Anda di halaman 1dari 108

EVALUASI KONDISI PARIWISATA

KAWASAN WISATA GUNUNG GALUNGGUNG

TUGAS AKHIR

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar S.PWK


dari Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota
Fakultas Teknik – Universitas Islam Bandung
Tahun 2021/2022

DOFI KHAIKAL ARWANI


10070318123

PROGRAM-STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
JULI 2021 M/ DZULHIJJAH 1443 H

i
ABSTRAK

EVALUASI KONDISI PARIWISATA


KAWASAN WISATA GUNUNG GALUNGGUNG

Oleh
Dofi Khaikal Arwani
10070318123
dofikhaikal77@gmail.com

Kawasan wisata gunung galunggung adalah salah satu Kawasan wisata alam
unggulan di Kabupaten Tasikmalaya. Kawasan ini akan dikembangkan menjadi
Kawasan geowisata. Sebelum dilakukan pengembangan, diperlukan adanya
suatu evaluasi kndisi pariwisata di Kawasan ini. Hal ini dikarenakan terdapat
beberapa permasalahan yang ada dikawasan wisata gunung galunggung
diantaranya ditemukan banyaknya sampah yang berserakan, adanya vandalism
yang dilakukan oleh para pengunjung, aksesibilitas menuju ke kawah
galunggung yang rusak, serta hal yang memperburuk keadaan wisata tersebut
karena adanya pandemi Covid-19 yang berakibat pada ditutupnya Kawasan
wisata Gunung Galunggung selama beberapa waktu dan menyebabkan kerugian
yang cukup besar bagi kawasan wisata tersebut. Maka dari itu tujuan dalam
penelitian ini yaitu “Untuk mengevaluasi kondisi pariwisata di Kawasan objek
wisata Gunung Galunggung”. Hal tersebut didasari dengan teori serta kebijakan
mengenai evaluasi, wisatawan, objek dan daya tarik wisata serta komponen
wisata. Adanya teori tersebut sehingga peneliti menggunakan metode
pendekatan kuantitatif dan kualitatif untuk menentukan suatu uji hipotesis yang
sudah ditetapkan. Dengan metode analisis skoring serta metode pengujian data
yaitu uji normalitas, uji validitas, dan uji reliabilitas. Maka dari itu kesimpulan dari
penelitian ini yaitu Komponen atraksi wisata (Attraction), Amenitas (amenities),
Aksesibilitas (accessibility), dan pendukung wisata (Ancilliary Services) di
Kawasan Wisata Galunggung berada dalam kondisi baik berdasarkan penilaian
wisatawan. Dengan itu adanya usulan dari peneliti yaitu peningkatan kondisi
komponen wisata, pembangunan penginapan di sekitar kawasan wisata,
peningkatan penerapan protokol Kesehatan, dan peningkatan media promosi
dan informasi.

Kata kunci: Evaluasi, Kawasan Wisata, Pandemi.

i
ABSTRACT

EVALUATION OF TOURISM CONDITIONS


GALUNGGUNG TOURISM AREA

Oleh
Dofi Khaikal Arwani
10070318123
dofikhaikal77@gmail.com

The tourist area of Mount Galunggung is one of the leading natural tourist areas
in Tasikmalaya Regency. This area will be developed into a geotourism area.
Prior to development, it is necessary to evaluate the tourism condition in this
area. This is because there are several problems that exist in the Mount
Galunggung tourist area including the discovery of a large amount of garbage
scattered about, the existence of vandalism by visitors, accessibility to the
damaged Galunggung crater, and things that worsen the tourism situation due to
the Covid-19 pandemic which resulted in the closure of the Mount Galunggung
tourist area for some time and caused considerable losses for the tourist area.
Therefore, the purpose of this study is "to assess the feasibility of tourism
conditions in the Mount Galunggung tourist attraction area during the covid 19
pandemic". This is based on theories and policies regarding evaluation, tourists,
tourist objects and attractions and tourism components. The existence of this
theory so that researchers use a quantitative and qualitative approach to
determine a hypothesis test that has been determined. With scoring analysis
method and data testing method, namely normality test, validity test, and
reliability test. Therefore, the conclusion of this study is that the components of
tourist attractions (Attraction), amenities (amenities), accessibility (accessibility),
and tourism support (Ancilliary Services) in the Galunggung Tourism Area are in
good condition based on tourist ratings. With that, there are suggestions from
researchers, namely improving the condition of the tourism component, building
lodging around tourist areas, increasing the application of Health protocols, and
increasing promotion and information media.

Keywords: Evaluation, Tourism Area, Pandemic.

ii
EVALUASI KONDISI PARIWISATA
KAWASAN WISATA GUNUNG GALUNGGUNG

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar S.PWK


dari Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota
Fakultas Teknik - Universitas Islam Bandung
Tahun Akademik 2021/2022

Oleh
DOFI KHAIKAL ARWANI
10070318123

Dinyatakan LULUS dalam Sidang Pembahasan yang Dilaksanakan


pada Tanggal ………………

Mengesahkan,

Gina Puspitasari Rochman, ST., MT


Pembimbing

Ir. Astri Mutia Ekasari, S.T., M.T. Dr. Ir. Hani Burhanudin, S.T., M.T.
Ketua PSUP Ketua Program Studi

iii
“Jangan takut menghadapi masa depan, hadapi dan perjuangkanlah.”

iv
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang sudah menentukan segala sesuatu di
garis tangan-Nya, sehingga ada segelintir jiwa manusia yang lepas dari
ketentuan dan ketetapan-Nya. Alhamdulillah atas rahmat dan hidayahnya,
penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini berjudul: “EVALUASI KONDISI
PARIWISATA KAWASAN WISATA GUNUNG GALUNGGUNG”, yang mana
sebagai syarat penulis dalam menyelesaikan Pendidikan dan menempuh gelar
Sarjana Perencanaan Wilayah dan Kota di Fakultas Teknik. Penulis juga
menyadari bahwa tugas akhir ini masih jauh dari kata sempurna. Maka dari itu
penulis harapkan dapat bermanfaat bagi lainnya.
Pada kesempatan ini, penulis juga ingin mengucapkan terimakasih kepada
orang-orang yang penulis cintai dan hormati karena adanya dukungan motivasi,
do’a dan yang sudah membantu penulis baik langsung maupun tidak langsung.
Yang paling utama penulis ucapkan terimakasih kepada keluarga penulis yang
cintai yaitu kedua orang tua penulis serta dukungan keluarga lainnya. Selain itu
juga penulis menyampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Allah SWT yang telah memberikan nikmat lahir batin sehingga penulis
dapat menyelesaikan tugas ini dalam keadaan sehat walafiat
2. Kedua orang tua yang telah memberikan semua kebutuhan penulis telah
memberi dukungan penuh kepada penulis dalam menyelesaikan tugas
akhir ini
3. Ibu Gina Puspitasari Rochman, ST., MT yang merupakan dosen
pembimbingan penulis yang sudah membimbing dan membantu penulis
dalam menyelesaikan tugas akhir ini sesuai penelitian yang penulis
harapkan.
4. Ibu Dr. Yulia Asyiawati, Ir., Msi. yang merupakan dosen wali penulis, atas
bimbingan dan bantuannya selama menjadi wali dosen sehingga penulis
dapat menyelesaikan studi ini hingga menempuh gelar sarjana.
5. Teman-teman pelesiranesia karena sudah banyak membantu dan
menemani penulis dari awal masuk hingga mendapatkan gelar sarjana

v
6. Liliani Sumarni Pratiwi yang telah membantu serta memberi dukungan
penuh kepada penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini
7. Sela Renika yang telah membantu serta memberikan dukungan menuh
dalam menyelesaikan tugas akhir ini
8. Bakomeng sebagai kumpulan teman kuliah dari awal sampai akhir masa
perkuliahan ini
9. Ponpes Riswandiyah sebagai kumpulan teman kuliah dari awal sampai
akhir masa perkuliahan
Maka dari itu penulis ucapkan terimakasih kepada semua, semoga penelitian ini
dapat bermanfaat bagi masyarakat sekitar serta bagi pembaca. Penlitian ini
masih jauh dari kata sempurna, maka dari itu peneliti menerima kritik dan saran
nya agar dapat membangun bagi peneliti. Akhir kata.

Wassalamualaikum, Wr. Wb.


Bandung, 3 Juli 2022

Penulis

vi
RIWAYAT HIDUP PENULIS

Data Pribadi
Nama Dofi Khaikal Arwani
NPM : 10070318123
Tempat, Tanggal : Tasikmalaya, 24 April 2000
Lahir
Anak ke dari : 1 dari 2 bersaudara
Warga Negara : Indonesia
Suku Bangsa : Sunda
Agama : Islam
Alamat : Kp. Sukamaju RT/RW 002/002 Ds.
Sukamaju Kec. Pagerageung, Kab.
Tasikmalaya.
Telepon (HP) : 082117157147
Email : Dopikhaikal77@gmail.com

Data Orangtua
Nama Ayah : Asep Indra Nugraha
Nama Ibu : Rina Ernawati
Alamat : Kp. Sukamaju RT/RW 002/002 Ds. Sukamaju
Kec. Pagerageung, Kab. Tasikmalaya.
Telepon (HP) : 081222815857 / 081323273687

Riwayat Pendidikan
SD : SDN Sukamaju
SMP : SMPN 1 Ciawi
SMA : SMAN 2 Tasikmalaya
PT : Universitas Islam Bandung

Pengalaman Organisasi/ Prestasi (Jika Ada)

2019-2020 Himpunan Mahasiswa Teknik Planologi (anggota minat dan


bakat)

2020-2021

vii
Himpunan Mahasiswa Teknik Planologi (anggota bidang
minat dan bakat)

2021-2022 Himpunan Mahasiswa Teknik Planologi (Ketua bidang minat


dan bakat)

viii
DAFTAR ISI

ABSTRAK..............................................................................................................i
ABSTRACT........................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR.............................................................................................v
RIWAYAT HIDUP PENULIS................................................................................vii
DAFTAR ISI......................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL..................................................................................................xii
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................xiii

BAB 1 PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1 Latar Belakang.................................................................................1
1.2 Rumusan masalah...........................................................................4
1.3 Tujuan dan Manfaat..........................................................................5
1.3.1 Tujuan.............................................................................................5
1.3.2 Manfaat...........................................................................................5
1.4 Ruang Lingkup.................................................................................6
1.4.1 Ruang Lingkup Materi.....................................................................6
1.4.2 Ruang Lingkup Wilayah...................................................................6
1.5 Sistematika Pembahasan...............................................................10

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................11


2.1 Tinjauan Kebijakan.........................................................................11
2.1.1 Undang – Undang Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan
11
2.1.2 Peraturan Menteri Pariwisata Nomor 3 Tahun 2018 Tentang
Petunjuk Operasional Pengelolaan Dana Alokasi Khusus Fisik Bidang
Pariwisata 11
2.1.3 Peraturan Daerah Kabupaten Tasikmalaya Nomor 2 Tahun 2012
Tentang RencanaTata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Tasikmalaya
Tahun 2011-2031....................................................................................12
2.1.4 Rencana Induk Pembangunan Pariwisata Daerah Kabupaten
Tasikmalaya (RIPPARDA).......................................................................13
2.2 Tinjauan Teori................................................................................13
2.2.1 Wisata...........................................................................................13
2.2.2 Wisatawan.....................................................................................16
2.2.3 Objek dan Daya Tarik Wisata........................................................17
2.2.4 Komponen Wisata.........................................................................19
2.2.5 Evaluasi.........................................................................................21
2.3 Definisi Operasional.......................................................................23
2.4 Penelitian Terdahulu.......................................................................27

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN...................................................................30


3.1 Kerangka Pemikiran.......................................................................30
3.2 Metodologi......................................................................................30
3.3 Metode Pendekatan Studi..............................................................30
3.4 Metode Analisis Data......................................................................32
3.4.1 Metode Analisis Skoring................................................................32

ix
3.4.2 Analisis Supply dan Demand.........................................................34
3.5 Metode Pengumpulan Data............................................................34
3.5.1 Kebutuhan Data............................................................................35
3.5.2 Teknik Pengumpulan Data............................................................35
3.6 Metode Pengambilan Sampel.........................................................36
3.7 Metode Pengujian Data..................................................................37
3.7.1 Uji Normalitas................................................................................37
3.7.2 Uji Validitas....................................................................................38
3.7.3 Uji Reliabilitas................................................................................38
3.8 Tahapan Pelaksanaan Penelitian...................................................39

BAB 4 KAJIAN OBJEK PENELITIAN..................................................................41


4.1 Gambaran Umum Kabupaten Tasikmalaya....................................41
4.1.1 Kondisi Geografi, Topografi dan Batas Administratif......................41
4.1.2 Kondisi Demografi.........................................................................42
4.2 Kebijakan pariwisata Kabupaten Tasikmalaya...............................44
4.3 Gambaran Umum Kawasan Wisata Gunung Galunggung..............50
4.3.1 Atraksi Kawasan Wisata Gunung Galunggung..............................51
4.3.2 Accesibilities, Amenities, dan Ancilliary Services Kawasan Wisata
Gunung Galunggung...............................................................................52

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN....................................................................54


5.1 Uji Instrumen Data..........................................................................54
5.1.1 Uji Normalitas................................................................................54
5.1.2 Uji Validitas....................................................................................54
5.1.3 Uji Reliabilitas................................................................................57
5.2 Analisis Evaluasi Kondisi Pariwisata Kawasan Wisata Gunung
Galunggung....................................................................................57
5.2.1 Analisis Evaluasi Kondisi Attraction (Atraksi Wisata).....................57
5.2.2 Analisis Evaluasi Kondisi Amenities..............................................59
5.2.3 Analisis Evaluasi Kondisi Accesibilities..........................................65
5.2.4 Analisis Evaluasi Kondisi Ancilliary Services.................................68
5.3 Analisis Supply dan Demand…………………………………………….69
5.4 Internalisasi Nilai Islam…………………………………………………...74
BAB 6 KESIMPULAN.........................................................................................76
6.1 Kesimpulan.....................................................................................76
6.2 Rekomendasi.................................................................................77
6.3 Keterbatasan Studi...........................................................................78
6.4 Studi Lanjutan..................................................................................79

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................80
LAMPIRAN.........................................................................................................83
PERANGKAT OBSERVASI................................................................................84
PERANGKAT KUESIONER................................................................................86

x
xi
1 DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1 Standar minimal tujuan wisata...........................................................20


Tabel 2. 2 Identifikasi indikator dan variabel penelitian.......................................25
Tabel 2. 3 Studi terdahulu...................................................................................27

Tabel 3. 1 Pembobotan komponen wisata 32


Tabel 3. 2 Pengkelasan komponen wisata..........................................................34
Tabel 3. 3 Kebutuhan data..................................................................................35

Tabel 4. 1 Sebaran ketinggian perkecamatan di Kabupaten Tasikmalaya 42


Tabel 4. 2 Kepadatan penduduk di Kabupaten Tasikmalaya..............................43
Tabel 4. 3 Kebijakan pembangunan destinasi pariwisata Kabupaten Tasikmalaya
........................................................................................................................... 44
Tabel 4. 4 Kategorisasi daya tarik wisata dan sumber daya wisata di Kabupaten
Tasikmalaya.......................................................................................................47

Tabel 5. 1 Hasil Perhitungan ValiditasButir Pertanyaan 55


Tabel 5. 2 Hasil Perhitungan Reliabilitas............................................................57
Tabel 5. 3 Hasil skoring attraction.......................................................................58
Tabel 5. 4 Hasil skoring amenities......................................................................60
Tabel 5. 5 Hasil Skoring Accesibilities................................................................66
Tabel 5. 6 Hasil skoring Ancilliary Services.........................................................68

xii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3. 1 Kerangka Pemikiran.......................................................................31


Gambar 3. 2 Tahapan pelaksanaan penelitian...................................................40

Gambar 4. 1 Data jumlah kunjungan Kawasan Wisata Gunung Galunggung


50

Gambar 5. 1 Pemandian Air Panas Galunggung 59


Gambar 5. 2 Kawah Gunung Galunggung..........................................................59
Gambar 5. 3 Pusat informasi wisata...................................................................61
Gambar 5. 4 Sarana ibadah................................................................................62
Gambar 5.5 Toilet...............................................................................................62
Gambar 5. 6 Warung/Kios Perbelanjaan............................................................62
Gambar 5. 7 Papan informasi.............................................................................63
Gambar 5. 8 Tempat Pembelian Tiket................................................................63
Gambar 5. 9 Sarana kebersihan.........................................................................63
Gambar 5. 10 Lampu penerangan jalan.............................................................64
Gambar 5. 11 Rambu penunjuk jalan.................................................................64
Gambar 5. 12 Sarana kesehatan........................................................................64
Gambar 5. 13 Sertifikasi CHSE..........................................................................65
Gambar 5. 14 Jalur Pejalan Kaki........................................................................67
Gambar 5. 15 Jalan Setapak..............................................................................67
Gambar 5. 16 Jalan Dalam Kawasan.................................................................67
Gambar 5. 17 Tempat Parkir..............................................................................68

xiii
xiv
2 BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Menurut.Undang-undang RI Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan Bab
1 Pasal 1, wisata adalah sebuah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh
individu maupun sekelompok orang dengan berkunjung ke suatu tempat tertentu
yang bertujuan untuk rekreasi, pengembangan pribadi, ataupun mempelajari
keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara.
Pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk
pengusahaan objek dan daya tarik pariwisata serta adanya usaha usaha yang
terkait pada bidang tersebut. Dari hal tersebut dapat dilhat bahwa pariwisata
perlu dikelola dengan cara memanfaatkan potensi yang ada untuk mendorong
perkembangan pariwisata tersebut dengan cara menjaga kelestarian, nilai
budaya dan adat istiadat, serta keindahan alamnya. Kepariwisataan memiliki
peran yang cukup penting untuk memperluas dan memeratakan kesempatan
berusaha serta lapangan kerja, yang diharapkan dapat mendorong untuk
pembangunan daerah dengan memberi pemasukan sebagai pendapatan daerah,
memperbesar pendapatan nasional yang diharapkan dapat dirasakan oleh
seluruh masyarakat (Dewani, 2017). Oleh karena itu, pariwisata selalu menjadi
sorotan pemerintah daerah untuk selalu dikembangkan dan dilestarikan.

Menurut Asriandy (2016), obyek wisata ini merupakan perwujudan dari ciptaan
manusia, seni budaya, tata hidup serta sejarah bangsa dan tempat atau keadaan
alam yang memiliki daya tarik untuk dikunjungi oleh wisatawan. Dari penjelasan
tersebut dapat diketahui bahwa objek wisata merupakan suatu tempat yang-
memiliki-daya tarik tertentu baik itu keindahan alam, ataupun budaya untuk
menarik kedatangan wisatawan.

Kabupaten Tasikmalaya merupakan wilayah yang memiliki daya tarik pariwsata


yang cukup-besar di Provinsi Jawa-Barat. Kabupaten Tasikmalaya sendiri
memiliki potensi yang indah serta menakjubkan yang berasal dari alam sehingga
dapat menarik kunjungan wisatawan, baik itu wisatawan nasional maupun
wisatawan internasional. Berdasarkan Rencana-Tata-Ruang-Wilayah Kabupaten
Tasikmalaya Tahun 2021-2041 menyatakan bahwa Kabupaten Tasikmalaya
memiliki perwujudan kawasan pariwisata berupa kegiatan pariwisata dengan

1
memanfaatkan potensi dari daya tarik wisata alam, potensi budaya serta potensi
buatan (Perda Kabupaten Tasikmalaya, 2012). Berdasarkan pernyataan tersebut
yang menjadi salah satu objek pariwisata unggulan serta memiliki potensi daya
tarik yang berupa keindahan alam yaitu Kawasan objek wisata gunung
galunggung, selain daripada itu ditunjang juga sebagai salah satu wisata edukasi
dalam mempelajari letusan serta sejarah dari Gunung Galunggung.

Gunung Galunggung adalah salah satu gunung api yang letaknya berada di
Jawa Barat yang mempunyai ketinggian 2.671 mdpl. Jarak dari pusat kota ke
Kawasan objek wisata Gunung Galunggung adalah sejauh 17 km. Untuk
mencapai lokasi pariwisata ini dapat ditempuh dengan waktu selama kurang
lebih 60 menit dari pusat kota. Terdapat beberapa transportasi umum yang dapat
digunakan untuk mencapai lokasi pariwisata yaitu angkutan kota (angkot)
ataupun ojek. Pada saat ini, akses untuk mencapai lokasi pariwisata sudah
cukup baik karena sudah ada sedikit pembenahan jalan yang dilakukan oleh
pemerintah setempat. Dengan adanya hal tersebut tentunya dapat memudahkan
para wisatawan untuk menuju ke lokasi ini. Kawasan objek wisata Gunung
Galunggung sendiri memiliki luas sebesar 120 hektar dengan pengelolaan dari
sektor pariwisata yang dilakukan oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan
Kabupaten Tasikmalaya dan adanya pengelolaan lingkungan serta ekosistem
yang dilakukan oleh Perum Perhutani.

Objek wisata Gunung Galunggung merupakan objek wisata unggulan di


Kabupaten Tasikmalaya. Hal tersebut bisa dilihat dari jumlah kunjungan terbesar
ke Kabupaten Tasikmalaya yaitu ke Gunung Galunggung (Jeklin, 2016). Jumlah
kunjungan wisatawan ke Gunung Galunggung mencapai angka 373.226 orang
dan merupakan pengunjung terbanyak diantara wisata lain (Dinas Pariwisata,
Pemuda, 2021). Kunjungan wisatawan ke Kawasan objek wisata galunggung
tidak hanya dilakukan oleh wisatawan lokal, tetapi juga sering terdapat
wisatawan asing yang berkunjung ke Objek wisata Gunung Galunggung. Daya
Tarik dari Objek wisata Gunung Galunggung ini berupa daya tarik wisata alam
yang sangat beragam mulai dari kawah, pemandian air panas, air terjun, dan
lain-lain. Selain itu, Gunung Galunggung termasuk kedalam Kawasan Strategis
Kabupaten (KSK) yang dilihat dari sudut kepentingan ekonomi. Kawasan objek
wisata Gunung Galunggung termasuk kedalam Kawasan Pengembangan

2
Pariwisata Kabupaten Tasikmalaya (Perda Kabupaten Tasikmalaya, 2012).
Selain itu, didalam RIPPARDA (2019) disebutkan akan adanya pembangunan
Kawasan geowisata Gunung Galunggung dan pengembangan puncak dan
kawah Gunung Galunggung.

Sebelum dilakukan pengembangan Kawasan geowisata dan pengembangan


puncak Gunung galunggung, perlu adanya peninjauan terhadap kondisi
pariwisata di Kawasan tersebut. Hal ini dikarenakan Gunung Galunggung ini
merupakan kawasan wisata alam, sejatinya daya tarik wisatanya sangat
berpotensi untuk rentan akan kerusakan, karena hal itu perlunya pengelolaan
kawasan wisata yang baik terkait potensi atau daya tarik wisata, agar tidak
menimbulkan penurunan daya dukung pariwisata dalam jangka panjang pada
kerusakan lingkungan. Berdasarkan dari kunjungan yang sudah dikaukan oleh
peneliti, ditemukan adanya beberapa masalah yang terjadi di dalam Kawasan
Wisata Gunung Galunggung. Permasalahan yang ditemukan terdapat banyak
sampah yang berserakan, adanya vandalism yang dilakukan oleh para
pengunjung, aksesibilitas menuju ke kawah galunggng yang rusak, dan penataan
kios-kios warga yang kurang baik yang terdapat didalam zona inti Kawasan
pariwisata tersebut. Hal itu diperparah dengan adanya pandemi Covid-19 yang
berakibat pada ditutupnya Kawasan wisata Gunung Galunggung selama
beberapa waktu dan menyebabkan kerugian yang cukup besar bagi kawasan
wisata tersebut. Dengan ditutupnya Kawasan wisata tersebut mengakibatkan
kurangnya pemasukan finansial yang juga berakibat pada kurangnya perawatan
terhadap infrastruktur, sarana dan prasarana yang dapat ditemukan di Kawasan
wisata Gunung Galunggung.

