoksazohepropionik
(AMPA)/ reseptor kainite.
3.3 Fungsi signifikan dari pelepasan zinc
Peningkatan zinc di dalam cairan ekstrasel menyebabkan aktifitas dari beberapa reseptor
membran dan channel. Efek yang menonjol dari zinc telah diamati dalam reseptor glutamat. Zinc
(10-100 M) melemahkan aktivasi dari reseptor NMDA yang berbeda dari magnesium, dimana
blokade aktivasi dari reseptor NMDA tegangan-dependen (voltage-dependen). Zinc menghambat
reseptor NMDA melalui 2 mekanisme, yaitu: melalui suatu afinitas tinggi penghambat tegangan-
dependen dari fungsi reseptor NMDA. Vogt dkk. menunjukkan bahwa zinc memainkan suatu
peran penting dalam membentuk respon reseptor NMDA pada serat sinaps mossy hipokampal.
Sebaliknya, zinc potensial non-NMDA (AMPA) yang memediasi reseptor eksitasi; zinc
menunjukkan efek yang berlawanan pada reseptor NMDA dan non-NMDA yang diekspresikan
dalam oosit Xenopus. Potensiasi oleh zinc pada reseptor NMDA juga diamati dalam potongan
korteks piriformis. Pada kasus reseptor metabotropik glutamat, zinc melemahkan respon dari
mediasi reseptor dalam potongan hipokampal.
Banyak penelitian yang mengindikasikan aktivasi reseptor NMDA dan depolarisasi
bersamaan dari post sinaps dalam menginduksi potensiasi jangka panjang (LTP). LTP telah
diamati dalam area zinc yang kaya akan neuron glutaminergik seperti pada hipokampal CA3 dan
girus detante. Hal ini menunjukkan bahwa pelepasan zinc dari neuron terminal mungkin terlibat
dalam induksi LTP. Bagaimanapun, peran dari zinc vesikuler dalam menginduksi LTP tidak
diketahui. Kadar pelepasan zinc ke dalam celah sinaps mungkin mempengaruhi kadar glutamat
disana. Hal ini tidak hanya terlihat mempengaruhi pelepasan glutamat dari neuron terminal,
tetapi juga penghapusan glutamate dari celah sinaps; zinc dapat menghambat gerbang tegangan
presinaps channel kalsium dan memodulasi transporter glutamat dalam sel glia. Membuat suatu
perbandingan antara zinc yang mengandung neuron glutaminergik dan neuron glutaminergik
tanpa zinc vesikuler mungkin dibutuhkan untuk mengklarifikasi peran zinc vesikuler dalam
induksi LTD.
Zinc juga dapat memodulasi respon mediasi reseptor GABA jika konsenterasi zinc
ekstrasel meningkat disekitar sinaps tetangga GABAnergik. Peran dari zinc pada reseptor GABA
bervariasi, kemungkinan karena komposisi yang kompleks dari reseptor GABA. Zinc
melemahkan aktivasi reseptor GABAA dalam neuron hipokampal muda. Bagaimanapun efek
pelemahan dari pengurangan zinc membutuhkan maturasi, mungkin karena peningkatan
penggabungan dari subunit (gamma) ke reseptor GABAA. Zinc juga muncul dalam pelemahan
respon mediasi reseptor GABAB .
Terepas dari multipel aksi dari zinc pada reseptor membran dan channel, masih terdapat
fungsi signifikan dari zinc yang memediasi sinyal neuronal. Sebaliknya kurangnya diet zinc akan
mengubah tingkah laku belajar, fungsi mental dan kerentanan bangkitan epilepsi. Kurangnya
zinc dapat mempengaruhi homeostasis zinc dalam otak yang diikuti oleh disfungsi otak. Karena
itu, zinc adalah nutrien penting untuk fungsi otak dan zinc vesikuler berperan sebaga faktor
sinyal neuronal.

4 Fungsi limbik dan zink


4.1 Efek defisiensi zinc terhadap kepribadian selama masa perkembangan
Gejala tersering dari defisiensi zinc adalah anoreksia dan gangguan pertumbuhan.
