Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
World Health Organization (1974) mendefinisikan komunitas atau masyarakat sebagai suatu
pengelompokan sosial yang ditentukan oleh batas-batas geografi serta kesamaan nilai-nilai dan
tujuan. Pada umumnya, anggota-anggotanya saling mengenal dan berinteraksi baik dengan
lingkungan internal maupun eksternal. Komunitas berfungsi dalam struktur sosial tertentu serta
menerapkan dan membentuk norma-norma tertentu pula.
Pengorganisasian masyarakat adalah pekerjaan yang terjadi pada pengaturan lokal untuk
memberdayakan individu, membangun hubungan, dan membuat tindakan untuk perubahan sosial.
Sekarang ini menata diri dan memberdayakan masyarakat nampaknya masih menjadi pilihan yang
patut kita pertimbangkan untuk terus kita lakukan. Yang diharapkan dapat mendorong kesadaran dan
pemahaman kritis masyarakat tentang berbagai aspek yang senantiasa berkembang dalam
kehidupan masyarakat. Mendorong digunakannya kearifan-kearifan budaya sebagai alat dalam
mewujudkan tatanan kehidupan masyarakat dan negara yang lebih demokratis maupun dalam
menyelesaikan setiap permasalahan yang terjadi di masyarakat.
Organisasi masyarakat merupakan kekuatan yang memperjuangkan kepentingan masyarakat
secara keseluruhan. Dalam melakukan perjuangan kepentingan masyarakat, organisasi masyarakat
tidak akan henti hentinya sampai kapanpun. Sebab, musuh musuh masyarakat juga tidak akan
henti hentinya dalam melakukan penindasan terhadap masyarakat.
Landasan filosofis dari kebutuhan untuk melakukan pengorganisasian masyarakat adalah
pemberdayaan. Karena pada dasarnya masyarakat sendiri yang seharusnya berdaya dan menjadi
penentu dalam melakukan perubahan sosial. Perubahan sosial yang dimaksud adalah perubahan
yang mendasar dari kondisi ekonomi, sosial, politik dan kebudayaan. Dalam konteks masyarakat,
perubahan sosial juga menyangkut multidemensional. Dalam demensi ekonomi seringkali
dimimpikan terbentuknya kesejahteraan dan keadilan sosial bagi seluruh warga masyarakat.
Model pemberdayaan masyarakat dikembangkan untuk memfasilitasi terwujudnya kedaulatan
rakyat yang mampu mengatasi permasalahan-permasalahan masyarakat secara partisipatif, aspiratif
dan berkelanjutan untuk kepentingan masyarakat. Meskipun demikian, dalam kenyataannya upaya
tersebut belum begitu menggembirakan. Program pemberdayaan, belum sepenuhnya diikuti dengan
menguatkan kelompok atau institusi yang benar-benar dapat menyalurkan aspirasi dan
mengembangkan inisiatif dan keikutsertaan masyarakat dalam proses kebijakan masih belum jelas
dan masih ditempatkan sebagai sasaran program yang kadang-kadang tersisihkan oleh desakan
kepentingan kelompok tertentu yang berorientasi pada suatu tujuan.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud pengorganisasian dan pengembangan masyarakat serta pemberdayaan
komunitas?
2. Apa saja aspek-aspek yang terdapat dalam pengorganisasian masyarakat?
3. Apa saja langkah-langkah yang di tempuh dalam pengorganisasian dan pengembangan
masyarakat?
C. TUJUAN PENULISAN
1. TUJUAN UMUM
Dapat memberi gambaran tentang pengorganisasian dan peengembangan masyarakat serta
pemberdayaan komunitas.
2. TUJUAN KHUSUS
a. Untuk mengetahui pengertian pengorganisasian dan pengembangan masyarakat serta
pemberdayaan komunitas.
b. Untuk mengetahui aspek-aspek penting dalam pengorganisasian.
c. Untuk mengetahui langkah-langkah yang harus ditempuh dalam pengorganisasian masyarakat.
d. Untuk mengetahui langkah-langkah pengembangan masyarakat.
e. Untuk mengetahui model-model pengorganisasian dan pengembangan masyarakat.

