Anda di halaman 1dari 26

STRATEGI PENYIMPANAN ZAT KIMIA UNTUK MENUJU

LABORATORIUM KIMIA STANDAR

1. PENDAHULUAN
Laboratorium kimia merupakan kelengkapan sebuah program studi yang
digunakan untuk meningkatkan keterampilan penggunaan dan pemakaian bahan kimia
maupun peralatan analisis (instrumentasi). Dalam penggunaan lanjut, laboratorium
merupakan sarana untuk melaksanakan kegiatan penelitian ilmiah. Laboratorium kimia
dengan segala kelengkapan peralatan dan bahan kimia merupakan tempat berpotensi
menimbulkan bahaya kepada para penggunanya jika para pekerja di dalamnya tidak
dibekali dengan pengetahuan mengenai kesehatan dan keselamatan kerja.
Bahan kimia yang sering kita gunakan di laboratorium jika tidak dikelola dengan
baik maka dapat menyebabkan hal yang fatal, walaupun terkadang tidak secara langsung.
Dalam pengelolaan laboratorium terdapat aspek yang harus diperhatikan yaitu mengenai
inventarisasi laboratorium serta cara penyimpanan bahan kimia yang agar memenuhi
standar.
Penyimpanan bahan tersebut dapat dikelompokkan berdasarkan karakteristik
bahan kimia. Berikut ini akan dibahas mengenai cara penyimpanan bahan kimia yang
memenuhi standar sehingga tercipta kinerja yang maksimal didalam laboratorium.

2. STRATEGI PENYIMPANAN ZAT KIMIA


Bahan kimia yang biasanya dipakai dalam laboratorium harus disimpan sesuai
dengan yang diperoleh dari produsen, agar informasi tentang zat tersebut masih tetap ada.
Biasanya pada sampul bagian luar kemasan zat terdapat label kemasan yang memuat
informasi berharga terkait dengan karakteristik zat tersebut, seperti wujud, sifat, akibat
jika terkontaminasi. Jika wadah lain digunakan, maka haruslah digunakan pelabelan yang
sama.
Upaya melindungi label dari pengaruh bahan kimia dan menjaga supaya melekat
baik maka haruslah dilapisi dengan lembaran plastik transparan. Label ini harus terlihat
jelas dan ditulis dengan pencil atau tinta yang permanen. Wadah yang memuat zat kimia
harus tersbuat dari bahan yang kuat dan harus diperiksa secara rutin keadaan zat tersebut.
Semua bahan kimia dalam laboratorium harus diperiksa pada periode tertentu,
minimal satu kali setahun. Bahan kimia yang mungkin melepaskan racun, bersifat korosif
atau gas-gas yang mudah terbakar, atau debu perlu dicadangkan hanya dalam jumlah kecil
di lemari asam.
Perawatan dan penangananan bahan kimia dimaksudkan agar bahan kimia
dilaboratorium tertata dengan baik, teratur dalam penyimpanannya sehingga bahan kimia
siap pakai dan aman. Pengenalan sifat dan jenis bahan kimia akan memudahkan dalam
cara perawatan dan penanganannya.

a. Penyimpanan Bahan Kimia


Ada beberapa panduan dalam penyimpanan bahan kimia, diantaranya adalah
sebagai berikut.
Menyediakan tempat khusus untuk penyimpanan bahan serta mengembalikan bahan
yang sudah digunakan pada tempat semula.
Menghindari penyimapanan bahan di atas bangku atau di atas lemari
Tempat menyimpan bahan (rak) yang digunakan tidak terlalu tinggi

Membuat label pada wadah tempat penampungan bahan kimia


Menyimpan bahan kimia berdasarkan abjad serta karakteristiknya, seperti bahan yang
mudah menguap, mengakibatkan korosi, teroksidasi dan lain sebagainya
Bertanggung jawab untuk fasilitas penyimpanan dan diperiksa paling tidak 1 kali
dalam setahun.
Dari prinsip umum diatas maka dapat diambil suatu kesimpulan bahan kimia harus
disimpan berdasarkan karakteristiknya. Berikut ini akan diperikan penjelasan mengenai
cara penyimpanan berdasarkan karakteristik bahan kimia.

1. Bahan yang mudah meledak (eksplosif)


Bahan kimia mudah meledak apabila bahan tersebut bereaksi menghasilkan
gas dalam jumlah dan tekanan yang besar serta suhu yang tinggi yang mengakibatkan
kerusakan pada lingkungan. Selain faktor tersebut juga ada factor yang menyebabkan
bahan kimia tersebut mudah meledak, yaitu interaksi beberapa bahan kimia, seperti logam
Na atau K dengan air.

