0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
196 tayangan3 halaman
Dokumen ini membahas empat topik utama: (1) pengertian apresiasi seni rupa, (2) perkembangan sikap empati terhadap seniman, (3) prilaku manusia berbudaya dalam masyarakat, dan (4) interaksi efektif dengan lingkungan seni rupa. Dokumen ini menjelaskan proses apresiasi seni rupa dan pentingnya mengembangkan empati terhadap seniman serta berinteraksi secara berbudaya dengan masyarakat
Dokumen ini membahas empat topik utama: (1) pengertian apresiasi seni rupa, (2) perkembangan sikap empati terhadap seniman, (3) prilaku manusia berbudaya dalam masyarakat, dan (4) interaksi efektif dengan lingkungan seni rupa. Dokumen ini menjelaskan proses apresiasi seni rupa dan pentingnya mengembangkan empati terhadap seniman serta berinteraksi secara berbudaya dengan masyarakat
Dokumen ini membahas empat topik utama: (1) pengertian apresiasi seni rupa, (2) perkembangan sikap empati terhadap seniman, (3) prilaku manusia berbudaya dalam masyarakat, dan (4) interaksi efektif dengan lingkungan seni rupa. Dokumen ini menjelaskan proses apresiasi seni rupa dan pentingnya mengembangkan empati terhadap seniman serta berinteraksi secara berbudaya dengan masyarakat
Pengertian Apresiasi Seni Rupa Ditinjau dari sisi bahasa, apresiasi berasal dari kata Appreatiatus, bahasa Latin yang berarti pemberian rasa hormat. Ditinjau dari sisi istilah, apresiasi diartikan sebagai suatu proses mendengar, melihat, menghayati, menilai, menjiwai, dan membandingkan, atau menghargai sesuatu. Dikaitkan dengan seni rupa, maka pengertian apresiasi seni rupa dapat didefinisikan sebagai suatu proses mendengar, melihat, menghayati, menilai, menjiwai, dan membandingkan, atau menghargai karya seni dikaitkan dengan segi keindahannya. Dalam buku Seni Rupa terbitan Erlangga, pengertian apresiasi seni rupa adalahkegiatan menilai sebuah karya seni rupa melalui proses pengenalan bobot-bobot seni yang terkandung di dalamnya. Apresiasi seni rupa merupakan pemberian keputusan dan rasa tertentu terhadap karya seni sebagai proses penghargaan pada seorang seniman.
B. Perkembangan sikap empati kepada profesi seniman dan budayawan
Pengembangan sikap empati kepada profesi seniman dan budayawan harus kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari. Apresiasi terhadap seni budaya, termasuk seni rupa, merupakan bagian dari estetika yang dimaksudkan untuk meningkatkan sensitivitas dari kemampuan untuk mengapresiasi keindahan serta harmoni yang mencakup apresiasi dan ekspresi, baik dalam kehidupan individual hingga mampu menikmati dan mensyukuri hidup, maupun dalam kehidupan bermasyarakat hingga mampu menciptakan kebersamaan yang nyaman dan harmonis. Pengenalan akan tokoh-tokoh seni budaya, karya dan reputasinya, kontribusi mereka bagi masyarakat dan bangsa, dan bagi kemanusiaan pada umumnya, adalah upaya nyata dalam mengembangkan perasaan simpati, yang jika dilakukan berulang- ulang akan dapat meningkat menjadi perasaan empati. Sehingga diharapkan peserta didik menjadi kagum dengan prestasi dan jasa-jasa para seniman atau budayawan berdasarkan kualitas karya seni, termasuk penghargaan yang diperolehnya, baik dalam tingkat lokal, nasional, sampai pada tingkat internasional. Setiap manusia di dunia ini dianugerahi oleh Tuhan perasaan keindahan, sadar atau tidak, manusia menerapkan rasa keindahan ini dalam kehidupannya sehari-hari. Dalam aktivitas kesenirupaan, baik dalam proses penciptaan, pengkajian, serta penyajiannya senantiasa dipandu oleh rasa keindahan yang bersifat esensial dalam seni. Pada hakikatnya pengalaman menikmati rasa keindahan itu dapat memberikan kebahagiaan spiritual bagi manusia. Oleh karena itu sudah selayaknya manusia mensyukuri anugerah Tuhan itu, dan senantiasa memuliakan Nama-Nya.