BAB II
PEMBAHASAN

A. DEFINISI
Pengorganisasian masyarakat adalah konsep yang sudah dikenal dan dipakai oleh para
pekerja sosial di Amerika pada akhir tahun 1800, sebagai upaya koordinatif memberikan pelayanan
kepada imigrasi, kelompok miskin yang baru datang (Garvin dan Cox).
Dalam pengorganisasian terkandung tiga aspek penting yaitu :
1. Proses
Proses merupakan sesuatu yang terjadi secara sadar, tetapi mungkin juga tidak. Proses ditemukan
unsur-unsur kesukarelaa. Kesukarelaan timbul karena keinginan untuk memenuhi kebutuhan
sehingga mengambil inisiatif atau prakarsa untuk mengatasinya. Kesukarelaan juga terjadi karena
dorongan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan kelompok atau masyarakat. Kesadaran terhadap
kebutuhan dan masalah yang dihadapi biasanya ditemukan pada segelintir orang yang kemudian
melakukan upaya menyadarkan masyarakat untuk mengatasinya.
2. Masyarakat
Masyarakat dapat diartikan sebagai kelompok yang mempunyai batas-batas geografis: Desa,
kelurahan, kecamatan, dst. Suatu kelompok dari mereka yang mempunyai kebutuhan bersama dari
kelompok yang lebih besar. Kelompok kecil yang menyadari suatu masalah harus dapat
menyadarkan kelompok yang lebih besar. Kelompok yang secara bersama-sama mencoba
mengatasi masalah dan memenuhi kebutuhannya.
3. Berfungsinya Masyarakat
Untuk dapat memfungsikan masyarakat, maka harus dilakukan langkah-langkah sebagai berikut :
a. Menarik orang-orang yang mempunyai inisiatif dan dapat bekerja untuk membentuk kepanitiaan
yang akan menangani masalah-masalah yang berhubungan dengan kesehatan dan kesejahteraan
masyarakat.
b. Membuat rencana kerja yang dapat diterima dan dilaksanakan oleh seluruh masyarakat.
c. Melakukan upaya penyebaran rencana atau kampanye untuk mensukseskan rencana tersebut

Menurut Adi Sasongko (1978), langkah-langkah yang harus ditempuh dalam


Pengorganisasian Masyarakat adalah :
1. Persiapan Sosial
Tujuan persiapan sosial adalah mengajak berpartisipasi atau peran serta masyarakat sejak
awal kegiatan, sampai dengan perencanaan program, pelaksanaan hingga pengembangan program
kesehatan masyarakat. Kegiatan-kegiatan dalam persiapan sosial ini lebih ditekankan kepada
persiapan-persiapan yang harus dilakukan baik aspek teknis, administratif dan program-program
kesehatan yang akan dilakukan.
a. Tahap Pengenalan Masyarakat. Dalam tahap awal ini kita harus datang ketengah-tengah
masyarakat dengan hati yang terbuka dan kemauan untuk mengenal sebagaimana adanya, tanpa
disertai prasangka buruk sambil menyampaikan maksud dan tujuan kegiatan yang akan
dilaksanakan.
b. Tahap Pengenalan Masalah. Dalam tahap ini dituntut suatu kemampuan untuk dapat mengenal
masalah-masalah yang memang benar-benar menjadi kebutuhan masyarakat. Beberapa
pertimbangan yang dapat digunakan untuk menyusun skala prioritas penanggulangan masalah
adalah :
1) Beratnya Masalah. Seberapa jauh masalah tersebut menimbulkan gangguan terhadap masyarakat.
2) Mudahnya Mengatasi.
3) Pentingnya Masalah bagi Masyarakat, yang paling berperan disini adalah subyektivitas masyarakat
sendiri dan sangat dipengaruhi oleh kultur budaya setempat.
4) Banyaknya Masyarakat yang Merasakan Masalah,misalnya perbaikan gizi, akan lebih mudah
dilaksanakan diwilayah yang banyak balitanya.
c. Tahap Penyadaran Masyarakat. Tujuan tahap ini adalah menyadarkan masyarakat agar mereka
tentang tahu dan mengerti masalah-masalah kesehatan yang mereka hadapi sehingga dapat
berpartisipasi dalam penanggulangannya serta tahu cara memenuhi kebutuhan akan upaya
pelayanan kesehatan sesuai dengan potensi dan sumber daya yang ada.
Agar masyarakat dapat menyadari masalah dan kebutuhan mereka akan pelayanan
kesehatan, diperlukan suatu mekanisme yang terencana dan terorganisasi dengan baik, untuk itu
beberapa kegiatan yang dapat dilakukan dalam rangka menyadarkan masyarakat :
a. Lokakarya Mini Kesehatan.
b. Musyawarah Masyarakat Desa. (MMD).
c. Rembuk Desa.

