Anda di halaman 1dari 9

KTSP K

& e
K-13 l
a
s

ekonomi XI

APBN DAN APBD

Semester 1 Kelas XI SMA/MA – KTSP & K-13

Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mampu memahami pengertian, fungsi, tujuan,
dan asas dari APBN, serta pengertian, fungsi, dan pengaruh dari APBD.

A. PENGERTIAN DAN FUNGSI APBN


a. Pengertian APBN
Pada pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea ke-4 disebutkan tugas negara adalah
melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban
dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.

Dalam menjalankan tugas tersebut, pemerintah membutuhkan dana yang tidak sedikit.
Untuk itu, pemerintah harus memiliki pendapatan. Pendapatan pemerintah diperoleh
dari penerimaan migas, nonmigas, dan pinjaman luar negeri. Keseluruhan pengeluaran
dan penerimaan negara tersebut tertuang dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (APBN). Sebagaimana di tingkat negara, di tingkat daerah kita mengenal adanya
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).

APBN merupakan alat utama pemerintah untuk menyejahterakan rakyatnya. APBN juga
menjadi alat pemerintah untuk mengelola perekonomian negara. Sebagai alat pemerintah,

1
APBN bukan hanya menyangkut keputusan ekonomi, namun juga menyangkut keputusan
politik, pendidikan, dan sosial.

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2013 Tentang Anggaran


Pendapatan dan Belanja Negara tahun 2014 dikatakan bahwa Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara yang disingkat APBN adalah rencana keuangan tahunan pemerintah
negara yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat. Dalam pengertian umum, APBN
adalah suatu daftar yang memuat rincian pendapatan dan pengeluaran negara untuk
waktu tertentu, biasanya satu tahun.

b. Fungsi APBN
APBN memiliki beberapa fungsi, di antaranya sebagai berikut.
1. Fungsi alokasi, yaitu pendapatan yang digunakan untuk membiayai pengeluaran-
pengeluaran pemerintah di segala bidang sesuai dengan kebutuhannya.
2. Fungsi distribusi, yaitu pendapatan negara oleh pemerintah didistribusikan
kembali kepada masyarakat berupa subsidi, premi, dan dana pensiun. Sebagai
contoh pemberian subsidi bahan bakar minyak (BBM) yang dinikmati oleh seluruh
masyarakat, pemberian premi asuransi kepada petani, dan pemberian dana pensiun
kepada pegawai negeri sipil (PNS).
3. Fungsi stabilisasi, yaitu pengalokasian maupun pendistribusian dana APBN harus
menciptakan kestabilan arus uang dan arus barang. Fungsi ini terkait dengan kebijakan
fiskal yang salah satu tujuannya adalah menciptakan kestabilan perekonomian
dalam bentuk pengendalian inflasi. Inflasi adalah suatu keadaan di mana harga
barang mengalami kenaikan secara terus menerus dan berlangsung cukup lama.
Kebijakan fiskal dalam pengendalian anggaran (APBN) melalui instrumen pajak dan
belanja akan menciptakan kestabilan perekonomian suatu negara.

B. TUJUAN DAN ASAS APBN


Tujuan penyusunan APBN adalah sebagai pedoman pendapatan dan pembelanjaan
negara dalam melaksanakan tugas kenegaraan untuk meningkatkan produksi dan
kesempatan kerja dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan kemakmuran
masyarakat.

Pembangunan pada sektor ekonomi juga akan memengaruhi bidang-bidang lain


dalam meningkatkan produktivitas. Peningkatan produktivitas akan memungkinkan
peningkatan tabungan. Tabungan yang meningkat membuka kemungkinan untuk
berinvestasi. Investasi yang berkembang diharapkan memberi peningkatan kesempatan

2
kerja dan mewujudkan kemakmuran masyarakat.

