Anda di halaman 1dari 14

PEDOMAN

PELAKSANAAN MANAJENEN MODEL ASUHAN KEPERAWATAN


(Model Praktek Asuhan Keperawatan Profesional di Sederhanakan MAKPs)

I. PENDAHULUAN
Manajemen adalah proses bekerja melalui upaya orang lain untuk mencapai
tujuan bersana. Manajemen keperawatan merupakan suatu proses pelaksanaan
pelayanan keperawatan melalui upaya staf keperawatan untuk memberikan asuhan
keperawatan, pengobatan dan rasa aman kepada pasien/keluarga/masyarakat
(Gillies, 1982).
Proses manajemen meliputi kegiatan-kegiatan untuk mencapai tujuan organisasi
melalui pertemuan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian sumber-
sumber daya manusia, fisik dan teknologi. Manajemen keperawatan merupakan
suatu tugas khusus yang harus di laksanakan oleh pengelola keperawatan sehingga
dapat memberikan pelayanan keperawatan yang efektif dan baik.
Pengorganisasian merupakan fungsi manajemen yang perlu dilakukan setiap
unit kerja. Pengorganisasian dilakukan untuk memudahkan pembagian tugas pada
perawat sesuai dengan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki serta
disesuaikan dengan kebutuhan klien. Pengorganisasian tugas perawat ini disebut
metode penugasan
Metode penugasan suatu gambaran/kerangka kerja yang mengatur pelaksanaan
kegiatan pelayanan kesehatan pada klien dengan menggunakan sumber-sumber
informasi dan pendekatan pemecahan masalah serta memungkinkan perawat untuk
berkolaborasi dengan profesi kesehatan lain (Mayyer et all, 1990). Dengan
demikian model pemberian asuhan keperwatan diharapkan dapat memfasilitasi
pelaksanaan pelayanan keperawatan berjalan secara optimal.
Penugasan dalam keperawatan lebih dikenal dengan istilah model asuhan
keperawatan professional atau disingkat dengan MAKP. MAKP adalah suatu
kerangka kerja yang mendefinisikan ke empat unsure : standar, proses
keperawatan, pendidikan keperawatan dan system MAKP itu sendiri.
Berdasarkan hasil kajian situasi terhadap manajemen asuhan keperawatan di
Ruang Anak Bawah yang di lakukan pada tanggal 10 September 2010, model yang
dilakukan adalah model TIM, namun pelaksanaan model tersebut sudah tidak
sangat popular mengingat tidak sejalan dengan definisi keperawatan itu sendiri
yang harus memberikan perhatian penuh pada biopsikososial dan spiritual yang
menyangkut kebutuhan dasarnya. Maka dengan ini kami mencoba memodifikasi
model asuhan yang akan diberikan kepada klien yaitu
penggabungan/pengembangan dari model fungsional dengan model tim yang kami
sebut dengan model asuhan keperawatan profesional dan tim yang
disederhanakan disingkat dengan MAKPFTs.

II. BATASAN DEFINISI


A. Metode Penugasan
Menurut Douglas 1992 : model pemberian asuhan keperawatan atau metode
penugasan adalah suatu cara pendekatan yang digunakan untuk memberikan
asuhan keperawatan secara efektif dan efisien pada suatu kelompok klien.
Metode penguasaan merupakan metode koordinasi, pengarahan dan
pengendalaian proses pencapaian tujuan melalui interaksi, komunikasi dan
integrasi pekerjaan.

B. Metode Keperawatan Fungsional


Merupakan modalitas praktek keperawatan yang paling tua, pengorganiasasian
tugas pelayanan keperawatan berdasarkan kepada pembagian tugas menurut
jenis pekerjaan yang dilakukan. Tidak ada perawat yang bertanggung jawab
penuh untuk pengolahan perawatan seseorang pasien. Metode ini efisien dan
mungkin terbaik bila diharapkan pada jumlah pasien yang besar dan
keterbatasan perawat professional.

C. Metode Tim
Merupakan sebuah model pemberi asuhan keperawatan dimana seorang perawat
professional memimpin sekelompok tenaga keperawatan dalam memberikan
asuhan keperawatan pada sekelompok pasien melalui upaya kooperafit dan
kolaboratif ( Douglas 1984). Tujuan dari metode tim adalah untuk memberikan
keperawatan yang berpusat pada pasien.

