Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN TUTORIAL

WOUND DESCRIPTION
Skenario 1.5

Disusun oleh kelompok 4 :

Ajnihah M. Fitran 10542 0258 11


A.N. Ras Fajrul Ikhsan 10542 0261 11
Asrima 10542 0277 11
Magfira Sari Al Bahmi 10542 0294 11
Riswandah Aulia Ma’ruf 10542 0313 11
Sabriadi 10542 0327 11
Siti Fathiyah Sapsuha 10542 0328 11
St.Ramlah Andarias 10542 0332 11
A.Nurul Waasi’u 10542 0065 09

Blok Forensik
Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Makassar
2014
BAB I

PENDAHULUAN

HISTORY TAKING

 Skenario
(Modul 1.5) seorang wanita 58 tahun dibawa ke PUSKESMAS dan di
antar oleh polisi. Ia ditemukan tidak sadar di sebuah taman umum dengan
luka pada bagian depan kepalanya. Tidak ditemukan adanya fraktur pada
tulang tengkorak, dan tidak ada luka signitifikan lain yang ditemukan pada
bagian tubuhnya yang lain. Barang-barang pribadinya masih berada
ditempat yang seharusnya.

 Kata/kalimat kunci
1. Wanita 58 tahun
2. Tidak sadar
3. Luka di bagian depan kepala
4. Tidak ada fraktur tulang tengkorak
5. Tidak ada luka signifikan lainnya
6. Barang-barang pribadi masih berada di tempatnya

 Pertanyaan
1. Anatomi, histologi dan faal dari kasus !
2. Deskripsikan karakteristik luka !
3. Jelaskan penyebab luka dari kasus !
4. Jalaskan keparahan/derajat luka sesuai hukum yang berlaku !
5. Jelaskan penyebab kematian paling mungkin (COD) menggunakan
pendekatan Proximus Mortis ( PMA ) pada kejadian dimana kematian
merupakan konsekuensi dari luka / trauma !
6. Bagaimana patomekanisme luka !
7. Keadaan yang dapat timbul pada trauma yang dialami !
BAB II

PEMBAHASAN

1. ANATOMI, HISTOLOGI DAN FAAL DARI KASUS


a. Anatomi kepala
 Kulit kepala
Kulit kepala terdiri dari 5 lapisan yang disebut SCALP, yaitu:
1. Skin atau kulit
2. Connective tissue atau jaringan penyambung
3. Aponeurosis atau galea aponeurotika, merupakan jaringan ikat yang
berhubungan langsung dengan tulang tengkorak
4. Loose connective tissue atau jaringan penunjang longgar, Merupakan
tempat yang biasa terjadinya perdarahan subgaleal (hematom subgaleal)
pada trauma/benturan kepala.
5. Pericranium, merupakan lapisan yang membungkus dan berhubungan
langsung dengan permukaan luar tulang tengkorak.

Gambar : lapisan kulit kepala


 TULANG TENGKORAK
Terdiri atas Kalvarium dan basis kranii. Rongga tengkorak dasar dibagi
3 fosa :

1. Fosa Anterior, yaitu tempat lobus frontalis


2. Fosa Media, yaitu tempat lobus temporalis
3. Fosa Posterior, yaitu tempat batang otak bawah dan serebelum.

Gambar : Tualng tengkorak

 MENINGEN
Meningen merupakan selaput yang berada di antara permukaan dalam
tulang tengkorak dan otak. Selaput ini menutupi seluruh permukaan otak yang
dari luar ke dalam biasa disingkat DAP, terdiri dari 3 lapis:

