TESIS
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2016
2
TESIS
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2016
3
PENGESAHAN
Oleh
TESIS
Mengetahui
PERNYATAAN
1. Karya tulis saya, tesis ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk
memperoleh gelar akademik (Sarjana, Magister, dan/atau Doktor)baik di
Universitas Tadulako maupun di perguruan tinggi lain
2. Karya tulis ini murni gagasan, rumusan, dan penelitian saya sendiri, tanpa
bantuan pihak lain, kecuali arahan Tim Pembimbing
3. Dalam karya tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau
dipublikasikan pihak lain kecuali secara tertulis dengan jelas mencantumkan
sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan
dicantumkan dalam daftar pustaka
4. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila dikemudian hari
terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka saya
bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang tela
diperoleh, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma yang berlaku di
Perguruan Tinggi ini
ABSTRAK
Zainal Abidin Kamal, 2016. “Model Pengembangan Wisata Budaya dan Wisata Alam
di Kabupaten Sigi Studi di Kecamatan Kulawi dan Lindu (di bawah bimbingan
Wahyuningsih dan Wildani Pingkan S Hamzens)
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) objek dan daya tarik wisata apa saja
yang berpotensi untuk dikembangkan di Kecamatan Kulawi dan Kecamatan Lindu;
(2) model pengembangan wisata budaya dan wisata alam yang sesuai untuk
dikembangkan pada wilayah studi. Analisis data menggunakan teknik analisis
desktiptif dengan menganalisa variabel-variabel wisata budaya dan wisata alam pada
wilayah studi. Data primer yang digunakan adalah data yang dikumpulkan dengan
cara survey lapangan, data sekunder yang digunakan adalah data yang dikumpulkan
melalui studi literatur. Hasil penelitian menemukan : (1) terdapat banyak potensi
objek wisata alam dan wisata budaya pada wilayah studi, dengan pengembangan
wisata alam di Kcamatan lindu dan Wisata Budaya di Kecamatan Kulawi; (2) model
pengembangan pariwisata yang sesuai untuk dikembangkan adalah model kearifan
lokal berbasis masyarakat dan model konservasi berbasis komunitas.
ABSTRACT
Zainal Abidin Kamal, 2016. “The Development Model Of Heritage and Eco Tourism
in Sigi Regency, Study at Kulawi and Lindu District (Supervised by Wahyuningsih
and Wildani Pingkan S Hamzens)
This study had several objectives to reveal (1) to reveal any tourist attractions that
suitable to develop in Kulawi and lindu districts (2) to study about the development
model of heritage and eco tourism in sigi regency, especially at kulawi and lindu
districts. This study applied descriptive analysis techniques by analyzing the heritage
and ecotourism variables at the field. The primary data used is the data that
collected thru a survey method, thus the secondary data is collected by litheratured
study. The result showed : (1) there are many tourist attractions in kulawi and lindu
districts, with the core of heritage tourism is in kulawi districts, and the main
attraction of ecotourism in Lindu district; (2) The development model of heritage and
eco tourism that suitable to develop in the area is the local wisdom model and the
conservation model
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
keteguhan hati dari kesukaran, karena pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan
tesis ini yang berjudul :”Model Pengembangan Wisata Budaya dan Wisata Alam
di Kabupaten Sigi, Studi di Kecamatan Kulawi dan Kecamatan Lindu”. Tesis ini
Palu.
Dalam proses penyusunan karya tulis ini penulis banyak menemui kesulitan,
namun dengan bantuan dari berbagai pihak, kesulitan tersebut dapat diatasi sehingga
tesis ini dapat terselesaikan walau masih sangat jauh dari kesempurnaan. Pada
kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih tak terhingga kepada Ibu
Wahyuningsih, SE.,M.Sc.,P.hD selaku ketua tim pembimbing dan ibu Dr. Wildani
Pingkan S Hamzens, ST.,MT selaku anggota tim pembimbing atas kesabaran dalam
memberikan bimbingan, arahan, serta masukan dan motivasi sehingga penulis dapat
pihak yang telah membantu baik selama penulis kuliah, maupun selama penulis
1) Prof. Dr. Ir. Muhammad Basir, SE.,MS selaku Rektor Universitas Tadulako
Tadulako
3) Prof. Dr. Ir. Saiful Darman, MP, Wakil Direktur I Bidang Akademik
10) Kedua orang tuaku tercinta, Bapak Muhammad Kamal, SE, dan Ibu Nurbia, SE,
terimakasih atas Doa, dan dukungan hingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini
11) Orang tua kedua, Bapak (Alm) H. Hasan Haris, SE.,MS dan Ibu Hj Iriatul Zahra
12) Istriku tersayang, Rana Dwi Safitrah, SE. terimakasih atas kesabarannya, semoga
cepat menyusul
13) Anak-anakku, Fayyadh, Qibby, Yumna, dan tak lupa adik adikku tercinta Rara
14) Seluruh pegawai dan tata usaha pada Magister Pembangunan Wilayah Program
Harapan besar dari penulis, semoga tulisan sederhana ini dapat bermanfaat
keterbatasan dan kemampuan, saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat
peneliti
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PENGESAHAN ii
PERNYATAAN iii
ABSTRAK iv
ABSTRACT v
DAFTAR ISI ix
DAFTAR GAMBAR x
DAFTAR TABEL xi
BAB I PENDAHULUAN 1
Tanaman 58
4.2.4. Taman Nasional Lore Lindu adalah Kawasan Ekologi Global 200 59
5.1. Kesimpulan 96
5.2. Saran 97
DAFTAR PUSTAKA
13
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.2. Burung Maleo dan Rangkong merupakan Endemik di Lore Lindu 56
Gambar 4.4. Anoa dan Musang besar Salah satu Endemik Sulawesi
Gambar 4.12. Danau Lindu sebagai tempat wisata dan sumber ikan air tawar 87
Gambar 4.12. Peta Potensi Pengembangan Wisata Budaya dan Wisata Alam 89
BAB I
PENDAHULUAN
peninggalan budaya, dalam bentuk ide, perilaku ataupun materi. Keadaan ini tidak
terlepas dari posisi strategis nusantara yang terletak di jalur perdagangan dunia.
Selain itu, tanah yang subur menjadikan Indonesia pusat perhatian berbagai kelompok
kemajemukan masyarakat, bukan hanya secara horizontal tetapi juga secara vertikal.
Pluralisme Indonesia ini tergambar dari jumlah 470 suku bangsa, 19 daerah hukum
adat, dan tidak kurang dari 300 bahasa yang gunakan kelompok-kelompok
Inilah aset utama Indonesia yang jika dikelola dengan baik mampu
menguatkan jati diri bangsa, dan juga dimanfaatkan untuk kepentingan pembangunan
nasional, seperti pariwisata. Sebagai satu fenomena yang sangat kompleks, pariwisata
dapat dipandang sebagai sistem yang melibatkan antara lain pelaku, proses
penyelenggaraan, kebijakan, supply and demand, politik, sosial budaya. Semua itu
Wisata budaya bermula dari ecotourism. Ecotourism adalah yang paling cepat
sumber daya alam dan mendukung proses perbaikan ekonomi masyarakat lokal.
sumber daya, dan untuk memperoleh pendapatan bagi masyarakat lokal (U.S.
pariwisata, yaitu : (1) Pariwisata sebagai faktor pemicu bagi perkembangan ekonomi
Khusus terhadap pelestarian budaya, nilai-nilai sosial agar bernilai ekonomi. (4)
sebuah destinasi. (5) penghasil devisa. (6) Pemicu perdagangan internasional. (7)
maupun lembaga yang khusus membentuk jiwa hospitality yang santun, dan (8)
Pangsa pasar bagi produk lokal sehingga aneka ragam produk terus berkembang
seiring dinamika sosial ekonomi pada daerah suatu destinasi (Sipayung, 2013).
