Makalah Motor Bakar PDF
Makalah Motor Bakar PDF
Keterangan :
1. Udara atmosfir
2. Saluran bahan bakar tanpa beban
3. Pelampung
4. Bahan bakar masuk dari tangki
5. Campuran bahan bakar – udara melalui saluran isap
6. Saluran ventilasi tanpa beban
7. Saluran udara tanpa beban
8. Skrup pengatur tanpa beban
9. Saluran campuran tanpa benban
10. Cadangan tanpa beban
11. Orifis pengatur tanpa beban
12. Nosel tanpa beban
13. Katup gas
Gambar 1.7. Katup gas terbuka penuh
(Wiranto Arismunandar, 2002)
Keterangan :
1. Udara atmosfir
2. Tabung tekan
3. Pelampung
4. Bahan bakar masuk
5. Orifis pengatur bahan bakar
6. Campuran bahan bakar – udara melalui saluran isap
7. Nosel
8. Venturi
9. Katup gas
Gambar 1.8. Perbandingan bahan bakar udara dengan
pembukaan katup gas
(Wirannto Arismunandar, 2002
Torsi
Daya
Laju Konsumsi
Bahan Bakar
Dari formula diatas dapat dilihat kalau suhunya lebih rendah, maka
tekanan udara yang masuk lebih besar dan jumlah udara yang akan
dihisap lebih besar pula. Sebagai hasil akan dapat dihasilkan daya yang
lebih besar pula karena sejumlah bahan bakar akan dapat terbakar
dengan baik (Soenarto & Furuhama 1995).
Karena itu dalam merancang motor bakar torak, terutama motor
diesel, hendaklah diusahakan agar tekanan maksimum dapat dibatasi
apabila perbandingan kompresinya hendak dipertinggi.
a. Volume Silinder
Volume silinder antara TMA dan TMB disebut volume langkah
torak (V1). Sedangkan volume antara TMA dan kepala silinder (tutup
silinder) disebut volume sisa (Vs). Volume total (Vt) ialah isi ruang
antara torak ketika ia berada di TMB ampai tutup silinder.
Vt =V1+Vs ………………..(1)
Volume langkah mempunyai satuan yang tergantung pada
satuan diameter silinder (D) dan panjang langlah torak (L) biasanya
mempunyai satuan centimetercubic (cc) atau cubic inch (cu.in).
V1 = luas lingkaran x panjang langkah
V1 = π r2 x L
2
1
V1 = π D × L
2
Dengan demikian besaran dan ukuran motor bakar menurut
volume silinder tergantung dari banyaknya silinder yang digunakan
dan besarnya volume silinder (Kiyuku & Murdhana 1998).
b. Perbandingan Kompresi
Hasil bagi volume total dengan volume sisa disebut sebagai
perbandingan kompresi
V1 + Vs V
C= = 1 + 1 ………….(2)
Vs Vs
Dimana :
V1 = volume langkah torak
Vs = volume sisa
Jadi, bila suatu motor mempunyai volume total 56 cu.in dan
volume sisa 7 cu.in, maka perbandingan kompresinya adalah :
56
C= =8
7
Hal diatas menunjukkan bahwa selama langkah kompresi,
muatan yang ada diatas torak dimampatkan 8 kali lipat dari volume
terakhirnya. Makin tinggi perbandingan kompresi, maka makin
tinggi tekanannya dan temperatur akhir kompresi. (Kiyuku &
Murdhana, 1998).
Perbandingan kompresi tidak dapat dinaikan tanpa batas, karena
motor pembakaran yang menggunakan busi akan timbul suara
menggelitik kalau perbandingan kompresinya terlalu tinggi
(Soenarta & Furuhama, 1995).
Torsi dan Daya Poros
Dinamometer biasanya digunakan untuk mengukur torsi
sebuah mesin. Adapun mesin yang akan diukur torsinya tersebut
diletakkan pada sebuah testbed dan poros keluaran mesin
dihubungkan dengan rotor dinamometer. Prinsip kerja dari
dinamometer dapat dilihat pada gambar 2.6. Rotor dihubungkan
secara elektromagnetik, hidrolis, atau dengan gesekan mekanis
terhadap stator yang ditumpu oleh bantalan yang mempunyai
gesekan kecil. Torsi yang dihasilkan oleh stator ketika rotor tersebut
berputar diukur dengan cara menyeimbangkan stator dengan alat
pemberat, pegas, atau pneumatik.
Hambatan ini akan menimbulkan torsi (T), sehingga nilai daya (P)
dapat ditentukan sebagai berikut :
2π.n.T
P= ( kW ) ……………............................................(3)
60000
Dimana :
n = putaran mesin (rpm)
T = torsi (Nm)
Torak yang didorong oleh gas membuat usaha. Baik tekanan
maupun suhunya akan turun waktu gas berekspansi. Energi panas
diubah menjadi usaha mekanis. Konsumsi energi panas ditunjukkan
langsung oleh turunnya suhu. Kalau toraknya tidak mendapatkan
hambatan dan tidak menghasilkan usaha gas tidak akan berubah
meskipun tekanannya turun.
Tekanan Efektif Rata-rata (BMEP)
Besar nilai P1 merupakan tekanan efektif rata-rata indikator
(indicator mean effective pressure : IMEP).
