Kesehatan Dan Ergonomi
Kesehatan Dan Ergonomi
Disusun untuk memenuhi salah satu syarat Pelatihan HIPERKES dan Keselamatan
Kerja
Disusun Oleh:
1
BAB I
PENDAHULUAN
2
mempertahankan kinerja yang baik dan kondisi yang optimal bagi para tenaga kerja
tersebut diperlukan tindakan yang mempekerjakan para tenaga kerja berdasarkan
aspek ergonomis dan kesehatan kerja. Pada laporan hasil kunjungan ini akan
disampaikan hasil pengamatan dan evaluasi terhadap pemberian aspek ergonomis
dan kesehatan kerja
I.2. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui aspek ergonomi dan kesehatan kerja Stasiun Gondola
1.2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui definisi ergonomi,
2. Untuk mengetahui sikap kerja di Stasiun Gondola,
3. Untuk mengetahui cara kerja di Stasiun Gondola,
4. Untuk mengetahui beban kerja di Stasiun Gondola,
5. Untuk mengetahui gizi kerja di Stasiun Gondola,
6. Untuk mengetahui kesehatan kerja di Stasiun Gondola,
7. Untuk mengetahui dampak limbah lingkungan kerja di Stasiun Gondola
2. Tempat
Kegiatan dilaksanakan di Stasiun Gondola PT Astra International Tbk,
Ancol, Tanjung Priok, Jakarta Utara
3
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
II.1.ERGONOMI
Ergonomi menurut Badan Buruh Internasional (ILO=International Labor
Organization) adalah penerapan ilmu biologi manusia sejalan dengan ilmu rekayasa
untuk mencapai penyesuaian bersama antara pekerjaan dan manusia secara optimum
agar bermanfaat demi efisiensi dan kesejahteraan. Pada prosesnya dibutuhkan
kerjasama antara lingkungan kerja ( ahli hiperkes), manusia (dokter dan paramedik)
serta mesin perusahaan (ahli tehnik). Kerjasama ini disebut segitiga ergonomi.
Tujuan dari ergonomi adalah efisiensi dan kesejahteraan yang berkaitan erat dengan
produktivitas dan kepuasan kerja. Adapun sasaran dari ergonomi adalah seluruh
tenaga kerja baik sektor formal, informal dan tradisional.
Pendekatan ergonomi mengacu pada konsep total manusia, mesin dan
lingkungan yang bertujuan agar pekerjaan dalam industri dapat berjalan secara
efisien, selamat dan nyaman. Dengan demikian dalam penerapannya harus
memperhatikan beberapa hal yaitu: tempat kerja, posisi kerja, proses kerja.
Adapun tujuan penerapan ergonomi adalah sebagai berikut: 1) meningkatkan
kesejahteraan fisik dan mental, dengan meniadakan beban kerja tambahan (fisik dan
mental), mencegah penyakit akibat kerja, dan meningkatkan kepuasan kerja,
2) meningkatkan kesejahteraan sosial dengan jalan meningkatkan kualitas kerjasama
sesama pekerja, pengorganisasian yang lebih baik dan menghidupkan sistem
kebersamaan dalam tempat kerja, 3) berkontribusi di dalam keseimbangan rasional
antara aspek-aspek teknik, ekonomi, antropologi dan budaya dari sistem manusia-
mesin untuk tujuan meningkatkan efisiensi sistem manusia-mesin.
Adapun manfaat pelaksanaan ergonomi adalah menurunnya angka kesakitan
akibat kerja, menurunnya kecelakaan kerja, biaya pengobatan dan kompensasi
berkurang, stress akibat kerja berkurang, produktivitas membaik, alur kerja
bertambah baik, rasa aman karena bebas dari gangguan cedera, kepuasan kerja
meningkat.
4
Ruang lingkup ergonomi sangat luas aspeknya, antara lain meliputi :
1.Tehnik
2.Fisik
3.Pengalaman psikis
4. Anatomi, utamanya yang berhubungan dengan kekuatan dan gerakan otot
dan persendian
5.Anthropometri
6.Sosiologi
7. Fisiologi, terutama berhubungan dengan temperatur tubuh, Oxygen up take dan
aktivitas otot.