2. Pelaksanaan
Setelah rencana penanggulangan masalah disusun dalam lokakarya mini, maka langkah
selanjutnya adalah melaksanakan kegiatan tersebut sesuai dengan perencanaan yang telah disusun.
Beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam pelaksanaan kegiatan penanggulangan masalah
kesehatan masyarakat adalah :
a. Pilihlah kegiatan yang dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat.
b. Libatkan masyarakat secara aktif dalam upaya penanggulangan masalah.
c. Kegaitan agar disesuaikan dengan kemampuan, waktu, sumber daya yang tersedia di masyarakat.
d. Tumbuhkan rasa percaya diiri masyarakat bahwa mereka mempunyai ke mampuan dalam
penanggulagan masyarakat.

3. Evaluasi
Penilaian dapat dilakukan setelah kegiatan dilaksanakan yang dilakukan dalam jangka waktu
tertentu. Dalam penilaian dapat dilakukan dengan :
a. Penilaian selama kegiatan berlangsung, disebut juga penilaian formatif= monitoring. Dilakukan untuk
melihat apakah pelaksanaan kegiatan yang telah dijalankan apakah telah sesuaI dengan
perencanaan penanggulangan masalah yang telah disusun.
b. Penilaian setelah Prgram selesai dilaksanakan, disebut juga penilaian sumatif= penilaian akhir
program. Dilakukan setelah melalaui jangka waktu tertentu dari kegiatan yang dilakukan.
c. Dapat diketahui apakah tujuan atau target dalam pelayanan kesehatan telah tercapai atau belum.
d. Perluasan
Perluasan merupakan pengembangan dari kegiatan yang dilakukan dan dapat dilaksankan dalam 2
cara :
1) Perluasan Kuantitatif. Perluasan dengan menambah jumlah kegiatan yang dilakukan, baik pada
wilayah setempat maupun pada wilayah lainnya sesuai dengan kebutuhan masyarakat setempat.
2) Perluasan Kualitatif. Perluasan dengan meningkatkan mutu atau kualitas kegiatan yang telah
dilaksankan sehingga dapat nmeningkatkan kepuasan dari masyarakat yang dilayani.

B. PENGEMBANGAN MASYARAKAT
Di negara yang sedang berkembang terdapat siklus keadaan yang merupakan suatu
lingkaran tak berujung yang menghambat perkembangan komunitas secara keseluruhan. Sebagai
contoh, keadaan sosial ekonomi rendah yang mengakibatkan ketidakmampuan dan ketidaktahuan.
Hal tersebut selanjutnya mengakibatkan penurunan produktivitas, produktivitas yang rendah
selanjutnya mengakibatkan keadaan sosial ekonomi semakin rendah dan seterusnya. Langkah-
langkah yang bisa ditempuh dalam mengembangkan dan meningkatkan dinamika komunitas adalah :
a. Ciptakan kondisi agar kompetensi setempat dapat dikembangkan dan di manfaatkan
b. Pertinggi mutu potensi yang ada
c. Pertahankan kontuinitas program di masyarakat
d. Tingkatkan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan
Unsur-unsur program pengembangan masyarakat
a. Program terencana yang berfokus pada kebutuhan-kebutuhan menyeluruh (total needs) dari
masyarakat yang bersangkutan.
b. Mendorong kemandirian atau swadaya masyarakat.
c. Adanya bantuan teknis dari pemerintah, badan-badan swasta, atau organisai-organisai sukarela,
yang meliputi tenaga, peralatan, bahan, ataupun dana.
d. Mempersatukan berbagai disiplin ilmu seperti pertanian, peternakan, kesehatan masyarakat,
pendidikan kesejahteraan keluarga, kewanitaan, kepemudaan, dan lainnya untuk membantu
msayarakat.
Bentuk-bentuk program pengembangan masyarakat.
Menurut Mezirow (1997), terdapat tiga jenis program dalam usaha pengembangan masyarakat, yaitu
sebagai berikut :
a. Program integratif, memerlukan pengembangan melalui koordinasi dinas-dinas teknis.
b. Program adaptif, fungsi pengembangan masyarakat cukup ditugaskan pada salah satu kementrian.
c. Program proyek, dalam bentuk usaha-usaha terbatas pada wilayah tertentu dan program di
sesuaikan khusus kepada daera daerah yang bersngkutan.
Strategi operasional pengembangan masyarakat
a. Biarkan masyarakat sendiri yang menentukan masalah, baik yang di hadapi secara perorangan atau
kelompok. Perawat hanya sebagai fasilitator atau memberikan arahan selama jalannya proses
lokakarya.
b. Biarkan masyarakat sendiri yang membuat analisis untuk selanjutnya menyusun rencana usaha
perbaikan atau solusi yang akan dilakukan.
c. Biarkan agar masyarakat sendiri yang mengorganisai diri untuk melaksanakan usaha perbaikan
tersebut.
d. Gali sumber-sumber yang ada dalam masyarakat seoptimal mungkin, minta bantuan dari luar jika
benar-benar memerlukannya.
Perencanaan dan pengorganisasian masyarakat
Dilihat dari segi perencanaannya, terdapat dua bentuk pengorganisasian masyarakat, yaitu sebagi
berikut.
a. Bentuk langsung (direct), langkah-langkahnya adalah:
1) Identifikasi masalah atau kebutuhan;
2) Perumusan maslah;
3) Penggunaan nilai-nilai sosial yang sama dalam mengekspresikan hal-hal tersebut.
b. Bentuk tidak langsung (indirect)
Disini harus ada orang-orang yang benar-benar yakin akan adanya kebutuhan atau masalah yang
jika diambil tindakan untuk mengatasinya maka akan timbul manfaat bagi masyarakat. Hal ini dapat
berupa badan perencanaan yang mempunyai dua fungsi, yaitu:
1) Untuk menampung apa yang direncakan secara tidak formal oleh para petugas.
2) Mempunyai efek samping terhadap mereka yang belum termotivasi dalam kegiatan ini.