Setelah adanya penutupan Kawasan objek wisata Gunung Galunggung akibat


adanya kebijakan PPKM darurat serta PPKM level 4, Kawasan objek wisata
Gunung Galunggung ini telah dibuka kembali pada tanggal 26 agustus 2021
(Rukanda, 2021) Hal ini didasari oleh adanya surat edaran dari Bupati
Tasikmalaya No 36 Tahun 2021 tentang PPKM level 2 di Kabupaten
Tasikmalaya. Didalam surat edaran tersebut disebutkan bahwa tempat wisata
diperbolehkan untuk buka dengan kapasitas 25% serta menerapkan protokol
kesehatan yang ketat. Hal tersebut juga sejalan dengan apa yang dilakukan oleh
Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif yaitu mengeluarkan pedoman CHSE

3
(Aditya, 2021). CHSE ini merupakan program dari Kemenparekraf yang
mengharuskan adanya penerapan protocol kesehatan yang berbasis kepada
Cleanliness (Kebersihan), Health (Kesehatan), Safety (Keamanan, serta
Environment Sustainability (kelestarian lingkungan). Program ini diterapkan
dengan dilakukannya sertifikasi CHSE terhadap para pelaku usaha di industri
pariwisata dan ekonomi kreatif, termasuk diantaranya usaha pariwisata, fasilitas
lain yang terkait, lingkungan masyarakat, serta destinasi wisata itu sendiri
(Aditya, 2021). Dengan adanya peraturan terbaru tersebut serta telah dibukanya
kembali Kawasan objek wisata Gunung Galunggung, serta akan adanya
pengembangan Kawasan geoswisata Gunung Galunggung dan pengembangan
kawah Gunung Galunggung yang tertuang didalam RIPPARDA Kabupaten
Tasikmalaya Tahun 2019, maka perlu dilakukan evaluasi kondisi pariwisata di
Kawasan objek wisata Gunung Galunggung agar bisa menyesuaikan dengan
kondisi saat ini.

Evaluasi kondisi pariwisata yang akan dilakukan pada penelitian ini berfokus
pada penilaian dari 4 komponen utama pariwisata yaitu, Attraction (daya tarik),
Amenities (tersedianya berbagai fasilitas), Ancilliary (fasilitas pendukung) dan
Accesibility (mudah dijangkau) (Nugroho & Sugiarti, 2012). Penilaian yang
dilakukan adalah untuk mengevaluasi kondisi dari 4 komponen pariwisata yang
diukur berdasarkan penilaian dari wisatawan. Dengan demikian, maka
harapannya pada kajian ini dapat memberikan penilaian bagi kondisi pariwisata
di Kawasan objek wisata Gunung Galunggung terlebih dengan adanya peraturan
terbaru untuk standar industri pariwisata. Keluaran yang akan dihasilkan pada
kajian ini yaitu berupa kajian evaluasi kondisi komponen wisata di Kawasan objek
wisata Gunung Galunggung.

1.2 Rumusan masalah


Berdasarkan dari latar belakang yang telah dijabarkan diatas, terdapat beberapa
rumusan masalah yang ada di Kawasan wisata Gunung Galunggung yaitu:
 Terdapat banyak sampah yang berserakan, adanya vandalism yang
dilakukan oleh pengunjung, dan aksesibilitas menuju kawah galunggung
yang rusak
 Adanya pandemi Covid-19 yang mengakibatkan Kawasan wisata Gunung
Galunggung sempat beberapa kali ditutup dan menyebabkan Penurunan

4
jumlah wisatawan yang melonjak lebih dari 50% serta kerugian yang
cukup besar yaitu kurangnya pemasukan finansial yang juga berakibat
pada kurangnya perawatan terhadap infrastruktur, sarana dan prasarana
yang terdapat di Kawasan objek wisata Gunung Galunggung.
 Belum adanya penerapan protocol kesehatan yang baik meskipun sudah
bersertifikasi CHSE. CHSE ini merupakan program dari Kementrian
Pariwisata dan Ekonomi Kreatif agar dapat memberikan jaminan terhadap
para wisatawan terhadap pelaksanaan CHSE.

Berdasarkan permasalahan serta fenomena yang sudah didapatkan, tentu


dengan adanya rencana pengembangan Kawasan geowisata dan
pengembangan kawah Gunung Galunggung serta adanya kebijakan atau
peraturan mengenai pembukaan kembali lokasi wisata setelah adanya pandemi
covid 19, maka diperlukan sebuah evaluasi terhadap kondisi pariwisata tersebut.
Evaluasi tersebut berfokus pada kondisi komponen pariwisata yang ada di
Kawasan objek wisata Gunung Galunggung. Maka, pertanyaan penelitian yang
dapat dijadikan bahan studi bagi penelitian ini, yaitu:

“Bagaiman kondisi pariwisata di Kawasan objek wisata Gunung Galunggung ?”

1.3 Tujuan dan Manfaat


Untuk memecahkan permasalahan diatas maka terdapat tujuan agar dapat
mencapai penelitian ini, maka dari itu dalam penelitian ini terdapat tujuan,
sasaran dan manfaat agar penelitian ini tercapai dengan tujuan yang diinginkan.
1.3.1 Tujuan
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

“Untuk mengevaluasi kondisi pariwisata di Kawasan objek wisata Gunung


Galunggung”

1.3.2 Manfaat
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Bagi peneliti yaitu sebagai alat untuk mengmplementasikan teori-teori yang
sudah diperoleh selama perkuliahan serta menambah pemahaman terkait
permasalahan di sekitar masyarakat.

5
2. Bagi pemerintah yaitu untuk rekomendasi dan masukan sebagai bahan
untuk menentukan kebijakan-kebijakan yang berkaitan dengan wilayah studi
3. Bagi akademisi dan peneliti lain yaitu sebagai bahan referensi yang bisa
dikembangkan pada penelitian selanjutnya.

1.4 Ruang Lingkup


Dalam ruang lingkup ini terdapat ruang lingkup wilayah dan ruang lingkup materi
sebagai batasan dari wilayah dan materi agar lebih khusus dan tidak meluas.

1.4.1 Ruang Lingkup Materi


Ruang lingkup materi yang terdapat didalam penelitian ini dapat dilihat sebagai
berikut:
Evaluasi kondisi pariwisata diukur berdasarkan penilaian dari wisatawan.
Evaluasi yang digunakan pada penelitian ini yaitu Evaluasi Semu. Evaluasi Semu
merupakan suatu pendekatan yang berkolaborasi dengan metode deskriptif
dalam menghasilkan suatu informasi yang akurat dan mampu di percaya dalam
menghasilkan kebijakan dengan tanpa adanya usaha dalam menyakan terkait
manfaat ataupun nilai tersebut kepada individu, kelompok, ataupun masyarakat
secara luas. Sedangkan untuk kondisi pariwisata yang dimaksud adalah sebagai
berikut:
1. Atraksi merupakan semua hal yang dapat menarik para wisatawan untuk
melakukan kunjungan ke kawasan wisata.
2. Aksesibilitas merupakan tingkat intensitas dari suatu wilayah tujuan
pariwisata ataupun destinasi dapat terjangkau oleh wisatawan.
3. Amenities merupakan fasilitas pendukung yang biasanya dibutuhkan oleh
wisatawan pada suatu destinasi wisata. Amenities meliputi berbagai
macam fasilitas agar dapat memenuhi beberapa kebutuhan seperti
kebutuhan akomodasi, persediaan makanan serta minuman, tempat
hiburan, tempat perbelanjaan, dan juga layanan lain seperti bank, rumah
sakit, keamanan dan asuransi.
4. Ancillary merupakam suatu dukungan yang disediakan suatu organisasi,
pemerintah daerah, kelompok ataupun pengelola destinasi pariwisata
agar kegiatan wisata dapat terselenggarakan.

6
1.4.2 Ruang Lingkup Wilayah
Pada ruang lingkup wilayah ini terbagi menjadi ruang lingkup wilayah makro yang
merupakan Kabupaten Tasikmalaya, ruang lingkup wilayah meso yang
merupakan Kecamatan Sukaratu dan Kecamatan Leuwisari, dan ruang lingkup
wilayah mikro yang merupakan Kawasan wisata gunung galunggung.

1.4.2.1 Ruang Lingkup Wilayah Makro


Kabupaten Tasikmalaya merupakan bagian wilayah yang berada di provinsi jawa
barat yang memiliki koordinat diantara 7°02' 29" - 7°49' 08" Lintang Selatan serta
107°54' 10" - 108°25' 52" Bujur Timur. Memiliki luas wilayah 2.708,82 km2 yang
terdiri dari 39 kecamatan dan 351 desa. Berdasarkan administratif Kabupaten
Tasikmalaya berbatasan dengan wilayah sebagai berikut :
1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kota Tasikmalaya, Kabupaten Ciamis
dan Kabupaten Majalengka.
2. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Ciamis, DOB Kab
Pangandaran
3. Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudera Hindia.
4. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Garut.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat Gambar 1.1 Peta Administrasi Kabupaten
Tasikmalaya.

1.4.2.2 Ruang Lingkup Wilayah Meso


Kawasan Wisata Gunung Galunggung letaknya berada diantara Kecamatan
Sukaratu dan Kecamatan Leuwisari. Secara administratif, Kecamatan Sukaratu
terdiri dari 8 desa. Kecamatan Sukaratu ini memiliki luas wilayah sebesar
3.348,66 hektar dengan ketinggian tempat rata-rata 595 mdpl. Sementara itu,
Wilayah administratif Kecamatan Leuwisari terdiri dari 7 desa. Kecamatan
Leuwisari memiliki luas wilayah 3.112,42 hektar dengan ketinggian tempat rata
rata 500 - 1000 mdpl.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat Gambar 1.2 Peta Administrasi Kecamatan
Sukaratu dan Leuwisari.

1.4.2.3 Ruang Lingkup Wilayah Mikro


Ruang lingkup wilayah mikro pada penelitian ini berfokus pada lokasi Kawasan
Wisata Gunung Galunggung yang terletak di Kecamatan Sukaratu dan

7
Kecamatan Leuwisari, Kabupaten Tasikmalaya. Pada Kawasan Wisata Gunung
Galunggung ini memiliki luas wilayah yaitu 276,02 Ha.

8
Gambar 1. 1 Peta Administrasi Kabupaten Tasikmalaya
Sumber : Hasil Analisis, 2021

9
Gambar 1. 2 Peta Mikro Kawasan Wisata Gunung Galunggung
Sumber : Hasil Analisis, 2021

10
1.5 Sistematika Pembahasan
Pada Sistematika pembahasan ini untuk menstrukturkan penelitian penulis terkait
pendahuluan, isi hingga menuju kesimpulan.

Bab 1 Pendahuluan
Bab ini menjelaskan mengenai Latar Belakang, Rumusan Masalah,
Tujuan dan Manfaat, Ruang Lingkup., dan Sistematika Penulisan
dalam laporan penelitian ini.
Bab 2 Tinjauan Pustaka
Bab ini menjelaskan mengenai kajian penelitian yang ditinjau dari
teori – teori yang akan digunakan pada penelitian ini.
Bab 3 Metodologi Penelitian
Bab ini menjelaskan mengenai Kerangka Pemikiran, Metodologi,
Metode Pendekatan Studi, Metode Analisis Data, Metode
Pengambilan Data, dan Tahapan Pelaksanan Penelitian.
Bab 4 Kajian Objek Penelitian
Bab ini menjelaskan mengenai gambaran umum pada wilayah studi
serta data penelitian yang sudah didapat oleh peneliti.
Bab 5 Analisis dan Pembahasan
Bab ini membahas tentang analisis evaluasi kondisi pariwisata di
Kawasan wisata Gunung Galunggung serta pembahasannya.
Bab 6 Kesimpulan
Bab ini membahas kesimpulan dari penelitian ini, rekomendasi
berdasarkan hasil analisis dan kesimpulan, serta keterbatasan
peneliti dalam penelitian ini dan bagaimana lanjutan studi ini.
.

11
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Kebijakan


Pada tinjauan kebijakan ini merupakan dasar peraturan atau pedoman yang
berkaitan dengan penelitian ini mengenai kawasan wisata serta kawasan
gunung.

2.1.1 Undang – Undang Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan


Didalam peraturan ini disebutkan bahwa wisata merupakan sebuah kegiatan
perjalanan individu ataupun kelompok orang yang mendatangi suatu tempat
dengan tujuan berekreasi, mengembangkan kepribadian, ataupun mempelajari
suatu keunikan dari daya tarik wisata tempat yang dikunjungi dengan jangka
waktu yang bersiifat sementara Kemudian disebutkan bahwa Daya Tarik Wisata
ini merupakan semua hal yang mempunyai keunikan, keindahan, serta nilai yang
berupa keberagaman kekayaan alam, budaya, dan juga hasil buatan dari
manusia yang menjadi tujuan sebuah kunjungan dari wisatawan (Undang
Undang RI, 2009).
Adapun berikut ini merupakan tujuan dari sebuah kepariwisataan yaitu :
a. peningkatan pertumbuhan ekonomi
b. peningkatan kesejahteraan rakyat
c. penurunsn tingkat kemiskinan
d. penurunan tingkat pengangguran
e. pelestarikan alam, lingkungan, serta sumber daya
f. peningkatan sebuah kebudayaan
g. pengangkatan citra bangsa
h. memperkuat rasa cinta terhadap tanah air
i. memperkuat jati diri serta kesatuan bangsa
j. mempererat tali persahabatan antarbangsa

2.1.2 Peraturan Menteri Pariwisata Nomor 3 Tahun 2018 Tentang Petunjuk


Operasional Pengelolaan Dana Alokasi Khusus Fisik Bidang
Pariwisata
DAK Fisik Bidang Pariwisata yaitu sebuah dana yang ditujukan untuk
pengalokasian kedalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara untuk daerah
tertentu yang bertujuan untuk dapat membantu mendanai semua kegiatan pada

12
bidang pariwisata yang menjadi kewenangan daerah serta sesuai dengan
prioritas nasional. DAK Fisik Bidang Pariwisata ini digunakan dalam menciptakan
kemudahan, kenyamanan, serta keselamatan bagi wisatawan ketika melakukan
sebuah perjalanan ataupun kunjungan ke suatu destinasi pariwisata
(PERMENPAR, 2018).

Pembangunan untuk fasilitas pendukung pariwisata ditunjukkan secara lebih rinci


kedalam sebuah Petunjuk Operasional dimana hal tersebut mengatur beberapa
kegiatan serta standar pembangunan, norma pembangunan, kriteria
pembangunan, dan prosedur pembangunan yang akan dijadikan sebagai
landasan dalam pelaksanaan kegiatan DAK Fisik Bidang Pariwisata pada suatu
daerah (PERMENPAR, 2018).

2.1.3 Peraturan Daerah Kabupaten Tasikmalaya Nomor 2 Tahun 2012


Tentang RencanaTata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten
Tasikmalaya Tahun 2011-2031
Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten menjadi
acuan bagi penyusunan Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan
Kabupaten Tasikmalaya dalam pengaturan tata ruang atau peruntukan kawasan
pariwisata. RTRW Kabupaten Tasikmalaya menetapkan sebuah rencana struktur
ruang serta pola pemanfaatan ruang kabupaten sebagai arahan dalam
peruntukan kawasan di wilayah Kabupaten Tasikmalaya. Selain itu, terdapat pula
penetapan rencana sistem jaringan infrastruktur untuk mendukung
pengembangan pariwisata (Perda Kabupaten Tasikmalaya, 2012).

Dalam RTRW Kabupaten Tasikmalaya disebutkan bahwasannya Kawasan


Pariwisata ini merupakan Kawasan yang mempunyai fungsi utama sebagai
pariwisata dan mempunyai sebuah potensi yang layak dalam pengembangan
pariwisata baik alam, buatan, maupun budaya. Kegiatan pariwisata di kabupaten
Tasikmalaya cukup potensial untuk menunjang pembangunan daerah dengan
berbagai macam manfaatnya. Kawasan wisata Gunung Galunggung menjadi
salah satu objek pariwisata yang potensial dikembangkan di Kabupaten
Tasikmalaya.

13
2.1.4 Rencana Induk Pembangunan Pariwisata Daerah Kabupaten
Tasikmalaya (RIPPARDA)
Penyusunan Naskah Akademik tentang Rencana Induk Pembangunan
Kepariwisataan Kabupaten (Ripparkab) Tasikmalaya bertujuan menghasilkan
Naskah Akademik Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Kabupaten
Tasikmalaya yang dilengkapi dengan Rancangan Peraturan Daerah tentang
Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Kabupaten Tasikmalaya sebagai
acuan bagi seluruh pemangku kepentingan kepariwisataan di dalam upaya
mewujudkan kepariwisataan kabupaten tasikmalaya yang terpadu, berkelanjutan,
dan berdaya saing (Jeklin, 2016).

Didalam RIPPARDA disebutkan bahwa Gunung Galunggung merupakan Objek


wisata unggulan di Kabupaten Tasikmalaya. Gunung galunggung termasuk
kedalam wisata yang mempunyai daya Tarik wisata alam. Gunung galunggung
termasuk kedalam tiga keunggulan internasional bagi Kabupaten Tasikmalaya
karena sejarah letusan nya dan adanya geologi jasper merah. Selain itu, Gunung
Glunggung termasuk kedalam Kawasan Strategis Kabupaten dari sudut
kepentingan ekonomi. Gunung Gaunggung juga merupakan daya Tarik wisata
yang sejatinya paling banyak dan sering dikunjungi oleh para wisatawan yang
datang ke Kabupaten Tasikmalaya.
Kawasan objek wisata Gunung Galunggung termasuk kedalam Kawasan
Pengembangan Pariwisata Kabupaten Tasikmalaya. Selain itu, dalam
RIPPARDA disebutkan akan adanya pembangunan Kawasan geowisata Gunung
Galunggung dan pengembangan puncak dan kawah Gunung Galunggung.

2.2 Tinjauan Teori


Pada tinjauan teori ini merupakan teori yang berkaitan dengan penelitian penulis
yaitu terkait judul penulis, yang mana tinjauan teori ini menjadi variable dalam
penelitian ini.

2.2.1 Wisata
Wisata adalah suatu perjalanan dari seseorang atau sekelompok orang yang
mengunjungi suatu tempat tertentu didalam jangka waktu yang sementara yang
tujuannya sebagai rekreasi ataupun untuk mempelajari keunikan suatu daya tarik
wisata. Pariwisata merupakan semua kegiatan yang memiliki berhubungan

14
langsung dengan pergerakan penduduk diluar daerah ke dalam suatu wilayah
tertentu (Primadany, 2013). Pariwisata sendiri berasal dari dua buah kata yaitu
“Pari” dan “Wisata” yang merupakan Bahasa sansakerta. Pari berarti ber ulang-
ulang, berkali-kali atau berputar-putar dan wisata berarti berpergian atau
perjalanan. Pariwisata adalah perjalanan dari satu tempat ke tempat yang lain
dengan bersifat sementara yang dapat dilakukan oleh individu maupun
kelompok, dalam usaha dalam mencari kebahagiaan dengan lingkungan hidup
didalam dimensi sosial, budaya, ilmu, dan alam (Primadany, 2013).

Menurut Primadany ada empat kriteria yang harus dimiliki oleh pariwisata, yaitu:
1) Perjalanan yang dilakukan dari luar tempat biasanya tinggal serta
dilakukan dari satu tempat menuju tempat lainnya
2) Perjalanan yang dilakukan memiliki tujuan bersenang-senang, dengan
tidak mencari nafkah di suatu negara atau kota yang akan dikunjungi.
3) Wisatawan akan membelanjakan uang yang dibawa dari negara
asalnya, dia bisa tinggal ataupun berdiam, dan tidak diperoleh dari hasil
usaha saat dalam perjalanan wisata, dan
4) Lamanya perjalanan yaitu minimal selama 24 jam ataupun lebih.

Berdasarkan pengertian diatas bahwa pariwisata merupakan suatu perjalanan


yang dapat dilakukan oleh seseorang atau sekolompok dari suatu tempat ke
tempat lain secara sementara yang memiliki maksud untuk menikmati suatu
perjalanan rekreasi yang dapat dinikmati oleh semua orang. Kemudian pariwisata
memiliki beberapa faktor yang harus dimiliki oleh suatu pengertian pariwisata,
dimana dari faktor-faktor tersebut memaparkan bahwa perjalanan yang dilakukan
itu adalah dari suatu tempat menuju tempat yang lain dan perjalanan itu
berkaitan dengan wisatawan sebagai pengunjung tempat wisata tersebut.

Adapun beberapa jenis wisata yang dapat diketahui, diantaranya:


A. Wisata Alam
Wisata alam merupakan sebuah kegiatan perjalanan yang bersifat sementara
dengan tujuan untuk menikmati keunikan serta keindahan alam. Terdapat
beberapa produk yang potensial serta dapat dikembangkan dalam kegiatan
wisata alam seperti laut, pantai, pegunungan, maupun hutan. Di dalam setiap
produk wisata alam mempunyai tingkat amenitas dan nilai daya saing sendiri

15
(Rusita et al., 2016). Aspek penting yang menjadi objek dan daya Tarik
wisata alam (ODTWA) adalah berupa keanekaragaman hayati, seperti flora
dan fauna, keindahan, serta keunikan alam itu sendiri (Rusita et al., 2016).
Wisata alam adalah suatu daya tarik yang dinimati dari segi keindahannya
oleh wisatawan.

B. Wisata Sosial Budaya


Wisata budaya merupakan sebuah kunjungan yang dilakukan oleh seseorang
karena adanya ketertarikan terhadap objek-objek ataupun peninggalan
sejarah, seni, ilmu pengetahuan maupun gaya hidup yang dimiliki oleh suatu
kelompok, masyarakat, daerah atau lembaga. Pariwisata budaya merupakan
wisata yang mempunyai nilai budaya tentang adat istiadat masyarakat, tradisi
keagamaan, maupun warisan budaya yang ada pada suatu daerah. Daya
tarik utama dari suatu pariwisata budaya yaitu suatu budaya. Dalam suatu
pariwisata budaya, para wIsatawan akan dipandu agar dapat mengenali dan
memahami suatu budaya serta kearifan lokal komunitas kepada wisatawan.
Wisatawan juga akan dimanjakan oleh suatu pemandangan ataupun tempat-
tempat yang mempunyai nilai sejarah serta museum, representasi nilai serta
sistem hidup dari masyarakat lokal, kesenian, serta makanan khas dari
masyarakat lokal (Prasodjo, 2017). Pariwisata budaya ini merupakan sebuah
wisata yang dapat menarik minat wisatawan dengan cara menampilkan
berbagai budaya maupun adat istiadat yang terdapat pada suatu daerah
tersebut.

