Anda di halaman 1dari 195

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN TnI DENGAN GANGGUAN

SISTEM MUSKULOSKELETAL : POST OPERASI (PEMASANGAN


PLATE) FRAKTUR TIBIA FIBULA 1/3 DISTAL TERBUKA
DI RUANG PERAWATAN BEDAH RAJAWALI
RUMAH SAKIT BHAYANGKARA MAKASSAR
TANGGAL 5-11 JANUARI 2010

OLEH :

DEWA ANUGRAH
NIM : 07.01.061
\

AKADEMI KEPERAWATAN MAPPA OUDANG


MAKASSAR
2010
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN TnI DENGAN GANGGUAN
SISTEM MUSKULOSKELETAL : POST OPERASI (PEMASANGAN
PLATE) FRAKTUR TIBIA FIBULA 1/3 DISTAL TERBUKA
DI RUANG PERAWATAN BEDAH RAJAWALI
RUMAH SAKIT BHAYANGKARA MAKASSAR
TANGGAL 5-11 JANUARI 2010

KARYA TULIS ILMIAH

Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Menyelesaikan Pendidikan Diploma III


Akademi Keperawatan Mappa Oudang Makassar

OLEH :

DEWA ANUGRAH
NIM : 07.01.061

AKADEMI KEPERAWATAN MAPPA OUDANG


MAKASSAR
2010

12
HALAMAN PERSETUJUAN

Karya Tulis Ilmiah ini Berjudul: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN


TnI DENGAN GANGGUAN SISTEM MUSKULOSKELETAL : POST
OPERASI (PEMASANGAN PLATE) FRAKTUR TIBIA FIBULA 1/3 DISTAL
TERBUKA DI RUANG PERAWATAN BEDAH RAJAWALI
RUMAH SAKIT BHAYANGKARA MAKASSAR TANGGAL 5-11 JANUARI
2010

Telah disetujui untuk diujikan dan dipertahankan. Di depan penguji


Akademi Keperawatan Mappa Oudang Makassar
Pada Hari Kamis, 19 Agustus 2010

Pembimbing

SYAHARUDDIN, SKM, S.Kep, Ns


NIDN : 0904047301

Diketahui OlehDirektur
Akademi keperawatan Mappa Oudang
Makassar

dr. Hj. A. NURHAYATI, DFM, M. Kes


AKBP NRP. 59030832
HALAMAN PENGESAHAN

13
Karya Tulis Ilmiah dengan judul : ASUHAN KEPERAWATAN PADA
KLIEN TnI DENGAN GANGGUAN SISTEM MUSKULOSKELETAL : POST
OPERASI (PEMASANGAN PLATE) FRAKTUR TIBIA FIBULA 1/3 DISTAL
TERBUKA DI RUANG PERAWATAN BEDAH RAJAWALI
RUMAH SAKIT BHAYANGKARA MAKASSAR. Telah diuji dan dipertahankan
di hadapan Tim Penguji pada hari kamis 19 Januari 2010 di Akper Mappa Oudang
Makassar.

Tim Penguji

1. Syaharuddin, SKM, S.Kep Ns ( )

2. Hamzah Tasa, S.Kep Ns, M.Kes ( )

3. Hj. Aminah, S. Kep Ns ( )

Mengetahui,
Direktur Akademi Keperawatan Mappa Oudang
Makassar

dr. Hj. A. NURHAYATI, DFM, M.Kes


AKBP NRP. 59030832

14
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. IDENTITAS PENULIS

Nama : DEWA ANUGRAH


Tempat/Tgl lahir : WATANSOPPENG, 27 Januari 1989
Suku/Bangsa : Bugis/Indonesia
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : ISLAM
Alamat : Jl. Baji Gau No. 182 Makassar 90223

B. RIWAYAT PENDIDIKAN

Pendidikan formal

1. Pada Tahun 1994-1995 TK Perwanida

2. Pada Tahun 1995-2001 SD Negeri 166 Laburawung

3. Pada Tahun 2001-2004 SLTP Negeri 2 Watansoppeng

4. Pada Tahun 2004-2007 SMA Negeri 1 Watansoppeng

5. Pada Tahun 2007-2010 Akademi Keperawatan Mappa Oudang Makassar

15
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala Puji bagi Allah SWT Rabb semesta alam, yang

Maha Menciptakan, Menghidupkan dan Mematikan, yang Rahmat-Nya meliputi

langit dan bumi, dunia dan akhirat dan kepada-Nyalah semua akan kembali.

Shalawat serta salam mudah-mudahan terlimpah kepada Nabiullah Muhammad

SAW, yang membawa umat manusia dari alam gelap gulita ke alam yang terang

benderang.

Tak lupa pula penulis mensyukuri segala Rahmat dan Karunia yang telah

dilimpahkan sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini

dengan judul ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN TN. R

DENGAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN : HERNIA INGUINAL DI

RUANG PERAWATAN KENARI RUMAH SAKIT BHAYANGKARA MAPPA

OUDANG MAKASSAR.

Karya Tulis Ilmiah ini disusun dalam rangka menyelesaikan pendidikan

Diploma III Keperawatan pada Akademi Keperawatan Mappa Oudang Makassar.

Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis banyak menghadapi hambatan,

tetapi berkat bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak Karya Tulis Ilmiah ini

dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Untuk itu perkenankanlah penulis

mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat :

16
1. Bapak dewan pembina AKPER Mappa Oudang Makassar, yang telah

menyediakan sarana dan prasarana selama pendidikan di Akper Mappa

Oudang Makassar.

2. Ibu dr. Hj. A. Nurhayati, DFM, M. Kes selaku Direktur AKPER Mappa

Oudang Makassar yang telah banyak memberikan bimbingan dan ajaran

seperti anaknya sendiri kepada penulis selama mengkuti pendidikan di Akper

Mappa Oudang Makassar.

3. Kepala RS. Bhayangkara Makassar beserta staf yang telah memberikan

izin, membantu menyediakan sarana dan prasarana, meluangkan waktu untuk

memperoleh data serta memberikan bimbingan dalam melaksanakan asuhan

keperawatan.

4. Bapak Syaharuddin, SKM, S. Kep, Ns selaku pembimbing dan penguji I

yang begitu banyak memberikan sumbangsih pemikiran, saran, nasehat dan

dengan penuh kesabaran dan ketelatenan selama proses bimbingan di dalam

penulisan Karya Tulis Ilmiah ini.

5. Bapak Hamzah Tasa, S. Kep Ns, M. Kes sebagai penguji II yang begitu

banyak memberikan masukan dan saran demi kelengkapan Karya Tulis

Ilmiah ini.

6. Ibu Hj. Aminah, S.Kep, Ns sebagai penguji III yang telah memberikan

bimbingan dan masukan dalam penyususnan karya tulis ilmiah ini.

7. Bapak & Ibu Dosen beserta Staf Pengajar Akademi Keperawatan Mappa

Oudang Makassar yang telah memberikan kuliah dan bimbigan kepada penulis

17
selama mengikuti pendidikan di Akademi Keperawatan Mappa oudang

Makassar.

8. Special buat ayahanda Ramli Mahmud dan ibunda tercinta Nuhera Sinar

dan saudara- saudaraku tersayang Dedy Saputra, Dewi Purnama dan Dela

Safitri, serta semua keluarga yang tidak sempat dituliskan namanya dalam

lembaran ini terimakasih banyak telah memberikan doa, support, kasih

sayang serta dukungan moril yang tak terhitung nilainya sehingga penulis

dapat menyelesaikan studinya.

9. Special buat sahabat-sahabatku, Agus junaedi dahlan (Ajudan), Muhaimin

(india), Muh. Yusuf(Sufu), Arfiansyah (Ettu), Sumardi (Suma), Masdar

(Mas), Agusman (Sagu), Jumain (Jumbo), Ansar (Anshay), syamsuddin

(same), Fadil (fade), Faharuddin (Aco), Sofyan (Sofy), A. Ibrahim

(Ibeleng), Hasanuddin (Kacang), longa (Ahmad Khair), dan semua teman-

teman yang tidak sempat penulis tuliskan dalam lembaran ini yang sudah mau

berbagi suka dan duka bersama penulis, juga memberikan support, dan

semangat kepada penulis selama bersama-sama dalam mengikuti pendidikan.

10. Tak lupa juga saya menghanturkan banyak terima kasih kepada Pak dardin,

Pak Herman, Bu Asni, Kak Ridho, Kak Indri, Kak Sahar, Kak Ahmad,

Kak Hikma, Kak Halim, Astaga hampir lupa juga ma Mba Sri dan Mba

Erna yang senantiasa merelakan barang jualannya untuk saya habiskan

sebelum dibayar (utang), begitupun dengan bapak Madjid sekeluarga yang

senantiasa memberikan dispensasi dengan penunggakan uang kos dan listrik

18
dan suguhan buka puasa yang hampir setiap hari menyelematkan perut

keronconganku bersama teman-teman.

11. Teman-teman kelompok bedah Jumain, Masdar, Fadil, Nona, Nurmi,

Mustaina, Sry, Erni, Terimah kasih atas kerja samanya dan kekompakannya

selama ujian akhir program.

12. Rekan-rekan aktivis BEM periode I yang telah membantu penulis dalam

mencapai kedewasaan dalam berfikir.

13. Para adinda ku di AKPER MAPPA OUDANG dan SMK PRATIDINA

yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu terimah kasih banyak atas

kerjasamanya dalam penyusunan karya tulis ini

Semoga tuhan yang Maha Esa memberikan balasan yang setimpal atas

segala bantuan yang diberikan

Akhir kata penulis berharap semoga Karya Tulis ini dapat bermanfaat bagi

masyarakat umumnya dan tenaga keperawatan khususnya dalam memberikan

Asuhan Keperawatan. Akhirnya penulis memohon kepada Allah SWT semoga

apa yang telah diperbuat bernilai ibadah disisi-Nya.

Makassar, Januari 2010

DEWA ANUGRAH

19
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................................ ii
HALAMAN PENGESAHANiii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP...iv
KATA PENGANTAR .............................................................................................v
DAFTAR ISI .......................................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN.xi
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang .............................................................................................1
Tujuan Penulisan ..........................................................................................3
Manfaat Penulisan ........................................................................................4
Metodologi ...................................................................................................5
Sistematika Penulisan ...................................................................................7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Konsep Dasar Medis ...........................................................................8
Pengertian ......................................................................................8
Anatomi Fisiologi .........................................................................8
Etiologi ........................................................................................21
Patofisiologi ................................................................................24
Manifestasi Klinik .......................................................................25
Pemerikasan Diagnostik ..............................................................26
1. Penatalaksanaan Medik ...............................................................27
Konsep Dasar Keperawatan ..............................................................28
Pengkajian ...................................................................................28
Penyimpangan KDM ..................................................................29
Diagnosa Keperawatan................................................................30
Rencana Keperawatan ................................................................30
BAB III TINJAUAN KASUS
Pengkajian ........................................................................................36

20
Data Fokus .................................................................................46
Analisa Data ...............................................................................47
Diagnosa Keperawatan .....................................................................49
Rencana Keperawatan (Intervensi) ...................................................50
Catatan Tindakan (Implementasi) ....................................................54
Catatan Perkembangan (Evaluasi) ....................................................57
BAB IV PEMBAHASAN
Pengkajian .........................................................................................60
Diagnosa Keperawatan......................................................................62
Intervensi ...........................................................................................64
Implementasi .....................................................................................65
Evaluasi .............................................................................................66
BAB V PENUTUP
Kesimpulan .......................................................................................67
Saran ..................................................................................................68
DAFTAR PUSTAKA

21
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Seiring deengan kemajuan dan perkem bangan ilmu pengetahuan

disegala bidang khususnya kemajuan IPTEK kesehatan dan keperawatan

yang merupakan salah satu komponennya dituntut terus berkembangsecara

dinamis dengan masalah keperawatan/kesehatan di masyarakat yang kian

kompleks.

Dalam meningkatkan derajat kesehatan yang optimal perawat

merupakan salah satu komponen pembangunan di bidang kesehatan yang

perlu dilaksanakan karenan perawat akan memberikan pelayanan kepada

manusia secara utuh meliputi biologis, psikososial, dan spiritual yang

dapat menunjuang proses penyembuhan penyakit klien.

Dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi membawah

dampak terhadap kompleksnya permasalahan kesehatan di rumah sakit,

juga mengalami perkembangan akibat meningkatnya tuntunan kebutuhan

masyarakat akan asuhan keperawatan yang diberikan terutama pada pasien

fraktur atau patah tulang.

Patah tulang (fraktur) adalah retaknya tulang, biasanya disertai

dengan cedera di jaringan sekitarnya, dimana sebagian patah tulang

merupaka akibat dari cedera, seperti kecelakaan mobil, olah raga atau

karena jatuh. Adapun tanda dan gejalanya yaitu nyeri, bengkak,

deformitas, alat gerak tidak berfungsi sebagaimana mestinya, berkurangya

22
sensasi yang dapat terjadi karena adanya gangguan saraf dimana saraf itu

dapat terjepit atau terputus oleh frangmen tulang. Dan adapun

penatalaksanaan dari fraktur adalah dengan cara traksi, gips, fiksasi

internal dan fiksasi eksternal. (www. Medicastro dan Anugrah-Argon.com,

23-09 2007).

Dengan makin pesatnya kemajuan lalu lintas di indonesia baik dari

segi pemakaian jalan, jumlah kendaraan, jumlah pemakai jasa angkutan,

bertambahya jaringa jalan dan kecepatan kendaraan maka mayoritas

terjadinya fraktur adalah akibat kecelakaan lalu lintas.

Menurut data dari kepoloisian Republik Indonesia rata-rata setiap

hari terjadi 40 kecelakaan yang menyebabkan 30 kematian dan menurut

data dari RS. Sumber waras jakarta angka kejadian fraktur akibat

kecelakan lalu lintas adalah sebesar 2.5 % (http://penjelajah

waktu.blogspot.com).

Data yang diperoleh dari RS.Bhayangkara Mappa Oudang

Makassar pada tahun 2004-2006 adalah sebagai berikut :

No Tahun Laki-laki Perempuan Total

1 2005 31 11 42

2 2006 17 8 25

3 2007 261 132 393

23
Derdasarkan data tersebut diatas maka penulis mengangkat kasus

dengan judul ; ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN TN I

DENGAN GANGGUAN SISTEM MUSKULOSKELETAL : POST

OPERASI (PEMASANGAN PLATE) FRAKTUR TIBIA FIBULA 1/3

DISTAL TERBUKA DI RUANG PERAWATAN BEDAH RAJAWALI

RS.BHAYANGKARA MAPPA OUDANG MAKASSAR. PADA

TANGGAL 5-11 JANUARI 2010

B. Tujuan

1. Tujuan Umum :

Untuk mendapatkan gambaran dan pengalaman nyata tentang

pelaksanaan Asuhan Keperawatan mulai dari pengkajian sampai

pendokumentasian yang terjadi pada klien dengan Gangguan System

Musculoskeletal : Fraktur.

2. Tujuan Khusus :

Tujuan khusus yang akan dicapai dalam penulisan karya ilmiah ini

untuk mendapatkan gambaran dalam :

a. Memperoleh pengalaman nyata dalam pengkajian, analisa data dan

perumusan diagnosa keperawatan yang terjadi pada klien dengan

Gangguan System Musculoskeletal : Fraktur Di Ruang Perawatan

Bedah Rajawali RS.Bhayangkara Mappa Oudang Makassar.

b. Memperoleh pengalaman nyata dalam menetapkan perencanaan

keperawatan yang terjadi pada klien dengan Gangguan System

24
Musculoskeletal : Fraktur Di Ruang Perawatan Bedah Rajawali

RS.Bhayangkara Mappa Oudang Makassar.

c. Memperoleh pengalaman nyata dalam melaksanakan perencanaan

asuhan keperawatan yang terjadi pada klien dengan Gangguan

System Musculoskeletal : Fraktur Di Ruang Perawatan Bedah

Rajawali RS.Bhayangkara Mappa Oudang Makassar.

d. Memperoleh pengalaman nyata dalam melaksanakan evaluasi

asuhan keperawatan yang terjadi pada klien Dengan Gangguan

System Musculoskeletal : Fraktur Di Ruang Perawatan Bedah

Rajawali RS.Bhayangkara Mappa Oudang Makassar.

e. Memperoleh pengalaman nyata dalam memdokumentasikan hasil

asuhan keperawatan yang terjadi pada klien dengan Gangguan

System Musculoskeletal : Fraktur Di Ruang Perawatan Bedah

Rajawali RS.Bhayangkara Mappa Oudang Makassar.

C. Manfaat Penulisan

1. Akademik

a. Sebagai bahan masukan bagi institusi pendidikan dalam

meningkatkan pengetahuan mahasiswa tentang asuhan

keperawatan klien dengan Gangguan System Musculoskeletal :

Fraktur Di Ruang Perawatan Bedah Rajawali RS.Bhayangkara

Mappa Oudang Makassar.

b. Sebagai bahan bacaan bagi mahasiswa di institusi kesehatan

khususnya pada diploma III Bhayangkara Makassa.

25
2. Rumah Sakit

a. Sebagai bahan masukan bagi rumah sakit khususnya didalam usaha

meningkatkan pelayanan perawatan dalam pengembangan kwalitas

asuhan keperawatan pada klien dengan Gangguan System

Musculoskeletal : Fraktur Di Ruang Perawatan Bedah Rajawali

RS.Bhayangkara Mappa Oudang Makassar.

b. Dapat menjadikan masukan bagi perawat dalam menetapkan dan

meningkatkan kwalitas asuhan keperawatan khususnya bagi klien

yang mengalami Gangguan System Musculoskeletal : Fraktur Di

Ruang Perawatan Bedah Rajawali RS.Bhayangkara Mappa

Oudang Makassar.

3. Klien dan Keluarga

a. Agar klien dan keluarga mendapatkan pengalaman nyata tentang

cara dan tehnik pencegahan, perawatan dan pengobatan yang

terjadi pada klien dengan Gangguan System Musculoskeletal :

Fraktur Di Ruang Perawatan Bedah Rajawali RS.Bhayangkara

mappa Oudang Makassar.

b. Agar keluarga memahami dan mengetahui cara yang baik dan

benar dalam perawatan dan pencegahan suatu penyakit

4. Penulis

a. Sebagai bahan tambahan pengetahuan dan pengalaman bagi

penulis dalam mengklasifikasikan ilmu yang telah didapatkan

selama pendidikan.

26
b. Hasil penulisan diharapkan dapat bermanfaat bagi penulis untuk

menambah pengetahuan dan keterampilan didalam menangani

klien dengan gangguan system musculoskeletal : Fraktur di Ruang

Perawatan Bedah Rajawali RS.Bhayangkara Mappa Oudang

Makassar.

D. Metode Penulisan

Pelaksanaan Asuhan Keperawatan dilakukan Pada Klien Gangguan

System Musculoskeletal : Post Operasi (Pemasangan Plate) Fraktur Tibia

Fibula 1/3 Distal Terbuka di Ruang Perawatan Bedah Rajawali

RS.Bhayangkara Mappa oudang Makassar mulai dari tanggal 5-11 Januari

2010. adapun metodologi yang digunakan dalam penulisan laporan ini

adalah :

1. Tempat

Ruang Keperawatan Bedah Rajawali RS.Bhayangkara Mappa Oudang

Makassar.

2. Waktu

Mulai dari Tanggal 5 s/d 11 Januari 2010

3. Tehnik Pengumpulan Data

Dalam sistem penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis menggunakan

berbagai metode yaitu :

1) Study Kepustakaan

Mempelajari literatur yang berhubungan atau yang berkaitan dengan

Karya Tulis Ilmiah tentang asuhan keperawatan pada klien dengan

27
gangguan system musculoskeletal : Post Operasi (Pemasangan

Plate) Fraktur Tibia Fibula 1/3 Distal Terbuka di Ruang Perawatan

Bedah Rajawali RS.Bhayangkara Mappa Oudang Makassar, sebagai

kerangka teoritis yang dapat mengarahkan pemikiran yang

realistisk.

2) Study Kasus

Pendekatan yang digunakan dalam studi kasus adalah proses

keperawatan yang komprehensif yang meliputi : pengkajian,

perencanaan, implementasi, dan evaluasi. Sedangkan untuk

menghimpun data dan mengkaji dengan menggunakan tehnik

adalah sebagai berikut :

a. Wawancara

Tanya jawab untuk memperoleh data riwayat kesehatan yang

akurat, antara tenaga kesehatan dan keluarga klien maupun

dengan klien sendiri (Auto Anamnese dan Allo Anamnese).

b. Pengkajian fisik

Tehnik yang digunakan dalam pengkajian ada 4 yaitu :

1) Observasi atau inspeksi yaitu memperoleh data melihat

secara langsung untuk mendeteksi tanda-tanda vital yang

berhubungan dengan status fisk.

2) Palpasi, dilakukan dengan menggunakan sentuhan atau

rabaan untuk mengetahui ciri-ciri jaringan atau oragn.

28
3) Perkusi, adalah metode pemeriksaan dengan cara untuk

menentukan batas-batas organ atau bagian tubuh dengan

cara merasakan variasi yang ditimbulkan akibat adanya

gerakan yang diberikan kebawah jaringan, dengan perkusi

kita dapat membedakan apa yang ada dibawah jaringan

(udara, cair, zat padat).

4) Auskultasi, merupakan metode pengkajian yang

menggunakan stetoskop untuk memperjelas pendengaran

(bunyi jantung, paru-paru, bunyi usus, serta mengukur

tekanan darah dan denyut nadi).

c. Study Dokumentasi

Melihat dan membaca langsung status klien di Ruang Perawatan

Bedah Rajawali Badan Pengelola Rumah Sakit Umum

Bhayangkara Mappa Oudang Makassar, pada klien dengan

gangguan sistem system musculoskeletal : Post Operasi

(Pemasangan Plate) Fraktur Tibia Fibula 1/3 Distal Terbuka di

Ruang Perawatan Bedah Rajawali RS. Bhayangkara Mappa

Oudang Makassar sistem batasan atau ruang lingkup masalah

mulai tanggal 5 s/d 11 januari 2010.

E. Sistematika Penulisan

29
Adapun sistematika penulisan Karya Tuklis Ilmiah ini dibagi dalam 5

BAB dimana setiap BAB akan diuraikan kedalam sub-sub dengan susunan

sebagai berikut:

BAB I : Pendahuluan

Pendahuluan meliputi latar belakang, tujuan penulisan, manfaat

penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan.

BAB II : Tinjaun Teoritis

Tinjaun Teoritis meliputi konsep dasar medis yang meliputi

pengertian, anatomi fisiologi, etiologi, insiden, patofisiologi,

manifestasi klinik, proses penyembuhan tulang, komplikasi,

panatalaksanaan fraktur, test diagnostik. Dan konsep dasar

keperawatan meliputi : pengkajian dampak KDM, diagnosa,

perencanaan dan evaluasi.

BAB III : Tinjauan Kasus

Tinjauan kasus menguraikan laporan asuhan keperawatan

mulai dari pengkajian, pengumpulan data, pengelompokan

data, analisa data, diagnosa keperawatan yang muncul, rencana

tindakan, penatalaksanaan tindakan keperawatan serta evaluasi

tindakan (SOAP).

BAB IV : Pembahasan

Pembahasan menguraikan mengenai kesenjangan antara teori

dan praktek yang ada. Dalam praktek serta pemecahan

30
masalahnya (pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi,

implementasi dan evaluasi).