Pendekatan dalam pengorganisasian masyarakat


a. Spesific content objective approach
Seseorang atau badan/lembaga yang telah merasakan adanya kepentingan bagi masyarakat dapat
mengajukan suatu program untuk memenuhi kebutuhan yang dirasakan. Hal ini bisa dilakukan oleh
yayasan, lembaga swadaya masyarakat, atau atas nama perorangan.
b. General content objective approach
Tujuan pendekatan ini adalah untuk mengoordinasi berbagai usaha dalam wadah tertentu. Kegiatan
ini dapat dilakukan baik oleh pemerintah maupun organisasi nonpemerintah (nongoverment
organization).
c. Process organization approach
Penggunaannya berasal dari prakarsa masyarakat, timbul kerjasama dari anggota masyarakat untuk
akhirnya masyarakat sendiri mengembangkan kemampuannnya sesuai dengan kapasitas mereka
dalam melakukan usaha mengatasi masalah. Salah satu contohnya adalah kelompok kerja
kesehatan (pokjakes) yang dibentuk dengan prinsip dari, oleh, dan untuk masyarakat.
G. R. Murray (2001) membagi peranan tugas dalam beberapa jenis, antara alain sebagai
pembimbing (guide), enabler, dan ahli (expert), sebagai pembimbing, petugas berperan membantu
masyarakat mencari jalan untuk mencapai tujuan yang sudah ditentukan oleh masyarakat sendiri
dengan cara yang efektif. Tetepi pilihan cara dan penentuan tujuan dilakukan sendiri oleh masyarakat
bukan oleh petugas. Sebagai enabler, petugas berperan memunculkan dan mengarahkan keresahan
yang ada dalam masyarakat untuk diperbaiki. Sebagai ahli, menjadi tugasnya untuk memberikan
keterangan dalam bidang-bidang yang dikuasainya.
Persyaratan yang harus dipenuhi oleh perawat ksehatan komunitas dalam pengorganisasian
masyarakat
1. Memahami konsep komunitas dan mampu menerapkan prinsip negosiasi, kemitraan, dan
pemberdayaan di masyarakat.
2. Memahami konsep proses keperwatan kesehatan komunitas.
3. Mampu mendekati masyarakat, mendapatkan kepercayaan mereka, mengajaknya untuk kerja sama,
serta membangun rasa saling percaya antara perawatan dan masyarakat.
4. Mengetahui dengan baik sumber-sumber daya maupun sumber-sumber alam yang ada di
masyarakat dan juga mengetahui dinas-dinas dan tenaga ahli yang dapat dihubungi jika memerlukan
bantuan.
5. Mampu berkomunikasi dengan masyarakat, dengan menggunakan metode dan teknik khusus
sedemikian rupa sehingga informasi dapat dipindahkan, dimengerti, dan diamalkan oleh masyarakat.
6. Mempunyai kemampuan profesional tertentu untuk berhubungan dengan masyarakat melalui
kelompok-kelompok tertentu.
7. Mengetahui kemampuan tentang masyarakat dan keadaan lingkungannya.
8. Mengetahui pengetahuan dasar mengenai keterampilan (skills) tertentu yang dapat segera diajarkan
kepada masyarakat untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat secara menyeluruh.
9. Mengetahui keterbatasan pengetahuannya sediri.
Tokoh masyarakat dan katalis dalam pengorganisasian komunitas
a. Tokoh masyarakat dalam pengorganisasian masyarakat
Dalam masyarakat, biasanya terdapat orang tertentu yang menjadi tempat bertanya dan meminta
nasehat anggota masyarakat lainnya mengenai urusan-urusan tertentu. Mereka ini sering kali
memiliki kemampuan mempengaruhi orang lain untuk bertindak dengan cara-cara tertentu. Pengaruh
perubahan yang dimiliki tokoh masyarakat bisa secara formal (bupati, camat, lurah, BPD, dan
lainnya) maupun nonformal (kyai, ulama, kader, dan lainnya). Pengaruh formal terjadi jika pengaruh
tersebut tumbuh karena ditunjang oleh kekuatan atau birokrasi formal. Sedangkan, pengaruh
nonformal diperoleh bukan karena jabatan resminya tetpai karena kemampuan dan hubungan antar
pribadi mereka dengan anggota masyarakat. Orang-orang yang memiliki kemampuan untuk
mempengaruhi orang lain seperti itu disebut tokoh masyarakat.
Para tokoh masyarakati ini memainkan peranan penting dalam proses penyebaran inovasi.
