TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kanker
2.1.1 Pengertian Kanker
Kanker merupakan pertumbuhan abnormal dari sel-sel yang
letaknya jauh. Proliferasi sel yang tidak terkontrol terjadi pada sel kanker
11
12
menyebabkan kematian.
(IARC), ada sekitar 12,7 juta kasus baru kanker pada tahun 2008 di seluruh
dunia, di mana 5,6 juta terjadi di Negara ekonomi maju dan 7,1 juta pada
dunia mencapai 21,4 juta kasus baru, dan 13,2 juta kematian akibat kanker.
adalah kanker paru dan bronkus, pada wanita yang menduduki peringkat
kimia, virus atau organisme lain, faktor diet, paparan radiasi, dan beberapa
b. Faktor kimia yang dapat menyebabkan terjadinya kanker antara lain asap
esophagus, kandung kemih, dan pankreas. Bahan kimia lain yang dapat
dengan dosis berlebih, asap rokok, hormon seks eksogen, afiatoksin, dan
alkohol.
c. Faktor diet pada kanker adalah diet yang menimbukan risiko tinggi
terjadinya kanker seperti diet yang kurang sayur, diet tinggi garam, nutrisi
berlebih, lemak dan daging yang berlebih, diet rendah polisakarida selain
d. Faktor paparan radiasi meliputi paparan radiasi radon terjadi secara alami,
Jong, Sukardja dalam Sjamsuhidajat, tahun 2007 umunya sama dengan yang
diungkapkan oleh Davey tahun 2005, yaitu bersifat multifaktorial. Namun, ada
a. Parasit
b. Inflamasi Kronik
yang didahului dengan koitis ulseratif atau penyakit Crhon kronis, kanker
kulit seperti karsinoma sel basal atau sel skuamosa, sering didapatkan pada
perbaikan DNA.
c. Peranan Hormon
uterus lebih mudah terjadi pada tikus yang diberi sediaan esterogen, dan
vulva dan vagina anak perempuan berusia lebih dari 15 tahun disebakan
mencegah terjadinya abortus. Selain itu, terdapat cacat bawaan pada alat
e. Penurunan Imunitas
Penurunan imunitas yang biasa terjadi dipicu oleh tindakan medis yang
yang luas dapat menyebabkan kanker setelah sepuluh tahun atau lebih.
perbaikan DNA pada sel-sel yang rusak gagal, maka terjadi mutasi genum
tambahan dan imunitas. Sel kanker yang sudah terbentuk akan mengalami
Sjamsuhidajat, 2007).
pembengkakan, atau luka, baik itu luka erosi atau ulkus pada kulit,
gejala klinis yang terjadi saat obstroksi berupa ganguan alat yang
langsung oleh adanya masa tumor, dan kelainan fisiologis yang timbul
secara tidak langsung. Gejala klinis yang dapat terjadi dapat berupa
perubahan pada kebiasaan buang air besar ataupun kecil, ulkus yang
atau menelan, perubahan nyata pada kutil atau nevus, dan batuk atau
bagian lain tubuh, dan umumnya fatal jika dibiarkan. Neoplasma jinak
memiliki batas yang tegas dan tidak menyusup, tidak merusak, tetapi dapat
selnya. Nama sel neoplasma berasal dari dua terminologi. Terminologi pertama
didasarkan pada tipe jaringan asal, dan yang kedua sufiks “-oma” (tumor) pada
bagian akhirnya. Berikut merupakan klasifikasi atau jenis maligna atau sel kanker
Tabel 2.1. Klasifikasi maligna atau sel kanker berdasarkan sel terbentuknya
ini bertujuan untuk menentukan seberapa jauh penyakit ini berkembang dan
atau pasca bedah mempunyai target terapi yang kurang lebih sama yaitu
a. Terapi Pembedahan
b. Radioterapi
pada sasaran sehingga merusak DNA sel yang berada dalam salah satu
c. Terapi Paliatif
dapat diobati lagi dan diperkirakan akan meninggal dunia dalam waktu
yang baik. Dalam terapi paliatif, hal terpenting yang harus diperhatikan
dan simpati. Bimbingan rohani harus selalu dianjurkan bagi pasien dan
keluarga.