D. Metode Praktek Asuhan Keperawatan Profesional Fungsional dan Tim


Disederhanakan (MPAKPFTs)
Model ini dalah suatu model pemberian asuhan keperawatan yang menggabungkan
atau pengembangan dari model fungsional dengan model tim yang disederhanakan,
dalam arti karena keterbatasan jumlah perawat sehingga dalam pelaksanaannya
pembagian tugas masih dilakukan secara fungsional.

III. PENGORGANISASIAN MODEL ASUHAN KEPERAWATAN


A. Model fungsional
Model fungsional dilakukan oleh perawat dalam pengelolahan asuhan
keperawatan sebagi pilihan utama dapa saat perang dunia kedua. Pada saat
itu masih terbatasnya jumlah dan kemampuan perawat, maka setiap
perawat hanya melakukan 1-2 jenis intervensi (misalnya : perawatan luka).
Keperawatan kepada semua pasien di Ruang anak Bawah

Gambar 2.3
Sistem Pemberian asuhan Keperawatan Fungsional
( Marquis & Huston, 1998)

B. Model Keperawatan Tim


Metode ini menggunakan tim yang terdiri dari anggota yang berbeda-beda
dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap sekelompok pasien.
Perawat ruangan dibagi menjadi 2-3 tim yang terdiri tenaga tim
professional, teknikal dan pembantu dalam satu tim kecil yang sering
membantu.
Sistem Pemberian Asuhan Keperawatan Team Nursing
( Marquis & Huston, 1998)
C. MAKPFTs
Pada Model Pembagian system kerjanya sudah menggunakan model tim
(ada perawat profesional sebagai ketua tim ) dan dalam pelaksanaan
pembagian tugas secara fungsional ( keterbatasan jumlah dan kualifikasi
tenaga ).
IV. PELAKSANAAN MODEL ASUHAN DI LIHAT DARI KELEBIHAN DAN
KELEMAHAN

Sisi Model Fungsional Model Tim


Kelebihan Manajemen klasik yang Memungkinkan pelayanan
menekankan efisiensi, keperawatan yang
pembagian tugas yang jelas menyeluruh.
dan pengawasan yang baik.
Sangat baik untuk rumah sakit Mendukung pelaksanaan
yang kekurangan tenaga kerja. proses keperawatan.
Perawat senior menyibukkan Memungkinkan komunikasi
diri dengan tugas manajerial, antar tim sehingga konflik
sedangkan perawat pasien mudah diatasi dan
diserahkan pada perawat memberikan kepuasan pada
junior dan/belum pengalaman. anggota tim.
Kelemahan Tidak memberikan kepuasan Komunikasi antar anggota
pada pasien maupun perawat tim terbentuk terutama
Pelayanan keperawatan dalam bentuk konferensi
terpisah-pisa, tidak dapat tim yang biasanya
menerapkan proses membutuhkan waktu
keperawatan. dimana sulit untuk
Persepsi perawat cenderung melaksanakan pada waktu-
kepada tindakkan yang waktu sibuk.
berkaitan dengan Perawat yang belum
keterampilan saja. terampil/berpengalaman
membutuhkan bimbingan
dan pengawasan yang aktif
dari anggota tim yang
mampu/ketua tim,
V. KONSEP PELAKSANAAN MODEL TIM DAN FUNGSIONAL
A. KONSEP
Ketua tim sebagai perawat profesional harus mampu menggunakan berbagai
teknik kepemimpinan
Pentingnya komunikasi yang efektif agar kontinuitas rencana terjamin
Anggota tim harus menghargai kepemimpinan ketua tim
Peran kepala ruangan penting dalam model tim. Model tim akan berhasil
baik bila didukung oleh kepala ruangan
B. TANGGUNG JAWAB KEPALA RUANGAN
1. Perencanaan
Menunjukan ketua tim akan bertugas di ruangan masing-masing
Mengikuti serah terima pasien di shif sebelumnya
Mengidentifikasi tingkat ketergantungan : gawat, transisi, dan persiapan
pulang bersama ketua tim
Mengidentifikasi jumlah perawat yang dibutuhkan berdasarkan aktivitas
dan kebutuhan klien bersama ketua tim., mengatur penugasan atau
penjadwalan.
Merencanakan strategi pelaksanaan keperawatan.
Mengikuti visite dokter untuk mengetahui kondisi, patofisiologi,
tindakan medis yang dilakukan, program pengobatan dan mendiskusikan
dengan dokter tentang tindakan yang akan dilakuakn terhadap pasien.
Mengatur dan mengendalikan asuhan keperawatan.
Membingbing pelaksanaan asuhan keperawatan.
Mengadakan diskusi pemecahan masalah.
Memberikan informasi kepada pasien atau keluarga yang baru masuk
Membantu mengembangkan niat pendidikan dan latihan diri
Membatu membingbing terhadap peserta didik keperawatan
Menjaga terwujudnya visi dan misi keperawatan dan rumah sakit.
2 Pengorganisasian
Merumuskan metode penugasan yang akan digunakan
Merumuskan tujuan metode penugasan
Membuat rincian tugas ketua tim dan anggota tim secara jelas
Membuat rentanagn kendali kepala ruangan mambawahi 2 ketua tim dan
ketua tim membawahi 2-3 perawat.
Mengatur dan mengendalikan teanga keperawatan : membuat proses
dinas, mengatur tenaga yang ada setiap hari dan lain-lain.
Mengatur dan mengendalikan logistic ruangan
Mengatur dan mengendalikan situasi tempat praktik
Mendelegasikan tugas saat kepala ruang tidak berada di tempat, kepada
ketua tim
Memberi wewenang kepada usaha untuk mengurus adminitrasinya
pasien
Mengatur penugasan jadwal pos dan pakarnya
Indentifikasi masalah dan cara penanganan.

