Anda di halaman 1dari 16

PENELITIAN EKSPERIMEN

Penelitian eksperimen pada prisipnya dapat didefinisikan sebagai metode


sistematis guna membangun hubungan yang mengandung fenomena sebab akibat
(causal-effect relationship) (Sukardi 2011:179). Selanjutnya, metode eksperimen
adalah metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan
tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan (Sugiyono 2011:72).
Berdasarkan definisi dari beberapa ahli tersebut, dapat dipahami bahwa
metode eksperimen ditujukan untuk meneliti hubungan sebab akibat dengan
memanipulasikan satu atau lebih variabel pada satu (atau lebih) kelompok
eksperimental, dan membandingkan hasilnya dengan kelompok kontrol yang tidak
mengalami manipulasi. Manipulasi berarti mengubah secara sistematis sifat-sifat
(nilai-nilai) variabel bebas. Setelah dimanipulasikan, variabel bebas itu biasanya
disebut garapan (treatment).
Menurut Cohen Dkk (Setyosari. 2013: 41) dalam penelitian eksperimen
peneliti memberikan perlakuan kepada subjek, sekelompok subjek, atau partisipan
atau kondisi, alat dan bahan tertentu untuk menentukan apakah perlakuan tersebut
memiliki dampak atau pengaruh pada variabel atau faktor hasil tertentu. Dalam
dunia pendidikan, penelitian ekperimen murni dilakukan terhadap sekelompok
subjek yang dipilih secara acak. Pemikiran subjek secara acak merupakan salah satu
unsur penting dalam penelitian eksperimen.
Syarat-syarat Penelitian Eksperimen
Sebuah penelitian dapat berjalan baik dan memberikan hasil yang akurat jika
dilaksanakan dengan mengikuti kaidah tertentu. Seperti halnya dengan penelitian
eksperimen, akan memberikan hasil yang valid jika dilaksanakan dengan mengikuti
syarat-syarat yang ada. Berkaitan dengan hel tersebut, Wilhelm Wundt dalam Alsa
(2004) mengemukakan syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh peneliti dalam
melaksanakan penelitian eksperimental, yaitu:
1. peneliti harus dapat menentukan secara sengaja kapan dan di mana ia akan
melakukan penelitian;
2. penelitian terhadap hal yang sama harus dapat diulang dalam kondisi yang
sama
3. peneliti harus dapat memanipulasi (mengubah, mengontrol) variabel yang
diteliti sesuai dengan yang dikehendakinya;
4. diperlukan kelompok pembanding (control group) selain kelompok yang
diberi perlakukan (experimental group)
Ada beberapa rancangan ekperimen yang dapat dikategorikan dalam
penelitian jenis ini. Rancangan penelitian ini meliputi:
1. Rancangan Pra-eksperimen (Non-desain)
Rancangan yang dibicarakan pada saat ini berkaitan dengan rancangan
penelitian yang tidak memerlukan persyaratan tertentu yang harus diikuti oleh
peneliti. Persyaratan tertentu yang dimaksud misalnya prosedur penentuan subjek
atau partisipan penelitian, penetapan homogenitas varian, dan persyaratan lain.
Rancangan penelitian ini banyak mengandung kelemahan-kelemahan. Rancangan
pra-eksperimen atau non desain ini tidak memerlukan rancangan yang cermat, dan
bahkan setiap orang bisa melakukan dengan mudah.
Ada dua alasan, menurut Vockell & Asher (1995) mengapa kita menggunakan
rancangan nondesain. Pertama, walupun rancangan ini memiliki berbagai
kelemahan, rancangan ini bukan berarti tidak memiliki kebaikan. Hal yang mungkin
(tetapi sulit diwujudkan), yaitu memberikan gambaran kesimpulan yang valid dari
beberapa penelitian dengan non desain ini. Biasanya sesuatu yang mengandung
banyak kelemahan tidak banayak dilakukan oleh peneliti. Kedua,rancangan ini
memberikan suatu landasan yang baik bagi alasan penggunaan pendekatan
rancangan kuasi-eksperimen. Dengan mengetahui banyak segi kelemahannya, maka
kita tidak ingin membuat keputusan dan kesimpulan yang keliru dalam penelitian
yang kita lakukan.
Ada beberapa rancangan yang dapat dimasukkan ke dalam jenis ini. Tuckman
(1988) memilah rancangan pra-eksperimen atau non desain ini menjadi tiga jenis :
(1) one-shot case study atau one-group posttest-only desaign; (2) one group pretest-
posttest design, (3) dan intact group comparison atau static group comparison.
Berikut ini akan diuraikan masing-masing ketiga jenis rancangan penelitian.