BAB V : Penutup

Pada Bab ini disimpulkan hasil pelaksanaan study kasus yang

dilaksanakan dan berisi saran-saran yang merupakan alternatif

tujuan.

31
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. KONSEP DASAR

1. Pengertian

Fraktur adalah terputusnya kontuinitas jaringan tulang atau tulang

rawa yang umumnya disebabkan oleh ruda paksa (Arief Mansjoer, dkk

2000).

Fraktur adalah terputusnya kontuinitas tulang dan ditentukan sesuai

jenis dan luasnya. Fraktur terjadi jika tulang dikenal stress yang lebih

besar dari yang dapat diabsorsinya(Brunner & Suddarth. 2000).

Fraktur adalah pemisahan atau patahnya tulang (Doenges. 2000)

Fraktur adalah retaknya tulang, biasanya disertai dengan cedera di

jaringan sekitarnya (www.mediacastro.com)

Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau

tenaga fisik (Syilvia A. Priver.2005).

Fraktur adalah terputusnya kontuinitas jaringan tulang yang dapat

disebabkan oleh dorongan langsung pada tulang, kondisi patologik,

kontraksi otot yang sangat kuat dan secara tiba-tiba atau dorongan secara

tidak langsung (Pengantar Ilmu Keperawatan anak, A.Azis Alimul

Hidayat. 2005. Hal 141).

32
2. Anatomi & fisiologi

a. Pengertian tulang

Tulang adalah suatu jaringan dinamis yang disusun dari tiga sel :

osteoblas, osteosoit, dan osteoklas, osteoblas, membangun tulang

membentuk kolagen tipe I dan proteoglikan sebagai matriks tulang

atau jaringan tulang osteoid melalui suatu proses yang disebut

asifikasi. Ketika sedang aktif menghasilkan jaringan osteoid, osteoblas

mensekresikan sejumlah besar fosfatase alkali, yang memegang

peranan penting dalam nengendapkan kalsium dan fosfat kedalama

matriks tulang (Syilvia A. Priver, 2005).

b. Fungsi tulang

1) Fungsi tulang secara umum.

a) Formasi kerangka: tulang-tulang membentuk rangka tubuh

untuk menentukan bentuk dan ukuran tubuh, tulang-tulang

menyokong struktur tubuh yang lain.

b) Formasi sendi: tulang-tulang membentuk persendian yang

bergerak dan tidak bergerak tergantung dari kebutuhan

fungsional, sendi yang bergerak menghasilkan bermacam-

macam pergerakan.

c) Perlekatan otot: tulang-tulang menyediakan permukaan untuk

tempat melekatnya otot, tendo, dan ligamentum untuk

melaksanakan pekerjaannya.

33
d) Sebagai pengungkit: untuk bermacammacam aktivitas selama

pergerakan.

e) Menyokong berat badan: memelihara sikap tegak tubuh

manusia dan menahan gaya tarikan dan gaya tekanan yang

terjadi pada tulang, dapat menjadi kaku dan menjadi lentur.

f) Proteksi: tulang rongga yang mengandung dan melindungi

struktur yang halus seperti otak, medulla.

g) Hemopoesis: sumsum tulang tempat pembentukan sel-sel

darah, terjadinya pembentukan sel darah merah sebagian besar

pada sumsum tulang merah.

h) Fungsi immunologi: limfosit B dan makrofag dibentuk dalam

system retikuleondotel sumsum tulang. Limposit B diubah

menjadi sel-sel plasma membentuk antibody guna keperluan

keperluan kekebalan kimiawi sedangkan makrofag berfungsi

sebagai fagositotik.

i) Penyimpanan kalsium: tulang mengandung 97% kalsium yang

terdapat dalam bentuk baik dalam bentuk anorganik maupun

garam-garam terutama kalsium posfat. Sebagian besar fosfat

disimpan dalam tulang dan kalsium dilepas dalam darah bila

dibutuhkan.

34
2) Fungsi tulang secara khusus.

a) Sinus-sinus paranasalisdapat menimbulkan nada pada suara.

b) Email gigi dikhususkan untuk memoton, menggigit dan

mengilas makanan, email merupakan struktur yang terkuat dari

tubuh manusia.

c) Panggul wanita khusunya untuk memudahkan proses kelahiran.

( Anatomi Fisiolongi untuk mahasiswa keperawatan, Syaifuddin.

2006 halaman 67-68)

c. Klasifikasi tulang

1) Tulang panjang (Femur, Humerus, Tibia, dan Fibula )

Terdiri dari dua bagian batang dan bagian ujung tulang pipa ini

bekerja sebagai alat ungkit dari tubuh dan kemungkinan bergerak.

2) Tulang pendek (Carplas)

Bentuk tidak teratur, sebagian besar terbuat dari jaringan tulang

jarang karena diperkuat sifat yang ringan padat dan tipis.

3) Tulang ceper(Tulang Tengkorak)

Terdiri dari tulang padat dengan lapisan luar adalah tulang

cacellous.

4) Tulang tidak beraturan vertebratae (sama dengan tulang pendek)

5) Tulang sesamoid

Tulang terkecil, terpendek sekitar tulang persendiaan dan didukung

oleh tendon dan jaringan faksial misalnya patella (cap lutut).

(Perawatan Medical Bedah Barbara C. Long

35
3. Etiologi

Sebagian besar patah tulang merupakan akibat dari cedera, seperti

kecelakaan mobil, olahraga atau terjatuh (www.medicastro.com, 2008)

Secara garis besarnya, penyebab fraktur dibagi tiga, yaitu :

a. Kekerasan atau trauma langsung

Kekerasan langsung menyebabkan patah tulang pada titik terjadinya

kekerasan, fraktur demikian sering bersifat fraktur terbuka dengan

garis patah melintas atau miring.

b. Kekerasan atau trauma tidak langsung

Kekerasan tidak langsung menyebabkan patah tulang di tempat yang

jauh dari tempat terjadinya kekerasan. Yang patah biasanya adalah

bagian yang paling lemah dalam jalur hantaran vektor kekerasan.

c. Trauma ringan

Trauma karena tulang itu sendiri sudah rapuh (fraktur patologik).

(www.medicastro.com, 2008)

36
4. Pembagian Patah Tulang

Ada lebih dari 150 klasifikasi fraktur, yang utama adalah :

a. Incomplete : Fraktur yang hanya melibatkan bagian

potongan menyilang tulang. Salah satu sisi

patah dan yang lain hanya bengkok

(greenstick).

b. Complete : Garis fraktur melibatkan seluruh potongan

menyilang dari tulang, dan fragmen tulang

biasanya berubah tempat.

c. Tertutup (simple) : Fraktur tidak meluas melewati kulit.

d. Terbuka (compound) : Fraktur tulang meluas melewati otot dan kulit,

dimana potensial untuk terjadi infeksi.

e. Patologis : Fraktur terjadi pada penyakit tulang (seperti

penyakit kanker, osteoporosis), dengan tak ada

trauma atau hanya minimal.

(Doenges. M.E. dkk, Edisi 3 Hal. 761, 2000).

Berikut ini adalah berbagai jenis fraktur yaitu :

a. Grreanstick : Fraktur dimana salah satu sisi tulang patah

sedang sisi lainnya membengkok.

b. Transveral : Fraktur sepanjang garis tengah tulang.

c. Oblik : Fraktur membentuk sudut dengan garis tengah

tulang (lebih tidak stabil dibanding

transversal).

37
d. Spiral : Fraktur memuntir seputar batang tulang.

e. Komunitif : Fraktur dengan tulang pecah menjadi beberapa

frafmen.

f. Depresi : Fraktur dengan patahan terdorong kedalam

(sering terjadi pada tulang tengkorak dan

tulang wajah).

g. Kompresi : Fraktur dimana tulang mengalami kompresi

(terjadi pada tulang belakang).

h. Avulsi : Tertariknya fragmen tulang oleh ligamen atau

tendo pada perlekatannya.

i. Epofisial : Fraktur melalui epifisis.

j. Impaksi : Fraktur dimana fragmen tulang terdorong ke

fragmen tulang lainnya.

(Brunner & Suddart, 2001)

38
39
avulsion
comminuted displaced greenstick

impacted interarticular
longitudinal oblique

pathologic spiral stress transverse

40
Untuk menjelaskan keadaan fraktur, hal-hal yang perlu di deskipsikan

adalah:

1. komplit atau tidak komplit

a. Fraktur komplit, bila garis patah melalui seluruh penampang tulang

atau melalui kedua korteks tulang .

b. Fraktur tidak komplit bila garis patah tidak melalui seluruh

penampang tulang seperti:

1) Hairline fraktur (patah retak rambut).

2) Buckle fraktur atau Torus fraktur, bila terjadi lipatan dari

sesuatu korteks dari kompresi tulang spongiosa di bawahnya,

biasanya pada distal radius anak-anak.

3) Greenstick fraktur, mengenai satu korteks dengan anulasi

korteks lainnya yang terjadi pada tulang panjang anak.

2. Berdasarkan garis patah dan hubungannya dengan mekanisme trauma.

a. Garis Patah Melintang : trauma angulasi atau langsung

b. Garis Patah Olik : trauma angulasi

c. Garis Patah Spiral : trauma rotasi

d. Fraktur Kompresi : trauma aksilla-fleksi pada tulang spongiosa

e. Fraktur Avulsi : trauma tarikan/traksi otot pada insersinya ditulang

misalnya fraktur patella.

41
3. Berdasarkan Jumlah Garis Patah

1) Fraktur Kominutif :Garis patah lebih dari satu dan saling

disebutdisebut pula frsktur bifokal

2) Fraktur Segmental : Garis patah lebih dari satu tetapi tidak

berhubungan

3) Fraktur Multiple : Garis patah lebih dari dari satu tetapi pada

tulang yang berlainan tempatnya fraktur

femur, fraktur krusis, dan fraktur tulang

belakang.

4. Berdasarkan pergeseran anatomis fragmen tulang

a. Fraktur Undisplaced, garis patah komplit tetapi kedua fragmen tidak

bergeser , periosteumnya masih utuh

b. Fraktur Displaced, terjadi pergeseran fragmenfragmen fraktur

1) Pergeseran searah dengan sumbu dan overlapping

2) Pergeseran yang membentuk sudut.

3) Pergeseran dimana kedua fragmen saling menjauhi.

5. Berdasarkan jenisnya

a. Fraktur tertutup, bila tidak terdapat hubungan dengan antara

fragmen tulang dengan dunia luar.

b. Fraktur terbuka, bila terdapat hubungan antara fragmen tulang

dengan dunia luar akibat adanya perlukaan di kulit di bagi atas tiga

derajat yaitu:

1) Derajat 1

42
a) Luka < 1 cm

b) Kerusakan jaringan lunak sedikit , tak ada tanda luka remuk

c) Fraktur sederhana,transfersal, oblik, atau kominutif ringan

d) Kontaminasi minimal

2) Derajat II

a) Laserasi > 1 cm

b) Kerusakan jaringan lunak , tidak luas

c) Fraktur kominutif sedang

d) Kontaminasi sedang

3) Derajat 111

Terjadi kerusakan jaringan lunak yang luas, meliputi struktur

kulit, otot, dan neurovaskuler serta kontaminasi derajat

tinggi.derajat terbagi atas :

a) Jaringan lunak yang menutupi fraktur tulang adekuat,

meskipun terdapat laserasi luas atau fraktur segmental

sangat kominutif yang disebabkan oleh trauma berenergi

tinggi tanpa melihat besarnya ukuran luka.

b) Kehilangan jaringan lunak dengan fraktur tulang yang

terpapar atau kontaminasi pasif .

c) Luka pada pembuluh arteri / saraf yang harus diperbaiki

tanpa melihat kerusakan jaringan lunak.

(Arif Manjoer, dkk. 2000. Halaman 346-347)

43
5. Insiden

Fraktur tulang rusuk adalah yang paling Banyak terjadi pada orang

dewasa, fraktur femur adalah fraktur yang paling banyak terjadi pada usia

muda atau umur setengah baya. Pada pasien yang lebih tua yang sering

terjadi adalah fraktur pada pinggul dan pada pergelangan tangan.

Kecelakaan merupakan pembunuh nomor tiga di Indonesia setelah

penyak jantung dan stroke. Menurut data dari kepeolisian republik

indonesia tahun 2003, jumlah kecelakaan dijalan mencapai 13.399

kejadian dengan mencapai 9.865 orang, 6.142 orang mengalami luka berat

dan 8.694 mengalami mluka ringan dengan data rata-rata setiap hari

terjadi 40 kecelakaan lalu lintas yang menyebabkan 30 orang meninggal

dunia, data dari Sulawesi Selatan jumlah kecelakaan lalu lintas juga

cenderung bmeningkat di mana pada tahun 2001 jumlah korban mencapai

1.717 orang, tahun 2004 jumlah meningkat 3.972 orang, tahun 2005 dari

januari sampai september korban mencapai 3.620 orang dengan korban

meninggal 903 orang (http/www,medikaster.com)

6. Patofisiologi

Tulang bersifat rapuh , namun memiliki kekuatan dan gaya pegas untuk

menahan tekanan, tetapi jika tulag terkena tekanan yang lebih besar dari

yang dapat diabsorbsinya maka akan terjadi fraktur. Meskipun tulang yang

patah tapi jaringan disekitarnya juga akan terpengaruh,mengakibatkan

edema jaringan lunak, perdarahan ke otot dan sendi, dislokasi sendi,

rupture tendo, kerusakan saraf, dan kerusakan pembuluh darah. Pada

44
mulanya akan terjadi perdarahan disekitar patahan tulang, yang disebabkan

oleh terputusnya pembuluh darah. Reaksi peradangan hebat timbul setelah

fraktur.sel-sel darah putih dan sel mast berakumulasi menyebabkan

peningkatan aliran darah ketempat tersebut fagositosis dan pembersihan

sisa-sisa sel mati dimulai. Ditempat patah terbentuk bekuan fibrin

(hematoma fraktur). Osteoblast segera terangsang dan terbentuk tulang

baru imatur yang disebut kalus. Bekuan fibrin secara perlahan mengalami

remondelling untuk membentuk tulang sejati. Tulang sejati menggantikan

kalus dan secara perlahan mengalami kalsifikasi. Penyembuhan

memerlukan waktu beberapa minggu hingga beberapa bulan.

(Corwin, j.E, 2000, dan Prince, A, S, dan Wilson M, L, I995)

45
7. Manifestasi klinik

Manifestasi klinik dari fraktur adalah nyeri, hilangnya fungsi,

deformitas,pemendekan ekstremitas,krepitasi, pembengkakan local, dan

perubahan warna.

a. Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang

dimobilisasi. Spasme otot yang menyertai fraktur merupakan bentuk

bidai alamiah yang dirancang untuk meminimalkan gerakan antar

fragmen tulang

b. Setelah terjadi fraktur, bagian-bagian tak dapat digunakan dan

cenderung bergerak secara tidak alamiah (gerakan luar

biasa).Pergeseran fragmen pada fraktur lengan atau tungkai

menyebabkan deformitas ekstremitas yang diketahui dengan

membandingkan dengan ekstremitas yang normal. Ekstremitas tak

dapat berfungsi dengan baik karena fungsi normal otot bergantung

pada integritas tulang tempat melekatnya otot.

c. Pada fraktur panjang terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya lah

ciderkarena kontraksi otot yang melekat di atas dan bawah tempat

fraktur.Fragmen sering saling melingkupi satu sama lain sampai 2,5

sampai 5 cm .

d. Saat ekstremitas diperiksa dengan tangan, teraba adanya derik tulang

dinamakan krepitasi yang teraba akibat gesekan antara fragmen satu

dengan lainnya

46
e. Pembengkakan dan perubahan warna local pada kulit terjadi sebagai

akibat trauma dan perdarahan yang mengikuti fraktur.Tanda ini bisa

baru terjadi setelah beberapa jam atau hari setelah cidera.

f. Krepitus dapat terdengar sewaktu tulang digerakkan akibat pergeseran

ujung-ujung patahan tulang satu sama lain .

( Corwin J. E, 2000,Brunner & suddarth, 2000.)

8. Komplikasi

Komplikasi awal pada fraktur adalah

a. Syok . Syok hipovolemik atau trumatik akibat perdarahan .

b Sindrom emboli lemak. Pada saat terjadi fraktur globula lemak dapat

masuk kedalam darah karena tekanan sum-sum tulang lebih tinggi

daripada tekanan kapiler atau karena ketokelamin yang dilepaskan oleh

reaksi stress pasien akan memobilisasi asam lemak dan memudahkan

terjadinya globula lemak dalam aliran darah, Globula lemak akan

bergabung dengan trombosit membentuk emboli yang kemudian

menyumbat pembuluh darah kecil.

(Brunner & Suddarth, 2001, 2365)

Komplikasi penyembuhan fraktur adalah :

a. Malunion

Fraktur sembuh dengan deformitas (angulasi, perpendekan atau rotasi)

b. Delayed union

Fraktur sembuh dalam jangka waktu yang lebih dari normal

47
c. Nonunion

Fraktur yang tidak menyambung yang juga disebut psuedartrosis.

Disebut nonunion jika tidak menyambung dalam waktu 20

minggu.Pada fraktur dengan kehilangan fragmen sehingga ujung-ujung

tulang berjauhan, maka dari awal sudah potensial menjadi nonunion

dan boleh diberlakukan sebagai nonunion

Komplikasi fraktur yang penting adalah :

a. Komplikasi dini

1. Lokal

a) Vaskuler : compartemen syndrome , truma vaskuler

b) Neurologist : lesi medulla spinalis atau saraf ferifer.

2. Sistemik

a) Emboli lemak

b) Komplikasi lanjut

3. Local

a) Kekakuan sendi / kontraktur

b) Disuse atrofi otot-otot

c) Malunion

d) Nonunion / infected nonunion

e) Gangguan pertumbuhan (fraktur epifisis)

f) Osteoporosis post trauma

(Soelarto Reksoprodjo,dkk, 1995, 511)

48
9. Pemeriksaan Diagnostik

- Hasil laboratorium

Tidak ada tes laboratorium yang khusus untuk pasien dengan fraktur,

yang perlu diketahui. Hb, hemotokrit sering rendah disebabkan

pendarahaan. Laju endap darah meningkat bila kerusakan jaringan

lunak sangat luas.

- Hasil radiografik

Pemeriksaan rontgen : menentukan lokasi (luasnya fraktur/trauma) Scan

tulang, tomogram, CT scan/MRI : memperlihatkan fraktur, juga dapat

digunakan untuk mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak.

10. Proses Penyembuhan Tulang

Waktu penyembuhan fraktur bervarisi dari 6-24 minggu, tergantung dari

beratnya fraktur.

Untuk penyembuhan fraktur (patah tulang) diperlukan imobilisasi.

Imobilisasi dilakukan dengan cara sebagai berikut:

a. Pembidaian physiologi

Pembidaian semacam ini terjadi alami karena menjaga, mencegah

pemakaian dan spasmus otot karena rasa sakit pada waktu digerakkan

b. Pembidaian secara orthopedic eksternal

Ini digunakan dengan gips dan traksi

c. Fiksasi internal

Pada metode ini kedua ujung tulang yang patah dikembalikan ke posisi

asalnya dan di fiksasi dengan plat dan skrup atau diikat dengan kawat.

49
Beberapa faktor yang mempengaruhi penyembuhan tulang:

1) Faktor yang mempercepat penyembuhan fraktur.

a) Imobilisasi fragmen tulang.

b) Kontrak fragmen tulang maksimal.

c) Masukan darah yang memadai.

d) Nutrisi yang baik.

e) Latihan pembebanan berat badan untuk tulang panjang.

f) Hormon-hormon pertumbuhan, tiroid, kalsitonin, vitamin D,

streroid anabolic.

2) Faktor yang menghambat penyembuhan fraktur.

a) Trauma local ekstensi.

b) Kehilangan tulang.

c) Immobilisasi yang tidak memadai.

d) Rongga atau jaringan diantara fragmen tulang.

e) Inspeksi.

f) Keganasan local.

g) Penyakit tulang metabolik (misalnya penyakit paged).

h) Radialis tulang (Nekrosis Radialis).

i) Nekrosis Avaskuler.

j) Usia (lansia sembuh lebih lama)

k) Kortikosteroid (menghambat kecepatan perbaikan).

(Prince, A. S dan Wilson M, L. 1995)

50
11. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan fraktur ini mengalami banyak perubahan dalam

waktu 10 tahun terakhir ini. Traksi dan spica casting atau cast bracing,

mempunyai banyak kerugian dalam hal memerlukan masa berbaring

dan rehabilitasi yang lama, meskipun merupakan penatalaksanaan non-

invasif pilihan untuk anak-anak. Oleh karena itu, tindakan ini tidak

banyak dilakukan pada orang dewasa.(www.Cermin Dunia

Kedokteran.com)

Bila keadaan penderita stabil dan luka telah diatasi, fraktur dapat

diimobilisasi dengan salah satu dari empat cara berikut ini.

a. Traksi

Comminuted frakture dan fraktur yang tidak sesuai untuk

intra medullary nailing paling baik diatasi dengan menipulasi

51
dibawah anestesi dan balanced suding skeletal traction yang

dipasang melalui tibial pin.

Traksi longitudinal yang memadai diperlukan selama 24 jam

untuk mengatasi spasme otot dan mencegah pemendekan, dan

fragmen harus dipotong di posterior untuk mencegah

perlengkungan. Enam belas pon biasanya cukup, tetapi penderita

yang gemuk memerlukan beban yang lebih besar dari penderita

yang kurus membutuhkan beban yang lebih besar dari penderita

yang kurus membutuhkan yang kecil. Lakukan pemeriksaan

radiologis setelah 24 jam untuk mengetahui apakah berat beban

tepat bila terdapat over distraction, berat beban dikurangi, tetapi

jika terdapat tumpang tindih, berat ditambah. Pemeriksaan

radiologi selanjutnya perlu dilakukan dua kali seminggu selama

dua minggu yang pertama dan setiap minggu sesudahnya untuk

memastikan apakah posisi dipertahankan. Jika hal ini tidak

dilakukan, fraktur dapat berselip perlahan-lahan dan menyatu

dengan posisi yang buruk. (www.Cermin Dunia Kedokteran.com)

52
b. Fiksasi interna

Intro medullary nail ideal untuk frktur transversal, tetapi

untuk fraktur lainnya kurang cocok. Fraktur dapat diperlurus dan

terhadap panjangnya dengan nail, tetapi fiksasi mungkin tidak

cukup kuat untuk mengontrol rotasi. Nailin diindikasikan jika hasil

pemeriksaan radiologi memberi bahwa jaringan lunak mengalami

interposisi diantara ujung tulang karena hal ini hampir selalu

menyebabkan nonlinion.

Keuntungan intra medullary nailing adalah dapat memberikan

stabilitas longitudinal serta kesejajaran (alignment) membuat

penderita dapat dimobilisasi cukup cepat untuk meninggalkan

53
rumah sakit dalam waktu 2 minggu setelah kerugian meliputi

anestesi, trauma bedah tambahan dan infeksi.

Closed nailing memungkinkan mobilisasi yang tercepat

denagn trauma yang minimal, tetapi paling sesuai untuk transversal

tanpa pemendekan. Comminuted fracture paling baik dirawat

dengan locking nail yang dapat mempertahankan panjang dan

rotasi

c. Fiksasi eksternal

Bila fraktur yang dirawat dengan traksi stabil dan kalus

terlihat pada pemeriksaan radiologis, yang biasanya pada minggu

keenam, cast brace dapat dipasang. Fraktur dengan intramedullary

nail yang tidak memberi fiksasi yang digid juga cocok untuk

tindakan ini.