C. Wisata Minat Khusus


Wisata minat khusus memiliki daya tarik wisata yang dapat dikembangkan
secara khusus yaitu diantaranya dari tata alam, masyarakat, dan hasil
binaan. Pariwisata minat khusus berkaitan dengan petualangan, dapat
menguras fisik dan tenaga dari wisatawan, serta adanya sebuah tantangan
yang perlu dilakukan, dikarenakan pariwisata ini banyak ditemukan pada
daerah yang terpencil seperti pendakian gunung, hiking dan tracking, rafting
di sungai dan sebagainya (Brahmanto et al., 2017). Terdapat beberapa
kriteria dalam menetapkan wisata minat khusus, yaitu:
1) Learning, yaitu adanya unsur belajar pada pariwisata
2) Rewarding, yaitu adanya unsur pemberian penghargaan pada pariwisata

16
3) Adventuring, yaitu adanya petualangan dalam suatu pariwisata
4) Enriching, yaitu adanya unsur penambahan pengetahuan bagi
wisatawan dan masyarakat dalam pariwisata.

2.2.2 Wisatawan
Wisatawan yaitu orang yang melakukan suatu perjalanan serta mengunjungi
berbagai tempat dengan tujuan untuk berlibur, berolahraga, menuntut ilmu,
ataupun berobat. Wisatawan adalah seseorang yang meninggalkan tempat
tinggalnya selama beberapa waktu untuk mengunjungi suatu tempat dengan
alasan apapun (Firawan & Suryawan, 2016).

Seseorang ataupun sekelompok orang ketika melakukan suatu perjalanan yang


bertujuan untuk berwisata disebut dengan wisatawan (tourist), jika mereka tinggal
dalam kurun waktu 24 jam di sebuah daerah ataupun negara yang sedang
dikunjungi. Jika mereka hanya tinggal di sebuah daerah ataupun negara yang
sedang dikunjungi dalam kurun waktu yang kurang dari 24 jam disebut sebagai
pelancong (excursionist) (Putri, 2016).
Wisatawan mempunyai empat ciri utama menurut Burkart dan Medlik dalam
(Firawan & Suryawan, 2016) yaitu :
a. wisatawan merupakan orang yang melakukan suatu perjalanan ke suatu
tempat dan tinggal di beberapa tempat tujuan.
b. tempat tujuan dari wisatawan tidak boleh sama dengan tempat tinggal
serta tempatnya bekerja sehari-hari.
c. Perjalanan dari wisatawan sifatnya hanya sementara dan dalam jangka
waktu yang tidak Panjang.
d. wisatawan berkunjung ke suatu tempat tidak untuk menetap aupun
mencari nafkah.

Adapun pengertian wisatawan antara lain yaitu adalah orang yang datang secara
sukarela serta tidak untuk mencari nafkah ke suatu tempat melainkan untuk
mendapatkan hal lainnya (Akbar, 2018). Sehingga kesimpulannya yaitu
wisatawan merupakan orang yang melakukan perjalanan ke suatu tempat yang
mempunyai suatu daya tarik wisata yang menjadi salah satu minat untuk
wisatawan melakukan perjalanan.

17
Selain itu terdapat juga yang disebut sebagai motivasi wisatawan. Motivasi
merupakan kecenderungan yang muncul pada seseorang baik secara sadar
ataupun tidak sadar yang menyebabkan individu ataupun kelompok orang
tergerak untuk melakukan sesuatu karena adanya tujuan yang ingin dicapai.
Motivasi adalah hal yang sangat sederhana karena manusia pada dasarnya akan
termotivasi ataupun terdorong untuk berperilaku dengan cara tertentu yang
dirasakan (Pramesti, 2017). Dengan hal itu maka memotivasi seseorang pada
hakikatnya sangat mudah, hanya perlu mengetahui apa saja hal yang
dibutuhkannya kemudian gunakan hal tersebut sebagai kemungkinan ganjaran.
(Dwisaputra, 2017) berpendapat bahwa motivasi dalam berpariwisata dapat
dikategorikan kedalam beberapa bagian, yaitu :
1. Motivasi secara Fisik: istirahat, berolahraga, rekreasi pantai, relaksasi,
serta pertimbangan kesehatan.
2. Motivasi secara Budaya: adanya keinginan untuk mengetahui hal hal di
negara lain, seperti seni, adat istiadat, seni tari, seni lukis, dan agama.
3. Motivasi Antarpribadi: adanya keinginan untuk bertemu dengan orang
asing (orang yang baru), mengunjungi saudara ataupun teman, berhenti
sejenak dari kegiatan sehari hari, serta menciptakan hal yang baru.
4. Motivasi Status dan Martabat: adanya kebutuhan akan sebuah
pengakuan, rasa ingin diperhatikan, adanya penghargaan, serta reputasi.

Kesimpulan dari definisi motivasi yanga da diatas, maka motivasi wisatawan


merupakan faktor yang dorongan seseorang untuk melakukan suatu perjalanan
wisata menuju suatu objek wisata yang akan memberikan rasa, puas, suka, dan
senang terhadap orang itu sendiri. Dari beberapa motif yang menjadi latar
belakang seseorang untuk datang berkunjung ke sebuah destinasi pariwisata,
maka hal tersebut bisa dijadikan sebuah referensi untuk sebuah obyek pariwisata
dan para pelaku dari bisnis pariwisata agar semua kebutuhan, minat dan
kepentingan dari sesorang yang sedang berwisata akan terpenuhi.

2.2.3 Objek dan Daya Tarik Wisata


2.2.3.1 Objek Wisata
Menurut Wiyono, et al (2018) mendefinisikan objek wisata sebagai bentuk
ciptaan manusia, seni budaya, tatanan hidup, dan sejarah bangsa serta tempat
ataupun kondisi alam yang memiliki daya tarik sendiri untuk disinggahi oleh para

18
turis. Sementara itu obyek wisata alam. Sedangkan obyek wisata alam
merupakan obyek wisata yang memiliki daya tarik bersumber dari keelokan
sumber daya alam serta tata lingkungannya (Wiyono et al., 2018).

Menurut Asriandy (2016), terdapat tiga jenis pengelompokan objek wisata


sebagai berikut. (Asriandy, 2016)
a. Objek wisata alam, diantaranya: gunung (berapi), sungai, laut, danau,
pemandangan alam, cagar alam, pantai kawasan lindung, dan lain
sebagainya.
b. Objek wisata buatan, diantaranya: taman rekreasi, taman nasional,
sarana dan fasilitas olahraga, hiburan (akrobatik, sulap), permainan,
pusat-pusat perbelanjaan dan lain sebagainya.
c. Objek wisata budaya diantaranya adalah tari tradisional, pakianadat,
perkawinan adat, bangunan bersejarah, upacara kelahiran, music
tradisional, peninggalan tradisional, music tradisional, adat istiadat local,
museum, dan lain sebagainya.
Maka dapat dikatakan bahwasannya objek wisata ialah suatu tempat yang
dijadikan tempat kunjungan pleh wisatawan karena memiliki berbagai sumber
daya dimana sumber daya yang dimaksud merupakan ciptaan manusia, seni
budaya, tatanan hidup, dan sejarah bangsa serta tempat ataupun kondisi alam
yang memiliki daya tarik untuk dikunjungi oleh wisatawan sehingga akan adanya
interkasi yang terjadi antar sesama manusia.

2.2.3.2 Daya Tarik Wisata


Daya tarik ataupun atraksi wisata merupakan sesuatu hal yang dapat menarik
turis untuk berkunjung ke suatu wilayah tujuan wisata, seperti alam, buatan
manusia, budaya, ataupun manusia (Wiyono et al., 2018). Menurut (Amalia et al.,
2019) daya tarik wisata merupakan sesuatu hal yang memiliki daya tarik agar
dapat dilihar serta dinikmati juga layak diperjualkan ke pasar wisata. Selain itu
menurut (Undang Undang RI, 2009) daya tarik wisata memiliki definisi sebagai
seluruh bentuk keunikan, keindahan serta memiliki nilai yang berasal dari
keanekaragaman kekayaan alam, budaya, serta hasil buatan manusia yang
menjadi suatu sasaran ataupun tujuan dari kunjungan wisata.

19
Daya tarik wisata ini didasarkan pada beberapa bagian diantaranya yaitu
terdapatnya sumber daya yang dapat memunculkan perasaan bahagiia, indah,
aman serta bersih, kemudian terdapatnya aksesabilitas yang besar guna dapat
mengunjungi tempat tersebut, terdapatnya ciri special yang langka, terdapatnya
fasilitas serta prasarana penunjang, memiliki daya tarik besar karena keindahan
alamnya, serta terdapatnya nilai special karena memiliki daya tarik dalam bidang
kesenian, upacara adat maupun terdapatnya nilai luhur yang terbentuk dari suatu
objek buah karya masa lalu (Pardede & Suryawan, 2016).

Dari beberapa pengertian yang sudah dipaparkan diatas maka dapat disimpulkan
bahwa daya tarik wisata ialah segala sesuatu yang memiliki daya tarik, keunikan,
keindahan serta memiliki nilai yang tinggi, hal itu menjadi tujuan banyaknya
wisatawan untuk datang ke wilayah wisata tersebut. Maka dari itu menurut (I
Made Gami Sandi Untara, 2020) untuk membentuk daya tarik wisata yang baik,
maka harus memenuhi beberapa hal pokok, yaitu :
a. Adanya something to see, maksud dari penyataan tersebut ialah suatu
hal yang menarik untuk dilihat.
b. Adanya something to buy, maksud dari penyataan tersebut ialah suatu
hal yang dirasa menarik dan memiliki ciri khas agar dapat dibeli.
c. Adanya something to do, maksud dari penyataan tersebut ialah suatu
kegiatan yang bisa dilakukan di suatu tempat tersebut.

2.2.4 Komponen Wisata


Komponen penunjang wisata merupakan komponen tentang kepariwisataan
yang harus dimiliki oleh setiap destinasi wisata dimana komponen - komponen
tersebut teridiri dari 4A yaitu Attraction, Amenities, Accesibility, dan Ancilliary
(Nugroho & Sugiarti, 2018). Sedangkan menurut (Chaerunissa & Yuniningsih,
2020) komponen wisata terdiri dari 3A yaitu Attraction, Accesibility, dan Activity.
Adapun upaya pengembangan dalam peningkatan dari segi kualitas fasilitas
daya tarik wisata berdasarkan Peraturan Pemerintah Pariwisata No. 3 Tahun
2018 (Pariwisata et al., 2018) Tentang Petunjuk Operasional Pengelolaan Dana
Alokasi Khusus Fisik Bidang Pariwisata, yaitu:
1. Pembangunan mengenai pusat informasi wisata atau TIC serta
perlengkapan lainnya.
2. Pembuatan pergola

20
3. Pembuatan ruang ganti pakaian atau kamar mandi
4. Pembuatan pagar pembatas
5. Pemasangan lampu di taman
6. Pembuatan gazebo (fasilitas ruangan terbuka)
7. Pembangunan sarana panggung pertunjukan atau kesenian
8. Pembangunan plaza / pusat jajanan kuliner
9. Pembangunan kios cenderamata
10. Pembangunan sarana peribadatan
11. Pembangunan gapura identitas
12. Pembangunan menara pandang (Viewing Deck)
13. Pembuatan jalur untuk pejalan kaki (pedestrian) ataupun jalan setapak
atau juga boardwalk, jalan dalam kawasan, serta tempat parkir
14. Pembuatan rambu-rambu petunjuk arah

Selain itu untuk menilai kondisi pariwisata pada suatu objek wisata hal yang perlu
dilakukan yaitu penilaian berdasarkan standar minimal tujuan wisata. Standar
minimal tujuan wisata diambil dari jurnal Yoeti,1996. Standar minimal tujuan
wisata tersebut dapat dilihat dalam tabel dibawah ini :

Tabel 2. 1 Standar minimal tujuan wisata


No Kriteria Standar Minimal

1 Objek Terdapat salah satu dari unsur alam, social ataupun


budaya
2 Akses Adanya jalan, adanya kemudahan rute, tempat parkir, dan
harga parkir yang terjangkau
3 Akomodasi Adanya pelayanan penginapan (hotel, wisma, losmen, dan
lain-lain)
4 Fasilitas Agen perbelanjaan, pusat informasi, salon, fasilitas
kesehatan, pemadam kebakaran, hydrant, TIC (Tourism
Information Center), Guiding (pemandu wisata), plang
informasi, petugas yang memeriksa masuk dan keluarnya
wisatawan
5 Transportasi Adanya transportasi local yang nyaman, variatif yang
menghubungkan akses masuk
6 Catering Service Adanya pelayanan makanan dan minuman (restoran,
rumah makan, warung nasi dan lain-lain)
7 Aktivitas Rekreasi Terdapat sesuatu yang dilakukan di lokasi wisata seperti
berenang, terjun paying, berjemur, berselancar, jalan-jalan
dan lain-lain
8 Pembelanjaan Adanya tempat pembelian barang-barang umum
9 Komunikasi Adanya televisi, telepon umum, radio, sinyal telepon,

21
No Kriteria Standar Minimal

seluler, penjual voucher dan internet akses


10 Sistem Perbankan Adanya bank (beberapa jumlah dan jenis bank dan ATM
beser ta sebarannya)
11 Kesehatan Poliklinik poli umum/jaminan ketersediaan pelayanan yang
baik untuk penyakit yang mungkin diderita wisatawan
12 Keamanan Adanya jaminan keamanan (petugas khusus keamanan,
polisi wisata, pengawas pantai, rambu-rambu perhatian,
pengarah kepada wisatawan)
13 Kebersihan Tempat sampah dan rambu-rambu peringatan tentang
kebersihan
14 Sarana Ibadah Terdapat salah satu sarana ibadah bagi wisatawan
15 Sarana Terdapat salah satu sarana Pendidikan formal
Pendidikan
16 Sarana Olahraga Terdapat alat dan perlengkapan untuk berolahraga
Sumber : Lothar A Kreck dalam Yoeti, 1996

Dengan demikian dapat diketahui bahwa komponen daya tarik wisata merupakan
sebuah produk wisata yang digunakan untuk memenuhi segala kebutuhan dan
pelayanan wisata yang diberikan kepada wisatawan agar membuat wisatawan
merasa puas dan tertarik untuk berkunjung ke suatu tempat wisata. Ketentuan
teknis pembangunan dan standar kebutuhan fasilitas wisata yang sudah
dijelaskan harus disediakan oleh pengelola pariwisata untuk memberikan rasa
aman dan nyaman kepada wisatawan dan untuk meningkatkan rasa kepuasan
kepada wisatawan terhadap penyediaan sarana yang tersedia di suatu objek
wisata.

2.2.5 Evaluasi
Evaluasi merupakan suatu taksiran terhadap pertumbuhan serta kemajuan pada
tujuan atau nilai-nilai yang telah disepakati (Jayusman & Abdulghani, 2018).
Menurut (Tanjung, 2019) evaluasi merupakan suatu hubungan, menunjuk pada
suatu aplikasi yang dilhat dari skala nilai terhadap suatu hasil kebijakan serta
program, evaluasi ini terdiri dari kesimpulan, penyesuaian, kritik dan perumusan
masalah kembali. Sedangkan menurut (Mania, 2008) Evaluasi ialah suatu
kegiatan yang dilakukan untuk menilai suatu hal yang bertujuan dalam
menentukan nilai.

Ada beberapa pendekatan dalam evaluasi kebijakan diantaranya yaitu evaluasi


semu (Pseudo Evaluation), evaluasi formal (Formal evaluation), serta evaluasi

22
pengambilan keputusan teoritis (decision theoretic evaluation) (Rusmini, 2007).
Dari ketiga pendekatan tersebut dijelaskan sebagai berikut;
a. Evaluasi Semu
Evaluasi Semu merupakan suatu pendekatan yang berkolaborasi dengan
metode deskriptif dalam menghasilkan suatu informasi yang akurat dan
mampu di percaya dalam menghasilkan kebijakan dengan tanpa adanya
usaha dalam menyakan terkait manfaat ataupun nilai tersebut kepada
individu, kelompok, ataupun masyarakat secara luas (Rusmini, 2007).
Ukuran terkait manfaat atau nilai merupakan suatu yang dapat dibuktikan
sediri atau tidak kontroversial, ini merupakan asumsi utama dari sevauasi
semu (Kurnia & Widiyastuti, 2019).
Evaluasi semu ini merupakan evaluasi yang digunakan oleh peneliti
didalam penelitian ini. Hal ini dikarenakan evaluasi semu ini dapat
diterapkan dalam berbagai macam metode yaitu dalam rancangan
eksperimental semu, kuesioner, random sampling, serta teknik statistik
(Kurnia & Widiyastuti, 2019). Evaluasi semu ini digunakan untuk
mengevaluasi suatu kondisi pariwisata secara kuantitaif dan kualitatif.

b. Evaluasi Formal
Evaluasi formal ialah suatu pendekatan yang menggunakan sebuah
metode deskriptif dalam menghasilkan berbagai informasi yang akurat
dan mudah sekali dipercaya mengenai hasil kebijakan tetapi evaluasi ini
atas dasar tujuan program kebijakan yang telah diberitahukan secara
formal oleh penulis kebijakan dan administrator program (Rusmini, 2007).
Evaluasi formal ini memiliki perbedaan dengan evaluasi semu dimana
evaluasi formal menggunakan dokumen program, undang undang, dan
wawancara, dengan pembuat kebijakan dan administrator untuk
mendefinisikan tujuan serta target kebijakan (Umar, 2011).

c. Evaluasi Keputusan Teoritis


Evaluasi Keputusan Teoritis merupakan suatu pendekatan dengn
menggunakan metode deskriptif dalam menghasilkan suatu informasi
yang dapat dipertanggung jawabkan serta akurat terkait hasil kebijakan
secara eksplisit dinilai oleh banyaknya pelaku kebijakan. Di dalam
evaluasi ini ada sebuah upaya untuk memunculkan serta membentuk

23
eksplisit tujuan juga target dari pelaku kebijakan, baik itu yang
tersembunyi atau tidak tersembunyi (Umar, 2011).

2.3 Definisi Operasional


Adapun penjabaran atau penjelasan mengenai variabel penelitian yang dipakai
dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:
1) Attraction (Atraksi)
Atraksi merupakan semua hal yang dapat menarik minat wisatawan untuk
dapat mengunjungi suatu kawasan wisata. Atraksi bisa didasari oleh
sumber daya alam yang mempunyai bentuk ciri-ciri fisik alam, serta
keindahan dari kawasan itu sendiri. Kemudian, budaya juga bisa menjadi
sebuah atraksi untuk dapat menarik minat wisatawan untuk dating ke
sebuah destinasi wisata, seperti hal-hal yang berkaitan besejarah,
keagamana, cara hidup bermasyarakat, tata cara pemerintahan, serta
tradisi-tradisi yang ada di masyarakat baik itu dimasa lalu ataupun masa
sekarang (Nugroho dan Sugiarti, 2012). Setiap destinasi wisata sejatinya
akan mempunyai atraksi khusus yang tidak akan dimiliki oleh wisata yang
lain.

2) Accessibilities (Akses)
Akses meliputi beberapa fasilitas sarana serta prasarana yang diperlukan
oleh para wisatawan agar dapat sampai ke destinasi wisata, sehingga
harus adanya beberapa jasa seperti penyewaan kendaraan ataupun
transportasi lokal, rute serta pola perjalanan menurut Cooper dkk, 2000
dalam Nugroho dan Sugiarti (2012). Menurut Sugiama (2011) dalam
Nugroho dan Sugiarti (2012) aksesibilitas merupakan seberapa besar
tingkat intensitas suatu kawasan wisata ataupun destinasi bisa dijangkau
oleh para wisatawan. Fasilitas dalam aksesibilitas seperti jalan raya, rel
kereta api, jalan tol, terminal, stasiun kereta api, dan kendaraan roda
empat. Menurut Brown dan Stange (TT) dalam Nugroho dan Sugiarti
(2012) akses yaitu cara seperti apa yang dilakukan oleh seseorang dari
tempat asalnya agar dapat mencapai sebuah tujuan, dilihat dari mudah
atau sulitnya.

24
3) Amenities (fasilitas)
Amenities merupakan fasilitas pendukung yang sejatinya diperlukan oleh
para wisatawan pada sebuah destinasi wisata. Amenities ini meliputi
berbagai macam fasilitas untuk memenuhi semua kebutuhan akomodasi,
penyediaan makanan serta minuman, tempat hiburan, tempat
perbelanjaan, dan layanan lainnya seperti bank, rumah sakit, keamanan
maupun asuransi (Nugroho dan Sugiarti, 2012). Menurut Inskeep (1991)
dalam Nugroho dan Sugiarti (2012) fasilitas (facilities) serta pelayanan
lainnya (other services) pada sebuah destinasi dapat terdiri dari beberapa
macam seperti biro perjalanan pariwisata, tempat makan, tempat belanja
kerajinan tangan, cinderamata, keunikan, keamanan, bank, penukaran
uang (money changer), pusat informasi wisata, rumah sakit, serta bar.
Setiap destinasi wisata akan memiliki fasilitas yang berbeda-beda, tetapi
dalam melayani kebutuhan dasar dari wisatawan yang datang, destinasi
akan melengkapinya disesuaikan dengan karakteristik dari destinasi
wisata tersebut.

4) Ancillary Services
Ancillary merupakan suatu dukungan yang tersedia dari organisasi,
pemerintah daerah, maupun dari kelompok atau pengelola destinasi
pariwisata untuk dapat menyelenggarakan suatu kegiatan pariwisata
(Nugroho & Sugiarti, 2012) Kemudian Wargenau dan Deborah
berpendapat dalam Nugroho dan Sugiarti (2012) bahwa ancillary ini
merupakan sebuah organisasi pengelola dari suatu destinasi wisata,
organisasi dari pemerintah, asosiasi kepariwisataan, operator pejalanan
dan lain sebagainya. Didalam hal ini, organisasi tersebut bisa berupa
kebijakan maupun dukungan dari pemerintah ataupun organisasi agar
suatu kegiatan wisata dapat terselenggara. Seperti hal nya desa wisata,
tentunya penyelenggaraan suatu desa wisata didukung oleh adanya
kebijakan dari pemerintah baik pemerintah daerah maupun pemerintah
pusat agar suatu kegiatan wisata dapat terselenggarakan.

Dengan demikian 4 (empat) variabel tersebut harus dimiliki oleh tempat wisata
untuk memiliki daya tarik wisata kepada para wisatawan agar wisatawan dapat

25
mengunjungi tempat wisata tersebut dan memiliki rasa puas terhadap komponen
wisata yang terdapat di tempat wisata tersebut.