Rancangan pra-eksperimen : (1) one-shot case study atau one-group


posttest-only desaign; (2) one group pretest-posttest design, (3) intact
group comparison atau static group comparison.

a. Rancangan hanya satu kali pascates terhadap satu kelompok (one-shot case
study)

Salah satu rancangan penelitian yang hanya melibatkan satu kelompok


adalah one-shot case study. Rancangan penelitian one-shot case study disebut juga
sebagai rancangan one-group posttest-only desaign (Asher & Vockell,1995). Dalam
rancangan ini, perlakuan atau treatment (X) hanya diberikan kepada satu kelompok
subjek. Pengamat atau observasi (O) dilakukan terhadap anggota kelompok untuk
menentukan atau menilai efek atau pengaruh perlakuan. Tidak adanya kelompok
pengendali atau control, yaitu kelompok yang memperoleh perlakuan (X) dan
informasi lain, misalnya tentang bagaimana sampel atau subjek ditetapkan
menyebabkan tidak mudahnya membuat keputusan atau justifikasi terhadap
kesimpulan penelitian bahwa perlakuan (X) menyebabkan hasil (O). Rancangan
penelitian one-shot case study ini direpresentasikan seperti berikut.

X O (hanya satu kelompok)

Setelah dilakukan perlakuan (treatment) tertentu (X) diberikan kepada


kelompok subjek, kemudian langsung diadakan observasi (O). Pemberian perlakuan
dilakukan selama periode waktu tertentu. Sebagai contoh, kita ingin meneliti
tentang pengaruh pembelajaran pemecahan masalah terhadap kemampuan berpikir
kritis siswa. Kita memberikan perlakuan tentang pembelajaran pemecahan masalah
(X), dalam kurun waktu tertentu kemudian kita adakan tes atau observasi (O).
b. Rancangan satu kelompok dengan prates-pascates (one group pretest-posttest
design)

Rancangan penelitian lain yang hanya melibatkan satu kelompok adalah one-
group pretest-posttest design. Rancangan penelitian ini sedikit berbeda dengan
rancangan one-shot case study di atas, karena rancangan ini memberikan tes awal
sebelum perlakuan. Rancangan penelitian ini sering dipakaidalam kegiatan
penelitian. Rancangan penelitian semacam ini dapat digambarkan seperti berikut ini.

O1 X O2

Rancangan penelitian one-group pretest-posttest ini menurut Gall, Gall &


Borg (2003) meliputi 3 langkah, yaitu (1) pelaksanaan prates untuk mengukur
variabel terikat; (2) pelaksanaan perlakuan atau eksperimen; dan (3) pelaksanaan
pascates untuk mengukur hasil atau dampak terhadap variabel terikat. Dengan
demikian, dampak perlakuan ditentukan dengan cara membandingkan skor hasil
pretes dan pascates.

Sebelum subjek dikenai perlakuan terlebih dahulu, kita sebagai


peneliti melakukan observasi yang berupa pretes (O1), kemudian dilakukan
perlakuan (X), dan setelah itu diadakan observasi atau pascates (O2).
Rancangan ini sudah lebih baik dari pada rancangan one-shot case study,
karena adanya informasi tentang sampel atau subjek penelitian yang
berkaitan dengan hasil pretes. Namun demikian, rancangan ini memiliki
kelemahan dalam hal tidak memberikan informasi apapun berkenaan dengan
sejarah, maturasi, testing, dan regresi statistik.
2. Rancangan Eksperimen Murni (True Experimental Design)
a. Rancangan kelompok kontrol dengan pascates (posttest-only control
group design)
Rancangan posttest-only control group design ini sangat sering
dipakai dalam penelitian eksperimen.Rancangan ini cukup ideal bahwa
rancangan ini juga mengontrol semua ancaman terhadap validitas dan
semua sumber bias. Rancangan ini menggunakan dua kelompok subjek,
salah satunya diberikan perlakuan sedangkan kelompok lain tidak diberikan
perlakuan, dengan dmikian dapat mengendalikan sejarah dan maturasi.
Rancangan penelitian ini digambarkan sebagai berikut:
R X O1

R O2

Kedua kelompok subjek penelitian dipilih secara random(tanda R).


