39
40
3.1.3 Nilai-nilai
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, Kirana Megatara Group berupaya
untuk memastikan bahwa nilai dasar KIRANAKU selalu tercermin penuh dalam
aktivitas karyawan sehari-hari.
KERJASAMA UNGGUL
1. Saling menghargai 1. Melakukan perbaikan
2. Berpikir untuk kesuksesan berkesinambungan (Kaizen)
bersama 2. Berpikir terbuka
3. Saling mendukung (sinergi) 3. Inovatif
Anugrah
- Nusira - Tirta Sari -Djambi - Kirana - New
Alam
Surya Waras Musi Kalbar
Persada Process
- Pantja Persada
Kilau Surya - Kirana -Djambi or
Getah Sapta Waras - Kirana
Kemuning Jujuhan Permata - Kirana
- Karini Prima
Panen Utama
-Kirana - Komerin
Subur
Windu g Jaya - Kirana
Abadi
Perdana Putera
Tisma -Anugra Karya
Persada h bungo
Mandiri Lestari
Pelita
Katingan
Pratama
CEO
AREA DIRECTOR
SUMBAGUT AREA VP AREA VP AREA VP OPERATION
DIRECTOR OPERATION DIRECTOR OPERATION DIRECTOR KALIMANTAN
JAMBI JAMBI SUMBAGSEL SUMBAGSEL KALIMANTAN
43
44
CEO
HR SYSTEM DEVELOPMENT
HR & GA DIVISION
HEAD
TALENT MANAGEMENT
HR DEVELOPMENT DEPT
HEAD
HRIS
TRAINING DEVELOPMENT
RECRUITMENT &
ASSESSMENT
INDUSTRIAL RELATION
HR OPERATION
GA OPERATION
RECEPSIONIST, KURIR,
DRIVER, OB
PAYROLL
1. Tahap Perencanaan
Sebagai perusahaan pengolah karet terbesar di Indonesia, perencanaan
merupakan tahapan yang harus diperhatikan dengan baik. Kirana Megatara Group
memiliki perancanaan strategi (jangka panjang) dan perencanaan operasional (jangka
pendek). Seluruh jajaran manajemen puncak perusahaan dan anak perusahaan akan
terlibat dalam tahapan perencanaan ini.
Terdapat 4 (empat) aktivitas utama dalam tahapan perencanaan sebagai berikut:
a. Penjualan Produk Jadi
Produk jadi berupa SIR (Standard Indonesia Rubber) yang siap untuk
dipasarkan kepada pihak yang telah melakukan kerjasama dengan
perusahaan.
b. Perencanaan Pembelian Bahan Baku
49
2. Tahap Penjualan
50
Prioritas penjualan akan diberikan kepada pengguna produk akhir (end user)
yang merupakan produsen ban kelas dunia. Tahapan penjualan dapat dilihat pada
gambar 3.6.
4. Tahap Produksi
Tahapan ini sangat mengedepankan kualitas dengan mengedepankan nilai
KIRANAKU, kualitas terbaik dari produk akan menjamin kepuasan
pelanggan. Tahapan pada proses produksi dapat dilihat pada gambar 3.7.
2. Proses Milling
Proses milling merupakan proses pertama yang mengolah bokar menjadi
blanket. Pada proses milling, bokar dihancurkan, dibersihkan, dicuci dan
dibentuk menjadi blanket yang siap dikeringkan.
Ada beberapa tahapan proses yang harus dilalui, yaitu:
a. Breaker
Merupakan proses penghancuran bongkahan bokar menjadi potongan
yang lebih kecil.
b. Mixing Tank
53
3. Proses Pengeringan
Proses pengeringan merupakan proses paling lama dalam keseluruhan
proses produksi dan memakan waktu 8 hingga 12 hari untuk mendapatkan
tingkat kekeringan dan kualitas karet sesuai standar yang diinginkan. Proses
pengeringan ini menggunakan sistem penjemuran dan digantung dalam
kamar gantung blanket (KGB).
4. Proses Crumbing
Proses crumbing merupakan proses utama dalam pembuatan produk SIR.
Dalam proses ini blanket yang sudah memenuhi standar kualitas diturunkan
dalam kamar gantung blanket untuk menjalani proses crumbing yang terdiri
dari beberapa tahapan.
1. Penghancuran
Blanket dihancurkan menjadi serpihan-serpihan kecil untuk memudahkan
proses pengeringan didalam dryer.
2. Pencucian
Serpihan-sepihan blanket dicuci untuk menghilangkan kotoran dan debu
yang menempel selama proses pengeringan.
3. Pemasakan
Serpihan-serpihan blanket dimasukkan kedalam kotak cetakan, kemudian
dimasak didalam dryer selama waktu tertentu dengan suhu tertentu untuk
mendapatkan kualitas yang diinginkan.
4. Penimbangan dan pencetakan
54
6. SlipTray
Slip Tray merupakan kemasan plastik berbentuk mangkok kotak yang
menjadi alas dan tutup susunan bale. Setelah disusun didalam Slip Tray,
produk dan kemasannya dibungkus dengan plastik untuk melindunginya
dari kontaminasi.
7. Metal Box
Metal Box merupakan kemasan yag paling banyak dipakai untuk
pengiriman produk karet alam. Bentuknya berupa kotak yang terbuat dari
metal, dapat dilipat dan mudah di-handling. Dengan menggunakan metal
box, kemasan berisi produk SIR dapat ditumpuk dengan jumlah tertentu
sehingga dapat mengurangi luas area penyimpanan.
6. Tahap Penagihan
Penagihan merupakan tahapan akhir dari proses operasional perusahaan.
Setiap dokumen penagihan dikirimkan dengan menggunakan jasa pengiriman
dokumen berskala internasional dan dimonitor secara rutin hingga dokumen
tersebut diterima oleh pembeli. Sistem pembayaran yang digunakan sebagian
besar adalah Cash Against Document (CAD), Advance Payment dan Letter of
Credit (L/C), Piutang dagang dikontrol secara khusus untuk memastikan
pembayarannya dapat diterima tepat waktu. Koordinasi dan komunikasi
dengan pembeli dilakukan secara periodik untuk menjaga agar waktu
penerimaan piutang terkontrol dengan baik.
7. Tahap Pengawasan
Perusahaan untuk melakukan pengawasan proses yang terintegrasi dengan
tujuan menjamin kelancaran pengiriman produk (kuantitas dan kualitas) dan
meningkatkan efisiensi dan efektifitas proses. Proses pengawasan dilakukan
56
secara mandiri oleh setiap bagian dan berjenjang hingga tingkat manajemen
puncak.
1. Pengawasan kualitas
Kualitas merupakan hal utama yang menjadi fokus Kirana Megatara Group.
Untuk itu, proses pengawasan kualitas menjadi aktivitas yang diprioritas
untuk dilaksanakan.
Ada 2 proses utama pengawasan kualitas:
a. Inspeksi kualitas: di setiap pabrik Kirana Megatara Group, inspeksi
kualitas ini merupakan hal yang wajib dilakukan untuk menjaga kualitas
produk SIR. Beberapa proses inspeksi kualitas yang dijalankan adalah
pengawasan kontaminasi kotoran, pengawasan ketebalan blanket,
pengawasan penjemuran, pengawasan kematangan bale, pengawasan
kontaminasi logam dan lain-lain.
b. Pengetesan laboratorium: aktivitas mengontrol kualitas dari bahan baku
hingga produk jadi. Proses pengetesan laboratorium menjadi salah satu
alat pengawasan utama yang dijalankan oleh setiap pabrik perusahaan.
Pengetesan laboratorium dilakukan mulai dari kualitas bahan baku
sebelum diproduksi, kualitas blanket di setiap batch-nya, pengetesan
SIR.