54
B. Proses Keperawatan

Di dalam memberikan asuhan keperawatan digunakan system atau

metode proses keperawatan yang dalam pelaksanaannya dibagi menjadi 5

tahap yaitu pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan

evaluasi.

1. Pengkajian

a. Pengumpulan data

1) Anamnese

a) Identitas klien

Meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama,

bahasa yang dipakai, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan,

asuransi, golongan darah, no. register, tanggal MRS, diagnosa

medis.

b) Keluhan utama

Pada umumnya keluhan utama pada kasus fraktur adalah

rasa nyeri. Nyeri tersebut bisa akut atau kronik tergantung dan

lamanya serangan. Untuk memperoleh pengkajian yang

lengkap tentang rasa nyeri klien digunakan :

(1) Provoking Incident : apakah ada peristiwa yang menjadi

yang menjadi faktor presipitasi nyeri.

(2) Quality of Pain : seperti apa rasa nyeri yang dirasakan atau

digambarkan klien. Apakah seperti terbakar, berdenyut,

atau menusuk.

55
(3) Region : radation, rellef : apakah rasa sakit bisa reda,

apakah rasa sakit menjalar atau menyebar, dan dimana rasa

sakit terjadi.

(4) Severoity (Scale) of Pain : seberapa jauh rasa nyeri yang

dirasakan klien, bisa berdasarkan skala nyeri atau klien

menerangkan seberapa jauh rasa sakit mempengaruhi

kemampuan fungsinya.

(5) Time : berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah

bertambah buruk pada malam hari atau siang hari.

c) Riwayat penyakit sekarang

Pengumpulan data yang dilakukan untuk menentukan

sebab dari fraktur, yang nantinya membantu dalam membuat

rencana tindakan terhadap klien. Ini bisa berupa kronologi

terjadinya penyakit tersebut sehingga nantinya bisa ditentukan

kekuatan yang terjadi dan bagian tubuh mana yang terkena.

Selain itu, dengan mengetahui mekanisme terjadinya

kecelakaan bisa diketahui luka kecelakaan yang lain.

d) Riwayat penyakit dahulu

Pada pengkajian ini ditemukan kemungkinan penyebab

fraktur dan memberi petunjuk berapa lama tulang tersebut akan

menyambung. Penyakit-penyakit tertentu seperti kanker tulang

dan penyakit pagels yang menyebabkan fraktur patologis yang

sering sulit untuk menyambung. Selain itu, penyakit diabetes

56
dengan luka di kaki sangat beresiko terjadinya osteomyelitis

akut maupun kronik dan juga diabetes menghambar proses

penyembuhan tulang.

e) Riwayat penyakit keluarga

Penyakit keluarga yang berhubungan dengan penyakit

tulang merupakan salah satu faktor predisposisi terjadinya

fraktur, seperti diabetes, osteoporosis yang sering terjadi pada

beberapa keturunan, dan kanker tulang yang cenderung

diturunkan secara genetik.

f) Riwayat psikososial

Merupakan respons emosi klien terhadap penyakit yang

dideritanya dan peran klien dalam keluarga dan masyarakat

serta respon atau pengaruhnya dalam kehidupan sehari-harinya

baik dalam keluarga ataupun dalam masyarakat.

g) Pola-pola fungsi kesehatan

(1) Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat

Pada kasus fraktur akan timbul ketidakutan akan

terjadinya kecacatan pada dirinya dan harus menjalani

penatalaksanaan kesehatan untuk membantu

penyembuhan tulangnya. Selain itu, pengkajian juga

meliputi kebiasaan hidup klien seperti penggunaan obat

steroid yang dapat mengganggu metabolisme kalsium,

pengkonsumsian alkohol yang bisa mengganggu

57
keseimbangannya dan apakah klien melakukan olahraga

atau tidak.

(2) Pola nutrisi dan metabolisme

Pada klien fraktur harus mengkonsumsi nutrisi

melebihi kebutuhan sehari-harinya seperti kalsium, zat

besi, protein, vit. C dan lainnya untuk membantu proses

penyembuhan tulang. Evaluasi terhadap pola nutrisi klien

bisa membantu menentukan penyebab masalah

muskuloskeletal dan mengantisipasi komplikasi dari

nutrisi yang tidak adekuat terutama kalsium atau protein

dan terpapar sinar matahari yang kurang merupakan

faktor predisposisi masalah muskuloskeletal terutama

pada lansia. Selain itu juga obesitas juga menghambat

degenerasi dan mobilitas klien.

(3) Pola eliminasi

Untuk kasus fraktur humerus tidak ada gangguan

pada pola eliminasi, tapi walaupun begitu perlu juga

dikaji frekuensi, konsistensi, warna serta bau feces pada

pola eliminasi alvi. Sedangkan pada pola eliminasi uri

dikaji frekuensi, kepekatannya, warna, bau, dan jumlah.

Pada kedua pola ini juga dikaji ada kesulitan, atau tidak.

58
(4) Pola tidur dan istirahat

Semua klien fraktur timbul rasa nyeri, keterbatasan

gerak, sehingga hal ini dapat mengganggu pola dan

kebutuhan tidur klien. Selain itu juga, pengkajian

dilaksanakan pada lamanya tidur, suasana lingkungan,

kebiasaan tidur, dan kesulitan tidur serta penggunaan obat

tidur.

(5) Pola aktivitas

Karena timbulnya nyeri, keterbatasan gerak, maka

sama bentuk kegiatan klien menjadi berkurang dan

kebutuhan klien perlu banyak dibantu oleh orang lain. Hal

ini yang perlu dikaji adalah bentuk aktivitas klien

terutama pekerjaan klien. Karena ada beberapa bentuk

pekerjaan beresiko untuk terjadinya fraktur dibanding

pekerjaan yang lain.

(6) Pola hubungan dan peran

Klien akan kehilangan peran dalam keluarga dan

dalam masyarakat. Karena klien harus menjalani rawat

inap.

(7) Pola persepsi dan konsep diri

Dampak yang timbul pada klien fraktur yaitu timbul

ketidakutan akan kecacatan akibat frakturnya, rasa cemas,

rasa ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas secara

59
optimal, dan pandangan terhadap dirinya yang salah

(gangguan body image).

(8) Pola sensori dan kognitif

Pada klien fraktur daya rabanya berkurang terutama

pada bagian distal fraktur, sedang pada indera yang lain

tidak timbul gangguan. Selain itu juga, timbul rasa nyeri

akibat fraktur.

(9) Pola reproduksi seksual

Dampak pada klien fraktur yaitu, klien tidak bisa

melakukan hubungan seksual karena harus menjalani

rawat inap dan keterbatasan gerak serta rasa nyeri yang

dialami klien. Selain itu juga, perlu dikaji sattus

perkawinanya termasuk jumlah anak, lama

perkawinannya.

(10) Pola penanggulangan stress

Pada klien fraktur timbul rasa cemas tentang

keadaan dirinya, yaitu ketidakutan timbul kecacatan pada

diri dan fungsi tubuhnya. Mekanisme koping yang

ditempuh klien bisa tidak efektif.

(11) Pola tata nilai dan keyakinan

Untuk klien fraktur tidak dapat melaksanakan

kebutuhan beribadah dengan baik terutama frekuensi dan

60
konsentrasi. Hal ini bisa disebabkan karena nyeri dan

keterbatasan gerak klien.

b. Pemeriksan Fisik

Pemeriksaan fisik meliputi keadaan umum, BB, TTV (TD, nadi, suhu,

pernapasan). Menurut Donges ME. dkk pada pasien yang mengalami

fraktur adalah sebagai berikut :

1) Aktivitas/Istirahat

Gejala : Keterbatasan/kehilangan fungsi pada bagian yang

terkena (mungkin segera, fraktur itu sendiri, atau terjadi

secara sekunder, dari pembengkakan jaringan, nyeri).

Sirkulasi :

Tanda : Hipertensi (kadang-kadang terlihat sebagai respons

terhadap nyeri/ansietas) atau hipotensi (kehilangan

darah).

Takikardia (respons stress, hipovolemia)

penurunan/tidak ada nadi pada bagian distal yang

cedera : pengisian kapiler lambat, pucat pada bagian

yang terkena.

2) Neurosensori

Gejala : Hilang gerakan/sensori, spasme otot.

Kesemutan

61
Tanda : Deformitas lokal : angulasi abnormal, pemendekan,

rotasi, krepitasi (bunyi berjerit), spasme otot, terlihat

kelemahan/hilang fungsi.

Angitasi (mungkin berhubungan dengan nyeri) ansietas

atau trauma lain

3) Nyeri/Kenyamanan

Gejala : Nyeri berat tiba-tiba pada saat cedera (mungkin

terlokalisasi pada area jaringan/kerusakan tulang ; dapat

berkurang pada mobilisasi) ; tak ada nyeri akibat

kerusakan saraf.

Spasme/kram otot (setelah imobilisasi)

4) Keamanan

Tanda : Laserasi kulit, ovulasi jaringan, perdarahan, perubahan

warna.

Pembengkakan lokal (dapat meningkat secara bertahap

atau tiba-tiba).

62
2. Dampak KDM

Trauma

Menekan fragmen tulang

Fraktur

Timbulnya berbagai Sum-sum tulang hancur Pelepasan mediator Terputusnya


gejala (manifestasi kimia (bradikinin, kontinuitas jaringan
klinik) Serpihan sum-sum histamin, serotonin dan tulang
-- masuk ke
pembuluh darah prostaglandi)
Kehilangan fungsi
Kesalahan interpretasi Kerusakan pembuluh untuk beraktivitas
informasi Emboli Stimulasi nociceptor darah dan jaringan
sekitar
Perubahan status Emboli masuk ke Thalamus Penurunan aliran Resiko cedera
kesehatan pembuluh darah paru darah ke jaringan (tambahan)
Fraktur terbuka
Nyeri dipersepsikan
Nyeri
Korteks serebri
Kesalahan
Kurangmenginterpretasi
informasi Hambatan transpor O2 dan Kerusakan
Kurangmasalah
pengetahuan Resiko infeksi
Kerusakan integritas
Jalan masuk kulitdisfungsi
Resiko Terapi restruktif
CO2 di paru mobilitas fisik
mengenai kondisi mikroorganisme, neuromuskuler (immobilisasi)
prognosis dan perawatan inadekuat perifer
Resiko kerusakan
pengobatan
pertukaran gas

41
3. Diagnosa Keperawatan

Merupakan pernyataan yang menjelaskan status kesehatan baik

aktual maupun potensial. Perawat memakai proses keperawatan dalam

mengindentifikasi dan mengsintesa data klinis dan menentukan intervensi

keperawatan untuk mengurangi, menghilangkan atau mencegah masalah

kesehatan klien yang menjadi tanggung jawabnya.

Diagnosa keperawatan adalah penilaian atau kesimpulan yang

diambil dari pengkajian keperawatan, menjelaskan status kesehatan,

masalah aktual, resiko, maupun potensial yang dapat diproritaskan.

Adapun diagnosa keperawatan yang lazim muncul pada klien dengan

fraktur antara lain :

a. Nyeri akut berhubungan dengan spasme otot, gerakan fargmen tulang,

edema, dan cedera pada jaringan lunak, alat traksi atau immobilisasi,

stress, ansietas.

b. Resiko tinggi terhadap trauma tambahan berhubungan dengan

kehilangan integritas tulang (fraktur).

c. Resiko tinggi terhadap disfungsi neurovaskuler perifer berhubungan

dengan penurunan atau interupsi aliran darah, hepovolemia.

d. Resiko tinggi terhadap kerusakan gas berhubungan dengan perubahan

aliran darah, perubahan membran alveolar atau kapiler.

103
e. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan

neuromuskuler, nyeri/ketidaknyamanan, terapi restriktif, immobilisasi

tungkai.

f. Kerusakan integritas jaringan kulit berhubungan dengan cedera tusuk,

fraktur terbuka, bedah perbaikan, pemasangan traksi pen, kawat,

sekrup.

g. Resiko terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya

pertahanan primer, prosedur invasif, intraksi tulang.

h. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan

pengobatan berhubungan dengan kurang terpanjang atau mengingat,

salah interpretasi informasi atau tidak mengenal sumber informasi.

4. Rencana keperawatan

Setelah diagnosa ditegakkan, maka langkah selanjutnya adalah

menyusun rencana keperawatan untuk meminimalisir masalah tersebut.

Adapun rencana keperawatan untuk masing-masing diagnosa antara lain :

a. Resiko tinggi terhadap trauma tambahan berhubungan dengan

kehilangan integritas tulang (fraktur).

Tujuan : Mempertahankan stabilisasi dna posisi fraktur.

Kriteria :

1) Menunjukkan mekanika tubuh yang meningkatkan stabilitas pada

sisi fraktur.

2) Menunjukkan pembentukan kalus atau mulai penyatuan fraktur

dengan tepat.

104
Intervensi keperawatan :

NO INTERVENSI RASIONAL
1) Pertahankan tirah baring/ 1) Meningkatkan stabilitas,

ekstremitas sesuai indikasi. menurunkan

Berikan sokongan sendi diatas kemungkinan gangguan

dan dibawah fraktur bila posisi/ penyembuhan.

bergerak/membalik.

2) Letakkan papan dibawah 2) Tempat tidur lembut atau

tempat tidur atau tempatkan lentur dapat membuat

pasien pada tempat tidur deformasi gips yang

ortopedik. masih basah,

mematahkan gips yang

sudah kering atau

mempengaruhi penarikan

traksi.

3) Sokong fraktur dengan bantal/ 3) Mencegah gerakan yang

gulungan selimut. Pertahankan tidak perlu dan perubahan

posisi netral pada bagian yang posisi. Posisi yang tepat

sakit dengan bantal pasir, dari bantal juga dapat

pembebat, gulungan trokanter, mencegah tekanan

papan kaki. deformitas pada gips

yang kering.

4) Tugaskan petugas yang cukup 4) Gips panggul/tubuh atau

105
untuk membaik pasien. multipel dapat membuat

Hindari menggunakan papan berat dan tidak praktis

abduksi untuk membalik secara eksterm.

pasien dengan gips spika. Kegagalan untuk

menyokong ekstremitas

yang digips dapat

menyebabkan gips patah.

5) Evaluasi pembebat ekstremitas 5) Pembebat koaptasi

terhadap resolusi edema. (contoh jepitan Jones-

Pertahankan posisi/integritas Sugar) mungkin

traksi digunakan untuk

memberikan imobilisasi

fraktur dimana

pembengkakan jaringan

berlebihan. Seiring

dengan berkurangnya

edema, penilaian kembali

pembelat atau

penggunaan gips plester

mungkin diperlukan

untuk mempertahankan

kesejajaran fraktur.

6) Pertahankan posisi/integritas 6) Traksi memungkinkan

106
traksi (contoh, Buck, dunlop, tarikan pada aksis

Pearson, Russel). panjang fraktur tulang

dan memengatasi

tegangan otot/

pemendekan untuk

memudahkan posisi/

penyatuan. Traksi tulang

(pen, kawat, jepitan)

memungkinkan

penggunaan, berat lebih

besar untuk penarikan

traksi daripada digunakan

untuk jaringan kulit.

7) Yakinkan bahwa semua klem 7) Yakinkan bahwa susunan

berfungsi. Minyak katrol dan traksi berfungsi dengan

periksa tali terhadap tegangan. tepat untuk menghindari

amankan dan tutup ikatan interupsi penyambangan

dengan pelster perekat. fraktur.

8) Pertahankan katrol tidak 8) Jumlah beban traksi

terhambat dengan beban bebas optimal dipertahankan.

menggantung ; hindari Catatan : Memastikan

mengangkat/menghilangkan gerakan bebas beban

berat. selama menggantu posisi

107
pasien menghindari

penarikan berlebihan tiba-

tiba pada fraktur yang

menimbulkan nyeri dan

spasme otot.

9) Bantu meletakkan beban di 9) Membantu posisi tepat

bawah roda tempat tidur bila pasien dan fungsi traksi

diindikasikan. dengan memberikan

keseimbangan timbal

balik.

10) Kaji ulang tahanan yang 10) Mempertahankan

mungkin timbul karena terapi, integritas tarikan traksi.

contoh pergelangan tidak

menekuk/duduk dengan traksi

Buck atau tidak memutar di

bawah pergelangan dengan

traksi Russel.

11) Kaji integritas alat fiksasi 11) Traksi Hoffman

eksternal. memberikan stabilitasasi

dan sokongan kaku untuk

tulang fraktur tanpa

menggunakan katrol, tali

atau beban,

108
memungkinkan mobilitas/

kenyamanan pasien lebih

besar dan memudahkan

perawatan luka. Kurang

atau berlebihannya

keketatan klem/ikatan

dapat mengubah tekanan

kerangka, menyebabkan

kesalahan posisi.

12) Kaji ulang foto/evaluasi 12) Memberikan bukti visual

mulainya pembentukan

kalus/ proses

penyembuhan untuk

menentukan tingkat

aktivitas dan kebutuhan

perubahan/ tambahan

terapi.

13) Berikan/pertahankan stimulasi 13) Mungkin diindikasikan

listrik bila digunakan. untuk meningkatkan

pertumbuhan tulang pada

keterlambatan

penyembuhan/tidak

menyatu.

109
b. Nyeri akut berhubungan dengan spasme otot, gerakan fargmen tulang,

edema, dan cedera pada jaringan lunak, alat traksi atau immobilisasi,

stress, ansietas.

Kemungkinan dibuktikan oleh :

1) Keluhan nyeri.

2) Distraksi, fokus pada diri sendiri atau fokus menyempit, wajah

menunjukkan nyeri.

3) Perilaku berhati-hati, melindungi, perubahan tonus otot, respon

otnomik.

Tujuan : Menyatakan nyeri hilang.

Kriteria :

1) Menunjukkan tindakan santai, mampu berpartisipasi dalam

aktivitas/istirahat dengan tepat.

2) Menunjukkan penggunaan keterampilan relaksasi dan aktivitas

terapeutik sesuai indikasi untuk situasi individual.

NO INTERVENSI RASIONAL
1) Pertahankan mobilisasi 1) Menghilangkan nyeri dan

bagian yang sakit dengan mencegah kesalahan

tirah baring, gips, pembebat, posisi tulang/tegangan

atau traksi (Rujuk ke DK : jaringan yang cedera.

Trauma, risiko tinggi

terhadap).

110
2) Hindari penggunaan sprei/ 2) Meningkatkan aliran

bantal plastik di bawah balik vena, menurunkan

ekstremitas dalam gips. edema, dan menurunkan

nyeri.

3) Tinggikan penutup tempat 3) Dapat meningkatkan

tidur; pertahankan linen ketidaknyamanan karena

terbuka pada ibu jari kaki. peningkatan produksi

panas dalam gips yang

kering.

4) Evaluasi keluhan nyeri/ 4) Mempengaruhi pilihan/

ketidaknyamanan, perhatikan pengawasan keefektifan

lokasi dan karakteristik, intervensi. Tingkat

termasuk intensitas (skala 0- ansietas dapat

10)/Perhatikan petunjuk nyeri mempengaruhi persepsi/

nonverbal (perubahan pada \reaksi terhadap nyeri.

tanda vital dan emosi/

perilaku)

5) Dorong pasien untuk 5) Membantu untuk

mendiskusikan masalah menghilangkan ansietas.

sehubungan dengan cedera. Pasien dapat merasakan

kebutuhan untuk

menghilangkan

pengalaman kecelakaan.

111
6) Jelaskan prosedur sebelum 6) Memungkinkan pasien

memulai. untuk siap secara mental

untuk aktivitas juga

berpartisipasi dalam

mengontrol tingkat

ketidaknyamanan.

7) Beri obat sebelum perawatan 7) Meningkatkan relaksasi

aktivitas. otot dan meningkatkan

partisipasi.

8) Lakukan dan awasi latihan 8) Mempertahankan

rentang gerak pasif/aktif. kekuatan/mobilitas otot

yang sakit dan

memudahkan resolusi

inflamasi pada jaringan

yang cedera.

9) Berikan alternatif tindakan 9) Meningkatkan sirkulasi

kenyamanan, contoh pijatan, umum; menurunkan area

pijatan punggung, perubahan tekanan lokal dan

posisi. kelalahan otot.

10) Dorong menggunakan teknik 10) Memfokuskan kembali

manajemen stres, contoh perhatian, meningkatkan

relaksasi progresif, latihan rasa kontrol, dan dapat

112
napas dalam, imajinasi meningkatkan

visualisasi. Sentuhan kemampuan koping

teraputik. dalam manajemen nyeri,

yang mungkin menetap

untuk periode labih lama.

11) Identifikasi aktivitas 11) Mencegah kebosanan,

terapeutik yang tepat untuk menurunkan tegangan,

usia pasien, kemampuan fisik, dan dapat meningkatkan

dan penampilan pribadi. kekuatan otot; dapat

meningkatkan harga diri

dan kemampuan koping.

12) Selidiki adanya keluhan nyeri 12) Dapat menandakan

yang tak biasa/tiba-tiba atau terjadinya komplikasi,

dalam, lokasi progresif/buruk contoh infeksi, iskemia

tidak hilang dengan jaringan, sindrom

analgesik. kompartemen (Rujuk ke

DK : Perfusi jaringan,

perubahan : perifer,

risiko tinggi terhadap)

13) Lakukan kompres dingin/es 13) Menurunkan edema/

24-48 jam pertama dan sesuai pembentukan hematoma,

keperluan. menurunkan sensasi

nyeri.

113
14) Berikan obat sesuai inbdikasi 14) Diberikan untuk

: narkotik dan analgesik non menurunkan nyeri

narkotik : NSAID injeksi dan/atau spasme otot.

contoh ketoralak (Todadol); Penelitian Toradol telah

dan/atau relaksan otot, diperbaiki menjadi lebih

contoh siklobenzaprin efektif dalam

(Flckseril), hidroksin menghilangkan nyeri

(vistaril). Berikan narkotik tulang, dengan masa

sekitar pada janinnya selama kerja lebih lama dan

3-5 hari. sedikit efek samping bila

dibandingkan dengan

agen narkotik. Catatan :

Vistaril sering digunakan

untuk efek poten dari

narkotik untuk

memperbaiki/menghilang

kan nyeri panjang.

15) Berikan/awasi analgesik yang 15) Pemberian rutin ADP

dikontrol pasien (ADP) bila mempertahankan kadar

indikasi. analgesik darah adekuat,

mencegah fluktuasi

dalam penghilangan

nyeri sehubungan dengan

114
tegangan otot/spasme.

c. Resiko tinggi terhadap disfungsi neurovaskuler perifer berhubungan

dengan penurunan atau interupsi aliran darah, hipovolemia.

Tujuan : Mempertahankan perfusi jaringan dibuktikan oleh

terabanya nadi.

Kriteria :

1) Kulit hangat atau kering.

2) Sensasi normal.

3) Tanda vital stabil

4) Pengeluaran urine adekuat.

NO INTERVENSI RASIONAL
1) Lepaskan perhiasan dari 1) Dapat membendung

ekstremitas yang sakit. sirkulasi jika terjadi

oedema.