16
dan jasa. Selama berwisata wisatawan akan melakukan berbagai macam kegiatan
pasar barang dan jasa. Selanjutnya final demand wisatawan secara tidak langsung
akan menimbulkan permintaan akan bahan baku dan barang modal (investment
akan barang dan jasa tersebut.dalam usaha untuk memenuhi permintaan wisatawan
lain, industri kerajinan dan industri produk ini akan sangat berpengaruh terhadap
Pariwisata di Indonesia apabila dikelola dengan baik akan menjadi aset negara
yang dapat dibanggakan dan memberikan dampak yang positif. Dengan adanya
berbagai macam objek wisata baik itu wisata alam maupun wisata buatan sebenarnya
dapat dijadikan sebagai motor penggerak perekonomian bagi suatu negara maupun
daerah, selain itu juga dapat menjadi penyerap tenaga kerja yang signifikan sehingga
secara optimal sumber daya manusia dalam suatu daerah dapat terserap dan
Dalam hubungan pariwisata apabila dilihat sebagai suatu jenis industri yang
terus berkembang maka secara alami akan memiliki dampak baik itu dampak positif
development invariably causes changes. Some of changes are beneficial, others are
not. Wherther changes is considered good or bad depends on the individual and
interest group with which he/she is aligned” pernyataan diatas dengan jelas
tentang pembentukan Kabupaten Sigi, lingkup wilayah perencanaan pada tahun 2010
ini adalah wilayah pemerintahan Kabupaten Sigi dengan total luas wilayah lebih
Dengan wilayah seluas 5.196 Km² seharusnya Kabupaten Sigi dapat menjadi
Sulawesi Tengah, hal ini tidak terjadi dikarenakan sekitar 70 % dari luas wilayah
Kabupaten Sigi adalah Kawasan Hutan baik itu hutan lindung, taman nasional,
maupun hutan produksi, dimana Kawasan Hutan Lindung mendominasi pola ruang
wilayah dengan sekitar 50 % dari luas wilayah kabupaten (Perda RTRW Kab. Sigi
No 21 tahun 2011). Hal ini berarti hanya sekitar 30 % dari luas wilayah yang
merupakan kawasan budidaya. Hal ini tentu menjadi tantangan tersendiri bagi
18
yang dimiliki oleh Kabupaten Sigi selain potensi dari bidang kehutanan, yang
kemudian dituangkan pula dalam visi dan misi pembangunan Kabupaten Sigi yang
salah satu visinya adalah mewujudkan kabupaten yang berbudaya dan beradat melalui
Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sigi Tahun 2010-2030
pasal 30 :
a. pengembangan paket wisata alam di kawasan Taman Nasional Lore Lindu, Hutan
Wisata Wera, Air Terjun Wera, Pemandian Air Panas Bora (Atraksi);
dari uraian diatas maka penulis merasa perlu untuk melakukan penelitian dan
Kecamatan Kulawi dan Kecamatan Lindu dengan tetap berpegang pada konsep
wisata budaya (heritage tourism) dan wisata alam (Ecotourism) sehingga penelitian
19
ini penulis beri judul : ”Model pengembangan Wisata Budaya dan Wisata Alam di
Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam
1. Objek dan Daya tarik wisata apa saja yang berpotensi untuk dikembangkan di
1. Untuk mendata objek dan daya tarik wisata (ODTW) yang memiliki potensi
untuk dikembangkan
pada wilayah kecamatan Kulawi dan Kecamatan Lindu dengan tetap berpegang
wilayah.
2. Bagi pemerintah Kabupaten Sigi, diharapkan penelitian ini dapat menjadi bahan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
meliputi realita keduniaan, seperti bisnis, kesehatan, dan lain-lain. Prinsipnya, wisata
dengan rekreasi dan pertamasyaan. Beberapa faktor batasan suatu wisata, yaitu
(Hadinoto, 1996:13):
dari satu tempat ke tempat lain. Dengan maksud bukan untuk berusaha (bisnis) atau
perjalanan tersebut guna pertamasyaan dan rekreasi atau untuk memenuhi keinginan
Wisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan orang untuk sementara waktu,
untuk berusaha atau mencari nafkah di tempat yang dikunjungi, tetapi semata-
Wisata adalah perjalanan dari satu tempat ke tempat lain, bersifat sementara,
diselenggarakan dari satu tempat ke tempat lain, dengan maksud bukan untuk
Wisata yaitu salah satu jenis industri baru yang mampu mempercepat
Wisata adalah perjalanan keliling selama lebih dari tiga hari, yang
antara lain melihat-lihat di berbagai tempat atau kota, baik di dalam maupun
di luar negeri.
Wisata adalah perjalanan atau sebagai dari kegiatan tersebut dilakukan secara
sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati objek dan daya tarik
wisata.
Kesimpulan yang dapat diambil dari beberapa pengertian wisata di atas adalah
suatu perjalanan yang dilakukan sementara waktu, yang diselenggarakan dari satu
tempat ke tempat lain, dengan maksud bukan untuk berusaha (bisnis) atau mencari
nafkah di tempat yang dikunjungi, yang mengandung unsur (1) Kegiatan perjalanan;
(2) Dilakukan secara sukarela; (3) Bersifat sementara; (4) Perjalanan seluruhnya atau
2. 2. Jenis-Jenis Wisata
Sesuai dengan potensi yang dimiliki atau warisan yang ditinggalkan nenek
moyang pada suatu negara, maka timbul bermacam-macam jenis wisata yang
jumlah orang yang melakukan perjalanan, dan jangka waktu, berikut penjelasan
1. Letak Geografis
dimana para pesertanya tidak saja terdiri dari warga negara sendiri tetapi
beberapa negara di dunia, dalam hal ini sinonim dengan wisata dunia
(world tourism).
dua yaitu: Wisata Aktif (In Tourism), Wisata Pasif (Out-going Tourism).
3. Alasan/Tujuan Perjalanan
perjalanan:
Wisatawan datang sendiri dengan tujuan Dinas, usaha dagang atau yang
lain.
cuti.
Pengunjung atau orang yang melakukan perjalanan untuk tujuan studi atau
4. Pembagian Obyek
obyeknya:
atau menyaksikan pesta olah raga di suatu tempat atau Negara tertentu.
upacara-upacara keagamaan.
Objek wisata budaya, seperti seni tari, seni drama, seni musik dan seni
dan berselancar.
serta pertanian.
Objek wisata alam, merupakan objek wisata yang bukan buatan manusia
tetapi memang terbentuk dari alam atau dengan kata lain objek wisata
Wisata Sejarah, seperti aset Kota berupa urban heritage dan infrastruktur
Menurut alat angkut yang dipergunakan, wisata terbagi menjadi empat, antara
lain:
dua, diantaranya:
7. Jangka Waktu
Menurut jangka waktu yang dipergunakan, wisata terbagi menjadi dua, antara
lain:
perbaikan kesehatan dan prestasi kerja, berikut penjelasan manfaat wisata (Yoeti,
1994: 134):
a. Bidang Ekonomi
tersebut bersih, aman, indah serta sejuk. Hal ini mendorong masyarakat
31
akan menempa nilai hidup baru dalam arti memperluas pandangan akan nilai-
nilai kehidupan. Hal ini dapat mendorong seseorang untuk saling menghargai
keadaan yang baru. Hal ini dapat membuat rasa senang dan mengendorkan
selanjutnya.
32
yang diselenggarakan dari suatu tempat ketempat lain, bukan untuk bekerja atau
Secara etimologi, pariwisata berasal dari bahasa sansekerta yang terdiri dari
dua suku kata, yaitu “pari” yang berarti banyak, berkali-kali, berputar-putar, dan
“wisata” yang berarti perjalanan dan bepergian. Maka kata “pariwisata” diartikan
sebagai perjalanan yang dilakukan dari suatu tempat ke tempat lain. Sedangkan
kepariwisataan adalah hal-hal yang berhubungan dengan pariwisata atau lebih dikenal
Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas
dan bersifat multidimensi serta multidisiplin yang muncul sebagai wujud kebutuhan
setiap orang dan Negara serta interaksi antara wisatawan dan masyarakat setempat,
Pada tahun 1910 beliau telah memberikan batasan pariwisata yang ditekankan
pengangkutan.
