1. PENDAHULUAN
Batugamping Lempungan
Batugamping CaCO3 > 95 % Lempung < 5 %
Batugamping napalan CaCO3 ; 85 - 95 % Lempung ; 5 - 15 %
Batugamping napal CaCO3 ; 75 - 85 % Lempung ; 15 - 25 %
Napal gampingan CaCO3 ; 65 - 75 % Lempung ; 25 - 35 %
Napal CaCO3 ; 35 - 75 % Lempung ; 35 - 65 %
Napal lempung CaCO3 ; 25 - 35 % Lempung ; 65 - 75 %
Lempung napal CaCO3 ; 15 - 25 % Lempung ; 75 - 85 %
Lempung napalan CaCO3 ; 5 - 15 % Lempung ; 85 - 95 %
Lempung (karlin) CaCO3 ; < 5% Lempung ; > 95 %
2.2. Mineralogi
Sumber : Bahan Galian Industri, Batu Kapur, Harta Haryadi dkk. Hal. 7-75 = 7-91; 1997
Cadangan batugamping yang sudah diketahui adalah sekitar 28,7 milyar, dan
yang terbesar berada di Propinsi Sumatera Barat, yaitu 23,23 milyar ton atau
sekitar 81,02 % dari cadangan seluruhnya.
3. PERTAMBANGAN
3.1 Eksplorasi
3.2 Penambangan
Tabel 3. Persyaratan batugamping dan dolomit untuk peleburan dan pemurnian baja.
batugamping Dolomit
- CaO minimum 52%; - SiO - SiO maksimum 6% (1,5 - 4%); - Al2O3 +
maksimum 4% (1,5 - 4%); - Al2O3 Fe2O3 maksimum 3%; - MgO maksimum 17 -
+ Fe2O3 maksimum 3%; - MgO 19%;
maksimum 3,5%; - Fe2O3
maksimum 0,65%; - P maksimum
0,1%.
Hal ini untuk menghindarkan karat terbawa pada pipa saluran air ke konsumen.
n) Pengendapan Bijih Logam Non-ferrous
Dalam proses pengendapan bijih ogam non-ferrous, batugamping bertindak sebagai
settling agent, dan pengontrol pH.
Batugamping berfungsi untuk mengendapkan basic nickel carbon-ate dalam proses
flotasi bijih nikel. Batugamping yang diperlukan untuk proses satu ton bijih adalah
antara 75 - 80 kg.
1) Industri Gula
Pada industri gula, batugamping digunakan dalam proses penjernihan nira tebu dan
menaikan pH nira. Batugamping yang dibutuhkan untuk 1000 kw adalah sekitar 150 kg
(dalam bentuk kapur tohor), dengan persyaratan yang diinginkan adalah sebagai
berikut :
- H2O : 0,2%
- HCL : 0,2%
- SiO2 : 0,1%
- AL2O3 : 0,1%
- CaO : 55,0%
- MgO : 0,4%
- CO2 : 43,6%
- SO4 : tidak nyata
- Na2O K2O : 0,3%.
6. PENUTUP
Pertumbuhan suatu negara dapat dilihat dari besarnya pemakaian batugamping. Hampir
semua jenis industri memakai bahan galian ini, baik sebagai bahan utama atau sebagai
tambahan.
Pertumbuhan sektor konstruksi merupakan salah satu tolok ukur maju mundurnya
pembangunan suatu kota. Dalam hal ini industri semen memegang peranan penting.
Dan ini terlihat bahwa pemakai terbesar batugamping adalah industri semen ini, yang
mencapai hampir 87 % dari total konsumsi. Ini menunjukkan bahwa konsumsi
batugamping merupakan salah satu mineral yang tidak terganggu oleh keadaan
ekonomi sekarang ini.
Industri lain yang tidak dapat dipisahkan dan kemungkinan akan mengkonsumsi cukup
besar adalah industri pertanian. Sektor ini dipastikan membutuhkan bahan baku yang
berasal dari batugamping, baik untuk pemupukan atau dalam rangka penurunan tingkat
keasaman tanah pertanian akibat masa tanam yang tidak sesuai dengan ketentuan
sehingga memerlukan memerlukan biaya tambahan yang cukup tinggi, sebab kalu
tidak, masa produksi akan terus berkurang.
Selain dua jenis industri di atas, prediksi pemanfaatan di industri kimia mempunyai
peluang yang cukup meyakinkan. Saat ini, industri kimia eruakan primdona karena
hampir semua jenis bahan galian dipakai di industri ini, baik yang dimiliki ataupun
harus diimpor.
DAFTAR PUSTAKA
1. Badan Pusat Statistik Indonesia., Statistik Industri 1988 - 2000., Jakarta 1988 - 2000.
2. Badan Pusat Statistik Indonesia., Statistik Perdagangan Luar Negeri 1988 - 2000., Ekspor dan Impor,
Jakarta 1988 - 2000.
3. Carr D.D and Rooney L.F.F., Limestone and Dolomit, Industrial Minerals, March 1990.
4. Dhadar J.R., Bahan Galian Indonesia, Direktorat Jenderal Sumberdaya Mineral.
5. Departemen Perindustrian dan Perdagangan., Mineral Aditive Bagi Industri, Jakarta, Departemen
Perindustrian dan Perdagangan, Jakarta 2000.
6. Departemen Perindustrian dan Perdagangan., Perkembangan Kapasitas Nasional Sektor Industri
1996/2000, Jakarta, Departemen Perindustrian dan Perdagangan, Edisi, 2001.
7. Fowler, W.L., et.Al., Industrial Chenmical, 3 rd Edition, Mc Graw Hill International Book Company,
Newyork, Edition, 1994.
8. Madiadipoera T. dkk., Bahan Galian Industri di Indonesia,. Direktorat Jenderal Geologi dan
Sumberdaya Mineral, Bandung 1999.
9. Pressher J.W. and Pilham L., Lime Calcium Coumpound, Mineral Fact and Problem, 1985.
10. Petti John., Lime ind Industrial, 1990.
11. Suyartono., Peranan Kapur Untuk Pertanian, Puslitbang Teknologi Mineral, Bandung 1986.
12. Teoh L.H., Industrial Minerals Potensial In Malaysia, Status Report, 1990.
13. Wolfe., J.A., Mineral Recources A World Review,. A. Dowden and Culver Book, Chapman and Hall,
Nwyork 1994.
14. Wu John C., The Mineral Industri., Mineral Yearbook, Edition 1999