C. Mengamalkan prilaku manusia berbudaya dalam kehidupan bermasyarakat
Sebelum membahas tentang prilaku manusia berbudaya dalam kehidupan bermasyarakat, perlu kita pahami terlebih dahulu hakikat dan pengertian kebudayaan. Kata budaya berasal dari kata buddayah (bahasa sansekerta), jamak dari kata budhi yang berarti akal dan nalar. Jadi kata kebudayaan dapat berarti : hal-hal yang berhubungan dengan akal, budi, dan nalar. Pengertian lain dari kebudayaan adalah keseluruhan gagasan dan karya manusia yang harus dibiasakannya dengan belajar, beserta keseluruhan dari hasil budi dan karyanya itu (Koentjaraningrat). Kebudayaan memiliki tiga wujud, yaitu : (1) kebudayaan sebagai konsep (2) kebudayaan sebagai aktivitas, (3) kebudayaan sebagai artefak.
Dengan klasifikasi tersebut, seluruh aktivitas interaksi manusia dengan
penciptanya, interaksinya dengan masyarakat, dan interaksinya dengan alam, semuanya merupakan kebudayaan. Kata budaya biasanya juga dipadankan dengan kata adab, yang menunjukkan unsur-unsur budi luhur dan indah, misalnya sopan santun, kesenian, dan ilmu pengetahuan, adalah peradaban atau kebudayaan. Namun menurut Van Peursen, filsafat kebudayaan modern dewasa ini, akan meninjau kebudayaan terutama dari sudut policy tertentu, sebagai suatu strategi bagi hari depan. Kebudayaan dapat diartikan sebagai manifestasi kehidupan setiap orang atau setiap kelompok orang-orang. Berbeda dengan hewan, manusia tidak hidup begitu saja ditengah-tengah alam, melainkan selalu mengubah alam itu. Kita dapat mengembangkan potensi prilaku yang baik untuk bergaul dengan masyarakat seni dan lingkungan sosial sebagai insan yang berbudaya dengan cara mengenal, memahami, dan menghargai budayanya sendiri. Mengembangkan sikap sopan, ramah, dan rendah hati dalam berinteraksi secara efektif dengan para seniman dan budayawan, lingkungan sosial. Kita harus dapat menempatkan diri sebagai cerminan bangsa yang berbudaya dalam pergaulan dunia. D. Interaksi dan komunikasi efektif dengan lingkungan seni rupa Dari pengalaman mempelajari apresiasi seni, diharapkan berkembang sikap-sikap positif pada diri kita seperti demokratis, etis, toleransi, dan sikap-sikap positif lainnya. Sikap demokratis misalnya akan tercermin ketika seseorang mengacu kepada prinsip diferensiasi dan tidak diskriminatif, hal ini akan terjadi bila dia memberi peluang yang sama secara adil kepada semua anggota panitia mengemukakan pendapat untuk menentukan sesuatu hal, misalnya, tema pameran. Contoh sikap demokratis yang lain, misalnya prilaku yang tidak membedakan gender. Kita akan memperlihatkan penerapan prinsip kesetaraan gender sesama teman dan dalam pergaulan dengan masyarakat seni serta lingkungan pergaulan sosial pada umumnya. Sikap toleran akan tercermin saat kita dapat menerima perbedaan pendapat dalam aktivitas mengapresiasi seni budaya, karena dari kajian yang kita lakukan dalam menafsirkan data pengamatan perbedaan respons secara estetik adalah sesuatu yang wajar. Sebab kita tahu pada dasarnya seni dapat diserap dan diartikan secara berbeda- beda oleh setiap insan. Sikap etis akan tercermin saat kita dalam kegiatan diskusi yang hangat, tidak mengucapkan kata-kata atau menunjukkan sikap yang bernada melecehkan, merendahkan, menertawakan, menghina, atau kata lain yang setara dengan itu. Dari perolehan kehidupan berbudaya dalam proses pembelajaran di lingkungan sekolah, dan dari interaksi siswa dengan dunia seni (kunjungan ke pameran, sanggar, museum, galeri, atau pergaulan langsung, misalnya, melakukan kegiatan diskusi dalam kegiatan pameran di sekolah dan lain-lain). Diharapkan para siswa dapat berinteraksi dengan sopan, santun dan efektif dengan lingkungan masyarakat yang lebih luas, termasuk di lingkungan seni budaya, di mana ia bermukim. Dengan sikap berbudaya seperti ini, maka para siswa dapat mengamalkan prilaku yang positif dan optimistik dalam berinteraksi dengan masyarakat seni budaya dan masyarakat umum baik dalam konteks lokal, nasional, maupun internasional.