8. Desain, dll.
2. Proses Kerja
Para pekerja dapat menjangkau peralatan kerja sesuai dengan posisi waktu bekerja
dan sesuai dengan ukuran anthropometrinya. Harus dibedakan ukuran anthropometri
barat dan timur.
4. Mengangkat beban
Bermacam-macam cara dalam mengangkat beban yakni, dengan kepala, bahu,
tangan, punggung, dll. Beban yang terlalu berat dapat menimbulkan cedera tulang
punggung, jaringan otot dan persendian akibat gerakan yang berlebihan.
5
Penyakit-penyakit di tempat Kerja yang Berkaitan dengan Ergonomi
Semua pekerja secara kontinyu harus mendapat supervisi medis teratur. Supervisi
medis yang biasanya dilakukan terhadap pekerja antara lain :
1. Pemeriksaan sebelum bekerja
Bertujuan untuk menyesuaikan dengan beban kerjanya.
2. Pemeriksaan berkala
Bertujuan untuk memastikan pekerja sesuai dengan pekerjaannya dan mendeteksi
bila ada kelainan.
3. Nasehat
Harus diberikan tentang hygiene dan kesehatan, khususnya pada wanita muda dan
yang sudah berumur.
II.2.KESEHATAN KERJA
Kesehatan kerja adalah upaya penyeserasian antara kapasitas kerja, beban
kerja dan lingkungan kerja agar setiap pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa
membahayakan dirinya sendiri maupun masyarakat di sekelilingnya, agar diperoleh
produktivitas kerja yang optimal (UU Kesehatan 1992 Pasal 23). Kesehatan kerja
bertujuan untuk memperoleh derajat kesehatan yang setinggi – tingginya, baik fisik,
mental dan sosial bagi masyarakat pekerja dan masyarakat yang berada di
lingkungan perusahaan. Aplikasi kesehatan kerja berupa upaya promotif, preventif,
kuratif, rehabilitatif.
Promosi kesehatan merupakan ilmu pengetahuan dan seni yang membantu
seseorang untuk mengubah gaya hidup menuju kesehatan yang optimal, yaitu
terjadinya keseimbangan kesehatan fisik, emosi, spiritual dan intelektual. Tujuan
promosi kesehatan di tempat kerja adalah terciptanya perilaku dan lingkungan kerja
sehat juga produktivitas yang tinggi. Tujuan dari promosi kesehatan adalah:
Mengembangkan perilaku kerja sehat
Menumbuhkan lingkungan kerja sehat
Menurunkan angka absensi sakit
Meningkatkan produktivitas kerja
Menurunnya biaya kesehatan
Meningkatnya semangat kerja
6
Upaya preventif dilakukan untuk mencegah terjadinya penyakit akibat kerja
yang disebabkan oleh alat/ mesin dan masyarakat yang berada di sekitar lingkungan
kerja ataupun penyakit menular umumnya yang bisa terjangkit pada saat melakukan
pekerjaan yang diakibatkan oleh pekerja. Upaya preventif diperlukan untuk
menunjang kesehatan optimal pekerja agar didapat kepuasan antara pihak pekerja
dan perusahaan sehingga menimbulkan keuntungan bagi kedua belah pihak. Aplikasi
upaya preventif diantaranya pemakaian alat pelindung diri dan pemberian gizi
makanan bagi pekerja.