22
d. Terapi sistemik
tiap fase siklus sel. Pada umumnya kemoterapi bekerja pada siklus S
dari sel-sel yang membelah cepat dan cara yang kedua adalah dengan merusak
mukosa menyebabkan nyeri pada mulut, diare, dan stimulasi zona pemicu
berproliferasi, seperti sel darah, sel mukosa usus/mulut, sumsum tulang, dan
sel folikel rambut. Efek samping yang sering muncul meliputi mual dan
baru, mulai lima tahun setelah pengunaannnya. Risiko ini tidak terlalu tinggi,
tetapi tetap ada seumur hidup. Sering terjadi resistensi tumor terhadap
menyebabkan efek samping serupa dan dalam dosis yang lebih kecil
2.2 KECEMASAN
keinginan untuk berprestasi dan mencapai tujuan, atau kepuasan, atau menjadi
berkaitan dengan perasaan yang tidak pasti dan tidak berdaya, kondisi ini
dan tidak memiliki objek yang spesifik dan dianggap sebagai objek yang
berbahaya dan diperlukan untuk bertahan hidup (Stuart & Sundeen, 2005).
Kecemasan atau ansietas merupakan perasaan takut yang tidak jelas dan
tidak didukung oleh situasi. Ketika rasa cemas ada, individu akan merasa tidak
nyaman, takut, atau memiliki firasat akan ditimpa bahaya, sedangkan individu
respon tersebut.
menurut Stuart & Sundeen (2005) meliputi dua fator yaitu faktor
a. Faktor Predisposisi
kecemasan adalah:
25
1. Teori psikodinamik
dan superego ditengahi oleh ego atau aku, fungsinya adalah untuk
2. Teori Intepersonal
3. Teori perilaku
dengan depresi.
mengatasi stressor.
b. Stresor Pencetus
ini dapat membahayakan identitas, harga diri, dan fungsi sosial yang
terintegrasi seseorang.
Teori lain yang disebutkan oleh Videbeck tahun 2008, menyebutkan ada dua
a. Teori biologi
1. Teori gentik
pada kerabat tingkat pertama, dengan wanita berisiko dua kali lipat lebih
besar dari pada pria. Kembar monozigot memiliki concordance lima kali
lebih besar dari pada kembar dizigot (DSM-IV-TR, 2000). Dijelaskan lagi
hubungan genetic yang mungkin pada gangguan panik, sakit kepala hebat,
dan masalah ginjal, kantung kemih, atau tiroid, atau prolapse katup mitral.
2. Teori Neurokimia
amino yang diyakini tidak berfungsi pada gangguan ansietas. Gaba , suatu
dan gangguan mood, memiliki banyak subtype, dan tipe 5-HT1a berperan
3. Teori psikodinamik
sendiri. Jika seseorang memiliki pikiran dan perasaan yang tidak tepat
b. Teori Interpersonal
kecemasan.
c. Teori Perilaku
terlatih.
Tanda dan gejala kecemasan menurut Stuart & Sundeen (2005) dibagi
a. Respon fisiologis
1. Kardiovaskular
adalah rasa mau pingsan, pingsan, tekanan darah menurun, dan denyut nadi
menurun.
30
2. Respirasi
ansietas atau kecemasan adalah napas cepat, napas pendek, tekanan pada
terengah-engah.
3. Neuromuskular
4. Gastrointestinal
lain rasa tidak nyaman pada abdomen, mula, rasa terbakar pada jantung, dan
diare.
5. Traktus Urinarius
6. Kulit
(pada telapak tangan), gatal, rasa panas dan dingin pada kulit, wajah pucat,
b. Respon perilaku
c. Respon Kognitif
d. Respon Afektif
nyeri yang memburuk dan tidak dapat dijelaskan, insomnia, kehilangan nafsu
atau psikologik) dari kecemasan yang dapat timbul pada pasien dengan
kanker, ketakutan akan kematian, dan ketergantungan pada orang lain (Quill
berikut :
1. Setiap gejala yang tidak bisa dihilangkan seperti rasa nyeri atau
dipsnea.
pheochromocytoma.
saluran kemih.