Penyusunan APBN juga berdasarkan atas beberapa asas sebagai berikut.


a. Kemandirian, artinya pembiayaan negara didasarkan atas kemampuan negara.
Sedangkan pinjaman luar negeri hanya digunakan sebagai pelengkap.
b. Hemat, artinya peningkatan efisiensi dan produktivitas harus dikedepankan serta
menghindari terjadinya pemborosan anggaran untuk kepentingan yang tidak
perlu.
c. Penajaman prioritas anggaran, artinya APBN harus mengutamakan pada pembiayaan
yang lebih bermanfaat serta berpedoman terhadap rencana pembangunan yang
telah ditetapkan pemerintah pada tahun anggaran yang bersangkutan.

a. Prosedur Penyusunan APBN


Dalam menyusun APBN, pemerintah dalam hal ini presiden dan menterinya, perlu
melakukan perencanaan serta melewati tahapan-tahapan. Agar lebih jelasnya, perhatikan
bagan berikut ini.

APBN tahun lalu

Presiden DPR

APBN / UU

Keterangan :
1. Presiden mengajukan Rancangan Anggaran dan Pendapatan Negara (RAPBN) atau
nota keuangan kepada DPR.
2. DPR akan membahas RAPBN dalam rapat bersama pemerintah (presiden dan
menteri-menteri terkait).
3. Apabila RAPBN ditolak, pemerintah menggunakan APBN tahun lalu sebagai dasar
anggaran tahun berjalan.
4. Apabila RAPBN disetujui DPR, RAPBN akan disahkan dalam bentuk Undang-Undang
APBN.

b. Komponen APBN
Komponen APBN terdiri atas beberapa hal sebagai berikut.
1. Penerimaan negara, yaitu semua penerimaan yang bersumber dari penerimaan

3
pajak, penerimaan bukan pajak, serta penerimaan hibah dari dalam dan luar negeri
selama tahun anggaran yang bersangkutan.
• Penerimaan pajak dapat berupa:
- Pajak dalam negeri: PPh, PPN, PPnBM (Pajak Penjualan Barang Mewah)
- Pajak internasiona : bea cukai, pajak impor.
• Penerimaan bukan pajak dapat berupa:
- SDA, yaitu penerimaan dari sektor sumber daya alam.
- Laba BUMN, yaitu bagian laba dari Badan Usaha Milik Negara yang akan
menambah penerimaan negara.
• Hibah adalah bantuan dari pihak luar yang tidak memerlukan pemberian balas
jasa.

2. Belanja negara, yaitu seluruh belanja yang dikeluarkan oleh negara dalam rangka
melaksanakan fungsinya yaitu fungsi alokasi, distribusi, dan stabilisasi. Belanja negara
digolongkan atas beberapa golongan yaitu belanja menurut organisasi, fungsi, dan
jenis belanja.
• Berdasarkan organisasi adalah jenis belanja yang dialokasikan kepada
kementerian yang bersangkutan.
• Berdasarkan fungsi adalah belanja yang dikelompokkan pada fungsi tertentu
misalnya fungsi pekerjaan umum, fungsi pertahanan, dan fungsi lainnya.
• Berdasarkan jenis belanja adalah belanja yang digolongkan pada jenis tertentu
misalnya belanja pegawai, pembayaran utang, dan pembayaran bunga utang.

3. Pembiayaan, yaitu komponen yang digunakan untuk mengatasi surplus atau defisit
anggaran.
• Surplus anggaran,artinya pendapatan > belanja.
• Anggaran berimbang, artinya pendapatan = belanja.
• Defisit anggaran, artinya pendapatan < belanja.

C. PENGERTIAN DAN FUNGSI APBD


Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan wujud pengelolaan
keuangan daerah yang ditetapkan setiap tahun dengan peraturan daerah. Dalam
Peraturan Menteri Dalam Negeri Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan
Daerah dikatakan APBD adalah rencana keuangan tahunan pemerintah daerah yang

4
dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah daerah dan DPRD dan ditetapkan dengan
peraturan daerah.