2) Evaluasi adanya/kualitas nadi 2) Penurunan/tak adanya

perifer distal terhadap cedera nadi dapat

melalui palpasi/Doppler. menggambarkan cedera

Bandingkan dengan vaskuler dan perlunya

ekstremitas yang sakit. evaluasi medik segera

terhadap sattus sirkulasi.

Waspadai bahwa kadang-

kadang nadi dapat

terhambat oleh bekuan

115
halus dimana pulsasi

mungkin teraba. Selain

itu, perfusi melalui arteri

lebih besar dapat

berlanjut setelah

meningkatnya tekanan

kompartemen yang telah

mengempiskan sirkulasi

arteriol/venula otot.

3) Kaji aliran kapiler, warna 3) Kembalinya warna harus

kulit, dan kehangatan distal cepat (3-5 menit). Warna

pada fraktur. kulit menunjukkan

gangguan arterial.

Sianosis diduga karena

ada gangguan vena.

Catatan : Nadi perifer,

pengisian kapiler, warna

kulit, dan sensasi

mungkin normal

meskipun ada sindrom

kompartemen, karena

sirkulasi superfisial

biasanya tidak

116
dipengaruhi.

4) Lakukan pengkajian 4) Gangguan perasaan

neuromuskuler. Perhatikan kebas, jeemutan,

perubahan fungsi motor/ peningkatan/ penyebaran

sensori. Minta pasien untuk nyeri terjadi bila sirkulasi

melokalisasi nyeri/ pada saraf tidak adekuat

ketikdanyamanan. atau saraf rusak.

5) Tes sensasi saraf perifer 5) Panjang dan posisi saraf

dengan menusuk pada kedua perineal meningkatkan

selaput antara ibu jari pertama risiko cedera pada

dan kedua dan kaji adanya fraktur kaki,

kemampuan untuk dorsofleksi edema/sindrom

ibu jari bila diindikasikan. kompartemen, atau

malposisi alat traksi.

6) Kaji jaringan sekitar akhir gips 6) Faktor ini disebabkan

untuk titik yang kasar/tekanan. atau mengindikasikan

Seliidiki keluhan rasa tekanan jaringan/iskemia,

terbakar di bawah gips. menimbulkan keruaskan/

nekrosis.

7) Awasi posisi/lokasi cincin 7) Alat traksi dapat

penyokong hebat. menyebabkan tekanan

pada pembuluh

darah/saraf, terutama

117
pada aksila dan lipat

paha, mengakibatkan

isklemia dan kerusakan

saraf permanen.

8) Pertahankan peninggian 8) Meningkatkan drainase

ekstremitas yang cedera vena/ menurunkan

kecuali dikontraindikasikan edema. Catatan : Pada

dengan meyakinkan adanya adanya peningkatan

sindrom kompartemen. tekanan kompartemen,

peninggian ekstremitas

secara nyata

menghalangi aliran arteri

menurunkan perfusi.

9) Kaji keseluruhan panjang 9) Peningkatan lingkar

ekstremitas yang cedera untuk ekstremitas yang cedera

pembengkakan/pembentukan dapat diduga ada

edema. Ukur ekstremitas yang pembengkakan jaringan/

cedera dan bandingkan dengan edema umum tetapi

yang tak cedera. Perhatikan dapat menunjukkan

penampilan/luasnya perdarahan. Catatan :

hematoma. Peningkatan 1 inci pada

paha orang dewasa dapat

sama dengan akumulasi

118
1 unit darah.

10) Perhatikan keluhan nyeri 10) Perdarahan/pembentukan

ekstrem untuk tipe cedera atau edema berlanjut dalam

peningkatan nyeri pada otot tertutup dengan

gerakan pasif ekstremitas, fasial ketat dapat

terjadinya parestesia, tegangan menyebabkan gangguan

otot/nyeri tekan dengan aliran darah dan iskemia

eritema, dan perubahan nadi miositis atau sindrom

distal. jangan tinggikan kompartemen, perli

ekstremitas. Laporkan gejala intervensi darurat untuk

pada dokter saat itu. menghilangkan tekanan/

memperbaiki sirkulasi.

Catatan : Kondisi ini

memerlukan kedaruratan

medik dan memerlukan

intervensi segera.

11) Selidiki tanda iskemia 11) Dislokasi faktur sendi

ekstremitas tiba-tiba, contoh (khususnya lutut) dapat

penurunan suhu kulit, dan menyebabkan kerusakan

peningkatan nyeri. arteri yang berdekatan,

dengan akibat hilangnya

aliran darah ke distal.

12) Dorong pasien untuk secara 12) Meningkatkan sirkulasi

119
rutin latihan jari/sendi distal. dan menurunkan

Ambulasi sesegera mungkin pengumpulan darah

khususnya pada

ekstremitas bawah.

13). Selidiki nyeri tekan, 13) Terdapat peningkatan

pembengkakan pada potensial untuk

dorsofleksi kaki (tanda Homan tromboflebitis dan

positif). emboli paru pada pasien

imobilisasi selama 5 hari

atau lebih.

14) Awasi tanda vital. Perhatikan 14) Ketidakadekuatan

tanda-tanda pucat/sianosis volume sirkulasi akan

umum, kulit dingin, perubahan mempengaruhi sistem

mental. perfusi jaringan.

15) Tes feses/aspirasi gaster 15) Peningkatan insiden

terhadap darah nyata. perdarahan gaster

Perhatikan perdarahan lanjut menyertai fraktur/trauma

pada sisi trauma/injeksi dan dan dapat berhubungan

perdarahan terus menerus dari dengan stres dan kadang-

membran mukosa. kadang menunjukkan

gangguan pembekuan

yang memerlukan

intervensi lanjut.

120
16) Berikan kompres es sekitar 16) Menurunkan oedema/

fraktur sesuai indikasi. pembentukan hematom

yang dapat menggangu

sirkulasi.

17) Bebat/buat spalk sesuai 17) Mungkin dilakukan pada

kebutuhan. keadaan daurat untuk

menghilangkan restrikso

sirkulasi yang

diakibatkan oleh

pembentukan edema

pada ekstremitas yang

cedera.

18) Kaji/awasi tekanan 18) Peninggian tekanan

intrakompartemen. (biasanya sampai 30

mmHg atau lebih)

menunjukkan kebutuhan

evaluasi segera dan

intervensi.

19) Siapkan untuk intervensiu 19) Kegagalan untuk

bedah (contoh, fibulektmi/ menghilangkan tekanan/

fasiotomi) sesuai indikasi. memperbaiki sindrom

kempartemen dalam 4

sampai 6 jam dari

121
timbulnya dapat

mengakibatkan

kontraktur

berat/kehilangan fungsi

dan kecacatan

ekstremitas distal cedera

atau perlu amputasi.

20) Awasi Hb/Ht, pemeriksaan 20) Membantu dalam

koagulasi, contoh kadar kalkulasi kehilangan

protrombin. darah dan membutuhkan

keefektifan terapi

pengantin.

21) Berikan warfarin natrium 21) Mungkin diberikan

(Coumadin) bila secara profilaktik untuk

diindiaksikan. menurunkan trombus

vena dalam.

22) Berikan kaus kaki 22) Menurunkan

antiembolitik/tekanan pengumpulan vena dan

berurutan sesuai indikasi. dapat meningkatkan

aliran balik vena,

sehingga menurunkan

risiko pembentukan

trombus.

122
d. Resiko tinggi terhadap kerusakan gas berhubungan dengan perubahan

aliran darah, perubahan membran alveolar/kapiler.

Tujuan : Mempertahankan fungsi pernafasan adekuat.

Kriteria :

1) Tak adanya dispnea atau sianosis.

2) Frekuensi pernafasan dan GDA dalam batas normal.

NO INTERVENSI RASIONAL
1. Awasi frekuensi pernapasan 1) Takipnea, dispnea, dan

dan upayanya. Perhatikan perubahan dalam mental

stridor, penggunaan otot dan tanda dini

bantu, retraksi, terjadinya insufisiensi pernapasan

sianosis sentral. dan mungkin hanya

indikator terjadinya

emboli paru ada tahap

awal. Masih adana

tanda/gejala

menunjukkan ditress

pernapasan

luas/cenderung

kegagalan.

2) Auskultasi bunyi napas 2) Perubahan dalam/adanya

perhatikan terjadinya ketidak bunyi adventisius

samaan, bunyi hiperesonan, menunjukkan terjadinya

123
juga adanya gemericik/ronki/ komplikasi pernapasan,

mengi dan inspirasi mengorok/ contoh atelektasis,

bunyi sesak napas. pneumonia, emboli,

SDPD. Inspirasi

mengorok menunjukkan

edema jalan napas atas

dan diduga emboli

lemak.

3) Atasi jaringan cedera/tulang 3) Ini dapat mencegah

dengan lembut, khususnya terjadinya emboli lemak

selama beberapa hari pertama. (biasanya terlihat pada

12-72 jam pertama), yang

erat berhubugan dengan

fraktur, khususnya tulang

panjang dan pelvis.

4) Instruksikan dan bantu dalam 4) Meningkatkan ventilasi

latihan nafas dalam dan batuk. alveolar dan perfusi.

Reposisi dengan sering. Reposisi meningkatkan

drainase sekret dan

menurunkan kongesti

pada area paru dependen.

5) Perhatikan peningkatan 5) Gangguan pertukaran

kegelisahan, kacau, letargi, gas/ adanya emboli paru

124
stupor. dapat menyebabkan

penyimpangan pada

tingkat kesadaran pasien

seperti terjadinya

hipoksemia/ asidosis.

6) Observasi sputum untuk tanda 6) Hemodialisa dapat terjadi

adanya darah. dengan emboli paru.

7) Inspeksi kulit untuk petekie di 7) Ini adalah karaktetistik

atas garis puting; pada aksila, paling nyata dari tanda

meluas ke abdomen/tubuh; emboli lemak, yang

mukosa mulut, palatum keras, tampak dalam 2-3 hari

kantung konjungtiva dan setelah cedera.

retina.

Kolaborasi :

8) Bantu dalam spirometri 8) Memaksimalkan

insentif. ventilasi/ oksigenasi dan

meminimakan

atelektasis.

9) Berikan tambahan O2 bila 9) Meningkatkan sediaan O2

diindikasikan. untuk oksigenasi optimal

jaringan.

10) Awasi pemeriksaan 10) Menurunnya PaO2 dan

laboratorium, contoh : peningkatan PaCO2

125
Seri GDA, Hb, kalsium, LED, menunjukkan gangguan

lipase serum, lemak, pertukaran gas/terjadinya

trombosit. kegagalan.

Anemia, hipokalsemia,

peningkatan LED dan

kadar lipase, gelembung

lemak dalam

darah/urine/sputum dan

penurunan jumlah

trombosit

(trombositopenia) sering

berhubungan dengan

emboli lemak.

11) Berikan obat sesuai indikasi : 11) Blok siklus pembekuan

Heparin dosis rendah. dan mencegah

bertambahnya

pembekuan pada adanya

tromboflebitis.

Steroid telah digunakan

Kortikosteroid. dengan beberapa

keberhasilan untuk

mencegah/mengatasi

emboli lemak.

126
e. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan rangka

neuromuskuler, nyeri atau ketidaknyamanan, terapi restriktif,

hemobilisasi tungkai.

Kemungkinan dibuktikan oleh :

1) Ketidakmampuan untuk bergerak sesuai tujuan dalam lingkungan

fisik, dilakukan pembatasan.

2) Menolak untuk bergerak, keterbatasan rentang gerak.

3) Penurunan kekuatan atau kontrol otak.

Tujuan : Meningkatkan atau mempertahankan mobilitas pada tingkat

paling tinggi yang mungkin mempertahankan posisi

fungsional.

Kriteria :

1) Meningkatkan kekuatan atau fungsi yang sakit dan mengkompasasi

bagian tubuh.

2) Ketiga menunjukkan teknik yang memampukan melakukan

aktivitas.

NO INTERVENSI RASIONAL
1) Kaji derajat imobilisasi yang 1) Pasiun mungkin dibatasi

dihasilkan oleh cedera/ oleh pandangan

pengobatan perhatikan diri/persepsi diri tentang

persepsi pasien terhadap keterbatasan fisik aktual,

imobilisasi. memerlukan

informasi/intervensi

127
untuk meningkatkan

kemajuan kesehatan.

2) Dorong partisipasi pada 2) Memberikan kesempatan

aktivitas terapeutik/rekreasi. untuk mengeluarkan

Pertahankan rangsang energi, memfokuskan

lingkungan contoh, radio, TV, kembali perhatian,

koran, barang milik pribadi/ meningkatkan rasa

lukisan, jam, kalender, kontrol diri/harga diri,

kunjungan keluarga/teman. dan membantu

menurunkan isolasi

sosial.

3) Instruksikan pasien untuk/ 3) Meningkatkan aliran

bantu dalam rentang gerak darah ke otot dan tulang

pasien/aktif pada ekstremitas untuk meningkatkan

yang sakit dan yang tidak tonus otot,

sakit. mempertahankan gerak

sendi, mencegagah

kontraktur/atrofi dan

resorpsi kalsium karena

tidak digunakan.

4) Dorong pengunana latihan 4) Kontraksi otot isometrik

isometrik mulai dengan tanpa menkuk sendi atau

tungkai yang tak sakit. menggerakkan tungkai

128
dan membantu

mempertahankan

kekuatan dan masa otot.

Catatan : Latihan ini

dikontraindikasikan pada

perdarahan akut/edema.

5) Berikan papan kaki, bebat 5) Berguna dalam

pergelangan, gulungan mempertahankan posisi

trokanter/tangan yang sesuai. fungsional ekstremitas,

tangan/kaki, dan

mencegah komplikasi

(contoh kontraktur/kaki

jatuh).

6) Tempatkan dalam posisi 6) Menurunkan risiko

telentang secara periodik bila kontraktur fleksi

mungkin, bila traksi panggul.

digunakan untuk menstabilkan

fraktur tungkai bawah.

7). Instruksikan/dorong 7) Memudahkan gerakan

menggunakan trapeze dan selama

pasca posisi untuk fraktur higiene/perawatan kulit,

tungkai bawah. dan penggantian linen,

menurunkan ketidak

129
nyamanan dengan tetap

datar di tempat tidur.

Pasca posisi

melibatkan penempatan

kaki yang sakit datar di

tempat tidur dengan lutut

menekuk sementara

mengenggam trapeze dan

mengangkat tubuh dari

tempat tidur.

8) Bantu/dorong perawatan 8) Meningkatkan kekuatan

diri/kebersihan (contoh mandi, otot dan sirkulasi,

mencukur) meningkatkan kontrol

pasien dalam situasi, dan

meningkatkan kesehatan

diri langsung.

9) Berikan/bantu dalam 9) Mobilisasi dini

mobilisasi dengan kursi roda, menurunkan komplikasi

kruk, tongkat, sesegera tirah baring (contoh,

mungkin. Instruksikan flebitus) dan

keamanan dalam meningkatkan

menggunakan alat mobilitas. penyembuhan dan

normalisasi fungsi organ.

130
Belajar memperbaiki cara

menggunakan alat

penting untuk

mempertahankan

mobilisasi optimal dan

keamanan pasien.

10) Awasi TD dengan melakukan 10) Hipotensi postural adalah

aktivitas.perhatikan keluhan masalah umum menyertai

pusing. tirah baring lama dan

memerlukan intervensi

khusus (contoh

kemiringan meja dengan

peninggian secara

bertahap sampai posisi

tegak).

11). Ubah posisi secara periodik 11) Mencegah/menurunkan

dan dorong untuk latihan insiden komplikasi kulit/

batuk/napas dalam. pernapasan (contoh

dekubitus, atelektasi,

pneumonia).

12) Auskultasi biring usus. Awasi 12) Tirah baring, penggunaan

kebiasaan eliminasi dan analgesik, dan perubahan

berikan keteraturan defekasi dalam kebiasaan diet

131
rutin. Tempatkan pada pispot, dapat memperlambat

bila mungkin, atau peristaltik dan

menggunakan bedpan fraktur. menghasilkan konstipasi.

Berikan privasi. Tindakan keperawatan

yang memudahkan

eliminasi dapat

mencegah/membatasi

komplikasi. Bedpan

fraktur membatasi fleksi

panggul dan mengurangi

tekanan lumbal/gips

ekstremitas bawah.

13) Dorong peningkatan masukan 13) Mempertahankan hidrasi

ciaran sampai 2000-3000 tubuh, menurunkan risiko

ml/hari, termasuk air asam/jus. infeksi urinarius,

pembentukan batu, dan

konstipasi.

14) Berikan diet tinggi protein, 14) Pada adanya cedera

karbohidrat, vitamin, dan musculoskeletal, nutrisi

mineral. Pertahankan yang diperlukan untuk

penurunan kandungan protein penyembuhan berkurang

sampai setelah defekasi dengan cepat, sering

132
pertama. mengakibatkan

penurunan BB 20-30 pon

selama traksi tulang. Ini

mempengaruhi massa

otot, tonus dan kekuatan.

Catatan : Makanan

protein meningkat

kandngannya pada usus

halus, mengakibatkan

pembentukan gas dan

konstipasi, sehingga

fungsi GI harus secara

penuh membaik sebelum

makanan berprotein

meningkat.

15) Tingkatkan jumlah diet kasar. 15) Penambahan bulk pada

Batasi makanan pembentuk feses membantu

gas. mencegah konstipasi.

Makanan pembentukan

gas dapat menyebabkan

distensi abdominal,

khususnya pada adanya

penurunan motilitas usus.

133
16) Konsul dengan ahli terapi 16) Berguna dalam membuat

fisik/okupasi dan/atau aktivitas

rehabilitas spesialis. individual/program

latihan. Pasien dapat

memerlukan bantuan

jangka panjang dengan

gerakan kekuatan, dan

aktivitas yang

mengandalkan berat

badan, juga penggunaan

alat. Contoh walker,

kruk, tongkat,

meninggikan tempat

duduk di toilet, tongkat

pengambil/penggapai,

khususnya alat makan.

17) Lakukan program defekasi 17) Dilakukan untuk

(pelunak feses, enema, meningkatkan evakuasi

laksatif) sesuai indikasi. usus.

18) Rujuk ke perawat spesialis 18) Pasien/orang terdekat

psikatrik klinikal/ahli terapi memerlukan tindakan

sesuai indikasi. intensif lebih untuk

menerima kenyataan

134
kondisi/prognosis,

imobilisasi lama,

mengalami kehilangan

kontrol.

f. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan cedera tusuk, fraktur

terbuka, bedah perbaikan, pemasangan traksi pen, kawat, sekrup.

Kemungkinan dibuktikan oleh :

1) Keluhan gatal, nyeri, kebas, tekanan pada area yang sakit atau area

sekitar.

2) Gangguan permukaan kulit, invasi struktur tubuh, destruksi lapisan

kulit. atau jaringan.

Tujuan : Menyatakan ketidaknyamanan.

Kriteria :

1) Menunjukkan perilaku atau tehnik untuk mencegah kerusakan

kulit atau memudahkan penyembuhan sesuai indikasi.

2) Mencapai penyembuhan luka sesuai waktu atau penyembuhan

lesi terjadi.

NO INTERVENSI RASIONAL
1. Kaji kulit untuk luka terbuka, 1) Memberikan informasi

benda asing, kemerahan, tentang sirkulasi kulit

perdarahan, perubahan warna, dan masalah yang

kelabu, memutih. mungkin disebabkan oleh

135
alat dan/atau pemasangan

gips atau traksi, atau

pembentukan edema

yang membutuhkan

intervensi medik lanjut.

2) Massase kulit dan penonjolan 2) Menurunkan tekanan

tulang. Pertahankan tempat pada area yang peka dan

tidur kering dan bebas kerutan. resiko abrasi/kerusakan

Tempatkan bantalan air/ kulit.

bantalan lain bawah siku/tumit

sesuai indikasi.

3) Ubah posisi dengan sering. 3) Mengurangi tekanan

Dorong penggunaan trapeze konstan pada area yang

bila mungkin. sama dan meminimalkan

risiko kerusakan kulit.

Penggunaan trapeze

dapat menurunkan abrasi

pada siku/tumit.

4) Kaji posisi cincin bebat pada 4) Posisi yang tak tepat

alat traksi. dapat menyebabkan

cedera kulit/ kerusakan.

5) Penggunana gips dan 5) Memberikan gips tetap

perawatan kulit : kering, dan area bersih.

136
Bersihkan kulit dengan Catatan : Terlalu banyak

sabun dan air. Gosok bedak dapat membuat

perlahan dengan alkohol; lengket bila kontak

dan/atau bedak dengan dengan air/keringat.

jumlah sedikit borat atau

stearat seng.

Potong pakaian dalam Berguna untuk bantalan

yang menutup area dan tonjolan tulang,

perlebar beberapa inci mengakhiri akhir gips,

diatas gips. dan melindungi kulit.

Gunakan telapak tangan Mencegah

untuk memasang, pelekukan/pendapatan di

pertahankan atau lepaskan atas tonjolan tulang dan

gips dan dukung bantal area menyokong berat

setelah pemasangan. badan (contoh,

punggung tumit), yang

akan menyebabkan

abrasi/trauma jaringan.

Bentuk yang tak tepat

atau gips kering

mengiritasi pada kulit

dibawahnya dan dapat

menimbulkan gangguan

137
sirkulasi.

Potong kelebihan plester Plester yang lebih dapat

dari akhir gips sesegera mengiritasi kulit dan

mungkin saat gips dapat mengakibatkan

lengkap. abrasi.

Tingkatkan pengeringan Mencegah kerusakan

gips dengan mengangkat kulit yang disebabkan

linen tempat tidur, ulserasi, nekrosis,

memajankan pada dan/atau kelumpuhan

sirkulasi udara. saraf. Masalah ini

mungkin tidak nyeri bila

terjadi kerusakan saraf.

Memberikan

Beri bantalan (petal) pada perlindungan efektif

akhir gips dengan plester pada lapisan gips dan

tahanan air. kelembaba. Membantu

mencegah kerusakan

material gips pada akhir

dan menurunkan iritasi

kulit/ ekskoriasi.

Bersihkan kelebihan Plester yang kering

plester dari kulit saat dapat melekat ke dalam

masih basah, bila gips yang telah lengkao

138
mungkin. dan menyebabkan

kerusakan kulit.

Lindungi gips dan kulit Mencegah kerusakan

pada rea perineal. Berikan jaringan dan infeksi oleh

perawatan sering. kontaminasi fekal.

Instruksikan pasien/orang sakit gesekan dapat

terdekat untuk menyebabkan cedera

menghindari memasukkan jaringan.

objek ke dalam gips.

Masase kulit sekitar akhir Mempunyai efek

gips dengan alkohol; pengering, yang

menguatkan kulit. Krim

dan losion tidak

dianjurkan karena terlalu

banyak minyak dapat

menutup perimeter gips,

tidak memungkinkan

gips untuk bernapas.

Bedak tidak dianjurkan

karena potensial

akumulasi berlebihan di

dalam gips.

Balik pasien dengan Meminimalkan tekanan

139
sering untuk melibatkan pada kaki dan sekitar

sisi yang tak sakit dan tepi gips.

posisi tengkurap dengan

kaki pasien di atas kasur.

6) Traksi kulit dan perawatan 6) Menurunkan kadar

kulit : kontaminasi kulit.

Bersihkan kulit dengan air kekuatan kulit untuk

sabun hangat. penggunaan traksi kulit.

Berikan tintur bezoin. Plester traksi melingkari

tungkai dapat

mempengaruhi sirkulasi.