Gambar 1. Lambang bahan kimia mudah meledak

Adapun syarat penyimpanan bagi bahan kimia yang mudah meledak/eksplosif:


Ruangan dingin dan berventilasi
Jauhkan dari panas dan api
Hindarkan dari gesekan atau tumbukan mekanis

2. Bahan yang mudah terbakar


Bahan mudah terbakar adalah bahan yang mudah bereaksi dengan oksigen dan
menimbulkan kebakaran. Reaksi kebakaran yang amat cepat juga dapat menghasilkan
ledakan. Bahan cair dinyatakan mudah terbakar bila titik nyala > 21 C dan < 55 C pada
tekanan 1 atm. Bahan cair dinyatakan sangat mudah terbakar bila titik nyala < 21 C dan
titik didih > 20 C pada tekanan 1 atm. Gas dinyatakan mudah terbakar jika titik didih <
20 C pada tekanan 1 atm.

Gambar 2. Lambang bahan kimia yang mudah terbakar


Bahan kimia yang mudah terbakar dapat berupa wujud padat seperti belerang
(sulfur), fosfor, kertas/rayon, hidrida logam, dan kapas; cair seperti benzene, etanol,
naftalena; dan juga berupa gas seperti gas alam, hydrogen, asetilen dan etilen oksida.
Penyimpanan bagi bahan/zat kimia yang mudah terbakar dapat dilakukan dengan tempat
yang :
Bertemperatur dingin dan berventilasi
Jauh dari sumber api atau panas, terutama loncatan api listrik dan bara rokok
Tersedia alat pemadam kebakaran

3. Bahan beracun

Gambar 3. Lambang bahan kimia yang beracun


Bahan kimia beracun didefinisikan sebagai bahan kimia yang dalam jumlah kecil
menimbulkan keracunan pada manusia atau mahluk hidup lainnya. Pada umumnya zat-
zat toksik masuk lewat pernapasan dan kemudian beredar ke seluruh tubuh atau menuju
organ-organ tubuh tertentu. Berikut contoh bahan kimia beracun dan akibat yang
ditimbulkan apabila terkontaminasi.
Jenis Zat Akibat Keracunan dan
Jenis Bahan
Beracun Gangguan
Pb (TEL, PbNO3); Hg;
Syaraf, ginjal, darah, hati,
Logam metaloid Cadmium; Krom (Cr); Arsen
kanker, iritasi
(As); Fospor
Hidrokarbon alifatik, Pusing, koma, hati, ginjal, syaraf
Bahan pelarut
hidrokarbon terhalogenasi pusat, leukemia
Aspiksian sederhana,
Sesak nafas, pusing, kejang,
aspiksian kimia, karbon
Gas-gas beracun hilang kesadaran, iritan,
monoksida, nitrogen
kematian
monoksida
Karsinogen Benzene, krom, vinil klorida Leukemia, paru-paru
Pusing, kejang, hilang kesadara,
Pestisida Organoklorin, organofosfat
kematian

Syarat penyimpanan bahan kimia beracun


Ruangan dingin dan berventilasi
Jauh dari bahaya kebakaran
Dipisahkan dari bahan-bahan yang mungkin bereaksi
Kran dari saluran gas harus tetap dalam keadaan tertutup rapat jika tidak sedang
dipergunakan
Disediakan alat pelindung diri, pakaian kerja, masker, dan sarung tangan

4. Bahan korosif
Bahan/zat kimia yang bersifat korosif dapat merusak kemasan/wadah dan
bereaksi dengan zat-zat beracun Bahan/zat kimia korosif antara lain adalah asam sulfat
(H2S04), asam nitrat (HNO3), asam klorida (HCl), natrium hidroksida (NaOH), kalsium
hidroksida (Ca(OH)2), dan gas belerang dioksida (SO2).

Gambar 4. Lambang bahan kimia yang bersifat korosif


Syarat penyimpanan:
Ruangan dingin dan berventilasi
Wadah tertutup dan berlabel
Dipisahkan dari zat-zat beracun

5. Bahan kimia iritan

Gambar 5. Lambang bahan kimia iritan


Bahan iritan adalah bahan yang karena reaksi kimia dapat menimbulkan
kerusakan atau peradangan atau sensitisasi bila kontak dengan permukaan tubuh yang
lembab seperti kulit, mata, dan saluran pernapasan. Bahan iritan pada umumnya adalah
bahan korosif. Syarat penyimpanan bagi bahan kimia yang bersifat iritan:
Ruangan dingin dan berventilasi
Wadah tertutup dan berlabel
Dipisahkan dari zat-zat beracun