Pada tahun 1942 beliau telah memberikan batasan pariwisata yang bersifat
teknis dan diterima secara ofisial oleh The Association Internationale des
anatomi dari gejala-gejala dari tiga unsur, yaitu: manusia (man), yaitu orang
yang melakukan perjalanan wisata; ruang (space), yaitu daerah atau ruang
lingkup tempat melakukan perjalanan: dan waktu (time), yaitu waktu yang
tempat lain, semata-mata sebagai konsumen dari buah hasil perekonomian dan
Kepariwisataan adalah suatu seni dari lalu lintas orang, di mana manusia-
manusia berdiam di suatu tempat asing untuk maksud tertentu, tetapi dengan
35
Kepariwisataan dalam dunia modern pada hakekatnya adalah suatu cara untuk
daerah lain (pariwisata dalam negeri) atau negara-negara lain (pariwisata luar
negeri).
Kepariwisataan Pasal 1 ayat 10, Kawasan Strategis Pariwisata adalah kawasan yang
pariwisata yang mempunyai pengaruh penting dalam satu atau lebih aspek, seperti
pertumbuhan ekonomi, sosial dan budaya, pemberdayaan sumber daya alam, daya
2009 Tentang Kepariwisataan Pasal 14 Ayat (1) Huruf a yang dimaksud dengan
“usaha daya tarik wisata” adalah usaha yang kegiatannya mengelola daya tarik wisata
alam, daya tarik wisata budaya, dan daya tarik wisata buatan/binaan manusia. Huruf b
yang dimaksud dengan “usaha kawasan pariwisata” adalah usaha yang kegiatannya
36
membangun dan atau mengelola kawasan dengan luas tertentu untuk memenuhi
kebutuhan pariwisata.
considered a final destination for vocation travelers as such, aid must have full
guest.’. Resort adalah salah satu bentuk tempat tujuan wisata untuk berlibur
a. Philosophy of Location
Yang dimaksud dengan philosophy of location adalah faktor lokasi atau letak
oleh pengunjung.
b. Philosophy of Leisure
tinggal dan merasa berada pada suasana yang menyenangkan. Leisure adalah
kegiatan yang mungkin dilakukan dalam suatu kawasan wisata dan juga
37
bersifat daya tarik. Kawasan wisata yang baik harus memiliki hal
c. Philosophy of Marketing
Lindu dapat berkembang sebagai kawasan wisata alam dan budaya dan harus
diperhatikan dari aspek ekonomi secara murni semata tetapi juga dengan
Kulawi dan Kecamatan Lindu adalah how to sell culture performance show
d. Philosophy of Planning
danau, lembah harus memiliki dan menentukan planning layout yang sesuai
dengan karakteristik daerah. Tema yang dapat diusung suatu resort dapat
dibuat melalui pencarian potensi yang paling menonjol yang ada di daerah
e. Philosophy of Services
dari self responsibility adalah tanggung jawab tinggi yang dimiliki oleh
keterkaitan dan rasa memiliki pegawai terhadap segala hal yang berhubungan
tercipta konsumen tetap yang terus melakukan pembelian hanya dengan resort
tersebut.
pelayanan pada wisatawan untuk memenuhi kebutuhan mereka yang beraneka ragam,
1994:94):
39
Telekomunikasi.
Selain ketiga prasarana tersebut, ada tiga macam sarana kepariwisataan yaitu
dikunjunginya. Hal ini dikenal dengan istilah "recreative and sportive plant"
Obyek wisata adalah suatu obyek yang dapat dilihat secara langsung tanpa
bantuan orang lain misalnya pemandangan gunung, sungai, laut dan lain-lain. Atraksi
wisata ialah suatu obyek yang harus dipersiapkan terlebih dahulu agar dapat dilihat
dan dinikmati, misalnya: tari-tarian, kesenian dan sejenisnya. Obyek wisata dan
atraksi wisata merupakan daya tarik bagi wisatawan untuk berkunjung ke suatu
41
tempat atau daerah tujuan wisata. Untuk menjadi suatu daerah tujuan wisata yang
dapat menarik wisatawan untuk berkunjung ke daerah tersebut, maka daerah tersebut
harus mempunyai apa yang disebut sesuatu yang dapat dilihat (Something to See),
sesuatu yang dapat dikerjakan (Something to Do), dan sesuatu yang dapat dibeli
(Something to Buy). Berikut penjelasan obyek dan atraksi wisata (Yoeti, 1994: 143):
Artinya di tempat tersebut harus ada obyek wisata dan keinginan pribadi
dimiliki oleh daerah lain. Dengan kata lain daerah itu harus mempunyai
daya tarik khusus, disamping itu harus mempunyai atraksi wisata yang
Artinya di tempat tersebut selain banyak yang dapat dilihat dan disaksikan
harus pula disediakan fasilitas rekreasi yang dapat mereka betah tinggal
Atraksi menarik orang untuk datang ke sebuah kawasan tujuan wisata, sebagai
sebuah agen penyebab pertumbuhan, bisa jadi atraksi adalah apa yang pertama kali
pembangunan, cenderung dikembangkan lebih dulu (Mill, 2000). Daya tarik wisata
suatu daerah tujuan wisata. Menurut Suwantoro (2001:19), pada umumnya daya tarik
suatu obyek wisata berdasar pada adanya sumber daya yang dapat menimbulkan rasa
senang, indah, nyaman dan bersih, adanya aksesibilitas yang tinggi untuk dapat
dan prasarana penunjang untuk melayani wisatawan, obyek wisata alam memiliki
daya tarik tinggi (pegunungan, sungai, pantai, hutan dan lainlain), dan obyek wisata
budaya mempunyai daya tarik tinggi karena memiliki nilai khusus dalam bentuk
atraksi kesenian, upacara-upacara adat, nilai luhur yang terkandung dalam suatu
banyaknya, menahan mereka di tempat atraksi dalam waktu cukup lama dan
berkunjung. Menurut Soekadijo (2000) untuk mencapai hasil itu, beberapa syarat
Kegiatan (act) dan objek (artifact) yang merupakan atraksi itu sendiri harus
Karena atraksi wisata itu harus disajikan dihadapan wisatawan maka cara
Atraksi wisata ialah terminal dari suatu mobilitas spasial suatu perjalanan.
Oleh karena itu juga harus memenuhi semua determinan mobilitas spasial
sebagainya
sistem pola-pola perilaku hasil belajar yang merupakan ciri khas suatu anggota
Unsur-unsur kebudayaan yang dapat ditemukan di semua bangsa di dunia ini adalah
berjumlah tujuh buah, yang dapat disebut sebagai isi pokok dari setiap kebudayaan,
yaitu: bahasa, sistem pengetahuan, organisasi sosial, sistem peralatan hidup dan
Kebudayaan masyarakat yang dimaksud dalam penelitian ini adalah ciri khas
yang dimiliki oleh masyarakat yang ada di sekitar Dataran Kulawi untuk
menunjukkan identitasnya. Kebudayaan yang dimiliki oleh satu daerah dengan daerah
45
menunjukkan identitas daerah tujuan wisata tersebut sehingga dapat menjadi daya
tarik bagi wisatawan. Dataran Kulawi menjadikan kebudayaan yang berasal dari
Indonesia.