Tabel 2. 2 Identifikasi indikator dan variabel penelitian


Sumber Literatur
No Variabel (4A) Sub Variabel Indikator
(variabel/indikator)
- Keberagaman
atraksi
- Daya Tarik
- Kondisi
- Kepuasan
pemandian air
wisatawan
panas
1 Attraction - Kondisi kebersihan
- Kondisi keamanan
- Kondisi
kenyamanan
- Keindahan kawah
gunung

- Kondisi Pusat - Kondisi kebersihan - Peraturan Menteri


Informasi Wisata - Kondisi kenyamanan Pariwisata Nomor 3
- Kondisi keamanan Tahun 2018 Tentang
- Kondisi Sarana - Kondsi kecukupan Petunjuk Operasional
Ibadah Pengelolaan Dana
- Kondisi Sarana Alokasi Khusus Fisik
Kesehatan Bidang Pariwisata
- Kondisi Sarana - Standar arsitektural
2 Amenities Perbankan (Dinanti, 2002: 155) dan
- Kondisi Toilet Ernst Neufert,
- Kondisi Kios / Architect’s Data
Warung
- Kondisi Rambu - Kondisi kecukupan
Penunjuk Jalan
- Kondisi Lampu
Penerangan Jalan
- Kondisi kebersihan Peraturan Menteri
- Jalur Pejalan Kaki - Kondisi keamanan Pariwisata Nomor 3
- Kondisi kecukupan Tahun 2018 Tentang
- Jalan Setapak Petunjuk Operasional
Pengelolaan Dana
Alokasi Khusus Fisik
3 Accessibilities
- Jalan Dalam Bidang Pariwisata
Kawasan

- Kondisi Tempat
Parkir

26
Sumber Literatur
No Variabel (4A) Sub Variabel Indikator
(variabel/indikator)
- Ketersediaan Peraturan Menteri
- Jasa Pendukung informasi Pariwisata Nomor 3
Dari Organisasi - Media promosi Tahun 2018 Tentang
Petunjuk Operasional
Ancillary - Jasa Pendukung Pengelolaan Dana
4
Service Dari Pemerintah Alokasi Khusus Fisik
Daerah Bidang Pariwisata
- Jasa Pendukung
Dari Pengelola
Wisata
Sumber : Hasil Peneliti, 2021

27
2.4 Penelitian Terdahulu
Berikut merupakan tabel studi terdahulu yang dijadikan pembeda dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti :

Tabel 2. 3 Studi terdahulu


No Judul Penulis Tujuan dan Sasaran Hasil dan Kesimpulan Perbedaan
1 Jurnal Persepsi dan Kurniansah, Tujuan dari penelitian Hasil dan kesimpulan dari Metode penelitian pada penelitian
Eskpetasi Wisatawan Rizal. 2016 tersebut yaitu penelitian tersebut yaitu harus tersebut adalah metode penelitian
terhadap Komponen mengetahui apa saja adanya suatu Program perbaikan kuantitatif yang didukung oleh metode
Destinasi Wisata Lakey yang menjadi komponen- oleh para stakeholder terhadap kualitatif. Sedangkan metode peneliitian
Hu’u, Kabupaten Dompu. komponen penentu pada masing-masing indikator yaitu yang digunakan peneliti pada penelitian
destinasi wisata Lakey- untuk segera menyediakan ini hanya menggunakan metode
Hu’u, mengkaji sebuah sebuah tempat parkir yang baik kuantitatif dan metode kualitatif
persepsi serta ekspektasi dan layak dari segi keamanan
dari para wisatawan dan kenyamanan, menambah
terhadap kualitas kuantitas dari petugas lifeguard
daripada komponen dan menyediakan speedboat
destinasi pariwisata serta semua peralatan
Lakey-Hu’u, Serta keselamatannya, menambahkan
adanya program fasilitas tempat ding repair pada
improvisasi pada kawasan wisata Lakey-Hu’u,
komponen-komponen memperbaiki kondis dari
destinasi iwisata Lakey- angkutan umum serta
Hu’u. mengundang investor untuk
segera mendirikan sebuah biro
perjalanan agar bisa mendapat
penambahan penjualan paket
wisata ke wisata Lakey-Hu’u dan
segera membuat suatu website
yang resmi sebagai sarana
informasi yang lengkap.
2 Jurnal Perencanaan Ni Ketut Desi, Tujuan dari penelitian Kesimpulan dari penelitian Variabel penelitian dalam penelitian ini
Pengembangan Ida Bagus, tersebut adalah untuk tersebut yaitu keluarnya suatu jelas berbeda, dalam penelitian ini

28
No Judul Penulis Tujuan dan Sasaran Hasil dan Kesimpulan Perbedaan
Kawasan Pariwisata 2018 menganilisis Rencana arahan pengembangan variabel yang menjadi pertimbangan
Pantai Lebih, Desa perencanaan suatu dari kawasan prioritas Pantai yaitu dilihat dari komponen 4A yang
Lebih, Kabupaten kawasan pariwisata yaitu Lebih yang dikelompokkan nantinya ditemukan potensi dan
Gianyar Kawasan Pantai Lebih menjadi beberapa kelompok masalah yang akan dijadikan sebagai
untuk pengembangan rencana, diantaranya: evaluasi peningkatan kualitas pelayanan
kawasan pariwisata a. Rencana Arahan Fungsi
tersebut dan hasilnya Kawasan
dapat dimanfaatkan bagi b. Rencana Fasilitas dan Utilitas
keberlanjutan c. Rencana Transportasi
keparariwisataan dari d. Rencana Arahan Tata Ruang
Pantai Lebih. e. Rencana Pengembangan
Kegiatan
f. Indikasi Program Kawasan
Prioritas
3 Jurnal Strategi Dadan Tujuan dari penelitian Kesimpulan dari penelitian Metode analisis yang digunakan oleh
Pengembangan Mukhsin tersebut yaitu untuk tersebut yaitu Kawasan Wisata peneliti tersebut menggunakan metode
Kawasan Pariwisata merumuskan suatu Gunung Galunggung mempunyai analisis karakteristik wisatawan dan
Gunung Galunggung strategi pengembangan potensi yang sangat luar biasa, aspirasi pelaku wisata yang dimana
pada Kawasan pariwisata diantaranya adalah keindahan dalam penentuan strategi
Gunung Galunggung dari kawahnya, keindahan alam pengembangan hanya melihat kepada
yang di sekitar Gunung aspirasi wisatawan, namun dalam
Galunggung, beebrapa lahan penelitian ini yaitu dengan juga
kosong yang berpotensi untuk mempertimbangkan perbandingan
dikembangkan kembali, serta dengan standar pelayanan yang ada
terdapat kawasan konservasi dan bukan hanya berdasarkan persepsi
lain sebagainya. wisatawan

29
No Judul Penulis Tujuan dan Sasaran Hasil dan Kesimpulan Perbedaan

4 Jurnal Strategi Muhamad Tujuan dari penelitian ini Kesimpulannya dari penelitian Metode pengumpulan data yang
Perencanaan Rizal yaitu perwujudan tersebut yaitu ditemukan bahwa dilakukan di penelitian tersebut hanya
Pengembangan Pahleviannur, pariwisata yang tangguh masih kurangnya ketersediaan berdasarkan studi literatur, observasi,
Pariwisata Untuk Diyah Ayu bencana di wilayah sarana dan prasarana yang ada dan dokumentasi. Sedangkan pada
Mewujudkan Destinasi Wulandari, pesisir Drini Gunungkidul di Kawasan pesisir Drini penelitian yang dibuat peneliti untuk
Tangguh Bencana di Salma Lutfiani Gunungkidul sehingga metode pengmpulan data itu
Wilayah Kepesisiran Sochiba, mengakibatkan adanya tidak mepertimbangkan data sekunder yang
Drini Gunungkidul Ramadhini adanya mitiasi struktural. didapat dari instansi terkait.
Rudi Santoso
5 Jurnal Analisis Pengaruh Husna Tujuan dari penelitian Kesimpulan dari penelitian Variabel yang digunakan dalam
Komponen Wisata Candranurani tersebut yaitu agar dapat tersebut yaitu ditemukan mengukur persepsi wisatawan adalah
Terhadap Kepuasan Oktavia mengetahui adanya beberapa komponen wisata yaitu accommodation, accessibility dan
Pengunjung Wisata pengaruh dari komponen accommodation, accessibility, dan amenities. Sedangkan dalam penelitian
Bahari pariwisata di Pantai amenity yang berpengaruh secara ini ada tambahan 1 variabel yaitu
Panjang terhadap signifikan pada kepuasan ancilliary.
kepuasan wisatawan wisatawan. Hasil nya digunakan
Pantai Panjang yang sebagai acuan bagi para
dilihat dari beberapa pengelola wisata serta organisasi
aspek, yaitu yang berkaitan terhadap
Accommodation, pengembangan pariwisata agar
Accessibility dan kualitas dari komponen wisata
Amenity. Hal tersebut yang ada di objek wisata Pantai
dilakukan pengelolaan Panjang dapat ditingkatkan serta
Pantai Panjang agar dikelola secara baik. Kemudian
dikelola secara baik. dapat dijadikan sebagai acuan
dalam peyusunan dari strategi
pengembangan Kawasan
pariwisata bahari di Provinsi
Bengkulu.
Sumber : Hasil Peneliti, 2021

30
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Kerangka Pemikiran


Kerangka pemikiran merupakan model mengenai hubungan antar teori baik yang
berasal dari penelitian ataupun tinjauan pustaka mengenai Evaluasi Kondisi
Pariwisata Kawasan objek wisata Gunung Galunggung. Kerangka pemikiran ini
terdiri dari latar belakang, tujuan, metodologi, data-data yang dibutuhkan,
sehingga keluaran yang akan dihasilkan dari penelitian tersebut. Kerangka
pemikiran dapat dilihat dalam Gambar 3.1 Kerangka pemikiran.

3.2 Metodologi
Metodologi yang peneliti digunakan pada penelitian kali ini yaitu metode
pendekatan studi, metode analisis, metode pengumpulan data dan metode
pengambilan sampel.

3.3 Metode Pendekatan Studi


Pada penelitian metode pendekatan yang digunakan adalah metode kuantitatif
dan metode kualitatif. Metode kuantitaif memiliki definisi sebagai metode
penelitian yang dilandasi oleh filsafat potivisme yang digunakan pada penelitian
untuk suatu sampel ataupun populasi tertentu, pengumpulan data yang
dgunakan yaitu instrument penelitian, analisis data yang bersifat kuantitatif
ataupun statistik yang bertujuan untuk melakukan suatu uji hipotesis yang sudah
ditetapkan (Sugiyono, 2013). Sedangkan Metode kualitatif memiliki definisi
metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan
untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah
eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci (Sugiyono, 2013).
Metode kuantitatif yang digunakan pada penelitian ini yaitu untuk melakukan
analisis skoring pada penilaian wisatawan terhadap kondisi komponen wisata di
kawasan objek wisata Gunung Galunggung dengan menggunakan kuesioner
yang nantinya akan digambarkan hasil dari kuesioner tersebut dengan cara
deskriptif kuantitatif dengan menggunakan skala likert. Sedangkan, metode
kualititaif digunakan dalam analisis supply demand untuk melihat kondisi
pariwisata berdasarkan dari hasil observasi peneliti yang nantinya akan
digunakan untuk melihat kekurangan apa saja yang ada di Kawasan Pariwisata
Gunung Galunggung.

31
Latar Belakang
Berdasarkan Rencana-Tata-Ruang-Wilayah Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2021-2041
menyatakan bahwa Kabupaten Tasikmalaya memiliki perwujudan kawasan pariwisata berupa
kegiatan pariwisata dengan memanfaatkan potensi daari daya tarik wisata alam, potensi
budaya serta potensi buatan
Gunung Galunggung termasuk kedalam Kawasan Strategis Kabupaten (KSK) dari sudut
kepentingan ekonomi (RTRW KAB. Tasikmalaya).
Didalam RIPPARDA (2019) disebutkan akan adanya pembangunan Kawasan geowisata
Gunung Galunggung dan pengembangan puncak dan kawah Gunung Galunggung
Kawasan objek wisata gunung galunggung menjadi salah satu objek pariwisata unggulan di
Kabupaten Tasikmalaya
Kawasan onjek wisata Gunung Galunggung sempat ditutup akibat pandemic dan kembali
dibuka dengan adanya protocol kesehatan serta penyesuaian dengan peraturan terbaru dari
pemerintah. maka perlu dilakukan evaluasi kondisi pariwisata di Kawasan objek wisata
Gunung Galunggung agar bisa menyesuaikan dengan kondisi saat ini.

Rumusan Masalah

Terdapat banyak sampah, vandalism, dan aksesibilitas rusak


Pandemi Covid-19 yang mengakibatkan Kawasan wisata Gunung Galunggung sempat
beberapa kali ditutup dan menyebabkan Penurunan jumlah wisatawan yang melonjak lebih
dari 50%
Kurangnya pemasukan finansial yang juga berakibat pada kurangnya perawatan terhadap
infrastruktur, sarana dan prasarana yang terdapat di Kawasan objek wisata Gunung
Galunggung.
Belum adanya penerapan protocol kesehatan yang baik meskipun sudah bersertifikasi CHSE.

Tujuan Penelitian

Untuk mengevaluasi kondisi pariwisata di Kawasan objek wisata Gunung Galunggung

Analisis Pendekatan/Metode Metode


Analisis Pengumpulan
Evaluasi Kondisi Attraction Data
Evaluasi kondisi Amenities Evaluasi semu
Evaluasi kondisi accesibilities Analisis Skoring Kuesioner
Evaluasi kondisi ancilliary service
Analisis Supply dan Observasi
Analisis Supply dan Demand
Demand Survei instansional

Keluaran

Evaluasi Kondisi Pariwisata Kawasan Wisata Gunung Gambar 3. 1 Kerangka


Galunggung Pemikiran
Sumber : Hasil
Pemikiran, 2021

32
3.4 Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam pengolahan data pada penelitian ini
dapat dilihat sebagai berikut.

3.4.1 Metode Analisis Skoring


Metode skoring merupakan suatu teknik analisis data kuantitatif yang digunakan
sebagai pemberian nilai terhadap masing-masing karakteristik parameter dari
berbagai sub variable agar dapat menghitung nilainya serta dapat menentukan
peringkatnya. Hasil dari penggunaan metode skoring ini lebih akurat dibanding
dengan system analisis yang dijalankan saat ini (Gunawan, 2014). Skoring
merupakan metode untuk memberikan penilaian terhadap setiap kelas parameter
dari skor yang sangat tinggi hingga rendah yang sebanding dengan tingkat
sangat sesuai hingga tidak sesuai, semakin tinggi skor maka parameter tersebut
akan semakin baik (Tanjungsari & Gunungkidul, 2021).
Analisis skoring pada penelitian ini dilakukan pada kuesioner pengunjung.
Skoring diberikan kepada jawaban dari wisatawan yang bersifat penilaian
terhadap atraksi wisata, kondisi aksesibilitas wisata, kondisi amenitas wisata,
serta kondisi fasilitas pendukung yang mencakup keberadaan beberapa
organisasi yang memfasilitasi dan juga mendorong pengembangan serta
pemasaran suatu destinasi wisata. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel
3.1 dibawah ini.

Tabel 3. 1 Pembobotan komponen wisata


Variabel Penilaian
No Sub Variabel Indikator
(4A) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
- Keberagaman - - - - - - - - - -
atraksi
- Daya Tarik
- Kondisi
- Kepuasan
pemandia
wisatawan
n air
- Kondisi
panas
kebersihan
1 Attraction
- Kondisi
keamanan
- Kondisi
- Keindahan kenyamanan
kawah - Standar
gunung protokol
kesehatan
2 Amenities - Kondisi - Kondisi - - - - - - - - - -

33
Variabel Penilaian
No Sub Variabel Indikator
(4A) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Pusat kebersihan
Informasi - Kondisi
Wisata kenyamanan
- Kondisi - Kondisi - - - - - - - - - -
Sarana keamanan
Ibadah - Kondsi
- Kondisi kecukupan - - - - - - - - - -
Sarana
Kesehatan
- Kondisi - - - - - - - - - -
Sarana
Perbanka
n
- Kondisi - - - - - - - - - -
Toilet
- Kondisi - - - - - - - - - -
Kios /
Warung
- Kondisi - Kondisi - - - - - - - - - -
Rambu kecukupan
Penunjuk
Jalan
- Kondisi - - - - - - - - - -
Lampu
Penerang
an Jalan
- Jalur - Kondisi - - - - - - - - - -
Pejalan kebersihan
Kaki - Kondisi
- Jalan keamanan - - - - - - - - - -
Setapak - Kondisi
Accessibili kecukupan
3 - Jalan - - - - - - - - - -
ties
Dalam
Kawasan
- Kondisi
Tempat
Parkir
4 Ancillary - Ketersediaan - - - - - - - - - -
Service - Jasa informasi
Pendukung - Media promosi
Dari
Organisasi

- Jasa
Pendukung
Dari

34
Variabel Penilaian
No Sub Variabel Indikator
(4A) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Pemerintah
Daerah
- Jasa
Pendukung
Dari
Pengelola
Wisata
Sumber : (Purifyningtyas & Wijaya, 2016) dengan modifikasi.

Pembobotan tersebut selanjutnya digunakan sebagai bobot untuk analisis


skoring. Hasil penjumlahan setiap bobot akan dilakukan pengkelasan pada
masing-masing variable tersebut yang terdiri dari kelas sangat tidak layak, tidak
layak, cukup, layak, dan sangat layak. Nilai masing-masing kelas yaitu:
Skor Tertinggi−Skor Terendah 10−1
Rentang Skor= = =1,8
Jumlah Interval 5

Tabel 3. 2 Pengkelasan komponen wisata


No Kelas Interval
1 Sangat Tidak Baik 1 – 2,8
2 Tidak Baik 2,8 – 4,6
3 Cukup 4,6 – 6,4
4 Baik 6,4 – 8,2
5 Sangat Baik 8,2 - 10
Sumber: Hasil Analisis, 2021

3.4.2 Analisis Supply dan Demand


Analisis supply pada penelitian ini dilakukan berdasarkan dari data eksisting.
Sedangkan Analisis demand pada penelitian ini didasarkan pada jumlah
wisatawan dan standar kebutuhan fasilitas menurut Ernst Neufert, 1970. Pada
penelitian ini, Analisis supply demand dilakukan untuk mengetahui kekurangan
komponen wisata yang ada di wilayah studi. Analisis ini dilakukan dengan
melihat standar tujuan wisata wisata menurut Lothar A Kreck yang diambil dari
jurnal Yoeti,1996.

3.5 Metode Pengumpulan Data


Pada metode pengumpulan data ini terdiri dari kebutuhan data serta Teknik
pengumpulan data pada penelitian ini.

35
3.5.1 Kebutuhan Data
Kebutuhan data pada penelitian ini berkaitan dengan analisis-analisis yanga
akan dilakukan untuk mencapai tujuan penelitian. Adapun kebutuhan data yang
dibutuhkan pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3. 3 Kebutuhan data


Metode Data
Sasaran Output Sumber
Analisis Primer Sekunder
Menilai Untuk menilai
kondisi kondisi
pariwisata di pariwisata di Penyebaran
Analisis Kuesioner Terhadap
Kawasan Kawasan Kuesioner
Skoring Pengunjung
objek wisata pbjek wisata (Teks)
Gunung Gunung
Galunggung Galunggung
Menganalisis Untuk Analisis Observasi - Standar - Observasi
kebutuhan mengetahui Supply Lapangan Minimal lapangan
ideal fasilitas kebutuhan dan (foto Tujuan - Dinas Pariwisata,
pariwisata fasilitas Demand dokumentasi Wisata Pemuda, dan
pariwisata di wilayah - Data Olahraga
Kawasan kajian, dan jumlah Kabupaten
objek wisata teks) wisatawan Tasikmalaya
Gunung - Data - Peraturan Menteri
Galunggung fasilitas Pariwisata Nomor
pariwisata 3 Tahun 2018
eksisting Tentang Petunjuk
Operasional
Pengelolaan Dana
Alokasi Khusus
Fisik Bidang
Pariwisata
- Standar Data
Arsitektural terkait
standar kebutuhan
fasilitas
Sumber : Hasil Analisis, 2021

3.5.2 Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data adalah sebuah cara yang digunakan peneliti dalam
pengumpulan data. Adapun teknik penelitian data ang digunakan diantaranya:
a. kuesioner, dimana kuesioner ini dilakukan untuk mengetahui presepsi
dari responden. Pada teknik ini, peneliti akan memberikan lembar
kuesioner kepada responden mengenai pertanyaan yang telah disusun
terkait dengan penelitian, kemudian kuesioner ini menggunakan pilihan

36
yang meminta responden untuk memilih jawaban yang telah ditentukan.
Pelaksanaan kuesioner ini dilakukan pada wisatawan objek wisata
Gunung Galunggung, untuk alternatif jawaban kuesioner ini ditetapkan
skor yang diberikan kepada masing-masing pilihan jawaban dengan
menggunakan skala likert.
b. observasi, merupakan pengamatan secara langsung pada wilayah studi
penelitian. Pada penelitian ini, observasi yang dilakukan untuk
pengumpulan data yaitu kondisi eksisting wilayah studi dan aktivitas
pariwisata di objek wisata Gunung Galunggung. Hasil observasi
digunakan pada analisis supply dan demand; dan
c. dokumentasi, merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang
berasal dari sumber tertulis maupun dokumen yang berasal dari
responden. Teknik pengumpulan data dokumentasi dapat juga diartikan
sebagai pengumpulan data-data terkait variabel-variabel penelitian
berupa transkip, catatan, surat kabar, dan sebagainya.

3.6 Metode Pengambilan Sampel


Metode pengambilan sampel yang digunakan peneliti yaitu dengan
menggunakan metode simple random sampling. Sampel merupakan bagian dari
sebuah populasi. Sampel yang diambil harus mewakilkan keseluruhan
karakteristik populasi. Tekni sampling merupakan cara yang digunakan peneliti
dalam mengambil sampel pada penelitian. Pengambilan sampel sendiri harus
dilakukan dengan cara sedemikian rupa agar sampel yang diperoleh dapat
berfungsi menggambarkan populasi yang sebenarnya (Sugiyono, 2012). Simple
random sampling merupakan suatu sampel, metode dikatakan random apabila
setiap unsur atau anggota populasi memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih
sebagai sampel. Terdapat dua cara yang dapat digunakan dalam sample random
sampling yaitu dengan menggunakan undian dengan tabel bilangan random.
Sampel yang akan diambil yaitu wisatawan yang mempunyai beberapa
karakteristik yaitu :
 berjenis kelamin laki-laki maupun perempuan,
 wisatawan yang pernah mengunjungi Kawasan Objek wisata Gunung
Galunggung pada saat pandemic covid 19,
 wisatawan yang berusia diatas 17 tahun.

37
Dalam menggunakan metode ini terdapat keuntungan yaitu peneliti tidak
membutuhkan pengetahuan tentang populasi sebelumnya, terbebas dari
kesalahan-kesalahan klasifikasi kemungkinan yang dapat terjadi dan mudahnya
menganalisis data serta dapat terhitungnya kesalahan-kesalahan, selain
keuntungan ada juga kelemahan dari metode ini adalah peneliti tidak dapat
memanfaatkan ilmu pengetahuan yang dimiliki terkait populasi dan tingkat
kesalahan dalam penentuan ukuran sampel yang lebih besar (Siahaan et al.,
2008).
Penentuan jumlah sampel dilakukan berdasarkan jumlah wisatawan Kawasan
wisata Gunung Galungguung selama satu tahun terakhir. Adapun penentuan
jumlah sampel dihutung menggunakan rumus Slovin 1993 dalam (Putri, 2019)
sebagai berikut:
N
n= 2 = 100 sampel
1+ Ne
Keterangan:
n= Ukuran sampel
N= Ukuran populasi tahun terakhir
e= Prosentasi kelonggaran ketidaktelitian akibat kesalahan pengambilan sampel yang masih dapat di
tolerir, margin of error = 10%

3.7 Metode Pengujian Data


Metode pengujian data yang digunakan yaitu uji normalitas, uji validitas, dan uji
reliabilitas.

