Anda di halaman 1dari 47

ANALISIS DAMPAK PANDEMI COVID-19

TERHADAP KINERJA BANK SYARIAH DI


INDONESIA

MAKALAH

Oleh:
SELLIN ANATASIA
43118120034

Pembimbing
Dr. Sudjono, M.Acc

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA
2022
1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan

rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Besar 2 ini dengan

judul “ Analisis Dampak Pandemi Covid-19 terhadap Kinerja Bank Syariah di

Indonesia ”. Tugas Besar ini merupakan salah satu persyaratan kelulusan mata

kuliah Perbankan Syariah di Universitas Mercu Buana.

Penyusunan Tugas Besar ini tentunya tidak lepas dari bimbingan, bantuan

dan dukungan yang sangat berarti dari berbagai pihak. Penulis mengucapkan

terimakasih banyak kepada Dr. Sudjono, M.Acc selaku dosen mata kuliah

Perbankan Syariah yang telah memberikan arahan, kritik, saran, pengetahuan,

waktu serta motivasi kepada penulis sehingga Tugas Besar ini dapat terselesaikan

tepat waktu. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan

terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi

ini terutama kepada:

1. Prof. Dr. Ngadino Surip, M.S, selaku Rektor Universitas Mercu Buana

2. Dr. Harnovinsah, AK., MSi., CA., CIPSAS selaku Dekan Fakultas

Ekonomi dan Bisnis, Universitas Mercu Buana

3. Dr. Daru Asih, M.Si selaku kepala program studi S1 Manajemen,

Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Mercu Buana

2
4. Seluruh Dosen dan Staff di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

Mercu Buana yang dengan dedikasinya dan keikhlsannya mencurahkan

seluruh ilmu yang dimilikinya untuk diberikan kepada kami.

5. Teristimewa kepada orang tua penulis dan keluarga tercinta yang selalu

memberikan doa dan dukungan untuk menyelesaikan Tugas Besar ini.

6. Seluruh teman-teman Manajemen S1 FEB UMB yang telah

memberikan dorongan dan sumbangan pemikiran kepada penulis dan

terima kasih untuk kebersamaannya selama masa kuliah.

7. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah

membantu dan memperlancar proses penelitian dari awal sampai

selesainya penyusunan Tugas Besar ini.

Penulis menyadari bahwa Tugas Besar ini tidak lepas dari kesalahan dan

kekurangan akibat keterbatasan pengetahuan dan pengalaman. Oleh karena itu,

penulis mengharapkan saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari

berbagai pihak dalam perbaikan Tugas Besar ini. Akhir kata, semoga Tugas Besar

ini bermanfaat dan dapat menambah pengetahuan khususnya bagi penulis dan

pembaca pada umumnya.

Jakarta, 12 Mei 2022

Sellin Anatasia

3
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................ 1


KATA PENGANTAR ......................................................................................... 2
DAFTAR ISI ........................................................................................................ 4

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 5


1.1. Latar Belakang Masalah ..................................................................... 5
1.2. Batasan Masalah .................................................................................13
1.3. Rumusan Masalah ............................................................................. 13
1.4. Tujuan ................................................................................................
13
1.5. Manfaat ..............................................................................................
14

BAB II LANDASAN TEORI ........................................................................... 15


2.1. Grand Theory, Middle Theory, dan Operational Theory ................. 15
2.2. Studi dan Penelitian Terdahulu ........................................................ 24
2.3. Hipotesis .......................................................................................... 27

BAB III PEMBAHASAN ................................................................................. 29


3.1. Penerapan ........................................................................................ 29
3.2. Perbandingan antara teori/penelitian terdahulu dan praktek ........... 32
3.3 Pembahasan ..................................................................................... 33

BAB IV PENUTUP .......................................................................................... 42


4.1. Kesimpulan ..................................................................................... 42
4.2. Saran ............................................................................................... 43

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 44

4
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Coronavirus Disease 2019 atau disebut Covid-19 adalah penyakit

menular yang menyebabkan penyakit paru-paru serius. Kasus Covid-19

ditemukan pertama kali di Tiongkok pada November 2019. Covid-19

diketahui sebagai penyakit menular yang disebabkan oleh virus baru

dengan tingkat persebaran sangat cepat. Seperti dilaporkan oleh Organisasi

Kesehatan Dunia (WHO), total kasus Covid-19 yang terkonfirmasi di

seluruh dunia adalah sebanyak 3.116.398 kasus dengan kematian 217.153

jiwa (29 April 2020). Indonesia adalah negara dengan jumlah kematian

terbesar akibat Covid-19 di antara negara-negara ASEAN lainnya, diikuti

oleh Filipina dan Malaysia di posisi kedua dan ketiga seperti yang

ditunjukkan pada Gambar 1.1

5
Gambar 1. Covid-19 Kasus: Kematian di Negara ASEAN

Sumber: 29 April 2020

Gambar 1.1 menunjukkan bahwa jumlah kematian Covid tertinggi di

Indonesia dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya. Berdasarkan

data dari Kementrian Kesehatan pada 29 April 2020, terdapat 9.771 kasus

dengan 1.391 dinyatakan sembuh dan 784 kematian (Kementrian Kesehatan,

April 2020). Jumlah kasus Covid-19 tertinggi di Indonesia ditemukan di Jawa.

Posisi pertama ada DKI Jakarta dengan 4.092 kasus dan 370 kematian. Jawa

Barat diposisi kedua dengan 1.009 kasus dan 79 orang meninggal. Jawa Timur

Ketiga adalah 872 kasus dengan 107 kematian.

6
Tabel 1.1 Kasus Covid-19 di Indonesia

Province Case Recover Death

s y s

Jakarta 4.092 440 370

West Java 1.009 107 79

East Java 872 152 95

Central Java 711 101 59

South 465 118 37


Sulawesi

Banten 388 33 41

Others 2.234 440 103

TOTAL 9.771 1.391 784

Sumber: Kementrian Kesehatan, 29 April 2020

Covid-19 memberikan dampak signifikan terhadap perkembangan

ekonomi dunia. Pandemic Covid-19 adalah tantangan bagi dunia bisnis,

termasuk industri jasa keuangan perbankan. Berdasarkan data statistik

perbankan Syariah pada Januari 2020, jumlah jaringan kantor Bank Umum

Syariah adalah 1.922 cabang yang tersebar di berbagai wilayah di Indonesia

yang didominasi oleh Pulau Jawa. Sejalan dengan wilayah terbanyak ditemukan

Covid-19 yaitu di pulau Jawa (Statistik Perbankan Syariah, Januari 2020). Ini

menunjukkan bahwa sebagian besar Kantor Bank Syariah berada di zona merah.

7
Berikut ini gambar 1.2 Tingkat persebaran industri perbankan Syariah di

Indonesia berdasarkaan wilayah

Sumber: Statistik Perbankan Syariah, Januari 2020

Gambar 1.2 Di atas menunjukkan bahwa tingkat persebaran lokasi

perbankan Syariah terkonsentrasi dibeberapa wilayah yang termasuk dalam zona

merah. Wilayah Jawa Barat terbanyak pertama dengan jumlah 310 Kantor

Cabang, Jakarta terbanyak kedua dengan jumlah 254 Kantor Cabang. Jawa

Timur terbanyak ketiga dengan jumlah 208 Kantor Cabang.

(Mardhiyaturrositaningsih, Muhammad Syarqim Mahfudz 2020)

Perbankan syariah menghadapi sejumlah tantangan di tengah wabah

covid-19. Pengamat Ekonomi Syariah yang juga pendiri Karim Consulting,

Adiwarman Karim menyampaikan kondisi industri bisa memburuk lebih dulu

daripada industri bank konvensional. Kondisi pandemi bisa mengurangi daya

8
saing Bank Syariah dan masyarakat memindahkan dananya ke bank

konvensional. Secara umum, tantangan di bank syariah saat pandemi covid-19

yakni likuiditas dan rasio pembiayaan bermasalah atau non performing

financing (NPF).