1. Durameter

Merupakan selaput keras atas jaringan ikat fibrosa melekat dengan tabula
interna atau bagian dalam kranium namun tidak melekat pada selaput arachnoid
di bawahnya, sehingga terdapat ruangan potensial disebut ruang subdural yang
terletak antara durameter dan arachnoid. Pada cedera kepala pembuluh vena yang
berjalan pada permukaan otak menuju sinus sagitalis superior digaris tengah
disebut Bridging Veins, dapat mengalami robekan serta menyebabkan perdarahan
subdural. Durameter membelah membentuk 2 sinus yang mengalirkan darah vena
ke otak, yaitu : sinus sagitalis superior mengalirkan darah vena ke sinus
transverses dan sinus sigmoideus. Perdarahan akibat sinus cedera 1/3 anterior
diligasi aman, tetapi 2/3 posterior berbahaya karena dapat menyebabkan infark
vena dan kenaikan tekanan intracranial.
Arteri-arteri meningea terletak pada ruang epidural, dimana yang sering
mengalami cedera adalah arteri meningea media yang terletak pada fosa
temporalis dapat menimbulkan perdarahan epidural.

2. Arachnoid

Merupakan selaput yang tipis dan transparan. Arachnoid berbentuk


seperti jaring laba-laba. Antara arachnoid dan piameter terdapat ruangan berisi
cairan yang berfungsi untuk melindungi otak bila terjadi benturan. Baik
arachnoid dan piameter kadang-kadang disebut sebagai leptomeninges.

Lapisan arachnoid mempunyai 2 (dua) bagian, yaitu suatu lapisan yang


berhubungan dengan duramater dan suatu sistem trabekula yang menghubungkan
lapisan tersebut dengan piamater. Ruangan di antara trabekula membentuk ruang
subarachnoid yang berisi cairan serebrospinal dan sama sekali dipisahkan dari
ruang subdural. Pada beberapa daerah, arachnoid menembus duramater, dengan
membentuk penonjolan yang membentuk trabekula di dalam sinus venous
duramater. Bagian ini dikenal dengan vilus arachnoidalis yang berfungsi
memindahkan cairan serebrospinal ke darah sinus venous.
3. Piameter

Merupakan membran yang sangat lembut dan tipis. Lapisan ini melekat
pada kortek serebri. Piamater mengandung sedikit serabut kolagen dan
membungkus seluruh permukaan sistem saraf pusat dan vaskula besar yang
menembus otak. Cairan serebro spinal bersirkulasi diantara arachnoid dan
piameter dalam ruang subarahnoid. Perdarahan di tempat ini akibat pecahnya
aneurysma intra cranial.

gambar : : Meningen
Skema : Anatomi kepala

 Otak
Otak manusia terdiri dari sereberum, serebelum, dan batang otak.
Serebrum terdiri atas hemisfer kanan dan kiri yang dipisahkan oleh falks serebri,
yaitu lipatan duramater dari sisi inferior sinus sagitalis superior. Pada hemisfer
serebri kiri terdapat pusat bicara yang bekerja dengan tangan kanan, dan juga pada
>85% orang kidal. Hemisfer otak yang mengandung pusat bicara sering disebut
sebagai hemisfer dominan. Lobus frontal berkaitan dengan fungsi emosi, fungsi
motorik dan pada sisi dominan mengandung pusat ekspresi bicara (area bicara
motorik). Lobus parietal berhubungan dengan fungsi sensorik dan orientasi ruang.
Lobus temporal mengatur fungsi memori tertentu. Lobus oksipital bertanggung
jawab dalam proses penglihatan
Batang otak terdiri dari mesensefalon (midbrain), pons, dan medulla
oblongata. Mesensefalon dan pons bagian atas berisi sistem aktivasi retikular yang
berfungsi dalam kesadaran dan kewaspadaan. Pada medula oblongata terdapat
pusat kardiorespiratorik yang terus memanjang sampai medula spinalis di
bawahnya. Lesi yang kecil saja pada batang otak sudah dapat menyebabkan defisit
neurologis yang berat. Serebelum bertanggung jawab dalam koordinasi dan
keseimbangan, terletak dalam fosa posterior, berhubungan dengan medulla
spinalis, batang otak, dan juga kedua hemisfer serebri.