Kesenian merupakan salah satu dari 7 unsur kebudayaan yang dimiliki oleh
sehari-hari tidak terlepas dari kegiatan seni. Kesenian dalam bidang pariwisata
dan alat komunikasi (Bandem, 1998:3). Secara simbolik seni adalah salah satu jenis
ekspresi budaya yang memiliki ciri-ciri budaya khusus. Sementara itu simbol adalah
komponen utama dalam kebudayaan. Oleh karena itu kebudayaan dapat diartikan
kesenian itu merupakan suatu jenis simbol khusus yang bermuatan atau memiliki
bukanlah sekedar produk estetik yang bersifat otonom atau berdiri sendiri dan
Sebagai unsur kebudayaan, kesenian senantiasa bersentuhan dengan aspek emosi atau
cita rasa yang diwujudkan tampak pada simbol ekspresi. Berkesenian merupakan
(Soekanto, 1990:87-88).
merupakan suatu cara untuk menyatakan diri karena menyatu dalam kehidupan sosial
yang melekat pada kesenian tersebut. Kesenian dalam masyarakat berfungsi sebagai
sarana hiburan, upacara upacara dan tontonan. Oleh karena itu kesenian tersebut
dapat memberikan dan memenuhi kebutuhan fisik baik material maupun spiritual
(Rustopo, 1992:2). Dipandang dari sudut cara kesenian sebagai ekspresi hasrat
manusia akan keindahan itu dinikmati, maka ada dua lapangan besar, yaitu : (1) Seni
rupa, atau kesenian yang dinikmati oleh manusia dengan mata (contohnya adalah seni
lukis, seni patung, seni relief dan seni rias); dan (2) Seni suara, atau kesenian yang
dinikmati oleh manusia dengan telinga meliputi seni vokal dan instrumental, seni
sastra lebih khusus terdiri dari prosa dan puisi. Suatu lapangan kesenian yang
meliputi kedua bagian tersebut di atas, adalah seni gerak atau seni tari karena
47
kesenian ini dapat dinikmati dengan mata maupun telinga, lapangan kesenian yang
syair yang indah, tetapi juga dapat mempunyai wujud sebagai berbagai tindakan
berupa benda-benda yang indah, candi, kain tenun yang indah dan lain-lain
satu daya tarik wisata yang sangat baik dikarenakan kesenian itu ialah ciri khas dari
suatu kebudayaan masyarakat yang berbeda antara satu dan lainnya. Dalam
wisatawan maupun komunitas tuan rumah. Pariwisata dapat menaikkan taraf hidup
48
masyarakat yang menjadi tuan rumah melalui keuntungan secara ekonomi yang
dan menyediakan fasilitas rekreasi maka wisatawan dan penduduk setempat saling
diuntungkan. Bagi para wisatawan, daerah tujuan wisata yang dikembangkan sesuai
dengan potensi dan ciri khasnya ialah daerah yang mampu memberi pengalaman yang
unik bagi mereka. Menurut Mill (2000), pada saat yang sama ada biaya yang
merata
2. Tujuan baru, membangun atraksi pada situs yang sebelumnya telah digunakan
sebagai atraksi.
dibangun untuk menarik pengunjung lebih banyak dan untuk membuat atraksi
tersebut dapat mencapai pasar yang lebih luas, dengan meraih pangsa pasar
yang baru.
1. Aspek Fisik
sumber, yaitu :
Geografi
50
Aspek geografi meliputi luas kawasan DTW, Luas area terpakai, dan juga
Topografi
umum lahan.
Geologi
jenis material tanah, kestabilan, daya serap, serta erosi dan kesuburan
tanah.
Klimatologi
Hidrologi
Visability
vegetasi dan kehidupan liar untuk masa sekarang dan akan datang. Secara
kategori diatas, tetapi merupakan atraksi buatan seperti theme park, circus
dan shopping.
3. Aspek Aksesibilitas
transportasi umum, jalur bersepeda, jalur pejalan kaki dan mobil (rata-rata tiga
orang per kendaraan). Akses yang bersifat fisik maupun non fisik untuk
dalam radius tertentu dan frekuensi transportasi umum dari terminal terdekat.
Menurut Bovy dan Lawson (1998:202), jaringan jalan memiliki dua peran
Pada peran kedua, menunjukan aspek non fisik yang juga merupakan faktor
sepanjang jalan dan waktu tempuh dari tempat asal menuju ke destinasi.
pengalaman rekreasi.
53
Di samping itu, fasilitas dapat pula menjadi daya tarik wisata apabila
wisata.
masyarakat sekitar, dan penyebaran penduduk dalam suatu wilayah. Hal ini
tertentu ataukah suatu sektor yang kurang menguntungkan dan kurang selaras
dapat diangkat sebagai suatu topik pada suatu kawasan. Dennis L. Foster menjelaskan
dan gaya hidupnya. Kebudayaan itu cenderung seperti pakaian tradisional dan
kepercayaan pada
1. Decission making about the form of tourism in any place must be made in
2. A reasonable share of the profits derived from tourism resort must be return
to the people.
principle, be sensitives to local cultural and religions tradition and should not
4. The number of tourist visiting any areas should not be such that key and they
overwhelm the local population and deny the possibility of genuine human
encounter.
dipandang sebagai sistem dimana antara aspek satu dan lainnya memiliki
5. Objek dan Daya Tarik Wisata: Objek dan atraksi wisata diidentifikasi,
kawasan wisata agar keberadaan fasilitas dapat berada pada posisi yang sesuai dan
menikmati fasilitas yang tersedia di suatu objek wisata. Menurut Bovy (1982;34)
1. Fasilitas Dasar
obyek wisata.
2. Fasilitas Khusus
Fasilitas khusus sesuai dengan karakteristik lokasi dan sumber daya yang
tersedia yang menunjukan karakter alamiah sebuah objek wisata. Objek wisata
pantai, gunung, spa dan obyek wisata dengan tema lainnya memerlukan
Gunn (1986;43) menyebutkan dalam konsep zonasi ini terdapat tiga elemen
yang harus dikaji atau diidentifikasi, direncanakan, dan dikembangkan dengan baik.
Merupakan zona inti atau atraksi itu sendiri dan harus direncanakan,
dikembangkan, dan dikelola agar keasliannya tetap terjaga dan memberi ciri
57
dari kata dasar daya yang berarti kekuatan atau kemampuan, dengan demikian
58
pemberdayaan suatu proses pemberian daya kekuatan kepada pihak yang belum
berdaya, inisiatif untuk mengalihkan daya atau kemampuan adalah pihak-pihak yang
diberikan pemahaman bahwa mereka dapat dan hal tersebut dapat dilakukan
memberikan pengertian yang dimulai dari diri sendiri bukan tergantung pada
sehingga tahapan ini merupakan tahapan yang paling penting menuju suatu
dalam pengelolaan kawasan wisata dapat terarah secara terpadu dan berkelanjutan.
maupun sosial.
memiliki pemahaman manfaat dari konsep pengelolaan yang pada akhirnya manfaat
dari pengelolaan tersebut akan bermuara pada masyarakat itu sendiri, Sehingga upaya
masyarakat
60
BAB III
METODE PENELITIAN
Berdasarkan tujuan yang ada, jenis penelitian ini dapat digolongkan kedalam
lebih detail mengenai suatu gejala atau fenomena. Selanjutnya dilanjutkan dengan
analisis data yang terkumpul melalui survey. Hasil akhir dari penelitian ini biasanya
Sigi.
Dalam penelitian ini akan menggunakan dua jenis data yaitu data primer dan
data sekunder. Data primer yaitu data yang didapatkan secara langsung di lapangan
62
1. Studi literatur
Observasi/survey lapangan
diperlukan.
Wawancara
63
Kabupaten Sigi
penggunaan lahan serta data data yang berkaitan dengan tata ruang
wilayah
64
Berikut ini adalah rekapitulasi data yang digunakan untuk penelitian ini :
primer .
a. Analisis Deskripsi
sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran
sekunder.
