Anda di halaman 1dari 7

TERAPI LARVA PADA LUKA KRONIS TERBUKA

Sunny Wangko

Bagian Anatomi-Histologi Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado


Email: sunnywangko@yahoo.com

Abstract: The usage of larvae in wound treatment has been known across the centuries in
different countries. However, larval therapy is offered when the conventional therapy has
failed in the management of chronic, infected wounds. Concerning the larval therapy, it was
presumed that the wound healing was due to the mechanical debridement effect of the larval
movement and of their hooks. To date, a variety of study reports reveals that there are several
beneficial effects of the larval therapy, inter alia: secretion/excretion of larvae contains
enzymes, growth factors, and cytokines that collaborate in the wound healing process. The
bioactive molecules in the secretion/excretion of the larvae has to be further studied and to be
developed, therefore, they can be applied in the wound management efficiently and
economically.
Keywords: larval therapy, chronic wound, healing process.

Abstrak: Walaupun pemanfaatan larva pada luka kronis telah sangat lama dikenal di berbagai
negara, terapi larva umumnya digunakan bila terapi konvensional telah gagal. Awalnya
diduga bahwa efek debridemen mekanis oleh gerakan larva dan kaitnya yang paling berperan.
Dewasa ini, laporan berbagi studi telah mengungkapkan bahwa larva menyekresi dan
menyintesis berbagai bahan baik berupa enzim, sitokin, dan growth factors yang turut
berperan dalam proses penyembuhan luka. Adanya molekul bioaktif dalam ekskresi dan
sekresi larva perlu diteliti dan dikembangkan agar dapat diaplikasikan dengan lebih efisien
dan ekonomis.
Kata kunci: terapi larva, luka kronis, penyembuhan luka.

Umumnya larva serangga lebih dikenal dari luka kronis terbuka yang telah
dampak yang merugikan kehidupan memboroskan biaya pengobatan yang
manusia antara lain: sebagai hama cukup tinggi baik di negara maju maupun
tanaman, penyebab miasis pada manusia negara terkebelakang.
dan hewan ternak, mengganggu kenya- Pemanfaatan larva dalam perawatan
manan, dan merupakan bentuk pradewasa luka (terapi larva) sebenarnya telah dikenal
dari serangga sebagai vektor penyakit. Pada sejak berabad-abad yang lalu, kemudian
hakekatnya, larva sangat berperan dalam dikemukakan oleh beberapa ahli bedah di
kehidupan manusia. Daur ulang (recycling) Prancis pada abad ke-16 dan abad ke 18-
sampah, tanaman rusak, serta bangkai dan 19. Terapi ini mulai ditinggalkan sejak
mayat, keikutsertaannya dalam rantai ditemukannya antibiotik (1940), tetapi
makanan, dan pemanfaatan dalam berbagai kemudian setelah terjadinya peningkatan
komoditi misalnya larva ulat sutera resistensi kuman terhadap antibiotik terapi
menunjukkan manfaat larva terhadapan larva ditinjau kembali,1,2 terutama pada
kehidupan. Dewasa ini, pemanfaatan larva, luka kronis yang terinfeksi oleh methicillin-
khususnya larva lalat, telah ditinjau resistant Staphylococcus aureus (MRSA)
kembali untuk perawatan luka terutama dan patogen yang resisten lainnya.3
29
30 Jurnal Biomedik (JBM), Volume 7, Nomor 1, Maret 2015, hlm. 29-35