Rancangan diatas berbeda dengan rancangan sebelumnya sebagaimana
yang telah dijelaskan di atas. Bedanya kelompok pertama dikenai
perlakuan dan kelompok lain ditetapkan sebagai kelompok pengendali atau
kontrol. Pada akhir perlakuan, kedua kelompok dikenai pengikuran yang
sama. Penetapan kelompok dilakukan secara random, untuk
mengendaliakan seleksi dan mortalitas. Untuk mengendaliakn dampak
testing secara sederhana dan interaksi antara testing perlakuan, tidak ada
prates yang diberikan kepada kedua kelompok.
Untuk melakukan analisis data yang diambil dari rancangan posttest-
only control group dilakukan perbandingan antara skor rata-rata antara O1
dan O2.Skor rata-rata hasil observasi dua kelompok itu selanjutnya dipakai
untuk menentukan efektivitas perlakuan.
Model rancangan di atas dapat dikembangkan, misalnya kita menguji
pengaruh strategi pembelajaran membaca terhadap prestasi belajar peresta
didik. Strategi pembelajaran diidentifikasi sebagai variabel bebas, yang
dipilih menjadi tiga katagori, yaitu: (1) membaca keras; (2) membaca
pelan; dan (3) membaca dalam hati (Tuckman, 1988). Dan, prestasi belajar
peserta didik diidentifikasi sebagai variabel terikat. Rancangan penelitian
yang diaplikasikan digambarkan sebagai berikut:

R X1 O1 (membaca keras)

R X2 O2 (membaca pelan)

R X3 O3(membacdalam hati)

b. Rancangan kelompok control prates-pascates (pretest-posttest control


group design)
Rancangan penelitian pretest-posttest control group design adalah suatu
rancangan eksperimen (true experimental design) karena kedua kelompok dipilih
sesuai dengan kriteria yang dipersyaratkan penelitian. Rancangan penelitian jenis ini
digambarkan sebagai berikut:

R O1 X O2 (kelompok eksperimen)

R O3 O4 (kelompok kontrol)

Kedua kelompok sama-sama dipilih secara acak (random assignment), yang


ditandai R. Pada awalnya, keduanya diberi pratest (O1 dan O3). Bedanya kelompok
yang satu diberi perlakuan (X), sedangkan kelompok yang lain tidak dikenai
perlakuan tetapi dijadikanatau diperlakukan sebagai kelompok kontrol. Sebenarnya
kedua kelompok tersebut sama-sama mendapatkan perlakuan, tetapi keduanya
mendapat perlakuan yang berbeda.Setelah perlakuan (pada kelompok yang satu)
selesai, kedua kelompok sama-sama mendapatkan pengukuran pascates atau posttest
(O2 dan O4).
Dengan menggunakan kelompok kontrol, kedua kelompok sama-sama
memiliki atau mengalami hal yang sama kecuali perlakuan. Dengan demikian,
kedua kelompok ini dapat mengendalikan adanya faktor-faktor: sejarah, maturasi,
dan regresi, mortalitas, seleksi, testing, instrumentasi dan interaksi antar faktor.

c. Rancangan empat kelompok random (randomized solomon four group


design)
Sebenarnya rancangan ini merupakan perluasan dari rancangan
sebelumnya.Rancangan ini mempersyaratkan bahwa subjek ditempatkan
secara rambang menjadi empat kelompok. Penempatan kelompok-
kelompok secara rambang tersebut memungkinkan untuk membuat asumsi,
bahwa slor prates untuk kelompok 3 dan 4 (jika kelompok itu mengambil
prates) akan sama hasilnya dengan kelompok 1 dan 2. Hanya saja
kelompok 3 dan 4 tidak mengambilnya sehingga tidak ada alasan untuk
merefleksikan skor prates, dengan perlakuan penelitian digambarkan
sebagai berikut:

R O1 X O2

R O2 O2

R - X O2

R - O2

d. Rancangan Faktorial (Factorial Design)


Rancangan faktorial ini yang paling sederhana menggunakan dua
faktor, dan masing-masing faktor menggunakan dua katagori. Rancangan
vaktorial (factorial design) ini digunakan apabila peneliti
mempertimbangkan variabael bebas lain (biasanya variabel
moderator)dalam peneliatiannya. Variabel bebas (independent variable)
memiliki dimensi atau dipilih menjadi 2, 3, 4 dan seterusnya. Variabel
bebas lain, yang kita sebut sebagai variabel moderator dikatagorikan lagi
menjadi 2, 3, 4 dan seterusnya. Dalam rancangan dibawah ini variabel
moderator dilambangkan dengan Y, yaitu Y1 dan Y2.
(1) Faktorial 2 x 2
Rancangan faktorial 2 x 2 adalah rancangan faktorial yang paling
sederhana. Rancangan yang lebih kompleks, yang merupakan perluasan
model yang telah dibicarakan itu sering pula digunakan.Nomenklatur
rancangan faktorial 2 x 2, yang dapat digambarkan sebagai berikut.

R 01 X Y1 02

R 03 - Y1 04

R 05 X Y2 06

R 07 - Y2 08

Dalam contoh di atas, dua kelompok mendapat perlakuan dan dua


kelompok lainnya tidak.Misalnya, seorang peneliti ingin meneliti pengaruh
sajian kuliah dengan menggunakan buku teks (X0) dan yang satu
menggunakan rancangan pengajaran teori elaborasi (X1). Di samping itu,
peneliti juga ingin melihat pengaruh tujuan pengajaran, kelompok yang
satu diberi tahu tujuan pengajarannya (Y1) dan yang lain tidak (Y2).
(2) Faktorial 2 x 3
Rancangan faktorial 2 x 3 ini menggambarkan bahwa peneliti
variabel bebas 1 yang dimanipulasi, dipilih menjadi dua dan variabel bebas
2 yang dikatagorikan menjadi 3. Misalnya, variabel 1 adalah strategi atau
metode pembelajaran (A dan B), sedangkan variabel 2 adalah gaya belajar
siswa (A= auditori, V= visual, dan K= kinestetik).
Atau dicontohkan sebagai berikut:
Variabel pertama : Permainan selama istirahat (yang banyak menggunakan
tenaga jasmani dan yang tidak).
Variabel kedua : Jenis musik sewaktu bekerja (klasik, populer dan
panas).