6. Bahan kimia reaktif terhadap air


Gambar 6. Lambang bahan kimia yang reaktif terhadap air
Bahan reaktif adalah bahan yang bila bereaksi dengan air akan mengeluarkan
panas dan gas yang mudah terbakar. Hal ini disebabkan zat-zat tersebut bereaksi secara
eksotermik, yaitu mengeluarkan panas, dan gas yang mudah terbakar. Adapun bahan-
bahan kimia tersebut adalah:
Alkali (Na, K) dan alkali tanah (Ca)
Logam halida anhidrat (alumunium tribromida)
Logam oksida anhidrat (CaO)
Oksida non-logam halida (sulfuril klorida)
Karbit
Nitrida
Syarat penyimpanan bahan kimia yang reakti terhadap air:
Temperatur ruangan dingin, kering, dan berventilasi
Jauh dari sumber nyala api atau panas
Bangunan kedap air
Disediakan pemadam kebakaran tanpa air (CO2, dry powder)

7. Bahan reaktif terhadap asam


Bahan/zat kimia reaktif terhadap asam akan menghasilkan panas dan gas yang
mudah terbakar atau gas-gas yang beracun dan korosif. Bahan-bahan yang reaktif
terhadap air di atas juga reaktif terhadap asam. Selain itu ada bahan-bahan lain, yaitu:
Kalium klorat/perklorat (KClO3)
Kalium permanganat (KMnO4)
Asam kromat (H2Cr2O3)
Syarat penyimpanan bagi bahan yang reaktif terhadap asam :
Ruangan dingin dan berventilasi
Jauhkan dari sumber api, panas, dan asam
Ruangan penyimpan perlu didesain agar tidak memungkinkan terbentuk kantong-
kantong hydrogen
Disediakan alat pelindung diri seperti kacamata, sarung tangan, pakaian kerja

b. Perawatan Bahan Kimia


Bahan-bahan kimia dalam hal perawatannya digolongkan menurut keadaan fasenya
yaitu : padatan, larutan atau gas.
1. Padatan biasa yang tidak higroskopis dan tidak menyublim
Perawatan padatan biasa yang tidak higroskopis dan tidak menyublim dapat dilakukan
dengan menyimpan zat ini di dalam botol bermulut lebar yang bertutup baik. Usahakan
etiketnya atau labelnya tidak mudah lepas dan hurupnya tidak mudah luntur atau
menguap. Debu pada botol sebaiknya dilap. Pengambilan zat harus menggunakan
sendok/spatula. Hindarkanlah kemungkinan masuknya debu, air maupun uap.

2. Padatan higroskopis
Perawatan padatan higroskopis dilakukan dengan menyimpannya dalam kaleng
tertutup atau tempat lain yang tertutup rapat. Sumbatnya diselimuti lagi dengan plastik
dan diikat erat-erat. Contoh zat ini adalah NaOH dan KSCN.

3. Padatan mudah menguap atau menyublim


Perawatan Padatan mudah menguap atau menyublim dilakukan dengan menyimpan
zat ini di dalam botol gelas atau plastik dengan tutup yang rapat dan tidak terlalu penuh.
Sisa ruangan kosong kira-kira nya untuk kemudahan menyublim. Contoh zat yang
termasuk golongan ini adalah : Iodium, ammonium karbonat dan kamfer.

4. Padatan yang peka cahaya


Perawatan untuk padatan yang peka cahaya dilakukan dengan menyimpan zat ini
di dalam botol gelap atau botol yang tidak tembus cahaya. Contoh yang termasuk zat ini
adalah : perak nitrat dan kalium permanganat.

5. Padatan yang peka air


Penanganan untuk padatan yang peka air dapat dilakukan dengan melarutkannya
Dalam minyak tanah atau kerosin. Contohnya adalah logan Na, K dan Li.

6. Padatan peka oksigen atau udara


Penanganan zat ini dilakukan dengan merendamnya di dalam air yang terdapat
pada botol gelas. Jangan menggunakan tempat dari kaleng karena mudah bocor dan bisa
mengakibatkan kebakaran. Contoh yang termasuk zat ini adalah posfor.

7. Campuran padatan
Penyimpanan untuk kelompok zat ini dilakukan dengan menghindari penempatan
padatan ini dalam keadaan tercampur, terutama campuran oksidator dan katalisator
dengan bahan yang mudah terbakar. Contoh zat yang termasuk golongan ini adalah :
KClO3, MnO2 dengan gula pasir.

8. Cairan atau larutan biasa


Penyimpanan zat ini dilakukan menutupnya di dalam botol yang rapat dan
menghindarkan masuknya debu. Pergunakan pipet untuk mengambil isinya bila
digunakan atau dengan jalan menuang di mana etiketnya menghadap ke dalam tangan.
Contohnya adalah : alkohol, asam asetat dan larutan garam. Isi botol tidak boleh penuh.
Sisakan nya untuk berkondensasi.