APBD merupakan satu kesatuan yang terdiri atas pendapatan daerah, belanja daerah,
dan pembiayaan daerah. Tahun anggaran APBD meliputi masa satu tahun, mulai dari
tanggal 1 Januari sampai dengan 31 Desember tahun berjalan. Selain itu, penyusunan
APBD merupakan bukti dari terlaksananya kegiatan desentralisasi keuangan daerah, yaitu
kemandirian pengelolaan anggaran yang dilakukan oleh pemerintah daerah.

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) adalah perkiraan besarnya rencana
pendapatan dan belanja daerah dalam jangka waktu tertentu di masa yang akan datang
yang disusun secara sistematis dengan prosedur dan bentuk tertentu. APBD disusun
untuk jangka waktu satu tahun. Menurut UU Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah pasal 20 dikatakan:
a. APBD ditetapkan berdasarkan peraturan daerah paling lambat satu bulan setelah
APBN ditetapkan.
b. Perubahan APBD ditetapkan paling lambat tiga bulan setelah berakhirnya tahun
anggaran.
c. Perhitungan APBD ditetapkan paling lambat tiga bulan setelah berakhirnya tahun
anggaran yang bersangkutan.

Tujuan penyusunan APBD adalah pedoman penerimaan dan pembelanjaan pemerintah


daerah dalam menjalankan fungsinya. Sebagaimana yang telah diberikan pemerintah
pusat untuk menyelenggarakan otonomi daerah sesuai UUD 1945, untuk melaksanakan
prinsip-prinsip demokrasi, peran serta masyarakat, pemerataan, serta keadilan demi
memperbaiki potensi dan keanekaragaman daerah.

Seperti pada APBN, fungsi dari APBD ada tiga yaitu fungsi alokasi, stabilisasi, dan distribusi.
Meskipun demikian, fungsi stabilitas dan distribusi lebih efektif dilaksanakan pemerintah
pusat dalam APBN sedangkan pemerintah daerah umumnya lebih efektif untuk
melaksanakan fungsi alokasi karena daerah lebih mengetahui kebutuhan serta standar
pelayanan masyarakat. Pembagian ketiga fungsi ini menjadi landasan dalam penentuan
dasar-dasar perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah apakah atas
dasar desentralisasi, dekonsentrasi, dan tugas pembantuan.

5
D. PENGARUH APBD
APBD akan memengaruhi aspek sosial ekonomis keuangan dan perekonomian daerah. Hal
ini menurut Richard Manusgrave dapat dilihat dari tiga (3) segi yaitu sebagai berikut.
a. Retribusi pendapatan (retribution of income). Retribusi pendapatan melalui penarikan
pajak dan penerimaan lain digunakan untuk keperluan peningkatan pendapatan
masyarakat melalui pengeluaran-pengeluaran pemerintah. Sebagai contoh
penyediaan infrastruktur bagi masyarakat luas.
b. Pengalihan sumber-sumber (realocation of resources). Realokasi sumber daya
masyarakat dengan jalan pemberian keringanan-keringanan atau prioritas kepada
sektor-sektor yang digalakkan seperti pembebasan pajak sementara.
c. Kestabilan perekonomian. Dalam kondisi inflasi, pemerintah perlu mengambil
langkah seperti:
1. pengetahuan pengeluaran,
2. peningkatan pajak, dan
3. pembuatan anggaran surplus.