Tetapi perlu kita ingat ada tokoh masyarakat yang aktif dan pasif terhadap inovasi. Mereka dapat
emepercepat difusi dan bisa juga melakukan sebaliknya. Oleh karena itu, perawat komunitas harus
menaruh perhatian khusus pada tokoh masyarakat pada sistem sosial yang menjadi binaannya.
Mengenali dan melibatkan tokoh masyarakat setempat adalah penting dalam pembangunan
kesehatan yang berorientasi pada pemberdayaan masyarakat dalam bidang kesehatan. Beberapa
teknik untuk mengetahui atau mengenal serta menentukan siapa yang menjadi pemuka atau tokoh
masyarakat adalah sebagai berikut :
1) Teknik sosiometri
Teknik ini dilkaukan dengan cara menanyakan anggota masyarakat kepada siapa mereka
meminta nasehat atau mencari informasi mengenai masalah-masalah kemasyarakatan yang mereka
hadapi. Pemimpin adalah mereka yang banyak disebut para responden. Teknik sosiometri ini adalah
alat ukur yang paling valid untuk menentukan individu yang diannggap pemimpin oleh
masyarakatnya. Kelemahan teknik ini adalah sulit dilakukan jika sistem sosial yang digunakan
memiliki populasi besar.
2) Teknik informsi rating
Teknik ini merupakan teknik fokus dengan menanyakan langsung kepada narasumber di
masyarakat ynag dianggap mengenal dengan baik situasi sistem sosial. Para narasumber ini ditanya,
siapakan menurut pendapatnya yang diannggap pemimpin dan siapa yang oleh pendapat umum
dipandang pemimpin masyarakat. Dalam menggunakan teknik ini kita harus dapat mengidentifikasi
para narasumber yang betul-betul mengenal masyarakat yang dimaksud.
b. Katalis dalam pengorganisasian masyarakat
Dalam hal ini, katalis dapat diartikan sebagai seseorang atau sesuatu yang mendorong adanya
perubahan. Katalis dapat mengarahakan adanya dialog yang efektif dalam komunitas, memfasilitasi
tindakan kolektif, dan memecahkan masalah umum yang terjadi. Enam jenis katalis di antaranya
sebagai berikut :
1) Stimulus internal
Stimulus dari dalam komunitas dapat terjadi jika masyarakat sadar akan masalah kesehatan
yang ada di wilayahnya. Contohnya, meningkatnya jumlah unggas yang terkena flu burung di
wilayahnya secara otomatis akan menyadarkan komunitas akan pentingnya dialog untuk
memecahkan maslah tersebut.
2) Agen perubahan
Seorang perawat komunitas dituntut berperan sebagai agen perubahan (change agent) di dalam
komunitas. Perawat komunitas harus menyadarkan masyarakat akan masalah-maslah kesehatan
yang memerlukan perubahan sosial.
3) Inovasi
Perawat komunitas juga dituntut untuk selalu berfikir kreatif dan menciptakan pembaharauan-
pembaharuan dalam memecahkan masalah-masalah kesehatan yang ada dikomunitas
4) Kebijakan
Kebijakan yang dibuat pemerintah seharusnya dapat menstimulasi komunitas untuk bertindak,
seperti gerakan massal pemberantasan demam berdarah dengan kewajiban melakukan 3M di rumah
masing-masing.
5) Ketersediaan teknologi
Perkembangan teknologi terkini khususnya teknologi kesehatan seyogyanya selalu diikuti oleh
perawat komunitas. Hal ini akan memudahkan pekerjaan perawat komunitas ketika bersinggungan
dengan masyarakat. Sebagai contoh, adanya metode kontrrasepsi nonhormonal akan menstimulasi
komunitas untuk mempertimbangkan ulang penggunaan kontrasepsi hormonal yang lebih beresiko.
6) Media massa
Media massa berfungsi untuk mengubah opini publik yang dirancang untuk mengubah
perilaku individu atau kelompok agar dapat mengadopsi hal-hal baru yang dismapaikan oleh perawat
komunitas.Pengembangan masyarakat adalah proses memampukan masyarakat dari, oleh dan
untuk masyarakat itu sendiri berdasarkan kemampuan sendiri. Secara terperinci prinsif-prinsif
pemberdayaan masyarakat , khususnya bidang kesehatan dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Menumbuhkembangkan potensi masyarakat.
2. mengembankan gotong royong masyarakat.
3. menggali konstribusi masyarakat.
4. menjalin kemitraan.
5. Desentralisasi.