Rancangan faktorial di atas, apabila disajiakan sesuai dengan


prosedur penelitian sebagai berikut.
O1 X Y1 O2

O1 - Y1 O2

O1 X Y2 O2

O1 - Y2 O2

O1 X Y3 O2

O1 - Y3 O2

(3) Faktorial 2 x 2 x 2
Rancangan faktorial 2 x 2 x 2 ini bisa digunakan oleh peneliti, jika ia
memiliki variabel-variabel, misalnya variabel metode pembelajaran (yang
dipilih menjadi A dan B) berbantuan dan tanpa bantuankommputer (A1
dan A2, B1 dan B2) dan variabel gaya kognitif (G1 dan G2).
(4) Faktorial 2 x 2 x 2
Tiga variabel, masing-masing terdiri atas dua kategori. Misalnya:
Variabel pertama : frekuensi penyajian (satu kali dan dua kali).
Variabel kedua : cara penyajian (dibacakan/auditory dan dibaca sendiri
oleh subjek/visual).
Variabel ketiga : cara testing (segera dan ditangguhkan).
(5) Rancangan 3 x 3 x 3
Tiga variabel, masing-masing terdiri dari tiga kategori. Misalnya:
Variabel pertama : Taraf IQ (di atas 110, antara 90 dan 110, dan di bawah
90).
Variabel kedua : Cara pemecahan problema (individual, kelompok kecil
dan kelompok besar).
Variabel ketiga : waktu yang disediakan (dua jam tanpa
interaksi/istirahat, dua jam dengan istirahat di tengah
selama satu jam, dua jam dengan istirahat di tengah
selama 24 jam).
3. Rancangan Eksperimen Semu (Quasi-Experimental Design)
Banyak rancangan yang disusun menurut model rancangan eksperimental
oleh banyak orang dianggap belum dapat dikatakan memiliki ciri-ciri rancangan
eksperimen yang sebenarnya, karena variabel-variabel yang seharusnya
dikontrol atau dimanipulasi tak dapat dikontrol atau tak dapat dimanipulasi,
sehingga validitas penelitian menjadi tidak cukup memadai untuk disebut
sebagai eksperimen yang sebenarnya.
Rancangan-rancangan yang tergolong ke dalam kelompok ini adalah:
1. The time series experiment.
2. The equivalent time samples design.
3. The equivalent materials design.
4. The non-equivalent control-group design.
5. Counterbalanced design.
6. The separate-sample pretest-posttest design.
7. The separate-sample pretest-posttest control group design.
8. The multiple time-series design.
9. The recurrent institutional cycle design: A “patchup” design.
10. Regression-discontinuity analysis.
11. Correlational and ex post facto designs.

a. Rancangan serial waktu (time series)


Rancangan penelitian time series ini juga melibatkan satu kelompok
saja. Dalam rancangan penelitian ini satu kelompok (tunggal) yang
dilibatkan dalam penelitian diukur secara periodik dalam interval waktu
tertentu, dalam perlakuan eksperimen yang dilaksanakan diantara dua
interval waktu.
Ada dua macam rancangan time series (Vockell & Asher,1995),
yaitu: (1) rancangan perlakuan berulang (repeated treatment design); dan
(2) rancangan serial waktu jeda (interrupted time serial design).
1) Rancangan perlakuan berulang
Rancangan ini merupakan cara lain yang hanya melibatkan satu
kelompok kecil sebagai kelompok perlakuan. Rancangan ini juga sering
dipakai dalam penelitian pendidikan, di mana peneliti ingin mengetahui
perubahan perilaku peserta didik. Rancangan ini digambarkan sebagai
berikut.
O1 X O2 X0 O3 X O4

Pelaksanaan rancangan ini diawali dengan pertama kita melakukan


pengukuran pertama (O1), kemudian kita melakukan eksperimen (X1), dan
setelah selesai perlakuan itu kita melaksanakan pengukuran unjuk kerja O2
yang kedua. Berikutnya, kita menyela dengan perlakuan atau tindakan (X0).
Setelah itu, kita melancarkan pengukuran yang ketiga O3, tahap berikutnya
melakukan tindakan atau perlakuan yang sama dengan yang pertama atau
mengulang kembali perlakuan pertama dan terakhir, peneliti melakukan
kembali pengukuran yang keempat O4.

Dalam berbagai kondisi, penelitian ini dilakukan dengan cara; (1)


peneliti melakukan observasi dan merekam hasilnya dalam waktu tertentu;
(2) memberikan perlakuan; dan (3) melakukan observasi dan merekam
hasil, dan seterusnya. Waktu di antara dua kondisi sama. Dengan demikian,
hasil yang diharapkan akan tinggi pada pengamatan O2 dan O4 jika
dibandingkan dengan O1 dan O3.
2) Rancangan serial waktu jeda
Rancangan penelitian ini memerlukan beberapa kali pengukuran
yang sama pada kelompok subjek perlakuan, baik sebelum maupun setelah
pelaksanaan perlakuan. Seperti pada rancangan berulang, rancangan ini
hanya melibatkan satu kelompok subjek penelitian. Rancangan penelitian
digambarkan sebagai berikut.

O1 O2 O3 O4 X O5 O6 O7 O8

Dalam rancangan di atas, peneliti sebelumnya melakukan


serangkaian pengukuran terhadap kelompok subjek, kemudian memberikan
perlakuan. Setelah itu, serangkaian pengukuran dilakukakn. Hal yang
penting bahwa interval waktu pengukuran adalah sama.

