Anda di halaman 1dari 3

BUAYA KUNING DARI DAERAH MEMPAWAH

Dulu di sebuah kerajaan PANGKULERAJAK di negri Mempawah tua, bertahtahlah seorang raja
yang bernama Patih Ngabak yang digelar oleh masyarakat ya itu Raja Kudong. Kenapa dia diberi nama
Raja Kudong ? Karena jari jempolnya, jari telunjuknya, jari tengahnya, jari manisnya, dan jari
kelingkingnya sampai pergelangan tangannya pun putus. Tapi walaupun cacat Raja Kudong sangat
terampil menebar jala untuk menangkap ikan dan udang yang merupakan kegemaran Raja Kudong.
Sebagai seorang raja yang berkuasa ia pun telah berusaha untuk menyembuhkan cacatnya itu tapi belum
juga dapat disembuhkan.

Sampai pada suatu hari Raja Kudong memutuskan untuk pergi ke sungai Mempawah untuk
menjala ikan dan udang bersama pengawalnya. Tapi sebelum berangkat dia sempat mengeluhkan
kecacatanya itu kepada pengawalnya.

Raja Kudong : hai pengawal sesungguhnya aku sangat lelah dengan kudongnya tanganku ini
karena aku tidak dapat menjala dengan baik, karna itulah aku bersumpah siapapun yang
dapat menyembuhkan cacat fisikku ini, apabila dia seorang laki-laki akan aku jadikan dia
saudara kandungku, apabila dia seorang perempuan akan aku jadikan permaisuriku. Ya
sudahlah pengawal kita jangan bicarakan soal itu lagi. Sekarang bagaimana apakah kau
telah mempersiapkan perlengkapanku untuk menjala ?

Pengawal : siap paduka raja segera saya siapkan dan segera kita pergi.

Raja Kudong dan pengawalnya pun segerah pergi kesungai Mempawah untuk menjala ikan dan
udang. Tapi tidak seperti hari biasanya matahari hamper candong kebarat tak seekor ikan dan udang pun
di dapatnya. Akhirnya Raja Kudong bersama pengawalnya memutuskan untuk meneruskan perahunya
menghilir sampai kelubuk saung Mempawah dan menyebar jalanya lagi.

Raja Kudong : pengawal ada apa dengan jalaku ini pengawal ? kenapa susah sekali aku
mengangkatnya. Ini pasti yang kutunggu-tunggu selama ini. Ini pasti ikan yang sangat
besar. Ya sudahlah pengawal aku menyelam saja. Aku ingin mengetahui apa yang terjadi
sama jalaku di dasar sana.

Pengawal : baiklah paduka raja saya akan menunggu paduka raja di sini.

Raja Kudong memutuskan untuk menyelam kedasar sungai. Karena ia ingin mngetahui apa yang
tersangkut dijalanya itu.

Pada saat Raja Kudong berada didasar sungai betapa terkejutnya Raja Kudong melihat yang ada
dihadapannya. Teryata jalanya tersangkut karna dipegang oleh seorang putri yang cantik jelita.

Putri : selamat datang dikerajaan kami paduka yang mulia raja kudong.

Raja Kudong : maaf putri, siapakah putri ini dan mengapa putri berada di dasar sungai ini ?
Putri : saya bernama Bayumustari dan saya penguasa sungai ini. Mari paduka ikut saya
keistana silahkan paduka.

Raja Kudong pun ikut putri Bayumustari ke istana yang indah dan megah, dinding-dindingnya
dihiasi dengan batu alam yang berwarna warni dan berkilawan. Singgasana putri Bayu Mustari tanpak
kokoh dan disampingnya dihiasi dengan permata-permata.

Putri : silakan duduk yang mulia.

Raja Kudong : maaf putri bukanya saya tidak mau duduk, tetapi saya ingin putri menjelaskan mengapa
putri menahan jala saya? Apa maksud putri sebenarnya?

Putri : maksud saya, saya ingin menong baginda.

Raja Kudong : menolong saya ? maksud putri?

Putri : saya sudah tau apa yang menjadi beban pikiran dan perasaan baginda. Saya sudah
mendengar sumpah yang di ucapakan baginda.