C. PETUGAS PPM
Dari uraian diatas tersebut dapat disimpulkan bahwa petugas kesehatan dalam
pengembangan dan pengorganisasian masyarakat bidang kesehatan adalah bekerjasama dalam
masyarakat bukan bekerja untuk masyarakat. Oleh karena itu peran petugas atau sektor kesehatan
adalah :
1. Menfasilitasi masyarakat terhadap kegiatan-kegiatan atau program-program pengembangan,
misalnya masyarakat ingin membangun pengadaan air bersih, maka peran petugas adalah
menfasilitasi pertemuan-pertemuan anggota masyarakat dengan pemerintah daerah setempat dan
pihak lain yang dapat membantu dalam mewujudkan pengadaan air bersih tersebut.
2. Memotifasi masyarakat untuk bekerja sama atau bergotong royong dalam melaksanakan kegiatan
atau program bersama untuk kepentingan berdama di dalam masyarakat tersebut.Mengalihkan
pengetahuan teknologi dan keterampilan kepada masyarakat agar sumber daya yang ada baik
sumber daya manusia maupun suber daya alam dapat dimanfaatkan secara optimal dalam rangka
kemandirian mereka.

Untuk menentukan seseorang sebagai Commuity Worker atau Promotor Kesehatan Desa
(Promokesa), harus memiliki sebagai berikut :
1. Mampu menggunkan berbagai pendekatan kepada masyarakat sehingga dapat menarik
kepercayaan masyarakat.
2. Mampu mengajak masyarakat untuk bekerjasama serta membangun rasa saling percaya antara
petugas dan masyarakat.
3. Mengetahui dengan baik sumber daya dan sumber alam yang ada di masyarakat yang dapat
digunakan untuk memenuhi kebutuhan dan memecahkan masalah.
4. Mampu berkomunikasi secara baik dengan masyarakat, menggunakan metode dan teknik
komunikasi yang disesuaikan dengan keadaan masyarakat sehingga informasi dapat dimengerti dan
dilaksanakan oleh masyarakat.
5. Mempunyai kemampuan profesional dalam berhubungan dengan masyarakat baik formal leader
maupun informal leader.
6. Mempunyai pegetahuan tentang kondisi sosial ekonomi masyarakat dan keadaan lingkungannya.
7. Mempunyai pengetahuan dan keterampian tentang kesehatan yang dapat diajarkan kepada
masyarakat.
8. Mengetahui dinas-dinas terkait dan ahli yang ada di wilayah tersebut untuk dimintakan bantuan
keikutsertaannya dalam memecahkan masalah masyarakat.