66
BAB IV
Luas wilayah Kecamatan Lindu 552,03 ha, yang secara administrasi terdiri
dari 4 desa, dimana 4 desa tersebut hanya dapat dilalui dengan kendaraan roda dua
(motor) dan jalan kaki. Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa Desa Olu memiliki
wilayah terluas dengan 167,6 Km² dan desa terkecil adalah Desa Puroo dengan luas
wilayah 39,56 Km². Gambar dibawah adalah tabel jarak antara desa dalam
Kecamatan Lindu dengan Ibukota Kecamatan. Dapat dilihat pada gambar dibawah
Jumlah penduduk menurut proyeksi SP 2010 pada akhir Tahun 2015 sebanyak 5.028
Jiwa, dengan luas wilayah 552,03 Km² maka kepadatan penduduknya sebesar 10
jiwa/ Km². Dibandingkan dengan kepadatan penduduk ditahu lalu sebesar 9 jiwa/
Km². Hal ini dikarenakan adanya desa pemekaran yaitu desa Olu. Laju pertumbuhan
dan 119°4’04” hingga 120°07’53” Bujur Timur. Luas wilayah Kulawi sebesar
1.053,56 km2 atau sekitar 20,28 persen dari total luas wilayah Kabupaten Sigi
Kulawi sebanyak 15.125 jiwa, yang terdiri dari 7.778 jiwa penduduk laki-laki dan
7.347 jiwa penduduk perempuan. Pada umumnya jumlah penduduk laki-laki lebih
banyak dari pada penduduk perempuan, hal ini dilihat dari angka sex ratio sebesar
106 persen, yang artinya dari 100 jumlah penduduk perempuan terdapat 106 jumlah
sebagai Lokasi Warisan Dunia UNESCO (United Nations Education, Scientific and
Lembah-lembah Besoa, Bada dan Napu, diakui secara internasional memiliki nilai-
diantaranya tidak ditemukan di tempat lain di dunia ini. Beberapa diantara burung-
71
burung ini memiliki distribusi sangat terbatas dan dikenal sebagai species dengan
dicatat di Sulawesi Tengah. 42 di antara spesies ini telah terlihat di Taman Nasional
Lore Lindu.
Gambar 4.2. Burung Maleo dan Rangkong merupakan Endemik di Lore Lindu
sangat kaya akan jenis tanaman, dan sejumlah besar diantaranya endemik, artinya
tanaman yang hanya ditemukan di kawasan tersebut. Taman itu juga merupakan
kumpulan plasma nutfah bagi tanaman-tanaman yang memiliki nilai atau nilai
potensial bagi manusia, taman ini memiliki berbagai jenis vegetasi (hutan awan,
hutan belukar, hutan pegunungan tinggi dan pegunungan rendah, hutan campuran
pegunungan tinggi, pegunungan rendah dan dataran rendah, sabana dan hutan rawa
muson), memiliki banyak tumbuhan yang hanya khusus beradaptasi dengan kondisi
tanah setempat, dan memiliki berbagai kawasan yang terancam kerusakan besar.
Beberapa jenis flora yang merupakan endemik di kawasan Lore Lindu yang banyak
72
4.2.4. Taman Nasional Lore Lindu adalah Kawasan Ekologi Global 200
Taman ini dipandang sebagai contoh bagus sekali ekosistem terestrial dunia.
Hal ini terjadi karena taman ini kaya akan spesies, memiliki manyak spesies
endemik, memiliki keunikan taksonomi yang tinggi, fenomena ekologi dan evolusi
Gambar 4.4. Anoa dan Musang besar Salah satu Endemik Sulawesi Yang
terdapat di Lore Lindu
adalah suatu kawasan yang terdiri dan ekosistem asli, ekosistem unik, dan/atau
Biosfer Lore Lindu memiliki banyak potensi dan keunikan yang bisa menjadi tempat
yang terdapat di area inti dan zona penyangga berupa potensi keanekaragaman hayati,
Potensi yang dimiliki oleh Lore Lindu sudah diakui oleh banyak pihak, diantaranya
adalah Lore Lindu dikenal sebagai kawasan burung endemik. Merupakari habitat
berbagai jenis burung khas daerah Wallacea Sekitar 224 jenis burung ditemukan di
74
burung endemik tersebut terlihat di Taman Nasional Lore Lindu. Diantara burung
cassidix), Burung Maleo (Macrocephalon maleo) dan lain-lain. Lore Lindu juga
diakui sebagai pusat keanekaragamari hayati sulawesi, yang memiliki berbagai tipe
vegetasi. Lore lindu dikenal sebagai Kawasan Ekologi (G 200 Es) karena dipandang
sebagai contoh bagus untuk ekosistem terrestrial dunia, karena kawasan ini kaya akan
spesies dan spesies endemik, memiliki keunikan taksonomi yang tinggi, fenomena
ekologis dan evolusi yang luar biasa dan menjadi habitat-habitat penting spesies
utama. Beberapa fauna endemiknya adalah Anoa (Anoa quades), Kera Hitam
timorensis). Potensi Flora endemiknya antara lain Wanga (Pige fete titans), Leda
Potensi lain yang ada di kawasan Lore Lindu adalah adat istiadat,
kawasan Lore Lindu. Tradisi dan hukum adat yang masih fungsional. Desa Toro
sebagai salah satu desa model di Taman Nasional Lore Lindu tetap menjaga
Tahun 2004 masyarakat Toro mendapat penghargaan equator Initiative 2004 pada
potensi keunikan yang dimiliki oleh Lore Lindu. Situs budaya yang usianya mencapai
ribuan tahun (Thn 3000 SM) ini diakui secara internasional sebagai batu terbaik
Lore Selatan dan Kulawi.Sebanyak 40 buah Batu Dako merupakan situs yang paling
Potensi yang tidak kalah pentingnya dan Lore Lindu adalah fungsinya
sebagai sumber mata air bagi daerah di sekitarnya terutama masyarakat Kabupaten
Paso, Donggala dari Kota Palu. Dari hasil penelitian The Nature Conseivancy,
perkiraan tata nilai air yang berasal dan Taman Nasional Lore Lindu adalah Rp 89,9
milyar per tahun, yang dihitung dan kebutuhan pertanian, perkebunan, petemakan,
industri dan kebutuhan rumah tangga. Fakta menunjukkan, meskipun Lembah Palu
dikenal sebagai daerah paling kering di Indonesia, namun sawah irigasi masih dapat
tumbuh subur menghiasi bentang alam wilayah ini. Disinilah fungsi Taman Nasionai
Lore Lindu, yaitu sebagai daerah tangkapan air yang mengaliri Sungai Gumbasa yang
dikelilingi oleh ladang padi, sayuran dan cengkeh. Akan tetapi budaya tradisional
tetap berakar kokoh di masyarakat. Dan festival dilaksanakan menurut tradisi lama.
76
Pakaian wanita Kulawi cukup menarik yang dipakai ketika upacara. Disana terdapat
Selain pesta kesenian atau budaya juga tedapat situs budaya yakni Batu
lumpang di lokasi cagar budaya Kulawi yang memiliki ukuran beragam. Ciri
khasnya, batu ini memiliki satu lubang di bagian atas. Ukuran lubang yang terdapat
pada setiap bongkahannya bervariatif.Itulah mengapa batu jenis itu disebut lumpang.
Begitu pun batu dakon, batu ini memiliki lubang di bagian atas. Hanya saja
batu dakon mempunyai banyak lubang. Bentuknya yang mirip permainan dakon
merupakan asal dari penamaan batu itu. Entah tekstur dan lubang pada batu-batu itu
sengaja dibentuk sejak ribuan tahun lalu atau tidak. Yang pasti keunikan tersebut
yang membuat lokasi situs bersejarah di Kulawi ini begitu istimewa bagi para
pengunjung,"
77
di dalam Taman Nasional Lore Lindu.Wilayah yang sering disebut Dataran Lindu ini
wilayah ini juga terkenal dengan laboratorium untuk pemeriksaan penyakit yang
disebabkan oleh sejenis cacing schistosomiasis yang hanya bisa hidup melalui
perantaraan sejenis keong endemik yang juga hanya hidup di beberapa tempat di
dunia.
selama era Pliosen setelah bak besar dilokalisasi dari sebuah bagian rangkaian
maksimal permukaannya. Danau ini biasa dikatakan melingkupi sekitar 3.488 ha.