Gambar : Otak
 Tentorium Serebeli
Tentorium serebeli membagi rongga tengkorak menjadi ruang
supratentorial (terdiri dari fosa kranii anterior dan fosa kranii media) dan ruang
infratentorial (berisi fosa kranii posterior). Mesensefalon menghubungkan
hemisfer serebri dengan batang otak (pons dan medula oblongata) dan berjalan
melalui celah lebar tentorium serebeli yang disebut insisura tentorial. Nervus
okulomotorius (n. III) berjalan di sepanjang tepi tentorium dan saraf ini dapat
tertekan bila terjadi herniasi lobus temporal yang umumnya diakibatkan oleh
adanya massa supratentorial atau edema otak. Serabut-serabut parasimpatik yang
berfungsi melakukan konstriksi pupil mata berjalan pada sepanjang permukaan
nervus okulomotorius. Paralisis serabut-serabut ini yang disebabkan oleh
penekanan n.III akan mengakibatkan dilatasi pupil oleh karena tidak adanya
hambatan aktivitas serabut simpatik
Bagian otak yang sering mengalami herniasi melalui insisura tentorial
adalah sisi medial lobus temporal yang disebut unkus. Herniasi unkus juga
menyebabkan penekanan traktus kortikospinal (piramidalis) yang berjalan pada
otak tengah. Traktus piramidalis atau traktus motorik menyilang garis tengah
menuju sisi berlawanan pada level foramen magnum, sehingga penekanan pada
traktus ini menyebabkan paresis otot-otot sisi tubuh kontralateral. Dilatasi pupil
ipsilateral disertai hemiplegia kontralateral dikenal sebagai sindrom klasik
herniasi unkus. Kadang-kadang lesi massa yang terjadi akan menekan dan
mendorong otak tengah ke sisi berlawanan pada tepi tentorium serebeli dan
mengakibatkan hemiplegia dan dilatasi pupil pada sisi yang sama dengan
hematoma intrakranialnya (sindroma lekukan Kernohan).

Gambar : Tentorium serebelli

Gambar : Herniasi Tentorial


 Cairan Serebrospinalis (CSS)
CSS dihasilkan oleh plexus khoroideus (terletak di atap ventrikel) dengan
kecepatan produksi sebanyak 20 ml/jam. CSS mengalir dari dari ventrikel lateral
melalui foramen monro menuju ventrikel III, dari akuaduktus sylvius menuju
ventrikel IV. CSS akan direabsorbsi ke dalam sirkulasi vena melalui granulasio
arakhnoid yang terdapat pada sinus sagitalis superior.
Adanya darah dalam CSS dapat menyumbat granulasio arakhnoid
sehingga mengganggu penyerapan CSS dan menyebabkan kenaikan tekanan
intracranial (hidrosefalus komunikans pasca trauma). Angka rata-rata pada
kelompok populasi dewasa volume CSS sekitar 150 ml dan dihasilkan sekitar 500
ml CSS per hari.
Gambar : Aliran CSS
 Tekanan Intra Kranial (TIK)
TIK adalah hasil dari sejumlah jaringan otak, volume darah intrakranial,
dan CSS di dalam tengkorak pada 1 satuan waktu. Berbagai proses patologis yang
mengenai otak dapat menyebabkan kenaikan TIK. Kenaikan TIK dapat
menurunkan perfusi otak dan menyebabkan atau memperberat iskemia. TIK
normal pada keadaan istirahat sebesar 10 mmHg. TIK lebih tinggi dari 20 mmHg,
terutama bila menetap berhubungan langsung dengan hasil akhir yang buruk.
 Doktrin Monro-Kellie
Merupakan suatu konsep sederhana yang dapat menerangkan pengertian
dinamika TIK. Konsep utamanya adalah bahwa volume intrakranial harus selalu
konstan karena sifat dasar dari tulang tengkorang yang tidak elastis. Volume
intrakranial (Vic) adalah sama dengan jumlah total volume komponen-
komponennya, yaitu volume jaringan otak (Vbr) sebesar 1400 gr, volume cairan
serebrospinal (Vcsf) sebesar 75 ml, dan volume darah (Vbl) sebesar 75 ml4.
Vic = Vbr + Vcsf + Vbl
Sehingga, adanya peningkatan salah 1 dari komponen ini akan
menyebabkan peningkatan TIK. Peningkatan TIK yang cukup tinggi dapat
menyebabkan herniasi batang otak yang berakibat kematian
b. Histologi Kulit

Kulit merupakan pembatas tubuh dengan lingkungan sekitar karena posisinya


yang terletak di bagian paling luar. Luas kulit dewasa 1,5 m2 dengan berat kira-
kira 15% berat badan.