9. Cairan atau larutan mudah menguap


Penyimpanan kelompok zat ini dilakukan dengan menggunakan botol yang
mempunyai tutup rapat, karena larutan ini mudah bertambah volumenya dan kadarnya
turun. Contoh yang termasuk zat ini adalah asam sulfat.
10. Cairan yang mudah menguap
Penyimpanan cairan yang mudah menguap dilakukan dengan menggunakan botol
yang mempunyai tutup rapat. Sisakan botol untuk kondensasi. Jauhkan dari panas.
Contoh golongan zat ini adalah : NH4OH, HCl, CH3COOH dan alkohol.

11. Cairan yang mudah terbakar


Penyimpanan cairan yang mudah terbakar dapat dilakukan dengan
menjauhkannya dari api atau panas. Contoh yang termasuk kelompok zat ini adalah : eter,
metanol, etanol, bensin dan minyak tanah.

12. Gas
Penyimpanan gas dilakukan dengan menjauhkan tabung gas dari api atau panas.
Gunakan kran yang spuyernya baik. Lebih baik ditempatkan di tempat yang dingin.
Contohnya adalah : gas He, N2, CO2.

3. KESIMPULAN
Adapun kesimpulan dari makalah ini adalah sebagai berikut.
Hampir semua bahan kimia berbahaya, sehingga kita perlu membuat pengelolaan
bahan dengan tepat dan benar sehingga sebelum melakukan praktikum sebaiknya kita
mengenal karakteristik bahan kimia yang dipakai.
Bahan kimia dapat disimpan berdasarkan karakteristiknya untuk memaksimalkan kerja
di laboratorium.
Selain penyimpanan, perawatan dari bahan kimia juga diperlukan demi terciptanya
keamanan dan keselamatan kerja di laboratorium.

4. DAFTAR PUSTAKA
Kancono., (2010), Manajemen Laboratorium IPA, Bengkulu, Unit Penerbitan FKIP UNIB.
Moran, L., dan Masciangioli, T., (2010), Keselamatan dan Keamanan Laboratorium Kimia
(Panduan Pengelolaan Bahan Kimia dengan Bijak), Washington, The National
Academis Press.
Suprayitno, T., (2011), Panduan Teknis Perawatan Peralatan Laboratorium Kimia, Jakarta,
Kemendikbud.
Suwahano., (2010), http://chem-is-try.org/laboratorium_kimia/ (accessed Agustus 2013)
Tim Laboratorium., (2012), TechnichalDirectives_id.pdf (accessed September 2013)
Wiryawan, A., (2011), http://chem-is-try.org/kegiatan_kimia/ (accessed September 2013)
Penyimpanan Bahan Kimia Dalam Laboratorium

PENYIMPANAN BAHAN KIMIA DALAM LABORATORIUM

PENDAHULUAN
Banyak kecelakaan laboratorium berupa kebakaran, peledakan atau kebocoran bahan
kimia beracun dan korosif yang dimuali dari tempat penyimpanan bahan. Ini dapat terjadi
sebagai akibat penyimpanan bahan yang kurang aman, baik ditinjau dari ruang
penyimpanan maupun sistem penataan bahan. Letak gudang yang selalu terpencil,
menyebabkan jarang diadakan inspeksi sehingga adanya kondisi berbahaya dalam
gudang terlambat untuk dapat diketahui.

Bahan-bahan yang disimpan dalam gudang, bukan berarti tidur nyenyak, tetapi bahan-
bahan tersebut akan tetap reaktif terhadap lingkungan. Interaksi dapat terjadi antara
bahan dengan panas atau sumber penyalaan, uap air dan oksigen dalam udara, wadah
dan bahan lain. Melupakan sifat-sifat di atas akan dapat menimbulkan kebakaran,
peledakan dan keracunan atau kombinasi diantara ketiganya.

Penyimpanan bahan kimia dalam jenis dan jumlah yang banyak memerlukan
pengetahuan akan syarat-syarat penyimpanan. Kecelakaan dalam gudang kimia dapat
menimbulkan cedera bahkan kematian, selain kehilangan bahan kimia yang mahal.
Prinsip dasar penyimpanan di bawah ini apabila diterapkan, dapat mengurangi resiko
penyimpanan bahan.