Pada ketinggian sekitar 960 m di atas permukaan laut dan danau ini merupakan badan
air terbesar ke-dua dari pulau ini (yang lebih kecil, Danau Dano hanya 50 m lebih
tinggi).
pegunungan dan pemandangan danau, khususnya bagi wisatawan pejalan kaki dan
dua sekitar 1 jam atau naik kuda sekitar 2 jam dari Desa Sidaunta yang berjarak 13
Km ke lokasi danau sementara jarak Desa Sidaunta sekitar 60 Km dari Kota Palu.
Setiap tahunnya kawasan ini diselenggarakan Festival Danau Lindu yang merupakan
Keterkaitan konsep ruang dan waktu merupakan kesatuan yang tidak dapat
alam membutuhkan pengaturan ruang dan waktu yang terintegrasi. Kenyataan ini
telah menuntut para perencana dan pengelola wilayah agar mampu menjawab
pengelolaan wisata budaya dan wisata alam perlu diperlakukan secara eksplisit dalam
setiap perencanaan. Konsep pengelelolaan wilayah ini sangat relevan untuk mengkaji
terkait dengan wisata budaya dan alam di Kabupaten Sigi khususnya di Kecamatan
Konsep yang dimaksud disini adalah adanya suatu desain atau model
terhadap pemanfaatan ruang atau wilayah. Atas dasar isu keruangan tersebut
menuntut adanya suatu komitmen yang jelas dari para perencana, pengelola agar
sumberdaya wisata budaya dan wisata alam secara optimal, sehingga secara simultan
secara berkelanjutan, dengan suatu bentuk desain sistem dan pemodelan untuk suatu
pengembangan wisata budaya dan wisata alam di Kecamatan Lindu dan Kecamatan
Tabel 4.5. variabel potensi pengembangan wisata alam dan wisata budaya di
Kecamatan Kulawi dan Kecamatan Lindu
Taman Nasional √ √
Hutan Wisata √
Spesies Endemik √
Panorama Alam √ √
Keanekaragaman Flora √
Situs Purbakala √ √
Danau √
Potensi Cagar Budaya √ √
Atraksi Adat √
Rumah Tradisional √
Dari tabel diatas terlihat bahwa untuk wisata alam mayoritas variabelnya
kebutuhan, sehingga dapat menghasilkan suatu operasi dari model yang dianggap
Dalam pendekatan model umumnya ditandai oleh dua hal, yaitu: (1) mencari
semua faktor penting yang ada dalam mendapatkan solusi yang baik untuk
menyelesaikan masalah; dan (2) dibuat suatu model kuantitatif untuk membantu
karakteristik, yaitu: (1) kompleks, dimana interaksi antar elemen cukup rumit; (2)
dinamis, dalam arti faktor yang terlibat ada yang berubah menurut waktu dan ada
pendugaan ke masa depan; dan (3) probabilistik, yaitu diperlukannya fungsi peluang
Relevansi konsep ini dengan daerah yang diteliti merupakan suatu landasan
pengembangan wisata budaya dan wisata alam di wilayah Kecamatan Lindu dan
kawasan pada fungsi-fungsi zonasi pola ruang ataupun penggunaan lahan, aktivitas
83
wisata budaya dan wisata alam berkelanjutan merupakan interaksi antar sub model
ketersediaan ruang (lingkungan), sub model populasi penduduk serta sub model
variabel yang terlibat, kemudian ditentukan hubungan yang logis antar variabel
tersebut. Dari hubungan itu dapat ditentukan apakah hubungannya bersifat positif
atau negatif. Dengan demikian dapat dibangun hubungan umpan balik (causal loop)
untuk semua variabel dalam pengusahaan pariwisata yang membentuk rantai tertutup.
alam ada pengaruh positif dan negatif. Pengaruh positif antara lain terhadap
kurang baik dalam pengelolaan limbah dan penanganan lingkungan, sehingga dapat
semakin meningkat. Selain itu juga masalah laju pertumbuhan penduduk yang tidak
wisata.
budaya dan wisata alam antara lain adalah ketersediaan ruang atau zona, pendapatan
membandingkan antara dua skenario, yaitu model kearifan lokal dan model
konservasi.
Budaya
yang didasari oleh nilai-nilai kebaikan yang dipercaya, diterapkan dan senantiasa
dijaga keberlangsungannya dalam kurun waktu yang cukup lama (secara turun-
temurun) oleh sekelompok orang dalam lingkungan atau wilayah tertentu yang
menjadi tempat tinggal mereka. Hal tersebut dapat terwujud dalam beberapa bentuk
seperti :
yang akan tetap melekat dan dibawa saat berbaur dengan kelompok
• Keinginan besar untuk tetap menjalankan adat / tradisi yang telah lama
Lebih lanjut dikemukakan bahwa kearifan lokal tumbuh dan menjadi bagian
dari kebudayaan masyarakat itu sendiri, di mana beberapa hal akan berperan penting
dibedakan menjadi dua garis besar, yaitu: (1) kearifan lokal tradisional atau kearifan
lokal lama adalah kearifan lokal yang telah dijalankan secara turun temurun dalam
waktu yang sangat panjang, (2) kearifan lokal kontemporer atau kearifan lokal baru.
Kearifan lokal ini muncul karena adanya pengaruh beberapa hal seperti:
Dalam Kamus Inggris Indonesia John M. Echols dan Hassan Syadily, local
umum maka local wisdom (kearifan lokal) adalah gagasan-gagasan setempat (local)
yang bersifat bijaksana, penuh kearifan,bernilai baik, yang tertanam dan diikuti oleh
nilai-nilai luhur yang berlaku di dalam tata kehidupan masyarakat yang bertujuan
Maka dari itu kearifan lokal tidaklah sama pada tempat dan waktu yang
berbeda dan suku yang berbeda. Perbedaan ini disebabkan oleh tantangan alam dan
berhubungan dengan lingkungan maupun sosial. Sebagai salah satu bentuk perilaku
manusia, kearifan lokal bukanlah suatu hal yang statis melainkan berubah sejalan
dengan waktu, tergantung dari tatanan dan ikatan sosial budaya yang ada di
masyarakat. Jadi, dapat dikatakan bahwa kearifan lokal terbentuk sebagai keunggulan
budaya masyarakat setempat berkaitan dengan kondisi geografis dalam arti luas.
Kearifan lokal merupakan produk budaya masa lalu yang patut secara terus-menerus
dijadikan pegangan hidup. Meskipun bernilai lokal tetapi nilai yang terkandung di
sistem lokal yang sudah dialami bersama-sama. Proses evolusi yang begitu panjang
dan melekat dalam masyarakat dapat menjadikan kearifan lokal sebagai sumber
energi potensial dari sistem pengetahuan kolektif masyarakat untuk hidup bersama
secara dinamis dan damai. Pengertian ini melihat kearifan lokal tidak sekadar sebagai
87
Secara substansial, kearifan lokal itu adalah nilai-nilai yang berlaku dalam
suatu masyarakat. Nilai-nilai yang diyakini kebenarannya dan menjadi acuan dalam
jika dikatakan bahwa kearifan lokal merupakan entitas yang sangat menentukan
dalam nyanyian, pepatah, sasanti, petuah, semboyan, dan kitab-kitab maupun pesan-
pesan leluhur baik yang tersirat maupun tersurat yang melekat dalam perilaku sehari-
yang telah berlangsung lama. Keberlangsungan kearifan lokal akan tercermin dalam
nilai-nilai yang berlaku dalam kelompok masyarakat tertentu. Nilai-nilai itu menjadi
bagian hidup tak terpisahkan yang dapat diamati melalui sikap dan perilaku mereka
sehari-hari.