2. Pengawasan Kinerja
Perancanaan pada kontrol kinerja operasional yang telah dibuat dimonitor
dan di-review secara rutin setiap hari ditingkat departemen/seksi, mingguan
dan bulanan ditingkat pabrik, bulanan ditingkat wilayah dan bulanan
ditingkat corporate. Monitoring Review tersebut dilaksanakan secara teratur
untuk menjamin perencanaan yang telah dibuat dapat berjalan dengan baik
dan target yang sudah ditetapkan dapat dicapai secara bertahap. Bentuk
review yang dilaksanakan di masing-masing tingkatan ada beberapa macam:
core/asakai (pertemuan singkat sebelum bekerja), rapat mingguan, dan
PDCA (Plan, Do, Check, Act) review. Dalam masing-masing review tersebut
akan membahas pencapaian kinerja operasional (KPI) juga dibahas dalam
permasalahan dan hambatan yang terjadi/dijumpai di lapangan. Penyelesaian
permasalahan tersebut ditindaklanjuti dalam bentuk PICA (Problem
Identification and Corrective Action) untuk memastikan bahwa masalah
tersebut terus dimonitor dan dapat diselesaikan dengan baik.
57
perputaran shift dapat dilakukan setiap minggu, setiap 2 (dua) minggu, setiap bulan,
atau tetap (non-shift).
NON SHIFT
07.00-15.00 V V V V V
08.00-16.00 V V V V V V V V V V V V V V
08.00-17.00 V
61
Keterangan:
1. Jadwal kerja yang dibuat oleh atasan ada yang tidak memiliki pola (ditentukan
berdasarkan penyesuaian dari atasan langsung).
2. Jam kerja sudah termasuk jam istirahat selama 1 (satu) jam dan jam ibadah pada
hari Jumat untuk umat muslim. Total jam kerja karyawan setiap minggu tidak
lebih dari 40 (empat puluh) jam, selebihnya dihitung lembur.
3. Istilah-istilah yang akan diberlakukan pada pembahasan sebagai berikut:
a. DWJ = PT. Djambi Waras j. NKP = PT. New Kalbar
Jujuhan Processor
b. DW = PT. Djambi Waras k. TSS = PT. Tirta Sari Surya
c. ABL = PT. Anugerah Bungo l. KPT = PT. Kirana Permata
Lestari m. KMP = PT. Kirana Musi
d. KW = PT. Kirana Windu Persada
e. Sapta = PT. Kirana Sapta n. Nusira = PT. Nusira
f. KU = PT. Kirana Utama o. PS = PT. Pantja Surya
g. Prima = PT. Kirana Prima p. HO = Head Office (PT. Kirana
h. KPK = PT. Kirana Putera Megatara)
Karya
i. KJP = PT. Komering Jaya
Perdana
b. DW
Jadwal ini berlaku untuk karyawan produksi khusus dengan status non-
staff dan borongan. Sama dengan DWJ, setiap karyawan mendapatkan
lembur otomatis selama 2 (dua) jam setiap minggunya.
c. Prima
Jadwal ini berlaku untuk karyawan di bagian produksi, kepala shift,
operator tungku dan operator kamar mesin. Hari Senin-Sabtu, karyawan
akan mendapatkan lembur otomatis selama 30 (tiga puluh) menit di jam
istirahat dan khusus di hari Sabtu jika karyawan pulang jam 16.00, maka
secara otomatis karyawan akan mendapatkan tambahan 2 (dua) jam
lembur otomatis di luar jam istirahat.
d. KW
Jadwal ini berlaku untuk bagian produksi, operator tungku dan operator
kamar mesin. Hari Senin-Sabtu, setiap karyawan yang tidak mengambil
jam istirahat akan mendapatkan lembur otomatis selama 1 (satu) jam.
Kecuali hari Jumat khusus di shift pagi, tidak akan mendapatkan lembur
otomatis bagi umat muslim yang melaksanakan ibadah. Khusus untuk
hari Sabtu, bila karyawan yang bersangkutan melaksanakan shift sampai
dengan jam 16.00, maka akan mendapatkan lembur otomatis selama 2
(dua) jam. Lembur otomatis di hari Sabtu akan hilang, jika karyawan
yang bersangkutan absen di salah satu hari kerja, kecuali bila sedang
melakukan perjalanan dinas.
e. Sapta
Bagian produksi, kepala shift, operator tungku, operator kamar mesin,
bagian laboratorium, bagian quality control dan operator forklift akan
mengadopsi jadwal kerja ini, dengan hari kerja Senin-Sabtu dan libur di
hari Minggu. Lembur otomatis akan didapatkan setiap shift yang
dijalankan pada hari tersebut di jam istirahat selama 30 (tiga puluh)
menit. Tambahan lembur otomatis di hari Sabtu selama 2 (dua) jam akan
didapatkan oleh karyawan yang bersangkutan apabila menyelesaikan shift
di jam 16.00 dan tidak terdapat absensi di shift Senin-Jumat.
63
f. KU dan KPT
Jadwal kerja ini diadopsi oleh bagian produksi, kepala shift, operator
tungku dan operator kamar mesin. Karyawan yang bekerja pada
bagian tersebut akan mendapatkan lembur otomatis pada hari Sabtu
selama 2 jam apabila selesai melakukan shift pada jam 16.00 dan
tidak terdapat absen pada 5 (lima) hari kerja sebelumnya.
g. Nusira
Khusus karyawan bagian teknik akan melaksanakan jadwal kerja ini.
Terdapat beberapa pengecualian pada bagian teknik:
1. Shift pagi: karyawan yang menjalankan shift ini akan bekerja
selama 7 (tujuh) jam di hari Senin-Jumat dan 5 (lima) jam di hari
Sabtu tanpa istirahat.
2. Shift sore dan malam: karyawan yang menjalankan shift ini akan
mendapatkan lembur otomatis selama 2 (dua) jam di hari Senin-
Jumat dan lembur otomatis selama 3 (tiga) jam khusus di hari
Sabtu.
h. PS
Jadwal ini diadopsi oleh karyawan bagian produksi, dimana karyawan
yang bersangkutan akan mendapatkan hak lembur otomatis di jam
istirahat selama 30 (tiga puluh) menit di jam kerja dari hari Senin-
Sabtu.
2. Perputaran shift setiap minggu dengan pola berputar dari shift pagi-sore-
malam-pagi (berulang kembali).
a. KMP
Jadwal ini berlaku untuk karyawan di bagian milling dan crumbing.
Untuk shift pagi di hari Sabtu jam kerja yang berlaku dari pukul 08.00-
14.00, sedangkan untuk shift sore dan malam tetap berlaku jam kerja
yang sama dari hari Senin-Sabtu. Untuk jam kerja dalam satu minggu
lebih dari 40 jam akan diberlakukan lembur otomatis.
64
b. TSS
Jadwal ini berlaku untuk karyawan produksi, operator listrik, operator
kamar mesin dan operator forklift. Karyawan akan mendapatkan lembur
otomatis 1 jam pada hari Jumat di jam istirahat kecuali untuk operator
listrik, dan 1 jam pada hari Sabtu karena telah melebihi jam kerja 40
jam seminggu.
b. NKP
Berlaku untuk karyawan di bagian produksi.
c. Nusira
Bagian security mengadopsi jadwal ini dan jam istirahat akan dihitung
sebagai jam lembur otomatis selama 1 (satu) jam. Pola shift akan dibuat
dengan hari libur bergilir setiap minggunya.
65
d. PS
Karyawan pada bagian operator forklift, bagian laboratorium dan
security mengadopsi jadwal kerja ini. Jam istirahat akan secara
langsung dihitung sebagai lembur otomatis selama 1 (satu) jam dan
pola shift dengan hari libur bergilir setiap minggunya.
selama 8 (delapan) jam per harinya, disertai dengan jam istirahat selama 1
(satu) jam.
b. KPK
Bagian security pada KPK tidak mendapatkan hari libur sama sekali
setiap minggunya dikarenakan personil security yang masih kurang.