Adiwarman memprediksi bank syariah akan mulai tertekan pada Juli 2020

dan Agustus pada puncaknya. Pada bulan tersebut baank syariah kehilangaan

pendapatan dari pembiayaan, bagi hasil, karena nasabah memasuki periode gagal

bayar bulan ke empat dan lima. Dengan pendapatan turun, maka kurang daya

saing, bagi hasil, simpanan menurun, lebih kecil, jadi bank konvensional lebih

menarik. Namun demikian resiko kenaikan NPF tersebut dapat diatasi dengan

kebijakan POJK No 11/POJK.03/2020 tentang stimulus perekonomian Indonesia

sebagai kebijakan countercyclical dampak penyebaran Coronavirus Disease

2019. Bank dapat melakukan rekstrurisasi sehingga NPF bisa ditekan. Namun

demikian, resiko kenaikan NPF tersebut dapat diatasi dengan kebijakan POJK

No 11/POJK.03/2020 tentang stimulus perekonomian nasional sebagai kebijakan

counter cyclical dampak penyebaran Coronavirus Disease 2019. Bank dapat

melakukan rekstrukturisasi sehingga NPF bisa ditekan. Tantangan lainnya

adalah likuiditas yang tidak merata di industri. Sejumlah bank bisa menikmati

kelebihan likuiditas dan lainnya kekurangan. (Iswahyuni 2021).

Berdasarkan Laporan Bank Indonesia dalam Survei Kegiatan Dunia

Usaha. Kondisi kegiatan usaha pada masa awal pandemi Covid-19 menunjukkan

penurunan yang curam (Gambar 1.3). Pada triwulan II-2020 terindikasi dari

Saldo bersih Tertimbang (SBT) di angka -33,75%, turun lebih dalam

9
dibandingkan triwulan I-2020 yaitu -5,56%. Penurunan terjadi pada seluruh

sektor ekonomi yang didominasi oleh sektor hotel dan restoran, sektor industri

pengolahan, sektor perdagangan dan sektor jasa-jasa. Melandanya pandemi

Covid-19 menyebabkan penurunan permintaan dan gangguan pasokan.

Gambar 1.3

Grafik Perkembangan Kegiatan Usaha

Sumber : SKDU (Bank Indonesia, 2020).

Kondisi perekonomian Indonesia selama masa pandemi Covid-19

berdasarkan laporan Survei Konsumen oleh Bank Indonesia berada pada zona

pesimis. Dengan indikator IKK (Indeks Keyakinan Konsumen), IKE (Indeks

Kondisi Ekonomi) dan IEK (Indeks Ekspektasi Konsumen), laporan survei

menunjukkan bahwa pada masa sebelum pandemi kondisi perekonomian masih

berada pada dalam zona optimis, namun menurun secara drastis ketika

pandemis Covid-19 melanda Indonesia. Seperti yang ditunjukkan oleh Gambar

2 dibawah ini.

10
Gambar 1.4

Grafik Indeks Keyakinan Konsumen

Sumber : Survei Konsumen (BI, 2020)

Memasuki tahun 2020 tren Indeks Keyakinan Konsumen (IKK)

terus mengalami penurunan hingga jatuh drastis, memasuki zona pesimis

pada bulan April, 2020. Penurunan terjadi dikarenakan menurunnya

indeks pembentuknya yaitu IKE (Indeks Kondisi Ekonomi) yang turun

ke level pesimis, 62,8 dan IEK (Indeks Ekspektasi Konsumen) walaupun

masih pada zona optimis, 106,8. Penurunan pandangan optimisme para

konsumen tentang kondisi ekonomi saat itu disebabkan adanya darurat

bencana nasional Covid-19, yang mana mempengaruhi indeks

penghasilan dan ketersediaan lapangan kerja. Penurunan Optimisme IKK

ini ditafsirkan akan mempengaruhi perkembangan dana pihak ketiga,

dikarenakan konsumen beranggapan lebih baik menyimpan uangnya

dibandingkan melakukan belanja konsumsi atau investasi. Namun seiring

11
berjalannya waktu IKK mengalami kenaikan kembali, seperti pada bulan

Desember 2020, indeks mengalami perbaikan menuju zona optimis. Hal

ini ditengarai oleh kelancaran program pemulihan ekonomi nasional dan

pengadaan vaksinasi Covid-19 yang semakin mendorong optimisme

konsumen terhadap kondisi ekonomi Indonesia.

Dalam sektor perbankan, baik bank konvensional maupun bank

syariah, sama-sama menghadapi tantangan pandemi covid-19 ini

(Disemadi & Shaleh, 2020; Labonte & Scott, 2020; dan

Mardhiyaturrositaningsih & Mahfudz, 2020). Hadirnya pandemi Covid-

19 telah menjadi ancaman dan peluang bagi kinerja perbankan Indonesia.

Pandemi Covid-19 menjadi ancaman karena sektor perbankan akan

mengalami beberapa kemungkinan risiko yang muncul, seperti risiko

kredit macet, risiko penurunan aset, risiko pasar dan sebagainya yang

kemudian risiko tersebut pada akhirnya akan mempengaruhi kinerja dan

profitabilitas perbankan (Wahyudi, 2020).

Potensi kegagalan kredit dan pembiayaan bagi hasil juga akan

meningkat. Dikarenakan pada sektor riil pendapatan berkurang

operasional dan penjualan yang terganggu, tetapi tetap terjadi

pengeluaran meskipun tidak sepenuhnya dan mengalami kerugian yang

berbeda-beda (Hadiwardoyo, 2020). Pandemi Covid-19 telah

melemahkan kapasitas perbankan, terutama pihak debitur, lemahnya

kinerja para debitur akan meningkatkan potensi risiko kredit yang mana

akan mengganggu kestabilan kinerja perbankan (Disemadi & Shaleh,

12
2020)

13
1.2 Batasan Masalah

Pembatasan masalah agar makalah ini lebih efektif, efisien, terarah dan dapat dikaji

lebih mendalam maka diperlukan pembatasan masalah. Adapun pembatasan masalah

yang dikaji dalam makalah ini adalah masalah yang diteliti terbatas pada analisis

dampak yang ditimbulkan pandemi covid-19 terhadap kinerja bank syariah di

Indonesia.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang makalah, maka penulis dapat mengidentifikasi

rumusan masalah sebagai berikut :

1. Apakah analisis dampak pandemi covid-19 berpengaruh terhadap kinerja

bank syariah di Indonesia?

1.4 Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah makalah diatas maka tujuan makalah ini

sebagai berikut :

1. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh dampak pandemi covid-19

terhadap kinerja bank syariah di Indonesia.

14
1.5 Manfaat

1. Manfaat Teoritis

Makalah ini diharapkan dapat menambah pengetahun tentang analisis kinerja

bank syariah di Indonesia yang terdampak oleh pandemi covid-19.

2. Manfaat Praktis

Makalah ini diharapkan dapat sebagai bahan pertimbangan solusi bagi bank

syariah di Indonesia dalam meghadapi dampak pandemi covid-19 yang

sedang berlangsung.

15
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Grand Theory, Middle Theory, dan Operational Theory

A. Pengertian Perbankan Syariah

Kata Syariah berasal dari bahasa arab, dari akar kata syara‟a, yang berarti

jalan, cara, dan aturan. Syariah digunakan dalam arti luas dan sempit. Dalam arti luas,

syariah dimaksudkan sebagai seluruh ajaran dan normanorma yang dibawa oleh nabi

Muhammad saw., yang mengatur kehidupan manusia baik dalam aspek

kepercayaannya maupun dalam aspek tingkah laku paktisnya. Singkatnya, syariah

adalah ajaran-ajaran agama Islam itu sendiri, yang dibedakan menjadi dua aspek,

yaitu ajaran tentang kepercayaan (akidah) dan ajaran tentang tingkah laku

(amaliah).Jadi “Bank Syariah” adalah bank yang melakukan kegiatan usaha

perbankan berdasarkan prinsip syariah. Sebagaimana telah ditegaskan dalam

penjelasan umum UU Perbankan Syariah bahwa kegiatan usaha yang tidak

bertentangan dengan prinsip syariah meliputi kegiatan usaha yang 15 tidak

mengandung unsur riba, maisir, gharar, haram, dan zalim. Sedangkan Perbankan

Syariah adalah Segala Sesuatu yang menyangkut tentang bank syariah dan unit usaha

syariah, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam

melaksanakan kegiatan usahanya. (Iswahyuni 2021).