APBD mempunyai fungsi otorisasi, perencanaan, pengawasan, alokasi, distribusi, dan


stabilisasi. Fungsi otorisasi mengandung arti bahwa anggaran daerah menjadi dasar
untuk melaksanakan pendapatan dan belanja pada tahun yang bersangkutan. Fungsi
perencanaan mengandung arti bahwa anggaran daerah menjadi pedoman bagi
manajemen dalam merencanakan kegiatan pada tahun yang bersangkutan. Fungsi
pengawasan mengandung arti bahwa anggaran daerah menjadi pedoman untuk
menilai apakah kegiatan penyelenggaraan pemerintah daerah sesuai dengan ketentuan
yang telah ditetapkan. Fungsi alokasi mengandung arti bahwa anggaran daerah harus
diarahkan untuk mengurangi pengangguran dan pemborosan sumber daya serta
meningkatkan eifisiensi dan efektivitas perekonomian. Fungsi distribusi mengandung arti
bahwa kebijakan anggaran daerah harus memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan.

a. Prosedur Penyusunan dan Komponen APBD


Penyusunan APBD diawali dengan penyampaian Kebijakan Umum Anggaran (KUA)
APBD sejalan dengan rencana kerja pemerintah daerah. Pemerintah daerah mengajukan
rancangan peraturan daerah tentang APBD disertai penjelasan dan dokumen-dokumen
pendukungnya kepada DPRD. DPRD akan membahasnya untuk disetujui. Pengesahan
oleh Menteri Dalam Negeri bagi provinsi dan gubernur bagi kabupaten/kota terhadap
rancangan peraturan kepala daerah akan dilakukan selambat-lambatnya 15 hari sejak
rancangan diterima. APBD sebelum ditetapkan gubernur paling lambat 3 hari kerja
disampaikan kepada Mendagri untuk dievaluasi.

6
Hasil evaluasi disampaikan oleh Mendagri kepada gubernur selambat-lambatnya 15 hari
terhitung sejak rancangan diterima. Apabila Mendagri tidak memberikan hasil evaluasi
dalam waktu 15 hari sejak rancangan diterima, gubernur dapat menetapkan rancangan
peraturan daerah APBD menjadi peraturan daerah APBD. Apabila bertentangan dengan
kepentingan umum dan peraturan yang lebih tinggi, gubernur dan DPRD melakukan
penyempurnaan selambat-lambatnya 7 hari sejak diterimanya hasil evaluasi. Bila hasil
evaluasi tidak ditindaklanjuti, Mendagri membatalkan sekaligus menyatakan berlakunya
pagu atau acuan APBD tahun sebelumnya. Setelah APBD ditetapkan dengan peraturan
daerah, pelaksanaannya dituangkan lebih lanjut dengan keputusan gubernur/bupati/
walikota.

Penerimaan daerah dalam pelaksanaan desentralisasi terdiri atas Pendapatan Daerah dan
Pembiayaan. Pendapatan Daerah bersumber dari Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana
Perimbangan, dan Lain-Lain Pendapatan.
1. Pendapatan daerah
PAD bersumber dari Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Hasil Pengelolaan Kekayaan
Daerah yang Dipisahkan, dan Lain-Lain PAD yang sah.
• Pajak daerah dibedakan menjadi dua yaitu:
- Pajak provinsi, dipungut untuk membiayai Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah (APBD) provinsi. Contohnya adalah Pajak Kendaraan
Bermotor, Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor, Pajak Bahan Bakar
Kendaraan Bermotor, Pajak Air Permukaan, dan Pajak Rokok.
- Pajak Kabupaten/Kota, dipungut untuk membiayai APBD Kabupaten/
Kota. Contohnya adalah pajak hotel, pajak restoran, pajak hiburan, pajak
reklame, pajak penerangan jalan, pajak mineral bukan logam dan batuan,
pajak parkir, pajak air tanah, pajak sarang burung walet, pajak bumi dan
bangunan sektor perdesaan dan perkotaan, dan bea perolehan hak atas
tanah dan bangunan.
• Retribusi daerah, misalnya retribusi pelayanan kesehatan, retribusi pelayanan
kebersihan, dan lain sebagainya.
• Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan merupakan penerimaan
daerah yang berasal dari hasil perusahaan milik daerah dan pengelolaan
kekayaan daerah tersebut. Misalnya dividen dan penyertaan modal daerah
kepada pihak ketiga.
• Lain-lain PAD yang sah meliputi hasil penjualan kekayaan daerah yang
dipisahkan, jasa giro, pendapatan bunga, keuntungan selisih nilai tukar rupiah
terhadap mata uang asing, komisi, potongan, ataupun bentuk lain sebagai