Setiap kali shift dijalankan, maka secara otomatis karyawan yang
bersangkutan akan mendapatkan lembur otomatis selama 4 (empat) jam
dan istirahat secara bergantian selama 30 (tiga puluh) menit. Pertukaran
antara shift pagi dan shift malam dilakukan setiap 2 (dua) minggu.
c. NKP
Jadwal kerja ini berlaku untuk karyawan dengan status borongan.
Pergantian shift antara shift pagi dan shift malam akan terjadi setiap
minggunya.
1. Operator bekerja dari hari Senin-Sabtu, hanya mendapat jadwal libur pada
hari Minggu.
2. Setiap bekerja, operator secara otomatis mendapatkan lembur selama 4
(empat) jam.
3. Pada hari kerja ke-6, setiap operator mendapatkan lembur otomatis 6 jam + 2
jam.
4. Jika pada 5 (lima) hari sebelumnya terdapat hari dimana operator yang
bersangkutan tidak dapat memenuhi kewajibannya, maka bonus 2 (dua) jam
pada hari ke-6 akan hilang.
5. Bila hari ke-6 jatuh pada hari libur nasional, maka operator mendapatkan
lembur otomatis selama 12 (dua belas) jam dikurangi waktu istirahat selama 1
(satu) jam.
b. Sapta, Prima
Karyawan di bagian sortir dan potong bokar mengadopsi jadwal kerja ini
dan apabila hasil sortir bokar > 3 ton akan mendapatkan insentif sesuai
perjanjian yang telah ditentukan.
c. KPK
Jadwal ini berlaku untuk setiap karyawan, kecuali karyawan bagian
security.
68
d. NKP
Jadwal ini diadopsi oleh karyawan di bagian office pabrik (produksi).
l. Non-shift 08.00 16.00 (DWJ, DW, ABL, KW, Sapta, KU, Prima, KJP,
NKP, TSS, KPT, KMP, Nusira, PS)
Jadwal kerja ini bersifat tetap dan tidak mengalami perputaran sama sekali
dan memberlakukan hari libur di hari Minggu.
a. DWJ dan DW
Jadwal ini berlaku untuk karyawan di bagian office pabrik dan pada hari
Sabtu berlaku lembur otomatis selama 2 (dua) jam (khusus untuk DW
hanya berlaku oleh karyawan dengan status non-staff)
b. ABL
Jadwal kerja diadopsi oleh karyawan bagian kantor, pembelian, quality
control dan bagian labolatorium. Khusus hari Sabtu, seluruh karyawan
yang menjalankan jadwal kerja ini akan mendapatkan lembur otomatis
selama 2 (dua) jam dengan SPL (Surat Perintah Lembur), kecuali
karyawan di bagian kantor.
c. KW
Jadwal kerja ini berlaku bagi karyawan pada bagian kantor, pembelian,
bengkel, gudang, material, gudang bahan baku dan gudang bahan jadi.
Pada hari Sabtu seluruh karyawan yang melaksanakan jadwal kerja
tersebut akan mendapatkan lembur otomatis jika menyelesaikan shift pada
jam 16.00 selama 2 (dua) jam dan apabila karyawan melaksanakan shift
pada hari Minggu atau hari libur nasional, maka lembur otomatis selama
8 (delapan) jam akan diberlakukan, dikurangi dengan 1 (satu) jam jam
istirahat (berlaku keliapatan).
e. KU dan KPT
Karyawan pada bagian kantor dan pembelian menjalankan jadwal
kerja ini.
g. NKP
Karyawan bagian office depan dan office kota (depo-tebo)
mengadopsi sistem jadwal kerja ini.
h. TSS
Karyawan pada bagian office di pabrik akan melaksanakan jadwal
kerja ini dan akan mendapatkan lembur otomatis selama 2 (dua) jam
di hari Sabtu.
Analisis masalah:
1. Penjadwalan karyawan yang diatur dan ditentukan oleh atasan langsung atau
personalia/HR Operation mengalami masalah pada jadwal kerja setiap karyawan
yang terus berganti (pada periode yang telah ditentukan) tanpa memiliki pola
yang tetap dan hal tersebut berpengaruh pada banyak hal, terutama pada
perhitungan gaji setiap akhir bulan. Penentuan jadwal kerja karyawan akan lebih
baik jika dilakukan di awal ketika karyawan pertama kali diterima dan bekerja
dengan memiliki pola jadwal kerja yang berlaku selama karyawan tersebut
bekerja di perusahaan sehingga penentuan tidak dilakukan berulang kali dan
dapat dipetakan ke dalam sistem.
2. Jadwal kerja yang tidak berpola akan menimbulkan masalah pada perhitungan
gaji karyawan setiap bulannya, terutama pada penghitungan TUL (Tunjangan
70
Requirements:
1. Penyimpanan histori jadwal kerja karyawan. Hal ini diperlukan untuk mendeteksi
adanya kesalahan perhitungan pada periode penggajian yang didasarkan pada
banyaknya jam kerja setiap karyawan.
2. Penyimpanan histori jadwal kerja karyawan dengan tujuan untuk membuat
laporan yang mungkin dibutuhkan oleh perusahaan.
3. Sistem secara otomatis dapat menghitung jam kerja di luar jadwal kerja (lembur),
sehingga tunjangan dapat dibayarkan pada proses payroll.
4. Jadwal kerja karyawan yang berpola untuk mengurangi kemungkinan terjadinya
lembur otomatis.
5. Perhitungan kompensasi maupun benefit yang terkait dengan Time Management
dapat secara otomatis dilakukan oleh sistem. Penjadwalan kerja yang baik akan
mempermudah dalam proses identifikasi kehadiran dan ketidakhadiran
karyawan.Pengelolaan jadwal kerja yang baik dan teratur membantu dalam
penentuan benefit bagi setiap karyawan.
6. Perubahan jadwal karyawan atau perubahan shift yang terjadi dapat di-maintain
dan disimpan dengan akurat oleh sistem karena akan berdampak pada gaji dan
71
Pola daily work schedule yang telah ditentukan selama satu minggu
selanjutnya akan dimasukan ke dalam period work schedule, contoh period work
schedule dapat dilihat pada tabel 3.5. Sistem SAP akan menyimpan period work
schedule yang telah ditentukan. Pola urutan period work schedule yang telah
lengkap, ditambah dengan public holiday calendar yang telah di-define pada sistem
SAP akan menghasilkan roster sesuai dengan pola period work schedule, yang
disebut sebagai work schedule rule. Contoh work schedule rule dapat dilihat pada
gambar 3.8.
Work Schedule Rule yang telah tersedia selanjutnya akan di-maintain oleh
personalia/HR Operation pada sistem SAP, dengan menggunakan infotype 0007
(Planned Working Time).
Work Schedule yang digunakan sebelumnya pada tabel 3.1 akan tetap
diadopsi dengan adanya penambahan dan modifikasi yang akan disesuaikan dengan
kebutuhan proses bisnis. Contoh work schedule yang tetap digunakan pada proses
bisnis to be maintain work schedule dapat dilihat pada tabel 3.3.
Dengan adanya work schedule rule, makan penjadwalan kerja karyawan akan
memiliki pola yang pasti, sehingga penentuan jadwal kerja hanya perlu sekali
dilakukan, kecuali terdapat pergantian daily work schedule yang bersifat sementara
sehingga personalia/ HR Operation perlu untuk me-maintain dengan menggunakan
infotype 2003 (Substitution).
3.3.2 Substitution
Jika ada kebutuhan untuk melakukan perubahan jadwal kerja karyawan untuk
sementara baik permintaan dari karyawan yang ingin melakukan perubahan terhadap
jadwal kerja karyawan yang bersangkutan maupun dari perusahaan terkait dengan
kelancaran proses produksi yang ada di pabrik, maka akan dilakukan proses
perubahan sementara (Substitution). Namun, jika perubahan jadwal kerja bersifat
jangka panjang maka dapat dilakukan perubahan terhadap work schedule rule.
Keterangan:
1. Proses pengajuan pergantian jam kerja sementara dapat bermula dari karyawan
jika karyawan yang bersangkutan berhalangan hadir.