Gunakan plester traksi Traksi dimasukkan

kulit (buat beberapa strip dalam garis dengan

moleskin/plester perekat) akhir plester yang bebas.

memanjang pada sisi

tungkai yang sakit.

Lebarkan plester Memungkinkan untuk

sepanjang tungkai. pengkajian cepat

terhadap benda yang

terselip.

Tandai garis dimana Meminimalkan tekanan

plester keluar sepanjang pada area ini.

ekstremitas.

140
Letakkan bantalan Memberikan tarikan

pelindung dibawah kaki traksi yang tepat tanpa

dan di atas tonjolan mempengaruhi sirkulasi.

tulang.

Balut lingkar tungkai, Bila area di bawah

termasuk plester dan plester nyeri tekan,

bantalan, dengan verban diduga ada iritasi kulit,

elastik, hati-hati untuk dan siapkan untuk

membalut dengan rapat membuka sistem

tetapi tidak terlalu ketat. balutan.

Palpasi jaringan yang Mempertahankan

diplester tiap hari dan integritas kulit.

catat adanya nyeri tekan

atau nyeri.

7) Lepaskan traksi kulit tiap 7) Mencegah cedera pada

24 jam, sesuai protokol, bagian tubuh lain.

inspeksi dan berikan

perawatan kulit.

Traksi tulang dan perawatan Mencegah tekanan

kulit : berlebihan pada kulit

Tekuk ujung kawat atau meningkatkan evaporasi

tutup ujung kawat/pen kelembaban yang

dengan karet atau gabus menurunkan risiko

141
perlindungan/tutup jarum. ekslorasi.

Beri bantalan/pelindung

dari kulit domba, busa.

8) Gunakan tempat tidur busa, 8) Karena imobilisasi

bulu domba, bantal apung, bagian tubuh, tonjolan

atau kasur udara sesuai tulang lebih dari area

indikasi. yang sakit oleh gips

mungkin sakit karena

penurunan sirkulasi.

9) Buat gips dengan katup 9) Memungkinkan

tunggal, katup ganda atau pengurangan tekanan dan

jendela sesuai protokol. memberikan akses untuk

perawatan luka/kulit.

g. Resiko terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya

pertahanan primer, prosedur invasif, interaksi tulang.

Hasil yang diharapkan/kriteria evaluasi :

1) Mencapai penyembuhan luka sesuai waktu.

2) Bebas drainase perulen, interna atau demam.

NO INTERVENSI RASIONAL
1) Inspeksi kulit untuk adanya 1) Pen atau kawat tidak

iritasi atau robekan kontinuitas harus dimasukan melalui

kulit yang terinfeksi,

142
kemerahan, atau abrasi

(dapat menimbulkan

infeksi tulang).

2) Kaji sisi pen/kulit perhatikan 2) Dapat mengidentifikasi

keluhan peningkatan nyeri/ timbulnya infeksi lokal/

rasa terbakar atau adanya nekrosis jaringan yang

oedema, eritema drainase/bau dapat menimbulkan

tidak enak. osteomielitis.

3) Instruksikan pasien untuk 3) Meminimalkan

tidak menyentuh sisi insersi. kesempatan untuk

kontaminasi.

4) Tutupi pada akhir gips 4) Gips yang lembab, padat

peritoneal dengan plastik. meningkatkan

pertumbuhan bakteri.

5) Observasi luka untuk 5) Tanda perkiraan infeksi

pembentukan bula, krepitasi, gas gangren.

perubahan warna kulit

kecoklatan, bau drainase yang

tak enak/asam.

6) Kaji tonus otot, refleks tendon 6) Kekakuan otot, spasme

dalam dan keammpuan untuk tonik otot rahang, dan

berbicara. disfagia menunjukkan

terjadinya tetanus.

143
7) Selidiki nyeri tiba-tba/ 7) Dapat mengindikasi

keterbatasan gerakan dengan terjadinya osteomelitis.

edema lokal/eritema

ekstremitas cedera.

8). Lakukan prosedur isolasi. 8) Adanya drainase purulen

akan memerlukan

kewaspadaan luka/linen

untuk mencegah

kontaminasi silang.

9). Awasi pemeriksaan 9) Anemia dapat terjadi

laboratorium, contoh : pada osteomielitis;

Hitung darah lengkap. leukositosis biasanya ada

dengan proses infeksi.

Peningkatan pada

osteomielitis.

LED Mengidentifikasi

organisme infeksi.

Kultur dan sensitivitas Titik panas

luka/serum/tulang. menunjukkan

Skan radioisotop. peningkatan area

vaskularitas,

menunjukkan

osteomielitis.

144
10 Berikan obat sesuai indikasi, 10) Antibiotik spektrum luas

contoh : dapat digunakan secara

Antibiotik IV/topikal profilaktik atau dapat

ditujukan pada

mikroorganisme khusus.

Diberikan secara

Tetanus toksoid. profilaktik karena

kemungkinan adanya

tetanus pada luka

terbuka. Catatan : Risiko

peningkatan bila

cedera/luka terjadi

dalam lapangan

kondisi (area luar/jauh).

11) Berikan irigasi luka/tulang dan 11) Debridemen lokal/

berikan sabun basah/hangat. pembersihan luka

menurunkan

mikroorganisme dan

insiden infeksi sistemik.

Antimikrobial drip

kontinu ke dalam tulang

diperlukan untuk

145
mengatasi osteomielitis,

khususnya bila suplai

darah ke tulang

terganggu.

12) Bantu prosedur contoh insisi/ 12) Banyak prosedur

drainase, pemasangan drain, dilakukan pada

terapi O2 hiperbarik. pengobatan infeksi lokal,

osteomielitis, gangren

gas.

12) Siapkan pembedahan sesuai 13) Sequestrektomi

indikasi. (pengangkatan tulang

nekrotik) perlu untuk

membantu penyembuhan

dan mencegah perluasan

proses infeksi.

146
h. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan

pengobatan berhubungan dengan kurang terpanjang atau mengingat,

salah interpretasi informasi atau tidak mengenal sumber informasi.

Kemungkinan dibuktikan oleh :

1) Pertanyaan atau permintaan informasi, pernyataan salah konsepsi.

2) Tidak akurat mengikuti instruksi atau terjadinya komplikasi yang

dapat dicegah.

Tujuan : Menyatakan pemahaman kondisi, prognosis, dan

pengobatan.

Kriteria : Melakukan dengan benar prosedur yang diperlukan dan

menjelaskan alasan tindakan.

NO INTERVENSI RASIONAL
1) Kaji ulang patologi, prognosis, 1) Memberikan dasar

dan harapan yang akan datang pengetahuan dimana

klien dapat membuat

pilihan informasi.

Catatan : Fiksasi internal

dapat mempengaruhi

kekuatan tulang dan

intramedula, kuku/akar

atau piringan mungkin

diangkat beberapa hari

kemudian.

147
2). Beri penguatan metode 2) Banyak fraktur

mobilisasi dan ambulasi sesuai memerlukan gips, bebat,

instruksi dengan terapis fisik atau penjepit selama

bila diindikasikan. proses penyembuhan.

Kerusakan lanjut dan

perlambatan

penyembuhan dapat

terjadi sekunder terhadap

ketidaktepatan

penggunaan alat

ambulasi.

3) Anjurkan penggunaan 3) Memberikan tempat

backpack. untuk membawa artikel

tertentu dan membiarkan

tangan bebas untuk

memanipulasi kruk atau

dapat mencegah

kelelahan otot yang tak

perlu bila satu tangan

digips.

4) Buat daftar aktivitas dimana 4) Penyusunan aktivitas

pasien dapat melakukannya sekitar kebutuhan dan

secara mandiri dan yang yang memerlukan

148
memerlukan bantuan. bantuan.

5) Identifikasi tersedianya 5) Memberikan bantuan

sumber pelayanan di untuk memudahkan

masyarakat, contoh tim perawatan diri dan

rehabilitas, pelayanan mendukung kemandian.

perawatan di rumah. Meningkatkan perawatan

diri optimal dan

pemulihan.

6) Dorong pasien untuk 6) Mencegah kekakuan

melanjutkan latihan aktif sendi, kontraktur,

untuk sendi di atas dan di kelelahan otot,

bawah fraktur. meningkatkan

kembalinya aktivitas

sehari-hari secara dini.

7) Diskusikan pentingnya 7) Penyembuhan fraktur

perjanjian evaluasi klinis. memerlukan waktu

tahunan untuk sembuh

lengkap, dan kerjasama

pasien dalam program

pengobatan membantu

untuk penyatuan yang

tepat dari tulang.

8) Kaji ulang perawatan pen/luka 8) Menurunkan risiko

149
yang tepat. trauma tulang/jaringan

dan infeksi yang dapat

berlanjut menjadi

osteomielitis.

9) Identifikasi tanda-tanda dan 9) Intervensi cepat dapat

gejala-gejala yang menurunkan beratnya

memerlukan evaluasi medik, komplikasi seperti

contoh nyeri berat, demam/ infeksi/ gangguan

menggigil, bau tak enak, sirkulasi. Catatan :

perubahan sensasi, Beberapa kulit yang

pembengkakan, paralisis, ibu menjadi gelap dapat

jari atau ujung jari terjadi secara normal bila

putih/dingin, titik hangat, area berjalan pada ekstremitas

lunak, gips retak. yang digips atau

menggunakan tangan

yang digips; ini harus

membaik dengan istirahat

dan peninggian.

10) Diskusikan perawatan gips 10) Meningkatkan

yang hijau atau basah. pengobatan tepat untuk

mencegah deformitas

gips dan iritasi

kulit/kesalahan postur.

150
Catatan : Pemasangan

gips dingin langsung

pada bantal karet atau

plastik menjebak panas

dan meningkatkan waktu

pengeringan.

11) Anjurkan penggunaan 11) Penggunaan yang hati-

pengering rambut untuk hati dapat mempercepat

mengeringkan area gips yang pengeringan.

lembab.

12) Demonstrasikan penggunana 12) Melindungi dari

kantung plastik untuk menutup kelembaba, yang

plester gips selama cuaca melunakkan pelster gips

lembab atau saat mandi. Gips dan melemahkan gips.

bersih dengan pakaian agak Catatan : GIps serat kaca

lembab dan bedak penggosok. digunakan lebih sering

karena bahan ini tidak

dipengaruhi oleh

kelembaban. Selain itu

beratnya ringan dapat

meningkatkan partisipasi

pasien dalam aktivitas

yang diinginkan.

151
13) Anjurkan penggunaan pakaian 13) Membantu aktivitas

yang adaptif. berpakaian/kerapihan.

14) Anjurkan cara-cara untuk 14) Membantu

menutupi ibu jari kaki, bila mempertahankan

tepat, contoh sarung tangan kehangatan/melindungi

atau kaus kaki halus. dari cedera.

15) Diskusikan instruksi pasca 15) Menurunkan kekauan

pengangkatan gips : dan memeprbaiki

Instruksikan pasien untuk kekuatan dan fungsi

melanjutkan latihan sesuai ekstremitas yang sakit.

izin.

Informasikan pasien Ini akan memerlukan

bahwa kulit di bawah gips waktu berminggu-

secara umum lembab dan minggu sebelum

tertutup dengan kalus atau kembali ke penampilan

serpihan kulit yang mati. normal.

Cuci kulit dengan Kulit yang baru secara

perlahan dengan sabun, ekstrem nyeri tekan

povidon iodin (Betadin) karena telah dlindungi

atau pHisoHex dan air. oleh gips.

Minyak dengan minyak

pelindung.

Informasikan pasien Kekuatan otot akan

152
bahwa otot dapat tampak menurun dan rasa sakit

lembek dan atrofi (massa yang baru dan nyeri

otot kurang). anjurkan sementara sekunder

untuk memberi sokongan terhadap kehilangan

pada sendi di atas dan di dukungan.

bawah bagian yang sakit Pembengkakan dan

dan gunakan alat bantu edema cenderung terjadi

mobilitas, contoh verban setelah pengangkatan

elastik, bebat, penahan, gips.

kruk, walker, atau tongkat.

Tinggikan ekstremitas

sesuai kebutuhan.

(Doengoes Marilynn E, 2000)

153
5. Implementasi

Tindakan keperawatan yang diberikan kepada klien sesuai dengan rencana

tindakan keperawatan yang telah dibuat.

Dalam melaksanakan rencana tersebut harus diperlukan dalam kerja sama

dengan tim kesehatan yang lain, keluarga klien dan klien sendiri.

Hal-hal yang perlu diperhatikan:

a. Kebutuhan dasar klien.

b. Dasar dari tindakan.

c. Kemampuan perseorangan, keahlian/keterampilan dan perawatan.

d. Sumber dari keluarga dan klien sendiri.

e. Sumber dari instasi terkait.

6. Evaluasi

Tahap evaluasi menentukan kemajuan pasien terhadap pencapaian

hasil yang diinginkan dan respon pasien terhadap dan keefektifan

intervensi keperawatan. Kemudian mengganti rencana perawatan jika

diperlukan.

Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan (Doenges

Marilynn E, 2000).

Hasil yang diharapkan dari asuhan keperawatan adalah

a. Mempertahankan stabilitas dan posisi fraktur

b. Nyeri yang dirasakan berkurang

c. Mempertahankan perfusi jaringan dibuktikan oleh terabanya nadi,

kulit hangat,sensasi normal, dan tanda vital stabil

154
d. Mempertahankan fungsi pernapasan yang adekuat

e. Mempertahankan posisi fungsional

f. Menunjukkan prilaku untuk mencegah kerusakan kulit

g. Mencapai penyembuhan luka sesuai waktu,bebas drainage purulen

atau eritema dan demam.

h. Menyatakan pemahaman kondisi, prognosis,dan pengobatan.

155
BAB III

TINJAUAN KASUS

Dibawah penulis menguraikan tentang pelaksanaan asuhan keperawatan

pada klien Tn. I dengan gangguan sistem musculoskeletal di RS.Bhayangkara

Mappa Oudang Makassar. Pada kasus ini ditetapkan tentang proses asuhan

keperawatan klien di dalam menentukan masalah masalah keperawatan yang

ada.

Dalam pengumpulan data penulis menggunakan metode wawancara dan

pengamatan, pemeriksaaan fisik yang sebagai sumber utama adalah klien,

keluarga klien serta tim kesehatan lainnya yang ada hubungannya dengan kasus

yang dibahas. Pelaksanaan pengkajian pada tanggal 5 11 Januari 2010 dengan

hasil pengkajian sebagai berikut :

A. Pengkajian.

1. Biodata.

a. Identitas Klien.

1. Nama klien : Tn. I

2. Umur : 37 tahun.

3. Jenis kelamin : Laki laki.

4. Agama : Islam.

5. Suku / Bangs : Makassar / Indonesia.

6. Status : Kawin.

7. Pekerjaan : Petani

8. Alamat : Jl.Poros BTN Bongkas Bulukumba.

156
9. No. MR : 358965

10. Tgl. Masuk RS : 03 01 2010.

11. Tgl. Pengkajian : 05 01 2010.

2. Keluhan Utama.

a. Keluhan utama : Nyeri pada kaki kanan.

b. Riwayat keluhan utama :

Keluhan ini dialami oleh klien sejak post operasi (pemasangan plate)

fraktur Tibia Fibula 1/3 distal terbuka sejak saat dikaji pada tanggal 5

Januari 2010, nampak luka robek dengan ukuran 3x1 cm, klien

mengeluh nyeri pada kaki kanan, nyeri yang dikeluhkan oleh klien

adalah hilang timbul (2 3 menit) dengan skala nyeri sedang ( 5 )

yang menggunakan skala nomerik 4 6. Sifat nyeri yang dikeluhkan

seperti ditusuk tusuk dan waktu timbulnya nyeri setiap kali klien

beraktivitas dan merupakan faktor pencetus timbulnya nyeri dan

faktor yang memperingan adalah bila klien tidak beraktivitas.

c. Diagnosa medis : Post operasi fraktur fibia 1/3 distal terbuka.

3. Riwayat Kesehatan.

a. Riwayat Kesehatan Sekarang.

Pada tanggal 03 01 2010 klien mengalami kecelakaan lalu lintas

dan mengalami fraktur Tibia Fibula 1/3 distal terbuka. Klien langsung

dibawa ke RS.Bhayangkara Mappa Oudang dan dirawat beberapa

hari. Pada tanggal 04 Januari 2010 rencana klien akan dioperasi.

157
b. Riwayat Kesehatan Lalu.

Tidak ada riwayat penyakit DHF dan typoid, penyakit yang pernah

diderita oleh klien demam, flu, dan sakit kepala. Klien juga

mengatakan tidak pernah dirawat di Rumah Sakit sebelumnya.

c. Riwayat Kesehatan Keluarga.

Genogram 3 generasi.

65 60

70 55 45 40 55 53 49 40 39

50 46

37 30 25 20 16

Keterangan :

: Laki laki. : Perempuan .. : Tinggal serumah.

: Meninggal. : Klien

: Garis perkawinan. : Garis keturunan.

158
Genogram I : Kakek dan nenek klien dari pihak ayah meninggal karena faktor

usia

Genogram II : Bapak klien anak ke ke 10 dari 12 bersaudara yang masih hidup

dan sehat adapun ke 7 kakak ayah klien meninggal karena factor

usia

Ibu klien anak ke 4 dari 5 bersaudara yang masih hidup dan

sehat.

Genogram III : Klien anak pertama dari 5 bersaudara.

4. Riwayat Psikososial.

a. Pola Konsep Diri.

1) Gambaran diri : Klien merasa cemas dengan kondisinya.

2) Identitas diri : Klien sadar sepenuhnya tentang dirinya sebagai

seorang laki laki.

3) Peran diri : Klien tidak dapat menjalankan tugasnya sebagai

seorang anak karena kondisinya.

4) Ideal diri : Klien berharap dapat segera sembuh dan

berkumpul dengan keluarganya.

5) Harga diri : Klien merasa dihargai dan keluarganya sering

datang menjeguknya.

b. Pola Kognitif.

Klien masih mampu berfikir dan mengingat dengan baik kejadian

yang dialaminya dan yang terjadi disekitarnya.

159
c. Pola Koping.

Klien mengatakan tidak dapat mengambil keputusan sendiri

membutuhkan dukungan dan dorongan dari keluarga.

d. Pola Interaksi.

Klien dapat berinteraksi dengan keluarga dan tim medis secara baik.

5. Riwayat Spiritual.

a. Sebelum sakit klien rajin melaksanakan ibadah (shalat lima waktu),

setelah sakit, klien tidak bisa melaksanakan shalat lima waktu dan

klien hanya bisa berdoa agar cepat sembuh.

b. Klien mengikuti ritual keagamaan seperti maulid Nabi Muhammad

SAW dan Isra Miraj.

6. Pemeriksaan Fisik

a. Keadaan Umum Klien.

1) Kasadaran komposmentis.

2) KU : Klien nampak lemah dan cemas, tapi tidak ada tanda

tanda distraksi.

3) Penampilan tubuh sesuai dengan usia.

4) Ekspresi wajah meringis, bicara baik.

5) Tinggi badan, Berat Badan (BB), dan gaya berjalan tidak dikaji

karena klien bedrest total.

160
b. Tanda tanda Vital.

TD : 130/80 mm Hg.

N : 100x/menit.

P : 20x/menit.

S : 37 C.

c. Sistem Pernafasan.

1) Hidung.

a) Inspeksi : Hidung simestris kiri dan kanan, tidak ada

pernafasan cuping hidung, tidak ada secret, polip,

dan epistaksis.

b) Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.

2) Leher.

a) Inspeksi : Tidak nampak adanya pembesaran kelenjar tyroid

dan kelenjar limfe.

b) Palpasi : Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar tyroid, dan

tidak ada nyeri tekan.

3) Dada.

a) Inspeksi : Bentuk dada tidak dikaji karena pasien bedres

total.

- Gerakan dada mengikuti pernafasan dan tidak

terdapat retraksi.

- Tidak terdapat alat bantu pernafasan.

161
b) Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.

c) Perkusi : Bunyi resonan pada area paru.

d) Auskultasi : Bunyi vesikuler.

d. Sistem Cardiovaskuler.

1) Inspeksi : Konjungtiva tidak anemia, bibir tidak sinosis.

Tidak nampak adanya ictus cordis.

2) Palpasi : Tidak teraba adanya ictus cordis ICS ke 5

mild klavikula sinitra.

3) Perkusi : Bunyi jantung pekak

4) Auskultasi : Bunyi jantung 1 (lub) terdengar pada ICS 5 klavikula

kiri karena menutupnya katup mitral dan

trikuspidalis.

Bunyi jantung II (Dub) terdengar pada ICS 2

midklavikula kiri dan kanan karena menutupnya

katup aorta dan pulmonaris.

e. Sistem Pencernaan.

1) Bibir dan Sklera.

Inspeksi : Bibir kering, sklera tidak ikterus.

2) Mulut.

Inspeksi : Tidak ada stomatitis

Jumlah gigi 28

Kemampuan menelan baik.

162
3) Gaster.

Palpasi : Tidak kembung.

Tidak ada nyeri tekan.

4) Abdomen.

Inspeksi : Abdomen bentuk datar.

Simetris kiri dan kanan.

Pergerakan mengikuti irama nafas.

Warna kulit sawo matang.

Palpasi : Tidak teraba adanya massa benjolan.

Tidak ada nyeri tekan pada abdomen.

Perkusi : Bunyi tympani.

Auskultasi : Peristaltik 15x/menit

f. Sistem Indera.

1) Mata.

Inspeksi : Bulu mata simetris kiri dan kanan.

Konjungtiva tidak anemi.

Sklera tidak ikterus.

Lapang Pandang : Klien mampu melihat kesegala arah.

Visus : Klien mampu melihat dengan jarak 6 meter.

163
2) Hidung.

Inspeksi : Penciuman baik.

Lubang hidung simetris kiri dan kanan.

Tidak ada polip, secret dan episteksis.

3) Telinga.

Inspeksi : Keadaan daun telinga simetris kiri dan kanan

Kanal auditoris bersih dan tidak terdapat serumen.

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.

g. Sistem Syaraf.

1) Fungsi Cerebral.

a) Status mental : Orientasi baik, klien mampu mengingat

kejadian di masa lalu, klien mampu berhitung

dan mampu menggunakan bahasa Indonesia

dengan baik.

b) Kesadaran : Eyes : 4

Motorik : 6

Verbal : 5

c) Bicara : Klien mampu berbicara dengan baik

2) Fungsi cranial

Nervus I (Olfaktorius) : Klien mampu membedakan bau balsam

dengan bau minyak kayu putih

Nervus II (Optikus) : Klien mampu melihat dengan jarak 6

meter

164
Nervus III, IV, VI (Okulomotorik, Toklearis, Abdusen).

Pupil isochor, dan klien mampu menggerakkan bola matanya ke

samping kiri kanan dan ke atas dan ke bawah.

Nervus V (Trigeminus) :Klien mampu mengatupkan rahang

dan mampu menggerakkan

gerahamnya ke kiri dan ke kanan.

Nervus VII (Fasialis) :

Sensorik : Klien mampu membedakan rasa

pahit dan manis.

Motorik : Klien mampu mengerutkan dahi

dan mampu tersenyum.

Nervus VIII (Akustikus) : Klien mampu mendengar dengan

baik, dengan jarum jam tangan pada

telinga kiri dan kanan.

Nervus IX, X (Gelosofaringeus, Vagus).

Saat klien dirangsang dengan spatel, klien merasa ingin muntah.