3 Pengawasan
Melakui komunikasi : mengawasi dan berkomunikasi langsung dengan
ketua tim maupun pelaksana mengenai asuah keperawatan yang
diberikan kedapa pasien.
Melalui supervisi :
Pengawasan langung melalui inspeksi, mengamati sendiri atau
melalui laporan langsung secara lisan dan memperbaiki atau
mengawasi kelemahan-kelemahan yang ada saat itu juga.
Pengawasan tidak langsung yaitu mengecek daftar hadir ketua tim.
Membaca dan memeriksa rencana keperawatan serta catatan yang
dibuat selama dan sesudah proses keperawatan serta catatan yang
selama dan sesudah proses keperawatan dilaksanakan
(didokumentasikan), mendengar laporan ketua tim tentang
pelaksanaan tugas.
Evaluasi : Mengevaluasi upaya pelaksanaan dan membandingkan
dengan rencana keperawatan yang telah disusun bersama ketua tim
Audit keperawatan

4 Pengarahan
Memberiakn pengarahan tentang penugasan ketua tim
Memberi pujian kepada ketua tim yang melaksanakan tugas dengan baik
Member motifasi dalam peningkatan pengetahuan, keterampilan dan
sikap
Menginformasikan hal-hal yang dianggap penting dan berhubungan
dengan askep pasien
Melibatkan bawahan sejak awal hingga akhir kegiatan
Membingbing bawahan sejak awal yang mengalami kesulitan dalam
melaksanaan tugasnya
Meningkatkan kolaborasi dengan anggota tim yang lain
C. TANGGUNG JAWAB KETUA TIM
Membuat perencanaan
Membuat penugasan, supervise dan evaluasi
Mengenal dan mengetahui kondisi pasien dan dapat menilai tingkat
kebutuhan pasien
Mengembangkan kemampuan anggota
Menyelenggarakan konferensi
D. TANGGUNG JAWAB ANGGOTA TIM (Perawat Pelaksana)
Memberikan asuahn keperawatan pada pasien dibawah tanggung
jawabnya
Kerjasama dengan anggota tim
Melaksanakan tugas sesuai dengan fungsinya masing-masing
Memberikan laporan
VI. PEDOMAN SUPERVISI
A. Pengertian
Supervise dalam praktek keperawatan professional adalah suatu proses
pemberian sumber-sumber yang dibutuhkan perawat untuk menyelesaikan
tugas-tugas dalam pencapaian tujuan organisasi.
B. Pembagian Supervisi
1. Supervisi Tugas Teknik
Hampir semua tugas teknik di delegasikan oleh supervisor kepada
stafnya. Supervisitugas teknik meliputi supervisi terhadap penyusunan
suatu perencanaan, badget, pembelian dan kegiatan lainnya.
2. Supervisi Manajerial
Tugas manajerial tidak dapat didelegasikan semuanya karena tugas
tersebut memerlukan suoervisi dalam memberi wewenang. Supervisi
manajerial meliputi supervisi terhadap pembuatan persetujuan,
rekomendasi dan pelaksanaan
Supevisi meliputi konsep supervisi, materi supervise, administrasi
penunjang. Misalnya format supervise dan laporan hasil supervisi serta
pendokumentasian hasil supervise.
C. Supervisi Yang Tepat
Supervisor harus dapat menentukan kapan dan apa yang perlu dilakukan
supervise dan bantuan. Sepanjang control/supervisi penting,
tergantungbagaimana staf melihatnya.
1. Overkontrol
Kontrol yang terlalu berlebihan akan merusak delegasi yang diberikan.
Staf tak akan dapat memikul tanggung jawabdan anda hanya akan
terfokus terhadap hal-hal yang tidak didelegasikan.
2. Underkontrol
Kontrol yang kurang juga berdampak buruk terhadap delegasi, dimana
staf yang tidak produktif melaksanakan tugas limpahan dan berdampak
secara signifikan terhadap hasil yang diharapkan. Hal ini akan
berdampak terhadap pemborosan waktu dan anggaran yang
sebenarnya dapat dihindarkan. Berikan kesempatan waktu yang cukup
kepada staf untuk berfikir dan melaksanakan tugas tersebut. Jika anda
selalu menekankan terhadap adanya deadline staf anda akan
mematui pola tersebut.