KONDISI RUANG PENYIMPANAN


1. 1. Letak Gudang
Letak gudang sebaiknya terpisah dari bangunan-bangunan penting lain, agar apabila
terjadi kecelakaan dapat dilokalisasi. Bahkan untuk bahan-bahan yang teramat rawan
seperti amat mudah terbakar atau mudah meledak harus pula disendirikan. Kebakaran
pelarut organik dalam gudang dapat menyebabkan proses pemanasan bahan lain yang
kemudian menjadi reaktif atau eksplosif. Atau pemanasan bahan dapat menghasilkan
bahan-bahan lain yang mungkin toksis atau beracun. Atau juga air yang dipakai untuk
pemadaman api dapat bereaksi dengan bahan kimia tertentu yang eksotermik dan
menimbulkan kebakaran lain.

1. 2. Ventilasi
Adanya ventilasi dalam gudang amat diperlukan agar apabila terjadi kebocoran bahan
mudah terbakar atau beracun dan korosif dapat terencerkan sampai di bawah ambang
bahaya kebakaran atau keracunan fatal. Tanpa ventilasi, adanya bahan organik akan
berakumulasi sampai di atas batas konsentrasi bawah mudah terbakar (low flammable
limit), sehingga berbahaya apabila ada sumber penyalaan seperti loncatan listrik, bara
api dan bolam lampu yang panas. Adanya uap beracun atau korosif tanpa ventilasi akan
berakibat fatal bagi yang masuk atau bekerja dalam gudang.

1. 3. Bebas dari sumber penyalaan


Sumber-sumber penyalaan seperti nyala api, bara rokok, loncatan api listrik atau loncatan
listrik statis harus dijauhkan dari gudang. Pasanglah poster DILARANG MEROKOK
atau AWAS KEBAKARAN untuk mencegah seorang merokok atau menghasilkan
nyala api. Peralatan-peralatan listrik dalam gudang, perlu di groundingkan agar tidak
terjadi loncatan listrik.

1. 4. Ruang dingin
Ruangan yang dingin akan mencegah reaksi penguraian atau memperlambat reaksi. Ini
dapat dipahami karena reaksi-reaksi kimia dapat mulai terjadi apabila energi bahan dapat
mencapai energi aktivasi. Suhu tinggi dalam gudang akan dapat menghantarkan bahan
mencapai energi aktivasi. Kewaspadaan juga mesti diberikan apabila cuaca panas akibat
musin kering yang berkepanjangan dan hal ini akan menambah rawan kondisi
setiapgudang kimia. Selain itu, kenaikan suhu juga akan meningkatkan kecepatan reaksi
secara eksponensial. Sebagai gambaran sederhana, kenaikan suhu 10OC akan
mempercepat reaksi menjadi 2x; 20OC = 4x; 30OC = 8x dan kenaikan suhu 100OC akan
menyebahkan kecepatan reaksi meningkat menjadi 210 atau 1024x.

1. 5. Kering
Banyak bahan kimia yang dapat terhidrolisa oleh air atau uap air dalam udara. Reaksi
hidrolisa yang eksotermis akan meningkatkan suhu yang berakibat seperti di atas.
Penggunaan AC sekaligus dapat mendinginkan dan mengeringkan udara dalam gudang.
Kelembaban lebih rendah dapat dicapai dengan memakai alat dehumidifier.

Dengan memahami syarat gudang di atas, dapatlah dipriorotaskan pemenuhan


persyaratan bergantung pada fasilitas yang duipunyai dan nilai bahan yang disimpan.

BAHAN-BAHAN KIMIA INKOMPATIBEL


Dalam menata atau menyusun bahan-bahan kimia dalam gudang, perlu diperhatikan
bahan-bahan yang dapat bereaksi atau yang disebut inkompatibel yang terpentingadalah
seperti berikut :

1. Bahan-bahan pada tabel 1. Dibawah ini, apabila berinteraksi dapat bereaksi hebat yang
menimbulkan kebakaran atau peledakan.
Tabel 1. Bahan-bahan inkompatibel yang bereaksi hebat
1. Bahan-bahan di bawah ini apabila tercampur akan menghasilkan gas beracun. Lihat Tabel
2.

Tabel 2. Bahan-bahan inkompatibel yang apabila bereaksi menimbulkan gas


beracun

SEGREGASI
Adanya kelompok bahan inkompatibel di atas, menunjukkan pada kita bahwa penataan
bahan kimia menurut abjad yang sering kita lakukan, mengundang risiko bahaya.
Bahan-bahan harus kita kelompokkan dulu sebelum tiap-tiap kelompok disusun menurut
abjad. Sayang sekali tak ada sistem pemisahan atau segregasi yang sempurna, karena
banyak bahan kimia yang bersifat ganda. Suatu contoh pemisahan secara sederhana,
seperti pada Tabel 3.