Awalnya, masalah yang dihadapi pada pertama kali dikemukakan oleh William S.
terapi larva ialah bagaimana memperoleh Baer (1929), seorang ahli bedah ortopedik
larva yang steril dan hidup (medical- dari John Hopkins Hospital di Baltimore,
grade). Dengan kemajuan teknologi, larva Maryland.5,8,10,11 Bear menggunakan larva
yang digunakan lebih terjamin kualitasnya yang steril untuk mengobati luka-luka
dan telah dijinkan oleh USA Food and prajurit selama perang dunia I dan
Drug Administration (FDA) pada tahun melaporkan bahwa luka pada fraktur
2004.2,4 Sejauh ini larva yang umum terbuka dan luka pada abdomen yang
digunakan ialah larva lalat Lucilia sericata dinfestasi beribu-ribu larva memperlihatkan
yang bersifat nekrofagus.1-3,5-9 pertumbuhan jaringan granulasi yang sehat.
Terdapat beberapa istilah yang dipakai Juga pada kasus osteomielitis anak, terapi
untuk perawatan luka terbuka dengan larva menghasilkan debridemen yang cepat,
menggunakan larva yaitu: terapi larva, menurunkan jumlah bakteri, mengurangi
larval therapy, maggot debridement bau, dan alkalinisasi alas luka.2 Dalam era
therapy/MDT, biosurgery, biodebridement, tersebut, mortalitas luka jenis demikian
dan controlled therapeutic myasis.2,5-7,9 mencapai hampir 75%.11 Sekitar tahun
Telaah ini bertujuan untuk mengemukakan 1935, terapi larva telah digunakan pada
keunggulan terapi larva yang sejauh ini banyak rumah sakit di Amerika, Kanada,
belum dimanfaatkan di Indonesia. dan Eropa.5 Terapi larva juga digunakan
pada ulkus mamae, luka bakar, abses,
karsinoma sel skuamous, dan mastoiditis
SEJARAH subakut.11 Kendala pada saat itu (tahun
Pemanfaatan larva dalam perawatan 1930-an) ialah menyiapkan kemasan untuk
dan pengobatan luka kronis terbuka telah aplikasi larva, kesulitan memperoleh larva
dikenal sejak berabad-abad lalu.1,3,10,11 bebas kuman yang hidup, dan biaya yang
Perawatan luka dengan menggunakan larva tinggi ($5 pada 1933).8 Dengan adanya
pertama kali dikenal pada suku Maya kemajuan dalam tehnik pembuatan
Indian di Amerika, penduduk aborigin pembalut dan perekat yang lebih nyaman
Australia,2,11,12 dan di Cina.2,5 Pada abad (seperti cage-like dressings) serta dapat
ke-16 (1557), Ambroise Pare (seorang ahli mempertahankan larva pada alas luka;
bedah kekaisaran Prancis Charles IX dan desinfektan dan tehnik rearing yang sangat
Henri III) melaporkan manfaat larva pada mendukung produksi larva yang medical-
luka-luka prajurit selama perang.5,11 Pada grade; dan transportasi yang menjamin
abad ke 18-19 (1829) Baron Dominique pengiriman larva ke lokasi, diharapkan
Jean Larrey (seorang ahli bedah zaman terapi larva akan dapat digunakan secara
Kekaisaran Napoleon) yang pertama lebih luas.8
melaporkan secara tertulis bahwa larva Pada era antibiotik (perang dunia II),
hanya menyerang jaringan nekrotik dan dengan ditemukannya antibiotik penicillin
terapi larva dapat meningkatkan oleh Alexander Flemming (1928)2 dan
pembentukan jaringan granulasi serta sulfa yang ampuh terhadap berbagai jenis
memicu penyembuhan luka terinfeksi yang bakteri dan didukung oleh tehnik
ditemukan pada prajurit.2,5,11 Selama pembedahan yang lebih baik, maka pada
perang saudara di Amerika, Joseph Jones tahun 1940 terapi larva mulai diting-
dan J. F. Zacharias (ahli bedah sekutu) galkan.1,8,10,11 Munculnya resistensi ber-
mulai menggunakan larva untuk peng- bagai strain kuman terhadap antibiotik dan
obatan luka dan mencatat bahwa dalam meningkatnya insidensi luka dengan
beberapa hari larva telah membersihkan vaskularisasi yang kurang memicu
luka jauh lebih baik dari bahan-bahan yang reintroduksi terapi larva pada tahun1980-
direkomendasikan saat itu.2,5,6,11 an di Amerika, Inggris, dan negara Eropa
Pada era pre-antibiotik (1920-an dan lainnya.1,2,8 Pada tahun 1990-an, Sherman
1930-an), studi mengenai terapi larva et al di Amerika Serikat dan Mumcouglu et
Wangko: Terapi Larva pada Luka Kronis Terbuka 31