Raja Kudong : apa putri mendengar sumpahku? Jadi putri dapat menyembuhkan tanganku yang kudong
ini?

Putri : dengan bantuan sang maha kuasa mudah-mudahan saya dapat menyempurnakan tangan
paduka yang kudong itu. Tapi ada syarat nya yaitu baginda harus mengawini saya.

Raja Kudong : baiklah putri saya tidak pernah mengingkari janji apabila tangan saya yang kudong ini
dapat disembuhkan.

Setelah diobati dengan izin sang maha kuasa tangan Raja Kudong pun sembuh. Sesuai dengan
janjinya, Raja Kudong pun mengawini putri Bayu Mustari dan mereka mendapatkan beberapa anak .
salah satunya diberi Raja Kudong dengan nama Kartamina. Mereka pun hidup sejahtra dan bahagia.

Beberapa tahun kemudian timbul perasaan rindu Raja Kudong terhadap keluarga dan rakyatnya
sendiri di daratan dunia bermaksud kembali kekerajaannya dan memerintah seperti dulu lagi.

Pada satu kesempatan ketika mereka sedang menikmati keindahan di istana Raja Kudong
mengutarakan keinginannya tersebut kepada istrinya putri Bayumustari.

Raja Kudong : istriku ada hal yang ingin aku sampaikan kepada dirimu? Sampailah saatnya aku harus
kembali ke negriku di daratan karena perasaan rindu yang sangat dalam engkau beserta
anak kita akan aku bawa serta kedaratan.

Putri : baginda tentulah baginda tidak dapat membawa saya ke kerajaan daratan karena disana
bukanlah dunia saya. Harap baginda dapat mengerti dan perlu baginda ketahui begitu
baginda sampai dikedaratan maka selamanya baginda tak akan mendapat melihat saya
dan anak kita lagi serta kembali lagi kesini kedunia alam gaib.

Raja Kudong : apa? Bagaimana jika aku merindukan kalian ?


Putri : jika muncul kerinduan baginda kepada saya maka buanglah sebutir telur ayam kampung
yang masih mentah, sebatang paku, sebutir buah keminting, seulas sirih selike dan beras
kuning. Lalu buanglah kesungai Mempawah.

Akhirnya dengan izin sang istri dan anak-anaknya kembalilah Raja Kudong ke daratan. Ketika hendak
berpisah berpesanlah sang istri kepada suami yaitu Raja Kudong.

Putri : wahai kanda jika muncul di sungai Mempawah buaya-buaya yang berwarna kuning
maka hendaklah keturunan dari baginda tidak mengganggunya. Karena buaya tersebut
merupakan keturunan hasil perkawinan kita.

Raja Kudong : baiklah istriku aku akan selalu ingat pesan darimu itu. Sepeninggalanku jagalah diri
kalian baik-baik.

Raja Kudong kembali kedaratan. Begitu sang baginda sampai kepermukaan air. Raja melihat pengawal
masih duduk menunggunya.

Raja Kudong :pengawalku engkau masih disini menungguku? Betapa setianya engkau menungguku.
Padahal aku sudah berpuluh-puluh tahun di dasar sungai.

Pengawal : wahai paduka. Paduka tidak menyelam sampai puluh-puluh tahun. Tapi paduka hanya
menyelam satu malam saja.

Raja Kudong : benarkah itu pengawalku? Baru aku sadari di alam gaib sana tidak ada batasan waktu
dan tempat bagi mereka.

Raja Kudong dan pengawalnya pun kembali ke istana.

Beberapa saat kemudian timbullah kerinduan Raja Kudong kepada istri dan anaknya. Lalu dia
ingat pesan yang pernah disampaikan istrinya. Lalu ia segerah menyiapkan perlengkapannya itu. Lalu di
bawa kesungai dan membuangnya. Dengan rasa haru akhirnya Raja Kudong pun menumpahkan rasa
kerinduan kepada istrinya dengan wujud buaya kuning.

Adapun adat yang pernah dilakukan Raja Kudong dinamakan dan dikenal adat buang-buang.
Yang hingga saat ini masih dilakukan masyarakat mempawah untuk mengenang raja tersebut.

Anda mungkin juga menyukai