16
B. Fungsi dan Tujuan Bank Syariah

Fungsi lembaga perbankan indonesia ditegaskan dalam pasal 3 UU Perbankan

yang berbunyi “Fungsi utama perbankan Indonesia adalah sebagai penghimpun dan

penyalur dana masyarakat. Perbankan Syariah juga adalah suatu lembaga

Intermediary dan juga dapat menjalankan fungsi sosial sebagaimana ditegaskan

dalam 46 UU No 21 tahun 2008 pasal 4 tentang Perbankan Syariah yang berbunyi:

1. Bank syariah dan UUS wajib menjalankan fungsi menghimpun dana dan

menyalurkan dana masyarakat.

2. Bank syariah dan UUS dapat menjalankan fungsi sosial dalam bentuk

lembaga baitul mal, yaitu menerima dana yang berasal dari zakat, infaq,

sedekah, hibah, atau dana sosial lainnya dalam menyalurkannya kepada

organisasi pengelola zakat.

3. Bank Syariah dan UUS dapat menghimpun dana sosial yang berasal dari

wakaf uang dan menyalurkannya kepada pengelola wakaf (nazir) sesuai

dengan kehendak pemberi wakaf (wakif). (Iswahyuni 2021).

C. Prinsip Bank Syariah

Sebagaimana yang telah dijelaskan dalam penjelasan umum UU No 21 tahun

2008 Perbankan syariah bahwa kegiatan usaha yang tidak bertentangan dengan

prinsip syariah meliputi kegiatan usaha yang tidak mengandung unsur riba, maisir,

17
gharar, haram, dan zalim. Pengertian tersebut sebagaimana penjelasan pasal 2

undang-undang tersebut, yaitu:

1. Riba, Yaitu penambahan pendapatan secara tidak sah (batil) antara lain dalam

transaksi pertukaran barang sejenis yang tidak sama kualitas, kuantitas, 3

Ibid., h. 14 17 dan waktu penyerahan (fadhl), atau dalam transaksi pinjam-

meminjam yang mempersyaratkan nasabah penerima fasilitas mengembalikan

dana yang diterima melebihi pokok pinjaman karena berjalannya waktu

(nasi‟ah).

2. Maisir, yaitu transaksi yang digantungkan kepada suatu keadaan yang tidak

pasti yang bersifat untung-untungan.

3. Gharar, yaitu transaksi yang obyeknya tidak jelas, tidak dimiliki, saat

transaksi dilakukan kecuali diatur lain dalam syariah;

4. Haram, yaitu transaksi yang obyeknya dilarang dalam syariah; atau

5. Zalim, yaitu transaksi yang menimbulkan ketidakadilan bagi pihak lainnya.

(Iswahyuni 2021).

D. Pembiayaan Bank Syariah

Kedudukan bank islam dalam hubungan dengan para nasabah adalah sebagai

mitra investor dan pedagang, sedangkan dalam hal bank pada umumnya,

hubungannya adalah sebagai kreditur dan debitur.Sehubungan dengan jalinan investor

dan pedagang tersebut, maka dalam menjalankan bisnisnya, bank islam menggunakan

18 berbagai teknik dan metide investasi. Kontrak 47 hubungan investasi antara bank

18
islam dengan nasabah ini disebut pembiayaan. Dalam aktifitas pembiayaan bank

islam akan menjalankan dengan berbagai teknik dan metode, yang penerapannya

tergantung pada tujuan dan aktifitas, seperti kontrak mudharabah, musyarakah, dan

yang lainnya. Di samping itu, bank Islam juga terlibat dalam kontrak murabahah.

Mekanisme perbankan Islam yang berdasarkan prinsip mitra usaha, adalah bebas

bunga. Oleh karena itu, soal membayarkan bunga kepada para depositor atau

pembebanan suatu bunga dari para nasabah tidak timbul. (Iswahyuni 2021).

E. Peranan Bank Syariah

1. Sebagai lembaga penyimpanan dana (tempat menabung) Bank Islam

menerapkan sistem bagi hasil (mudharabah) kepada nasabah yang menbungkan

uangnya di bank. Artinya nasabah tidak akan pernah dapat menghitung dengan pasti

berapa jumlah uangnya yang akan bertambah setiap bulannya bila meraka telah

menabung dalam jumlah tertentu. 4 Prof. Dr. H. Veithzal Rivai, M.B.A. dan Ir. H.

Arviyan Arifin, Islamic Banking, cetakan pertama, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2010, h.

680. 19 Namun, nasabah dapat mengetahui porsi atau bagian yang menjadi haknya

dan berapa porsi atau bagian yang menjadi hak pihka bank. Nilai bagi hasil yang

diperoleh nasabah tidak akan sama setiap saat meskipun jumlah uang yang mereka

miliki di bank tersebut sama. Karena bagi jasil tergantung pada jumlah uang seluruh

nasabah yang ditabung di bank tersebut dan berap jumlah uang yang telah dikelola

oleh bank untuk sektorsektor usaha rill sehingga memberikan keuntungan bagi pihak

bank. Keuntungan inilah yang kemudian dibagi kepada pihak bank sebagai pengelola

19
uang (mudharib) dan nasabah sebagai pemilik uang (shahibul mall) berdasarekan

porsi atau bagian yang telah disepakati bersama dimuka.

2. Sebagai lembaga Pembiayaan (Investasi) Pembiayaan di bank Islam yang

diberikan kepada masyarakat untuk keperluan modal usaha, biayanya ditujukan untuk

usaha-usaha yang produktif, jelas dan transparan, serta bersifat halal, baik dari segi

pengelolaan hingga kepada hasil usaha yang akan diberikan kemanfaatannya untuk

masyarakat. 20 Ada beberapa bentuk pembiayaan untuk keperluan peningkatan usaha

atau biasa dikenal dengan pembiayaan produktif Islam yang diberikan oleh bank

Islam, yaitu pembiayaan dengan prinsip jual beli, pembiayaan atas dasar prinsp bagi

hasil sesuai dengan kesepakatan, pembiayaan atas prinsip bagi hasil yang porsinya

disesuaikan dengan proporsi penyertaan, dan pembiayaan yang 48 berdasarkan

prinsip sewa beli.

3. Sebagai Lembaga Pemberi Jasa Bank Islam sebagai lembaga keuangan tidak

hanya fungsinya sebagai tempat menyimpan atau melakukan memperoleh

pembiayaan saja, bank islam juga melayani beberapa keperluan nasabah yang

berkaitan dengan kebutuhan nasabah akan jasa perbankan islam. Salah satu bentuk

pelayanan bank islam dalam bentuk jasa adalah melayani kebutuhan nasabah dalam

melakukan transaksi antarbank yang berbeda antarbank islam dengan bank islam,

bank islam dengan bank konvensional, maupun antarbank islam yang sama.

(Iswahyuni 2021).

20
F. Tujuan Bank syariah

Tujuan Bank Syariah menurut Heri Sudarsono (2003:40) diantaranya sebagai

berikut :

1. Mengarahkan kegiatan ekonomi umat untuk bermuamalat secara islami

khususnya muamalat yang berhubungan dengan perbankan,

2. Untuk menciptakan suatu keadilan dibidang ekonomi dengan jalan

meratakan pendapatan melalui kegiatan investasi,

3. Untuk meningkatkan kualitas hidup umat dengan jalan membuka peluang

berusaha yang besar,

4. Untuk menanggulangi masalah kemiskinan, yang ada pada umumnya

merupakan program utama dari Negara-negara yang sedang berkembang,

5. Untuk menjaga stabilitas ekonomi moneter,

6. Untuk menyelamatkan ketergantungan umat islam terhadap bank non

syariah. (Iswahyuni 2021).