2. Proses pembuatan pergantian jam kerja sementara dapat bermula dari atasan
langsung jika jam kerja karyawan tidak produktif atau dapat mengganggu
kelancaran proses produksi.
3. Rekapitulasi pergantian kam kerja sementara karyawan dibuat oleh atasan
langsung setiap bulan sebelum periode payroll yang diserahkan ke HRD di
Head Office.
Analisis masalah:
Proses pembuatan rekapitulasi pergantian jam kerja sementara karyawan masih
dilakukan manual oleh masing-masing atasan langsung, dimana peluang terjadinya
human error cukup besar dengan banyaknya data pergantian baik bagi atasan
langsung maupun bagi bagian HRD yang harus melakukan proses payroll. Selain itu,
tidak ada histori pergantian jam kerja sementara karyawan, dimana ketika laporan
dibutuhkan akan sulit untuk mengumpulkan data yang diperlukan terkait dengan
substitution.
Requirements :
1. Sistem dapat melakukan perubahan jadwal kerja karyawan apabila terdapat
permintaan pergantian shift. Hal ini dapat dilakukan dengan men-create
substitution.
2. Sistem dapat memberikan informasi perubahan shift yang terjadi, baik berupa
pergantian daily work schedule maupun work schedule rule yang bersifat
sementara berupa report. Report kehadiran karyawan diharapkan juga dapat
memberikan informasi bila karyawan melakukan pergantian daily work schedule
tanpa pemberitahuan terlebih dahulu.
3. Ketika terjadi perubahan pada jadwal kerja karyawan, sistem dapat melakukan
update terhadap jadwal kerja karyawan dan terdapat data yang disimpan terkait
dengan pergantian jadwal tersebut.
4. Informasi mengenai perubahan jadwal karyawan dapat diberikan dalam bentuk
rekapitulasi pada saat periode payroll.
5. Absensi karyawan setiap harinya dapat dicocokan dengan jadwal karyawan yang
76
telah ditetapkan, apakah telah sesuai ataupun terdapat perubahan pada jadwal
kerja karyawan dengan melakukan linkage dengan mesin fingerscan.
6. Sistem diharapkan dapat mengidentifikasi kapan perubahan jadwal sementara
dimulai dan diakhiri serta mengubahnya kembali ke jadwal semula.
3.3.3 Overtime
Lembur (overtime) dapat didefinisikan sebagai jam kerja yang dilakukan
karyawan di luar ketentuan waktu kerja karyawan. Waktu kerja karyawan yang
dimaksud adalah jadwal kerja yang telah ditentukan oleh atasan langsung, dimana
jam kerja setiap minggunya maksimal 40 jam efektif kerja.
Jika terdapat karyawan yang melakukan lembur baik lembur yang
diperintahkan atasan maupun lembur otomatis (karena adanya kelebihan 40 jam
seminggu dari jadwal kerja seperti yang ada di peraturan perusahaan) maka
karyawan akan mendapatkan hak atas lembur yang dilakukan dengan dibayarnya
upah lembur oleh perusahaan. Upah lembur tersebut hanya dibayarkan kepada
karyawan yang memiliki status non-staff.
77
Keterangan:
a. Proses overtime dengan membuat SPL dapat bermula dari karyawan jika
karyawan tersebut merupakan karyawan office.
b. Proses overtime dengan membuat SPL dapat bermula dari atasan langsung jika
karyawan yang melakukan lembur merupakan karyawan pabrik.
c. Lembur otomatis dapat terjadi jika jadwal kerja karyawan yang dijadwalkan oleh
atasan melebihi 40 jam dalam seminggu.
d. Perhitungan jam lembur akan dilakukan sistem round up ke 1 jam terdekat.
Analisis masalah:
1. Proses pemberlakuan lembur tanpa menggunakan SPL atau lembur otomatis
dapat mengancam validitas data. Sebaiknya lembur dapat dilakukan dengan SPL
yang dibuat untuk menjaga konsistensi penilaian karyawan yang dianggap
bekerja lembur.
2. Perhitungan jam lembur hanya dilihat dari data SPL atau dari jadwal lembur
otomatis karyawan dan tidak dilakukan cross check terhadap absensi actual di
time device, hal ini dapat menyebabkan ketidaksesuaian antara rencana kerja
lembur dengan kerja lembur yang dilakukan serta dapat mempengaruhi besarnya
TUL yang dibayarkan. Sebaiknya dilakukan cross check antara SPL dengan data
absensi actual karyawan sehingga jam lembur yang dilakukan lebih akurat sesuai
dengan rencana kerja lembur.
3. Pembuatan laporan lembur dibuat manual oleh masing-masing atasan langsung,
dimana peluang terjadinya human error akan cenderung lebih tinggi, kesalahan
dalam pencatatan lembur dapat berakibat kesalahan dalam proses payroll oleh
HRD. Sebaiknya proses pencatatan lembur dapat menggunakan bantuan sistem
untuk dapat menghasilkan laporan yang akurat.
80
Requirements:
1. Rencana jam kerja lembur sesuai dengan data absensi kehadiran (clock in-clock
out) karyawan pada time device.
2. Sistem dapat melakukan perbandingan antara SPL dan absensi kehadiran (clock
in-clock out) sehingga upah lembur yang akan diterima sesuai dengan keadaan
yang sebenarnya dimana hal tersebut dapat membantu perusahaan menekan biaya
terhadap pengeluaran upah lembur yang tidak seharusnya.
3. Perhitungan TUL akan lebih akurat dan valid, dimana hasil absensi kehadiran
karyawan (clock in-clock out) akan dijadikan landasan untuk perhitungan TUL.
4. Histori data lembur karyawan dapat disimpan.
5. Mendeteksi lembur yang dilakukan karyawan pada hari biasa, hari libur, hari
libur nasional karena akan mempengaruhi TUL yang didapat oleh karyawan.
6. Perhitungan TUL dapat secara otomatis dilakukan oleh sistem dengan
menampilkan analisa jumlah jam lembur dan faktor pengali, dimana memiliki
ketentuan TUL yang berbeda-beda, dan menghasilkan report.
7. Perhitungan jam lembur dapat dijadikan data untuk menganalisis produktivitas
pada setiap pabrik.
Gambar 3.11 Simulasi Overtime (data SPL lebih panjang daripada data
time device)
Gambar 3.12 Simulasi Overtime (data SPL lebih pendek daripada data
time device)
3.3.4 Absence
Absence dapat diartikan sebagai ketidakhadiran karyawan karena alasan
pribadi, atau dapat juga disebut dengan cuti. Setiap karyawan memiliki hak cuti
masing-masing, tetapi dengan ketentuan yang telah disesuaikan.
yang diminta oleh karyawan. Jika disetujui oleh atasan langsung, maka karyawan
akan melaporkan pengambilan cuti kepada HRD.
Bagian HRD akan mengecek apakah karyawan yang mengajukan cuti tersebut
telah berhak mendapat jatah cuti atau tidak. Karyawan yang telah mendapat jatah cuti
sehingga berhak mengajukan cuti akan dicek kembali apakah kuota cutinya masih
mencukupi atau tidak. Bagi karyawan yang kuotanya masih mencukupi maka
karyawan akan dikonfirmasi persetujuan atas cuti yang diajukan.
Bagi karyawan yang belum mendapat jatah cuti karena belum bekerja selama
12 (dua belas) bulan terus menerus sejak penerimaannya pertama kali sebagai
karyawan maka bagian HRD akan mengecek apakah karyawan tersebut dapat
meminjam cuti/hutang cuti. Jika karyawan tersebut dapat meminjam cuti maka kuota
hutang cuti karyawan akan dikurangi oleh bagian HRD dan bagian HRD akan
mengkonfirmasi persetujuan cuti yang diajukan oleh karyawan. Atasan akan
membuat laporan hasil ketidakhadiran karyawan di setiap akhir bulan dan akan
memberikannya kepada bagian HRD untuk dihitung dan dikurangi sebelum proses
penggajian/pembayaran upah. Activity diagram untuk proses bisnis as is maintain
absence dapat dilihat pada gambar 3.13.