Parker, 2012).
reaksi fisik dari ketakutan dan kecemasan (Anxiety Carre UK, 2014).
tersebut meliputi :
nyeri punggung.
dengan memfokuskan.
4) Panik (4+)
cemas ada berbagai macam yang sudah teruji validitas dan reabilitasya.
terdiri dari 14 kelompok gejala kecemasan yang terdiri atas perasan cemas,
kelompok gejala tersebut dengan pilihan jawaban (skor) antara 0-4, yang
artinya 0 = tidak ada gejala sama sekali, 1 = 1 dari gejala yang ada, 2 =
separuh gejala yang ada, 3 = lebih dari separuh gekala yang ada, 4 =
semua gejala ada. Skor dari ke 14 kelompok gejala akan dijumlahkan dan
ukur yang digunakan untuk megukur tingkat kecemasan dan terdiri dari 21
8-15 = cemas ringan, 16-25 = cemas sedang, dan 26-63 = cemas berat
0-7 = normal, 8-9 = ringan, 10-14 = sedang, 15-19 = berat, >20 = sangat
berat.
Instrumen BAI adalah istrumen baku yang sudah diuji validitas dan
perawatan primer atau inap dan pasien rawat jalan yang mendapatkan
pengobatan.
singkat.
a) Terapi Psikofarmaka
b) Terapi Somatik
c) Psikoterapi
d) Terapi Psikoreligius
e) Terapi Psikososial
f) Konseling
Menurut Jacobs & Gundling dalam Bradly, Jacobs, dan Gundling (2009),
terapi selain terapi utama pada pasien dengan gangguan kecemasan. Terapi-terapi
a. Akupuntur
b. Aromaterapi
Namun, ada manfaat anxiolytic jangka pendek pada pasien rawat inap
c. Meditasi
lima uji klinis yang dilakukan secara acak mengevaluasi pengaruh dari
d. Terapi Relaksasi
paling popular yang ditemukan oleh Herbert Bensin adalah relaksasi otot
kecemasan, nyeri kronis, gangguan tidur dan stress. Terapi-terapi tersebut adalah
Mind-body terapi yang sangat populer digunakan terapi tersebut meliputi meditasi,
hipnotis, guided imagery, dan terapi relaksasi. Jenis meditasi yang diketahui ada
misalkan mantra, yaitu sebuah kata yang diulang dalam waktu tertentu.
atau mantra saja, fokus dari tipe meditasi ini adalah berbagai aspek
pada pasien kanker muncul pada saat dinyatakan menderita kanker, dan
infuse mual dan muntah sering menimbulkan stres yang terjadi pada pre-
Penelitian yang dilakukan oleh Lutfa dan Maliya di Rumah Sakit DR.
yang menjelani kemoterapi lebih dari tiga kali, faktor-faktor yang diduga
Dari hasil penelitin ini dapat diketahui juga bahwa pasien yang memiliki
dilakukan oleh Winie et al, peneltian ini dilakukan pada pasien kanker
wanita yang menjalani terapi adjuvan untuk kanker payudara (Winie et all,
2010 ).
ini dilakukan pada 192 pasien yang menjalani kemoterapi dengan berbagai
macam jenis kanker. Sindrom distres yang timbul antara lain gejala pada
fisik umum (masalah pada mulut dan tenggorokan, napas pendek). Namun,
kecemasan adalah malaise umum, dan gejala lain tidak berkontibusi secara
Mantra adalah suatu suara, suku kata, kata, atau kelompok kata
atas akar kata “man” yang berarti berpikir dan akhiran “tra” menunjukkan
yang membebaskan pikiran. Sebuah mantra adalah nyanyian dari kata atau
suara yang digunakan, bukan hanya mengacu pada artinya tapi pada
mempunyai pemikiran tentang apa itu suara dengungan yang dibuat pada
dari semua suara yang berasal dari satu sumber, kumpulan dari suara di
atau AUM. Kata itu diucapkan dengan membuka lebar mulut untuk
alam semesta.
dibandingkan notasi tinggi. Vibrasi dari notasi yang tinggi cenderung diam
vibrasi yang lebih baik dan menyentuh tubuh. Tahapan tersrbut meliputi:
b. Duduk pada kursi dengan posisi tulang belakang lurus, kaki dalam
Tutup mata dan ambil napas pelan sebanyak dua kali, tarik napas
o…o…o…o…m…m…m…
a….a….a….o..o…o..m..m…m…
suara tersebut setelah dirasakan ada tempat dalam tubuh di mana setiap
anda.