D. MODEL-MODEL PPM
Jack Rothman mengartikan pengorganisasian masyarakat sebagai bentuk intervesi pada
tingkat masyarakat yang diarahkan pada peningkatan atau perubahan lembaga masyarakat dan
pemecahan masalah-masalah.
1. Berdasarkan pengertian tersebut, Rothman membedakan tiga model pengorganisasian masyarakat,
yaitu :
a. Model A (Locality Development / Pengembangan Lokal), adalah kegiatan yang berorientasi pada
proses, tujuannya adalah memberikan pengalaman belajar pada masyarakat, menekankan
pentingnya konsesus/kesepakatan, kerjasama, membangun identitas, kepedulian dan kebanggaan
sebagai anggota masyarakat. Proses pengorganisasian masyarakat dapat optimal jika adanya
partisipasi masyarakat dalam menetapkan tujuan dan pelaksanaan tindakan.
b. Model B (Social Planning / Perencanaan Sosial),adalah kegiatan yang mementingkan tercapainya
tujuan, metoda pemecahan masalah yang bersifat rasional, emphiris. Proses menekankan pada
aspek teknis dalam penyelesaian masalah dengan melalui perencanaan yang baik dan rasional,
sedangkan partisipasi masyarakat sifatnya bervariasi tergantung dari permasalahan yang dihadapi.
c. Model C (Social Action / Aksi Sosial), adalah kegiatan yang mempunyai tujuan mengadakan
perubahan mendasar pada lembaga kemasyarakatan. Sasaran utamanya adalah penataan kembali
sturktur kekuasan, sumber-sumber dan proses pengabilan keputusan.

Kelemahannya :
a. Locality Development, sulitnya mendapatkan dukungan/partisipasi apabila bukan berasal dari
wilayah geografis yang sama.
b. Social Planning, menbutuhkan tenaga ahli teknis dari luar, membuat masyarakat tidak mempunyai
kemampuan untuk memecakan masalah.
2. Ciri ciri masing masing model
a. Tujuan
Dibedakan antara tujuan yang berorientasi kepada penugasan (task) dan kepada proses.
Orientasi pada penugasan akan menekankan pada penyelesaian tugas-tugas yang diberikan untuk
penyelesaian masalah-masalah tertentu. Orientasi pada preses akan menekankan pembinaan
kerjasama, partisipasi dan kepamimpinan setempat.
1) Model A : Berorientasi pada proses, telihat dari banyaknya penggunaan metode dinamika kelompok.
2) Model B : Berorientasi pada penugasa.
3) Model C : Kadang-kadang berorientasi pada proses, kadang-kadang berorientasi pada penugasan.
b. Strategi dasar.
1) Model A : Pencapaian konsensus dan menghindari konfllik.
2) Model B : Pemecahan masalah secara rasional dan logis, untuk itu perlu mengumpulkan data dan
analisa data sebelum membuat perencanaan yang baik.
3) Model C : Memanfaatkan konflik, konfrontasi dan aksi langsung.
c. Peran petugas.
1) Model A : Petugas berperan sebagai enabler, yang memberi kesempatan kepada masyarakat untuk
mengalami proses belajar, melalaui kegiatan pemecahan masalah.
2) Model B : Petugas berperan sebagai seorang ahli (expert) dengan kemampuan teknis untuk
menyelesaikan masalah yang dihadapi masyarakat.
3) Model C : Petugas berperan sebagai aktifis yang mampu memanfaatkan media massa dan
dukungan politis.
d. Orientasi pada struktur kekuasaan
1) Model A : diikut sertakan sebagai patner dalam usaha mencapai tujuan.
2) Model B : penguasa merupakan sponsor.
3) Model C : struktur kekuasaan dijadikan sebagai sasaran perubahan.

E. MOBILISASI MASYARAKAT.
Mobilisasi merupakan pengerahan seluruh anggota masyarakat untuk ikut aktif dalam suatu
usaha demi kepentingan bersama. Dalam masyarakat jawa terkenal dengan istilah gugur gunung
yang berarti bersama-sama bergerak dalam menangai suatu proyek bersama untuk kepentingan
semua orang.
Dalam masyarakat yang heterogen, kemungkinan untuk melakukan mobilisasi langsung
menjadi kurang efektif dan terlalu lama, jalan lain yang kemungkinan dapat mengantisifasi hal
tersebut adalah dengan pendekatan melalui organisasi-organisasi mayarakat yang ada, dengan
langkah-langkah sebagai berikut :
1. Membuat daftar organisasi yang ada.
2. Mengetaui kegiatan utama dan mengenal tokohnya.
3. Menganalisa kemungkinan yang mendukung ataupun yang menghambat program.
4. Membuat perkiraan kemungkinan hal-hal yang dapat membantu program dari setiap organisasi.
5. Mengatur strategi agar organisasi-organisasi yang netral dapat segera diajak masuk dalam program
dan menetralisir organisasi-organisasi lain yang menentang.
Partisipasi yang dibutuhkan adalah partisipasi yang bertanggung jawab, bukan asal ikut
ramai-ramai tanpa mengetahui apa yang sebenarnya harus dilakukan dan untuk apa ikut dalam
usaha bersama itu. Partisipasi akan dapat mencapai hasil yang optimal apabila masing-masing telah
mengetahui dengan jelas apa yang diharapkan dari kegiatan bersama tersebut. Peranan yang
diharapkan dari organisasi setempat sanga luas, diantaranya :
1. Pemberian fasilitas fisik, seperti : ruang untuk pertemuan, alat transportasi, dll.
2. Pemberian fasilitas non fisik, seperti : wibawa, mekanisme control, dukungan moral, bantuan pikiran,
dll.
Di negara-negara yang sedang berkembang ,hamper sebagian besar warga masyarakatnya
berada pada tingkata pendidikan dan sosial ekonomi rendad.hal ini mengakibatkan
terpendamnyapotensi-potensi yang sebenarnya dimiliki oleh masyarakat untuk meningkatkan tarap
hidupnya. Oleh karena itu dapat di pahami bahwa dalam keadaan seperti ini, prakarsa pembangunan
hampIr selalu dimulai oleh aparat pemerintah.