83
Catatan: izin selain yang dijelaskan di atas akan disesuaikan dengan Perjanjian Kerja
Bersama (PKB) masing-masing pabrik.
Analisis masalah:
1. Proses perhitungan hak cuti setiap karyawan harus dilakukan setiap hari ulang
tahun masa kerja karyawan bersangkutan, sehingga tidak efisien dan efektif, serta
informasi cuti yang diberikan tidak sepenuhnya akurat.
2. Beberapa perbedaan diatas kedepannya akan diatur kembali sehingga prosedur
dan aturan mengenai absence berlaku sama di 15 pabrik dan Head Office pada
Kirana Megatara Group. Kedepannya masa berlaku absence untuk setiap pabrik
dan Head Office sama yaitu 12 bulan. Kemudian, pemberlakuan cuti panjang/cuti
besar akan diberlakukan untuk semua Kirana Megatara Group bagi karyawan
yang telah berkerja diatas 6 tahun. Termasuk juga untuk masalah pemberian
86
utang cuti kepada karyawan yang belum bekerja 1 tahun dengan batas maksimal
12 hari kerja.
Requirements:
1. Sistem dapat men-generate cuti tahunan untuk memastikan keakuratan data.
2. Sistem dapat men-generate cuti panjang karyawan ketika ulang tahun masa kerja
ke-6 dan ke-7.
3. Kuota cuti tahunan dan cuti panjang karyawan akan berkurang secara otomatis
apabila karyawan megambil hak cuti yang berdampak pada cuti tahunan dan cuti
panjang.
4. Sistem dapat menghasilkan laporan kuota cuti tahunan dan cuti panjang
karyawan beserta detail jenis cuti untuk penggunaan kuota cuti tersebut.
5. Sistem dapat mencatat perbedaan jenis cuti yang memotong kuota dan jenis cuti
yang tidak memotong kuota (contoh: izin keperluan pribadi, keperluan keluarga).
Masa berlaku cuti akan distandarisasi menjadi 12 bulan untuk setiap pabrik
6. Sistem dapat mencatat pengambilan cuti bersama yang dilakukan oleh karyawan
baru dimana karyawan tersebut belum memiliki mas kerja satu tahun di Kirana
Megatara Group. Cuti tersebut akan dianggap sebagai pemotong kota cuti
tahunan yang didapat pada tahun berikutnya.
7. Sistem dapat ditentukan maksimal utang cuti dan maksimal kuota cuti yang
dimiliki karyawan.
8. Sistem dapat membedakan mana karyawan yang belum berhak mendapatkan cuti
terhitung dari tanggal karyawan mulai bekerja di perusahan.
9. Sistem dapat memberikan utang cuti bagi karyawan yang belum mendapatkan
hak cuti tahunan.
10. Sistem dapat memberikan cuti mutasi yang harus di-input secara manual pada
saat melakukan action mutasi pada sistem.
11. Sistem dapat memberikan cuti pengganti hari libur untuk karyawan yang bekerja
di luar kantor (contoh: perjalanan dinas, seminar, training, dll).
12. Sistem dapat melakukan konversi hak cuti tahunan unpaid menjadi hak cuti
tahunan paid dengan cara men-delimit cuti tahunan unpaid dan men-create cuti
tahunan paid pada sistem ketika karyawan harian dipromosikan menjadi
karyawan bulanan.
87
3.3.5 Attendance
Attendance dapat diartikan sebagai kehadiran karyawan di luar kantor untuk
kepentingan perusahaan, contoh: perjalanan dinas, seminar, meeting, training, dan
lain-lain. Dalam periode tertentu, dimana karyawan tidak dapat hadir di kantor
karena kepentingan perusahaan akan tetap mendapatkan upah yang tetap beserta
tunjangan yang telah ditentukan oleh perusahaan.
Analisis masalah:
Laporan rekapitulasi kehadiran karyawan yang dibuat oleh atasan langsung secara
manual dan diberikan ke HRD pada akhir bulan dapat menimbulkan kesalahan yang
cukup tinggi dikarenakan record kehadiran karyawan yang bertugas di luar kantor
89
hanya di-maintain oleh atasan langsung tanpa diketahui oleh HRD pada saat
penugasan. Sebaiknya, setiap penugasan yang diberikan dilaporkan kepada HRD
untuk membantu pencatatan data kehadiran serta dengan adanya bantuan sistem akan
lebih memudahkan dalam pencatatan kehadiran karyawan yang tidak hadir di kantor
namun bertugas di luar kantor.
Requirements:
1. Sistem dapat mencatat kehadiran karyawan yang tidak melakukan absen karena
menjalankan tugas perusahaan di luar kantor, seperti meeting, training,
perjalanan dinas, seminar dan lain-lain.
2. Sistem secara otomatis dapat membedakan antara karyawan yang tidak
melakukan absensi karena mangkir atau karena izin yang dikategorikan sebagai
attendance (izin untuk keperluan perusahaan).
3. Sistem dapat menghasilkan laporan terhadap izin yang dilakukan oleh setiap
karyawan untuk keperluan perusahaan sebagai informasi terhadap pembayaran
tunjangan karyawan pada kategori attendance (tunjangan yang didapat sesuai
dengan perjanjian kerja bersama yang telah ditanda tangani karyawan).
4. Dari data jadwal kerja misalkan 08:00-17:00 dan kehadirannya, karyawan dapat
dinyatakan:
a. Datang tepat waktu
Jika karyawan datang dari sebelum jam 08:00 sampai pada jam 08:00 maka
karyawan tersebut pada hari itu dinyatakan datang tepat waktu.
b. Terlambat
Jika karyawan pada hari itu datang atau melakukan clock in antara jam 08:00
sampai jam 08:15, maka karyawan tersebut dinyatakan terlambat.
c. Mangkir
Jika karyawan melakukan clock in diatas jam 08:15, maka karyawan tersebut
dinyatakan mangkir.
92
Analisis masalah:
1. Absensi yang dilakukan masih menggunakan berbagai macam cara, yang tidak
terintegrasi satu dengan yang lainnya, hal ini tentu dapat memberikan laporan
kehadiran karyawan dengan tidak akurat. Sebaiknya menggunakan bantuan
sistem untuk meng-capture kehadiran karyawan agar dapat terintegrasi dan
memudahkan proses analisis serta payroll karyawan. Penggunaan absensi check
clock tidak dapat mendukung sistem sepenuhnya terutama dalam hal keakuratan
data.
2. Kedepannya, mempertimbangkan untuk meminimalisir ketidakakuratan data,
perusahaan akan menggunakan mesin fingerscan guna meng-capture data
kehadiran karyawan secara real-time serta akan membantu integrasi data
kehadiran ke dalam sistem yang kemudian menjadi salah satu komponen dalam
perhitungan payroll.
Requirements:
1. Kecocokan antara data clock in-clock out dengan jadwal kerja yang telah
ditetapkan untuk karyawan dapat dilakukan secara otomatis sehingga informasi
yang dihasilkan akan lebih akurat.
2. Informasi mengenai absensi karyawan dapat disediakan dengan akurat
(terlambat, pulang lebih awal, mangkir).
3. Histori data clock in-clock out dapat disimpan dengan baik untuk kebutuhan
dalam pembuatan laporan.
Hasil CICO, akan dijadikan sebagai dasar pembuatan report, dimana akan
terlihat data kehadiran ataupun ketidakhadiran karyawan yang bersangkutan. Hal ini
akan mengurangi terjadinya kecurangan pada absensi, karena karyawan yang lupa
untuk melakukan clock in atau clock out harus melapor kepada pengawas untuk
melengkapi data absensi, kemudian personalia/HR Operation akan melengkapi data
tersebut di sistem SAP setelah pengawas telah menyetujui permintaan pegawai yang
bersangkutan. Bila karyawan tidak melakukan CICO pada saat melaksanakan shift,
maka secara otomatis karyawan tersebut akan dianggap mangkir, oleh karena itu
karyawan harus melapor kepada pengawas yang setelah disetujui oleh pengawas,
maka personalia/HR Operation akan memperbaiki absen karyawan yang
bersangkutan pada sistem SAP.