al di Israel mereintroduksi terapi larva DESKRIPSI LARVA YANG DIGUNA-


untuk pengobatan luka kronis.6 KAN PADA TERAPI LARVA
Pada tahun 2004, US Food and Drug Umumnya yang digunakan untuk
Administration telah mengijinkan terapi larva ialah larva Phaenicia (Lucilia)
penggunaan terapi larva dengan indikasi sericata (Ordo Diptera, famili
debridemen untuk luka kulit kronis dengan Calliphoridae), yang tergolong dalam green
jaringan nekrotik dan luka pada jaringan bottle fly (Gambar 1).2,3,5-9 Larva hanya
ikat, termasuk ulkus akibat tekanan memakan jaringan nekrotik dan tidak
(pressure ulcer), ulkus stasis venosa, ulkus mengganggu atau menyusup ke dalam
neuropatik pada kaki, dan luka pasca jaringan sehat. Phormia regina (blackbottle
operasi yang tidak menyembuh.2,4 fly) juga dilaporkan dapat digunakan untuk
terapi larva.6,11
LUKA KRONIS Siklus hidup Phaenicia (Lucilia)
sericata berlangsung sekitar 10-14 hari.
Dengan bertambahnya usia harapan Telur menetas setelah sekitar 12-24 jam.
hidup maka jumlah pasien dengan luka Pertumbuhan larva dari instar 1 sampai
kronis akibat berbagai penyakit, terutama dengan instar 3 (wondering larval stage)
diabetes melitus dan penyakit pembuluh berlangsung selama beberapa hari (3-7
darah perifer turut meningkat. Luka kronis hari) hingga mencapai ukuran sekitar 10
tidak mengikuti fase-fase penyembuhan mm, kemudian larva (prepupa) akan
luka, tetapi akan berhenti pada fase mencari tempat untuk melakukan pupasi.
inflamasi akibat adanya debris nekrotik dan Masa pupasi berkisar 7-20 hari, tergantung
infeksi.2,5 pada suhu dan cuaca (Gambar 2).5,6,8,9
Debridemen ialah tindakan mengeluar- Larva yang akan digunakan untuk
kan debris asing nekrotik atau jaringan terapi larva harus steril (bebas bakteri)
terkontaminasi dari alas luka (wound bed) untuk mencegah terjadinya kontaminasi
sehingga jaringan sekitar yang sehat akan saat diaplikasikan pada luka. Larva
terbuka. Debridemen dapat dilakukan diperlihara pada lingkungan yang lembab
dengan berbagai cara. Salah satu cara yang dan steril untuk mendapatkan larva yang
telah lama dikenal ialah maggot medical grade.5,11 Telur dicuci dengan
debridement therapy (MDT) atau terapi larutan antiseptik dan ditempatkan di dalam
larva. Dalam hal ini, larva lalat yang wadah steril yang berisi brewers yeast dan
medical-grade diaplikasikan pada luka kedelai sebagai sumber makanan agar larva
untuk menghasilkan debridemen, tetap bertahan hidup sampai dapat
desinfeksi, dan penyembuhan luka ditranspor dalam wadah steril untuk
(artificially induced myasis).2,3,5 kebutuhan terapi larva.11

Gambar 1. Phaenicia (Lucilia) sericata. A, Larva. B, Serangga dewasa. Sumber: Derraik JGB et al, 2010.13
32 Jurnal Biomedik (JBM), Volume 7, Nomor 1, Maret 2015, hlm. 29-35

Gambar 2. Siklus hidup blow fly yang terdiri dari 6 tahap: telur, larva instar 1, instar 2, instar 3,
pupa, dan lalat dewasa. Sumber: anonim.14