3.7.1 Uji Normalitas


Uji normalitas adalah suatu pengujian yang berfungsi untuk mengetahui dalam
model regresi tersebut terdapat distribusi normal atau tidak. Bilamana data setiap
variabel tidak normal, maka pengujian hipotesis tidak bisa menggunakan statistik
parametrik (Nailufar & Sufitrayati, 2019). Menurut (Sugiyono, 2013) Uji normalitas
ini dilakukan dengan menggunakan SPSS versi 21 dengan uji Kolmogorov-
Smirnov, di sini rumusnya adalah :

KD=1,36
√ n1+n 2
n 1. n 2
Keterangan :
KD : Jumlah Kolmogorov-Smirnov
n1 : Jumlah sampel yang diperoleh

38
n2 : Jumlah sampel yang diharapkan

Data dikatakan normal, apabila nilai signifikan > 0,05 maka data dikatakan
normal. Sebaliknya, apabila nilai signifikan < 0,05 maka data dikatakan tidak
berdistribusi dengan normal (Astutik, 2011).

3.7.2 Uji Validitas


Validitas merupakan tingkat keandalan dan keshahihan terkait alat ukur yang
digunakan, intrumen bila dikatakan valid apabila menunjukan alat ukur yang
dipergunakan untuk mendapatkan data yang valid tujuannya untuk menunjukan
alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data itu valid atau dapat digunakan
untuk mengukur intrumen tersebut (Muzakir, 2014). Pengujian ini merupakan
syarat penting yang berlaku untuk penggunakan kuesioner, karena pengujian ini
merupakan suatu keharusan untuk menentukan valid atau tidaknya kuesioner
(Siahaan et al., 2008). Berikut ini disajikan rumus korelasiyang berfungsi untuk
mencari koefisien korelasi hasil uji instrument dengan uji kriterianya
n¿¿
Keterangan:
rxy = koefisien korelasi
n = jumlah responden
xi = skor setiap item pada instrument
yi = skor setiap item pada kriteria

Nilai untuk dianggap sebagai suatu butir instrument yang valid adalah ketika r ≥
0,3, jadi jika korelasi antara butir dengan skor total < 0,3 maka butir dalam
instrument akan dinyatakan tidak valid.

3.7.3 Uji Reliabilitas


Reliabilitas merupakan suatu ukuran yang dapat menunjukan terkait sejauh
mana hasil pengukuran tetap konsisten bila diukur beberapa kali dengan alat
ukur yang sama (Muzakir, 2014). Pengujian ini merupakan syarat penting yang
berlaku untuk penggunakan kuesioner, karena pengujian ini merupakan suatu
keharusan untuk menentukan reliable atau tidaknya kuesioner (Siahaan et al.,
2008). Kuesioner dikatan reliable ketika jawaban responden itu konsisten atau
stabil dari waktu ke waktu. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode
Cronbach”s alpha untuk mengukur internal konsistensi di setiap pertanyaan,
yang nantinya akan menggambarkan sejauh mana butir pertanyan tersebut

39
berkaitan satu dengan yang lain. Pengujian reliabilitas dalam penelitian ini
menggunakan aplikasi SPSS 21 dengan teknik uji Cronbach’s Alpha. Rumus
Cronbach’s Alpha sebagai berikut:

( )( )
k Σσb 2

r 11= 1−
k−1 σt
2

Keterangan :
r11 : Reliabilitas instrument
k : banyak pertanyaan
σb 2 : Jumlah varians butir

σt 2 : Varians total

Kriteria pengujian reliabilitas dengan menggunakan Cronbach’s Alpha adalah jika


nilai alpha > 0,6 maka perangkat tersebut dikatakan reliabel, jika nilai alpha < 0,6
maka instrument tidak dapat dikatakan reliabel.

3.8 Tahapan Pelaksanaan Penelitian


Tahapan pelaksanaan penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran
proses yang dilakukan didalam melaksanakan penelitian dari awal hingga akhir,
yaitu dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

40
Merumuskan Masalah
(Latar Belakang, Tujuan,
Sasaran, Rumusan
Masalah)

Tinjauan Pustaka (Tinjauan


Kebijakan, Tinjauan Teori,
Definisi Operasional,
Penelitian Terdahulu)

Merumuskan Metode
Analisis

Merumuskan Metode
Pengumpulan Data

Metode Pengujian Data

Menganalisis Data
Kuantitatif

Hasil Analisis

Kesimpulan dan
Rekomendasi

Gambar 3. 2 Tahapan pelaksanaan penelitian


Sumber : Hasil Pemikiran, 2021

41
BAB 4 KAJIAN OBJEK PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Kabupaten Tasikmalaya


Gambaran wilayah studi pada penelitian ini melihat dari kondisi geografi,
topografi, dan batas administrasi, kondisi demografi, serta kebijakan pariwisata
Kabupaten Tasikmalaya.

4.1.1 Kondisi Geografi, Topografi dan Batas Administratif


Secara geografis, Kabupaten Tasikmalaya terletak antara 7 02’29” - 7049’08”
Lintang Selatan dan 107054’10” - 107026’42” Bujur Timur. Secara Administratif
Kabupaten Tasikmalaya memiliki batas sebagai berikut:
 Sebelah utara berbatasan dengan Kota Tasikmalaya, Kabupaten Ciamis,
Kabupaten Sumedang dan Kabupaten Majalengka;
 Sebelah selatan berbatasan dengan Samudera Hindia;
 Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Garut; dan
 Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Ciamis dan Kabupaten
Pangandaran.

Kabupaten Tasikmalaya mempunyai luas wilayah sebesar 270.677 ha terdiri dari


39 kecamatan dan 351 desa. Dilihat dari ketinggiannya maka kecamatan
Bojonggambir dan Taraju mempunyai wilayah paling tinggi dibandingkan dengan
wilayah lainnya dengan ketinggian rata-rata sebesar 800 m dari muka laut dan
wilayah yang terendah adalah kecamatan Cikalong dengan tinggi hanya 25 m
dari muka laut.
Wilayah Kabupaten Tasikmalaya memiliki ketinggian berkisar antara 0 – 2.000
meter di atas permukaan laut (dpl). Secara umum wilayah Kabupaten
Tasikmalaya dapat dibedakan menurut ketinggiannya, yaitu: bagian utara
merupakan wilayah dataran tinggi dan bagian selatan merupakan wilayah
dataran rendah dengan ketinggian berkisar antara 0 – 100 meter dpl.

42
Tabel 4. 1 Sebaran ketinggian perkecamatan di Kabupaten Tasikmalaya
Ketinggian Sebaran
No
(mdpl) (Kecamatan)
Bantarkalong, Bojongasih, Bojonggambir, Ciawi, Cibalong,
Cigalontang, Cikalong, Cikatomas, Cineam, Cipatujah,
Cisayong, Culamega, Gunungtanjung, Jamanis, Jatiwaras.
Kadipaten, Karangjaya, Karangnunggal, Leuwisari,
1 0 – 500 Mangunreja, Manonjaya, Padakembang, Pagerageung,
Parungpoteng, Pancatengah, Puspahiang, Rajapolah, Salawu,
Salopa, Sariwangi, Singaparna, Sodonghilir, Sukahening,
Sukaraja, Sukarame, Sukaratu, Sukaresik, Tanjungjaya, dan
Taraju
Bantarkalong, Bojongasih, Bojonggambir, Ciawi, Cibalong,
Cigalontang, Cineam, Cipatujah, Cisayong, Culamega,
Gunungtanjung, Jamanis, Jatiwaras. Kadipaten, Karangjaya,
2 500 – 1.000 Leuwisari, Mangunreja, Padakembang, Pagerageung,
Parungpoteng, Puspahiang, Rajapolah, Salawu, Salopa,
Sariwangi, Sodonghilir, Sukahening, Sukaraja, Sukaratu,
Sukaresik, Tanjungjaya, dan Taraju
Ciawi, Cigalontang, Cineam, Cisayong, Kadipaten, Leuwisari,
3 1.000 – 1.500 Pagerageung, Puspahiang, Salawu, Salopa, Sariwangi,
Sukahening, Sukaratu, dan Taraju
Ciawi, Cigalontang, Cisayong, Kadipaten, Leuwisari,
4 1.500 – 2.000
Pagerageung, Sariwangi, Sukahening, dan Sukaratu
5 2.000 -2.500 Cigalontang, Cisayong, Sariwangi, Sukahening, dan Sukaratu
Sumber: Kabupaten Dalam Angka Tasikmalaya, 2021

4.1.2 Kondisi Demografi


Kepadatan penduduk Kabupaten Tasikmalaya adalah sebesar 7 jiwa/ha .
Kepadatan penduduk paling tinggi berada di Kecamatan Singaparna yaitu
dengan kepadatan mencapai 34 Jiwa/ha Hal ini karena Kecamatan Singaparna
merupakan pusat perkotaan di Kabupaten Tasikmalaya. Meskipun demikian, jika
mengacu pada SNI 03-1733-2004 tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan
Perumahan Di Perkotaan, secara keseluruhan Kabupaten Tasikmalaya masih
tergolong kedalam kepadatan rendah. Hal ini karena kepadatan penduduknya
masih kurang dari 150 jiwa/ha. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dan
peta berikut :

43
Tabel 4. 2 Kepadatan penduduk di Kabupaten Tasikmalaya
Luas
Kepadatan Penduduk
No Kecamatan Wilayah Jumlah Penduduk
(Jiwa/Ha)
(Ha)
1 Cipatujah 24.244,21 64.304 3
2 Karangnunggal 15.351,22 83.675 5
3 Cikalong 16.113,48 61.858 4
4 Pancatengah 16.233,85 45.750 3
5 Cikatomas 14.241,81 48.628 3
6 Cibalong 6.184,02 33.351 5
7 Parungponteng 5.057,99 35.715 7
8 Bantarkalong 6.426,58 35.690 6
9 Bojongasih 5.195,19 20.388 4
10 Culamega 8.645,03 24.499 3
11 Bojonggambir 12.707,45 39.071 3
12 Sodonghilir 10.171,20 61.216 6
13 Taraju 6.310,83 38.943 6
14 Salawu 7.041,08 59.447 8
15 Puspahiang 5.775,99 33.669 6
16 Tanjungjaya 3.917,51 42.538 11
17 Sukaraja 4.657,64 50.684 11
18 Salopa 10.515,57 46.458 4
19 Jatiwaras 8.844,11 50.720 6
20 Cineam 7.423,03 34.086 5
21 Karangjaya 4.603,49 11.642 3
22 Manonjaya 4.349,53 60.835 14
23 Gunungtanjung 4.782,81 29.932 6
24 Singaparna 2.014,10 67.969 34
25 Mangunreja 2.676,53 39.409 15
26 Sukarame 1.619,72 39.994 25
27 Cigalontang 14.595,02 73.348 5
28 Leuwisari 3.122,42 39.367 13
29 Padakembang 1.958,71 39.255 20
30 Sariwangi 3.862,16 34.494 9
31 Sukaratu 4.279,37 48.430 11
32 Cisayong 5.040,82 58.162 12
33 Sukahening 2.896,28 31.300 11
34 Rajapolah 1.636,61 48.415 30
35 Jamanis 1.600,47 36.542 23
36 Ciawi 4.465,79 63.159 14
37 Kadipaten 4.312,87 34.965 8
38 Pagerageung 6.440,73 56.715 9
39 Sukaresik 1.739,76 37.999 22

44
Luas
Kepadatan Penduduk
No Kecamatan Wilayah Jumlah Penduduk
(Jiwa/Ha)
(Ha)
Kabupaten Tasikmalaya 271.130,25 1.762.622 7
Sumber : Hasil Analisis, 2021

4.2 Kebijakan pariwisata Kabupaten Tasikmalaya


kebijakan pembangunan kepariwisataan di Kabupaten Tasikmalaya dirumuskan
berdasarkan prinsip, visi, misi, tujuan, dan sasaran pembangunan
kepariwisataan. Berdasarkan pertimbangan tersebut, telah dirumuskan 50
kebijakan pembangunan kepariwisataan dalam mewujudkan 13 tujuan
pembangunan, yang terdiri dari 23 kebijakan pembangunan destinasi pariwisata,
9 kebijakan pembangunan industri pariwisata, 10 kebijakan pemasaran
pariwisata, dan 8 kebijakan pembangunan kelembagaan kepariwisataan sebagai
berikut :

Tabel 4. 3 Kebijakan pembangunan destinasi pariwisata Kabupaten Tasikmalaya


Tujuan Kebijakan
1. Mewujudkan keterpaduan daya 1.1 Pembangunan perwilayahan pariwisata Kabupaten
tarik wisata berbasis keunggulan Tasikmalaya yang memadukan keunggulan alam,
alam, budaya, dan agrowisata budaya, dan agrowisata, sekaligus melindungi sumber
sebagai produk pariwisata daya alam dan budaya yang memiliki nilai penting.
unggulan Kabupaten 1.2 Pengembangan pusat pelayanan primer pariwisata
Tasikmalaya dengan Kabupaten Tasikmalaya yang berfungsi sebagai pusat
menerapkan prinsip-prinsip pelayanan pariwisata berstandar nasional dan
pembangunan kepariwisataan internasional, pusat informasi pariwisata Kabupaten
berkelanjutan dan pengelolaan Tasikmalaya, pusat penyebaran wisatawan dan kegiatan
pariwisata halal. wisata ke seluruh wilayah Kabupaten Tasikmalaya.
1.3 Pengembangan pusat pelayanan sekunder yang
berfungsi sebagai pusat pertumbuhan pariwisata pada
kawasan yang memiliki keunggulan alam, budaya, dan
agrowisata, serta pusat penyebaran wisatawan dan
kegiatan wisata ke kawasan lain di sekitarnya.
1.4 Pengembangan daya tarik wisata unggulan berbasis
geologi, budaya, dan agrowisata menjadi daya tarik
wisata berstandar nasional dan internasional yang
mendorong perkembangan daya tarik wisata lain di
sekitarnya.
1.5 Pembangunan jalur wisata tematik lokal dan regional
yang memadukan keunggulan geologi, budaya, dan
agrowisata, serta daya tarik wisata lain di sekitarnya.
1.6 Pengembangan desa-desa wisata tematik sesuai
dengan potensi sumber daya alam dan budaya yang
dimiliki dan menerapkan nilai-nilai budaya dan religi

45
Tujuan Kebijakan
dalam pengelolaannya.
1.7 Pengembangan kegiatan wisata petualangan,
geowisata, wisata pendidikan, dan wisata penelitian
pada daya tarik wisata berbasis keragaman geologi
serta keanekaragaman hayati dan budaya yang terkait
dengan fenomena geologi Kabupaten Tasikmalaya.
1.8 Pengembangan kegiatan wisata pendidikan dan wisata
kreatif pada daya tarik wisata berbasis budaya, industri
kreatif, dan agrowisata.
1.9 Koordinasi lintas sektor dalam upaya memberikan
perlindungan terhadap sumber daya alam dan budaya
yang khas dan memiliki nilai penting.
2. Mewujudkan pembangunan 2.1 Peningkatan aksesibilitas langsung melalui jalur kereta
aksesibilitas terpadu, prasarana api yang menghubungkan Stasiun Ciawi, Manonjaya,
umum, fasilitas umum, dan dan Rajapolah dengan Kota Bandung, Jakarta,
fasilitas pariwisata berwawasan Yogyakarta, Surabaya, Semarang, Malang, dan daerah
lingkungan, bercirikan budaya lainnya yang merupakan sumber pasar utama
khas Priangan, menerapkan wisatawan Kabupaten Tasikmalaya dan destinasi
prinsip pengelolaan pariwisata pariwisata unggulan nasional.
halal, serta berstandar nasional 2.2 Peningkatan aksesibilitas dari Bandar Udara Wiriadinata
dan internasional. Kota Tasikmalaya ke pusat pelayanan primer dan
sekunder pariwisata Kabupaten Tasikmalaya.
2.3 Peningkatan aksesibilitas dari pintu keluar jalan bebas
hambatan yang melalui Kabupaten Tasikmalaya ke
pusat pelayanan primer dan sekunder serta daya tarik
wisata unggulan Kabupaten Tasikmalaya.
2.4 Peningkatan aksesibilitas dari pusat pelayanan primer
dan sekunder ke seluruh daya tarik wisata di wilayah
Kabupaten Tasikmalaya.
2.5 Pembangunan prasarana umum yang ramah lingkungan
dan berstandar nasional, serta memenuhi kebutuhan
wisatawan dan penduduk pada pusat pelayanan primer
dan sekunder, desa wisata, serta daya tarik wisata
unggulan Kabupaten Tasikmalaya.
2.6 Pembangunan fasilitas pariwisata dan fasilitas umum
yang ramah lingkungan, berstandar
nasional/internasional, bercirikan budaya Priangan, dan
menerapkan prinsip-prinsip pariwisata halal.
3. Mewujudkan masyarakat sadar 3.1 Peningkatan pemahaman dan kesadaran kolektif
wisata yang menjunjung tinggi masyarakat terhadap pariwisata yang menjunjung tinggi
nilai-nilai budaya dan religi nilai-nilai budaya dan religi.
sebagai pelaku utama dalam 3.2 Pengembangan pembinaan kepada masyarakat untuk
pembangunan kepariwisataan menyiapkan masyarakat sebagai pelaku utama
yang berkelanjutan dan berdaya pembangunan kepariwisataan yang berkelanjutan dan
saing. berdaya saing.
4. Mewujudkan pengelolaan 4.1 Pengembangan sistem pengelolaan kondisi krisis
pariwisata berbasis mitigasi bencana pada daya tarik wisata, fasilitas pariwisata, dan

46
Tujuan Kebijakan
bencana dan perubahan iklim di fasilitas umum.
setiap daya tarik wisata, fasilitas 4.2 Pembangunan prasarana dan sarana bagi upaya
pariwisata, fasilitas umum, dan mitigasi bencana pada daya tarik wisata, fasilitas
prasarana umum. pariwisata, dan fasilitas umum.
4.3 Pengembangan sistem pengelolaan ramah lingkungan
pada kegiatan wisata dan fasilitas pariwisata sebagai
upaya antisipasi perubahan iklim dunia.
5. Mewujudkan iklim investasi 5.1 Pengembangan regulasi investasi, khususnya
yang kondusif untuk mendorong kemudahan perizinan, yang dapat mendorong
percepatan pembangunan percepatan pertumbuhan fasilitas dan usaha pariwisata
kepariwisataan yang berstandar nasional dan internasional di pusat
berkelanjutan, menjunjung tinggi pelayanan primer dan sekunder pariwisata Kabupaten
nilai-nilai budaya dan religi, Tasikmalaya.
serta berdaya saing. 5.2 Pengembangan promosi investasi terpadu dengan
sektor lain (perdagangan, pertanian, perindustrian,
infrastruktur).
5.3 Pengembangan apresiasi bagi investasi yang
menerapkan prinsip pembangunan berkelanjutan,
prinsip pariwisata halal, dan menerapkan budaya
Priangan dalam pembangunan dan pengelolaannya.
Sumber : Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Kab. Tasikmalaya, 2020

Adanya pandemi covid 19 membuat kondisi pariwisata di Kabupaten


Tasikmalaya mengalami penurunan. Hal ini dapat dilihat dari turunnya jumlah
wisatawan selama tahun 2020. Penurunan jumlah wisatawan ini diakibatkan oleh
adanya PPKM yang membuat kawasan wisata di Kabupaten Tasikmalaya
sempat dittutup untuk beberapa waktu.
Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2011 tentang Rencana Induk
Pembangunan Kepariwisataan Nasional Tahun 201-2025 mengelompokkan daya
tarik wisata ke dalam tiga kategori, yaitu daya tarik wisata alam, budaya, dan
hasil buatan manusia. Lebih lanjut, bagian Penjelasan Pasal 14 Peraturan
Pemerintah tersebut menguraikan bahwa daya tarik wisata alam adalah daya
tarik wisata yang berupa keanekaragaman dan keunikan lingkungan alam; daya
tarik wisata budaya adalah daya tarik wisata berupa hasil olah cipta, rasa dan
karsa manusia sebagai makhluk budaya; dan daya tarik wisata hasil buatan
manusia adalah daya tarik wisata khusus yang merupakan kreasi artifisial
(artificially created) dan kegiatan-kegiatan manusia lainnya di luar ranah wisata
alam dan wisata budaya. Berdasarkan kategorisasi dalam Peraturan Pemerintah
tersebut, Kabupaten Tasikmalaya memiliki 42 (empat puluh dua) daya tarik
wisata alam, 17 (tujuh belas) daya tarik wisata budaya, 1 (satu) daya tarik wisata

47
buatan, dan 237 (dua ratus tiga puluh tujuh) sumber daya wisata yang terdiri dari
154 (seratus lima puluh empat) sumber daya wisata alam serta 83 (delapan
puluh tiga) sumber daya wisata budaya. Kategorisasi daya tarik wisata dan
sumber daya wisata di Kabupaten Tasikmalaya dapat dilihat dalam tabel berikut
ini.