Gizi kerja adalah gizi /nutrisi yang diperlukan oleh tenaga kerja untuk
memenuhi kebutuhan sesuai dengan jenis pekerjaan dan beban kerja tambahan. Gizi
kerja menjadi masalah disebabkan beberapa hal yaitu rendahnya kebiasaan makan
pagi, kurangnya perhatian pengusaha, kurangnya pengetahuan tenaga kerja tentang
gizi, tidak mendapat uang makan, serta jumlah, kapan dan apa dimakan tidak
diketahui. Efek dari gizi kerja yang kurang bagi pekerja adalah :
Jenis pekerjaan dan gizi yang tidak sesuai akan menyebabkan timbulnya berbagai
penyakit seperti obesitas, penyakit jantung koroner, stroke, penyakit degenerative,
arteriosklerotik, hipertensi, kurang gizi dan mudah terserang infeksi akut seperti
gangguan saluran nafas. Ketersediaan makanan bergizi dan peran perusahaan untuk
memberikan informasi gizi makanan atau pelaksanaan pemberian gizi kerja yang
optimal akan meningkatkan kesehatan dan produktivitas yang setinggi – tingginya.
7
Upaya kuratif merupakan langkah pemeliharaan dan peningkatan kesehatan
bagi pekerja. Upaya penatalaksanaan penyakit yang timbul pada saat bekerja
merupakan langkah untuk meningkatkan kepuasan pekerja dalam bekerja, sekaligus
memberi motivasi untuk pekerja supaya memiliki kesehatan yang optimal. Penyakit
yang sering timbul dalam suatu lokasi pekerjaan dapat menjadi tolak ukur dalam
mengambil langkah promosi dan pencegahan, sehingga tujuan pemeliharaan dan
peningkatan kesehatan kerja optimal dilaksanakan.
8
BAB III
HASIL PENGAMATAN
III.1.ERGONOMI
1.Sikap Kerja
Hasil pengamatan mengenai sikap kerja dari tenaga kerja menunjukkan
sudah sesuai dengan aspek ergonomis, terbukti dengan adanya:
a. Tidak ditemukan tenaga kerja yang mengangkat beban berat karena
semua proses kerja Gondola dijalankan dengan mesin.
b. Pada karyawan di bagian ticketing telah disediakan kursi untuk istirahat
yang cukup nyaman.
2. Cara Kerja
Cara kerja yang kami amati ada dua sisi yaitu : posisi kerja dan proses kerja.
Dalam satu hari karyawan yang bekerja ada 16 orang dengan pembagian tugas
sebagai berikut :
Operator 5 orang, Maintanence 3 orang, Karcis 3 orang, Cleaning service 3 orang
dan satpam 2 orang/24 jam.
a. Posisi kerja operator dan karcis sebagian besar sudah sesuai dengan aspek
ergonomi, dimana posisi duduk di depan pekerjaan : punggung tegak, bahu
rileks dan posisi siku sejajar dengan tinggi meja. Kecuali karyawan bagian
pengontrolan mesin karena mesin permukaan tidak datar dan pendek disertai
dengan sandaran kursi tidak sesuai sehingga posisi duduk belum sesuai
dengan norma ergonomis. Pada unit maintenance , karyawan posisi kerjanya
menyesuaikan dengan kerusakan dan alat bantu yang ada (seperti tangga besi
dan pijakan besi yang bisa diarahkan sesuai kebutuhan). Sedangkan
satpam/keamanan, bila tidak sedang berkeliling istirahat di pos yg letaknya
dekat dengan pos. Tidak ada rolling baku yang memungkinkan karyawan
untuk berpindah posisi dari berdiri ke duduk atau sebaliknya.
b. Proses kerja karyawan yang menggunakan alat bantu tangga besi, pijakan besi
dan gondola secara keseluruhan baik karena alat bantu tersebut bisa diarahkan
sesuai kebutuhan
9
3. Beban Kerja
Aktivitas operasional Gondola dilakukan setiap hari Senin – Jumat adalah
jam 11.00 - 18.00 WIB, sementara pada hari sabtu jam 10.00 - 18.00 WIB dan
hari Minggu / libur mulai jam 09.00 - 18.00 WIB. Hasil pengamatan beban kerja
terhadap tenaga kerja PT Gondola dibagi menjadi 3 kelompok yaitu bidang
operasional berjumlah 12 orang, tenaga kerja bidang Maintanance berjumlah 12
orang dan tenaga manajemen berjumlah 19 orang.