G. Produk dan Jasa Bank Syariah

Bank syariah selain mempunyai produk penghimpunan dana dan produk

penyaluran dana, ia juga mempunyai produk jasa. Dalam hal ini bank syariah dapat

melakukan berbagai pelayanan jasa perbankan kepada nasabah dengan mendapatkan

21
imbalan berupa sewa atau keuntungan. Produk jasa perbankan syariah menggunakan

prinsip-prinsip tersebut antara lain al-wakalah, al-hiwalah, al-qard, al- kafalah, dan al-

rahn. Pada dasarnya produk yang di tawarkan oleh perbankan syariah dapat dibagi

menjadi tiga bagian besar, yaitu produk penyaluran dana (financing), produk

penghimpunan dana (funding) dan produk jasa (service). Menurut Ascarya (2007)

dalam bukunya Akad dan Produk Bank Syariah Produk dan Jasa keuangan syariah

yang ditawarkan bank syariah di Indonesia cukup bervariasi. Produk dan jasa tersebut

meliputi produk dan jasa untuk : Pendanaan, Pembiayaan, Jasa Perbankan, Jasa

Produk, Jasa Operasional, dan Jasa Investasi ”. Pembiayaan Perbankan Syariah

Menurut Kasmir (2004) dalam bukunya Manajemen 49 Perbankan menyatakan

bahwa : ”Pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dipersamakan

dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antar bank dengan pihak lain

yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan

tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil”. Sedangkan

Muhammad (2002) dalam bukunya Manajemen Bank Syariah mengartikan

pembiayaan sebagai berikut : “Pembiayaan, secara luas, berarti financing atau

pembelanjaan yaitu pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung investasi yang

telah direncanakan, baik dilakukan sendiri maupun dijalankan oleh orang lain”.

Dalam arti sempit, pembiayaan dipakai untuk mendefinisikan pendaanaan yang

dilakukan oleh lembaga pembiayaan seperti bank syariah, kepada nasabah.

(Iswahyuni 2021).

22
H. Pengelolaan dan Pengawasan Bank Syariah

Bank Syariah, selain berfungsi menjembatani antara pihak yang kelebihan

dana dengan pihak yang membutuhkan dana, juga secara khusus mempunyai fungsi

amanah. Untuk menjaga fungsi amanah tersebut, perlu adanya pengawasan yang

melekat pada setiap orang yang terlibat di dalam aktivitas perbankan berupa motivasi

keagamaan maupun pengawasan melalui kelembagaan. Supaya upaya pengendalian,

meskipun suatu lembaga telah menyandang nama syariah, namun tidak tertutup

kemungkinan dalam menjalankan usahanya menyimpang dari nama yang disandang

tersebut. Di dalam menjalankan usahanya, bank berdasarkan prinsip-prinsip syariah

berupaya menjaga dan memelihara agar prinsip-prinsip syariah tersebut tetap

terpelihara dalam operasionalnya. Di dalam menjalankan fungsi kelembagaan agar

operasional Bank Syariah tidak menyimpang dari tuntutan syariah Islam, maka

diadakan “Dewan Pengawas Syariah” yang tidak terdapat di dalam bank-bank

konvesional. Dewan pengawas syariah adalah suatu lembaga dewan yang dibentuk

untuk mengawasi jalannya Bank Syariah agar di dalam operasionalnya tidak

menyimpang dari prinsip-prinsip muamalah menurut Islam. Dewan pengawas syariah

biasanya ditempatkan pada posisi setingkat dewan komisaris pada setiap bank.

Anggota dewan syariah ditetapkan oleh rapa pemegang saham dari calon yang telah

mendapat rekomendasi dari Dewan Syariah Nasional. Dewan syariah bertugas

meneliti produk- produk baru bank syariah dan memberikan rekomendasi terhadap

produk-produk baru tersebut serta membuat surat pernyataan bahwa bank yang

diawasinya masih tetap menjalankan usaha berdasarkan prinsip-prinsip syariah.

23
Dewan pengawas syariah juga bertugas untuk mendiskusikan masalah-masalah dan

50 transaksi bisnis yang diajukan kepada dewan sehingga dapat ditentukan tentang

sesuai atau tidaknya masalah- masalah tersebut dnegan ketentuan-ketentuan syariah

Islam. (Iswahyuni 2021).

I. Dewan Pengawas syariah

Adapun wewenang Dewan Pengawas Syariah adalah :

a) Memberikan pedoman secara garis besar tentang aspek syariah dari

operasional Bank Syariah, baik penyerahan dana,penyaluran dana maupun kegiatan-

kegiatan bank lainnya.

b) Mengadakan perbaikan terhadap suatu produk Bank Syariah yang telah

atau sedang berjalan. Namun, dinilai pelaksanaanya bertentangan ketentuan syariah.

Keberhasilan pelaksanaan tugas dan wewenang dewan syariah sangat tergantung

kepada independesinya di dalam membuat suatu putusan atau penilaian yang

dibutuhkan. (Iswahyuni 2021).

J. Corona Virus (Covid -19)

Severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV-2) yang lebih

dikenal dengan nama virus Corona adalah jenis baru dari coronavirus yang menular

ke manusia. Virus ini bisa menyerang siapa saja, seperti lansia (golongan usia lanjut),

orang dewasa, anak-anak, dan bayi, termasuk ibu hamil dan ibu menyusui. nfeksi

virus Corona disebut COVID-19 (Corona Virus Disease 2019) dan pertama kali

24
ditemukan di kota Wuhan, China pada akhir Desember 2019. Virus ini menular

dengan sangat cepat dan telah menyebar ke hampir semua negara, termasuk

Indonesia, hanya dalam waktu beberapa bulan. Hal tersebut membuat beberapa

negara menerapkan kebijakan untuk memberlakukan lockdown dalam rangka

mencegah penyebaran virus Corona. Di Indonesia sendiri, diberlakukan kebijakan

Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) untuk menekan penyebaran virus ini. 45

Coronavirus adalah kumpulan virus yang bisa menginfeksi sistem pernapasan. Pada

banyak kasus, virus ini hanya menyebabkan infeksi pernapasan ringan, seperti flu.

Namun, virus ini juga bisa menyebabkan infeksi pernapasan berat, seperti infeksi

paru-paru (pneumonia). Virus ini menular melalui percikan dahak (droplet) dari

saluran pernapasan, misalnya ketika berada di ruang tertutup yang ramai dengan

sirkulasi udara yang kurang baik atau kontak langsung dengan droplet. Selain virus

SARS-CoV-2 atau virus Corona, virus yang juga termasuk dalam kelompok ini

adalah virus penyebab Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) dan virus

penyebab Middle-East Respiratory Syndrome (MERS). Meski disebabkan oleh virus

dari kelompok yang sama, yaitu coronavirus, COVID-19 memiliki beberapa

perbedaan dengan SARS dan MERS, antara lain dalam hal kecepatan penyebaran dan

keparahan gejala.

2.2 Studi dan Penelitian Terdahulu

Tabel 2.1

25
Penelitian Terdahulu

No Nama Judul Metode Hasil Penelitian


Analisis
1 Iswahyuni 2021 Analisis Dampak Penelitian Penelitian ini
Covid-19 Terhadap Kualitatif menunjukkan bahwa
Perbankan Syariah dampak dari pandemi
covid-19 terhadap
sektor ekonomi,
adalah
1) Pertumbuhan
ekonomi indonesia
bisa minus 0,4.
2) Penurunan dalam
sektor ekspor dan
impor.
3) Sektor UMKM
4) Nilai tukar Rupiah
anjlok terhadap Dolar
AS.
Selain itu juga
terdapat Dampak
covid-19 terhadap
sektor Bank Syariah:
1) Penyaluran kredit
(pembiayaan).
2) Penurunan kualitas
asset.
3) Pengetatan margin
bunga
2 Mardhiyaturrositaningsih, Dampak Pandemi Analisis Hasil penelitian
Muhammad Syarqim Covid-19 Terhadap Komparatif menunjukkan bahwa
Mahfudz 2020 Manajemen Industri pada Desember
Perbankan Syariah sampai Maret 2020
semua bank
mengalami gejolak
pada fungsi
intermediasinya yang
cenderung menurun
baik dari pembiayaan
maupun
penghimpunan dana.

