Anda di halaman 1dari 3

Dampak buruk sikap individualisme

Tidak masalah saat kita sesekali menyendiri untuk menenangkan hati dari kemelut yang terjadi. Akan tetapi,
manusia semakin banyak menyendiri maka semakin tumpul otaknya terutama pada bagian kecerdasan emosional.
Semakin buruk kemampuan seseorang untuk mengendalikan emosinya maka semakin buruk pula pergaulannya
dengan sesama. Keadaan ini cenderung membuat seseorang selalu merasa tidak nyaman dengan keberadaan orang
lain sehingga cenderung menjadi pribadi yang anti sosial dan dekat sekali dengan perbuatan menyimpang.

Berikut ini beberapa sikap individualis yang berbahaya.

1. Menjadi egois, mementingkan diri sendiri.

Satu kata untuk orang yang sangat mempertahankan sifat individualistik dalam kehidupannya adalah mereka hanya
peduli dengan dirinya sendiri. Dialah yang menjadi pusat dari segala sesuatu. Apapun yang dikatakan dan diperbuat
olehnya semua demi keuntungan seorang diri saja. Mereka tidak lagi peduli dengan kebutuhan sesama bahkan
memandang rendah kebutuhan itu (Hak asasi manusia) di atas semua keinginannya.

2. Suka bermanja ria.

Sikap manja yang kami maksudkan disini adalah hasrat yang mengharapkan bahwa segala sesuatu yang terjadi harus
sesuai dengan keinginanannya. Orang yang manja biasanya tidak mau memaksa/ menekan dirinya sendiri untuk
meraih kemandiriaan bahkan kedewasaan. Kelak mereka baru tahu rasa ketika orang lain yang mendesak dan
menekan mereka untuk menjadi pribadi yang lebih bertanggung jawab, baik kepada diri sendiri maupun kepada
orang lain.

3. Mendewakan kenyamanan.

Lebih mengehendaki kenyamanan ketimbang manfaat dari semua hal yang dialami. Terlalu fokus pada kenyamanan
dan sangat menuntut hal ini. Menuntut agar orang lain memperlakukannya dengan baik tetapi ia sendiri tidak pernah
berlaku baik bagi sesama. Ia cenderung mengabaikan bahkan mengorbankan hal-hal yang sebetulnya bermanfaat
semata-mata demi rasa nyaman.

4. Kebaikan hati minus.

Ia merasa sudah menjadi orang yang baik padahal belum berbuat apapun untuk orang lain bahkan keramahan saja
tidak pernah diekspresikan dari dalam dirinya (senyumpun tidak). Mereka adalah tipe orang yang pelit sebab
memiliki banyak tetapi tidak pernah sedikitpun dibagikan. Orang yang sederhana dan tidak punya apa-apa sehingga
tidak bisa memberi kepada orang lain bukan berarti dia pelit. Tetapi setidaknya, kesopanan, kesantunan dan
keramahannya keluar dengan tulus: bukankah ini termasuk pemberian juga?

5. Tidak mau (enggan) bergaul dengan orang-orang sekitar.

Mereka tidak mau bergaul karena ingin cari aman dalam kehidupan ini. Sebab dimana ada hubungan sosial maka
disana jugalah terdapat berbagai kekhilafan yang mengganggu kehidupannya. Bagi mereka bergaul dengan sesama
mempertinggi/ meningkatkan resiko di bully, dihina, diejek orang lain.

6. Tidak peduli dengan keberadaan orang lain dan tidak peduli dengan perasaan orang lain.

Para psikopat tidak mampu mengerti perasaan orang lain. Mereka akan bertindak sesuka hatinya sekalipun hal
tersebut membuat sesamanya tersakiti. Bahkan bisa dikatakan bahwa kadang-kadang perkataan mereka yang keras
mencerminkan perilaku “orang yang tidak punya perasaan.” Mereka lebih fokus pada dirinya sendiri dalam segala
situasi bahkan bila perlu kepentingannya diatas segalanya dibandingkan dengan kebutuhan (hak) orang lain.

7. Memiliki sikap sombong.


Biasanya orang yang hanya mengenal dirinya akan terjebak dalam sikap yang sombong. Mereka cenderung merasa
diri paling dan paling dalam bidang-bidanya yang digeluti. Enggan menerima saran apalagi kritik dari orang lain dan
kata-katanya selalu bertujuan untuk merendahkan sesama. Ia merasa nyaman dengan pujian karena itulah yang
salama ini diinginkannya.