Perubahan perilaku, khususnya berkurangnya aktivitas dan kewaspadaan, menjadi salah satu
komponen sistem pengaturan zinc, hal ini mendukung suatu indeks sensitif mengenai suplai diet
yang tidak adekuat. Periode dari pertumbuhan cepat seperti kehamilan dan masa bayi adalah
kondisi yang paling rentan terjadinya defisiensi diet zink. Defisiensi zinc selama perkembangan
prenatal bersifat teratogenik dalam tikus. Kekurangan zinc selama periode pertumbuhan cepat
otak memiliki efek yang mirip dengan mereka yang mengalami malnutrisi kalori protein. Ketika
perilakunya diuji selama periode terjadinya kekurangan zinc dalam tubuh binatang yang imatur,
letargi dan gangguan belajar serta memori diamati. Enzim tergantung zinc adalah proses
proliferasi sel kritis yang dipengaruhi oleh kurangnya diet zinc. Bagaimanapun pemanjangan
waktu proliferasi sel dalam otak hanya mengambil tempat selama perkembangan awal, dan
konsenterasi zinc otak selama perkembangan post natal tampaknya diatur dengan sangat ketat.
Selain itu status zinc otak adalah hal yang paling susah dipengaruhi oeh kurangnya diet zinc.
Perubahan sekunder yang mengikuti kekurangan zinc dapat mempengaruhi perilaku. Sebaliknya,
terdapat beberapa laporan bahwa konsenterasi zinc otak berkurang dengan adanya kekurangan
diet zink. Dreosti dkk. mendemonstrasikan bahwa pewarnaan zinc hipokampal akan mengurangi
keparahan retardasi pertumbuhan 18-20 hari, tikus pups yang kehilangan zinc melalui laktasi, hal
ini mengindikasikan bahwa konsenterasi zinc dalam vesikel presinaptik dari zinc yang
mengandung neuron berkurang dengan hilangnya zinc.
Setelah waktu yang terbatas dari kehilangan zinc selama masa pertumbuhan, tes
kepribadian juga dilakukan di masa dewasa. Penolakan pasif dan memori kerja terganggu pada
hewan dewasa. Hilangnya zinc selama awal perkembangan menuju gangguan ireversibel dalam
perkembangan otak normal. Perkembangan dari jaringan penghubung normal dari neuron
mungkin terganggu dengan penghematan penggunaan zinc karena terjadinya kekurangan diet
zink.
4.2 Efek defisiensi zinc terhadap kepribadian selama masa dewasa
Modulasi tampilan perilaku seperti redaman kemampuan visual dan kemampuan memori
jangka pendek dengan berkurangnya diet zinc menengah telah diamati dalam monyet resus
muda. Kemampuan kognitif dari diskriminasi visual pada tikus dewasa muda terganggu oleh
defisiensi zinc tingkat menengah, kemampuan belajar menghindar secara pasif dalam tikus
dewasa terganggu akibat kurangnya diet zinc selama 4 minggu dan membaik dengan pemberian
diet zinc yang adekuat. Pada kasus ini, sebaiknya percobaan akuisital sebelumnya terhadap
pemberian diet zinc yang defisit selama 12 minggu telah diingat di dalam tikus sebagai defisiensi
zinc, hal ini menunjukkan bahwa memori lama tidak dipengaruhi oleh kekurangan zinc.
Beberapa penelitian gagal untuk menemukan adanya perubahan dalam konsentrasi zinc
otak selama kurangnya diet zinc seperti yang dijelaskan di atas; konsenterasi zinc dalam otak
diatur dengan ketat. Temuan yang berlawanan, sebaliknya kurangnya diet zinc selama 12 minggu
pada tikus menunjukkan pengurangan maksimal sebesar 30% dari konsenterasi zinc dalam serat
mossy hipokampal. Konsenterasi zinc dalam hipokamus dimana sinapstosomal zinc berkurang,
juga ditemukan menurun akibat kurangnya diet zinc selama 12 minggu. Hipokampus mungkin
responsif terhadap kurangnya diet zinc dalam otak. Kurangnya diet zinc otak dapat menyebabkan
pengurangan pool zinc yang dapat ditukar dalam plasma dan kemudian akan menyebabkan
suplai zinc yang tidak adekuat ke otak, sehingga terjadi disfungsi otak seperti gangguan belajar.
