5.1 PENGANTAR
Pada Bab II tetah diuraikan bahwa struktur jalan rel terdiri alas rel,
bantalan, penambat ret, balas, dan tanah dasar. Komponen struktun jalan rel
yang berupa rel dan bantalan akan diunaikan Iebih ninci pada Bab III ini.
Komponen jalan rel yang berupa penambat rel dan balas akan dibahas pada
Bab IV, sedangkan uraian mengenai tanah dasar akan disampaikan pada bab
yang membahas tentang badan jalan ret.
5.2 REL
Rel pada jalan rel mempunyai fungsi sebagai pijakan menggelindingnya
roda kereta api dan untuk meneruskan beban dan roda kereta api kepada
bantalan. rel ditumpu oleh bantatanbantalan, sehingga rel merupakan batang
yang ditumpu oleh penumpu-penumpu. Pada sistem tumpuan yang sedemikian,
tekanan tegak lurus dan roda menyebabkan momen lentur pada rel di antara
bantalan-bantalan. Selain itu, gaya arah honisontal yang disebabkan oleh gaya
angin, goyangan kereta api, dan gaya sentrifugal (pada rel sebelah luar)
menyebabkan tenjadinya momen lentur arah horisontal. Untuk lebih jelasnya
periksa Gambar 3.1.
(a) Rel berkepala dua (b) rel alur (c) Rel Vignola
Rel Vignota (ditemukan pertama kali oleh Charles Vignoles tahun 1836)
menupakan bentuk rel yang umum digunakan pada jalan rel, termasuk di Indonesia.
Pada uraian selanjutnya yang akan dibahas adalah rel bentuk Vignola.
Rel bentuk Vignola terdiri atas tiga bagian rel, yaitu: kepala, badan, dan kaki.
Dengan bentuk yang sepenti itu, rel bentuk Vignola mempunyai keunggutan-
keunggutan sebagai berikut:
a) momen perlawanan cukup besar (bentuk seperti profil I), tetapi retatif mudah untuk
dibentuk lengkung horisontal, kaki yang lebar dengan sisi bawah datar, menjadikan
rel mudah diletakkan dan ditambatkan pada bantalan, serta lebih stabil
kedudukannya,
b) kepala rel sesuai dengan bentuk kasut roda.
Keausan rel terutama terjadi pada bagian kepala, oleh karenanya untuk
mendapatkan umur rel yang lebih panjang, bagian kepala diperbesar. Selain hal
tersebut (untuk ketahanan terhadap aus), diperbesarnya kepala rel adalah karena
kepala rel merupakan tempat tumpuan roda kereta ( lihat 3.2.3 kedudukan roda pada
rel).
Kepala Rel
Bentuk perrnukaan kepala rel dirancang sedemikian sehingga cocok dengan
bentuk permukaan kasut roda kereta api, yang dengan demikian dapat diperoleh
kombinasi antara kualitas pcrjalanan yang baik dan tegangan kontak yang minimum.
Badan Rel
Ketebalan dan kekuatan badan ret dirancang untuk dapat menghasilkan kuat
geser yang cukup untuk melindungi terhadap kerusakan, terutama di sekitar lubang
sambungan rel. Pertemuan antara permukaan badan rel dengan permukaan bawah
kepala rel dan permukaan atas kaki rel perlu dibuat lengkung transisi. Lengkung
transisi tersebut diperlukan untuk mengatasi besarnya tegangan yang timbul pada
pertemuan antara permukaan-permukaan tersebut akibat dari kedudukan roda dan rel
yang miring (lihat kedudukan roda pada nel, pada Gambar 3.6). Mundrey (2000),
menyebutkan bahwa gaya yang terjadi pada pertemuan penmukaan-permukaan
tersebut di atas (disebut sebagai curving forces), dapat mencapai sebesan 35% dari
beban gandar.
Kaki Rel
Lebar kaki rel harus mencukupi untuk memberikan kestabilan terhadap guling
(overturning) dan bidang yang cukup luas bagi penambat rel untuk menjepitnya secara
efektif. Permukaan bawah kaki rel dibuat rata agar dapat mendistribusikan beban dan
roda kepada bantalan secara merata. Sedangkan permukaan atas kaki rel dibuat nata
(tidak melengkung) agar supaya tegangan kontak antara penambat rel dan rel dapat
minimal.
Pada Tabel 3.3 tersebut di atas dapat dilihat bahwa rel yang digunakan di
Indonesia oleh PT. kereta Api (pensero) masuk dalam WR-A. Dilihat pada besarnya
kadar C pada rel WR-A dan rel yang digunakan oleh PT. Kereta Api (persero), yaitu
antara 0,60% - 0,80 %, maka rel tersebut masuk dalam kategori rel dengan kandungan
karbon tinggi (high carbon rail).
Rel Pendek
Rel pendek dibuat dari bebenapa rel standar yang disambung dengan las dan
dikerjakan di tempat pengerjaan (balai yasa/depot dan sejenisnya). Pekerjaan
pengelasan dilakukan dengan proses flash welding, sehingga di beberapa negara
dikenal sebagai welded rail. Rel pendek ini panjang maksimumnya 100 meter. Batasan
panjang rel pendek yang disambung dengan cara pengetasan di tempat pengerjaan
tersebut di atas adalah berdasarkan pada kemudahan pengangkutan ke lapangan dan
pengangkatannya di lapangan.
Rel Panjang
Rel panjang dibuat dari bebenapa rel pendek yang disambung dengan las di
lapangan, dikenal pula sebagai Continuous Welded Rail (CWR). Panjang minimum rel
panjang tergantung pada jenis bantalan yang digunakan dan tipe rel, seperti yang
tercantum pada Tabel 3.4.
Penentuan panjang minimum rel panjang ialah berdasarkan pada pemuaian rel,
gaya normal pada rel dan gaya lawan bantalan sepenti uraian benikut ini.
L=L x x T
dengan:
L : pertambahan panjang (m),
L : panjang net(m),
Menurut hukum Hooke, gaya yang tenjadi pada batang rel ialah:
LxExA
F
L
dengan:
F : gaya yang terjadi pada batang rel,
F : modutus elastisitas rel, dan
A : luas penampang.
Rel diletakkan di atas bantalan (lihat uraian mengenai bantalan di Bab IV), maka
diagram gaya lawan oleh bantalan ialah seperti di bawah ini:
Terdapat beberapa hal yang harus mendapatkan perhatian pada penggunaan rel
panjang, yaitu:
a) Kemungkinan terjadinya tekuk (buckling) pada rel panjang,
b) kemungkinan terjadinya rel patah, dan
c) pemuaian dan penyusutan yang kemungkinan terjadi pada ujung-ujung rel perlu
mendapatkan perhatian.