Analisis Masalah:
Pengelolaan hari libur nasional belum dilakukan, sehingga penentuan hari libur
belum memiliki acuan secara jelas. Sebaiknya dengan pengelolaan hari libur
nasional, karyawan dapat mendapatkan kepastian kapan karyawan bersangkutan
tidak perlu datang bekerja, dengan melakukan penentuan hari libur nasional di akhir
tahun dan akan dijadikan sebagai acuan untuk satu tahun ke depan.
Requirements:
1. Penentuan public holiday dapat dilakukan satu kali dan berguna sebagai acuan
untuk satu tahun berjalan.
2. Public holiday akan dijadikan sebagai informasi dasar yang akan digunakan
untuk perhitungan TUL karyawan, dimana karyawan yang memiliki jadwal kerja
pada public holiday akan mendapatkan tunjangan yang berbeda dengan hari libur
biasa.
96
2. Inkonsistensi jadwal kerja a. Cost of labour yang tinggi dikarenakan a. Melakukan perekrutan SDM baru sesuai dengan kebutuhan bisnis.
menyebabkan beberapa kekurangan tenaga kerja serta harus b. Menentukan jadwal kerja tetap karyawan dan dipetakan ke dalam sistem
karyawan harus melakukan long melakukan long shift, sehingga TUL yang SAP sehingga dapat di-tracking dan di-maintain jika ada perubahan jadwal
shift. diberikan menjadi lebih besar serta menjalankan sesuai prosedur jika karyawan diharuskan lembur
b. Mengganggu produktivitas pabrik dalam dengan dibuatkan Surat Perintah Kerja Lembur (SPL).
menjalankan kegiatan operasional
3. Lembur dilakukan tanpa adanya a. Meningkatnya cost of labour karena a. Lembur dapat dilakukan dengan menggunakan SPL yang dibuat untuk
SPL (lembur otomatis) karyawan sering bekerja lembur. menjaga konsistensi penilaian karyawan yang dianggap sebagai lembur.
4. Perhitungan jam lembur hanya a. Dapat menyebabkan ketidaksesuaian antara a. Dilakukan cross check antara SPL dengan data absensi actual karyawan
dilihat dari data SPL atau dari rencana kerja lembur dengan kerja lembur sehingga dapat menghasilkan data jam lembur dengan akurat.
jadwal lembur otomatis yang dilakukan . b. Melakukan perhitungan uang lembur secara otomatis serta dapat
karyawan dan tidak dilakukan b. Mempengaruhi besarnya Tarif Upah Lembur menampilkan analisa jumlah total lembur yang akurat sesuai dengan TUL
cross check terhadap absensi (TUL) yang dibayarkan. yang berlaku dengan menggunakan bantuan sistem SAP
actual yang dilakukan.
5. Pembuatan laporan lembur a. Kesalahan dalam pencatatan lembur dapat a. Proses pencatatan lembur dapat dilakukan dengan menggunakan bantuan
dibuat manual oleh masing- berakibat kesalahan dalam proses payroll sistem SAP sehingga dapat menghasilkan laporan yang lebih akurat,
masing atasan langsung yang oleh HRD karena rencanan lembur yang direncanakan akan disesuaikan secara
dapat menyebabkan human otomatis dengan CICO karyawan dan jadwal kerja karyawan.
error.
6. Perhitungan cuti masih a. Kesalahan perhitungan kuota sisa cuti a. Sistem SAP membantu dalam pemberian hak cuti karyawan dengan
97
98
No Masalah Dampak Solusi
dilakukan secara manual ataupun yang diberikan kepada karyawan. melihat tanggal masuk karyawan ke perusahaan dan melakukan
sehingga dapat menyebabkan perhitungan sisa kuota cuti karyawan dengan secara otomatis mendeteksi
kesalahan perhitungan cuti yang cuti yang diambil oleh karyawan, lengkap beserta jenis cutinya,
diberikan ataupun kuota cuti
yang tersisa.
7. Perbedaan ketentuan absence a. Kesulitan dalam mengelola absence setiap a. Melakukan standarisasi untuk ketentuan absence yang diberlakukan untuk
yang berlaku antara satu pabrik pabrik karena tidaka adanya standarisasi yang keseluruhan pabrik sehingga sistem dapat mengakomodir pengelolaan
dengan pabrik yang lainnya. dipakai untuk keseluruhan pabrik. absence karyawan.
8. Laporan rekapitulasi kehadiran a. Dapat menyebabkan kesalahan perhitungan a. Laporan kehadiran karyawan dilakukan dengan menggunakan sistem SAP.
karyawan dibuat manual dapat komponen upah yang berhubungan dengan
menimbulkan kesalahan (human kehadiran karyawan.
error) mengingat jumlah
karyawan yang cukup banyak di
masing-masing pabrik.
9. Absensi dilakukan dengan a. Dapat menimbulkan kekeliruan dalam a. Absensi dilakukan dengan menggunakan mesin fingerscan dan mesin
berbagai macam cara yang tidak penilaian kehadiran karyawan, serta sulit absensi (tapping id card) guna meng-capture data kehadiran karyawan
terintegrasi. untuk melakukan analisis kehadiran yang telah diintegrasikan dengan sistem SAP.
karyawan (validitas data absensi)
10. Kehadiran karyawan belum a. Karyawan dapat hadir dan pulang tanpa a. Melakukan analisa ketepatan kehadiran dan kepulangan karyawan dari
dilakukan analisa ketepatan disesuaikan dengan jadwal yang ditetapkan, laporan yang dihasilkan dari SAP dengan membandingkan antara CICO
kehadiran dan kepulangan perhitungan komponen upah tidak sesuai dan jadwal kerja yang telah diberikan.
sehingga belum dijadikan dasar dengan kehadiran dan kepulangan actual.
perhitungan komponen upah.
11. Kartu absensi mesin check clock a. Dapat terjadi kesalahan ketika melakukan a. Absensi dilakukan dengan menggunakan mesin fingerscan dimana
karyawan yang tidak dibawa absensi dengan kartu karyawan lain. karyawan melakukan absen dengan kartu id dan finger print serta dapat
bersama pemiliknya. langsung di-capture ke dalam sistem SAP.
No Masalah Dampak Solusi
12. Pengelolaan hari libur belum a. Hari libur yang ditetapkan belum memiliki a. Maintain public holiday dilakukan setiap tahun dengan melakukan setting
dilakukan. acuan yang jelas. terhadap public holiday yang akan diberlakukan pada sistemn SAP.
13. Tidak di-maintain-nya data a. Tidak bisa dilakukan analisa historikal a. Dengan menggunakan sistem SAP, data historikal kehadiran karyawan
historikal kehadiran karyawan kehadiran karyawan, yang mempersulit dalam dapat disimpan dan diakses kembali untuk kebutuhan perusahan
pembuatan keputusan baik untuk peningkatan (dihasilkan dalam bentuk laporan).
kinerja hingga hal-hal yang berkaitan dengan
karyawan bersangkutan.
14. Perubahan jadwal kerja pada a. Ketidakakuratan data saat melakukan a. Perubahan jadwal tetap ataupun sementara dapat dilakukan melalui sistem
hari-hari tertentu dicatat secara perubahan jadwal kerja, serta mempengaruhi SAP, sehingga mengurangi kesalahan pencatatan karena dapat di-tracking
manual oleh atasan langsung komponen upah kehadiran dan ketidakhadiran dan dikontrol perubahannya serta memudahkan dalam menghasilkan
yang seringkali dapat pada jadwal kerja yang mengalami laporan terkait dengan perubahan jadwal kerja karyawan.
menyebabkan kesalahan perubahan.
pencatatan.