Klasifikasi berdasar :

1. Warna :
o terang (fair skin), pirang, dan hitam
o merah muda : pada telapak kaki dan tangan bayi
o hitam kecokelatan : pada genitalia orang dewasa
2. Jenisnya :
o Elastis dan longgar : pada palpebra, bibir, dan preputium
o Tebal dan tegang : pada telapak kaki dan tangan orang dewasa
o Tipis : pada wajah
o Lembut : pada leher dan badan
o Berambut kasar : pada kepala
Anatomi kulit secara histopatologik

1. Lapisan Epidermis (kutikel)

Klik gambar untuk perbesar

o Stratum Korneum (lapisan tanduk) => lapisan kulit paling luar


yang terdiri dari sel gepeng yang mati, tidak berinti,
protoplasmanya berubah menjadi keratin (zat tanduk)
o Stratum Lusidum => terletak di bawah lapisan korneum, lapisan
sel gepeng tanpa inti, protoplasmanya berubah menjadi protein
yang disebut eleidin. Lapisan ini lebih jelas tampak pada telapak
tangan dan kaki.
o Stratum Granulosum (lapisan keratohialin) => merupakan 2 atau 3
lapis sel gepeng dengan sitoplasma berbutir kasar dan terdapat inti
di antaranya. Butir kasar terdiri dari keratohialin. Mukosa biasanya
tidak mempunyai lapisan ini.
o Stratum Spinosum (stratum Malphigi) atau prickle cell layer
(lapisan akanta ) => terdiri dari sel yang berbentuk poligonal,
protoplasmanya jernih karena banyak mengandung glikogen,
selnya akan semakin gepeng bila semakin dekat ke permukaan. Di
antara stratum spinosum, terdapat jembatan antar sel (intercellular
bridges) yang terdiri dari protoplasma dan tonofibril atau keratin.
Perlekatan antar jembatan ini membentuk penebalan bulat kecil
yang disebut nodulus Bizzozero. Di antara sel spinosum juga
terdapat pula sel Langerhans.
o Stratum Basalis => terdiri dari sel kubus (kolumnar) yang tersusun
vertikal pada perbatasan dermo-epidermal berbaris seperti pagar
(palisade). Sel basal bermitosis dan berfungsi reproduktif.
 Sel kolumnar => protoplasma basofilik inti lonjong besar,
di hubungkan oleh jembatan antar sel.
 Sel pembentuk melanin (melanosit) atau clear cell => sel
berwarna muda, sitoplasma basofilik dan inti gelap,
mengandung pigmen (melanosomes)
2. Lapisan Dermis (korium, kutis vera, true skin) => terdiri dari lapisan
elastik dan fibrosa pada dengan elemen-elemen selular dan folikel rambut.

o Pars Papilare => bagian yang menonjol ke epidermis, berisi ujung


serabut saraf dan pembuluh darah.
o Pars Retikulare => bagian bawah yang menonjol ke subkutan.
Terdiri dari serabut penunjang seperti kolagen, elastin, dan
retikulin. Dasar (matriks) lapisan ini terdiri dari cairan kental asam
hialuronat dan kondroitin sulfat, dibagian ini terdapat pula
fibroblas. Serabut kolagen dibentuk oleh fibroblas, selanjutnya
membentuk ikatan (bundel) yang mengandung hidroksiprolin dan
hidroksisilin. Kolagen muda bersifat elastin, seiring bertambahnya
usia, menjadi kurang larut dan makin stabil. Retikulin mirip
kolagen muda. Serabut elastin biasanya bergelombang, berbentuk
amorf, dan mudah mengembang serta lebih elastis.
3. Lapisan Subkutis (hipodermis) => lapisan paling dalam, terdiri dari
jaringan ikat longgar berisi sel lemak yang bulat, besar, dengan inti
mendesak ke pinggir sitoplasma lemak yang bertambah. Sel ini
berkelompok dan dipisahkan oleh trabekula yang fibrosa. Lapisan sel
lemak disebut dengan panikulus adiposa, berfungsi sebagai cadangan
makanan. Di lapisan ini terdapat saraf tepi, pembuluh darah, dan getah
bening. Lapisan lemak berfungsi juga sebagai bantalan, ketebalannya
berbeda pada beberapa kulit. Di kelopak mata dan penis lebih tipis, di
perut lebih tebal (sampai 3 cm).