Nervus XI (Aksesoris) : Klien tidak mampu menggerakkan

kepalanya (menoleh) karena

adanya luka yang sudah di verband

pada daerah parietal kiri.

165
Nervus X (Hipoglosus) : Klien mampu menggerakkan

lidahnya dengan baik dan dapat

menjulurkan lidahnya ke depan

dengan lurus.

h. Fungsi Motorik.

1) Kekuatan otot : 4 2

3 0

Extremitas bawah dan extremitas atas kiri mampu

melakukan tahanan kecuali fraktur fibia fibula 1/3 distal terbuka.

2) Massa otot : Tidak ada kelainan (otot tidak atropi/hipertropi).

i. Fungsi Sensorik.

Fungsi sensorik baik, dapat merasakan sakit bila dicubit, dapat

merasakan bila disentuh.

j. Fungsi Cerebellum.

1) Keseimbangan : Berjalan tidak dikaji karena klien bedrest total.

2) Koordinasi : Klien mampu menunjukkan

anggota badannya yang diperintahkan.

k. Refleks.

Refleks Bisep (+) : Terjadi kontraksi otot dengan gerakan fleksi saat

diberi stimulasi kecuali fraktur fibia fibula 1/3

distal terbuka.

166
Refleks Trisep (+) : Terjadi kontraksi otot dengan gerakan fleksi saat

diberi stimulus kecuali fraktur tibia fibula 1/3

distal terbuka.

Patella (+) : Ekstensi pada saat diberi stimulus.

Babinsky (-) : Ekstensi ibu jari, jari-jari yang lain fleksi.

l. Sistem Muskuloskeletal.

1) Kepala.

Inspeksi : Tampak luka yang sudah diverband pada daerah

pariental kiri.

Bentuk kepala mesochepal.

Inspeksi : Teraba adanya nyeri tekan pada daerah pariental

kiri

2) Vertebra.

Tidak dikaji karena klien bedrest total.

3) Pelvis.

a) Gaya jalan tidak dikaji karena klien bedrest total.

b) ROM tidak terbatas kecuali pada daerah fraktur.

4) Lutut : Tidak ada pembengkakan dan kaku.

5) Tangan : Tidak ada pembengkakan, tidak terdapat luka robek pada

lengan kanan atas.

6) Kaki : Ada pembengkakan, gerakan baik.

Nampak terpasang verband dan spalk pada kaki kanan.

167
m. Sistem Integumen.

1) Rambut.

Inspeksi : Berwarna hitam dan tidak mudah tercabut.

2) Kulit.

Inspeksi : Warna sawo matang, tampak luka robek pada lengan

kanan atas yang sudah di verband.

3) Kuku.

Inspeksi : Warna merah mudah, tidak ada sianosis.

Kuku klien panjang dan kotor.

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.

n. Sistem Endokrin.

Inspeksi : Tidak nampak adanya pembesaran kelenjar tyroid.

Tidak ada polyuri, polydipsi dan polypagi.

Tidak ada riwayat bekas air seni dikelilingi oleh semut.

Palpasi : Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar tyroid.

o. Sistem Perkemihan.

1) Tidak ada oedem palpebra dan oedem anasarka.

2) Tidak ada nocturia ataupun dusuria.

3) Tidak ada riwayat penyakit hubungan seks (seperti sifilis)

p. Sistem Reproduksi.

( Tidak dapat dikaji klien menolak).

168
q. Sistem Imun.

Tidak ada riwayat alergi terhadap cuaca, makanan, minuman, obat

obatan, debu ataupun bulu binatang.

7. Aktivitas Sehari-hari

No. Uraian Sebelum Sakit Saat Sakit


1. Nutrisi :
a. Selera makan, Baik. Kurang (porsi tidak
b. Menu makan, Nasi + lauk + Pauk + dihabiskan).
buah. - Bubur + telur.
c. Frekuensi makan, 3 x sehari. 2 x sehari.
d. Makanan yang disukai, Donat. Donat.
e. Makanan pantangan. Tidak ada. Tidak ada.
2. Cairan :
a. Jenis minuman, Air putih + kadang- Air putih + susu
kadang minum teh botol coklat.
sosro.
b. Frekuensi minum 8 10 gelas/hari. 8 10 gelas/hari.
3. Eliminasi (BAB dan BAK).
a. Tempat pembuangan WC. BAB & BAK di
BAB dan BAK, tempat.
Tidur karena klien.
Bedrest total.
b. Frekwensi BAB, 2 x sehari. Belum pernah BAB
c. Frekwensi BAK, 1 kali.
d. Konsistensi BAB. Lembek.

4. Istrahat tidur : 13.00 14.00 13.00 14.00

169
a. Tidur siang, 22.00 05.00 Jarang.
b. Tidur malam, 20.00
c. Jam mudah tidur, Nonton TV. Tidak ada.
d. Kebiasaan sebelum
tidur Lari. Klien tidak mampu
5. Olahraga : berolahraga karena
a. Jenis olahraga yang sakit.
biasa dilakukan, 1x /seminggu.
b. Frekwensi
6 Personal hygiene : 2x sehari. Klien mengatakan
a. Mandi, Frekuensi 2x/seminggu. selama sakit tidak
b. Cuci rambut, Setiap kali panjang. pernah mandi, cuci
c. Gunting kuku. rambut dan gunting
kuku.
1. Klien mengatakan Klien tidak pernah
7. Rokok /alkohol dan obat akan dirinya tidak merokok, minum
obatan. merokok, alkohol maupun
2. Klien tidak mengkonsumsi
meminum alkohol, obat-obatan.
3. Klien tidak
kecanduan dengan
kopi,
4. Tidak ada
ketergantungan
obat-obatan.

8. Aktivitas /mobilitas fisik. Klien aktif melakukan Klien tidak dapat

170
aktivitas sehari-hari melakukan aktivitas
dalam hal pemenuhan kecuali dibantu oleh
ADL. keluarga dan
perawat.

8. Test Diagnosik

Tanggal 3 Januari 2010

a. Thorax Ap :

1) Pulmo gerakan branchovaskuler paru dalam batas normal,

2) Cor : bentuk, letak, ukuran dalam batas normal,

3) Tulang-tulang kesan intak.

b. Foto cervical Ap/lateral :

1) Aligment Cv. Cervicalis kesan normal,

2) Tulang-tulang kesan intak, tidak tampak tanda-tanda

3) fraktur/dislokasi tulang,

4) Mineralisasi tulang dalam batas normal,

5) Discus intervertebralis tidak menyempit,

6) Jaringan lunak paravertebra baik.

c. Laboratorium

1) WBC : 7.8 10

2) RBC : 3.881

3) PLT : 375 10

4) PCT : 276 %

5) HB : 2

171
9. Terapy Saat Ini.

Obat anti biotik yaitu ciprofloxacin 1 gr / 12 jam / IV.

Asam mefenamat

172
B. DATA FOKUS

Data Objektif Data Subjektif


1. Pada kepala daerah parietal kiri. 1. Klien mengatakan nyeri pada lengan

kanan atas.

2. Nampak terpasang verband dan spalk 2. Klien mengatakan nyeri bila

pada kaki kanan. beraktivitas.

3. ADL klien dilayani di tempat tidur. 3. Klien mengatakan nyeri yang

dirasakan hilang timbul.

4. Klien nampak terbaring lemah di 4. Klien mengatakan nyeri yang

tempat tidur. dirasakan adalah nyeri sedang.

5. Klien nampak lesu. 5. Klien mengatakan tidak mampu

beraktivitas kecuali dibantu oleh

keluarganya dan perawat.

6. Kaki bagian fraktur. 6. Klien mengatakan tidak dapat

bergerak secara leluasa.

7. Kuku nampak panjang dan kotor. 7. Klien mengatakan susah tidur karena

rasa nyeri yang dirasakan.

8. Ekspresi wajah meringis. 8. Klien mengatakan sering terbangun

pada malam hari.

9. Klien nampak cemas. 9. Klien mengatakan cemas dengan

173
keadaan penyakitnya.

10. Kekuatan otot 4 2 10. Klien mengatakan belum pernah

3 0 mandi.

11. TTV : TD : 130/80 mm Hg.

N : 100x/menit

P : 20x/menit

S : 37 C.

12. Klien sering bertanya-tanya tentang

penyakitnya.

13. Nampak terpasang spalk pada kaki

Kanan.

174
C. ANALISA DATA

No. Data Etiologi Masalah


1. DS : Fraktur Tibia Nyeri.
Fibula1/3
- Nampak terpasang verban dan
Distal Terbuka
spalk pada kaki kanan atas.
- Klien mengatakan nyerinya
Terputusnya
hilang timbul. kontinuitas jaringan
- Klien mengatakan nyeri yang
dirasakan adalah nyeri sedang. Suplai O2 ke jaringan
menurun
DO :
- Ekspresi wajah meringis.
Merangsang
- TTV :
pengeluaran zat-zat
TD : 130/80 mmHg. bradikinin, histamine
dan prostaglandin
N : 100x /menit.
P : 20x /menit.
Syaraf-syaraf
S : 37C.
Afferen/nociceptor
- Skala nyeri sedang (5).
Cortex serebri

Hipotalamus

Dipersepsikan sebagai
nyeri

DS : Fraktur Tibia Hambatan


2.
Fibula1/3 mobilitas
- Klien mengatakan nyeri bila Distal Terbuka
beraktivitas fisik.
- Klien mengatakan tidak
Terputusnya
mampu beraktivitas kecuali kontinuitas jaringan
dibantu keluarganya dan

175
perawat. Kelemahan fisik
- Klien mengatakan tidak dapat
Keterbatasan gerak
bergerak secara leluasa.
DO :
Gangguan aktivitas
- Nampak terpasang verband
dan spalk pada kaki kanan.
- Klien nampak terbaring lemah
ditempat tidur.
- ADL klien dilayani ditempat
tidur.

3. DS :
Fraktur Tibia Defisit
- Klien mengatakan belum
Fibula1/3
perawatan
pernah mandi. Distal Terbuka
diri.
DO :
- Kuku klien nampak panjang Keterbatasan aktivitas
dan kotor.
- Nampak terpasang spalk pada Personal Hygiene
kurang
kaki kanan.

4.
DS : Fraktur Tibia Gangguan
Fibula1/3
- Klien mengatakan susah tidur pola tidur.
Distal Terbuka
karena rasa nyeri yang
dirasakan.
Nyeri
- Klien mengatakan sering
terbangun pada malam hari.
Aktivitas RAS
DO: terngganggu
- Klien nampak lesu.
Klien terjaga

Gangguan pola tidur

176
5. DS : Fraktur Tibia Kecemasan.
Fibula1/3
- Klien mengatakan cemas
Distal Terbuka
dengan keadaan penyakitnya.
DO :
Terjadi perubahan
- Klien sering bertanya - tanya status kesehatan
tentang penyakitnya.
- Klien nampak cemas. Klien selalu bertanya
tanya tentang
- TTV :
penyakitnya
TD : 130/80mmHg.
N : 100x /menit. Informasi yang
diberikan tidak akurat
P : 20x /menit.
S : 37C.
Kurang pengetahuan

Stressor meningkat

Kecemasan.

6. DS : - Fraktur Tibia Resiko


Fibula1/3 tejadinya
DO : Distal Terbuka infeksi
- Tampak luka robek pada kaki
bagian fraktur.
- Nampak terpasang verband Adanya luka robek
pada lengan kanan
dan spalk pada kaki kanan. atas

Pintu masuk bagi


kuman
patogen

Media utama bagi


tempat berkembang
177
biaknya kuman
patogen

Daya tahan tubuh


menurun

Resiko terjadinya
infeksi

178
D. DIAGNOSA KEPERAWATAN

No. Diagnosa Keperawatan Tgl. Ditemukan Tgl. Teratasi


1. Gangguan rasa nyaman nyeri b/d 5 Januari 2010 Belum teratasi
terputus kontinuitas jaringan.
2. Gangguan mobilitas fisik b/d 5 Januari 2010 Belum teratasi
nyeri dan terapi pengobatan.
3. Defisit perawatan diri b/d 5 Januari 2010 6 Januari 2010
kelemahan fisik dan terapi
pembatasan.
4. Gangguan pola tidur b/d nyeri. 6 Januari 2010 7 Januari 2010
5. Kecemasan b/d kurangnya
pengetahuan tentang penyakit. 6 Januari 2010 7 Januari 2010
6. Resiko infeksi b/d adanya luka. 5 Januari 2010 Belum teratasi

179
E. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN.

No. Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional


1. Nyeri b/d terputusnya kontinuitas Nyeri teratasi dengan kriteria : 1. Kaji tingkat nyeri. 1. Untuk mengetahui
jaringan ditandai dengan : - Ekspresi mengatakan nyeri skala nyeri yang
DS : - Klien mengatakan nyeri pada yang dirasakan pada lengan dirasakan klien dan
kaki kanan. kanan atas berkurang. sebagai dasar untuk
- Klien mengatakan nyerinya - TTV dalam batas normal. intervensi
hilang timbul. - TD : 120 / 70 mm Hg. selanjutnya.
- Klien mengatakan nyeri yang - N : 60 80x/menit. 2. Observasi tanda 2. Perubahan tanda
dirasakan adalah nyeri - P : 18 24x / menit. tanda vital. tanda vital
sedang. - S : 36 37 C. merupakan
DO : - Ekspresi wajah meringis. indikator dalam
- TTV : melaksanakan
- TD : 130/80 mm Hg. intervensi
- N : 100x/menit. selanjutnya.
- P : 20x/menit.
- S : 36 c

127
3. Berikan posisi 3. Posisi yang nyaman
yang nyaman. diberikan untuk
mengurangi
penekanan pada
daerah nyeri.
4. Ajarkan tehnik 4. Memperlancarkan
relaksasi dan sirkulasi O2 ke
diskraksi. jaringan setinggi
dapat
merelaksasikan otot
otot sehingga
nyeri berkurang.
5. Penatalaksanaan 5. Obat analgetik
pemberian obat dapat memblok
analgetik : rangsangan neuri
- Torasic 1 amp sehingga tidak
/ 8 jam/IV. ditafsirkan di otak.

128
2. Gangguan mobilitas fisik b/d nyeri Klien mengatakan mampu 1. Kaji tingkat 1. Untuk mengetahui
dan terapi pengobatan ditandai beraktivitas secara mandiri kemampuan sejauh mana
dengan : dengan kriteria : aktivitas klien. aktivitas yang dapat
DS : - Klien mengatakan nyeri bila - KU baik, ditoleransi oleh
beraktivitas. - Nampak kebutuhan klien klien dan sebagai
- Klien mengatakan tidak dapat terpenuhi secara mandiri, indikator intervensi
bergerak secara leluasa. - Klien tidak mengeluh nyeri selanjutnya.
- Klienh mengatakan tidak bila beraktivitas. 2. Observasi. 2. Dapat mengetahui
mampu beraktivitas kecuali Perkembangan / sejauh mana
dibantu oleh keluarganya. kemajuan klien perkembangan /
DO : - Nampak terpasang verband dalam keadaan klien
dan spalk pada kaki kanan beraktivitas. dalam memenuhi
atas. kebutuhan ADL
- Klien nampak terbaring lemah nya.
di tempat tidur. 3. Bantu klien dalam 3. Agar klien merasa
- ADL klien dilayani di tempat memenuhi diperhatikan dan
tidur. kebutuhan ADL kebutuhan ADL
nya. klien dapat
terpenuhi.

129
4. Bantu klien dan 4. Dapat
libatkan keluarga meningkatkan
dalam melakukan toleransi klien
latihan ROM. dalam beraktivitas
dan dapat
mengetahui
pergerakan
abnormal pada kaki
dan jari tangan.
5. Libatkan keluarga 5. Keterlibatan klien/
klien dalam setiap keluarga dalam
tindakan terapi setiap tindakan
pengobatan. pengobatan dapat
mempercepat proses
penyembuhan dan
dapat meningkatkan
kemandirian klien.

130
6. Melibatkan 6. Agar klien merasa
keluarga dalam diperhatikan dan
pemenuhan ADL ADL klien
klien. terpenuhi.

3. Hambatan perawatan diri b/d Personal hygiene teratasi 1. Kaji personal 1. Mengetahui
kelemahan fisik ditandai dengan : dengan kriteria : hygiene. personal hygiene
DS : - Klien mengatakan belum - Kuku klien nampak pendek klien sehingga
pernah mandi. dan bersih. dapat mengetahui
DO : - Kuku klien nampak panjang - Klien mengatakan sudah tindakan
dan kotor. mandi. selanjutnya.
2. Mandikan pasien 2. Memandikan klien
tiap hari. dapat mencegah
pertumbuhan
kuman.
3. Bantu klien untuk 3. Kebersihan kulit
mandi di tempat terjaga, tercipta rasa
tidur. nyaman dan
perasaan segar.

131
4. Anjurkan 4. Agar klien
keluarga klien kelihatan besih dan
untuk mengganti merasa nyaman.
pakaian tiap hari.
5. Bantu klien dan 5. Dengan membantu
libatkan keluarga klien makan dan
untuk makan dan minum, klien dapat
minum di tempat bersemangat untuk
tidur. makan.
6. Bantu klien dan 6. Untuk
libatkan keluarga memudahkan
untuk BAB dan segala aktivitas
BAK di tempat klien.
tidur.
7. Bantu klien untuk 7. Dengan memotong
memotong kuku. kuku klien nampak
bersih.

132
4. Gangguan pola tidur berhubungan Klien akan mengungkapkan 1. Kaji penyebab 1. Dengan memotong
dengan nyeri ditandai dengan : pola tidur terpenuhi dengan gangguan pola kuku klien nampak
DS : - Klien mengatakan susah tidur kriteria : tidur klien. bersih.
karena rasa nyeri yang - Klien dapat tidur dengan 2. Kaji kebiasaan 2. Dengan mengetahui
dirasakan. nyenyak. klien sebelum kebiasaan sebelum
- Klien mengatakan sering - Klien dapat tidur selama + 7 tidur. tidur, klien dapat
terbangun pada malam hari. 8 jam/hari . membantu dalam
DO : - Klien nampak lesu. menentukan
intervensi
selanjutnya.
3. Berikan posisi 3. Dengan posisi yang
yang nyaman nyaman, klien bisa
pada klien pada tidur dengan
saat mau tidur. nyenyak.
4. Anjurkan klien 4. Berdoa dapat
berdoa sebelum menenangkan jiwa
tidur. sehingga tidur
menjadi nyenyak.

133
5. Kecemasan b/d kurangnya Kecemasan akan teratasi 1. Kaji tingkat 1. Sebagai dasar
pengetahuan tentang penyakit ditandai dengan kriteria : kecemasan klien. dalam melakukan
dengan : - Kriteria mengatakan intervensi
DS : - Klien mengatakan cemas mengerti tentang selanjutnya.
dengan keadaan penyakitnya. penyakitnya. 2. Obervasi tanda 2. Kecemasan dapat
DO : - Klien sering bertanya tanya - Klien tidak cemas lagi. tanda vital. meningkatkan
tentang penyakitnya. - TTV dalam batas normal. akibat peningkatan
- Klien nampak cemas. TD : 120/70 mm Hg. tanda tanda vital.
- TTV : N : 60 80x/menit. 3. Berikan dorongan 3. Dukungan perawat
- TD : 130/80 mm Hg. P : 18 24x/menit. kepada klien akan membawa
- N : 100x/menit. S : 36 37 C. untuk klien mengenal
- P : 20x/menit. mengekspresikan sedini mungkin
- S : 37 C. perasaannya. perasaannya dan
membagi kepada
orang lain untuk
mengurangi
gangguan
perasaannya.

134
4. Beri support 4. Support positif
positif kepada dapat membantu
klien. klien untuk
melakukan koping
mengatasi masalah.
5. Anjurkan klien 5. Pendekatan
untuk selalu spiritual membantu
melakukan klien untuk
pendekatan menghadap
spiritual. penyakitnya.
6. Berikan 6. Penjelasan yang
penjelasan kepada singkat dan benar
klien dan membantu
keluarga tentang menghilangkan
penyakit dan persepsi salah
prosedur tentang
pembedahan. penyakitnya.

135
6. Resiko terjadinya infeksi b/d adanya Tidak terdapat tanda tanda 1. Kaji tanda tanda 1. Untuk mengetahui
luka ditandai dengan : infeksi pada klien seperti adanya infeksi. apakah ada tanda
DS : - kotor, rubor, dolor, dan tumor. tanda infeksi dan
DO : - Nampak terpasang verband - Luka tampak kering. sebagai indikasi
dan spalk pada kaki kanan. - TTV dalam batas normal. dalam intervensi.
- Daerah frakur : - TD : 120/70 mm Hg. 2. Observasi tanda 2. Perubahan dari vital
- TD : 130/80 mm Hg. - N : 60 80x/menit. tanda vital. sign meningkatkan
- N : 100x/menit. - P : 18 24x/menit. khususnya suhu
- P : 20x/menit. - S : 36 37 C. apabila meningkat
- S : 37 C. merupakan tanda
tanda infeksi.
3. Rawat luka 3. Tehnik aseptik dan
dengan tehnik antiseptik dapat
aseptik dan mengurangi/mence
antiseptik. gah terjadinya
infeksi silang.

136
4. Penatalaksanaan 4. Obat antibiotik
penberian dapat mencegah
antibiotik : terjadinya infeksi.
- Ciprolaxacin 1
gr/12 jam.

137
F. TINDAKAN KEPERAWATAN

Hari / Tgl NDX Jam Implementasi dan Hasil


Selasa I. 10. 00 1. Mengkaji tingkat nyeri yang dirasakan oleh

05/01/2010 klien.

10. 20 2. Mengobservasi tanda tanda vital :

Hasil : TD : 120/80 mm Hg.

N : 80x/menit.

P : 18x/menit.

S : 36 C.

10. 30 3. Memberikan posisi yang nyaman.

Hasil : Klien dalam posisi supinasi.

10.50 4. Mengajarkan dan mengajurkan klien untuk

tehnik relaksasi bila nyeri timbul seperti nafas

dalam.

Hasil : Klien mampu melaksanakan tehnik

nafas dalam.

Selasa II. 11.00 1. Mengkaji tingkat kemampuan akivitas klien.

05/01/2010 Hasil : Klien tidak mampu melaksanakan

aktivitasnya secara mandiri hanya

dengan bantuan keluarga dan perawat

138
dan segala aktivitas klien dilakukan di

tempat tidur.

11. 10 2. Mengobservasi perkembangan kemajuan klien

dalam beraktivitas.

Hasil : Klien mampu duduk di tempat tidur

dengan bantuan keluarga.

11.20 3. Melibatkan klien / keluarga daloam setiap

tindakan terapi / pengobatan.

Hasil : Klien nampak kooperatif.

11. 30 4. Membantu klien dilibatkan keluarga dalam

melakukan latihan ROM.

Hasil : - Tangan kanan klien tidak dapat

digerakkan secara optimal.

- Pergerakkan kaki dan jari jari

klien baik fleksi, ekstensi, dan

abdukasi belum bisa dilakukan.

Selasa,5 III 11. 40 1. Mengkaji personal hygiene.

Januari 2010 Hasil : Klien mengatakan belum pernah

mandi.

139
11.50 2. Memandikan klien tiap hari.

Hasil : Klien mengatakan mau mandi tiap

hari.
12.00
3. Membantu klien untuk mandi ditempat tidur.

Hasil : Klien mengatakan sudah dimandikan

oleh perawat.
12.10
4. Membantu klien dan libatkan keluarga untuk

makan dan minum ditempat tidur.