1. Bidang Operasional.
Beban kerja yang dilakukan ringan dan pelaksanaannya di lapangan
sudah sesuai
Tenaga Kerja bidang Operasional terbagi dalam 2 kelompok yaitu
o Kelompok pertama yang bertugas memeriksa karcis, memberi
tanda (stempel) untuk masuk dan mengizinkan pengunjung
untuk masuk ke wahana Gondola.
o Kelompok kedua yang bertugas melayani dan mengamankan
jalur penumpang masuk gondola dan menginformasikan tata cara
selama penumpang berada didalam Gondola.
o Pada pekerjaannya lokasi kedua kelompok dibagi pada stasiun A
dan C.
Jam Kerja Tenaga Bidang Operasional
o Senin sampai Jumat berlaku mulai 10.30 WIB – 18.30 WIB.
Waktu istirahat yang diizinkan adalah 1 jam (60 menit). Total
waktu bekerja adalah 7 jam setiap hari.
o Sabtu berlaku mulai 09.30 WIB – 18.30 WIB. Waktu istirahat
yang diizinkan adalah 1 jam (60 menit). Total waktu bekerja
adalah 8 jam setiap hari.
o Minggu dan hari libur berlaku mulai 08.30 – 18.30 WIB. Waktu
istirahat yang diizinkan adalah 1 jam (60 menit). Total waktu
bekerja adalah 9 jam setiap hari.
o Total waktu bekerja setiap harinya adalah 7 jam, lebih dari waktu
tersebut maka tenaga kerja mendapatkan tambahan overtime
10
o Setiap Tenaga kerja mendapatkan waktu libur 1 kali dalam
seminggu, sehingga per harinya tenaga kerja yang bekerja
sejumlah 10 orang (waktu libur diatur oleh manajemen). Semua
Tenaga Kerja juga mempunyai hak cuti selama 14 hari kerja.
2. Bidang Maintenance
Beban kerja yang dilakukan sedang dan pelaksanaannya di lapangan
sudah sesuai
Tenaga Kerja bidang maintenance melakukan perawatan terhadap seluruh
kerja mesin yang menggerakkan gondola, memantau aktivitas perjalanan
Gondola, dan melakukan perbaikan Gondola pada saat terjadi gangguan
di jalurnya dan perbaikan di bengkel (workshop).
Pada pekerjaannnya lokasi kedua kelompok dibagi pada stasiun A, B, dan
C.
Jam Kerja Tenaga Bidang Maintanace
o Senin sampai Jumat berlaku mulai 08.30 WIB – 18.30 WIB.
Waktu istirahat yang diizinkan adalah 1 jam (60 menit). Total
waktu bekerja adalah 9 jam setiap hari.
o Sabtu berlaku mulai 07.30 WIB – 18.30 WIB. Waktu istirahat
yang diizinkan adalah 1 jam (60 menit). Total waktu bekerja
adalah 10 jam setiap hari.
o Minggu dan hari libur berlaku mulai 06.30 – 18.30 WIB. Waktu
istirahat yang diizinkan adalah 1 jam (60 menit). Total waktu
bekerja adalah 11 jam setiap hari.
o Total waktu bekerja setiap harinya adalah 7 jam, lebih dari waktu
tersebut maka tenaga kerja mendapatkan tambahan overtime
o Setiap Tenaga kerja mendapatkan waktu libur 1 kali dalam
seminggu, sehingga per harinya tenaga kerja yang bekerja
sejumlah 10 orang (waktu libur diatur oleh manajemen). Semua
Tenaga Kerja juga mempunyai hak cuti selama 14 hari kerja.
o
3. Bidang Manajemen
11
Beban kerja sesuai dan jam kerja sesuai dengan jam kerja operasional.
4. Lokasi Kerja
Umumnya lokasi kerja stasiun Gondola berada di luar ruangan dan
disediakan kipas angin. Untuk ruangan tertutup disediakan pendingin (AC) terutama
di ruangan maintenace. Walaupun demikian ruang istirahat, ruang ticketing tidak
diberikan pendingin ruangan.