Ada dua rancangan penelitian terkait dengan eksperimen kuasi ini,


yaitu; (1) kelompok berhubungan (intact group comparison; dan (2)
rancangan kelompok kontrol yang tak sama (nonequivalent control group
design).

b. Rancangan perbandingan kelompok berhubungan (intact group


comparasion)
Rancangan penelitian intact-group comparasion. Rancangan
penelitian intact-group design ini sebenarnya berasal dari kelompok subjek
yang sama, berhubungan. Dari kelompok subjek itu, oleh peneliti dipilah
menjadi dua. Dalam rancangan ini sekelompok subjek yang diambil dari
populasi tertentu dikelompokkan secara rambang menjadi dua, yaitu
kelompok eksperimen dan kelompok control. Kelompok eksperimen diberi
perlakuan tertentu dalam waktu tertentu, sedangkan kelompok control
tidak. Kedua kelompok subjek itu kemudian dikenakan pengukuran atau
observasi (tes) yang sama. Rancangan penelitian digambarkan seperti
berikut ini.

X O1

O2

Tanda garis putus-putus menandakan bahwa kedua kelompok itu


adalah kelompok intac. Peneliti hanya memberikan perlakuan kepada
kelompok yang telah ditentukan sebagai kelompok perlakuan dan setelah
itu keduanya diberikan perlakuan pada saat yang bersamaan. Faktor
validitas seperti sejarah dan maturasi dikendalikan dengan kelompok
kontrol (yang tidak diberi perlakuan). Artinya, dalam situasi yang secara
kebetulan berpengaruh terhadap hasil, yang mungkin juga berpengaruh
pada hasil observasi.

Rancangan eksperimen meliputi : (1)posttest-only control group


design; (2)untreated control group design with pretest and posttest;
(3) pretest-posttest control group design; (4) randomized soloman
four group design; dan (5) factorial design.

c. Rancangan kelompok non-ekuivalen

Rancangan penelitian ini sering dipakai dalam penelitian. Dalam


rancangan ini, subjek penelitian atau partisipan penelitian tidak dipilih
secara acak untuk dilibatkan dalam kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol. Pada dasarnya, langkah-langkah dalam rancangan ini sama seperti
pada rancangan pretest-posttest eksperimental control group design.
Dalam rancangan ini, ada dua kelompok subjek satu mendapat
perlakuan dan satu kelompok sebagai kontrol. Keduanya memperoleh
prates dan pascates. Perbedaan dengan kelompok nonekuivalen, bahwa
kelompok tidak dipilih secara acak atau random.

Kata Kerja Operasional (KK0) Kurikulum 2013 Revisi 2016 – Kata kerja
operasional mengalami perubahan semenjak diberlakukannya kurikulum 2013 revisi
2016. Kita akan mengetahui apa saja yang berubah dan mana yang masih sama
dengan sebelumnya. Dalam hal ini juga akan diberikan penjelasan dan diberikan
contoh dalam penerapannya juga disertai file download yang berkaitan dengan kata
kerja operasional sehingga akan memudahkan dalam aktivitasnya nanti.

Teori KKO menurut Taksonomi Bloom


Benjamin S. Bloom dan kawan-kawannya itu berpendapat bahwa pengelompokkan
tujuan pendidikan itu harus senantiasa mengacu kepada tiga jenis domain (daerah
binaan atau ranah) yang melekat pada diri peserta didik, yaitu:
1. Ranah proses berpikir (cognitive domain).
2. Ranah nilai atau sikap (affective domain).
3. Ranah keterampilan (psychomotor domain).

Perbedaan Kata Kerja Operasional Lama dan Kata Kerja Operasional Baru
KKO Lama - Kata kerja operasional ranah kognitif (pengetahuan) yang semula pada
kurikulum 2013 seperti: pengetahuan (C1), pemahaman (C2), penerapan (C3),
analisis (C4), sintesis (C5), dan penilaian (C6). Kata kerja operasional ranah
afektif (perasaan) seperti: menerima (A1), menanggapi (A2), menilai (A3),
mengelola (A4), dan menghayati (A5). Kata kerja operasional ranah psikomotor
seperti: peniruan (P1), manipulasi (P2), ketetapan (P3) dan artikulasi (P4).
Sederhananya c itu cognitif atau pengetahuan terdiri dari 6, a itu afektif artinya
perasaan terdiri dari 5, dan p itu psikomotor (penggerak motivasi peserta didik)
terdiri dari 4.