Hasil : Klien mau makan dan minum

di tempat tidur.
12.10
5. Membantu klien dan libatkan keluarga untuk

BAB dan BAK ditempat tidur.

Hasil : Klien mengatakan sudah 2 kali BAK

dan belum pernah BAB.


12.20
6. Membantu klien untuk memotong kuku.

Hasil : Klien mengatakan sudah dipotong

kukunya oleh perawat.

Selasa,5 IV. 12.30 1. Mengkaji kebiasaan klien sebelum tidur.

Januari 2010 Hasil : Klien mengatakan sebelum tidur

klien berdoa.

140
12.40 2. Memberikan posisi yang nyaman pada klien

pada saat mau tidur.

Hasil : Klien dalam posisi supinasi.

13.00 3. Menganjurkan klien berdoa sebelum tidur

Hasil : Klien mengatakan selalu berdoa

sebelum tidur.

1. Mengkaji tingkat kecemasan klien.


Selasa,5 V 13.10
Hasil : Cemas yang dirasakan sedang.
Januari 2010
2. Mengobservasi tanda-tanda vital :
13.20
Hasil : TD : 130/70 mmHg

N : 80x/menit

P : 20x/menit

S : 36 C

3. Memberikan dorongan kepada klien untuk


13.40
mengekspresikan perasaannya.

Hasil : Klien mengungkapkan perasaannya

dan kecemasan yang dihadapi.

4. Menganjurkan klien untuk selalu melakukan


14.10
pendekatan spiritual.

Hasil : Klien selalu berdoa.

141
Selasa,5 VI 14.30 1. Mengkaji adanya tanda-tanda infeksi.

Januari 2010 Hasil : Tumor (-) Kalor (-)

Dolor (-) Rubor (-)

15.00 2. Mengobservasi tanda-tanda vital.

Hasil : TD : 130/70 mmHg

N : 80x/menit

P : 21x/menit

S : 37C

07.30 3. Merawat luka dengan tehnik aseptic antiseptic.

Hasil : Mengganti verband setiap hari dengan

menggunakan alat steril.

Rabu,6 I 07.10 1. Mengkaji tingkat nyeri klien

Januari 2010 Hasil : Nyeri yang dirasakan klien adalah

nyeri sedang.

08.00 2. Mengobservasi tanda-tanda vital.

Hasil : TD : 120/70 mmHg.

N : 84x/menit.

P : 18x/menit.

S : 36 C.

18.10 3. Memberi posisi yang nyaman.

Hasil : Klien dalam posisi supinasi

142
08.20 4. Mengajarkan dan menganjurkan klien untuk

teknik relaksasi dan distraksi bila nyeri

timbul.

Hasil : Klien mengerti dan bisa melakukan

dengan baik

08.30 5. Penatalaksanaan pemberian antibiotik.

Hasil : Cifrofloxacin 1 gr/12 jam/IV.

Rabu,6 II 08.40 1. Mengkaji tingkat kemampuan aktivitas klien.

Januari Hasil : Klien tidak mampu melaksanakan

2010 aktivitasnya secara mandiri hanya

dengan bantuan keluarga dan

perawat.

08.50 2. Membantu klien dalam pemenuhan kebutuhan

ADL-nya.

Hasil : Segala kebutuhan klien dilayani

ditempat tidur.

09.00 3. Membantu klien dan libatkan keluarga

dalam melakukan latihan ROM.

Hasil : Kaki kanan klien tidak dapat

digerakkan secara optimal.

143
09.10 4. Melibatkan keluarga dalam pemenuhan ADL

Klien.

Hasil : Kebutuhan ADL klien dibantu oleh

keluarganya.

Rabu,6 III 09.20 1. Mengkaji personal hygiene.

Januari 2010 Hasil : Klien mengatakan belum pernah

mandi.

09.30 2.Memandikan klien tiap hari.

Hasil : Klien mengatakan mau mandi tiap

hari.

09.40 3. Membantu klien untuk mandi ditempat tidur.

Hasil : Klien mengatakan sudah dimandikan

oleh perawat.

10.00 4. Membantu klien dan libatkan keluarga untuk

makan dan minum ditempat tidur.

Hasil : Klien mau makan dan minum

di tempat tidur.

10.10 5. Membantu klien dan libatkan keluarga untuk

BAB dan BAK ditempat tidur.

Hasil : Klien mengatakan sudah 2 kali BAK

dan belum pernah BAB.

144
10.30 6. Membantu klien untuk memotong kuku.

Hasil : Klien mengatakan sudah dipotong

kukunya oleh perawat.

Rabu,6 IV 10.50 1. Mengkaji kebiasaan klien sebelum tidur.

Januari 2010 Hasil : Klien mengatakan sebelum tidur

klien berdoa.

11.10 2. Memberikan posisi yang nyaman pada klien

pada saat mau tidur.

Hasil : Klien dalam posisi supinasi.

11.20 3. Membantu klien untuk makan dan minum

ditempat tidur.

Hasil : Klien nampak makan dan minum

dengan bantuan keluarga.

Rabu,6 V 11.30 1. Kaji tanda-tanda adanya infeksi.

Januari 2010 Hasil : Tumor (-) Dolor (-)

Kalor (-) Rubor (-)

12.00 2.Mengobservasi tanda-tanda vital.

Hasil : TD : 130/70 mmHg

N : 80x/menit

145
P : 21x/menit

S : 37C

12.30 3. Merawat luka dengan tehnik aseptic antiseptic.

Hasil : Mengganti verband setiap hari dengan

menggunakan alat steril.

1. Mengkaji tingkat nyeri yang dirasakan oleh

Rabu,6 VI 07.30 klien.

januari 2010 Hasil : Nyeri yang dirasakan klien adalah

nyeri sedang.

2. Mengajarkan dan menganjurkan klien untuk

08.00 tehnik relaksasi dan tehnik distraksi bila nyeri

timbul.

Hasil : Klien mampu melaksanakan tehnik

nafas dalam.

1. Mengkaji tingkat kemampuan aktivitas klien.

Kamis,7 I 08.10 Hasil : Klien tidak mampu melaksanakan

Januari 2010 aktivitasnya secara mandiri hanya

dengan bantuan perawat dan keluarga

dan segala aktivitas klien dilakukan

di tempat tidur.

2. Membantu klien dan libatkan keluarga dalam

146
08.20 melakukan latihan ROM.

Hasil : - Kaki kanan klien dapat digerakkan

secara optimal.

- Pergerakan kaki dan jari-jari klien

baik fleksi, ekstensi, abduksi dan

adduksi belum bisa dilakukan.

1. Memandikan pasien tiap hari.

Kamis,7 II 08.30 Hasil : Klien mengatakan mau mandi tiap

Januari 2010 hari.

2. Membantu klien untuk mandi ditempat tidur.

08.40 Hasil : Klien mengatakan sudah mandi.

3. Mengkaji kebiasaan klien sebelum tidur.

08.50 Hasil : Klien mengatakan sebelum tidur

klien berdoa.

4. Memberikan posisi yang nyaman pada klien

09.00 pada saat mau tidur.

Hasil : Klien dalam posisi supinasi.

1. Mengkaji tingkat kecemasan klien.

147
Kamis,7 III 09.10 Hasil : Cemas yang dirasakan sedang.

Januari 2010 2. Mengobservasi tanda-tanda vital :

09.20 Hasil : TD : 130/80 mmHg.

N : 80x/menit.

P : 20x/menit.

S : 36 C.

3. Memberikan penjelasan kepada klien dan

09.30 keluarga tentang penyakitnya dan prosedur

pembedahan.

Hasil : Klien dapat mengerti dan menerima

keadaan penyakitnya.

1. Mengkaji adanya tanda-tanda infeksi :

Kamis,7 IV 09.40 Hasil : Tumor (-) Kolor (-)

Januari 2010 Dolor (-) Rubor (-)

2. Mengobservasi tanda-tanda vital :

09.50 Hasil : TD : 120/70 mmHg.

N : 88x/menit.

P : 20x/menit.

S : 37 C.

3. Merawat luka dengan tehnik aseptic dengan

10.00 antiseptik.

148
Hasil : Mengganti verband setiap hai dengan

menggunakan alat steril

1. Mengkaji tingkat nyeri dirasakan oleh klien

Kamis,7 V 10.10 Hasil : Nyeri yang dirasakan klien adalah

Januari 2010 nyeri sedang.

2. Mengobservasi tanda-tanda vital :

10.20 Hasil : TD : 120/70 mmHg.

N : 84x/menit.

P : 18x/menit.

S : 37 C.

3. Memberi posisi yang nyaman pada klien.

10.30 Hasil : Klien dalam posisi sim.

4. Penatalaksanaan pemberian obat analgetik

10.40 Hasil : Ketorolac 1 amp/12 jam/IV.

5. Melibatkan keluarga dalam pemenuhan

10.50 kebutuhan ADL klien.

Hasil : Kebutuhan ADL klien dibantu oleh

Keluarganya.

1. Memandikan pasien tiap hari.

149
Kamis,7 VI 11.00 Hasil : Klien mengatakan mau mandi tiap

januari 2010 hari.

2. Membantu klien untuk mandi ditempat tidur.

11.10 Hasil : Klien mengatakan sudah mandi.

3. Mengkaji kebiasaan klien sebelum tidur.

11.20 Hasil : Klien mengatakan sebelum tidur klien

berdoa.

4. Memberikan dorongan kepada klien untuk

11.30 mengekspresikan perasaannya.

Hasil : Klien mengungkapkan perasaannya

dan kecemasan yang dihadapi.

1. Mengkaji adanya tanda-tanda infeksi :

Jumat,8 11.40 Hasil : Tumor (-) Kolor (-)

Januari 2010 I Dolor (-) Rubor (-)

2. Mengobservasi tanda-tanda vital :

12.00 Hasil : TD : 120/70 mmHg.

N : 88x/menit.

P : 20x/menit.

S : 37 C.

3. Merawat luka dengan tehnik aseptic dengan

12.10 antiseptik.

150
Hasil : Mengganti verband setiap hai dengan

menggunakan alat steril.

1.Mengkaji tingkat nyeri dirasakan oleh klien

Jumat,8 II 08.00 Hasil : Nyeri yang dirasakan klien adalah

Januari 2010 nyeri sedang.

2.Mengobservasi tanda-tanda vital :

08.10 Hasil : TD : 120/70 mmHg.

N : 84x/menit.

P : 18x/menit.

S : 37 C.

3. Memberikan posisi yang nyaman pada klien

08.20 pada saat mau tidur.

Hasil : Klien dalam posisi sim.

4.Mengajarkan dan menganjurkan tehnik

08.30 relaksasi dan distraksi bila nyeri timbul.

Hasil : Klien mengerti dan bisa melakukan

dengan baik.

5. Penatalaksanaan pemberian obat antibiotic.

08.40 Hasil : Ciprofloxacin 1 gr/12 jam/IV.

1.Mengkaji tingkat kemampuan akivitas klien.

151
Jumat,8 III 08.50 Hasil : Klien tidak mampu melaksanakan

Januari 2010 aktivitasnya secara mandiri hanya

dengan bantuan keluarga dan perawat

dan segala aktivitas klien dilakukan di

tempat tidur.

2.Mengobservasi perkembangan kemajuan klien

09.00 dalam beraktivitas.

Hasil : Klien mampu duduk di tempat tidur

dengan bantuan keluarga.

4.Membantu klien dilibatkan keluarga dalam

09.10 melakukan latihan ROM.

Hasil : - Tangan kanan klien tidak dapat

digerakkan secara optimal.

- Pergerakkan kaki dan jari jari

klien baik fleksi, ekstensi, dan

abdukasi belum bisa dilakukan.

5.Melibatkan klien / keluarga daloam setiap

09.20 tindakan terapi / pengobatan.

Hasil : Klien nampak kooperatif.

1.Mengkaji personal hygiene.

152
Jumat,8 IV 09.30 Hasil : Klien mengatakan belum pernah

Januari 2011 mandi.

2.Memandikan klien tiap hari.

09.40 Hasil : Klien mengatakan mau mandi tiap

hari.

3.Membantu klien untuk mandi ditempat tidur.

09.50 Hasil : Klien mengatakan sudah dimandikan

oleh perawat.

5. Membantu klien dan libatkan keluarga untuk

10.00 makan dan minum ditempat tidur.

Hasil : Klien mau makan dan minum

di tempat tidur.

6. Membantu klien dan libatkan keluarga untuk

10.10 BAB dan BAK ditempat tidur.

Hasil : Klien mengatakan sudah 2 kali BAK

dan belum pernah BAB.

7. Membantu klien untuk memotong kuku.

10.20 Hasil : Klien mengatakan sudah dipotong

kukunya oleh perawat.

1. Mengkaji kebiasaan klien sebelum tidur.

153
Jumat,8 V 10.30 Hasil : Klien mengatakan sebelum tidur

Januari 2010 klien berdoa.

2. Memberikan posisi yang nyaman pada klien

10.40 pada saat mau tidur.

Hasil : Klien dalam posisi supinasi.

1. Mengkaji tingkat kecemasan klien.

Jumat,8 VI 10.50 Hasil : Cemas yang dirasakan sedang.

Januari 2010 2. . Memberikan penjelasan kepada klien dan

11.00 keluarga tentang penyakitnya.

Hasil : Klien dapat mengerti dan menerima

keadaan penyakitnya.

1.Mengkaji adanya tanda-tanda infeksi.

Sabtu,9 I 11.10 Hasil : Tumor (-) Kalor (-)

Januari 2010 Dolor (-) Rubor (-)

2.Mengobservasi tanda-tanda vital.

11.20 Hasil : TD : 130/70 mmHg

N : 80x/menit

P : 21x/menit

S : 37C

154
3.Merawat luka dengan tehnik aseptic antiseptic.

11.30 Hasil : Mengganti verband setiap hari dengan

menggunakan alat steril.

1.Mengkaji tingkat nyeri dirasakan oleh klien

08.00 Hasil : Nyeri yang dirasakan klien adalah

nyeri sedang.

2.Mengobservasi tanda-tanda vital :

08.10 Hasil : TD : 120/70 mmHg.

N : 84x/menit.

P : 18x/menit.

S : 37 C.

3. Mengajarkan dan menganjurkan klien untuk

08.20 tehnik relaksasi dan tehnik distraksi bila nyeri

timbul.

Hasil : Klien mampu melaksanakan tehnik

nafas dalam.

4. Penatalaksanaan pemberian obat antibiotic.

08.30 Hasil : Ciprofloxacin 1 gr/12 jam/IV.

1. Mengkaji tingkat kemampuan aktivitas klien.

155
Sabtu,9 II 08.40 Hasil : Klien tidak mampu melaksanakan

Januari 2010 aktivitasnya secara mandiri hanya

dengan bantuan keluarga dan

perawat.

2. Membantu klien dalam pemenuhan kebutuhan

08.50 ADL-nya.

Hasil : Segala kebutuhan klien dilayani

ditempat tidur.

3. Membantu klien dan libatkan keluarga

09.00 dalam melakukan latihan ROM.

Hasil : Kaki kanan klien tidak dapat

digerakkan secara optimal.

Pergerakan kaki dan jari-jari klien

baik fleksi, ekstensi, abduksi dan

adduksi belum bisa dilakukan.

4. Melibatkan keluarga dalam pemenuhan ADL

09.10 Klien.

Hasil : Kebutuhan ADL klien dibantu oleh

keluarganya.

1.Mengkaji personal hygiene.

156
Sabtu,9 III 09.20 Hasil : Klien mengatakan belum pernah

januari 2010 mandi.

2.Memandikan klien tiap hari.

09.30 Hasil : Klien mengatakan mau mandi tiap

hari.

3.Membantu klien untuk mandi ditempat tidur.

09.40 Hasil : Klien mengatakan sudah dimandikan

oleh perawat.

1. Mengkaji kebiasaan klien sebelum tidur.

Sabtu,9 IV 09.50 Hasil : Klien mengatakan sebelum tidur

Januari 2010 klien berdoa.

2. Memberikan posisi yang nyaman pada klien

10.00 pada saat mau tidur.

Hasil : Klien dalam posisi supinasi.

1.Mengkaji tingkat kecemasan klien.

Sabtu,9 V 10.10 Hasil : Cemas yang dirasakan sedang.

Januari 2010 2.Mengobservasi tanda-tanda vital :

10.20 Hasil : TD : 130/80 mmHg.

N : 80x/menit.

157
P : 20x/menit.

S : 36 C.

3. Memberikan dorongan kepada klien untuk

10.30 mengekspresikan perasaannya.

Hasil : Klien mengungkapkan perasaannya

dan kecemasan yang dihadapi.

4. Menganjurkan klien untuk selalu melakukan

10.40 pendekatan spiritual.

Hasil : Klien selalu berdoa.

5. Memberikan penjelasan kepada klien dan

10.50 keluarga tentang penyakitnya dan prosedur

pembedahan.

Hasil : Klien dapat mengerti dan menerima

keadaan penyakitnya.

1. Mengkaji adanya tanda-tanda infeksi :

Sabtu,9 VI 11.00 Hasil : Tumor (-) Kolor (-)

Januari 2010 Dolor (-) Rubor (-)

2.Mengobservasi tanda-tanda vital :

11.20 Hasil : TD : 120/70 mmHg.

N : 88x/menit.

158
P : 20x/menit.

S : 37 C.

3.Merawat luka dengan tehnik aseptic dengan

11.30 antiseptik.

Hasil : Mengganti verband setiap hari

dengan menggunakan alat steril.

F. TINDAKAN KEPERAWATAN

159
Hari/Tgl NDX Jam Evaluasi dan SOAP

05/01/2010 I. 15.00 S : - Klien mengatakan nyeri pada kaki kanan

atas.

- Klien mengatakan nyerinya hilang timbul.

- Klien mengatakan nyeri yang dirasakan

adalah nyeri sedang.

S : - Ekspresi wajah meringis.

- TTV : TD : 120/80 mmHg.

N : 80x/menit.

P : 20x/menit.

S : 36 C.

A : Masalah belum teratasi.

P : Lanjutkan intervensi :

1. Kaji tingkat nyeri,

2. Observasi tanda-tanda vital,

3. Berikan posisi yang nyaman,

4. Ajarkan tehnik relaksasi dan distraksi

5. Penatalaksanaan pemberian obat

analgetik.

II. 15.30 S : - Klien mengatakan nyeri bila beraktivitas.

- Klien mengatakan tidak dapat bergerak

160
secara leluasa.

- Klien mengatakan nyeri yang dirasakan

adalah nyeri sedang.

O : - Nampak kebutuhan klien dipenuhi di atas

tempat tidur.

- Nampak terpasang verband dan spalk pada

kaki kanan atas.

- ADL klien dilayani di tempat tidur.

A : - Masalah belum selesai.

P : - Lanjutkan intervensi :

1. Kaji tingkat kemampuan aktivitas klien,

2. Observasi perkembangan/kemajuan klien

dalam beraktivitas,

3. Bantu klien dalam memenuhi kebutuhan

ADLnya

4. Bantu klien dan libatkan keluarga dalam

melakukan latihan ROM.

5. Libatkan keluarga klien dalam setiap

tindakan terapy/pengobatan.

III. 16.00 S : Klien mengatakan tidak pernah mandi.

161
O : - Klien nampak kotor.

- Kuku klien nampak panjang.

A : Masalah belum teratasi.

P : Lanjutkan intervensi :

1. Kaji personal hygiene klien,

2. Mandikan pasien tiap hari,

3. Bantu klien untuk mandi di tempat

tidur

4. Anjurkan keluarga klien untuk

mengganti pakaian tiap hari.

5. Bantu klien dan libatkan keluarga untuk

makan dan minum di tempat tidur.

6. Bantu klien dan libatkan keluarga untuk

BAB dab BAK di tempat tidur.

IV. 16.10 7. Bantu klien untuk memotong kuku.

S : - Klien mengatakan susah tidur karena rasa

nyeri yang dirasakan,

- Klien mengatakan sering terbangun pada

malam hari.

O : Klien nampak lesu.

A : Masalah belum teratasi.

162
P : Lanjutkan intervensi :

1. Kaji penyebab gangguan pola tidur

klien.

2. Kaji kebiasaan klien sebelum tidur

3. Berikan posisi yang nyaman klien pada

klien pada saat mau tidur.

V. 16.20 4. Anjurkan klien berdoa sebelum tidur.

S : Klien mengatakan cemas dengan keadaan

penyakitnya.

O : - Klien sering bertanya-tanya tentang

penyakit.

- Klien nampak cemas.

TTV : TD : 120/70 mmHg.

N : 84x/menit.

P : 21x/menit.

S : 36 C.

A : Masalah belum teratasi.

P : Lanjutkan intervensi :

1. Kaji tingkat kecemasan klien,

2. Observasi tanda-tanda vital,

3. Berikan dorongan kepada klien untuk

163
mengekspresikan perasaannya,

4. Memberikan support kepada klien,

5. Anjurkan klien untuk melakukan

pendekatan spiritual,

6. Berikan penjelasan kepada klien

VI. 16.30 tentang

penyakitnya.

S :-

O : - Nampak adanya tanda-tanda infeki

seperti kalor, rubor, dolor dan tumor

- Terpasang verband dan spalk pada kaki

kanan nampak bersih

- Luka tampak kering

A : Tidak ada tanda-tanda resiko infeksi

P : Pertahankan intervensi

1. Kaji tanda-tanda adanya infeksi

2. Observasi tanda-tanda vital

3. Rawat luka dengan tehnik aseptic dan

I. 16.00 antiseptik

4. Penatalaksanaan pemberian obat

antibiotik

164
S : - Klien mengatakan nyeri pada kaki kanan.

- Klien mengatakan nyerinya hilang timbul,

- Klien mengatakan nyeri yang dirasakan

adalah nyeri sedang.

O : - Ekspresi wajah meringis.

- TTV : TD : 130/80 mmHg.

06/01/2010 N : 80x/menit.

P : 18x/menit.

S : 36 C.

A : Masalah belum teratasi.

P : Lanjutkan intervensi :

1. Kaji tingkat nyeri,

2. Observasi tanda-tanda vital,

3. Berikan posisi yang nyaman,

II. 16.30 4. Ajarkan tehnik relaksasi dan distraksi

5. Penatalaksanaan pemberian obat

Analgetik.

S : - Klien mengatakan nyeri bila beraktivitas,

- Klien mengatakan tidak dapat bergerak

secara leluasa,

165
O : - ADL klien dilayani di tempat tidur,

- Nampak terpasang verband dan spalk pada

kanan,

- Nampak kebutuhan klien dipenuhi di atas

tempat tidur.

A : Masalah belum teratasi.

P : Lanjutkan intervensi :

1. Kaji tingkat kemampuan aktivitas klien,

2. Observasi perkembangan / kemajuan

klien dalam beraktivitas.

3. Bantu klien dalam memenuhi

kebutuhan

ADL-nya,

4. Bantu klien dan libatkan keluarga

III. 17.00 dalam

melakukan latihan ROM,

5. Libatkan keluarga klien dalam setiap

tindakan terapy / pengobatan.

S : - Klien mengatakan sudah mandi.

O : - Klien nampak bersih dan segar,

- Ekspresi wajah ceria,

166
- Kuku klien nampak pendek dan bersih.

A : Masalah teratasi.

P : Pertahankan intervensi.