99
100
Severity. Kolom ini akan menggambarkan dampak dari kegagalan pada sistem, baik
secara langsung ataupun yang tertunda. Skala yang digunakan dimulai dari skala 1
(terburuk) sampai skala 5 (paling tidak berbahaya).
1. Kehilangan data, kerusakan perangkat keras, atau masalah keamanan.
Menunjukan kegagalan yang terjadi pada sistem atau requirement akan
mengakibatkan kehilangan data, kerusakan perangkat keras, atau masalah
keamanan.
Priority. Kolom ini akan menjelaskan efek dari kegagalan yang terjadi kepada user,
customer atau operator. Skala yang digunakan dimulai dari skala 1 (terburuk) sampai
skala 5 (paling tidak berbahaya). Dikarenakan nomor ini tidak dapat didefinisikan
secara pasti, menurut Rex Black untuk mempermudah staff testing dalam melakukan
estimasi pada nomor ini makan perlu untuk melibatkan sales, marketing, techiniccal
support, dan business analyst.
1. Kehilangan total dari nilai sistem.
Menggambarkan kegagalan pada sistem atau requirement akan mengakibatkan
user sama sekali tidak dapat menggunakan fungsi dari sistem atau requirement.
Likelihood. Kolom ini akan menjelaskan kerentanan dari keberadaan produk, di luar
proses pengembangan saat ini, dan gangguan pada operasi user. Skala yang
digunakan dimulai dari skala 1 (paling rentan) sampai skala 5 (paling jarang).
1. Pasti mempengaruhi semua user.
Menggambarkan kegagalan pada sistem atau requirement akan mengakibatkan
semua user yang berkaitan dengan sistem atau requirement tersebut tidak dapat
menjalankan aktivitas operasional.
Tabel 3.9 Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) Work Schedule Rule
No. Activities Requirement Severity Priority Likelihood Total
1. Melihat kebutuhan Sistem dapat 3 3 2 18
bisnis dan operasional menghasilkan
akan tenaga kerja laporan terkait
dengan productivity
pada factory
operation.
2. Menentukan jadwal Sistem dapat 3 3 1 9
kerja karyawan menentukan pola
jadwal kerja
karyawan.
3. Mengkonfirmasi Sistem dapat mem- 3 3 1 9
jadwal kerja karyawan posting jadwal
kerja karyawan
setelah
dikonfirmasi oleh
atasan langsung.
4. Menginformasikan Sistem dapat 4 4 4 64
jadwal kerja karyawan menghasilkan
informasi mengenai
jadwal kerja
karyawan.
5. Membuat laporan Sistem dapat 2 2 2 8
yang berhubungan menghasilkan
dengan jadwal kerja laporan yang
karyawan dipakai sebagai
dasar perhitungan
TUL.
Membuat laporan Sistem dapat 3 3 2 18
yang berhubungan menghasilkan
dengan jadwal kerja laporan untuk
karyawan membantu dalam
penentuan benefit
karyawan.
Tabel 3.14 Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) Clock In-Clock out
No. Activities Requirement Severity Priority Likelihood Total
1. Melakukan absensi. Sistem dapat 2 2 2 8
menyimpan histori
kehadiran
karyawan.
2. Membuat laporan Sistem dapat 2 2 2 8
rekapitulasi menyediakan
108
Tabel 3.15 Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) Public Holiday
No. Activities Requirement Severity Priority Likelihood Total
1. Menetapkan public Sistem dapat 3 2 3 12
holiday. menentukan public
holiday yang
berlaku bagi
seluruh karyawan.
Sistem dapat mem- 3 2 3 12
define public
holiday yang
berlaku sebagai
dasar pemberian
tunjangan kepada
karyawan yang
bekerja pada
public holiday.
2. Menentukan jadwal Sistem dapat Penentuan pola jadwal kerja karyawan yang baik akan
kerja karyawan menentukan pola meningkatkan produktivitas perusahaan karena dapat
jadwal kerja - - mengalokasikan tenaga kerja dengan baik dan sesuai kebutuhan.
karyawan.
4. Menginformasikan Sistem dapat Kebutuhan ini bersifat medium karena apabila informasi
jadwal kerja karyawan menghasilkan dihasilkan, makan akan lebih mudah bagi karyawan untuk
informasi mengetahui jadwal kerja yang harus mereka jalankan.
- -
mengenai jadwal
kerja karyawan.
Rank
No. Activities Requirement Comment
High Medium Low
5. Membuat laporan Sistem dapat Laporan rekapitulasi jadwal kerja karyawan karena akan
yang berhubungan menghasilkan menjadi salah satu dasar perhitungan upah dan tunjangan
dengan jadwal kerja laporan yang karyawan pada proses payroll.
karyawan dipakai sebagai - -
dasar perhitungan
TUL.
Sistem dapat Laporan rekapitulasi jadwal kerja karyawan akan digunakan
menghasilkan sebagai pembanding absensi karyawan apakah telah sesuai
laporan untuk jadwal yang diberikan apa belum. Hal ini akan berpengaruh
- -
membantu dalam kepada benefit yang didapatkan karyawan.
penentuan benefit
karyawan.
111
112
Tabel 3.17 Rank Category pada Substitution
Rank
No. Activities Requirement Comment
High Medium Low
1. Mengajukan Sistem dapat Tipe substitution dapat dilihat pada keseluruhan jadwal kerja
permintaan pergantian melakukan karyawan, apakah berubah sementara atau akan berubah untuk
jam kerja sementara. pergantian jam jangka panjang. Tetapi, jika sistem dapat mengkomodir
kerja, baik yang kebutuhan ini akan menambah nilai dari sistem.
bersifat daily - -
work schedule
ataupun work
schedule rule.
2. Melakukan konfirmasi Sistem dapat Kesalahan data pada substitution dapat mengakibatkan kesalah
pergantian jam kerja melakukan update pada perhitungan uph dan tunjangan karyawan.
sementara. jadwal kerja
ketika pergantian - -
jam kerja telah
disetujui.
3. Melakukan pergantian Sistem dapat men- Kebutuhan ini perlu untuk dipenuhi karena apabila substitution
jam kerja sementara. create substitution tidak dapat di-create di sistem, makan pencatatan histori
ketika terdapat pergantian jam kerja sementara tidak dapat digunakan untuk
permintaan - - pembuatan laporan.
pergantian jadwal
kerja.
4. Membuat rekapitulasi Sistem dapat Laporan yang akan digunakan sebagai review pada pergantian
pergantian jam kerja menghasilkan jam kerja sementara yang dilakukan pada periode tertentu.
sementara. laporan
rekapitulasi - -
pergantian jam
kerja karyawan.
Rank
No. Activities Requirement Comment
High Medium Low
Sistem dapat Laporan substitution akan berhubungan dengan payroll karena
menghasilkan perhitungan tunjangan akan berbeda jika karyawan yang
laporan terkait bersangkutan melakukan substitution pada hari libur biasa
perubahan jam ataupun hari libur nasional.
- -
kerja sementara
karyawan untuk
kepentingan
proses payroll.
113
114
Rank
No. Activities Requirement Comment
High Medium Low
2. Melakukan konfirmasi Sistem secara Kegagalan sistem dalam melakukan update dapat menyebabkan
terhadap pengajuan otomatis kesalahan jam kerja karyawan yang melakukan lembur.
SPL. melakukan update
- -
pada jam kerja
lembur.
3. Membuat SPL. Sistem dapat Histori karyawan yang melakukan lembur akan digunakan sebagai
menyimpan laporan yang mungkin dilakukan untuk menghitung produktivitas
histori karyawan dan updah karyawan.
- -
yang melakukan
lembur.
Sistem dapat
menghasilkan
perhitungan TUL - -
yang lebih akurat.