Vaskularisasi di kuli diatur pleksus superfisialis (terletak di bagian atas dermis)


dan pleksus profunda (terletak di subkutis)

Penentuan Luka Secara Histologi :


Untuk keperluan forensic, pemeriksaan histology digunakan untuk menentukan
faktor:
1. Apakah luka yang ditemukan pada saat autopsy terjadi pada saat sebelum
atau sesudah kematian
2. Apabila telah terjadi kematian, berapa lama kematian itu sudah terjadi

Berikut ini adalah perubahan histologi akibat terjadinya luka:


1. 30 menit-4jam terjadi pengumpulan lekosit PMN pada luka &
terbentuknya benang-benang fibrin.
2. 4-12 jam terjadi udem jaringan & pembengkakan endotel PD.
3. 12-24 jam terdapat peningkatan jumlahMakrofag dan dimulainya
pembersihan jaringan mati.
4. 24-72 jam terdapat peningkatan jumlah lekosit sampai maksimal sekitar
48jam, perbaikan dimulai,fibroblast muncul,PD baru mulai
terbentuk,untuk membuat jaringan granulasi.
5. 3-6 hari, epidermis mulai tumbuh.
6. 10-15 hari , epidermis menjadi tipis&datar.
7. Minggu-bulan ,proses penyembuhan jaringan berlanjut,jaringan granulasi
terbentuk.

c. Fisiologi Kulit
1. Fungsi proteksi
Kulit punya bantalan lemak, ketebalan, serabut jaringan penunjang yang
dapat melindungi tubuh dari gangguan :

o fisis/ mekanis : tekanan, gesekan, tarikan.


o kimiawi : iritan seperti lisol, karbil, asam, alkali kuat
o panas : radiasi, sengatan sinar UV
o infeksi luar : bakteri, jamur
Beberapa macam perlindungan :

o Melanosit => lindungi kulit dari pajanan sinar matahari dengan


mengadakan tanning (penggelapan kulit)
o Stratum korneum impermeable terhadap berbagai zat kimia dan air.
o Keasaman kulit kerna ekskresi keringat dan sebum =>
perlindungan kimiawo terhadap infeksi bakteri maupun jamur
o Proses keratinisasi => sebagai sawar (barrier) mekanis karena sel
mati melepaskan diri secara teratur.
2. Fungsi Absorpsi

Permeabilitas kulit terhadap O2, CO2, dan uap air memungkinkan kulit
ikut mengambil fungsi respirasi. Kemampuan absorbsinya bergantung
pada ketebalan kulit, hidrasi, kelembaban, metabolisme, dan jenis
vehikulum. PEnyerapan dapat melalui celah antar sel, menembus sel
epidermis, melalui muara saluran kelenjar.

3. Fungsi Ekskresi

Mengeluarkan zat yang tidak berguna bagi tubuh seperti NaCl, urea, asam
urat, dan amonia. Pada fetus, kelenjar lemak dengan bantuan hormon
androgen dari ibunya memproduksi sebum untuk melindungi kulitnya dari
cairan amnion, pada waktu lahir ditemui sebagai Vernix Caseosa.