yang dipilih untuk pengembangan wisata budaya di wilayah Kulawi dan Lindu adalah
Seperti yang diungkapkan masalah dalam menerapkan konsep ini adalah seringkali
88
masa depan yang panjang atas sumber daya dan efek-efek pengembangan ekonomi
pada lingkungan yang mungkin juga menyebabkan gangguan kultural dan sosikal
yang memantapkan pola-pola kehidupan dan gaya hidup individual. Menurut Hall
tourism that are consistent with natural, social, and community values and which
allow both hosts and guests to enjoy positive and worthwhile interaction and shared
bahkan tidak cukup dengan keberlanjutan ekologis dan berkelanjutan ekonomi. Yang
tidak kalah pentingnya adalah berkelanjutan kebudayaan sebagai salah satu kearifan
lokal, karena kebudayaan merupakan salah satu sumber daya yang sangat penting
paket-paket wisata baru seperti agrowisata atau ekowisata. Jenis wisata semacam ini
selain tidak membutuhkan modal yang besar juga dapat berpengaruh langsung bagi
pariwisata.
mendatangkan keuntungan.
menjadi kawasan pariwisata ada lima unsur yang harus dipenuhi seperti dibawah ini:
a) Attractions
pentas seni budaya. Misalnya di dawarah lindu dan kulawi adalah pesta panen
tersebut.
b) Facilities
c) Infrastructure
keamanan.
d) Transportation
e) Hospitality
Segala hal dan keadaan yang nyata, yang dapat di raba maupun tidak, di
manfaatkan atau di wujudkan sebagai kemampuan faktor dan unsur yang di perlukan
atau menentukan bagi usaha dalam pengembangan pariwisata baik itu berupa
92
suasana, keadaan, benda maupun jasa di sebut, sebagai potensi wisata (tour
pontency). Berikut dua bentuk potensi wisata budaya menurut Darmadjati, 1995
yaitu:
a. Site Atraction. Suatu tempat yang di jadikan obyek wisata seperti tempat-
Dalam dunia pariwisata, segala sesuatu yang menarik dan bernilai untuk
dikunjungi dan dilihat disebut atraksi” atau lazim pula di katakana obyek wisata.
Atraksi-atraksi ini antara lain panorama keindahan alam yang menakjubkan seperti
gunung, lembah, ngarai, air terjun, danau, pantai, matahari terbit, dan matahari
terbenam, cuaca, udara dan lain-lain. Di samping itu juga berupa budaya hasil ciptaan
manusia seperti monumen, candi, bangunan klasik, peningalan purba kala, musium
budaya, arsitektur kuno, seni tari, musik, agama,adat-istiadat, upacara, pekan raya,
(Pendit,2002.20).
Nasional Lore Lindu oleh Oleh Taswirul Afiyatin Widjaya, dkk. 2012 memperkuat
model kearifan lokal sebagai salah satu bentuk pendekatan untuk pengembangan
wisata budaya di wilayah Lindu dan Kulawi. Beberapa bentuk kearifan lokal yang
berkaitan dengan pelestarian alam antara lain adalah “enclave” Lindu merupakan
kawasan pemukiman yang terletak di dalam kawasan TNLL. Enclave Lindu yang
terdiri dari empat desa, yaitu Puroo, Langko, Tomado, dan Anca, sering disebut
dataran Lindu menyakini sebagai satu rumpun adat (etnik Lindu) yang mempunyai
di antaranya adalah:
Suaka Maradika, merupakan zona inti hutan yang tidak diperbolehkan adanya
eksploitasi. (a) Suaka Todea, merupakan zona hutan pemanfaatan, boleh dilakukan
zona rimba yang pemanfaatannya sangat terbatas, (c) Suaka Lambara, merupakan
pemanfaatan danau Lindu yaitu pengkaplingan pada lokasi ikan di tepi danau Lindu.
Selain dalam hal pengelolaan hutan, masyarakat adat Dataran Lindu pun
memiliki kearifan lokal dalam pemanfaatan sumber daya perairan. Masyarakat adat
Dataran Lindu memberlakukan pelarangan (ombo) apabila ada salah satu tokoh
masyarakat yang meningal dunia.Kearifan lokal ini harus tetap dilestarikan untuk
95
mendukung upaya pengelolaan TNLL dalam menjaga dan melindungi kawasan agar
tetap lestari dan berfungsi sebagaimana mestinya. Selain itu penguatan kelembagaan
adat sangat penting untuk menjaga kearifan lokal masyarakat tetap eksis, sehingga
yakni Desa Mataue yang berbatasan langsung dengan kawasan Taman Nasional Lore
Lindu. Mayoritas masyarakat Desa Mataue berasal dari suku Kaili, yang merupakan
suku asli Sulawesi Tengah. Desa ini memiliki potensi air yang sangat besar untuk
irigasi. Sumber daya air yang ada di Mataue dimanfaatkan oleh masyarakat di empat
desa, yaitu Desa Mataue, Desa Bolapapu, Desa Boladangko, dan Desa Sungku.
pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya alam terutama air. Dalam hal pengelolaan
sumber daya air masyarakat desa pengguna mempercayakannya kepada tokoh adat
Desa Mataue yang merupakan desa terdekat dengan sumber mata air. Kegiatan
pengelolaan yang dilakukan adalah kegiatan monitoring ke areal hulu yang hanya
dilakukan oleh masyarakat Desa Mataue. Selain itu dalam pengelolaan lahan
pertanian yang berada di sepanjang aliran air tidak diperkenankan mengunakan pupuk
sumber daya air adalah dengan membayar sejumlah uang kepada pemerintahan Desa
konsumsi air untuk kebutuhan rumah tangga dikenakan biaya sebesar Rp 2000,-
/bulan, sedangkan untuk irigasi sawah dikenakan biaya sebesar 1-1,5 blek gabah
Kearifan lokal lain yang terlihat adalah dalam hal pemanfaatan kulit kayu
pohon beringin sebagai bahan baju adat (kain fuya). Untuk mendapatkan kulit kayu
pengembangan wisata budaya di kedua Kecamatan Lindu dan Kulawi yang memiliki
adat istiadat yang sama. Implikasi kearifan lokal adat bagi wisata budaya di wilayah
tersebut adalah menjaga pelestarian alam terutama Taman Nasional Lore Lindu.
Sistem zonasi pada kearifan lokal dapat digunakan sebagai pendekatan untuk sistem
zonasi taman nasional ataupun cagar budaya. Berdasarkan pendekatan ini zonasi tidak
bersifat konsentris tetapi menyebar tergantung pada wilayah adat yang ada, serta
bersifat inklusif (mengenal adanya wilayah enclave dalam kawasan taman nasional).
tantangan bagi pemangku kebijakan dalam mengelola wilayahnya. Oleh karena itu
Nilai-nilai kearifan lokal tradisional merupakan faktor utama pada kestabilan sumber
dan perlindungan sesuatu secara teratur untuk mencegah kerusakan dan kemusnahan
dengan jalan pelestarian. Sedangkan wisata alam adalah kegiatan rekreasi dan
pariwisata yang memanfaatkan potensi alam untuk menikmati keindahan alam baik
yang masih alami atau sudah ada usaha budidaya, agar ada daya tarik wisata ke
tempat tersebut. Sehingga dengan melakukan wisata alam tubuh dan pikiran kita
menjadi segar kembali dan bisa bekerja dengan lebih kreatif lagi karena dengan
Dalam melakukan wisata alam kita harus melestarikan area yang masih alami,
setempat agar daerah tersebut memiliki potensi wisata. Sedangkan aturan wisata alam
Hayati dan Ekosistemnya, Taman Wisata alam adalah kawasan pelestarian alam yang
konservasi sendiri adalah kawasan dengan ciri khas tertentu, baik di darat maupun di
ragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan secara lestari sumberdaya
alam hayati dan ekosistemnya. Pasal 31 dari Undang-undang No. 5 tahun 1990
menyebutkan bahwa dalam taman wisata alam dapat dilakukan kegiatan untuk
alam di wilayah Lindu dan Kulawi model atau pendekatan yang dianggap sesuai
konservasi untuk kawasan wisata alam wilayah Lindu dan Kulawi ini dilakukan
menguntungkan. Kawasan ini akan memberikan nilai apabila laju populasi penduduk
cenderung kedua wilayah tersebut untuk beberapa tahun yang akan datang diprediksi
menjadi 2 hingga 3 kali lipat. Pertambahan populasi ini dapat menyebabkan semakin
selalu dihadapkan pada kondisi interaksi berbagai kepentingan yang melibatkan aspek
kawasan hutan, pemerintah daerah, aspek masyarakat, dan pihak swasta di dalam
untuk mendukung potensi obyek wisata alam; (b) Efektifitas fungsi dan peran obyek
wisata alam ditinjau dari aspek koordinasi instansi terkait; (c) Kapasitas institusi dan
kemampuan SDM dalam pengelolaan obyek wisata alam di kawasan hutan; dan (d)
2001)
pengembangan :
operasional merupakan organisasi dengan SDM dan peraturan yang sesuai dan
3) Aspek sarana dan prasarana yang memiliki dua sisi kepentingan, yaitu (1) alat
alam dan mampu memanfaatkan potensi obyek wisata alam secara lestari.