Rank
No. Activities Requirement Comment
High Medium Low
Sistem dapat Sistem perlu untuk mendeteksi jenis lembur yang diambil karena
mendeteksi jam memiliki perhitungan TUL yang berbeda-beda.
kerja lembur yang
dilakukan pada
- -
hari biasa, hari
libur, atau hari
libur nasional.
115
116
Tabel 3.19 Rank Category pada Absence
Rank
No. Activities Requirement Comment
High Medium Low
1. Mengajukan Sistem dapat Pengajuan cuti dimulai dengan permohonan untuk melakukan cuti
permohonan cuti. membedakan sebagai langkah awal, oleh karena itu sistem harus dapat
karyawan yang mendeteksi hak cuti masing-masing karyawan, apakah telah
- -
belum memiliki memiliki hak cuti.
hak cuti.
2. Melakukan Sistem dapat men- Kuota cuti setiap karyawan akan terus bergerak setiap waktu,
pengecekan kuota cuti generate kuota dengan jumlah karyawan yang sangat banyak, sistem diharapkan
karyawan. cuti tahunan dan dapat melakukan generate cuti secara otomatis untuk melakukan
cuti panjang (pada update kuota cuti.
- -
ulang tahun masa
kerja ke-6 dan ke-
7)
Sistem dapat men- Hak cuti karyawan akan bertambah setiap ulang tahun masa kerja.
generate hak cuti Sistem diharapkan dapat memantain hal tersebut karena akan
karyawan ketika - - berhubungan dengan kuota cuti karyawan.
ulang tahun masa
kerja.
Sistem dapat Kebutuhan ini berhubungan dengan pemberian tunjangan untuk
memberikan cuti kehadiran di luar kantor, sehingga sistem perlu untuk
pengganti hari mengakomodir dan menyimpan data pergantian cuti hari libur
libur untuk - - karyawan.
karyawan yang
berkeja di luar
kantor.
Rank
No. Activities Requirement Comment
High Medium Low
Sistem dapat Kuota cuti untuk setiap karyawan akan dibatasi dalam periode
membatasi kuota yang ditetapkan. Kebutuhan ini akan diakomodir oleh sistem
utang cuti dan untuk tetap menjaga kuota cuti karyawan yang valid.
- -
kuota cuti
karyawan.
3. Mengurangi kuota cuti Sistem dapat Kebutuhan ini bersifat secara berkala mengecek dan meng-update
karyawan. mengurangi kuota sisa dan pemakaian cuti karyawan.
cuti karyawan
- -
ketika hak cuti
diambil.
Sistem dapat Kebutuhan ini bersifat high karena cuti yang memotong kuota cuti
membedakan cuti memiliki perhitungan tunjangan,
yang memotong
kuota cuti dan
- -
yang tidak
memotong kuota
cuti.
Sistem dapat Sistem harus mendeteksi hutang cuti karyawan bila karyawan
memberikan yang belum memiliki hak cuti secara terpaksa harus cuti karena
hutang cuti keperluan yang penting. Hak cuti perlu dibatasi dalam
kepada karyawan - - penggunaannya karena akan menggangu kegiatan operasional dan
yang belum produktivitas perusahaan.
memiliki hak cuti
.
117
118
Rank
No. Activities Requirement Comment
High Medium Low
4. Melakukan konfirmasi Sistem dapat Permohonan cuti yang disetujui akan menjadi satu laporan yang
persetujuan pengajuan melakukan update menjadi salah satu dasar dalam perhitungan upah dan tunjangan
cuti. ketika karyawan.
- -
permohonan cuti
disetujui.
5. Membuat laporan Sistem dapat Laporan yang dihasilkan akan menjadi informasi dalam
rekapitulasi kehadiran. menghasilkan menganalisis jenis cuti yang digunakan oleh karyawan beserta
laporan cuti kuota sisa cuti.
karyawan beserta - -
tipe cuti yang
diambil.
2. Mengisi form
pengajuan
permohonan kehadiran - - - - -
di luar kantor.
3. Mencatat kehadiran Sistem dapat Histori kehadiran karyawan di luar kantor akan sangat kuat
karyawan. mencatat korelasinya dengan laporan kehadiran karyawan dan pehitungan
kehadiran upah serta tunjangan pada proses payroll.
- -
karyawan di luar
kantor.
4. Membuat laporan Sistem dapat Laporan yang dihasilkan akan dijadikan dasar untuk perhitungan
rekapitulasi kehadiran menghasilkan tunjangan bagi karyawan yang bekerja di luar kantor.
karyawan. laporan terkait
dengan pemberian
- -
tunjangan
kehadiran
karyawan di luar
kantor.
119
120
3.6.6 Ranking Requirements pada Clock In-Clock Out
Dengan menggunakan tabel Rank Category, akan ditentukan peringkat dari masing-masing requirement, yang telah
diidentifikasikan menjadi tiga tingkat kebutuhan yaitu High, Medium, dan Low Requirements. Rank category clock in-clock out
dapat dilihat pada tabel 3.21.
2. Membuat laporan Sistem dapat Produktivitas karyawan dapat dinilai dari laporan absensi
rekapitulasi kehadiran menyediakan karyawan yang didapat dari hasil CICO.
karyawan. informasi
mengenai
karyawan yang - -
mangkir,
terlambat, pulang
lebih awal.
Rank
No. Activities Requirement Comment
High Medium Low
Sistem dapat Tingkat ketepatan dan kesesuaian antara jadwal kerja dan
membandingkan aktualisasi jadwal kerja dapat dilihat pada laporan hasil
kecocokan data perbandingan antara CICO dengan jadwal yang telah
- -
CICO dengan direncanakan.
jadwal karyawan.
Sistem dapat Laporan yang dihasilkan akan menjadi acuan dalam perhitungan
menghasilkan upah bagi setiap karyawan pada saat proses payroll.
laporan sebagai
dasar pembayaran - -
upah karyawan
pada proses
payroll.
121
122
Sistem dapat mem- Public holiday memiliki peranan dalam perencanaan perusahaan
define public holiday dan juga dalam mengatur jadwal kerja bagi setiap karyawan.
yang berlaku sebagai Karyawan yang masuk bekerja pada public holiday akan
dasar pemberian mendapatkan tunjangan yang lebih besar sehingga meningkatkan
- -
tunjangan kepada cost of labour.
karyawan yang
bekerja pada public
holiday.
2. Sistem dapat Sistem tidak dapat menyediakan Work schedule yang dimulai jam 00.00 akan
menentukan pola penjadwalan untuk jam 00.00 tercatat pada sistem pukul 23.50, hal ini dilakukan
jadwal (shift 3) untuk mencegah pencatatan
kerja karyawan. H P karena pencatatan akan terhitung yang terjadi pada hari selanjutnya, namun dengan
untuk jadwal pada hari tidak mengubah jam kerja karyawan.
selanjutnya.
3. Sistem dapat Sistem mendukung dalam -
mem-posting pencatatan jadwal kerja setelah
jadwal kerja dikonfirmasi oleh atasan.
karyawan H F
setelah
dikonfirmasi
oleh atasan.
123
124
Work Schedule Rule
125
126
Substitution
Overtime
127
128
Overtime
2. Sistem dapat Sistem tidak dapat men-generate Programmer internal perusahaan membuat
men-generate cuti panjang dan cuti tahunan program generate cuti yang harus dijalankan secara
kuota cuti dikarenakan kuota cuti masing- manual ketika personalia/ HR Operation ingin
tahunan dan cuti masing pabrik yang belum rapi men-generate cuti panjang dan cuti tahunan.
panjang (pada H G dan distandarisasi.
ulang tahun
masa kerja ke-6
dan ke-7)
129
130
Absences
5. Sistem dapat Sistem tidak dapat secara Melakukan generate cuti menggunakan program
mengurangi langsung mengurangi kuota cuti yang dibuat oleh programmer internal perusahaan.
kuota cuti karyawan karena harus dilakukan
H P
karyawan ketika proses generate cuti terlebih
hak cuti diambil. dahulu.
Attendance
131
132
Attendance
133
134
Public Holiday