4. Fungsi Persepsi

kulit mengandung ujung saraf sensori di dermis dan subkutis. Saraf


sensori lebih banyak jumlahnya pada daerah yang erotik.

o Badan Ruffini di dermis dan subkutis => peka rangsangan panas


o Badan Krause di dermis => peka rangsangan dingin
o Badan Taktik Meissner di papila dermis => peka rangsangan
rabaan
o Badan Merkel Ranvier di epidermis => peka rangsangan rabaan
o Badan Paccini di epidemis => peka rangsangan tekanan
5. Fungsi Pengaturan Suhu Tubuh (termoregulasi)

Dengan cara mengeluarkan keringat dan mengerutkan (otot berkontraksi)


pembuluh darah kulit. Kulit kaya pembuluh darah sehingga mendapat
nutrisi yang baik. Tonus vaskuler dipengaruhi oleh saraf simpatis
(asetilkolin). Pada bayi, dinding pembuluh darah belum sempurna
sehingga terjadi ekstravasasi cairan dan membuat kulit bayi terlihat lebih
edematosa (banyak mengandung air dan Na)

6. Fungsi Pembentukan Pigmen

Karena terdapat melanosit (sel pembentuk pigmen) yang terdiri dari


butiran pigmen (melanosomes)

7. Fungsi Keratinisasi

Keratinosit dimulai dari sel basal yang mengadakan pembelahan, sel basal
yang lain akan berpindah ke atas dan berubah bentuknya menjadi sel
spinosum, makin ke atas sel makin menjadi gepeng dan bergranula
menjadi sel granulosum. Makin lama inti makin menghilang dan
keratinosit menjadi sel tanduk yang amorf. Proses ini berlangsung 14-21
hari dan memberi perlindungan kulit terhadap infeksi secara mekanis
fisiologik.

8. Fungsi Pembentukan Vitamin D

Kulit mengubah 7 dihidroksi kolesterol dengan pertolongan sinar


matahari. Tapi kebutuhan vit D tubuh tidak hanya cukup dari hal tersebut.
Pemberian vit D sistemik masih tetap diperlukan.
2. Deskripsikan karakteristik luka !
Dari skenario di atas dapat ditemukan
- Jumlah : 3 luka
- Jenis luka : Luka terbuka
- Lokasi : di daerah frontal kepala (dahi)
- Ukuran : sulit ditentukan
- Axix dan Ordinat : Sulit ditentukan
- Karakteristik luka :
Batas luka :
1. tepi luka tidak jelas
2. batas tidak jelas
Dalam garis batas luka :
1. dasar luka tidak dapat dilihat
2. tebing luka tidak dapat dilihat
3. jembatan jaringan tidak dapat dilihat
4.tidak ada pendarahan aktif
Area sekitar luka :
1. memar disekitar luka
2. ditemukan ada pola kotak kecil yang tercetak

Jenis luka (trauma tumpul)


a. Luka lecet / abrasi terjadi akibat cedera pada epidermis yang bersentuhan
dengan benda yang memiliki permukaan kasar atau runcing, misalnya pada
kejadian kecelakaan lalu lintas, tubuh terbentur aspal jalan, atau sebaliknya
benda tersebut yang bergerak dan bersentuhan dengan kulit
Sesuai dengan terjadinya , luka lecet dapat diklasifikasikan sebagai
berikut
1. Luka lecet gores diakibatkan oleh benda runcing (misalnya kuku jari
yang menggores kulit) yang menggeser lapisan permukaan kulit
(epidermis)didepannya dan menyebabkan lapisan tersebut terangkat
sehingga dapat menunjukkan arah kekerasan yang terjadi
2. Luka lecet serut adalah variasi dari luka lecet gores yang daerah
persentuhannya dengan permukaan kulit lebih lebar. Arah kekerasan
dilihat dari letak tumpikan epitel
3. Luka lecet tekan disebabkan oleh penjejakan benda tumpul pada kulit.
Karena kulit adalah jaringan yang lentur, maka bentuk luka lecet tekan
belum tentu sama dengan bentuk permukaan benda tumpul tersebut.,
tetapi masih memungkinkan identifikasi benda penyebab yang
mempunyai bentuk yang khas misalnya kisi-kisi radiator mabil, jejas
gigitan dan sebagainya.
4. Luka lecet geser disebabkan oleh tekanan linear pada kulit disertai
gerakan bergeser,misalnya pada kasus gantung atau jerat serta korban
pecut. Luka lecet geser semasa hidup mungkin sulit dibedakan dari
luka lecet geser yang terjadi segera pasca mati
b. Luka memar
Memar adalah suatu perdarahan dalam jaringan bawah kulit atau kutis
akibat pecahnya kapiler dan vena yang disebabkan oleh kekerasan benda
tumpul.
c. Luka laserasi/robek merupakan lika terbuka akibat trauma benda tumpul ,
yang menyebabkan kulit teregang kesatu arah dan bila batas elastisitas
kulit terlampaui , maka akan terjadi robekan pada kulit . Luka ini
mempunyai ciri bentuk luka yang umumnya tidak beraturan, tepi atau
dindingluka tidak rata, tampak jembatan jaringan antara kedua tepi luka ,
bentuk dasar luka tidak beraturan, seriring tampak luka lecet atau memar
dari sekitar luka