1. Kaji personal hygiene klien,

2. Mandikan pasien tiap hari,

3. Bantu klien untuk mandi di tempat

tidur,

4. Anjurkan keluarga klien untuk

mengganti pakaian tiap hari.

IV. 17.30 5. Bantu klien dan libatkan keluarga untuk

makan dan minum di tempat tidur,

6. Bantu klien dan libatkan keluarga untuk

BAB dan BAK di tempat tidur,

7. Bantu klien untuk memotong kuku.

S : - Klien mengatakan susah tidur karena rasa

nyeri yang dirasakan.

O : - Klien nampak lesu.

A : Masalah belum teratasi.

P : Lanjutkan intervensi.

1. Kaji penyebab gangguan pola tidur

V. 17.45 2. Kaji kebiasaan klien sebelum tidur

167
3. Berikan posisi yang nyaman pada klien

pada saat mau tidur

4. Anjurkan klien untuk berdoa sebelum

tidur

S : - Klien mengatakan cemas dengan keadaan

Penyakitnya

O : - Klien selalu bertanya-tanya tentang

Penyakitnya

- Klien nampak cemas

- TTV : TD : 110/70 mmHg

N : 80x/menit

P : 18x/menit

S : 37C

A : Masalah belum teratasi

P : Lanjutkan intervensi

1. Kaji tingkat kecemasan klien

2. Observasi tanda-tanda vital

3. Berikan dorongan kepada klien untuk

mengekspresikan perasaannya

VI. 10.00 4. Berikan support positif kepada klien

5. Anjurkan klien untuk selalu melakukan

168
pendekatan spiritual

6. Berikan penjelasan kepada klien dan

keluarga tentang penyakitnya

S :-

O : - Nampak adanya tanda-tanda infeki

seperti kalor, rubor, dolor dan tumor

- Terpasang verband dan spalk pada kaki

kanan nampak bersih

- Luka tampak kering

A : Tidak ada tanda-tanda resiko infeksi

P : Pertahankan intervensi

1. Kaji tanda-tanda adanya infeksi

I. 10.10 2. Observasi tanda-tanda vital

3. Rawat luka dengan tehnik aseptic dan

antiseptik

4. Penatalaksanaan pemberian obat

antibiotik

S : - Klien mengatakan nyeri pada kaki kanan

- Klien mengatakan nyerinya hilang timbul

O : - Ekspresi wajah meringis

- TTV : TD : 110/70 mmHg

169
N : 80x/menit

P : 19x/menit

S : 37C

A : Masalah belum selesai

P : Lanjutkan intervensi

1. Kaji tingkat nyeri

2. Observasi tanda-tanda vital

3. Berikan posisi yang nyaman

07/01/2010 II. 10.20 4. Ajarkan dan anjurkan tehnik relaksasi

dan

Distraksi

5. Penatalaksanaan pemberian obat

analgetik

S : - Klien mengatakan nyeri bila beraktivitas

- Klien mengatakan tidak dapat bergerak

secara leluasa

O : - ADL klien dilayani ditempat tidur

- Nampak terpasang verband dan spalk pada

kaki kanan

A : Masalah belum teratasi

P : Lanjutkan intervensi

170
1. Kaji tingkat kemampuan aktivitas klien

2. Observasi perkembangan/kemajuan klien

dalam beraktivitas

3. Bantu klien dalam memenuhi kebutuhan

III. 10.30 ADL-nya

4. Bantu klien dan libatkan keluarga dalam

melakukan latihan ROM

5. Libatkan keluarga klien dalam setiap

tindakan terapy/pengobatan

S : - Klien mengatakan sudah mandi

O : - Klien nampak bersih dan segar

- Ekspresi wajah ceria

- Kuku klien nampak pendek dan bersih

A : Masalah teratasi

P : Pertahankan intervensi

1. Kaji personal hygiene klien

2. Mandikan klien tiap hari

3. Bantu klien untuk mandi ditempat tidur

4. Anjurkan keluarga klien untuk mengganti

pakaian tiap hari

IV. 10.40 5. Bantu klien dan libatkan keluarga untuk

171
makan dan minum ditempat tidur

6. Bantu klien dan libatkan keluarga untuk

BAB dan BAK ditempat tidur

7. Bantu klien untuk memotong kuku

S : - Klien mengatakan tidurnya tadi malam

Nyenyak

O : - Klien nampak ceria

A : Masalah teratasi

P : Pertahankan intervensi

1. Kaji penyebab gangguan pola tidur

V. 11.00 2. Kaji kebiasaan klien sebelum tidur

3. Berikan posisi yang nyaman pada klien

pada saat mau tidur

4. Anjurkan klien untuk berdoa sebelum tidur

S : - Klien mengatakan cemas dengan keadaan

Penyakitnya

O : - Klien selalu bertanya-tanya tentang

Penyakitnya

- Klien nampak cemas

- TTV : TD : 110/70 mmHg

172
N : 80x/menit

P : 19x/menit

S : 37C

A : Masalah belum teratasi

P : Lanjutkan intervensi

1. Kaji tingkat kecemasan klien

2. Observasi tanda-tanda vital

3. Berikan dorongan kepada klien untuk

mengekspresikan perasaannya

VI. 15.00 4. Berikan support positif kepada klien

5. Anjurkan klien untuk selalu melakukan

pendekatan spiritual

6. Berikan penjelasan kepada klien dan

keluarga tentang penyakitnya

S :-

O : - Tidak nampak adanya tanda-tanda infeksi

seperti kalor, rubor, dolor dan tumor

- Terpasang verband dan spalk pada kaki

kanan nampak bersih

- Luka tampak kewring

A : Tidak ada tanda-tanda resiko infeksi

173
P : Pertahankan intervensi

1. Kaji tanda-tanda adanya infeksi

2. Observasi tanda-tanda vital

3. Rawat luka dengan tehnik aseptik dan

antiseptik

4. Penatalaksanaan pemberian obat

antibiotik

174
G. RESUME KEPERAWATAN

Nama Pasien : Tn I No.Rekam Medik : 358965

Umur : 37 Tahun Ruang Rawat : Rajawali/ Kamar 2

Jenis Kelamin : Laki-Laki Tgl.Masuk : 3 Januari 2010

Agama : Islam

Alamat : Jl.Poros BTN Bongkas Bulukumba

1. Masalah keperawatan pada saat pasien dirawat

a. Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan

b. Mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri dan terapi pengobatan

c. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik dan terapi

pembatasan

d. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri

e. Kecemasan berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit

f. Resiko infeksi berhubungan dengan adanya luka

2. Tindakan keperawatan selama dirawat

a. Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan

1) Kaji tingkat nyeri

2) Observasi tanda-tanda vital

175
3) Berikan posisi yang nyaman

4) Ajarkan tehnik relaksasi dan distraksi

5) Penatalaksanaan pemberian obat analgetik

b. Mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri dan terapi pengobatan

1) Bantu klien dalam memenuhi kebutuhan ADL-nya

2) Kaji tingkat kemampuan aktivitas

3) Libatkan keluarga dalam pemenuhan ADL

c. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik dan terapi

pembatasan

1) Bantu klien untuk mandi ditempat tidur

2) Bantu klien dan libatkan untuk makan dan minum ditempat tidur

3) Bantu klien untuk memotong kuku

d. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri

1) Kaji penyebab gangguan pola tidur

2) Berikan posisi yang nyaman pada klien pada saat tidur

3) Anjurkan klien untuk beredoa sebelum tidur

e. Kecemasan berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit

1) Kaji tingkat kecemasan klien

2) Observasi tanda-tanda vital

3) Berikan support positif pada klien

4) Berikan penjelasan kepada klien dan keluarga tentang penyakit dan

prosedur pembedahan

176
f. Resiko infeksi berhubungan dengan adanya luka

1) Kaji tanda-tanda adanya infeksi

2) Observasi tanda-tanda vital

3) Rawat luka dengan tehnik aseptik dan antiseptik

4) Penatalaksanaan pemberian obat antibiotic

3. Evaluasi

a. Personal hygiene teratasi

b. Resiko infeksi teratasi

c. Gangguan pola tidur teratasi

4. Nasehat pada waktu pulang

a. Lakukan tehnik relaksasi bila nyeri

b. Anjurkan klien untuk menjaga kebersihan diri

c. Minum obat secara teratur

d. Rawat luka dengan teknik aseptik dan antiseptik

e. Kembali control ke poliklinik bedah secara teratur

177
BAB IV

PEMBAHASAN

Dalam praktek keperawatan profesional terhadap klien Fraktur Tibia Fibula

1/3 Distal terbuka di ruang perawatan bedah RS.Bhayangkara Mappa Oudang

Makasar, pendekatan yang digunakan yaitu pendekatan secara sistematis melalui

pemikiran yang matang dengan menerapkan teori dari beberapa disiplin ilmu

pengetahuan dihubungkan dengan kebutuhan manusia melalui tahap proses

keperawatan yaitu pengkajian, perencanaan, catatan tindakan dan evaluasi. Berikut

ini akan membahas perbedaan yang terjadi antara teori dan kasus yang didapat dari

asuhan keperawatan pada klien TnI

A. Pengkajian

Dari hasil pengkajian ditemukan adanya kesenjangan antara teori dengan

kasus, pada teori dijelaskan terjadi gangguan beberapa dari sistem tubuh seperti

sistem sirkulasi, neurosensori, nyeri/kenyamanan, keamanan, serta aktifitas/

istirahat, sedangkan pada kasus mendapatkan 3 gangguan sistem tubuh yaitu

gangguan aktifitas, nyeri/kenyamanan dan keamanan.

Berdasarkan data hasil pengkajian yang dilakukan Tn I maka data yang

ditemukan pada kasus adalah klien mengatakan nyeri pada daerah kaki kanan

178
atas, nyeri yang dikeluhkan oleh klien adalah hilang timbul dengan skala nyeri

sedang, sifat nyeri yang dikeluhkan seperti ditusuk-tusuk dan waktu timbulnya

nyeri setiap kali klien beraktifitas dan merupakan pencetus timbulnya nyeri dan

faktor yang memperingan adalah bila klien tidak beraktifitas, sedangkan gejala

klinik yang ditemukan pada teori adalah nyeri akibat kerusakan jaringan dan

perubahan struktur dan pergerakan bagian-bagian fraktur, bengkak, diformitase

atau perubahan bentuk krepitasi yang dapat didengar bila fraktur digerakkan,

ecimosis atau perdarahan subkutan, berkurangnya sensasi yang dapat terjadi

karena gangguan saraf dimana saraf itu dapat terjepit atau terputusnya oleh

fragmen tulang, syok yang dapat disebabkan karena kehilangan darah dan rasa

nyeri hebat.

Dari data di atas didapatkan kesenjangan antara teori dan kasus dimana

pada hal ini disebabkan karena kondisi klien dalam merespon terhadap suatu

penyakit yang berbeda.

B. Diagnosa Keperawatan

Pada tinjauan teori didapatkan 8 diagnosa keperawatan untuk kasus fraktur

yaitu :

1. Nyeri berhubungan dengan fraktur

2. Resiko terjadinya infeksi sekunder berhubungan dengan luka yang masih

basah.

3. Gangguan mobilitas fisik/aktivitas berhubungan dengan fraktur

179
4. Gangguan pemenuhan ADL personal hygiene berhubungan dengan

kurangnya kemampuan merawat diri

5. Resiko terjadinya gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kurangnya

pengembangan paru oleh imobilisasi

6. Resiko terjadinya trauma tambahan berhubungan dengan terputusnya

integritas tulang

7. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan penurunan sirkulasi pada

daerah tertekan

8. Kecemasan berhubungan dengan kurangnya informasi, tentang penyakit.

Sedangkan menurut tinjauan kasus didapatkan 6 diagnosa yaitu :

1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas

jaringan

2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri dan terapi pengobatan

3. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik dan terapi

pembatasan.

4. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri

5. Kecemasan berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit

6. Resiko infeksi berhubungan dengan adanya luka

Dengan melihat kesenjangan antara teori dengan kasus terdapat 3 diagnosa yang ada

pada teori tidak ditemukan pada kasus.

180
1. Resiko terjadi trauma tambahan berhubungan dengan terputusnya integritas

tulang. Diagnosa ini tidak diangkat karena klien tidak banyak melakukan

gerakan yang dapat menyebabkan terjadinya trauma tambahan.

2. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan penurunan sirkulasi pada

daerah tertekan. Diagnosa ini tidak diangkat karena keluarga klien rajin

merawat daerah yang tertekan dan keluarga rajin merubah poisi klien setiap

saat.

3. Resiko terjadinya gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kurangnya

pengembangan paru oleh imobilisasi. Diagnosa ini tidak diangkat karena pada

waktu pengkajian pernapasan klien masih normal 24x/menit, klien tidak

mengalami kesulitan bernafas dan tidak mengalami sianosis.

Dengan melihat kesenjangan antara teori dan kasus terdapat 1 diagnosa yang ada

pada kasus tidak ditemukan pada teori yaitu :

1. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri. Diagnosa ini diangkat karena

melihat kondisi klien yang mengalami nyeri sedang pada saat klien mau tidur

sehingga terjadi gangguan pola tidu pada klien ditambahkan dengan faktor

lingkungan.

C. Perencanaan

Pada perencanaan tindakan keperawatan penulis menyusun sesuai teori

permasalahan yang dihadapi klien saat itu.

181
1. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas

jaringan.

a. Tujuan : Nyeri berkurang/teratasi

b. Perencanaan tindakan sebagai berikut :

1) Kaji tingkat nyeri

2) Observasi tanda-tanda vital

3) Berikan posisi yang nyaman

4) Ajarkan posisi yang nyaman

5) Penatalaksanaan pemberian obat analgetik

2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri dan terapi pengobatan

a. Tujuan : Klien mampu keraktivitas

b. Peencanaan tindakan sebagai barikut

1) Kaji tingkat kemampuan aktivitas

2) Observasi perkembangan/kemajuan klien dalam beraktivitas

3) Bantu klien dalam memenuhi kebutuhan ADLnya

4) Bantu klien dan libatkan keluarga dalam melakukan latihan ROM

5) Libatkan keluarga klien dalam setiap tindakan terapi pengobatan

6) Libatkan keluarga dalam pemenuhan ADL klien.

3. Defisi perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik dan terapi

pembatasan.

a. Tujuan : Klien dapat mandi sendiri

b. Perencanaan tindakan sebagai berikut :

182
1) Kaji personal hygiene

2) Mandikan klien tiap hari

3) Bantu klien untuk mandi ditempat tidur

4) Anjurkan keluarga klien untuk mengganti pakaian tiap hari

5) Bantu klien melibatkan keluaga untuk makan dan minum ditempat

tidur

6) Bantu klien dan libatkan keluaga untuk BAB dan BAK

7) Bantu klien untuk memotong kuku

4. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri :

a. Tujuan : Klien dapat tidur selam 7 8 jam/hari

b. Perencanaan tindakan sebagai berikut :

1) Kaji penyebab gangguan pola tidur klien

2) Kaji kebiasaan klien sebelum tidur

3) Berikan posisi yang nyaman pada klien pada saat mau tidur

4) Anjurkan klien berdoa sebelum tidur

Terjadi kesenjangan antara teori dengan kasus.

5. Kecemasan berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit.

a. Tujuan : Kecemasan klien berkurang/teratasi

b. Perencanaan tindakan sebagai berikut :

1) Kaji tingkat kecemasan klien

2) Observasi tanda-tanda vital

3) Berikan dorongan kepada klien untuk mengekspresikan perasaannya

183
4) Berikan support positif kepada klien

5) Anjurkan klien untuk selalu melakukan pendekatan spiritual

6) Berikan penjelasan kepada klien dan keluarga tentang penyakit dan

prosedur pembedahan

6. Resiko infeksi berhubungan dengan adanya luka.

a. Tujuan : Infeksi tidak terjadi

b. Perencanaan tindakan sebagai berikut :

1) Kaji tanda-tanda adanya infeksi

2) Observasi tanda-tanda vital

3) Rawat luka dengan teknik aseptik dan antiseptik

4) Penatalaksanaan pemberian antibiotic

D. Implementasi

Rencana pelaksanaan yang dibuat diaplikasikan dalam tahap pelaksanaan

tindakan keperawatan yang diberikan kepada klien merupakan rangkaian dari

seluruh rencana tindakan yang dibuat sebelumnya. Dalam melaksanakan tindakan

tersebut meliputi tindakan mandiri, pendirikan kesehatan dan kolaborasi.

Tindakan keperawatan yang penulis lakukan yaitu :

1. Diagnosa I

Nyeri pelaksanaan yang diberikan yaitu : mengkaji tingkat nyeri,

mengobservasi TTV, memberikan posisi yang nyaman, mengajarkan teknik

relaksasi dan distraksi, penatalaksanaan pemberian obat analgetik.

184
2. Diagnosa II

Gangguan mobilitas fisik yang diberikan yaitu : mengkaji tingkat kemampuan

aktivitas, mengobservasi perkembangan/kemajuan dalam beraktivitas,

membantu klien dalam memenuhi kebutuhan ADLnya, membantu klien

melibatkan keluarga dalam melakukan latihan ROM, melibatkan keluarga

klien dalam setiap tindakan terapi pengobatan, melibatkan keluarga dalam

pemenuhan ADL klien.

3. Diagnosa III

Personal hygiene yang diberikan yaitu : mengkaji personal hygiene, mandikan

klien tiap hari, membantu klien untuk mandi ditempat tidur, menganjurkan

keluarga klien untuk mengganti pakaian tiap hari, membantu klien dan

melibatkan keluarga untuk makan dan minum ditempat tidur, membantu klien

melibatkan keluarga untuk BAB dab BAK ditempat tidur, membantu klien

untuk memotong kuku.

4. Diagnosa IV

Gangguan pola tidur yang diberikan yaitu : mengkaji penyebab gangguan

pola tidur klien, mengkaji kebiasaan klien sebelum tidur, memberikan posisi

yang nyaman pada klien pada saat mau tidur, menganjurkan klien bedoa

sebelum tidur.

Terjadi kesenjangan antara teori dan kasusu.

5. Diagnosa V

185
Cemas pelaksanaan yang diberikan yaitu : mengkaji tingkat kecemasan klien,

mengobservasi tanda-tanda vital, memberikan dorongan kepada klien untuk

mengekpresikan perasaannya, memberi support positif kepada klien,

menganjurkan klien untuk selalu melakukan pendekatan spiritual,

memberikan penjelasan kepada klien da keluarga tentang penyakit dan

prosedur pembedahan

6. Diagnosa VI

Resiko infeksi pelaksanaan diberikan yaitu : mengkaji tanda-tanda adanya

infeksi, mengobservasi tanda-tanda vital, merawat luka dengan tehnik aseptik

dan antiseptik, penatalaksanaan pemberian obat antibiotik.

E. Evaluasi

Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam proses keperawatan yang

mana meliputi pencapaian tujuan keperawatan :

1. Pada pelaksanaan evaluasi ada 3 diagnosa yang belum teratasi yaitu :

a. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan terputusnya

kontinuitas jaringan

Tidak teratasi karena klien masih mengeluh nyeri pada daerah fraktur,

ekspresi wajah klien masih tampak meringis.

b. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan terapi pengobatan

Tidak teratasi karena klien tidak mampu beraktivitas secara mandiri, ADL

nampak dipenuhi ditempat tidur.

186
c. Kecemasan berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang

penyakit.

Tidak teratasi karena klien belum mengerti tentang masalah fraktur yang

dialaminya, klien nampak cemas.

2. Diagnosa yang teratasi yaitu :

a. Defiit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik dan terapi

pembatasan

Teratasi pada tanggal 6 Januari 2010, hal ini dilihat dari data bahwa klien

mampu memenuhi kebutuhan ADLnya dengan bantuan keluarga.

b. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri

Teratasi pada tanggal 7 Januari 2010, hal ini dilihat dari data bahwa tidur

klien 6 8 jam/hari.

c. Resiko infeksi berhubungan dengan adanya luka

Belum teratasi pada tanggal 5 Januari 2010, hal ini dapat dilihat dari data

bahwa masih tampak adanya tanda-tanda infeksi seperti : tumor, kalor,

dolor, rubor.

187
BAB V

PENUTUP

Setelah menguraikan pembahasan kasus pada klien post operasi fraktur Tibia

Fibula 1/3 Distal terbuka di ruang perawatan bedah RS.Bhayangkara Mappa Oudang

Makassar 5 11 Januari 2010, maka penulis menarik kesimpulan sebagai berikut :

A. Kesimpulan

1. Dari hasil pengkajian ditemukan adanya kesenjangan antara teori dengan

kasus, pada teori dijelaskan terjadi gangguan beberapa dari sistem tubuh

seperti sistem sirkulasi, neurosensori, nyeri/kenyamanan, keamanan, serta

aktifitas/ istirahat, sedangkan pada kasus mendapatkan 3 gangguan sistem

tubuh yaitu gangguan aktifitas, nyeri/kenyamanan dan keamanan.

2. Penyusunan rencana tindakan keperawatan dilakukan bedasarkan pengkajian

yang didapat dari klien dan dilakukan secara bio-psikososial spiritual

sehingga rencana tindakan yang diambil bisa lebih efisien dan efektif.

3. Dalam melaksanakan tindakan keperawatan pada klien post operasi fraktur

Tibia Fibula 1/3 Distal terbuka dilakukan sesuai dengan masalah yang muncul

pada diagnosa keperawatan.

188
4. Evaluasi dilakukan meliputi SOAP dan didukung oleh peran keluarga secara

fisik, serta psikologis amat berpengaruh pada kelancaran proses keperawatan

pada klien karena dapat memberikan rasa nyaman dan aman.

5. Di dalam melakukan pendokumentasian asuhan keperawatan pada klien post

operasi Fraktur Tibia Fibula 1/3 Distal terbuka dilakukan secara cermat dan

teliti sesuai dengan data yang telah didapatkan.

B. Saran

1. Dalam melakukan pengkajian keperawatan ada baiknya melakukan

pendekatan interpersonal terlebih dahulu dengan klien sehingga proses

pengkajian dapat berjalan sesuai yang diharapkan.

2. Dalam menyusun rencana keperawatan pada klien fraktur Tibia Fibula 1/3

Distal terbuka harus dilakukan sesuai dengan diagnosa yang muncul.

3. Diharapkan dalam melakukan tindakan keperawatan harus sesuai dengan

kebutuhan klien serta memperhatikan fasilitas yang ada.

4. Diharapkan perlunya pendokumentasian evaluasi SOAP agar semua tindakan

yang telah dilakukan bisa terlihat dengan jelas.

5. Diharapkan dalam pendokumentasian asuhan keperawatan pada klien post

operasi fraktur Tibia Fibula 1/3 Distal terbuka dilakukan dengan berfokus

pada proses kepeawatan yaitu pengkajian, diagnosa keperawatan, rencana

keperawatan, catatan tindakan dan evaluasi keperawatan.

189
DAFTAR PUSTAKA

Barbara Enggram, 1999, Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah, Volume 2


Buku Kedokteran, EGC, Jakarta.

Brunner dan Suddarth, 2000, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Volume 3,
EGC, Jakarta.

Doengoes, Marilyn E. dkk, 2002, Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, Jilid 2,


EGC, Jakarta.

Mansjoer A, dkk, 2000, Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Jilid 2, Media


Aesculapius, Jakarta.

Sylvia A, Price, dkk, 2002, Patofisiologi Buku 2, Edisi 4, Buku Kedokteran, EGC,
Jakarta.

190
191

Anda mungkin juga menyukai