26
Sementara itu, dalam
hal Manajemen
Strategi Bank Syariah
menerapkan berbagai
kebijakan diantaranya
pembatasan layanan
melalui tatap muka
langsung,
memberikan
kebijakan
restrukturisasi kepada
nasabah yang
tedampak dan
pemanfaatan aplikasi
digital.
3 Hafizh Rifqi 2022 Covid 19 Dan Purposive Hasil penelitian ini
Dampaknya Sampling menunjukkan ada 3
Terhadap Sektor dampak utama dari
Perbankan Syariah : sektor Perbankan
Studi Pada Bank Syariah selama covid-
Aceh Syariah 19 diantaranya:
Cabang Banda Aceh 1. Penyaluran
kredit
(Pembiayaan),
2. Penurunan
nilai kualitas
aset,
3. Pengetatan
margin bunga
bersih
4 Dwi Nur’aini Ihsan dan Performance Bank Penelitian Hasil penelitian ini
Muhamad BNI Syariah Di kuantitatif menunjukkan bahwa
Nadratuzzaman Hosen Masa Pandemi kondisi kesehatan
2021 Covid-19 bervariasi dari “tidak
terlalu baik” hingga
“sangat baik” dari
2015-2020. Pada
tahun 2020 kondisi
kesehatan BNI
“cukup baik”.
Sementara itu,
Altman Z-Score

27
menunjukkan bahwa
BNI mengalami
kondisi “tidak
bangkrut”, tingkat
efisiensi bank
“tinggi” dan pada
analisis profitabilitas
sebagaimana
tercermin oleh rasio
ROA, ROE selama
pandemi telah
menurun.

5 Ardiansyah dan Ibnu Analisis Dampak Metode Hasil penelitian


Mukhlisin 2021 Pandemi Covid-19 sampling menujukkan pandemi
Terhadap Kinerja sensus dan covid-19 memberikan
Perbankan Di pendekatan dampak yang
Indonesia (Studi deskriptif signifikan bagi
Komparatif Bank komparatif kinerja perbankan
Umum yang terdiri dari dana
Konvensional dan pihak ketiga, kualitas
Bank Umum aset,
Syariah) kredit/pembiayaan
dan profitabilitas serta
perkembaangaan
kinerja bank umum
syariah lebih optimal
dibandingkan bank
umum konvensional
selama pandemi
covid-19.

2.3 Hipotesis

1. Pengaruh Dampak Pandemi Covid-19 Terhadap Kinerja Bank Syariah

28
Pandemi Covid-19 telah mengakibatkan dampak pada perekonomian, tak terkecuali

sektor perbankan. Dampak epidemi ini menyebabkan beberapa negara mengalami

krisis ekonomi bahkan resesi (Wu & Olson, 2020). Di Indonesia sendiri, penyebaran

covid-19 termasuk tinggi. Dilansir dari situs WHO pada 14 Februari 2021, Indonesia

menduduki peringkat ke-19 sebagai negara dengan kasus terbanyak. Dengan total

kasus 1.210.784. Pandemi Covid-19 telah menyebabkan kepanikan dalam sektor

ekonomi dan keuangan. Dilansir dari situs BPS (Badan Pusat Statistik), PDB

Indonesia pada kuartal III minus 3,49 % (year on year/yoy). Hal ini diakibatkan

diberlakukannya pembatasan sosial dan penerapan subsidi atau bantuan langsung

tunai yang menyebabkan anggaran yang dikeluarkan lebih banyak dibandingkan

pemasukan, yang akhirnya akan memperbesar hutang negara seperti mengeluarkan

obligasi global demi menstabilkan perekonomian Indonesia (Syukra, Ridho, 2020).

Penelitian yang dilakukan oleh Iswahyuni 2021 menemukan bahwa pengaruh

dampak pandemi covid-19 berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja bank

syariah di Indonesia. Penelitian yang dilakukan oleh Mardhiyaturrositaningsih,

Muhammad Syarqim Mahfudz 2020 menemukan bahwa pengaruh dampak pandemi

covid-19 juga berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja bank syariah di

Indonesia.

H : Adanya pengaruh positif dan signifikan dampak pandemi covid-19 terhadap

kinerja bank syariah di Indonesia

29
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Penerapan

Alternatif yang diterapkan di Indonesia untuk meningkatkan perluasan

perbankan syariah di Indonesia :

 Perbankan syariah menggunakan sistem bagi hasil

Dengan sistem bagi hasil maka kondisi neraca bank syariah pada masa krisis

akibat pandemi covid-19 ini akan elastis karena besarnya biaya yang

diperuntukkan buat pembayaran bagi hasil juga akan ikut menurun dengan

penurunan pendapatan yang diperoleh bank syariah.

 Melakukan ekspansi digital

Fenomena Work From Home (WFH) selama masa pandemi covid-19 ini bisa

dijadikan momentum bank syariah untuk melatih pegawainya menjadi

30
marketing digital yang handal. Keahlian pegawai bank syariah dalam

marketing digital akan menjadi diferensiasi. Hal ini juga harus diimbangi

dengan produk-produk digital yang menarik bagi para customer. Apabila bank

syariah bisa mengoptimalkan potensi pegawainya untuk melakukan

pemasaran 4.0 serta didukung dengan produk-produk digital perbankan

syariah yang handal, maka bukan tidak mungkin akan terjadi penambahan

market share yang signifikan terhadap perbankan syariah di Indonesia.

 Memperkuat sinergi kebijakan antara otoritas dengan pemerintah dan

stakeholder lainnya, dengan program kerjanya antara lain mendorong

pembentukan Komite Nasional Pengembangan Keuangan Syariah dan

mendorong pembentukan pusat riset dan pengembangan perbankan dan

keuangan syariah.

 Memperkuat permodalan dan skala usaha serta memperbaiki efisiensi, dengan

program kerjanya antara lain: (i) penyempurnaan kebijakan modal inti

minimum dan klasifikasi BUKU Bank Umum Syariah dan (ii) mendorong

pembentukanbank BUMN/BUMD syariah serta (iii) optimalisasi peran dan

peningkatan komitmen BUK untuk mengembangkan layanan perbankan

syariah hingga mencapai share minimal di atas 10% aset BUK induk.

 Memperbaiki struktur dana untuk mendukung perluasan segmen pembiayaan,

dengan program kerjanya antara lain optimalisasi pengelolaan dana haji,

wakaf/zakat/infaq shodaqoh melalui perbankan syariah,

31
mendorongketerlibatan bank syariah dalam pengelolaan dana pemerintah

pusat/daerah dan dana BUMN/BUMD, serta mendorong penempatan dana

hasil emisi sukuk pada bank syariah.

 Memperbaiki kualitas layanan dan keragaman produk,dengan program

kerjanya antara lain: (i) peningkatan peran WGPS (Working Group Perbankan

Syariah) dalam pengembangan produk perbankan syariah, (ii) Penyempurnaan

ketentuan produk dan aktivitas baru dan (iii) kegiatan peningkatan service

excellence dan kustomisasi produk sesuai perkembangan preferensi

konsumen.