Berdasarkan skenario di atas Kelompok kami mendapatkan bahwa


Luka pada pasien adalah akibat dari Luka robek , luka lecet tekan dan luka
memar oleh karena benda tumpul.
3. Jelaskan penyebab luka dari kasus !

Pada gambar scenario dapat terlihat bahwa terdapat memar di sekitar luka
laserasi. Sesuai dengan petunjuk tersebut disimpulkan bahwa pasien terkena
trauma tumpul akibat benturan benda padat dan keras sehingga menimbulkan
laserasi (robekan) dan memar. Dari pola yang berada disekitar luka tersebut, bisa
menjadi petunjuk benda apa yang mengenai korban tersebut. Pada gambar
scenario terlihat pola kotak-kotak kecil yang beraturan dengan permukaan yang
cukup luas. Hal ini bisa menjadi acuan untuk mencari agen penyebab luka
tersebut di taman dimana tempat pasien ini ditemukan.
Luka laserasi yang terdapat di kepala depan korban mengalami perdarahan
dan terdapat bekuan darah. Hal ini berarti kemungkinan besar terdapat bercak
darah pada permukaan benda tumpul tersebut. Walaupun kemungkinan darah
yang tertinggal pada benda tersebut sedikit, tetapi hal ini bisa dijadikan petunjuk
mengenai mekanisme terbenturnya kepala korban pada benda tersebut, apakah
termasuk dalam coup injury atau countercoup injury.

4. Keparahan / derajat luka sesuai dengan hukum yang berlaku :


Derajat luka berdasarkan ketentuan dalam KUHP :
Pasal 351
(1) Penganiayaan diancam dengan pidana penjara paling lama dua tahun
delapan bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus
rupiah,
(2) Jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat, yang bersalah diancam
dengan pidana penjara paling lama lima tahun.
(3) Jika mengakibatkan mati, diancam dengan pidana penjara paling lama
tujuh tahun.
(4) Dengan penganiayaan disamakan sengaja merusak kesehatan.
(5) Percobaan untuk melakukan kejahatan ini tidak dipidana.
Pasal 352
(1) Kecuali yang tersebut dalam pasal 353 dan 356, maka penganiayaan yang
tidak menimbulkan penyakit atau halangan untuk menjalankan pekerjaan
jabatan atau pencarian, diancam, sebagai penganiayaan ringan, dengan
pidana penjara paling lama tiga bulan atau pidana denda paling banyak
empat ribu lima ratus rupiah. Pidana dapat ditambah sepertiga bagi orang
yang melakukan kejahatan itu terhadap orang yang bekerja padanya, atau
menjadi bawahannya.
(2) Percobaan untuk melakukan kejahatan ini tidak dipidana.
Pasal 90
Luka berat berarti:
 Jatuh sakit atau mendapat luka yang tidak memberi harapan akan sembuh
sama sekali, atau yang menimbulkan bahaya maut;
 Tidak mampu terus-menerus untuk menjalankan tugas jabatan atau
pekerjaan pencarian;
 Kehilangan salah satu pancaindera;
 Mendapat cacat berat;
 Menderita sakit lumpuh;
 Terganggunya daya pikir selama empat minggu lebih;
 Gugur atau matinya kandungan seorang perempuan.