Pada terapi larva, sekitar 5-10 ekor pada permukaan sampai alas luka
larva diaplikasikan per cm2 luka.7,8,9,11 berfungsi sebagai debridemen yang
Larva yang digunakan ialah instar 1 ber- dapat membersihkan luka dari jaringan
ukuran panjang sekitar 2 mm (1-3 mm) dan nekrotik dan terinfeksi.4,5,9 Studi
dapat berkembang menjadi 8-10 mm Opletalova et al.4 mendapatkan hasil
setelah 5-7 hari. Selama 48-72 jam larva debridemen dengan terapi larva lebih
bergerak pada permukaan luka sambil cepat dibandingkan terapi kon-
menyekresi sekret yang berpotensi vensional lainnya. Dibandingkan cara
memecahkan dan mencairkan jaringan debridemen lainnya seperti hydrogel
nekrotik.7,8,11 Larva dapat digunakan dressings, pengolesan madu, debri-
bersama antibiotik sistemik, dan juga tidak demen mekanis atau hydrosurgery,
memperlihatkan efek merugikan pada X- terapi larva memperlihatkan efisiensi
ray sehingga larva dapat dibiarkan pada ekonomis yg signifikan.16
tempatnya saat dilakukan tindakan 2. Membersihkan jaringan nekrotik:
tersebut.11 Larva menghasilkan berbagai enzim
proteolitik antara lain kolagenase yang
MANFAAT TERAPI LARVA memecahkan jaringan nekrotik dan
matriks ekstrasel (termasuk laminin
Manfaat terapi larva telah dilaporkan dan fibronektin) Chan menjadi bentuk
oleh berbagai studi yang tersebar di seluruh semisolid yang dapat diabsorpsi dan
dunia. Terapi larva dapat mempercepat dicernakan oleh larva.4,5,9,11
penyembuhan luka,15 menurunkan masa 3. Desinfeksi luka: Larva memakan
penggunaan antibiotik,3,10 mengurangi debris yang terinfeksi, menghasilkan
masa perawatan di rumah sakit,6-8 menu- bahan bakterisidal yang berspektrum
runkan risiko amputasi,3,6,10 menurunkan luas terhadap bakteri Gram positif dan
jumlah kunjungan pasien rawat jalan, negatif, antara lain strain bakteri
relatif ekonomis,3 dan memperbaiki Staphylococcus sp. termasuk
kualitas hidup.6 Beberapa kondisi pada methicillin-resistant Staphylococcus
terapi larva yang membantu penyembuhan aureus (MRSA), Bacillus sp.,
luka kronis, yaitu: Escherichia Coli, Pseudomonas sp.,
1. Debridemen: Gerakan-gerakan Proteus sp., Enterococcus sp., dan
mekanis dari larva dengan kaitnya Enterobacter sp.2,3,5,7 Larva juga
Wangko: Terapi Larva pada Luka Kronis Terbuka 33

menghasilkan amonia yang menye- Yang termasuk kontraindikasi relatif yaitu:


babkan alkalinisasi, diduga dapat 1. Luka yang kering, karena larva
menghambat pertumbuhan bakteri.5,8 memerlukan lingkungan yang lembab.5
4. Irigasi luka oleh eksudat yang distimu- 2. Pasien yang tidak memahami
lasi oleh larva yang menelan jaringan penggunaan terapi larva.6
nekrotik dan oleh sekret larva sendiri.3 3. Luka yang membutuhkan inspeksi
5. Inhibisi dan eradikasi biofilm. yang sering.6
Chymotrypsin dan DNAse dalam
sekret larva dapat memecahkan protein Yang termasuk kontraindikasi absolut
yang menyusun biofilm.2,4 yaitu:
6. Menghasilkan growth factors: Larva
menghasilkan alantoin, urea, dan 1. Luka terbuka yang berhubungan
bahan lainnya yang dapat bekerja dengan kavitas tubuh atau organ
sbagai growth factors.2,4,6,10 dalam.5,9
7. Menghasilkan sitokin, antara lain inter- 2. Luka yang dekat dengan pembuluh
feron dan interleukin 10 yang diduga darah besar.5,9
mempercepat penyembuhan luka.5 3. Luka yang mudah berdarah.5,9
8. Menghambat respons proinflamasi 4. Tulang atau tendon yang nekrotik.6
monosit melalui peningkatan cilik 5. Gangguan perdarahan (herediter atau
AMP oleh bahan yang disekresi dan farmakologik).6
diekskresi oleh larva.8 6. Luka yang kurang vaskularisasi
9. Menghambat proses inflamasi melalui (peripheral vascular disease).6
pemecahan komponen komplemen 7. Alas luka yang ditutupi kerak keras.6
yang berakibat turunnya aktivitas 8. Fistula yg belum dilakukan tindakan
komplemen.2 pembedahan.6
10. Meningkatkan migrasi fibroblas.2,5 9. Alergi terhadap telur, kedelai, brewers
11. Berefek angiogenesis.2,7 yeast, dan larva.5
10. Semua keadaan dimana debridemen
merupakan kontraindikasi.6
INDIKASI TERAPI LARVA
Umumnya pasien dengan luka kronis
EFEK SAMPING TERAPI LARVA
yang tidak menyembuh jarang menolak
untuk diberikan terapi larva.3,6 Selama pemberian terapi larva, efek
Indikasi untuk terapi larva ialah luka samping yang sering ditemukan, antara
kronis yang tidak menyembuh disertai lain:
jaringan nekrotik. Sebagai contoh: ulkus 1. Rasa tidak nyaman (yuk factor) baik
akibat tekanan, ulkus venosa, ulkus untuk pasien, dokter, dan tenaga medis
diabetik, ulkus neuropatik (non-diabetes), lainnya.5,6
ulkus iskemik/arterial, luka traumatik, luka 2. Nyeri: Mumcouglu et al.17 melaporkan
bedah, tromboangitis obliterans, luka/ulkus selama terapi larva nyeri ditemukan
pasca trauma, necrotizing fasciitis, 41% pada pemakai tea-bag like pouch
pioderma gangrenosum, abses pada (TBA) dan 38% pada pemakai cage-
maleolus, osteomielitis sinus pilonidal, luka like dressing (DA). Pemberian
infeksi pasca bedah, luka akibat proses analgetika dilakukan dengan titrasi
keganasan, luka bakar disertai infeksi dosis, dan bila diperlukan dapat
MRSA, dan mastoiditis subakut.5,6 dilakukan blok saraf tepi. Courtenay et
al.10 mendapatkan keluhan nyeri ringan
sampai berat (umumnya nyeri sedang)
KONTRAINDIKASI 48-72 jam setelah larva diaplikasikan
Terdapat kontraindikasi relatif dan pada luka; nyeri dapat diatasi dengan
kontraindikasi absolut untuk terapi larva. analgetika.
34 Jurnal Biomedik (JBM), Volume 7, Nomor 1, Maret 2015, hlm. 29-35