 Memperbaiki kuantitas dan kualitas SDM & TI serta infrastruktur lainnya,

dengan program kerjanya antara lain sebagai berikut: (i) Pengembangan

standar kurikulum perbankan syariah di perguruan tinggi, (ii) pemetaan

kompetensi dan kajian standar kompetensi bankir syariah serta review

kebijakan alokasi anggaran pengembangan SDM bank, (iii) Evaluasi

kebijakan/ketentuan terkait penggunaan fasilitas IT secara bersama (sharing

IT) antara induk dan anak perusahaan dan (iv) Kebijakan dalam rangka

pengembangan inter-operability khususnya antara induk dan anak usaha

syariah dan/atau dalam satu grup.

 Meningkatkan literasi dan preferensi masyarakat, dengan program kerjanya

antara lain penyelenggaraan Pasar Rakyat Syariah dan memperkuat kolaborasi

dengan kompartemen Edukasi dan Perlindungan Konsumen (EPK) serta

32
pemangku kepentingan utama dalam peningkatan literasi keuangan syariah,

maupun melakukan program sosialisasi perbankan syariah bagi key opinion

leaders.

 Memperkuat serta harmonisasi pengaturan dan pengawasan,dengan program

kerjanya antara lain sebagai berikut: (i) penyempurnaan kebijakan terkait

financing to value (FTV), (ii) pengembangan dan penyempurnaanstandar

produk (termasuk dokumentasi) bank syariah sesuai karakteristik usaha, (iii)

pengembangan aplikasi Early Warning System (EWS) BUS dan UUS dan (iv)

penyempurnaan peraturan terkait kelembagaan BUS/UUS beserta panduan

pengawasan & perizinannya.

3.2 Perbandingan Antara Teori/Penelitian Terdahulu Dan Praktek

Penelitian yang dilakukan oleh Hafizh Rifqi 2022 Covid 19 Dan Dampaknya

Terhadap Sektor Perbankan Syariah : Studi Pada Bank Aceh Syariah Cabang Banda

Aceh. Metode yang digunakan yaitu Purposive Sampling. Hasil penelitian ini

menunjukkan ada 3 dampak utama dari sektor Perbankan Syariah selama covid-19

diantaranya:

1. Penyaluran kredit (Pembiayaan),

2. Penurunan nilai kualitas aset,

3. Pengetatan margin bunga bersih

33
Sedangkan penelitian yang dilakukan Ardiansyah dan Ibnu Mukhlisin 2021

Analisis Dampak Pandemi Covid-19 Terhadap Kinerja Perbankan Di Indonesia

(Studi Komparatif Bank Umum Konvensional dan Bank Umum Syariah). Metode

yang digunakan yaitu metode sampling sensus dan pendekatan deskriptif komparatif.

Hasil penelitian menujukkan pandemi covid-19 memberikan dampak yang signifikan

bagi kinerja perbankan yang terdiri dari dana pihak ketiga, kualitas aset,

kredit/pembiayaan dan profitabilitas serta perkembaangaan kinerja bank umum

syariah lebih optimal dibandingkan bank umum konvensional selama pandemi

covid-19.

3.3 Pembahasan

A. Dampak covid-19 terhadap perekonomian di Indonesia.

Pandemi Covid-19 telah menjadi permasalahan serius hampir di seluruh

negara di Dunia saat ini. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan bahwa

jumlah kematian terkait virus corona di seluruh dunia telah bertambah menjadi

30.105 orang hingga Minggu (29/3) waktu setempat. Menurut laporan situasi harian

WHO seperti dilansir kantor berita Xinhua, Senin (30/3/2020), total 638.146 kasus

coronavirus telah dilaporkan secara global. Berdasarkan hal tersebut terdapat

beberapa dampak yang disebabkan oleh virus corona ini. Dampak dari virus ini tidak

hanya berdampak dari berbagai sektor, baik itu kesehatan, sosial, budaya, pariwisata

34
maupun juga ekonomi. Berikut beberapa dampak di bidang ekonomi dari virus ini

yakni :

1) Pertumbuhan ekonomi indonesia bisa minus 0,4. Menteri Keuangan Sri

Mulyani (2020) mengatakan Indonesia cukup terhantam keras dengan penyebaran

virus Corona. Tidak hanya kesehatan manusia, virus ini juga mengganggu kesehatan

ekonomi di seluruh dunia. Komite Stabilitas Sektor Keuangan (KSSK), kata Ani,

memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam skenario terburuk bisa minus

0,4 persen.Kondisi sekarang ini akan berimbas pada menurunnya konsumsi rumah

tangga yang diperkirakan 3,2 persen hingga 1,2 persen. Lebih dari itu, investasi pun

akan merosot tajam. Sebelumnya, pemerintah cukup optimistis bahwa investasi akan

52 tumbuh enam persen. Namun, dengan adanya COVID-19, diprediksi investasi

akan merosot ke level satu persen atau terburuk bisa mencapai minus empat persen.

2) Penurunan dalam sektor ekspor dan impor. Kegiatan Ekspor diperkirakan

terkoreksi lebih dalam, mengingat sudah satu tahun belakangan ini pertumbuhannya

negatif. Begitu juga dengan impor juga akan tetap negatif pertumbuhannya.

3) Sektor UMKM Sektor UMKM adalah sektor yang juga terpukul. Padahal,

selama ini biasanya menjadi safety net. Sekarang mengalami pukulan yang sangat

besar, karena adanya restriksi kegiatan ekonomi dan sosial yang memengaruhi

kemampuan UMKM, yang biasanya resilient, bisa menghadapi kondisi. Tahun 97-98,

justru UMKM masih resilience. Sekarang ini dalam COVID ini, UMKM terpukul

paling depan karena ketiadaan kegiatan di luar rumah oleh seluruh masyarakat.

35
4) Nilai tukar Rupiah anjlok terhadap Dolar AS. Nilai tukar rupiah terhadap

dolar Amerika Serikat (AS) berpotensi melemah hingga Rp20.000 per dolar AS

akibat wabah COVID-19. Untuk perkiraan moderatnya berada di kisaran Rp17.500

per dolar AS. Hal ini menjadi bagian dari salah satu skenario asumsi makro 2020

yang seluruhnya mengalami perubahan, seperti pertumbuhan ekonomi yang

diperkirakan 2,3 persen hingga minus 0,4 persen. Selain itu, inflasi 5,1 persen serta

harga minyak mentah Indonesia yang anjlok menjadi USD 31 per barel. Penyebab

lainnya melemahnya rupiah karena investor panik sehingga terjadi apa yang disebut

pembalikan modal atau capital outflow. Selama periode terjadinya pandemi ini antara

Januari dan Maret 2020 telah terjadi capital outflow dalam portofolio investasi

Indonesia, yang jumlahnya mencapai Rp167,9 triliun, yang menjadi turunnya nilai

tukar Rupiah terhadap dolar AS. (Iswahyuni 2021).

B. Antisipasi pemerintah dalam kegiatan ekonomi terhadap pandemi covid-19

Adapun beberapa langkah yang dilakukan pemerintah untuk menghadapi

pandemi covid-19, Pada 1 April 2020, Presiden Joko Widodo telah menandatangani

Perppu tentang Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan, dimana

diputuskan pemerintah menambah belanja dan pembiayaan anggaran untuk

menangani dampak Covid-19, yaitu sebesar Rp 405,1 triliun. Sesuai dengan

penjelasan di halaman Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, detail dari

penggunaan 53 Anggaran tersebut sebagai berikut: Prioritas ke-1 untuk kesehatan

36
sebesar Rp 75 triliun, terutama untuk insentif tenaga medis dan belanja penanganan

kesehatan. Prioritas ke-2 untuk social safety net akan diperluas sebesar Rp 110 triliun.

Prioritas ke-3 adalah dukungan kepada industri senilai Rp 70,1 triliun (pajak, bea

masuk, KUR). Prioritas ke-4 adalah dukungan pembiayaan anggaran untuk program

pemulihan ekonomi nasional sebesar Rp 150 triliun.

Prioritas Pertama Terkait Kesehatan sebesar Rp 75 Triliun

Sebesar Rp 65,8 triliun digunakan untuk belanja penanganan kesehatan, seperti: Alat

Kesehatan: Alat Pelindung Diri (APD), Rapid test, Reagen

1) Sarana Prasarana kesehatan

2) Dukungan SDM.