KKO Baru - Ada perubahan pada kata kerja operasional ranah kognitif kurikulum
2013 revisi 2016 ini seperti: mengingat (C1), memahami (C2), mengaplikasikan
(C3), menganalisis (C4), mengevaluasi (C5) dan mencipta (C6). Kata kerja
operasional ranah afektif seperti: menerima (A1), merespon (A2), menghargai (A3),
mengorganisasikan (A4), dan karakterisasi menurut nilai (A5). Kata kerja
operasional ranah psikomotor seperti: meniru (P1), manipulasi (P2), presisi (P3),
artikulasi (P4), dan naturalisasi (P5). Sederhananya c itu cognitif atau pengetahuan
terdiri dari 6, a itu afektif artinya perasaan terdiri dari 5, dan p itu psikomotor
(penggerak motivasi peserta didik) terdiri dari 5.
CONTOH DAFTAR KATA KERJA OPERASIONAL BARU
UNTUK RANAH KOGNITIF (Cl – C6)
KURIKULUM 2013 REVISI 2016
Mengingat Memahami Mengaplikasikan Menganalisis Mengavaluasi Mencipta
(C1) (C2) (C3) (C4) (C5) (C6)
Memasangkan Melakukan Melaksanakan Melatih Membuktikan Memadukan
inferensi
Membaca Melaporkan Melakukan Memadukan Memilih Membangun
Memberi Membandingkan Melatih Memaksimalkan Memisahkan Membatas
indeks
Memberi Membedakan Membiasakan Membagankan Memonitor Membentuk
kode
Memberi Memberi contoh Memodifikasi Membeda- Memperjelas Membuat
label bedakan
Membilang Membeberkan Mempersoalkan Membuat Mempertahankan Membuat
struktur rancangan
Memilih Memperkirakan Memproses Memecahkan Mempresiksi Memfasilitasi
Mempelajari Memperluas Mencegah Memerintah Memproyeksikan Memperjelas
CONTOH DAFTAR KKO BARU UNTUK RANAH AFEKTIF (A1-A5)
KURIKULUM 2013 REVISI 2016
Karakterisasi
Menerima Menghargai Mengorganisasikan
Merespon (A2) Menurut Nilai
(A1) (A3) (A4)
(A5)
Mengikuti Mengompromikan Mengasumsikan Mengubah Membiasakan
Menganut Menyenangi Meyakini Menata Mengubah
perilaku
Mematuhi Menyambut Meyakinkan Mengklasifikasikan Berakhlak mulia
Meminati Mendukung Memperjelas Mengombinasikan Mempengaruhi
Menyetujui Memprakarsai Mempertahankan Mengkualifikasi
Menampilkan Mengimani Membangun Melayani
Melaporkan Menekankan Membentuk pendapat Membuktikan
Memilih Menyumbang Memadukan Memecahkan
Mengatakan Mengelola Membiasakan
Memilah Menegosiasi
Menolak Merembuk
Mengompromikan
Menyenangi
Menyambut
Mendukung

CONTOH KKO BARU UNTUK RANAH PSIKOMOTOR (P1-P5)


KURIKULUM 2013 REVISI 2016
MENIRU MANIPULA ARTIKULASI NATURALISA
PRESISI (P3)
(PI) SI (P2) (P4) SI (P5)
Menyalin Kembali Melengkapi Membangun Mendesain
membuat
Mengikuti Membangun Menunjukkan, Mengatasi Menentukan
Mereplikas MelakukaN Menyempurnaka Menggabungkan Mengelola
i n Koordinat
Mengulan Melaksanakan Mengkalibrasi Mengembangka
gi n Merumuskan
Mematuhi Menerapkan Mengendalikan Memodifikasi
Master
Mengintegrasika
n Beradaptasi

Anda mungkin juga menyukai