Anda di halaman 1dari 3

Tugas I Review Novel Madre Dan Menghubungkannya Dengan

Sistem Manajemen Operasi

Nama : Muhammad Rizki Kresnawan

NIM : 16/407811/PTK/11442

Jurusan : Magister Teknik Sistem, UGM

Tansen adalah seorang pria yang hanya tahu dibesarkan oleh ibunya dan

kakeknya. Dan setelah keduanya meninggal, ia hidup dan akhirnya memilih untuk

tinggal di bali. Sampai suatu ketika Tansen, mendapat kabar bahwa kakek kandungnya

telah meninggal dan mewariskan sesuatu yang bahkan sangat asing bagi Tansen, yaitu,

biang roti yang bernama Madre dan juga sebuah toko tua yang dulunya adalah Tan De

Bakker, sebuah toko roti yang sangat jaya pada masanya. Tan yang awalnya bersikeras

bahwa warisan itu “salah orang” belakangan akhirnya luluh dan menyadari bahwa

Madre adalah benar-benar diperuntukkan untuknya dan harus ia kelola sebagai

pemegang hak waris utama.

Tansen yang memiliki kegemaran dalam dunia blogging menumpahkan segala

curahan hatinya dalam blognya yang memiliki banyak readers setia, salah satunya

adalah Mei. Mei adalah seorang eksekutif toko roti fairy bread, yang rela

menggelontorkan uang yang tidak sedikit untuk dapat memiliki hak penuh terhadap
Madre. Tansen yang sempat bimbang dalam membuat keputusan akhirnya

membatalkan menjual Madre, dan mengalihkan inisiatif untuk mengajak Mei bekerja

sama dalam bisnis pengembangan toko roti tua yang telah lumpuh dari beberapa dekade

silam.

Dengan melakukan perubahan sistem manajemen operasi yang cukup massif,

alhasil toko roti yang diberi nama “Tansen De Bakker” akhirnya kembali menggeliat.

Dengan di bantu beberapa staff lama, Madre kembali dihidupkan. Berikut akan saya

rangkum beberapa poin yang menjadi concern Tansen dalam mengimplementasikan

sistem manajemen operasi pada toko roti “Tansen De Bakker” :

1. Tansen yang awalnya berniat menjual Madre akhirnya merubah niatannya,

menjadi konsep kerja sama dengan Mei, sebagai penyuplai roti dengan biang

Madre kepada Fairy Bread.

2. Dengan modal yang sangat minim, Tansen dipaksa memutar otak untuk

memenuhi bahan baku, dengan bermodalkan relasi dari staf lama dengan

penyuplai bahan baku langganan maka masalah ini bias teratasi (Supply Chain).

3. Semakin lama, jumlah pesanan dari Fairy Bread makin meningkat dan terus

meningkat. Sadar akan kewalahan dalam pemenuhan pesanan, Tansen

menambahkan SDM sebagai tenaga bantuan terhadap staf lama yang terlihat

kepayahan memenuhi lonjakan pesanan dan menjadikan staf lama sebagai

leader agar tetap ada kendali terhadap kualitas dari roti yang dihasilkan (Quality

Control & Human Resources Development).


4. Tansen juga sangat cermat menghitung kebutuhan modal dana yang semakin

menyusut dan membuat kesepakatan yang cukup fleksibel antara ia dan Mei,

sehingga dapat dipastikan uang pembayaran diterima lebih cepat (Negosiator).

5. Selain masalah pada modal, Tansen sadar, jika pengelolaan jam kerja yang

berlebihan pasti akan menghancurkan bisnis ini. Kerja lembur terus-menerus

tidak menjadi pilihan yang bijak. Tansen kemudian menemui Mei untuk

meminta saran professional dalam pengelolaan operasional. Dan Mei

menyarankan untuk Tansen menjual “Tan De Bakker” dan menjadi independen

dalam memproduksi dan memasarkan roti agar dapat dikelola bersama-sama

dengan Fairy Bread dalam satu payung yang sama. Dan para staf lama akan

terbantu untuk mendapatkan jam kerja yang lebih “sehat” (Merger).

6. Setelah beralih nama dari “Tan De Bakker” menjadi “Tansen De Bakker”,

Tansen mulai merancang strategi pemasaran produk via online (Marketing).

Setelah mempelajari dan mereview novel dari Madre ini, beberapa hal yang

bersinggungan langsung dengan Manajemen Operasi sangatlah penting. Dan hal-hal

itulah yang menjadikan toko roti ini bangun kembali dari tidur panjangnya.

Pengelolaaan sistem yang baik adalah sebuah jaminan agar Systems Development Life

Cycle dapat berjalan dengan baik dan menjadikan profit yang sangat menjanjikan.

Anda mungkin juga menyukai