Sebesar Rp 5,9 triliun untuk insentif: tenaga medis pusat (Rp 1,3 triliun) dan tenaga

medis daerah (Rp 4,6 triliun).

Terkait dengan ketersediaan alat kesehatan:

1) Untuk APD, terdapat 28 Perusahaan yang memproduksi APD dengan kapasitas

produksi 17.360.000 pcs/bulan.

2) Gown/Surgical Gown, 5 perusahaan kapasitas produksi 508.800 pcs/bulan.

Terkait dengan Industri Farmasi dan Fitofarmaka:

37
1) Terdapat 206 perusahaan farmasi: 4 BUMN (PT. Kimia Farma Tbk; PT. Indofarma

Tbk; PT. Biofarma Tbk; PT. Phapros Tbk), 178 industri swasta, 24 multinational

company (MNC).

2) Kebutuhan obat nasional: 76% sudah mampu dipenuhi Industri farmasi dalam

negeri, sisanya 24% merupakan obat paten dan berteknologi tinggi harus diimpor.

3) Terdapat 8 industri farmasi yang mampu memproduksi vitamin C dosis tinggi

dengan kapasitas di atas 3 juta tablet per bulan (Kalbe Farma yang terbesar

kapasitasnya mencapai 15 juta tablet/bulan) 54

4) Suplemen pemelihara daya tahan tubuh berbahan alam, terdapat 16 industri dengan

produksi total 72 juta kapsul/bulan.

Prioritas Kedua Terkait Perlindungan Sosial

1) Program PKH 10 juta KPM, dibayarkan bulanan mulai April (bantuan naik 25%).

2) Kartu Sembako dinaikan dari 15,2 juta menjadi 20 juta KPM, dengan manfaat naik

dari Rp 150.000 menjadi Rp 200.000 selama 9 bulan.

3) Kartu Prakerja dinaikkan dari Rp 10 triliun menjadi Rp 20 triliun, untuk meng-

cover sekitar 5,6 juta pekerja formal, informal, pelaku usaha mikro dan kecil.

Penerima manfaat mendapat Rp 3.550.000 per individu

4) Pembebasan biaya listrik 3 bulan untuk 24 juta pelanggan listrik 450 VA, dan

diskon 50% untuk 7 juta pelanggan 900 VA bersubsidi.

5) Tambahan insentif perumahan bagi pembangunan perumahan MBR s.d.175 ribu.

6) Dukungan logistik sembako dan kebutuhan pokok sebesar 25 triliun.

38
Prioritas ketiga terkait Dukungan Dunia Usaha

1) PPh Pasal 21 ditanggung pemerintah, untuk pekerja dengan penghasilan maksimal

200 juta setahun, di sektor industri pengolahan, Pariwisata dan penunjangnya

(transportasi, akomodasi), serta sektor lainnya. Percepatan penyesuaian pemberlakuan

PPh berlaku di tahun 2020.

2) Pembebasan PPh Pasal 22 Impor untuk 19 sektor tertentu, wajib pajak Kemudahan

Impor Tujuan Ekspor (KITE) dan wajib pajak KITE IKM.

3) Pengurangan PPh Pasal 25 sebesar 30% untuk sektor tertentu, WP KITE dan WP

KITE IKM.

4) Restitusi PPN dipercepat bagi 19 sektor tertentu untuk menjaga cashflow dan

likuiditas keuangan pelaku usaha. 55

5) Penundaan pembayaran pokok dan bunga selama 6 bulan untuk KUR.

6) Penurunan tarif PPh badan menjadi 22% untuk tahun 2020 dan 2021, serta menjadi

20% mulai tahun 2022.

Terkait Dukungan untuk Pelaku Usaha Mikro dan kecil

1) Tujuannya untuk mempertahankan kelangsungan usaha UMK

2) Stimulusnya berupa penundaan angsuran pokok dan bunga semua skema selama 6

bulan untuk kredit usaha rakyat (KUR) yang terkena dampak Covid-19.

3) Beban akibat penundaan bunga dan pokok KUR selama 6 bulan menjadi

tanggungan pemerintah, dengan alokasi anggaran sebesar Rp 6,1 triliun.

39
4) Penundaan pembayaran akan diikuti dengan relaksasi ketentuan KUR sejalan

ketentuan restrukturisasi kredit sebagaimana diatur dalam Peraturan OJK

Terkait dengan Program Kartu Prakerja

Kartu Prakerja salah satu instrumen untuk memberikan insentif kepada:

1) Pekerja yang mengalami penurunan pendapatan dan kehilangan pekerjaan;

2) Pelaku Usaha yang mengalami kesulitan usaha;

Tujuan program ini untuk meningkatkan daya beli dan mengurangi beban biaya hidup

bagi pekerja dan pelaku usaha yang terdampak Covid-19; Manfaat yang diterima: Rp

3.550.000 per peserta, terdiri dari:

1) Bantuan pelatihan sebesar Rp 1.000.000.

2) Insentif penuntasan pelatihan sebesar Rp 600.000 per bulan selama empat bulan; 3)

Insentif survei kebekerjaan sebesar Rp 150.000;

Total anggaran program sebesar Rp 20 triliun, dengan total jumlah penerima

program tahun 2020 maksimal sebanyak 5.605.634 orang, dan peserta program per

minggu paling banyak 164.872 orang. Jenis pelatihan yang dapat diambil dalam 56

program Kartu Prakerja di masa pandemik Covid-19 adalah yang berbasis daring

(online). Platform digital yang bekerja sama dengan Program Kartu Prakerja, untuk

sampai saat ini antara lain: Tokopedia, Bukalapak, Skill Academy by Ruangguru,

MauBelajarApa, HarukaEdu, PijarMahir, Sekolahmu dan Sisnaker. (Iswahyuni

2021).

40
C. Dampak covid-19 terhadap sektor Bank Syariah serta Antisipasi Dari Para

Ahli Pandemi Covid-19 ini juga diperkirakan bakal melemahkan sektor perbankan

di Indonesia. Dalam riset yang disampaikan pada Selasa (24/3/2020), lembaga rating

global, Fith Rating baru-baru ini telah merevisi peringkat operasional (operating

environment midpoint score) bank-bank di Indonesia menjadi ‘BB+’ dari sebelumnya

‘BBB-‘. Revisi skor operational Fitch ini artinya mencerminkan adanya

ketidakpastian seputar tingkat keparahan dan durasi pandemi corona dan dampaknya

terhadap operasional bank-bank di Indonesia. Menurut J.P Morgan

Ada tiga risiko yang membayangi industri perbankan dalam masa pandemi

covid-19 yaitu penyaluran kredit, penurunan kualitas aset dan pengetatan margin

bunga bersih. Dari ketiga risiko tersebut mari kita analisa apakah bank syariah lebih

kuat dalam menghadapi krisis ekonomi akibat pandemi covid-19 dibandingkan bank

konvensional atau malah sebaliknya.

1) Penyaluran kredit (pembiayaan) Dalam hal ini bank syariah maupun bank

konvensional akan mengalami kondisi yang sama. Baik bank syariah maupun bank

konvensional akan sama- sama mengalami pelambatan penyaluran kredit

(pembiayaan).

2) Penurunan kualitas aset Dalam hal ini baik bank syariah maupun bank

konvensional akan sedikit terbantu dengan adanya POJK No.11/POJK.03/2020.

POJK tersebut akan membantu bank syariah maupun bank konvensional terutama

41
dalam pencadangan penyisihan penghapusan aktiva produktif. Bank syariah

diprediksi akan memiliki keunggulan dibandingkan dengan bank konvensional.

3) Pengetatan margin bunga bersih Hal tersebut dikarenaka bank syariah

menggunakan sistim bagi hasil seperti yang disampaikan dalam penjelasan di atas.