5. C.O.Damage :
Damage : luka robek pada dahi
A-1: Terjadi kerusakan jaringan dan pecahnya pembuluh darah di sekitar
jaringan
A-2: kekerasan dengan benda tumpul
B: Tidak ada
6. Patomekanisme luka:
Dari hasil diskusi kelompok kami menyimpulkan terdapat beberapa keadaan
yang mungkin menjadi penyebab terjadinya luka pada pasien tersebut ,
diantaranya :
 bisa karena jatuh dan terbentur
 Bisa karena dipukul balok / pemukul daging
 Bisa karena dipukul sepatu/ditendang
 Bisa karena dipukul batu

Akibat beberapa keadaan diatas, ketika kulit atau struktur lainnya terkena
trauma tumpul, maka jaringan pada area tersebut menjadi hancur atau terjadi
peregangan yang melebihi batas elastisitas yang menyebabkan robekan pada
kulit atau jaringan hingga terjadi laserasi. Terdapat beberapa tipe laserasi
diantaranya split laceration, stretch laseration, tear laseration, avultion
laceration, crush laseration dan cut laceration. Berdasarkan scenario diatas
kami sepakat tipe laserasi ini merupakan split laseration yang memiliki
beberapa kriteria diantaranya :

 Disebut juga incised looking laceration


 Split laseration diakibatkan oleh trauma tumpul pada permukaan
kulit yang sering terjadi ketika kulit dan jaringan dibawahnya
tertekan yang mengakibatkan terjadi antara gaya tubrukan dengan
tulang tengkorak yang berada dibawahnya
 Tipe laserasi ini sering ditemukan pada bagian tubuh dengan
jaringan tulang dibawahnya tanpa banyak jaringan ikat diantara
kulit dan tulang
 Sering terjadi pada area kepala, wajah atau tulang kering
 Gambaran laserasi seperti mirip dengan luka iris

7. Keadaan yang dapat timbul pada trauma yang dialami !


a. Pendarahan epidural
Pendarahan epiduralsering terjadi pada usia dewasa sampai usia
pertengahan , dan sering dijumapai pada kekerasan benda tumpul
didaerah pelipis (kurang lebih 50%) dan belakang kepala (10-15%) .
akibat garis patah yang melewati sulcus arteria meningea, tetapi
pendarahan epidural tidak selalu disertai patah tulang.
b. Lesi pada otak tidak selalu terjadi hanya pada daerah benturan (coup)
tetapi dapat terjadi diseberang benturan (contre coup) atau diantara
keduanya (intermediate lesion). Lesi contre coup terjadi karena adanya
liquor yang mengakibatkan terjadinya pergerakan otak saat terjadi
benturan, sehingga pada sisi kontra lateral terjadi gaya positif akibat
ekselerasi , dorongan liquor dan tekanan oleh tulang yang mengalami
deformitas.
Daftar Pustaka

American College of Surgeon Committee on Trauma. 2004. Cedera Kepala


Dalam : Advanced trauma Life Support for Doctors. Ikatan Ahli Bedah Indonesia.
Edisi 7

Bardele, Rajesh. Principles of Forensic Medicine and Toxicology. 2012. Jaypee

Budi S. Peranan Ilmu Forensik dalam Penegakan Hukum. 2008

Drake RL, Vogl W, Mitchell AW. 2007. Gray’s Anatomy for Students.Elsevier p

Guyton AC, Hall JE. 2006. Textbook of Medical Physiology. 11th ed. Elsevier
Saunders

Jay Dix. Color Atlas of Forensic Pathology. Chapter 3 Blunt Trauma

Ilmu Kedokteran Forensik. Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran


Universitas Indonesia

Kapita Selekta jilid 2 ed 3. 2008. Media Aesculapius

Anda mungkin juga menyukai