VII. PEDOMAN TIMBANG TERIMA


A. Pengertian
Timbang terima/operan adalah suatu cara dalam menyampaikan dan menerima
suatu (laporan) yang berkaitan dengan keadaan klien.
B. Tujuan
1. Menyampaikan kondisi atau keadaan secara umum klien
2. Menyampaika hal-hal penting yang perlu ditindak lanjut oleh dinas
berikutnya
3. Tersusunnya rencana kerja untuk dinas selanjutnya
C. Langkah-langkah
1. Kedua kelompok shif dalam keadaan sudah siap
2. Shif yang akan menyerahkan dan mengoperkan perlu mempersiapakan hal-
hal yang akan disampaikan
3. Perawat primer menyampaikan kepada penggung jawab shif selanjutnya
meliputi ;
a. Kondisi atau keadaan klien secara umum
b. Tindak lanjut untuk dinas yang menerima operan
c. Rencana kerja untuk dinas yang menerima operan
4. Menyampaikan operan diatas (point c) harus dilakukan secara jelas dan
tidak terburu-buru
5. Perawat primer dan anggota kedua shif dinas bersama-sama secara langsung
melihat keadan klien
D. Prosedur Timbang Terima
Hal-hal ynag perlu diperhatikan dalam prosedur ini meliputi :
1. Persiapan
a. Kedua kelompok dalam keadaan siap
b. Kelompok yang akan bertugas menyiapakan buku catatan
2. Pelaksanaan
Dalam penerimaan sistem MPAKP : primer, timbang terima dilaksanakan
oleh perawat primer yang mengganti dinas pada shif berikutnya :
a. Timbang terima dalaksanakan setiap pergantian operan/shif
b. Dalam nurse station, perawat berdiskusi untuk melaksanakan timbang
terima dengan mengkai secara komprehensif yang berkaitan dengan
masalah keperawatan pasien, rencana tindakkan yang sudah dan belum
dilaksanakan serta hal-hal penting lainnya yang perlu dilimpahkan
c. Hal-hal yang sifatnya khusus dan memerlukan perincian yang lengkap
sebaiknya dicatat secara khusus untuk kemudian diserah terimakan
kepada perawat jaga berikutnya.
d. Hal-hal yang perlu disampaikan pada saat timbang terima adalah ;
1) Identitas dan diagnosa medis pasien
2) Masalah yang kemungkinan masih muncul
3) Tindakkan keperawatan yag sudah dan belum dilaksanakan
4) Intervesi dependensi dan kolaboratif
5) Rencana umum dan persiapan yang perlu dilakukan dalam kegiatan
selanjutnya misalnya operasi, pemeriksaan
laboratorium/pemeriksaan penunang lainya, persiapan untuk
konsultasi atau prosedur lainya yang tidak dilaksanakan secara rutin.
e. Perawat yang melakukan timbang terima dapat melakukan klarifikasi,
Tanya jawab dan melakukan validasi terhadap hal-hal yang di timbang
terimakan dan berhak menanyakan mengenai hal-hal yang kurang jelas.
f. Penyampaian pada saat timbang terima secara singkat dan jelas
g. Lama timbang terima untuk setipa pasien tidak lebih dari 5 menit kecuali
kondisi khusus dan memerlukan penjelasan yang lengkap dan rinci
h. Pelaporan untuk timban terima dituliskan secara langsung pada buku
laporan kepala ruangan oleh perawat primer
3. Alur Timbang Terima