3. Perdarahan ringan.10 SIMPULAN


4. Pireksia: Terjadinya pireksia belum Terapi larva telah dikenal sejak
jelas, mungkin berhubungan dengan berabad-abad yang lalu. Dengan dite-
reaksi imunologik.5,10 mukannya antibiotik dan tehnik perawatan
5. Influenza-like symptoms (pireksia,
luka serta pembedahan yang lebih baik
malaise, keluhan saluran napas).10 maka terapi larva ditinggalkan. Akibat
6. Alergi terhadap bahan hidrokoloid
terjadinya resistensi bakteri terhadap
pada pembalut.10 antibiotik maka terapi larva direintroduksi
7. Munculnya bau yang tidak enak pada dan pada tahun 2004 telah diakui oleh FDA
aplikasi larva yang pertama kali, untuk pemakaian pada luka kronis terbuka.
terlepasnya larva, atau larva yang mati Awalnya diduga terapi larva
akibat tekanan pembalut.5 bermanfaat hanya sebagai debridemen
mekanis, tetapi hasil-hasil penelitian
KOMPLIKASI melaporkan adanya berbagai bahan yang
diduga turut membantu penyembuhan luka,
Komplikasi yang berat tidak pernah
antara lain enzim proteolitik, bahan
dilaporkan.3,5
antibakteri, growth factors, dan sitokin.
Terapi larva digunakan pada luka
KEMASAN kronis terutama yang telah gagal dengan
Terapi larva mudah diaplikasikan, terapi konvensional. Dengan dikembang-
relatif tidak mahal, dan tidak merusak flora kannya molekul bioaktif yang terkandung
dalam bahan sekresi dan ekskresi larva
normal dalam saluran cerna, atau
diharapkan terapi larva dapat digunakan
meninggalkan residu yang merugikan
secara luas untuk mendapatkan hasil yang
seperti halnya antibiotik sistemik.11,16 Larva
lebih optimal dengan biaya yang cukup
harus digunakan dalam 8 jam setelah erupsi
ekonomis.
dan disimpan pada suhu 8-100C.9,18
Secara umum terdapat 2 kelompok
kemasan larva yang tersedia untuk aplikasi DAFTAR PUSTAKA
klinis: free-range dan bio-bag (BioMonde). 1. Steenvorde P, Jacobi CE, van Doorn L,
Pada kemasan free range, larva Oskam J. Maggot debridenet therapy
diaplikasikan langsung pada luka. Setiap of infected ulcers: Patient and wound
aplikasi harus diganti setelah 3 hari. factors influencing outcome A study
Kemasan ini sangat sesuai untuk luka yang on 101 patients withy 117 wounds. Ann
bergaung atau berongga.2,9,18 Bio-bag R Coll Surg Engl. 2007;89(6):596-602.
2. Cazander G, Pritchard DI, Nigam Y, Jung
berupa kantong yang terdiri dari jaring
W, Nibbering PH. Multiple actions of
poliester halus dengan sepotong foam untuk Lucilia sericata larvae in hard-to-heal
menyerap sekresi larva yang berlebihan. wounds. Prospects & Overviews.
Kemasan bio-bag lebih praktis dan estetik, Bioessays 35: 0000-0000. Wiley
serta sesuai untuk pasien rawat jalan untuk Periodicals, Inc., 2013. DOI
menjamin tidak terlepasnya larva. Bio-bag 10.1002/bies.201300071. [cited 2014
harus diganti setelah 4 hari.9,18 Nov 5]. Available from:
Dengan kemajuan teknologi, telah www.bioessays-journal.com.
dikembangkan berbagai kemasan larva, 3. Sun X, Jiang K, Chen J, Wu L, Lu H,
Wang A, et al. A systematic review of
antara lain: single-piece, hinged, dan cage-
maggot debridement therapy for
like dressings. Kemasan demikian disebut chronically infected wounds and ulcers.
maggot confinement dressings yang International Joournal of Infectious
memberi akses pada larva ke luka secara Diseases. 2014;25:32-7.
bebas tetapi dapat mencegahnya untuk 4. Opletalova K, Blaizot X, Mourgeon B,
terlepas keluar.8 Chene Y, Creveuil C, Combemale P,
Wangko: Terapi Larva pada Luka Kronis Terbuka 35