Dengan sistim bagi hasil maka kondisi neraca bank syariah pada mas krisis akibat

pandemi covid-19 ini akan elastis karena besarnya biaya yang diperuntukkan buat

pembayaran bagi hasil juga akan ikut menurun dengan penurunan pendapatan yang

diperoleh bank syariah. Hal ini berbeda dengan bank konvensional yang mana disaat

pendapatan bunga kredit 57 menurun tidak diikuti dengan penurunan biaya bunga

untuk deposan, inilah yang akan menjadi permaslahan serius dari bank konvensional.

Dengan adanya factor-faktor tersebut yaitu saat perbankan nasional diprediksi

akan mengalami depresi akibat pandemi covid-19. dalam bank syariah ada beberapa

hal keunggulan terhadap bank konvensional sehingga bisa menjadi solusi yang

terhadap pandemi covid-19, yakni : Di saat perbankan nasional diprediksi akan

mengalami depresi akibat pandemi covid-19, bank syariah memiliki kelebihan

dengan konsep bagi hasilnya untuk bisa satu level lebih kokoh dalam menghadapi

krisis. Keunggulan disaat masa-masa sulit ini tentunya menjadi peluang yang bagus

untuk penguatan market share bank syariah. Melihat tiga risiko yang akan dihadapi

oleh perbankan seperti disampaikan oleh JP Morgan di atas maka bank syariah harus

jeli untuk menentukan strategi di tengah pandemi covid-19. Melakukan ekspansi yang

42
terukur ke segmen digital adalah opsi yang cukup menantang yang bisa diambil oleh

bank syariah.

Fenomena Work From Home (WFH) selama masa pandemi covid-19 ini bisa

dijadikan momentum bank syariah untuk melatih pegawainya menjadi marketing

digital yang handal. Keahlian pegawai bank syariah dalam marketing digital akan

menjadi diferensiasi. Hal ini juga harus diimbangi dengan produk-produk digital yang

yang menarik bagi para customer. Apabila bank syariah bisa mengoptimalkan potensi

pegawainya untuk melakukan pemasaran 4.0 serta didukung dengan produk-produk

digital perbankan syariah yang handal, maka bukan tidak mungkin akan terjadi

penambahan Market Share yang signifikan terhadap perbankan syariah di Indonesia.

(Iswahyuni 2021)

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian adapun kesimpulan yang didapat yakni :

A. Dampak covid-19 terhadap perekonomian di Indonesia.

1) Pertumbuhan ekonomi indonesia bisa minus 0,4.

2) Penurunan dalam sektor ekspor dan impor.

43
3) Sektor UMKM

4) Nilai tukar Rupiah anjlok terhadap Dolar AS

B. Dampak covid-19 terhadap sektor Bank Syariah

1) Penyaluran kredit (pembiayaan) mengalami perlambatan

2) Penurunan kualitas asset

3) Pengetatan margin bunga bersih.

4.2 Saran

Melihat situasi ditengah pandemi ini penulis menyarankan untuk pelaku bank

syariah harus jeli untuk menentukan strategi di tengah pandemi covid-19 dengan

melakukan ekspansi serta terobosan yang terukur ke segmen digital yang bisa diambil

oleh bank syariah, serta momentum bank syariah untuk melatih pegawainya menjadi

marketing digital yang handal. Manajemen masing-masing bank syariah juga perlu

melakukan perubahan dalam hal Sumber Daya Manusia untuk memperbaiki kualitas

layanan kepada nasabah, dan juga perlu adanya inovasi-inovasi produk digital baru

44
untuk memikat masyarakat yang belum menjadi nasabah untuk menjadi nasabah bank

syariah.

DAFTAR PUSTAKA

Iswahyuni. 2021. "Analisis Dampak Covid-19 Terhadap Perbankan Syariah" Jurnal


Widya Balina Vol 6 No. 1

Mardhiyaturrositaningsih, Muhammad Syarqim Mahfudz. 2020. "Dampak Pandemi


Covid-19 Terhadap Manajemen Industri Perbankan Syariah." Jurnal Ekonomi
dan Manajemen

Ardiansyah dan Ibnu Mukhlisin. 2021. "Analisis Dampak Pandemi Covid-19


Terhadap
Kinerja Perbankan Di Indonesia (Studi Komparatif Bank Umum
Konvensional dan Bank Umum Syariah).”

Mardhiyaturrositaningsih dan Muhammad Syarqim Mahfudz (2020). Dampak

45
Pandemi Covid-19 Terhadap Manajemen Industri Perbankan Syariah:
Analisis Komparatif. Jurnal Ekonomi dan Manajemen e-ISSN : 2656- 775X.

Adi Kusumo Yulianto. 2008. Analisis Kinerja Keuangan Bank Syariah. Mandiri
Periode2002-2007. Jurnal Ekonomi Islam, Vol. II, No. 1,.Juli 2008

Kashif Malik, et. al. (2020). Covid-19 and the Future of Microfinance: Evidence
and
Insights from Pakistan, Forthcoming Oxford Review of Economic Policy
(Special Issue).

Kementrian Kesehatan. (2020). Kasus Covid-19 on 29 April 2020.


http://kemkes.go.id

Laporan Keuangan Bulanan. Desember 2019, Januari, Februari and Maret 2020.
Website Bank Jabar Banten Syariah. http://bjbsyariah.co.id

Mahinda Mailagaha Kumbure, et al. (2020). Relation between managerial cognition


and industrial performance: An Assessment with Strategic Cognitive Maps
using Fuzzy-set qualitative comparative Analysis. Journal of Business
Research.Elsevier.

Otoritas Jasa Keuangan. (2019).Statistik Perbankan Indonesia January 2019.


Otoritas Jasa Keuangan. (2020). POJK No. 11/POJK.03/2020 tentang Stimulus
Perekonomian Nasional Sebagai Kebijakan Countercyclical Dampak
Penyebaran Coronavirus Disease

Otoritas Jasa Keuangan. (2020). Siaran Pers OJK SP 26/DHMS/OJK/IV/ 2020


tentang Siaran Pers Operasional Industri Jasa Keuangan Dalam Masa
Penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) Di Berbagai Daerah

Otoritas Jasa Keuangan. (2020). POJK No. 18 / POJK.03/2020 tentang


PerintahTertulis untuk Penanganan Permasalahan Bank

Zbigniew Korzeb and Reyes Samaniego - Medina, Sustainability Performance: A


Comparative Analysis in The Polish Banking Sector, Sustainability, 2019

Antonio, Muhammad Syafi'i. 2001. Bank Syariah Dari Teori kePraktik. Jakarta:

46
GemaInsani Press.

Arifin, Zainul.2006. Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah. Jakarta: Pustaka


Alvabet.

Ascarya. 2007. Akad dan Produk Bank Syariah. Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada.

Isretno, Evita. 2011. Pembiayaaan mudharabah dalam Sistem Perbankan Syariah.


Jakarta :Cintya Press

Kasmir, 2004. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya.Jakarta : PT. Raja. Grafindo
Persada.

A. Karim adiwarman. 2004. Bank Islam Analisi Fiqih dan Keuangan. Jakarta : PT
Raja
Grafindo Persada

Lubis, Suhrawardi K. 2004. Hukum Ekonomi Islam. Jakarta: Sinar Grafika.

M. Syafe’I Antonio. 2000. Bank Islam : Teori dan Praktek. Jakarta : Gema Insani
Press.

Muhammad. 2002. Manajemen Bank Syariah. Yogyakarta: UPP AMP YKPN.

Sedarmayanti Dan Sarifudin Hidayat. 2001. Metodologi Penelitian. Bandung:


MandarMaju.

Sudarsono, Heri. 2003. Bank Dan Lembaga Keuangan Syariah. Yogyakarta:


Ekonisia.

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R & D. Bandung:


Alfabeta.
Susilo, Y Sri. 2000. Bank dan Lembaga Keuangan Lain. Jakarta: Salemba

47

Anda mungkin juga menyukai