Tabel 3. Segregasi sederhana dalam penyimpanan bahan kimia


PENYIMPANAN BAHAN KHUSUS
Bahan kimia keperluan laboratorium banyak yang memerlukan penyimpanan khusus,
diantaranya adalah :

1. 1. Zat higroskopis atau mudah meleleh


Bahan-bahan di bawah ini mempunyai titik leleh rendah, mudah mencair, atau
higroskopik dan harus disimpan pada suhu rendah, kering dan tertutup rapat.

Asetaldehida, amonium asetat/karbonat/ferisulfat.nitrat/tiosulfat, kalsium


klorida/oksida, kadmium klorida/nitrat, kromtrioksida, asam sitrat, kobalt asetat/klorida,
diatil eter, feri klorida/nitrat/oksalat, HCl (36%), Hg-nitrat, nikel klorida/nitrat, fenol,
kalium hidroksida/tiosianat/nitrit, natrium hidroksida, seng klorida/nitrat.

1. 2. Bahan mudah membeku


Zat-zat di bawah ini harus disimpan di atas suhu bekunya agar tidak membeku (freezing).

Asam asetat, glasial 17OC


Anilin -5OC
Benzena 5OC
Asam perklorat -17OC(70%)
Asam oleat 4OC
Asam sulfat 5OC
Asam formiat 90% 9OC
Asam ortoposfat 10OC(85%)
LAIN-LAIN
Selain beberapa pokok di atas, ada beberapa hal lain yang perlu diperhatikan dalam
masalah penyimpanan bahan kimia, diantaranya :

1. Pesanlah bahan kimia sesedikit mungkin sesuai dengan kebutuhan, untuk mengurangi
risiko bahaya dalam penyimpanan.
2. Wadah bahan kimia selalu tertutup dan berlabel. Apabila label hilang, periksa dengan
teliti sebelum dipakai atau kalau tidak dapat diidentifikasi, musnahkan saja.
3. Hati-hati terhadap beberapa pelarut organik seperti etil eter, petroleum eter yang telah
tersimpan lama, karena dapat mengandung senyawa peroksida yang tidak stabil atau
eksplosif. Test lebih dahulu dan ambil peroksida dengan cara mereduksi sebelum diproses
atau dipanaskan (Detail cara penanganan lihat WKA, No. 3/II/1987).
4. Periksalah gudang secara rutin untuk melihat adanya kebocoran atau kerusakan wadah.
5. Bahan-bahan kimia yang telah lama atau tidak terpakai dapat dibuanag atau dimurnikan
lagi untuk dipakai kembali. Cara pemusnahan bahan-bahan kimia sisa pakai, lihat WKA
No. 8/V/1990.
6. Wadah atau botol kosong mungkin masih mangandung bahaya dari bahan-bahan sisa.
Oleh karena itu cuci botol-botol bekas sebelum disimpan atau dijual.
7. Sediakan alat-alat keadaan darurat seperti alat pemadam kebakaran dan alat pelindung
diri dalam gudang.
8. Waspada terhadap perubahan cuaca yaitu suhu udara tinggi dan hujan lebat. Suhu tinggi
dapat menyebabkan reaksi penguraian, sedang hujan dapat menyebabkan gudang basah
akibat kebocoran atau kelembaban udara yang tinggi. (Soemanto Imamkhasani,
Puslitbang Kimia Terapan LIPI).

DAFTAR PUSTAKA
1. Everett, K and Hughes, D., A Guide to Lboratory Design, Butterworths, London
(1981).
2. Hawkins, M.D., Safety and Laboratory Practice, 3rd ED., Cassel, London (1988).
3. Young, A.Y., Improving Safety in the Chemical Laboratory, A Practical Guide, John
Willey and Sons, N.Y. (1987).
4. ImamKhasani, S., Keselamatan Kerja dalam Laboratorium Kimia, Gramedia, Jakarta
(1990).
5. Nedved, M., dan Imamkhasani, S., Dasar-dasar Keselamatan Kerja Bidang Kimia dan
Pengendalian Bahaya Besar, ILO, Jakarta (1991)
KETENTUAN DALAM PENGELOMPOKKAN PENYIMPANAN BAHAN
KIMIA
A. GOLONGAN I : CAIRAN MUDAH TERBAKAR

Meliputi cairan dengan titik nyala kurang dari 100 oF. Contoh: semua alkohol, acetone,
acetaldehyde,acetonitrile, amyl asam cuka, benzen, cyclohexane, dimethyldichlorosilane,
dioxane, eter, asam cuka etil, histoclad, heksan, hydrazine, sejenis gas hidrokarbon metil,
picolene, piperidine, propanol, pyridine, scintillation cairan, semua silanes,
tetrahydrofuran, toluene, triethylamine, xylene.