Tabel 4. 4 Kategorisasi daya tarik wisata dan sumber daya wisata


di Kabupaten Tasikmalaya
Jenis
Daya Kategorisasi Jenis Daya
Basis Potensi Nama Daya Tarik Wisata
Tarik Tarik Wisata
Wisata
DAYA - Pantai Cipatujah
TARIK - Pantai Sindangkerta
WISATA - Pantai Bubujung
ALAM 1. Berbasis potensi - Pantai Pamayangsari
a. bentang pesisir
keanekaragaman - Pantai Cikawungading
pantai;
dan keunikan - Pantai Karangtawulan
lingkungan alam - Pantai Mandalajaya
di wilayah - Pantai Cimanuk
perairan laut - Pantai Padabumi
b. bentang laut;
c. kolam air dan dasar
laut.
4. Berbasis potensi a. pegunungan dan - Wisata Pasir Kirisik
keanekaragaman hutan alam/taman - Karaha Bodas
dan keunikan nasional/taman wisata - Gunung Galunggung
lingkungan alam alam/taman hutan - Bukit Batara
di wilayah raya;
daratan b. perairan sungai dan - Cipanas Cipacing
danau; - Curug Gado Bangkong
- Curug Blek
- Curug Cikahuripan
- Curug Badak
- Cipanas Galunggung
- Cipanas Citiis
- Curug Ciparay
- Curug Panoongan Satria
- Situ Sanghyang
- Arung Jeram Sungai Citanduy,
Ciwulan
- Sasak Tonjong
- Curug Koja
- Curug Panganten
- Curug Mibah
c. perkebunan; - Agrowisata Taraju
- Perkebunan The Sambawa

48
Jenis
Daya Kategorisasi Jenis Daya
Basis Potensi Nama Daya Tarik Wisata
Tarik Tarik Wisata
Wisata
- Kopi Gunung Raja
- Perkebunan Salak Cineam
- Agrowisata Perkebunan Karet
- Perkebunan Salak Cimintar
d. pertanian; - Peternakan Itik Cihateup
- Peternakan Ikan Gurame
Galunggung
- Peternakan Domba Garut
- Padi Organik
- Pertanian Sayuran
Cigalontang
- Pertanian Sayuran
Bojonggambir
- Peternakan Kambing Etawah
e. bentang alam khusus, - Taman Jasper
seperti gua, karst, - Gua Binong
padang pasir, dan - Gua Rejong
sejenisnya. - Gua Kimaung
- Gua Cileuleus
- Gua Ganasoli
- Gua Batu Masigit
- Gua Siluman Munding
- Gua Pilar
- Gua Rejeng
- Gua Cinaga
- Gua Kubangan Datar
- Gua Lalay
- Gua Momok
- Gua Kelong
- Gua Ciruluk
- Gua Anteg
- Gua Saketeng
- Gua Lawa Bedil
- Gua Goong
- Gua Lalay
- Gua Wulung
- Gua Pongpet
- Gua Cupuguang
- Gua Sukapura
- Gua Walet
DAYA 1. Daya tarik wisata a. cagar budaya, - Situs Bunar
TARIK budaya bersifat meliputi benda cagar - Situs Cakrawati
WISATA berwujud budaya, bangunan - Ziarah Puncak Suryalaya
BUDAYA (tangible) cagar budaya, struktur (Syech Abdulah bin Muhamad)
cagar budaya, situs - Stasiun Ciawi
cagar budaya, - Situs Tanjungsari (Prabu

49
Jenis
Daya Kategorisasi Jenis Daya
Basis Potensi Nama Daya Tarik Wisata
Tarik Tarik Wisata
Wisata
kawasan cagar Tambaksari)
budaya; - Kawasan Cagar Budaya
Gunung Galunggung
- Situs Gegehanjuang
- Situs Linggawangi
- Situs Sumurmanggung
- Situs Rumantak
- Rumah Jalan Cikiray
- Situs Sukamanah
- Situs Joglo Kidul
- Situs Puspajaya (Prabu
Wiratengul)
- Situs Joglokaler
- Situs Baganjing
- Situs Sukakerta
- Situs Salopa Asli
- Situs Tanjungsari
- Situs Gunung Anggoh
- Situs Gua Anteg
- Kawasan Cagar Budaya
Manonjaya
- Situs Tanjungmalaya
- Situs Masjid Manonjaya
b. perkampungan - Sutra Sabilulungan
tradisional dengan - Sentra Anyaman Rajapolah
adat dan tradisi - Kampung Naga
budaya masyarakat - Dodol Niknok
yang khas; - Bordir Cimawate
- Batik Sukapura
- Gula Semut
- Gulampo

c. museum. - Bumi Ageung Kampung Naga


- Museum Sukapura
a. kehidupan adat dan - Desa Wisata Guranteng
4. Daya tarik wisata tradisi masyarakat - Pesantren Cipasung
budaya bersifat serta aktivitas budaya - Desa Wisata Pasir Huni
tidak berwujud masyarakat yang khas - Desa Wisata Santanamekar
(intangible) di suatu area/tempat; - Pesantren Idrisiyyah
b. kesenian.
DAYA fasilitas yang - Puncak Pelita
1. Fasilitas rekreasi
TARIK berhubungan dengan
dan
WISATA motivasi untuk rekreasi,
hiburan/taman
HASIL hiburan, maupun
bertema
BUATAN penyaluran hobi.
MANUSIA 2. Fasilitas kawasan peristirahatan

50
Jenis
Daya Kategorisasi Jenis Daya
Basis Potensi Nama Daya Tarik Wisata
Tarik Tarik Wisata
Wisata
peristirahatan dengan komponen
terpadu pendukungnya yang
(integrated membentuk kawasan
resort) terpadu.
3. Fasilitas rekreasi kawasan rekreasi dan
dan olah raga olah raga, kawasan
padang golf, area sirkuit
olah raga.

Pariwisata di Kabupaten tasikmalaya mempunyai berbagai macam karakteristik.


Untuk daya tarik wisata alam nya misalkan mempunyai terdapat beberapa
macam yaitu pegunungan, gua, danau. air terjun hingga pantai. Selain itu
terdapat juga berbagai mmacam wisata budaya seperti kampung adat, tempat
ziarah, hingga tempat-tempat bersejarah lainnya.

4.3 Gambaran Umum Kawasan Wisata Gunung Galunggung


Kawasan Wisata Gunung Galunggung merupakan salah satu objek wisata
unggulan yang berada di Kabupaten Tasikmalaya. Pada masa pandemic covid
19, Kawasan wisata ini mengalami penurunan kunjungan wisatawan Hal ini
dikarenakan Kawasan ini pernah beberapa kali ditutup akibat adanya PPKM di
Kabupaten Tasikmalaya. Turunnya jumlah wisatawan menyebabkan kurang
terawatnya beberapa infrastruktur yang ada di Kawasan wisata ini. Berikut ini
data jumlah pengunjung Kawasan wisata Gunung Galunggung.

Gambar 4. 1 Data jumlah kunjungan Kawasan Wisata Gunung Galunggung


Sumber : Perum Perhutani, 2021

Dilihat dari data jumlah kunjungan wisatawan tersebut bahwa kunjungan


wisatawan menurun dari tahun ke tahun semenjak adanya pandemic covid 19.
Hal ini juga disebabkan karena Kawasan wisata ini sempat ditutup secara total
selama 4 bulan. Namun, perlahan Kawasan wisata ini mulai bangkit kembali
setelah adanya kelonggaran dari pemerintah untuk dapat membuka kembali
kawasan wisata ini untuk umum. Wisatawan pun mulai meningkat kembali

51
setelah kawasan wisata ini kembali dibuka. Tetapi, jumlah wisatawan masih
fluktuaktif dan belum stabil seperti saat sebelum pandemic covid-19.

4.3.1 Atraksi Kawasan Wisata Gunung Galunggung


Kawasan wisata ini mempunyai beberapa atraksi wisata yang dapat dinikmati
oleh para wisatawan. Atraksi wisata yang terdapat pada Kawasan wisata ini
adalah sebagai berikut.

4.3.1.1 Kawah Gunung Galunggung


Gunung Galunggung merupakan gunung berapi berjenis starto yang terletak di
Desa Linggajati, Kecamatan Leuwisari, Kabupaten Tasikmalaya. Kawasan
seluas sekitar 120 hektar ini dikelola oleh Perum Perhutani. Gunung
Galunggung memiliki ketinggian 2.167 mdpl dan mengalami erupsi besar pada
tahun 1982. Kawah akibat erupsi besar itu, kini membentuk sebuah danau yang
dikelilingi dinding kawah dan hutan.
Untuk mencapai kawah Gunung Galunggung, wisatawan diharuskan menaiki 620
anak tangga. Terdapat dua area tangga yang bias digunakan oleh para
wisatawan untuk mencapai puncak kawah yaitu area tangga kuning dan tangga
biru. Selain dengan menggunakan tangga, wisatawan juga dapat menggunakan
jasa ojek yang terdapat di parkiran wisata dengan tarif sebesar Rp. 20.000
hingga Rp. 25,000.
Setelah mencapai puncak kawah, wisatawan dapat menikmati pemandangan
alam dari kawah yang terdapat juga sebuah danau kecil. Danau di kawah
tersebut di isi oleh ikan dan sering dijadikan tempat pemancingan. Selain untuk
menikmati keindahan kawah, wisatawan juga dapat bermain sepeda di area
hutan sebelum menaiki kawah. Untuk menikmati jalur sepeda tersebut wisatawan
perlu membayar tiket yang berbeda dengan tiket masuk sebelumnya. Wisatawan
juga dapat melakukan camping di camping ground yang berada di area sebelum
tangga menuju kawah. Di area ini juga terdapat café bernuansa alam yang dapat
dinikmati oleh wisatawan.

4.3.1.2 Cipanas Galunggung


Cipanas Galunggung merupakan kolam pemandian air panas yang berada di
Kawasan Wisata Alam Gunung Galunggung. Kolam pemandian air panas ini
dikelola sebagian oleh Pemerintah Kabupaten Tasikmalaya dan sebagian oleh

52
Perhutani. Untuk tiket masuk, wisatawan hanya perlu membayar tiket masuk ke
wisata alam gunung galunggung, sehingga wisatawan dapat menikmati
keindahan alam gunung galunggung dan kolam pemandian air panas. Terdapat
dua buah kolam air panas yang memiliki kedalaman 0,7 meter dan 1,25 meter.
Untuk wisatawan yang tidak ingin berendam dengan orang lain, bisa memilih
kamar rendam yang lebih privat dengan biaya Rp5.000,00 untuk orang dewasa
dan Rp3.000,00 untuk anak – anak. Fasilitas yag tersedia, yaitu kamar ganti,
toilet, area parkir, dan mushala. Jarak menuju Cipanas Galunggung sekitar 12,6
km melalui Jl. Cisinga dari Kecamatan Singaparna. Kondisi jalan hampir sama
dengan akses menuju Gunung Galunggung karena berada di kawasan yang
sama.

4.3.2 Accesibilities, Amenities, dan Ancilliary Services Kawasan Wisata


Gunung Galunggung
Kawasan wisata Gunung Galunggung terletak di Kecamatan Sukaratu,
Kabupaten Tasikmalaya. Jarak dari pusat kota ke Kawasan objek wisata Gunung
Galunggung adalah sejauh 17 km. Untuk mencapai lokasi pariwisata ini dapat
ditempuh dengan waktu selama kurang lebih 60 menit dari pusat kota. Terdapat
beberapa transportasi umum yang dapat digunakan untuk mencapai lokasi
pariwisata yaitu angkutan kota (angkot) ataupun ojek.
Akses untuk berkunjung ke Kawasan wisata ini terbilang cukup mudah. Bagi
wisatawan yang datang dari arah Kota Bandung yang menggunakan Jalan
Nasional Bandung – Tasikmalaya dapat menggunakan akses jalan baru Cisinga
dari arah kecamatan Ciawi. Dari jalan Cisinga tersebut wisatawan akan
menemukan petunjuk jalan untuk ke Kawasan wisata Gunung Galunggung.
Sementara bagi wisatawan yang datang dari arah Kota Garut yang akan menuju
ke Kawasan Wisata Gunung Galunggung dapat menggunakan akses jalan baru
Cisinga dari arah kecamatan Singaparna.
Kawasan wisata Gunung Galunggung ini mempunyai beberapa fasilitas yang
dapat digunakan wisatawan untuk menunjang kegiatan pariwisata. Fasilitas
tersebut berupa kios pedagang, toilet, mushola, gazebo, dan sebagainya.
Fasilitas tersebut tersebar di area kawah maupun area cipanas galunggung.
Selain fasilitas yang tersedia di Kawasan wisata ini juga terdapat jasa pendukung
dari warga setempat. Mereka tergabung dalam sebuah organisasi koperasi yaitu
Koperasi Pariwisata Galunggung (KOPARGA). Koperasi ini beranggotakan

53
pedagang kios yang terdapat di area wisata serta pengemudi ojek galunggung
yang bisa dinikmati oleh wisatawan.

54
BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan menjelaskan mengenai hasil analisis studi yang menjadi topik
dari tugas akhir yang berlokasi di Kawasan Wisata Gunung Galunggung. Pada
bab ini dilakukan evaluasi kondisi pariwisata Kawasan wisata Gunung
Galunggung.

5.1 Uji Instrumen Data


Pada uji instrumen data penelitian ini terdiri dari uji normalitas, uji validitas, dan
uji rehabilitas.

5.1.1 Uji Normalitas


Uji normalitas adalah sebuah uji yang dilakukan dengan tujuan untuk menilai
sebaran data pada sebuah kelompok data atau variable, apakah sebaran data
tersebut berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas ini dilakukan dengan
menggunakan SPSS versi 21 dengan uji Kolmogorov-Smirnov, berikut ini adalah
hasil dari uji normalitas :

Berdasarkan hasil perhitungan, nilai signifikan dari uji normalitas ini adalah 0,557
yang artinya data tersebut berdistribusi normal karena nilai signifikan nya lebih
dari 0,05.

5.1.2 Uji Validitas


Uji validitas digunakan untuk mengukur valid atau tifaknya suatu kuesioner.
Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk

55
mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. uji validitas
dilakukan dengan membandingkan nilai r hitung dengan r tabel. Pada kasus ini
jumlah sampel (n) yang digunakan adalah sebanyak 100 responden dan alpha
0,05 sehingga diperoleh r tabel = 0,1654. Jika r hitung lebih besar dari r tabel
maka pertanyaan atau indikator tersebut dinyatakan valid. Hasil pengujian
validitas dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 5.1 Hasil Perhitungan
Validitas.

Tabel 5. 1 Hasil Perhitungan ValiditasButir Pertanyaan

No r Hitung r Tabel Kriteria

1 0,811 0,1654 Valid


2 0,846 0,1654 Valid
3 0,871 0,1654 Valid
4 0,841 0,1654 Valid
5 0,895 0,1654 Valid
6 0,880 0,1654 Valid
7 0,791 0,1654 Valid
8 0,831 0,1654 Valid
9 0,833 0,1654 Valid
10 0,828 0,1654 Valid
11 0,875 0,1654 Valid
12 0,897 0,1654 Valid
13 0,921 0,1654 Valid
14 0,917 0,1654 Valid
15 0,934 0,1654 Valid
16 0,930 0,1654 Valid
17 0,882 0,1654 Valid
18 0,879 0,1654 Valid
19 0,905 0,1654 Valid
20 0,898 0,1654 Valid
21 0,891 0,1654 Valid
22 0,909 0,1654 Valid
23 0,915 0,1654 Valid
24 0,903 0,1654 Valid
25 0,849 0,1654 Valid

56
No r Hitung r Tabel Kriteria

26 0,865 0,1654 Valid


27 0,863 0,1654 Valid
28 0,857 0,1654 Valid
29 0,889 0,1654 Valid
30 0,895 0,1654 Valid
31 0,905 0,1654 Valid
32 0,890 0,1654 Valid
33 0,855 0,1654 Valid
34 0,874 0,1654 Valid
35 0,887 0,1654 Valid
36 0,874 0,1654 Valid
37 0.763 0,1654 Valid
38 0,822 0,1654 Valid
39 0,852 0,1654 Valid
40 0,891 0,1654 Valid
41 0,887 0,1654 Valid
42 0,901 0,1654 Valid
43 0,898 0,1654 Valid
44 0,887 0,1654 Valid
45 0,866 0,1654 Valid
46 0,862 0,1654 Valid
47 0,891 0,1654 Valid
48 0,885 0,1654 Valid
49 0,885 0,1654 Valid
50 0,871 0,1654 Valid
51 0,612 0,1654 Valid
52 0,823 0,1654 Valid
53 0,825 0,1654 Valid
54 0,850 0,1654 Valid
55 0,875 0,1654 Valid
56 0,868 0,1654 Valid
Sumber : Hasil Pengolahan SPSS, 2022

Berdasarkan Tabel 5.1 Hasil Perhitungan Validitas, maka dapat dilihat bahwa
seluruh pertanyaan memiliki status valid, karena nilai r hitung (Corrected Item-
Total Correlation) > r tabel sebesar 0,1654.

57
5.1.3 Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas adalah uji yang dipakai untuk menunjukkan sejauh mana suatu
hasil pengukuran relative konsisten apabila alat ukur yang digunakan berulang
kali. Pengujian yang dipakai adalah teori Cronbach’s Alpha. Suatu kuesioner
dikatakan realibel, apabila nilai Cronbach’s Alpha lebih besar dari 0,60. Hasil
pengujian reliabilitas dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 5.2 Hasil
Perhitungan Reliabilitas.

Tabel 5. 2 Hasil Perhitungan Reliabilitas


Cronbach’s Alpha N of Items Kriteria
0,993 56 Reliabel
Sumber : Hasil Pengolahan SPSS, 2022

Berdasarkan Tabel 5.2 Hasil Perhitungan Reliabilitas menunjukkan bahwa nilai


Cronbach’s Alpha untuk semua pertanyaan penelitian nilainya > 0,60 sehingga
dapat dikatakan bahwa kuesioner dalam penelitian adalah reliabel dan layak
untuk digunakan.

5.2 Analisis Evaluasi Kondisi Pariwisata Kawasan Wisata Gunung


Galunggung
Dalam penelitian ini untuk mengetahui kondisi pariwisata di kawasan wisata
Gunung Galunggung, terdapat beberapa variabel yang akan dibahas untuk
menentukan kondisi pariwisata tersebut. Variabel tersebut berdasarkan hasil
analisis penulis yang didapatkan dari hasil penelitian sebelumnya. Variabel
dalam menilai kondisi pariwisata terdiri dari 4 yaitu Attraction, Amenities,
Accesibilities, dan Ancilliary Service. Keempat variabel tersebut kemudian
dijadikan sebagai acuan penulis untuk menilai kondisi pariwisata di Kawasan
wisata Gunung Galunggung yang didapatkan dengan cara melakukan
penyebaran kuesioner dan observasi.

5.2.1 Analisis Evaluasi Kondisi Attraction (Atraksi Wisata)


Ko Variabel atraksi wisata ini memiliki 2 sub variabel yaitu Pemandian Air Panas
Gunung Galunggung dan Kawah Gunung Galunggung. Sedangkan dari sub
variable tersebut terdapat beberapa indikator penilaian yaitu keberagaman
atraksi, daya tarik, kepuasan wisatawan, kondisi kebersihan, kondisi keamanan,

58
serta kondisi kenyamanan. Dari indikator penilaian tersebut dilakukan penilaian
melalui kuesioner yang di tujukan kepada pengunjung dengan jumlah responden
yaitu 100 responden. Untuk hasil analisisnya dapat dilihat dalam Tabel 5.3 Hasil
Skoring Attraction berikut ini.

Tabel 5. 3 Hasil skoring attraction


Variabel Sub Variabel Indikator Skor Rata-Rata Skor Kelas
Keberagaman 7,1
Atraksi
Daya Tarik 7,6
Kepuasan 7,6
Pemandian Air Wisatawan
Panas Kondisi 7,1 7,4 Baik
Galunggung Kebersihan
Kondisi 7,3
Keamanan
Kondisi 7,4
Attraction
Kenyamanan
Keberagaman 7,7
Atraksi
Daya Tarik 8,1
Kepuasan 8,1
Wisatawan
Kawah Gunung
Kondisi 7,5 7,8 Baik
Galunggung
Kebersihan
Kondisi 7,6
Keamanan
Kondisi 7,7
Kenyamanan
Total 90,8 7,6 Baik
Sumber : Hasil Analisis, 2022

Berdasarkan kuesioner, penilaian kondisi pariwisata kawasan wisata Gunung


Galunggung dari variabel attraction memiliki skor 7,6 dan termasuk pada kriteria
layak. Untuk sub variabel nya yaitu Kawah Gunung Galunggung memiliki skor 7,8
dan termasuk kriteria layak. Sedangkan untuk sub variabel Pemandian Air Panas
Gunung Galunggung memiliki skor 7,4 dan termasuk kriteria layak. Dari hasil
analisis diatas dapat dilihat bahwa variabel attraction termasuk pada kriteria
layak menurut penilaian dari wisatawan. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat dari
beberapa dokumentasi hasil observasi dibawah ini.

59
Gambar 5. 1 Pemandian Air Panas Galunggung
Sumber : Hasil Obsrvasi, 2022

Gambar 5. 2 Kawah Gunung Galunggung


Sumber : Hasil Observasi, 2022

Dari hasil diatas dapat dilihat kondisi atraksi wisata di Kawasan Wisata Gunung
Galunggung sudah cukup baik. Dari kedua sub variable yaitu Pemandian air
panas dan Kawah berada dalam kondisi baik karena untuk kondisi nya sendiri
masih dilakukan perawatan walaupun seadanya dikarenakan turunnya jumlah
wisatawan yang berpengaruh pada kondisi finansial. Kondisi ini masih bisa
ditingkatkan untuk lebih baik lagi jika konisi sudah kemballi normal dan
wisatawan sudah Kembali naik. Kondisi itupun masih bisa dikembangkan karena
masih terdapat lahan kosong yang bisa dijadikan atraksi baru di Kawasan Wisata
Gunung Galunggung.

5.2.2 Analisis Evaluasi Kondisi Amenities


Dalam lembar kuesioner, Variabel amenities ini memiliki 8 sub variabel yaitu
pusat informasi wisata, sarana ibadah, sarana Kesehatan, sarana perbankan,
toilet, kios/warung, rambu penunjuk jalan, dan lampu penerangan jalan.
Sedangkan dari sub variable tersebut terdapat beberapa indikator penilaian yaitu
kondisi kebersihan, kondisi kenyamanan, kondisi keamanan, dan kondisi

60
kecukupan. Dari indikator penilaian tersebut dilakukan penilaian melalui
kuesioner yang di tujukan kepada pengunjung dengan jumlah responden yaitu
100 responden. Untuk hasil analisisnya dapat dilihat dalam Tabel 5.4 Hasil
Skoring Amenities berikut ini.

Tabel 5. 4 Hasil skoring amenities


Variabel Sub Variabel Indikator Skor Rata-Rata Kelas
Skor
Kondisi
7,5
Kebersihan
Kondisi
7,5
Pusat Informasi Kenyamanan
7,5 Baik
Wisata Kondisi
7,5
Keamanan
Kondisi
7,4
Kecukupan
Kondisi
7,5
Kebersihan
Kondisi
7,5
Kenyamanan
Sarana Ibadah 7,5 Baik
Kondisi
Amenities 7,5
Keamanan
Kondisi
7,4
Kecukupan
Kondisi Baik
7,4
Sarana Kebersihan
7,3
Kesehatan Kondisi
7,2
Kenyamanan
Kondisi
7,3
Keamanan
Sarana
7,3 Baik
Kesehatan Kondisi
7,3
Kecukupan

Amenities Kondisi
7,0
Kebersihan
Kondisi
7,0
Sarana Kenyamanan
7,0 Baik
Perbankan Kondisi
7,1
Keamanan
Kondisi
7,0
Kecukupan
Toilet Kondisi 7,1 Baik
7,1
Kebersihan
Kondisi
7,0
Kenyamanan
Kondisi 7,1

61
Variabel Sub Variabel Indikator Skor Rata-Rata Kelas
Skor
Keamanan
Kondisi
7,0
Kecukupan
Kondisi
7,5
Kebersihan
Kondisi
7,4
Kenyamanan
Kios / Warung 7,4 Baik
Kondisi
7,3
Keamanan
Kondisi
7,4
Kecukupan
Rambu Kondisi
7,6 7,6 Baik
Penunjuk Jalan Kecukupan
Lampu
Kondisi
Penerangan 7,4 7,4 Baik
Kecukupan
Jalan
Total 189,9 7,4 Baik
Sumber : Hasil Analisis, 2022

Berdasarkan hasil analisis, penilaian kondisi pariwisata kawasan wisata Gunung


Galunggung dari variabel amenities memiliki skor 7,4 dan termasuk pada kriteria
baik. Untuk sub variabel nya yaitu pusat informasi wisata memiliki skor 7,5,
sarana ibadah memiliki skor 7,5, sarana Kesehatan memiliki skor 7,3, sarana
perbankan memiliki skor 7,0, toilet memiliki skor 7,1, kios/warung memiliki skor
7,4, rambu penunjuk jalan memiliki skor 7,6, dan lampu penerangan jalan
memiliki skor 7,4. Semua sub variabel termasuk pada kriteria baik. Sub variabel
yang memiiki skor tertinggi yaitu rambu penerangan jalan dan yang memiliki skor
terendah yaitu sarana perbankan. Dari hasil analisis diatas dapat dilihat bahwa
variabel amenities termasuk kriteria baik menurut penilaian wisatawan. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat dari beberapa gambar dokumentasi observasi
dibawah ini.