obyek wisata alam untuk tujuan pariwisata yang bersifat komersial kepada
dan sosial ekonomi dari obyek wisata alam. Diharapkan nantinya mampu
wilayah Lindu dan Kulawi perlu segera dilaksanakan penanganan serius terhadap
potensi daerah obyek wisata alam secara bertahap sesuai prioritas dengan
obyek wisata alam yang sudah ditemukenali segera diinformasikan dan dipromosikan
obyek wisata alam dan kerjasama dengan instansi terkait termasuk lembaga-lembaga
sistem kemitraan dengan pihak swasta, lembaga swadaya masyarakat yang ada,
secara langsung maupun tidak langsung memberi manfaat lebih bagi masyarakat
Ada nilai positif dan negatif dengan “Model Konservasi” ini. Secara ekologis
positif dimana kawasan relatif aman terhadap kerusakan, efek negatifnya adalah
kurang memberikan nilai tambah nyata, karena selama umur simulasi itu tidak
mandiri secara ekonomi (self financing), sehingga Pemda akan terus terbebani dengan
Beberapa metode dan alat yang tersedia dalam pengelolaan wisata alam
restorasi dan rehabilitasi, pengelolaan lansekap terpadu, serta formulasi kebijakan dan
kelembagaan.
tanaman, satwa liar dan organisme mikro serta varietas genetik di luar
proses evolusi. Hal ini merupakan daya tarik kunjungan bagi baik
insentif dan pajak untuk menekan praktek penggunaan lahan yang secara
keanekaragaman hayati.
besar dari pada model konservasi. Secara ekonomi menguntungkan, akan tetapi dari
aspek lingkungan ada kecenderungan terjadi degradasi hutan yang eksesif. Selain
faktor tidak adanya alokasi biaya untuk merestorasi kawasan, juga jumlah populasi
karena itu agar secara ekonomi dan lingkungan menguntungkan, maka perlu ada
satu instrumen kebijakan yang diusulkan adalah adanya introduksi biaya lingkungan
Berikut visualisasi wisata alam di wilayah Lindu dan Kulawi yang telah ada saat ini
dan beberapa potensi alam termasuk keanekaragaman hayati yang perlu dikelola dan
dilestarikan sehingga menjadi objek wisata alam yang selain bernilai ekonomi juga
Gambar 4.12. Danau Lindu sebagai tempat wisata dan sumber ikan air tawar
Kabupaten Sigi, dan berada di dalam Taman Nasional Lore Lindu. Wilayah yang
sering disebut Dataran Lindu ini dikelilingi oleh punggung pegunungan sehingga sulit
untuk dijangkau oleh kendaraan bermotor, memiliki empat desa yaitu desa Puroo,
Desa Langko, desa Tomado dan Desa Anca. Ke-empat desa ini terletak di tepi danau
Lindu yang cukup terkenal keindahannya. Di wilayah ini juga terkenal dengan
dihuni oleh beberapa spesies endemik ikan. TNC juga melaporkan keberadaan
sarasinorum. Famili ini oleh beberapa ahli dianggap sebagai endemik Sulawesi
dengan spesies yang hanya ditemukan di Danau Lindu dan Danau Poso (Kottelat et al
1993). Seperti dilaporkan dalam laporan akhir ANZDEC (1997) bahwa ikan yang
serta dipasarkan di Palu, disepanjang Lembah Palu dan wilayah sekitarnya oleh orang
kehancuran. Acciaioli (1998) melaporkan bahwa pada awal tahun 1999 danau
tersebut masih diambil ikannya; dan semua yang tersisa adalah beberapa ikan Mujair.
Akan tetapi, ikan-ikan tersebut hanya cukup untuk konsumsi lokal yang jumlahnya
terbatas.
Biota lainnya di lingkungan Danau Lindu adalah belut air tawar - Belut
yang suka berpindah Anguilla spp. merupakan spesies asli Danau Lindu sedikit belut
saat ini diambil dari Lindu (salihan et al. 2007). Potensi yang dimiliki Danau Lindu
selain panoramanya adalah hasil ikan air tawar yang banyak mengundang para
tempat air, sungai, dan lahan basah untuk memelihara kesehatan ekologi habitat -
tempat sangat diperlukan, mengingat kepentingan ekologi, sosial, dan ekonomi dari
Danau Lindu terhadap lingkungan sekitarnya dan sistem pertanian dari dataran lindu
itusendiri.
107
BAB V
5.1. Kesimpulan
yang masuk dalam kawasan Taman Nasional Lore Lindu dan secara topografi
Danau Lindu dari hasil patahan tektonik. Sedangkan keadaan sosial (non fisik)
2. Objek dan Daya tarik wisata yang berpotensi untuk dikembangkan di Kecamatan
Kulawi dan Kecamatan Lindu adalah objek wisata budaya dan wisata alam
sumberdaya alam, dalam hal ini kawasan wisata budaya kecamatan Kulawi dan
wilayah Kecamatan Lindu dan Kecamatan Kulawi karena pada wilayah tersebut
terdapat Taman Nasional Lore Lindu yang perlu skenario pengelolaan kawasan
5.2. Saran
1. Beberapa kearifan lokal yang ada di Kecamatan Kulawi dan Kecamatan Lindu
sebagai kegiatan budaya tetap harus dilestarikan dan perlu dukungan dari
wisatawan yang berkunjung baik untuk tujuan wisata maupun untuk penelitian.
Nasional Lore Lindu, maka perlu pengelolaan kawasan yang bertujuan selain
untuk pelestarian alam juga untuk tujuan wisata yang dapat memberi nilai
Kulawi.
111
DAFTAR PUSTAKA
David, R. Fred, 2005, Manajemen Strategis Konsep Edisi Ke-10, Penerbit Salemba
Empat, Jakarta.
Hasan, M. Iqbal, 2002, Pokok-pokok Materi Metode Penelitian dan Aplikasinya, Ghalia
Indonesia, Jakarta.
Kotler, Philip dan Kevin Lane Keller, Manajemen Pemasaran Edisi 12, Prentice Hall,
New Jersey.
Middleton, Victor, 2009, Marketing in Travel and Tourism Fourth Edition, Elsevier,
USA. (text book)
Rangkuti, Freddy, 1997, Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis, PT Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta.
Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi, 2009, Metode Penelitian Survai, LP3ES,
Jakarta.
Sugiyono, 2008, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R &D, Alfabeta, Bandung.
Yazid, 1999, Pemasaran Jasa Konsep dan Implementasi, Penerbit Ekonisia Fakultas
Ekonomi UII, Yogyakarta.
Dwi Yani Yuniawati, 2000 Laporan Penelitian di Situs Megalitik Lembah Besoa,
Kecamatan Lore Utara, Kabupaten Poso, Provinsi Sulawesi Tengah,Berita Penelitian
Arkeologi No. 50, Proyek Peningkatan Penelitian Arkeologi, Jakarta.
1. IDENTITAS DIRI
2. RIWAYAT PENDIDIKAN
3. RIWAYAT PEKERJAAN
4. RIWAYAT KELUARGA