4.3 Efek penambahan zinc terhadap kepribadian
Frederickson dkk. menunjukkan bahwa hipokampal-dependen untuk fungsi memori
spasial kerja terganggu secara reversible setelah diinfuskan dietilditiokarbamat ke dalam
hipokampus, yang menyebabkan pengambilan zinc dalam neuron terminal hipokampal. Depresi
lokomotor reversibel diamati pada tikus yang diinjeksi dengan sulfida secara intrahipokampal,
yang menyebabkan pebentukan ZnS dalam celah sinaps. Pengenalan olfaktori juga terganggu
secara reversibel karena adanya perfusi dari dietilditiokarbamat untuk mengambil zinc ekstrasel
dalam amygdala. Data tersebut menunjukkan bahwa zinc vesikular penting sebagai faktor
pemberi sinyal dalam neutransmisi sinaptik otak, khususnya dalam sistem limbik, gangguan
fungsional oleh pengurangan zinc vesikular tampaknya menjadi reversibel.
4.4 Keterlibatan hemostasis zinc dalam bangkitan epilepsi
Perubahan homeostasis zinc otak mungkin berhubungan dengan etiologi dan manifestasi
dari bangkitan epilepsi. Injeksi intracerebroventrikular dari zinc menyebabkan bangkitan epilepsi
pada tikus. Kerentanan bangkitan audiogenik pada mencit meningkat dengan injeksi zinc
intraserebral. Sebaliknya aktivitas bangkitan audiogenik berkurang dengan suntikan zinc
subkutan. Kerentanan bangkitan yang menyala (kindled) berkurang dengan pemberian diet zink,
ketika kerentanan ini di uji coba pada kucing, maka akan meningkat seiring dengan kurangnya
zink. Meskipun zinc mungkin dapat berperan sebagai anti konvulsi/ prokonvulsi, pengaturan
homeostasis zinc otak penting untuk mencegah terbentuknya bangkitan.
Eliminasi zinc dari otak pada El (epilepsi) mencit difasilitasi selama induksi kejang.
Kerentanan kejang mencit El berkurang dengan pemberian diet zinc, sementara ia akan
meningkat dengan defisiensi diet zinc. Konsenterasi zinc dalam area hipokampal dentate yang
diambil dari mencit El secara signifikan lebih rendah daripada mencit kontrol. Hal ini
menunjukkan bahwa pengurangan zinc hipokampal terlibat dalam patofisiologi kejang dalam
mencit El.
Efek pengambilan zinc pada ledakan sel piramidal CA3 menunjukkan bahwa pelepasan
zinc dari serat mossy diinduksi oleh stimulasi tetanik untuk menumpulkan ledakan CA3 dalam
sel piramidal. Sebuah kehilangan selektif dari pewarnaan Timm dalam serat mossy hipokampal
diamati setelah stimulasi listrik dari jalur perforans, yang membangkitkan tonjolan granul
hipokampa dan discharge epilepsi. Hilangnya pewarnaan zinc dengan N-(6-metoksi-8-quinolil)-
para-toluensulfonamide (TSQ) dalam serat mossy juga disebabkan oleh administrasi asam
kainik, suatu agen yang mengiduksi kejang. Koh dkk. mendemonstrasikan bahwa pewarnaan
zinc dengan TSQ dalam serat mossy telah dikurangi setelah terjadi iskemia otak depan transien
dan kembali normal dalam 2 hari kemudian. Meskipun penambahan cepat dari zinc dalam
vesikel presinaptik dikemukakan oleh suatu eksperimen menggunakan N-(6-metoksi-8-quinolil)-
para-karboksilbenzoilsulfonamide, suatu galian pewarnaan Zn2+ , dalam vesikel presinap pada
zinc yang mengandung neuron glutamanergik, zinc cenderung berkurang dengan eksitasi yang
terlalu banyak (Gambar 2) zinc yang dilepaskan dari neuron terminal selama eksitasi berlebihan
sepertinya tidak siap untuk dikembalikan dalam vesikel presinaps. Suplai zinc dari badan sel
sepertinya lebih lambat dibandingkan dengan konduksi aksi potensial. Konsenterasi glutamat
dalam neuron terminal telah diperkirakan 10M, lebih tinggi daripada itu (>1 M) dalam cairan
ekstrasel. Kemudian ini lebih tinggi daripada konsenterasi zinc vesikular, dimana diperkirakan
sekitar 300M. Kadar zinc yang dilepaskan celah sinaps, dapat bervariasi dengan meningkatnya
eksitasi dari zinc yang mengandung neuron glutaminergik, mungkin berpengaruh terhadap
derajat dan keseimbangan dari inhibisi-eksitasi, yang berhubungan dengan etiologi dan
manifestasi kejang

5. Neurotoksisitas zinc
Berkurangnya aktifitas redoks dari zinc dan sifatnya yang non toksik dibandingkan
dengan logam transisi lainnya seperti mangan dan besi. Bagaimanapun, hal ini telah ditunjukkan
sebelumnya bahwa peningkatan zinc dalam cairan ekstrasel bersifat neurotoksik di dalam otak.