Dasar tentang penyimpanan:

Untuk melindungi dari pengapian yang dianjurkan

Fasilitas yang dapat digunakan:

1. Lemari mudah terbakar


2. Lemari es:karena kontainer kurang dari 1 liter.

Golongan penyimpanan yang dapat disatukan:


karena racun mudah menguap janganlah menyajikan pada ruangan dan lemari mudah
terbakar jika basa tidak ada

B. GOLONGAN II : RACUN MUDAH MENGUAP

meliputi racun, racun yang dikenal dan yang diduga sebagai penyebab kanker dengan
penguapan atau bau kuat berpengaruh lebih besar dari 1 (karet sintetis butyl asam cuka=
1): Contoh: karbon tetrachloride, cloroform, dimethylformamide, dimethyl sulfate,
formamide, dehyde formal, halothane, mercaptoethanol, methylene klorid, zat asam
karbol.
Dasar Tentang penyimpanan:

Untuk mencegah terjadinya penghisapan terbuka

Fasilitas yang dapat digunakan :

1. Lemari mudah terbakar

2. Lemari es: untuk kontainer kurang dari 1 liter.

Golongan penyimpanan yang dapat disatukan:

Karena racun mudah menguap janganlah menyajikan di dalam kompartemen dan lemari
yang mudah terbakar.

C. GOLONGAN III : ASAM - PENGOKSIDASI

Semua asam pengoksidasi adalah sangat reaktif dengan kebanyakan unsur satu sama lain.
Contoh: berisi nitrat, sulfuric, perchloric, asam fosfat, dan asam khrom.

Dasar tentang penyimpanan:

Mencegah reaksi dan kontak satu sama lain dan unsur zat lain dan reaksi korosif di
permukaan

Fasilitas yang dapat digunakan:

Lemari keselamatan. Masing-Masing asam pengoksidasi harus disimpan pada double-


contained, yaitu., kontainer yang utama harus dijaga di dalam teromol, bak mandi atau
baki.
Golongan penyimpanan yang dapat disatukan:

Asam-asam oxidizing harus di double-contained dan harus dipisahkan di dalam


kompartemen dan di dalam suatu lemari keselamatan. Jumlah kecil (1 atau 2 botol) tidak
menjamin keabsahan suatu kompartemen terpisah. Jumlah kecil dapat disimpan pada
double-contained dan disimpan dengan golongan empat yaitu Organik dan Asam mineral.
Tempat penyimpanan asam pengoksidasi di rak bawah dibawah golongan empat.

D. GOLONGAN IV : BAHAN ORGANIK DAN ASAM-ASAM MINERAL

Contoh :

asetat, butirat, format, asam glacial, hidroklorat, isobutirat, merkaptoproprionat,


propionat, asam trifluoraasetat

Dasar tentang penyimpanan :

Untuk mencegah kontak dan reaksi dengan basa dan pengoksidasi asam dan korosif
simpan dipermukaan.

Fasilitas yang dapat digunakan :

Lemari keselamatan

Golongan penyimpanan yang dapat disatukan:

Banyak atau sedikit wadah yang berisi pengoksidasi asam dapat disimpan di bagian yang
sama dengan asam organik jika pengoksidasi asam disimpam di rak bawah.

Pengecualian : Acetat anhidrida dan trikloroasetat anhidrida bersifat korosif. Asam-asam


ini sangat reaktif dengan asam lainnya dan sebaiknya jangan disimpan di dalam golongan
ini. Lebih baik disimpan dengan campuran bahan-bahan organik di golongan tujuh yaitu
cairan beracun yang tidak menguap.

E. GOLONGAN V : CAIRAN BASA

Contoh :

natrium hidroksida, ammonium hidroksida, calsium hidroksida, glutaraldehida.

Fasilitas yang dapat digunakan :

1. lemari keamanan

2. dalam tong atau talam dalam normal kabinet

Golongan penyimpanan yang dapat disatukan:

Cairan basa dapat disimpan dengan bahan yang mudah terbakar dalam emari bahan yang
mudah terbakar hanya jika bahan-bahan beracun yang mudah menguap tidak disimpan
disana.

F. GOLONGAN VI : CAIRAN PENGOKSIDASI

Reaksi cairan pengoksidasi dengan segala sesuatu yang berpotensi menyebabkan


peledakan peledakan atau korosif terhadap permukaan.

Contoh :

ammonium persulfat, hidrogen peroksida

Dasar tentang penyimpanan :


Memisahkan dari bahan-bahan lain

Fasilitas yang dapat digunakan:

jumlah yang melampaui 3 liter sebaiknya harus ditutup dalam lemari tanpa ada
bahan kimia lain.
jumlah yang sedikit harus di double-contained jika dekat bahan lain, contohnya
dalam refrigerator.