Nilai P1, dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan
sebagai berikut :
Wi
P1 = ……………………………….................................(4)
Vs
Dimana :
P = daya (kW)
N = putaran mesin (rpm)
Vd= volume langkah total silinder (m3)
Z = sistem siklus (4 langkah =2, 2 langkah =1)
Efisiensi Thermis
Perbandingan antara energi yang dihasilkan dan energi yang
dimasukkan pada proses pembakaran bahan bakar disebut efisiensi
thermis rem (brake thermal efficiency) dan ditentukan sebagai
berikut :
860
ηbt = ×100 (%) ……………..................................(8)
SFC .h
Dimana :
H = nilai kalor untuk bahan bakar premium = 10500 kcal/kg.
Minyak gas = 10400 kcal/kg.
SFC = konsumsi bahan bakar spesifik
Nilai kalor mempunyai hubungan dengan berat jenis. Pada
umumnya semakin tinggi berat jenis maka semakin rendah nilai
kalornya (Kiyaku & Murdhana, 1998).
Konsumsi Bahan Bakar Spesifik (SFC)
Konsumsi bahan bakar spesifik (SFC) ditentukan dalam g/PSh
atau g/kWh dan lebih umum digunakan dari pada ηbt. Besar nilai
SFC adalah kebalikan dari pada ηbt. Penggunaan bahan bakar dalam
gram per jam Ne dapat ditentukan dengan persamaan sebagai
berikut :
mf
SFC = [ kg / kWh ] ………………….............................(9)
P
Dimana :
SFC = konsunsi bahan bakar spesifik (kg/kWh)
P = daya mesin (kW)
Sedang nilai mf dapat dicari dengan persamaan sebagai berikut:
b 3600
mf = ⋅ ⋅ ρbb …………………………………….(10)
t 1000
Dimana :
b = volume 3 buret (cc)
t = waktu (detik)
ρbb = berat jenis bahan bakar (kg/l)
mf = adalah penggunaan bahan bakar per jam pada kondisi
tertentu (Nakoela Soenarta &Dr. Shoichi
Furuhama,1995)
Gambar . Prestasi motor bensin 2-langkah dan 4-langkah
Dasar Teori
Daya keluaran yang dihasilkan motor sebanding dengan kecepatan rotasi
dan kuantitas udara yang dapat dimampatkan di dalam silinder. Dengan
asumsi kecepatan rotasi motor konstan, satu-satunya upaya untuk dapat
meningkatkan daya motor adalah dengan meningkatkan kuantitas udara
yang masuk ke dalam silinder [3].
PV = mu RT (1)
mu = V × ρu (2)
P1 P2
Jika ρu1 = dan ρ u 2 = , kemudian ρu1 , P1 , T1 dan ρu 2 , P2 , T2
RT1 RT 2
ρu 2 P2 RT 2
Nisbah kerapatan = = , atau
ρ u1 P1 RT1
ρu 2 P T
= 2 1 (4)
ρu1 P1 T2
m u ,i = Vd × ρ u ,i × z × N × 12 × 6 0 k g/ ja m (5)
Nisbah antara jumlah udara yang masuk pada kondisi aktual terhadap
jumlah udara yang masuk secara ideal disebut dengan efisiensi volumetris,
ηV .
m
u ,a
ηv = (7)
m
u ,i
η f ηv NV d Q HV ρu ,i ( F A)
P= (8)
2
η f ηvVd QHV ρu ,i ( F A)
τ= (9)
4π
mep =η f ηv Q HV ρu ,i ( F A) (10)
2π N F R
P= Watt (11)
60
NF NF
P= Kwatt = Hp (12)
10000 7460
3600 × mbb
sfc = Kg / ( hp − jam ) (14)
P×t
dimana P = daya (Hp), mbb = massa bahan bakar yang dikonsumsi (kg) dan
t = waktu yang dibutuhkan untuk mengkonsumsi mbb kg bahan bakar.
641,67
ηth = (15)
sfc × QHV
141 ,5
°API = SG ( 60 °F ) −131 ,5 (16b)
dimana SG = specific gravity bahan bakar pada 60°F. Untuk solar = 815
kg/m3.
141 ,5
QHV = 0,555 16610 + 40 −131 ,5
815 (17)
= 6303 ,1 kkal kg
Temperatur pengisian Vs Putaran
130
) 120
(C 110
r
u
t 100
a
r
e 90
p 80
m
e 70
T
60
50 Gambar 5. Kurva temperatur
40 pengisian Vs Putaran.
30
20
0 0 0 0 0
0 0 0 0 0
4 8 2 6 0
1 1 2 2 3
Putaran (RPM)
Motor bakar terbagi menjadi 2 (dua) jenis utama, yaitu motor diesel
dan motor bensin. Perbedaan umum terletak pada sistem penyalaan.
Penyalaan pada motor bensin dinyalakan oleh loncatan bunga api listrik
yang dipercikan oleh busi atau juga sering disebut juga spark ignition
engine. Sedangkan pada motor diesel penyalaan terjadi karena kompresi
yang tinggi di dalam silinder kemudian bahan bakar disemprotkan oleh
nozzle atau juga sering disebut juga Compression Ignition Engine.
Proses Pembakaran
a. Pembakaran normal
loncatan bunga api pada busi, kemudian api membakar gas bakar
antara tekanan dan sudut engkol, mulai dari penyalaan sampai akhir
terbakar atau tidak terbakar bersamaan pada saat dan keadaan yang
1. Detonasi
pada saat ini gas tadi terbakar dengan sendirinya, maka akan
dari ujung lidah api, lapisan gas yang terdesak akan terbakar
sebagai berikut :
tinggi.
dibawah :