62
Gambar 5. 3 Pusat informasi wisata
Sumber : Hasil Observasi, 2022

Gambar 5. 4 Sarana ibadah


Sumber : Hasil Observasi 2022

Gambar 5.5 Toilet


Sumber : Hasil Observasi, 2022

63
Gambar 5. 6 Warung/Kios Perbelanjaan
Sumber : Hasil Observasi, 2022

Gambar 5. 7 Papan informasi


Sumber : Hasil Observasi, 2022

Gambar 5. 8 Tempat Pembelian Tiket


Sumber : Hasil Observasi, 2022

64
Gambar 5. 9 Sarana kebersihan
Sumber : Hasil Observasi, 2022

Gambar 5. 10 Lampu penerangan jalan


Sumber : Hasil Observasi, 2022

Gambar 5. 11 Rambu penunjuk jalan


Sumber : Hasil Observasi, 2022

65
Gambar 5. 12 Sarana kesehatan
Sumber : Hasil Observasi, 2022

Gambar 5. 13 Sertifikasi CHSE


Sumber : Hasil Observasi, 2022

Dari hasil diatas dapat dilihat bahwa kondisi amenitas wisata di kawsan wisata ini
sudah cukup baik. Namun, masih perlu perbaikan untuk beberapa fasilitas.
Fasilitas yang paling menonjl kerusakan nya yaitu toilet. Toilet di Kawasan wisata
ini masih banyak yang harus diperbaiki karena sudah tidak layak pakai.
Kerusakan toilet ini dilihat dari pintu yang sudah rusak, tidak adanya aliran air
bersih, kondisi lantai yang kotor, dan lain sebagainya. Hal ini tentu perlu segera
diperbaiki karena toilet sangat penting bagi pengunjung. Sementara itu, Kawasan
wisata Gunung Galunggung ini sudah bersertifikasi CHSE dari Kementrian
Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Tetapi, kondisi di lapangan nya sendiri masih
banyak yang harus diperbaiki dari penerapan protokol kesehatan seperti
pemakaian masker, penyediaan hand sanitizer, tempat cuci tangan, dan
kebersihan yang masih kurang terjaga.
Kurangnya perawatan fasilitas di Kawasan Wisata Gunung Galunggung ini
disebabkan oleh kurangnya dana yang untuk mendukung perawatan fasilitas

66
tersebut. Hal tersebut merupakan dampak dari turunnya jumlah wisatawan yang
cukup drastic yang menyebabkan tidak adanya pemasukan finansial bagi
pengelola. Jika wisatawan sudah kembali normal maka kondisi amenitas
pariwisata tersebut bisa kembali ditingkatkan.

5.2.3 Analisis Evaluasi Kondisi Accesibilities


Variabel accesibiities ini memiliki 4 sub variabel yaitu jalur pejalan kaki, jalan
setapak, jalam dalam Kawasan, dan tempat parkir. Sedangkan dari sub variable
tersebut terdapat beberapa indikator penilaian yaitu kondisi kebersihan, kondisi
keamanan, dan kondisi kecukupan. Dari indikator penilaian tersebut dilakukan
penilaian melalui kuesioner yang di tujukan kepada pengunjung dengan jumlah
responden yaitu 100 responden. Untuk hasil analisisnya dapat dilihat dalam
Tabel 5.5 Hasil Skoring Accesibilities berikut ini.

Tabel 5. 5 Hasil Skoring Accesibilities


Rata-Rata
Variabel Sub Variabel Indikator Skor Kelas
Skor
Kondisi 7,6
Kebersihan
Jalur Pejalan Kondisi 7,6
7,6 Layak
Kaki Keamanan
Kondisi 7,6
Kecukupan
Kondisi 7,4
Kebersihan
Kondisi 7,4
Jalan Setapak 7,4 Layak
Keamanan
Kondisi 7,4
Kecukupan
Accesibility
Kondisi 7,5
Kebersihan
Jalan Dalam Kondisi 7,4
7,4 Layak
Kawasan Keamanan
Kondisi 7,4
Kecukupan
Kondisi 7,4
Kebersihan
Kondisi 7,5
Tempat Parkir 7,4 Layak
Keamanan
Kondisi 7,4
Kecukupan
Total 89,6 7,5 Layak
Sumber : Hasil Analisis, 2022

67
Berdasarkan hasil analisis, penilaian kondisi pariwisata kawasan wisata Gunung
Galunggung dari variabel accessibilities memiliki skor 7,5 dan termasuk pada
kriteria baik. Untuk sub variabel nya yaitu jalur pejalan kaki memiliki skor 7,6,
jalan setapak memiliki skor 7,4, jalan dalam Kawasan memiliki skor 7,4, dan
tempat parkir memiliki 7,4. Semua sub variabel termasuk pada kriteria baik. Sub
variabel yang memiiki skor tertinggi yaitu jalur pejalan kaki dan untuk sub variabel
yang lain memiliki skor yans sama rata. Dari hasil analisis diatas dapat dilihat
bahwa variabel accesibilities termasuk kriteria baik menurut penilaian wisatawan.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Gambar 5. 14 Jalur Pejalan Kaki


Sumber : Hasil Observasi, 2022

Gambar 5. 15 Jalan Setapak


Sumber : Hasil Observasi, 2022

68
Gambar 5. 16 Jalan Dalam Kawasan
Sumber : Hasil Observasi, 2022

Gambar 5. 17 Tempat Parkir


Sumber : Hasil Observasi, 2022

Dari hasil diatas, dapat dilihat kondisi aksesibilitas wisata di Kawasan Wisata
Gunung Galunggung sudah cukup baik. Hal ini dikarenakan semua kebutuhan
aksesibilitas di Kawasan Wisata Gunung Galunggung ini sudah hampir terpenuhi.
Namun, untuk beberapa seperti kondisi subvariabel jalan dalam Kawasan dan
jalan setapak masih harus dilakukan perbaikan. Kondisi jalan dalam Kawasan
wisata ini masih harus dilakukan perbaikan di beberapa titik karena terdapat
kerusakan yang cukup parah sehingga berpotensi membahayakan pengunjung.
Selain terdapat kerusakan berlubang, jalan dalam Kawasan di Kawasan wisata
ini sudah mulai ditumbuhi oleh tumbuhan lumut yang membuat jalan menjadi
licin. Hal tersebut perlu segera diperbaiki agar pengunjung tetap aman saat
melintasi jalan tersebut.

5.2.4 Analisis Evaluasi Kondisi Ancilliary Services


Variabel ancilliary services ini memiliki 3 sub variabel yaitu jasa pendukung dari
organisasi, jasa pendukung dari pemerintah, dan jasa pendukung dari pengelola

69
pariwisata. Sedangkan dari sub variable tersebut terdapat beberapa indikator
penilaian yaitu ketersediaan informasi dan media promosi. Dari indikator
penilaian tersebut dilakukan penilaian melalui kuesioner yang di tujukan kepada
pengunjung dengan jumlah responden yaitu 100 responden. Untuk hasil
analisisnya dapat dilihat dalam Tabel 5.6 Hasil Skoring Ancilliary Services
berikut ini.

Tabel 5. 6 Hasil skoring Ancilliary Services


Rata-Rata
Variabel Sub Variabel Indikator Skor Kelas
Skor
Ketersedian
4,9
Jasa Pendukung Dari Informasi
4,9 Cukup
Organisasi Media
4,9
Promosi
Ketersediaan
7,1
Ancilliary Jasa Pendukung Dari Informasi
7,1 Baik
Services Pemerintah Media
7,1
Promosi
Ketersediaan
7,3
Jasa Pendukung Dari Informasi
7,3 Baik
Pengelola Pariwisata Media 7,4
Promosi
Total 38,7 6,5 Baik
Sumber : Hasil Analisis, 2022

Berdasarkan hasil analisis skoring, penilaian kondisi pariwisata kawasan wisata


Gunung Galunggung dari variabel ancilliary services memiliki skor 6,5 dan
termasuk pada kriteria baik. Untuk sub variabel nya yaitu jasa pendukung dari
organisasi memiliki skor 4,9 dan termasuk pada kriteria cukup. Sedangkan untuk
sub variabel jasa pendukung dari pemerintah memiliki skor 7,1, dan jasa
pendukung dari pengelola pariwisata memiliki skor 7,3, keduanya termasuk pada
kriteria layak. Sub variabel jasa pendukung dari pengelola pariwisata memiliki
skor tertinggi dan skor terendah nya yaitu sub variabel jasa pendukung dari
organisasi. Dari hasil analisis diatas dapat dilihat bahwa variabel ancilliary
services termasuk kriteria layak menurut penilaian wisatawan.

5.3 Analisis Supply dan Demand


Analisis Supply dan Demand pada studi kasus ini digunakan untuk mengetahui
kondisi pariwisata di Kawasan Wisata Gunung Galunggung. Analisis supply dan
demand menggunakan standar minimal tujuan wisata menurut Lothar A Kreck

70
yang diambil dari jurnal Yoeti,1996. Dari standar minimal tujuan wisata itu
dikorelasikan dengan komponen-komponen pariwisata. Pada studi kasus ini yang
menjadi supply adalah dari hasil observasi lapangan, sedangkan yang menjadi
demand yaitu dari standar minimal tujuan wisata.

Tabel 5. 4 Standar minimal tujuan wisata


Keterangan
No Kriteria Standar Minimal Hasil Observasi
Tidak
Ada
Ada
1 Objek Terdapat salah satu dari Terdapat objek wisata alam
unsur alam, social X yang berupa kawah dan
ataupun budaya pemandian air panas
2 Akses Adanya jalan, adanya Terdapat akses jalan yang
kemudahan rute, tempat cukup lebar dengan kondisi
parkir, dan harga parkir yang cukup baik tetapi
yang terjangkau terdapat beberapa titik yang
X mengalami kerusakan
lumayan parah, terdapat
tempat parker yang luas dan
memadai, serta harga parker
yang terjangkau
3 Akomodasi Adanya pelayanan Didalam Kawasan wisata
penginapan (hotel, wisma, Gunung galunggung, belum
losmen, dan lain-lain) terdapat penginapan bagi
wisatawan, tetapi untuk saat
X
ini sedang dalam proses
pembangunan untuk sebuah
penginapan di dalam Kawasan
wisata ini.
4 Fasilitas Agen perbelanjaan, pusat Di dalam Kawasan wisata
informasi, salon, fasilitas Gunung Galunggung ini sudah
kesehatan, pemadam terdapat fasilitas yang hampir
kebakaran, hydrant, TIC lengkap seperti pusat
(Tourism Information informasi, fasilitas Kesehatan,
Center), Guiding hydrant, perbelanjaan, plang
X
(pemandu wisata), plang informasi dan sebagaimya.
informasi, petugas yang Namun beberapa fasiilitas di
memeriksa masuk dan Kawasan wisata ini sudah
keluarnya wisatawan diperlukan perbaikan karena
ada beberapa fasilitas yang
kurang terawat

71
Keterangan
No Kriteria Standar Minimal Hasil Observasi
Tidak
Ada
Ada
5 Transportasi Adanya transportasi local Terdapat beberapa angkutan
yang nyaman, variatif umum yang menuju ke lokasi
X
yang menghubungkan wisata
akses masuk
6 Catering Adanya pelayanan Terdapat beberapa tempat
Service makanan dan minuman makan di Kawasan wisata ini
X
(restoran, rumah makan,
warung nasi dan lain-lain)
7 Aktivitas Terdapat sesuatu yang Terdapat beberapa kegiatan
Rekreasi dilakukan di lokasi wisata wisata di lokasi wisata seperti
seperti berenang, terjun bersepeda, hiking, camping,
X
paying, berjemur, pemandian air panas, berfoto,
berselancar, jalan-jalan dan lain sebagainya
dan lain-lain
8 Pembelanjaan Adanya tempat pembelian Terdapat area pembelanjaan
barang-barang umum X souvenir di kawasasn wisata
ini
9 Komunikasi Adanya televisi, telepon Di Kawasan wisata ini terdapat
umum, radio, sinyal sinyal telepon seluler serta
telepon, seluler, penjual internet akses yang cukup baik
voucher dan internet X untuk beberapa provider.
akses Tetapi di beberapa titik masih
kurang baik untuk sinyal
telepon seluler.
10 Sistem Adanya bank (beberapa Didalam Kawasan tidak
Perbankan jumlah dan jenis bank dan terdapat mesin ATM atau
ATM beser ta bank, tetapi diluar Kawasan
X
sebarannya) yang tidak jauh dari Kawasan
wisata terdapat agen-agen
perbankan.
11 Kesehatan Poliklinik poli Di dalam Kawasan belum
umum/jaminan terdapat poliklinik hanya
ketersediaan pelayanan terdapat fasilitas Kesehatan
X
yang baik untuk penyakit yang kecil
yang mungkin diderita
wisatawan
12 Keamanan Adanya jaminan Terdapat petugas keamanan
keamanan (petugas di Kawasan wisata dari pihak
khusus keamanan, polisi pengelola
wisata, pengawas pantai, X
rambu-rambu perhatian,
pengarah kepada
wisatawan)
13 Kebersihan Tempat sampah dan X Terdapat beberapa tempat
rambu-rambu peringatan sampah dan rambu-rambu
tentang kebersihan kebersihan di dalam Kawasan

72
Keterangan
No Kriteria Standar Minimal Hasil Observasi
Tidak
Ada
Ada
wisata
14 Sarana Terdapat salah satu Terdapat beberapa mushola
Ibadah sarana ibadah bagi X yang tersebar di beberapa titik
wisatawan
15 Sarana Terdapat salah satu Di dalam Kawasan tidak
Pendidikan sarana Pendidikan formal terdapat sarana Pendidikan,
X tetapi diluar Kawasan tidak
jauh dari Kawasan wisata
terdapat sarana Pendidikan
16 Sarana Terdapat alat dan Terdapat sarana untuk
Olahraga perlengkapan untuk berolahraga diantaranya
X
berolahraga untyuk arena sepeda gunung
(downhill)

Dari hasil analisis diatas, terdapat beberapa standar yang termasuk kedalam
variabel atraksi yaitu objek dan aktivitas rekreasi. Dari hasil analisis dapat dilihat
bahwa untuk kriteria objek, di Kawasan wisata Gunung Galunggung ini terdapat
unsur alam yang menjadi objek tujuan wisata. Unsur alam tersebut berupa kawah
dan pemandian air panas. Sementara itu, untuk kriteria aktivitas rekreasi, di
Kawasan wisata Gunung Galunggung terdapat beberapa aktivitas rekreasi
seperti berenang, bersepeda, jalan-jalan, berkemah, dan lain sebagainya.

Selain itu, terdapat beberapa standar minimal yang termasuk kedalam variabel
amenitas. Dari hasil diatas dilihat bahwa standar minimal yang termasuk variabel
amenitas sudah hampir memenuhi kriteria standar minimal tujuan wisata.
Terdapat beberapa kriteria yang belum ada di dalam Kawasan wisata ini.
Terdapat beberapa kriteria yang sudah terpenuhi dan kondisi nya sudah baik.
Namun, terdapat juga beberapa kriteria yang sudah terpenuhi tetapi kondisi nya
kurang terawat dan harus diperbaiki karena sudah tidak layak untuk digunakan.

Hasil observasi untuk kriteria amenities diantaranya sebagai berikut.


 Didalam Kawasan wisata Gunung galunggung, belum terdapat
penginapan bagi wisatawan, tetapi untuk saat ini sedang dalam proses
pembangunan untuk sebuah penginapan di dalam Kawasan wisata ini.
 Di dalam Kawasan wisata Gunung Galunggung ini sudah terdapat
fasilitas yang hampir lengkap seperti pusat informasi, fasilitas Kesehatan,

73
hydrant, perbelanjaan, plang informasi dan sebagainya. Namun beberapa
fasiilitas di Kawasan wisata ini sudah diperlukan perbaikan karena ada
beberapa fasilitas yang kurang terawat.
 Terdapat beberapa tempat makan di Kawasan wisata ini
 Terdapat area pembelanjaan souvenir di kawasasn wisata ini
 Di Kawasan wisata ini terdapat sinyal telepon seluler serta internet akses
yang cukup baik untuk beberapa provider. Tetapi di beberapa titik masih
kurang baik untuk sinyal telepon seluler.
 Didalam Kawasan tidak terdapat mesin ATM atau bank, tetapi diluar
Kawasan yang tidak jauh dari Kawasan wisata terdapat agen-agen
perbankan.
 Di dalam Kawasan belum terdapat poliklinik hanya terdapat fasilitas
Kesehatan yang kecil.
 Terdapat petugas keamanan di Kawasan wisata dari pihak pengelola
 Terdapat beberapa mushola yang tersebar di beberapa titik
 Di dalam Kawasan tidak terdapat sarana Pendidikan, tetapi diluar
Kawasan tidak jauh dari Kawasan wisata terdapat sarana Pendidikan
 Terdapat sarana untuk berolahraga diantaranya untyuk arena sepeda
gunung (downhill)
 Terdapat beberapa tempat sampah dan rambu-rambu kebersihan di
dalam Kawasan wisata.

Kemudian, terdapat beberapa standar yang termasuk kedalam variabel


akesibilitas. Dari hasil diatas dilihat bahwa standar minimal yang termasuk
variabel aksesibilitas sudah memenuhi kriteria standar minimal tujuan wisata.
Kriteria akses ini sudah memenuhi standar minimal dengan adanya akses jalan
yang lebar, jalan setapak, serta tempat parkir yang luas dan memadai. Terdapat
akses jalan yang cukup lebar dengan kondisi yang cukup baik tetapi terdapat
beberapa titik yang mengalami kerusakan parah, terdapat tempat parkir yang
luas dan memadai, serta harga parkir yang terjangkau. Untuk kondisi jalan dalam
Kawasan, kondisi nya terdapat beberapa yang mengalami kerusakan parah dan
perlu diperbaiki karena berpotensi untuk membahayakan pengunjung. Untuk
jalan setapak sudah cukup baik tetapi perlu diperbaiki di beberapa titik. Secara
keseluruhan kondisi nya sudah cukup baik namun masih ada beberapa yang
kurang terawat dan diperlukan adanya perbaikan

74
Dari hasil analisis, untuk variable ancilliary service ini sudah cukup baik.
Ketersediaan informasi wisata dari pemerintah, pengelola, maupun organisasi
sudah cukup baik dimana sudah banyak informasi mengenai Kawasan wisata
yang dapat diperoleh para wisatawan. Untuk jasa pendukung dari organisasi
warga sekitar yang tergabung dalam KOPARGA (Joperasi Pariwisata
Galunggung) terdapat angkutan ojek yang dapat mengantarkan wisatawan
menuju puncak kawah tanpa harus melewati tangga. Untuk tarif ojek nya sendiri
berada pada kisaran Rp. 20.000 – Rp, 25.000 per sekali naik. Hasil dari biaya
ojek tersebut Sebagian disisihkan kepada pengelola pariwisata. Selain ojek juga
terdapat warung/kios yang juga tergabung dalam KOPARGA. Untuk media
promosi, baik dari pemerintah, pengelola, maupun organisasi sudah baik karena
sudah banyak media promosi yang terdapat di ebebrapa media sosial eperti
Instagram, tiktok, facebook, dan sebagainya. Dengan media promosi yang sudah
tersebar itu diharapkan agar semakin banyak wisatawan yang mengetahui dan
berkunjung ke Kawasan wisata Gunung galunggung.

Secara keseluruhan, hasil analisis diatas menunjukkan bahwa standar minimal


tujuan wisata sudah hamper terpenuhi. Hal ini bisa dilihat dari hasil observasi
yang dilakukan bahwa hamper semua standar minimal tujuan wisata sudah
terpenuhi di Kawasan wisata Gunung Galunggung. Dengan adanya hal tersebut,
saat ini hanya diperlukan peningkatan kondisi komponen wisata tersebut
dikarenakan ada beberapa kondisi yang menurun dan diperlukan perbaikan.
Beberapa komponen wisata harus terus ditingkatkan dan dikembangkan
mengingat akan adanya rencana pengembangan Kawasan geowisata dan
pengembangan kawah di kawasan wisata ini. Jika kondisi komponen wisata terus
meningkat dan membaik, maka rencana adanya pengembangan Kawasan
geowisata dan kawah Gunung Galunggung diharapkan akan berjalan dengan
baik.

5.4 Internalisasi Nilai Islam


Globalisasi yang ditadai dengan perubahan teknologi di bidang komunikasi,
informasi dan teknologi begitu sangat cepat. Kondisi ini memberikan kontribusi
yang signifikan bagi perkembangan pariwisata dunia. Terminologi wisata dalam
konteks Islam diperbolehkan sepanjang tidak keluar dari aturan yang ditetapkan

75
oleh Allah SWT. Maka dalam konteks ini, pijakan wisata menurut Islam harus
berpijak pada Al-Quran dan Hadist. Pijakan yang kuat terhadap Al-Quran dan
Hadist akan membawa dampak yang signifikan bagi pertumbuhan dan
perkembangan wisata halal dunia khususnya di Indonesia.

Dalam pandangan Islam, Pariwisata diwujudkan dalam hal perjalanan spiritual,


tentang pemaknaan dan pencapaian sebuah tuntutan ajaran agama itu sendiri
“syahriah”, kenyataan ini telah membuat Negara Saudi Arabia memetik banyak
keuntungan baik secara material mapun statusnya sebagai sebuah negara yang
memiliki tempat yang dianggap suci oleh kaum muslim yakni Mekah dan
Madinah (Dallen, 2007).
Interpretasi bahwa Islam menerima Pariwisata adalah dengan ditetapkannya
tuntutan pemenuhan rukun “Haji” yakni kewajiban melakukan perjalanan spiritual
ke tanah suci Mekah” bagi kaum Muslim yang telah memenuhi syarat dan
memenuhi ketentuan Al-Quran. Pariwisata yang menjadi rekomendasi oleh Islam
adalah pariwisata yang berhubungan dengan spritualitas, berziarah, dan
perkunjungan ke tempat-tempat bersejarah Islam, perkunjungan tentang
kebesaran ciptaan Tuhan, seperti pemandangan alam, gunung berapi, danau
dan sejenisnya.

76
BAB 6 KESIMPULAN

Bab ini merupakan bab yang menjawab tujuan penelitian di Kawasan wisata
Gunung Galunggung yaitu “Untuk mengevaluasi kondisi pariwisata di Kawasan
objek wisata Gunung Galunggung”. Kemudian terciptalah kondisi Kawasan
wisata Gunung galunggung dan evaluasinya dari beberapa komponen
pariwisata.

6.1 Kesimpulan
Dari hasil analisis, kondisi pariwisata di Kawasan Wisata Gunung Galunggung
berdasarkan penilaian wisatawan serta observasi, dalam beberapa komponen
pariwisata adalah sebagai berikut :

1. Komponen atraksi wisata (Attraction) di Kawasan Wisata Galunggung berada


dalam kondisi baik berdasarkan penilaian wisatawan. Terdapat dua atraksi
wisata di Kawasan wisata Gunung Galunggung yaitu pemandian air panas
dan kawah Gunung Galunggung. Dalam kedua atraksi tersebut terdapat
berbagai kegiatan yang dapat dilakukan oleh wisatawan. Kondisi atraksi
wisata di Kawasan wisata ini sudah memenuhi kategori standar minimal
tujunan wisata.