Gambar 2.3. Posisi saat melakukan Terapi Nyanyian (Chanting) Mantra Om (Sumber :
http://thenoticeca.com/wp-content/uploads/2013/03/Sitting-Mountain.jpg )
51
Chanting om dilakukan dalam keadaan rileks, damai, dan dalam waktu dan
durasi yang nyaman menurut seseorang, dan disesuaikan dengan gaya hidup.
Waktu dan durasi tidak masalah dalam melakukan chanting om baik itu lima atau
30 menit, hal penting yang harus diperhatikan adalah tentukan waktu yang
diinginkan dan lakukan setiap hari, dan lakukan sampai waktu yang ditentukan
habis (Ray, 2010). Tahapan dalam melakukan chanting om menurut (Ray, 2010).
adalah
a. Duduk dengan nyaman, dengan punggung yang tegak dan tangan tangan
pernapasan.
a. Duduk pada posisi meditasi, atau duduk pada kursi dengan kaki
b. Ambil tiga kali napas dalam, tubuh rileks saat menarik dan
menghembuskan napas.
Lakukan selama lima menit, jika dirasakan kurang, maka dapat dilakukan
emosi dan fungsi otak yang penting (Brown & Gerbarg, 2012). Suara
Chanting om mempunyai efek positif yang besar pada tubuh dan jiwa.
Ruhela, 2014).
54
terhadap tubuh. Studi ini dilakukan pada 9 orang laki-laki yang tidak
memiliki masalah baik psikis maupun fisik, dengan rentang usia 22-39
Hasil yang didapatkan dari pernelitian ini adalah tidak ada aktivasi
yaitu pengaturan fungsi vegetatif otak dan pengaturan yang erat berkaitan
nuclei reticular di batang otak dan nukeli asosiasinya (Guyton & Hall,
2006).
endokrin dan sistem saraf (Khalsa, 2001: 115 dalam Gelfo, 2013).
56
saja, didapatkan P< 0,001 dengan interpretasi tidak ada perbedaan yang
Daftar pustaka
Brown & Gerbarg. (2012). The Healing Power of Breath : Simple Techniques
Copel, Linda C. (2007). Kesehatan Jiwa & Psikiatrik Pedoman Klinis Perawat.
Jakarta : EGC.
Hawari, D.H. (2008). Manajemen Stres, Cemas, dan Depresi. Cetakan Kedua, Edisi
Kuebler, Heidrich & Esper (2007). Palliative & End of Life Care. Missouri : Elsevier
Leyfer, Ruberg, and Borden. (2006). Examination of Util-ity of The Beck Anxiety
Inventory and It‟s Factors as Screener for Anxiety Disorder. Journal Of Anxiety
Nijar, P. (2014). Everithing I Thought I Was & What I Came To Be. United
Noyes & Saric. (2006). The Anxiety Disorder. Cambridge : Cambridge University
Press
Quill & Miller. (2014). Palliative Care and Ethics. New York : Oxford University
Press.
Shires et al. (2000). Intisari Prinsip-Prinsip Ilmu Bedah Edisi 6. Jakarta :EGC
Publication, Inc.
Winnie, et al.(2010). Anxiety, depression and quality of life among Chinese breast
http://www.ejoncologynursing.com/issue/S1462-3889(10)X0002-3 diakses
30 Desember 2014
60
Scribe,Inc.
Therapies.(Online) http://www.medifocus.com/2009/index.php?a=a
Guyton & Hall. (2006). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11. Jakarta : EGC.
http://www.ijoy.org.in/article.asp?issn=0973-
6131;year=2015;volume=8;issue=1;spage=70;epage=73;aulast=Dhanso