8. Merasa diri sudah dan paling benar terkesan perfeksionis.

Selalu saja menuntut agar segala sesuatunya sempurna dan tidak mentolerir kekhilafan orang lain. Dia cenderung
merasa bahwa apa yang dikerjakannya untuk sistem sudah benar. Enggan untuk menerima saran, dikoreksi apalagi
dikritik oleh orang lain. Mudah sekali tidak setuju pada situasi hanya karena hal-hal sepele. Menganggap bahwa
kesempurnaan adalah segalanya dan itu sudah ada di dalam dirinya, padahal hanya perasaannya saja.

9. Mudah terpancing emosi.

Pergaulan yang jarang (rendah) membuatnya tidak mampu memahami perbedaan antara manusia. Tidak mampu
memandang suatu keadaan dari sudut pandang positif (persepsi iman yang positif). Cenderung terburu-buru dalam
mengambil sikap sehingga membuat seseorang kehilangan dirinya bahkan kemarahannya akan mencapai
puncaknya.

10. Melakukan perbuatan menyimpang.

Karena amarah yang meluap-luap dari dalam hatinya maka sikap yang salahpun akan dianggap sebagai sesuatu yang
lumrah. Mereka akan bergerak dalam kebencian, dendam, amarah dan kekerasan. Sifat semacam inilah yang
menjadi dasar penyimpangan yang dilakukannya. Karena menganggap diri paling benar maka ia cenderung
membatasi diri untuk bergaul bahkan membenci pergaulan dengan orang lain (anti sosial).

11. Enggan menyetujui ujian sosial.

Tidak menyetujui gangguan kecil yang terjadi disekitarnya dan menganggap itu sebagai perbuatan yang melanggar
hak-haknya secara pribadi. Orang ini tidak mengerti bahwa cobaan hidup akan membentuk kita menjadi pribadi
yang lebih tangguh dan bebas dari segala busuk hati (pikiran negatif). Mereka begitu mendewakan kenyamanan
sehingga bertindak lebay pada hal-hal yang sebenarnya recehan.

12. Kurang mampu bekerja sama.

Ini adalah ciri khas dari sikap individualis. Saat seseorang hanya mengerti dirinya sendiri dan tidak paham dengan
perasaan orang lain maka mereka akan cenderung melakukan hal-hal yang menyinggung perasaan sesama.
Kebiasaannya yang enggan menerima saran dari orang lain membuatnya sulit diajak bekerja dalam kelompok karena
sudah merasa melakukan hal yang benar. Padahal apa yang dikerjakannya semata-mata demi kepentingan pribadi
dan bukan untuk kepentingan kelompok.

13. Menolak kesetaraan.

Manusia yang lebih mementingkan urusannya sendiri sangat anti dengan kesetaraan. Ia merasa hebat sendiri dan
berhak untuk diperlakukan sebagai oranga-orang hebat padahal apalah artinya seorang produsen tanpa konsumen?
Misalnya anda sedang membuat kue, setelah masak langsung menjualnya. Lalu apakah kue-kue anda akan
menghasilkan uang jikalau tidak ada konsumen? Demikian juga konsumen tidak akan merasakan kenyangnya perut
setelah mengkonsumsi kue tersebut jikalau tidak ada produsen. Oleh karena itu, kesetaraan adalah mutlak dan orang
yang mementingkan dirinya sendiri cenderung menolak paham ini dan ingin hidupnya lebih tinggi/ lebih hebat dari
sesamanya.

14. Mempercepat kerusakan lingkungan.

Sikap individualis yang cenderung mengehendaki segala sesuatu sebagai milik pribadi adalah awal dari kerusakan
lingkungan. Sebab barang/ benda/ properti yang melibatkan banyak sumber daya dalam pembuatannya akan dimiliki
secara pribadi. Coba bayangkan jikalau masing-masing manusia yang jumlahnya miliaran memiliki mobil, rumah
dan fasilitas pribadi yang mewah lainnya. Bukankah ini akan menjadi awal dari eksploitasi sumber daya alam secara
berlebihan. Jika hal ini terus dibiarkan maka pemanasan global akan terus berlangsung yang diikuti oleh bencana
demi bencana yang menyebabkan kerugian dan memakan korban jiwa.

http://lasealwin.com/2017/07/12/dampak-negatif-sikap-individualis-
dalam-masyarakat-individualisme-merusak-tatanan-sosial/#

Dampak Materialisme

Anda mungkin juga menyukai