III.2.KESEHATAN KERJA
1. Gizi dan Kantin
12
2. Penyakit Terbanyak
Pada wahana gondola ini tidak terdapat klinik khusus bagi karyawan. Bila
ada karyawan yang sakit pihak manajemen telah menyediakan P3K yang
ditempatkan di setiap stasiun. Obat yang disediakan terbatas hanya obat umum
yang dijual secara bebas. Bila terjadi kecelakaan kerja, karyawan tersebut
langsung dibawa ke Rumah Sakit terdekat dari Ancol karena ditanggungkan pada
Jamsostek. Untuk karyawan tetap ada penggantian biaya perawatan untuk
karyawan , istri dan 2 orang anak. Jika karyawan kontrak dan anggota keluarga
menderita penyakit maka biaya yang dikeluarkan karyawan tersebut akan diganti
oleh pihak manajemen gondola tersebut dengan jatah biaya pengobatan 1 tahun
adalah sebanyak 2x upah.
Berikut ini daftar penyakit terbanyak yang ditemukan pada perusahaan Gondola :
Sakit kepala, pusing
Infeksi saluran pernafasan akut
Gangguan pencernaan berupa gastroenteritis, mual
3. Pengolahan Limbah
Stasiun Gondola PT.ASTRA INTERNATIONAL tidak mempunyai limbah hasil
produksi. Hal ini dikarenakan stasiun Gondola bekerja dibidang jasa. Biasanya limbah yang
dihasilkan hanya berupa alat-alat mesin yang tidak layak pakai dan oli minyak pelumas
mesin. Limbah peralatan mesin dimanfaatkan kembali. Seperti roda digunakan untuk pot
tanaman. Limbah oli minyak pelumas dikembalikan pada penyuplai.
13
posisi kenyamanan
pekerja
2 Beban Kerja Jam kerja di waktu libur Jadwal petugas Pemberlakuan
dan minggu lebih dari 8 diatur lebih shift dari satu
jam fleksibel, shift menjadi
2 shift
3 Klinik Tidak disediakan klinik di Memberikan Diadakan
lokasi Gondola jadwal Klinik
keberadaan berjalan
dokter dan
paramedis
4 Gizi Gizi perorangan tidak Penyuluhan gizi Penyediaan
terpantau kerja, Catering
mengukur gizi Sehat
pekerja
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
14
penyediaan kursi dibagian operasional dan maintanance, lampu di lokasi
kerja, pendingin ruangan.
2. Kesehatan Kerja belum berjalan dengan baik karena tidak memiliki catering
untuk mengatur gizi kerja dan klinik kesehatan. Walaupun demikian
perusahaan telah memberikan uang makan, penggantian uang kesehatan dan
Jamsostek dan
Saran
1. Untuk karyawan yang berada di ruang/kamar tertutup sebaiknya diberi kursi
yang menunjang kenyamanan kerja.
2. Sebaiknya di stasiun Gondola diadakan pengadaan klinik berjalan minimal 1
minggu sekali untuk mengecek kesehatan para karyawan.
3. Agar pihak perusahaan menyelenggarakan catering, bukan dalam bentuk
pemberian uang makan. Dan bila tetap memberi uang makan maka harus
diawasi dengan ketat asupan gizi tenaga kerja. Juga diperhatikan kebutuhan
gizi perorangan yang ditentukan oleh ukuran tubuh (BB & TB), usia,
kegiatan sehari-hari, kondisi tubuh tertentu, lingkungan kerja, berat
ringannya aktivitas, jumlah jam kerja. Dibuat batas di dalam ruang Partisi
untuk memisahkan tempat istirahat dan tempat makan serta disediakan kursi
dan meja kecil untuk makan. Menutup tempat sampah makanan.
Demikian saran yang dapat kami berikan, semoga dapat berkenan dan
memberikan dampak positif bagi produktivitas tenaga kerja Stasiun Gondola
PT. Astra International, Tbk. Kami sadar banayak kekurangan dalam
penyusunan laporan ini. Kami mohon maaf kepada semua pihak jika ada
yang tidak berkenan. Terima kasih.
15