2. Komponen amenitas wisata (Amenities) di Kawasan wisata ini berada dalam


kondisi baik berdasarkan penilaian wisatawan. Fasilitas maupun sarana dan
prasarana yang ada di Kawasan wisata ini sudah cukup lengkap. Namun,
beberapa fasilitas ini masih perlu dilakukan perbaikan ataupun perawatan
yang lebih dikarenakan sudah terdapat beberapa kerusakan. Terdapat
beberapa fasilitas yang sudah tidak terawat dan tidak layak digunakan.
Fasilitas yang tidak terawat sebagian besar adalah toilet. Terdapat beberapa
toilet yang mengalami kerusakan cukup parah yaitu rusaknya pintu toilet
serta kondisi yang kotor. Namun, komponen ini sudah memenuhi standar
minimal tujuan wisata walaupun ada sebagian kecil yang belum terpenuhi.

3. Komponen akesesibilitas wisata (Accessibility) di Kawasan wisata ini berada


dalam kondisi baik berdasarkan penilaian wisatawan. Akses jalan di Kawasan
wisata ini sudah cukup baik namun masih harus dilakukan perbaikan karena

77
terdapat kerusakan di beberapa titik. Kerusakan yang ada cukup riskan dan
dapat membahayakan wisatawan. Kerusakan yang terdapat pada jala
tersebut yaitu adanya lubang yang cukup besar serta ditumbuhi oleh
tumbuhan lumut. Komponen wisata ini sudah memenuhi standar minimal
tujuan wisata walaupun masih terdapat ebberapa kekurangan.

4. Komponen pendukung wisata (Ancilliary Services) di Kawasan Wisata ini


berada dalam kondisi baik berdasarkan penilaian wisatawan. Komponen
pendukung yang terdapat di Kawasan wisata ini salah satunya adalah
adanya KOPARGA (Koperasi Pariwisata Galunggung). Koperasi ini terdiri
dari ojek wisata dan pedagang warung/kios di Kawasan wisata ini. Selain itu,
komponen pendukung lain nya yaitu sudah terdapat media promosi di
berbagai platform media social seperti Instagram, facebook, tiktok, dan
sebagainya. Selain sebagai media promosi, media social tersebut juga
menyediakan semua informasi yang dari Kawasan wisata ini.

Dari semua komponen pariwisata diatas, secara keseluruhan kondisi wisata di


Kawasan wisata Gunung Galunggung sudah termasuk kategori baik. Namun,
masih terdapat beberapa komponen yang harus ditingkatkan. Peningkatan
komponen ini akan sangat berpengaruh pada pengembangan Kawasan wisata
ini. Jika semua komponen wisata sudah dalam kondisi baik, maka adanya
rencana untuk melakukan pengembangan Kawasan geowisata dan
pengembangan kawah Gununng Galunggung dapat dilakukan karena kondisi
beberapa komponen wisata sudah mendukung terwujudnya rencana tersebut.

6.2 Rekomendasi
Dari hasil analisis dan kesimpulan diatas, peneliti memeberikan beberapa
rekomendasi berikut ini :
1. Peningkatan kondisi komponen wisata. Peningkatan komponen wisata ini
sangat penting bagi pengembangan suatu Kawasan wisata. Hal ini harus
segera dilakukan karena melihat kondisi pandemic yang sudah berangsur
normal dan pariwisata akan kembali berjalan normal. Peningkatan komponen
wistaa ini dilakukan agar wisatawan yang datang merasa puas dan dapat
menarik wisatawan lainnya. Peningkatan komponen wisata ini bisa dilakukan

78
dengan menambah daya tarik wisata di Kawasan wisata ini, memperbaiki
fasilitas sarana prasarana yang sudah mulai rusak, dan sebagainya.
2. Pengembangan Kawasan wisata Gunung Galunggung menjada Kawasan
geoswisata. Hal ini dikarenakan beberapa komponen pariwisata di Kawasan
wisata Gunung Galunggung sudah dalam kondisi baik.

3. Pembangunan penginapan di sekitar Kawasan wisata. Saat ini, belum


terdapat sebuah penginapan di Kawasan wisata Gunung Galunggung.
Dengan adanya pembangunan fasilitas penginapan di sekitar Kawasan
wisata maka akan meningkatkan daya tarik dari wisatawan untuk menikmati
Kawasan wisata ini lebih lama. Selain itu, adanya pembangunan penginapan
dapat menambah pemasukan finansial bagi pengelola wisata untuk
kebutuhan wisata ini.

4. Peningkatan penerapan protokol Kesehatan. Kawasan wisata ini sudah


memiliki sertifikasi CHSE dari Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.
Namun, untuk penerapan protokol kesehatan masih kurang baik seperti
minimnya penggunaan masker, kurangnya tempat cuci tangan, belum
tersedianya hand sanitizer di beberapa titik penting, dan sebagainya.
Peningkatan protokol Kesehatan ini sangat penting mengingat dalam situasi
pandemic ini virus tersebar luas.

5. Peningkatan media promosi dan informasi. Saat ini sudah terdapat beberapa
media promosi dari pengelola Kawasan wisata ini. Namun, perlu ditingkatkan
lagi untuk bbebrapa platform media sosial. Pengelola bisa memanfaatkan
media social tersebut untuk membuat konten-konten yang menarik dari
Kawasan wisata ini. Dengan adanya konten yang menarik maka akan
menarik minat dari wisatawan lainnya untuk mengunjungi Kawasan wisata ini.

6.3 Keterbatasan Studi


Penelitian ini yaitu evaluasi kondisi pariwisata dengan metode penelitian
kuantiatif yang bersumber dari hasil observasi serta kuesioner kepada para
pengunjung. Keterbatasan studi ini merupakan hambatan peneliti terhadap
penelitian yang dilaksanakan, berikut hambatan peneliti yang dilakukan :

79
1. Penelitian ini dilakukan dengan sumber data yang berasal dari eksisting
dengan adanya kuesioner serta hsil observasi, sehingga hal ini bergantung
kepada pemahaman dari pengunjung mengenai pembahasan penelitian dan
pemahaman penulis dalam menjelaskan kembali kepada pengunjung. Studi
ini belum mengevaluasi Berdasarkan perspektif pemangku kepentingan terkait
lainnya, seperti pemerintah daerah, pengelola wisata, dan masyarakat sekitar
lokasi wisata.
2. Keterbatasan studi literatur. Kurangnya studi literatur tentang Kawasan wisata
Gunung Galunggung yang ada di Internet sehingga penukis harus mencari
data ke berbagai instansi serta melakukan observasi sendiri.
3. Dari beberapa informasi masih ada yang belum tereksplor secara mendalam,
karena adadnya keterbatasan sumber data dari instansi terkait

6.4 Studi Lanjutan


Pada keterbatasan studi peneliti diharapkan terdapat studi lanjutan terkait
penelitian ini, yang diharapkan menjadi pengembangan pada Kawasan wisata
Gunung Galunggung agar menjadi lebih baik serta lebih diminati oleh para
wisatawan dan dapat membuat inovasi baru yang dapat lebih menarik wisatawan
untuk berkunjung. Berikut rekomendasi terhadap studi lanjutan penelitian ini:
1. Pengembangan dan pembangunan atraksi wisata yang baru di Kawasan
wisata Gunung Galunggung
2. Pengembangan kondisi komponen pariwisata di Kawasan Wisata Gunung
Galunggung
3. Memaksimalkan penelitian dengan menggali informasi dari sumber terkait
baik itu instansi, tokoh masyarakat, dan masyarakat.

80
DAFTAR PUSTAKA

Abadi, T. W., Rochmania, A., Febriana, P., & Aesthetika, N. M. (2013).


Persepektif Kepariwisataan Kabupaten Sidoarjo.
Aditya, R. (2021). Mengenal Pengertian CHSE yang Jadi Standar Baru Industri
Pariwisata. https://www.suara.com/news/2021/10/21/204809/mengenal-
pengertian-chse-yang-jadi-standar-baru-industri-pariwisata
Akbar, S. I. (2018). Analisis Penawaran dan Permintaan Wisata di Kawasan
Danau Toba Kabupaten Dairi.
Amalia, N. R., Ervina, E., & ... (2019). Strategi Pengembangan Wisata Sejarah
Dan Budaya Di Malino, Sulawesi Selatan Tahun 2019 (Studi Kasus
Kampung Adat Bulutana Dan Panti Samadi Ratna …. EProceedings …,
5(2), 1496–1501.
Asriandy, I. (2016). Strategi Pengembangan Obyek Wisata Air. Universitas
Hasanudin, 23.
Astutik, D. (2011). Pengujian Hipotesis Dua Sampel Independen Berdasarkan Uji
Mann-Whitney dan Uji Kolmogorov Smirnov Dua Sampel Serta Simulasinya
dengan Program SPSS.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Tasikmalaya. (2022). Kabupaten
Tasikmalaya Dalam Angka 2021.
https://tasikmalayakab.bps.go.id/publication/2021/02/26/88bd050d058
c24b3fde94581/kabupaten-tasikmalaya-dalam-angka-2021.html
Brahmanto, E., Akpar, Hermawan, H., & Hamzah, F. (2017). STRATEGI
PENGEMBANGAN KAMPUNG BATU MALAKASARI SEBAGAI DAYA
TARIK WISATA MINAT KHUSUS. Jurnal Media Wisata, 15(2).
Chaerunissa, S. F., & Yuniningsih, T. (2020). Analisis Komponen Pengembangan
Pariwisata Desa Wisata Wonopolo Kota Semarang. Journal Of Public Policy
And Management Review, 9(4), 159–175.
Dewani, I. (2017). Kerjasama Pemerintah Kota Semarang (Dinas Kebudayaan
Dan Pariwisata) Dengan Kelompok Sadar Wisata (POKDARWIS)
Pandanaran Dalam Pemberdayaan Masyarakat Melalui Desa Wisata Kandri
Semarang. Journal Politics and Government Studies.
Dinas Pariwisata, Pemuda, dan O. (Disparpora). (2021). RIPPARDA
KABUPATEN TASIKMALAYA. Angewandte Chemie International Edition,
6(11), 951–952., 2013–2015.
Dwisaputra, M. (2017). Motivasi Pengunjung Ke Kota Wisata Bukittinggi
Sumatera Barat. JOM FISIP, 4(2), 1–14.
Firawan, I. G. N. F., & Suryawan, I. B. (2016). Potensi Daya Tarik Wisata Air
Terjun Nungnung Sebagai Daya Tarik Wisata Alam. Jurnal Destinasi
Pariwisata, 4(2), 92. https://doi.org/10.24843/jdepar.2016.v04.i02.p15
Gunawan, D. W. dkk. (2014). Rancang Bangun Aplikasi Analisis Kredit
Menggunakan Metode Skoring Pada Bintang Jaya Variasi Audio. Sistem
Informasi, 3(2), 97–103.
I Made Gami Sandi Untara, W. S. (2020). Eksistensi Pura Tanah Lot Dalam
Perkembangan Pariwisata Budaya Di Kabupaten Tabanan. Cultoure …,
1(2), 186–197.
Jayusman, Y., & Abdulghani, T. (2018). Evaluasi Tata Kelola Teknologi Informasi
Dan Perancangan Kebijakan Sistem Manajemen Keamanan Informasi
Berdasarkan Kerangka Kerja COBIT 5 dan SNI ISO/IEC 27001 ( Studi
Kasus Polrestabes Bandung ). Bangkit Indonesia, 2(VII).
Jeklin, A. (2016). 済無 No Title No Title No Title. July, 1–23.

81
Kurnia, T. F., & Widiyastuti, D. (2019). Kajian daya tarik dan perkembangan desa
wisata bobung, desa putat, kecamatan patuk, kabupaten gunung kidul.
Jurnal Bumi Indonesia, 8(4).
Mahayuni, N. P. S., Yuniarta, G. A., & Julianto, I. P. (2017). e-Journal S1 Ak
Universitas Pendidikan Ganesha. Akuntansi, 8(2), 4.
Mania, S. (2008). Observasi Sebagai Alat Evaluasi Dalam Dunia Pendidikan Dan
Pengajaran. Lentera Pendidikan : Jurnal Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan,
11(2), 220–233. https://doi.org/10.24252/lp.2008v11n2a7
Muzakir, A. (2014). Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi
(SNAST) 2014 Yogyakarta, 15 November 2014 ISSN: 1979-911X. Snast,
November, 211–216.
Nailufar, F., & Sufitrayati, S. (2019). Pengaruh Pendapatan Asli Daerah dan
Dana Alokasi Khusus terhadap Belanja Daerah di Kota Banda Aceh. Jurnal
Samudra Ekonomi Dan Bisnis, 10(1).
https://doi.org/10.33059/jseb.v10i1.1126
Nugroho, W., & Sugiarti, R. (2018). Analisis Potensi Wisata Kampung Sayur
Organik Ngemplak Sutan Mojosongo Berdasarkan Komponen Pariwisata
6A. Jurnal Pariwisata Dan Budaya, 35–40.
Pardede, F. R. E. P., & Suryawan, I. B. (2016). Strategi Pengelolaan Kabupaten
Samosir Sebagai Daya Tarik Wisata Alam Di Provinsi Sumatera Utara.
Jurnal Destinasi Pariwisata, 4(1), 14.
https://doi.org/10.24843/jdepar.2016.v04.i01.p03
Pariwisata, P. M., Indonesia, R., Pengelolaan, P. O., Alokasi, D., Fisik, K.,
Pariwisata, B., Rahmat, D., Yang, T., Esa, M., Pariwisata, M., & Indonesia,
R. (2018). www.jdih.kemenparekraf.go.id.
Perda Kabupaten Tasikmalaya. (2012). Peraturan Daerah Kabupaten
Tasikmalaya Nomor 2 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2011-2031. 262.
PERMENPAR. (2018). Peraturan Menteri Pariwisata Republik Indonesia Nomor
3 Tahun 2018 Tentang Petunjuk Operasional Pengelolaan Dana Alokasi
Khusus Fisik Bidang Pariwisata.
Pramesti, M. W. (2017). Motivasi : Pengertian, Proses dan Arti Penting dalam
Organisasi. Jurnal Fakultas Ekonomi Dan Ilmu Sosial Universitas Sultan
Fatah Demak, 19–38.
Prasodjo, T. (2017). Pengembangan Pariwisata Budaya dalam Perspektif
Pelayanan Publik. Jurnal Office, 3(1), 7.
https://doi.org/10.26858/jo.v3i1.3448
Primadany, S. R. (2013). Pendahuluan Pembangunan daerah merupakan salah
satu bagian dari pembangunan nasional yang daerah tersebut dibutuhkan
kewenangan yang Sebagai tindak lanjut penyelenggaraan otonomi daerah
dengan dikeluarkannya dan memenuhi tuntutan reformasi dan antara hubu.
1(4), 135–143.
Purifyningtyas, H. Q., & Wijaya, H. B. (2016). Kajian Kapasitas Adaptasi
Masyarakat Pesisir Pekalongan terhadap Kerentanan Banjir Rob. Jurnal
Wilayah Dan Lingkungan, 4(2), 81. https://doi.org/10.14710/jwl.4.2.81-94
Putri, E. D. H. (2016). Pengembangan Pantai Glagah Sebagai Objek Wisata
Daerah Kulon Progo Yogyakarta. Khasanah Ilmu, 3(2).
PUTRI, W. (2019). Valuasi Ekonomi Objek Wisata Goa Pindul Kabupaten
Gunungkidul Menggunakan Pendekatan Travel Cost Method. Jurnal Reka
Lingkungan, 7(1), 1–11. https://doi.org/10.26760/rekalingkungan.v7i1.1-11
Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Kab. Tasikmalaya. (2020).
Penyusunan Naskah Akademik Rencana Induk Pembangunan

82
Kepariwisataan Kabupaten Tasikmalaya. Angewandte Chemie
International Edition, 6(11), 951–952., 2013–2015.
Rukanda, H. (2021). Objek Wisata Gunung Galunggung Kembali Buka. Ayo
Tasik. https://tasik.ayoindonesia.com/berita-tasik/pr-33972613/objek-wisata-
gunung-galunggung-kembali-buka
Rusita, R., Waliambo, R., Sari, Y., & Yanti, M. (2016). Studi Potensi Objek dan
Daya Tarik Wisata Alam Air Terjun Wiyono di Taman Hutan Raya Wan
Abdul Rahman, Provinsi Lampung. Jurnal Info Teknik, 17(2), 165–186.
Rusmini. (2007). Aplikasi Dan Evaluasi Kebijakan ( Analisis Kebijakan Walikota
Jambi Tentang Penghapusan Pungutan Sekolah Dari Masyarakat). Annual
Conference on Islam Education Management (ACIEM), 853–865.
Siahaan, D., Teknik, F., Indonesia, U., & Industri, D. T. (2008). Universitas
Indonesia Penilaian Layanan Kesehatan Dan Keselamatan.
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D.
Sugiyono, P. D. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Tindakan.
Tanjung, N. M. (2019). EVALUASI KINERJA SEKRETARIAT DAERAH
PEMERINTAH KABUPATEN ACEH TIMUR TAHUN 2017 Studi pada
Bagian Administrasi Pembangunan TESIS MAHMUDDIN NUR TANJUNG
PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS MEDAN AREA 2019
EVALUASI KINERJA SEKRETARIAT DAERAH PEMERINTAH KABUPATE.
Tanjungsari, K., & Gunungkidul, K. (2021). Evaluasi Kesesuaian Lahan dan Daya
Dukung Kawasan Wisata di Pantai Drini , Desa. 119–129.
Umar, Z. A. (2011). Pengembangan Agribisnis Terpadu di Sektor Perikanan.
Jurnal Inovasi, 8(4), 1–15.
Undang Undang RI. (2009). UU RI Nomor 10 Tahun 2009.
Wiyono, B. P. A., Kusuma, H. E., Tampubolon, A. C., & Ardhyanto, A. (2018).
Korespondensi antara Motivasi dan Jenis Wisata. Jurnal Lingkungan Binaan
Indonesia, 7(2), 74–80. https://doi.org/10.32315/jlbi.7.2.74

83
LAMPIRAN

84
PERANGKAT OBSERVASI
Evaluasi Kondisi Pariwisata Kawasan Objek Wisata Gunung Galunggung

Nama Surveyor : ………………………………


Tanggal : ………………………………
Lokasi : ………………………………

No Kriteria Kondisi Eksisting Dokumentasi

Atraksi (Attraction)
1 Kondisi Pemandian air
panas
2 Kondisi air terjun curug
agung
3 Keindahan kawah
gunung
Fasilitas (Amenities)
1 Kondisi pusat informasi
wisata
2 Kondisi sarana ibadah
3 Kondisi sarana
kesehatan
4 Kondisi sarana
perbankan
5 Kondisi toilet
6 Kondisi kios/warung
7 Kondisi rambu
penunjuk jalan
8 Kondisi lampu
penerangan
Aksesabilitas (Accessibilities)
1 Kondisi jalur pejalan
kaki
2 Kondisi jalan setapak

85
No Kriteria Kondisi Eksisting Dokumentasi

3 Kondisi jalan dalam


kawasan
4 Kondisi tempat parkir
Pelayanan Tambahan (Ancillary Service)
1 Ketersediaan jasa
pendukung dari
organisasi
2 Ketersediaan Jasa
pendukung dari
Pemerintah Daerah
3 Ketersediaan jasa
pendukung dari
pengelola wisata

86
PERANGKAT KUESIONER
Evaluasi Kondisi Pariwisata Kawasan Objek Wisata Gunung Galunggung

No :
Tanggal : ……………………

Kuesioner ini adalah bagian dari perangkat survey penelitian mengenai Evaluasi Kondisi Pariwisata Kawasan Objek Wisata Gunung
Galunggung.

A. Petunjuk Pengisian
1. Responden diharapkan mengisi semua pertanyaan
2. Pengisian untuk pertanyaan opsi adalah dengan menilai kondisi dengan skala angka 1-10 yang sesuai dengan penilaian
responden (Skala penilaian 1 dengan kriteria Sangat tidak layak hingga Skala penilaian 10 dengan kriteria Sangat layak)
3. Setelah mengisi kuesioner, diharapkan untuk mengecek Kembali jawaban agar pertanyaan yang belum terisi tidak terlewat
4. Jawaban responden hanya digunakan untuk kepentingan penelitian
B. Identitas Responden
1. Nama Lengkap : ………………………………………………………………………
2. Asal Responden : ………………………………………………………………………
C. Pertanyaan
1. Apa Jenis Kelamin anda ?
a. Laki - laki
b. Perempuan
2. Berapa usia responden ?

87
a. 17 – 30 Tahun
b. > 30 Tahun
3. Sudah berapa kali anda mengunjungi Kawasan objek wisata Gunung Galunggung ?
a. 1 kali
b. > 1 Kali
4. Apakah anda merasa puas saat berkunjung ke Kawasan objek wisata Gunung Galunggung ?
a. Puas
b. Tidak Puas
5. Apakah anda akan kembali berkunjung ke Kawasan objek wisata Gunung Galunggung setelah ini ?
a. Ya, saya akan berkunjung lagi
b. Tidak akan

Penilaian
No Variabel Indikator Parameter
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 Atraksi Keberagaman atraksi
Wisata Daya Tarik
(Attraction) Kondisi Pemandian air Kepuasan wisatawan
panas Kondisi kebersihan
Kondisi keamanan
Kondisi kenyamanan
Kondisi air terjun curug Keberagaman atraksi

88
Penilaian
No Variabel Indikator Parameter
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Daya Tarik
Kepuasan wisatawan
agung Kondisi kebersihan
Kondisi keamanan
Kondisi kenyamanan
Keberagaman atraksi
Daya Tarik
Kepuasan wisatawan
Keindahan kawah gunung
Kondisi kebersihan
Kondisi keamanan
Kondisi kenyamanan
2 Amenities Kondisi kebersihan
(Amenities) Kondisi pusat informasi Kondisi kenyamanan
wisata Kondisi keamanan
Kondisi kecukupan
Kondisi sarana ibadah Kondisi kebersihan
Kondisi kenyamanan
Kondisi keamanan
Kondisi kecukupan

89
Penilaian
No Variabel Indikator Parameter
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Kondisi kebersihan
Kondisi kenyamanan
Kondisi sarana kesehatan
Kondisi keamanan
Kondisi kecukupan
Kondisi kebersihan
Kondisi kenyamanan
Kondisi sarana perbankan
Kondisi keamanan
Kondisi kecukupan
Kondisi kebersihan
Kondisi kenyamanan
Kondisi toilet
Kondisi keamanan
Kondisi kecukupan
Kondisi kebersihan
Kondisi kenyamanan
Kondisi kios/warung
Kondisi keamanan
Kondisi kecukupan
Kondisi rambu penunjuk Kondisi kecukupan
jalan
Kondisi lampu penerangan Kondisi kecukupan

90
Penilaian
No Variabel Indikator Parameter
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
3 Aksesibilitas Kondisi kebersihan
(Accessibility)
Kondisi jalur pejalan kaki
Kondisi keamanan
Kondisi kecukupan
Kondisi kebersihan
Kondisi jalan setapak Kondisi keamanan
Kondisi kecukupan
Kondisi kebersihan
Kondisi jalan dalam
Kondisi keamanan
kawasan
Kondisi kecukupan
Kondisi kebersihan
Kondisi tempat parkir Kondisi keamanan
Kondisi kecukupan
4 Pelayanan Ketersediaan jasa Ketersediaan informasi
Tambahan pendukung dari organisasi Media promosi
(Ancilliary Ketersediaan Jasa Ketersediaan informasi
Service) pendukung dari Media promosi
Pemerintah Daerah
Ketersediaan jasa Ketersediaan informasi

91
Penilaian
No Variabel Indikator Parameter
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
pendukung dari pengelola Media promosi
wisata

92
93

Anda mungkin juga menyukai