7
akibat dari penjualan dan/atau pengadaan barang dan/atau jasa oleh daerah.
• Dana perimbangan terdiri atas Dana Bagi Hasil, Dana Alokasi Umum, Dana
Alokasi Khusus. Jumlah dana perimbangan ditetapkan setiap tahun anggaran
dalam APBN. Dana Bagi Hasil bersumber dari pajak dan sumber daya alam.
Dana Bagi Hasil yang bersumber dari pajak terdiri atas Pajak Bumi dan
Bangunan (PBB), Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB), dan
Pajak Penghasilan (PPh). Dana Bagi Hasil yang bersumber dari sumber daya
alam berasal dari kehutanan, pertambangan umum, perikanan, pertambangan
minyak bumi, pertambangan gas bumi, dan pertambangan panas bumi.
- Dana Alokasi Umum (DAU) dimaksudkan untuk mengurangi ketimpangan
kemampuan keuangan antardaerah melalui penerapan formula dengan
mempertimbangkan kebutuhan dan potensi daerah. Jumlah keseluruhan
DAU ditetapkan sekurang-kurangnya 26% (dua puluh enam persen) dari
Pendapatan Dalam Negeri Neto yang ditetapkan dalam APBN. DAU untuk
suatu daerah dialokasikan atas dasar celah fiskal dan alokasi dasar. Celah
fiskal adalah kebutuhan fiskal dikurangi dengan kapasitas fiskal daerah.
Kebutuhan fiskal daerah merupakan kebutuhan pendanaan daerah untuk
melaksanakan fungsi layanan dasar umum.
- Dana Alokasi Khusus (DAK) dialokasikan kepada daerah tertentu untuk
mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah. Kegiatan
khusus itu sesuai dengan fungsi yang telah ditetapkan dalam APBN.
Besaran DAK ditetapkan setiap tahun dalam APBN.
• Lain-lain pendapatan antara lain terdiri atas pendapatan hibah dan pendapatan
dana darurat. Pendapatan hibah merupakan bantuan yang tidak mengikat.
Dana darurat berasal dari APBN untuk keperluan mendesak yang diakibatkan
oleh bencana nasional dana atau peristiwa luar biasa yang tidak dapat
ditanggulangi oleh daerah dengan menggunakan APBD. Dana Bagi Hasil Pajak
dari provinsi kepada kabupaten/kota, dana penyesuaian dan dana otonomi
khusus yang ditetapkan pemerintah, dan bantuan keuangan dari provinsi atau
dari pemerintah daerah lainnya juga termasuk lain-lain pendapatan.

2. Pembiayaan
Pembiayaan bersumber dari sisa lebih perhitungan anggaran daerah (SiLPA),
penerimaan pinjaman daerah, dana cadangan daerah, dan hasil penjualan kekayaan
daerah yang dipisahkan.

8
3. Belanja Daerah
Pengeluaran atau belanja daerah dipergunakan dalam rangka mendanai pelaksanaan
urusan pemerintah yang menjadi kewenangan provinsi atau kabupaten/kota yang
terdiri dari urusan wajib, urusan pilihan, dan urusan yang penanganannya dalam
bagian atau bidang tertentu yang dapat dilaksanakan pemerintah dan pemerintah
daerah atau antarpemerintah daerah yang ditetapkan dengan ketentuan perundang-
undangan.

Belanja penyelenggaraan urusan wajib diprioritaskan untuk melindungi dan


meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat dalam upaya memenuhi kewajiban
daerah yang diwujudkan dalam bentuk peningkatan pelayanan dasar, pendidikan,
kesehatan, fasilitas sosial, dan fasilitas umum yang layak serta mengembangkan
sistem jaminan sosial.

Anda mungkin juga menyukai