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pengorganisasian masyarakat adalah pekerjaan yang terjadi pada pengaturan local untuk
memberdayakan individu, membangun hubungan, dan membuat tindakan untuk perubahan social.
Masyarakat adalah sekumpulan individu yang tinggal di suatu wilayah dengan batasan tertentu dan
saling berinteraksi Aspek aspek masyarakat terdiri dari proses pengorganisasian, masyarakat, dan
tugas yang diemban masyarakat.
Pengembangan masyarakat adalah proses perubahan sosial berencana dilokalitas tertentu,
dimana sasaran pengembangan masyarakat adalah perbaikan dan peningkatan bidang ekonomi,
teknologi, bahkan sosial dan politik sebagai upaya memenuhi kebutuhan masyarakat sepanjang
mampu dilakukan oleh masyarakat itu sendiri.
Pranarka & Vidhyandika (1996) menjelaskan bahwa proses pemberdayaan mengandung
dua kecenderungan. Pertama, proses pemberdayaan yang menekankan pada proses memberikan
atau mengalihkan sebagian kekuatan, kekuasaan atau kemampuan kepada masyarakat agar individu
lebih berdaya. Kecenderungan pertama tersebut disebut kecenderungan primer dari makna
pemberdayaan. Sedangkan kecenderungan kedua atau kecenderungan sekunder menekankan pada
proses menstimulasi, mendorong atau memotivasi agar mempunyai kemampuan atau keberdayaan
untuk menentukan apa yang menjadi pilihan hidupnya.
B. SARAN
1. Bagi Perawat Komunitas
penting bagi perawat komunitas dalam pengambilan tindakan prioritas sesuai dengan masalah
yang ada di masyarakat. Pemahaman mengenai tujuan, sasaran, penorganisasian dan
pengembangan masyarakat sangat membanntu dalam proses asuhan keperawatan, mengingat
peran dan fungsi perawat komunitas dalam suatu masyarakat sangat kompleks.
2. Bagi Mahasiswa keperawatan
Sebagai mahasiswa keperawatan yang nantinya akan terjun di masyarakat khusunya sebagai
perawat komunitas, perlu adanya pemahaman mendalam mengenai pengorganisasian dan
pengembangan masyarakat serta pemberdayaan komunitas, memahami konsep dasar tersebut
sebagai landasan dan acuan dalam pelaksanaan asuhan keperawatan komunitas

DAFTAR PUSTAKA
Ferry Efendy dan Makhfudli. 2009. Keperawatan Komunitas: Teori dan Praktik dalam
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

Anderson, Elizabeth T dan Judith McFarlance. 2007. Buku Ajar Keperawatan Komunitas: Teori dan
Praktik. Ed. 3. Jakarta: EGC

Model C (Social Action / Aksi Sosial)


Adalah kegiatan yang mempunyai tujuan mengadakan perubahan mendasar
pada lembaga kemasyarakatan. Sasaran utamanya adalah penataan kembali
sturktur kekuasan, sumber-sumber dan proses pengabilan keputusan.
Kelemahannya :
1. Locality Development, sulitnya mendapatkan dukungan/partisipasi apabila bukan
berasal dari wilayah geografis yang sama.
2. Social Planning, menbutuhkan tenaga ahli teknis dari luar, membuat masyarakat
tidak mempunyai kemampuan untuk memecakan masalah.

Anda mungkin juga menyukai