VIII. PROSEDUR RONDE KEPERAWATAN


A. Pengertian
Ronde keperawatan adalah suatu kegiatan yang bertujuan untukmengatasi
masalah keperawatan pasien yang dilaksanakan oleh perawat , disamping pasien
dilibatkan untuk membahas dan melaksanakan asuhan keperawatan akan tetapi
kasus tertentu harus dilakukan oleh perawat primer atau konsulen, kepala
ruangan, perawat associate yang perlu juga dilibatkan seluruh anggota tim.
Karakteristik :
1. Klien dilibatkan secara langsung
2. klien merupakan fokus kegiatan
3. Perawat associate, perawat primer dan konsuler melakukan diskusi bersama
4. konsuler memfasilitasi kreatifitas
5. konsuler membantu mengembangkan kemampuan perawat associate, perawt
primer untuk meningkatkan kemampuan dalam mengatasi masalah
B. Tujuan
1. Membutuhkan cara berfikir secara kritis
2. Menumbuhkan pemikiran tentang tindakkan keperawatan yang berasal dari
masalah klien
3. Meningkatkan validasi data klien
4. Menilai kemampuan justifikasi
5. Meningkatkan kemampuan dalam menilai hasil kerja
6. Meningkatkan kemampuan untuk memodifikasi rencana perawatan
C. Perawatan
Perawat Primer dan Perawat Associate
Dalam menjalankan pekerjaan perlu adanya sebuah peranan yang bias untuk
memaksimalkan keberhasilannya, yang bias disebut antara lain :
1. Menjelaskan keadaan dan data demografi klien
2. Menjelaskan masalah keperawatan utama
3. amenjelaskan itervesi yang belum dan yang akan dilakukan
4. Menjelaskan tindakkan selanjutnya
5. Menjelaskan masalah ilmiah tindakkan yang akan diambil
6. Peran perawat primer dan lain konsuler
7. Memberi justifikasi
8. Memberi reinforcement
9. Menilai kebenaran dari suatu masalah, intervensi keperawatan serta
tindakkan yang rasional
10. Mengarahkan dan mengoreksi
11. Mengitegrasikan teori dan konsep yang telah dipelajari
D. Langkah-langkah
Langkah-langkah yng diperlukan dalam ronde keperawatan adalah sebagai
berikut :
1. Persiapan
a. Penetapan kasus maksimal 1 hari sebelum waktu pelaksanaan ronde
b. Pemberian informasi consent kepada klien/keluarga
2. Pelaksanaan Ronde
a. Penjelasan tentang klien oleh perawat primer, dalam hal ini penjelasan
difokuskan pada masalah keperawatan dan rencana tindakkan yang akan
atau telah dilaksanakan dan memilih prioritas yang perlu didiskusikan
b. Diskusi antar anggota tim tentang kasus tersebut
c. Pemberian justifikasi oleh perawat primer atau perawat konselor/kepala
ruangan tentang masalah klien serta rencana tindakkan yang akan
dilakukan
d. Tindakkan keperawatan pada masalah prioritas yang telah ada yang akan
ditetapkan
3. Pasca Ronde
Mendiskusikan hasil temuan dan tindakkan pada klien tersebut serta
menetapkan tindakkan yang perlu dilakukan
IX. PENUTUP
Demikian pedoma praktek Asuhan Keperawatan Profesional Fungsional Tim
yang disederhanakan ( MPAKPFTs ) ini kami buat, model ini adalah suatu model
pemberian asuhan keperawatan yang menggabungkan atau mengembangkan dari
model fungsional dengan model tim yang disederhanakan, dalam arti karena
keterbatasan jumlah perawat, sehingga pelaksanaannya pembagian tugas masih
dilakukan secara fungsional.
Sekiranya pedoman ini semoga bermanfaat dan dapat dijadikan salah satu
sumber atau bahan masukan untuk peningkatan dan pengembangan pemberian
asuhan pada klien sesuai dengan kondisi dimana adanya keterbatasan dalam jumlah
dan kualifikasi tentang perawatan.

Anda mungkin juga menyukai