Golongan penyimpanan yang dapat disatukan :


tidak ada

G. GOLONGAN VII : CAIRAN BERACUN YANG TIDAK MENGUAP

Termasuk racun sangat berbahaya (LD50 oral rat <>

Contoh :

larutan akrilamida, dietilpirokarbonat, diisopripyl fluoroposfat, Ethidium bromida,


trietanolamin.

Dasar tentang penyimpanan :

Untuk mencegah kontak dan reaksi dengan bahan lain

Fasilitas yang dapat digunakan:

lemari atau refrigerator


jangan simpan pada pada wadah terbuka dalam lab atau atau ruang pendingin.
cairan beracun dalam wadahnya yang lebih dari 1 liter harus disimpan di rak
paling bawah pada wadah yang paling dekat dengan lantai. Wadah yang lebih
kecil yang berisi bahan beracun dapat disimpan pada rak atas hanya jika pintu
tersebut pintu yang digeser

golongan penyimpanan yang dapat disatukan :


Cairan tidak berbahaya seperti larutan buffer

perkecualian: Anhidrida, contohnya asetat dan trikloroaset, asam-asam organik,


bagaimanapun juga lebih baik disimpan dengan grup ini daripada dengan golongan empat
yaitu asam-asam organik, semenjak bahan tersebut sangat rekatif dengan asam-asam
mineral dan oraganik lain.

H. GOLONGAN VIII : LOGAM HIDRIDA REAKTIF DAN PIROPORIK

Banyak logam hidrida bereaksi hebat dengan air, beberapa diantaranya dapat langsung
menyala secara spontan di udara (piroporik).

Contoh dari logam hidrida :

sodium borohidrida, kalsium hidrida, lithium aluminum hidrida.

Contoh piroporik :

boron, diborane, dichlorobane, 2-furaldehida, dietil aluminum klorida, lhitium, phosporus


kuning atau putih dan trimetil aluminum. Bahan-bahan yang reaktif lainnya yaitu meliputi
aluminum klorid-anhidrous, kalsium karbida, asetil klorida, asam klorosulonik, sodium,
potassium, posporus pentachloride kalsium, aluminum tribromide, kalsium oksida, dan
asam anhidrida.

Dasar tentang penyimpanan :


Untuk menghindari kontak dan reaksi dengan beberapa cairan dan dalam beberapa kasus
dengan udara.

Fasilitas yang dapat digunakan:

Aman/terlindungi, wadah (double-containment) tahan air sesuai dengan instruksi


label
memisahkan dari golongan-golongan jenis bahan kimia lainnya

Golongan penyimpanan yang dapat disatukan:


Jika terlindunginya double-contained untuk mencegah kontak dengan air dan atau udara,
logam hidrida dapat disimpan di dalam area yang sama seperti golongan sembilan yaitu
bahan-bahan kering.

I. GOLONGAN IX : BAHAN-BAHAN KERING

Meliputi semua bahan yang berbentuk serbuk, bahan berbahaya dan tidak berbahaya.
Contohnya: benzidin, sianogen bromida, etilmaleimide, asam okasalat, potasium sianida,
sodium sianida.

Dasar tentang penyimpanan :

Untuk mencegah kontak dan berpotensi menghasilkan reaksi dengan cairan.

Fasilitas yang dapat digunakan :

Simpan diatas cairan-cairan;


Label-label peringatan pada bahan serbuk sangat beracun harus diperiksa dan
diperbaiki jika tidak menyebabkan wadah-wadah letaknya berlawanan keluar
tanpa zat-zat beracun di golongan ini.
disarankan agar zat/bahan-bahan sangat berbahaya di golongan ini dipisahkan
Golongan penyimpanan yang dapat disatukan:
Logam hidrida, jika double-contained dengan layak dapat disimpan di area yang sama.

Perkecualian :

pikrat cair atau asam pikricsulfonik dapat disimpan dengan golongan ini, tetapi
seharusnya diperiksa secara tetap untuk kekeringan bahan. Ketika bahan kering dengan
sempurna, asam pikrat (picric acid) bersifat eksplosif dan mungkin dapat menyebabkan
ledakan apabila terjadi goncangan atau pergeseran. Asam pikrat bila kontak dengan
beberapa logam mungkin akan membentuk logam pikrat eksplosif. Gunakan tutup non
logam.

di bawah ini contoh layout penyimpanan bahan kimianya..

contoh 1.

contoh 2.
mungkin itu sedikit penjelasannya, kalo bahasanya njelimet bisa di liat aja langsung
di situs aslinya yang bahasa inggris..

www.uiowa.edu/~hpo/chemsafety/chemstor.html - 46k -

Anda mungkin juga menyukai