et al. Maggot therapy for wound 12. Thornton D, Berry M, Ralston D. Case
debridement A randomized multicenter report: maggot therapy in an acute burn.
trial. Arch Dermatol. 2012;148(4):432-7. World Wide Wounds. [cited: 2014 Dec
5. Chan DCW, Fong DHF, Leung JYY, 6]. Available from: http://www.
PAtil NG, Leung GKK. Maggot worldwidewounds.com/2002/august/Th
debridement therapy in chronic wound ornton/larval-Therapy-Acute-Burn.html
care. Hong Kong Med J. (Last modified: 2002 Aug 08).
2007;13(5):382-6. 13. Derraik JGB, Heath ACG, dan
6. Pearson C. Something old is new again: Rademaker M. Human myasis in New
Debriding and reducing local wound Zealand: imported and indigenously-
infection with maggots. Wound Care acquired cases; the species of concern
Canada. 2007;5(2):22-6. and clinical aspects. NZMJ.
7. Rafter L. Larval therapy applied to a large 2010;123(1322):21-38.
arterial ulcer: an effective 14. The blow fly life cycle has six parts: the
outcome.British Journal of Nursing. egg, three larval stages, the pupa, and
2013 (Tissue vaibility adult. [cited 2015 Jan 3]. Available
supplement);22(6):S4-10. from: http://fineartamerica.
8. Singh NM, Bhatia SK, Singh G. Maggots com/featured/forensic-helper-life-cycle-
therapy in facilitating wound
of-blow-fly-science-source.html.
debridement: Present status. Medical
15. Armstrong DH, Salas P, Short B, Martin
journal of Dr. D. Y. Patil University.
BR, Kimbriel HR, Nixon BP, et al.
2004;7(5):639-42.
9. Acton C. Technical guide. A know-how Maggot therapy in lower-extremity
guide to using larval therapy for wound hospice wound care: Fewer
debridement. Wound essentials. amputations and more antibiotic-free-
2007;2:156-9. days. J Am Podiatr Med Assoc.
10. Courtenay M, Church JCT, Ryan TJ. 2005;95:254-7.
Larva therapy in wound management. 16. Griffin J. What nurses need to know about
Journal of the Royal Society of the application of larval therapy?
Medicine. 2000;93:72-4. JCN.2014;28(2):58-62.
11. Hinshaw J. Larval therapy: A review of 17. Mumcouglu KY, Davidson E, Avidan A,
clinical human and veterinary studies. Gilead L. Pain related to maggot
World Wide Wounds. October 2000. debridement therapy [abstract]. J
[cited 2014 Nov 10]. Available from: Wound Care. 2012;21(8):400-5.
http://www.worldwidewounds.com/200 18. Purser K, Heywood N. Maggot therapy
0/oct/Janet-Hinshaw/Larval-Therapy- use in wound management. Bath: Royal
Human-and-Veterinary.html. United Hospital Bath, 2012.

Anda mungkin juga menyukai