Zinc menyebabkan agregasi secara in vitro dari protein beta amiloid, komponen utama dari plak
penyebab kepikunan yang merupakan ciri khas yang sering ditemukan dalam penyakit
Alzheimer otak. Konsenterasi yang tinggi dari zinc ekstraselular dapat memicu formasi dari plak
amyloid di dalam otak. Suh dkk. mengamati secara histokimia zinc reaktif dalam deposit
amyloid dari plak penyebab kepikunan, di dalam amyloid angiopati yang menyebabkan penyakit
pada pembuluh darah dan dalam somata dan dendrit dari neuron menunjukkan ciri khas adanya
neurofibrilasi yang mengikat dari penyakit Alzhaimer otak.
Stimulasi bagian perforans akan menginduksi suatu kehilangan yang terjadi secara
bersamaan dari pewarnaan Timm dalam serat mossy dan kerusakan hilus interneuron serta sel
pyramidal CA3 yang diinervasi oleh serat mossy. Secara sinaptikal pelepasan zinc akan
memasuki neuron post sinaps di dalam kumpulan toksin selama bangkitan, yang akan
menyebabkan hilangnya zinc dalam vesikel presinaps. Kumpulan influks zinc ke dalam neuron
postsinaps menyebabkan terjadinya degenerasi. Translokasi dari zinc dari neuron terminal
presinaps ke dalam neuron postsinaps juga muncul setelah iskemia serebral dan trauma kepala.
Setelah iskemia otak depan transien, zinc akan dilepaskan ke dalam celah sinaps yang
berakumulasi dalam sel badan neuronal diikuti dengan degenerasi dari neuron tersebut.
Sebaliknya, pencegahan translokasi zinc dengan menggunakan chelator zinc menunjukkan suatu
neuroprotektor baik untuk bangkitan maupun iskemia.
Keistimewaan influks zinc ke dalam reseptor kalsium permeable AMPA/ kainite setelah
paparan NMDA, kainite atau K+ tinggi dalam 300 M Zn2+ menyebabkan pemanjangan produksi
mitokondria superoksida. Zn2+-dependen produksi dari jenis oksigen reaktif dapat berhubungan
dengan degenerasi neuron postsinap. Pada kasus paparan kultur kortikal ke Zn2+, secara sinaptik
terjadi pelepasan zinc yang mengindukasi kematian neuronal yang menunjukkan jenis apoptosis
dan nekrosis serta hal ini kemungkinan dimediasi oleh cedera radikal bebas, meskipun
temuannya mungkin menunjukkan nekrosis neuronal. Selain itu zinc vesikular juga mungkin
memegang kunci sebagai modulator kematian neuron yang berhubungan dengan iskemia global
transien dan bangkitan terus-menerus, seperti tingkatan penyakit neuronal lainnya.
Sebaliknya, kinate yang menginduksi bangkitan kematian neuronal telah diperiksa dalam
ZnT-3-null tikus, yang menunjukkan gangguan histokimia lengkap dari zinc reaktif dalam
vesikel sinaps. Zinc terakumulasi di dalam degenerasi neuron CA1 dan CA3 baik dalam tipe
tikus liar maupun ZnT-3-null, mengindikasikan bahwa zinc berasal dari sumber lain selain
vesikel sinaps. Oleh karena itu, temuan ini penting untuk dimengerti, yaitu mengenai mekanisme
dari Zn2+-degenerasi dependen.

6. Kesimpulan
Beberapa gangguan neurologis berhubungan dengan penurunan homeostasis zinc dalam
otak, dimana hal ini dapat mengganggu kadar zinc vesikuler. Peningkatan eksitasi dari zinc yang
mengandung neuron glutaminergik menyebabkan pengurangan zinc vesikuler diikuti dengan
kerusakan neuron postsinaps. Pengurangan ini bersifat tidak baik untuk fungsi otak. Mekanisme
homeostasis zinc tidak hanya pada keseluruhan otak tetapi juga dalam sel neuron dan glia, hal ini
penting untuk dimengerti mengenai homeostasis zinc dalam vesikel presinaps dan untuk
klarifikasi fungsi zinc vesikular.

Anda mungkin juga menyukai