Anda di halaman 1dari 21

BAB I

LAPORAN KASUS

I. IDENTIFIKASI

Nama : An .M
Umur : 7 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : islam
Pendidikan : SD
Alamat : Teluk Rendah Ulu RT 02 TEBO ILIR
MRS : 24 oktober 2017

II. ANAMNESIS :

II. Anamnesa
 Keluhan Utama :
Mata sebelah kanan nyeri sejak 12 jam Sebelum Datang ke Rumah
Sakit

 Anamnesa Khusus :
Pasien merupakan rujukan dari rumah sakit TEBO dengan trauma
pada bola mata kanan, 12 jam Sebelum Datang ke Rumah Sakit pasien
mengalami trauma pada bola mata kanannya, yaitu pasien terkena benturan
balik kayu yang ia lemparkan untuk melempar buah mangga di sebelah
rumahnya, seketika setelah terkena kayu tersebut mata pasien terasa sangat
nyeri dan mengeluarkan air mata terus menerus, kemudian pandangan mata
kanan pasien menjadi kabur di mana sebelumnya pandangan mata pasien

1
normal, di mana pasien hanya mampu menangkap apa yang di lihat seperti
bayangan. Kemudian dari pihak rumah sakit TEBO pasien di rujuk ke RSUD
Raden Mattaher.
 Riwayat penyakit dahulu :
Pasien tidak pernah mengalami penyakit yang sama sebelumnya
Riwayat alergi (-)
 Riwayat Penyakit Keluarga : tidak Ada
 Riwayat gizi : Baik
 Keadaan sosial ekonomi : Sosial ekonomi menengah

III. Penyakit Sistemik


Tidak ada riwayat penyakit sistemik yang pernah diderita

IV.PEMERIKSAAN FISIK
4.1 Status Generalis
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis
Tanda Vital :
Tekanan Darah : 120/70 mmHg
Nadi : 82 x/menit
RR : 21 x/menit
Suhu : Afebris
‐ Kepala : Normocephale
‐ Mata : Status Oftalmologi
‐ THT : Telinga : normotia, secret -/-, serumen -/-
Hidung : Deviasi septum (-), secret -/-
Tenggorokan : Faring tidak hiperemis
‐ Mulut : Lidah kotor (-), tonsil T1-T1, tidak hiperemis

2
‐ Leher : Pembesaran KGB (-), tiroid tidak teraba
‐ Thoraks :
Jantung : S1-S2 reguler, murmur (-), gallop (-)
Paru : vesikular (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
‐ Abdomen
Datar, soepel, nyeri tekan (-), tympani, bising usus (+) normal
‐ Ekstremitas
Superior : akral hangat (+/+), oedem (-/-)
Inferior : akral hangat (+/+), oedem (-/-)
4.2 Status Oftalmologis
Pemeriksaan OS OD
Visus Dasar 6/6 1/300
Kedudukan Bola Mata

Posisi Ortoforia Ortoforia

Pergerakan bola mata

- Duksi Baik Baik


- Versi Baik Baik

3
Palpebra
Superior Hiperemis (-), edema (-), Hiperemis (-), edema (-),
laserasi (-) laserasi (-)
Inferior Hiperemis (-), edema (-), Hiperemis (-), edema (-),
laserasi (-) laserasi (-)
Konjungtiva
Konjungtiva tarsus Hiperemis (-), Anemis (-), Hiperemis (-), Anemis (-),
superior Papil (-), folikel (-), lytiasis Papil (-), folikel (-),
(-) litiasis (-)
Konjungtiva tarsus Hiperemis (-), Anemis (-), Hiperemis (-), Anemis (-),
inferior Papil (-), folikel (-), lytiasis Papil (-), folikel (-
(-) ),lytiasis (-)
Konjungtiva bulbi Injeksi konjungtiva (-), Injeksi konjungtiva (-),
Injeksi Silier (-), Kimosis (- Injeksi Silier (-), Kimosis
), Ekimosis (-) (-), Ekimosis (-)
Kornea
Jernih + +
Edema - +
Ulkus - -
Perforasi - -
Makula - -

4
Leukoria - -
Pigmen iris - -
Laserasi - +
Bekas jahitan - -
Jaringan fibrovaskuler - -

Limbus Kornea

Arcus sinilis - -
Bekas jahitan - -
Sklera
Sklera biru - -
Episkleritis - -
Skleritis - -
Hiperemis - +
Laserasi - +
COA
Normal Normal
Iris
Warna Coklat Coklat
Kripta Normal Normal
Prolaps - -
Pupil
Bentuk Bulat Bulat
Isokoria Isokor Isokor
Ukuran 3 mm 3 mm
RCL + +
RCTL + +
Lensa

5
Kejernihan Jernih Jernih
Pemeriksaan Slit Lamp
Silia Trikiasis (-) Trikiasis (-)
Conjungtiva tarsus Papil (-), folikel (-). Papil (-), folikel (-)
Conjungtiva bulbi Injeksi (+), hiperemis (-) Injeksi (-), hiperemis (-)
Kornea Jernih Jernih, terdapat laserasi,
edema kornea.
Bilik mata depan Normal Normal
Iris Kripta iris normal Kripta iris normal
Lensa Jernih Jernih
Tekanan Intra Okuler
Palpasi / Digital Normal Normal
Tonometer Schiotz Tidak dilakukan Tidak dilakukan
VISUAL FIELD
Konfrontasi Sama dengan pemeriksa Sama dengan pemeriksa
FUNDUSKOPI
Tidak dilakukan

V. DIAGNOSIS KERJA

Vulnus Perforatum sklera OD dan vulnus penetratum kornea OD

VI. ANJURAN PEMERIKSAAN

Persiapan pre op :

- Ro kepala AP/LAT
- USG mata

6
- Darah rutin

VII. PENATALAKSANAAN

- Metilprednisolon 2x125 mg
- Asam mefeamat 3x250 mg
- Anjuran Pro Hecting sklera OD

VIII. PROGNOSIS

Quo ad vitam : du bia ad bonam

Quo ad functionam : dubia ad malam

7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Trauma Tumpul Okuli

Trauma mata oleh benda tumpul merupakan peristiwa yang sering terjadi. Kerusakan
jaringan yang terjadi akibat trauma demikian bervariasi mulai dari yang ringan hingga
berat bahkan sampai kebutaan.

Kelainan akibat trauma tumpul mata


1. Kelainan orbita
Jarang sekali ditemukan kelainan orbita akibat trauma tumpul. Apabila
terjadikelainan orbita, maka gejala yang mudah tampak ialah adanya
eksoftalmos dan gangguan gerakan bola mata akibat perdarahan di dalam
rongga orbita. Kadang-kadang juga terjadi hematom kelopak mata dan
perdarahan subkonjungkitva. Fraktur rima orbita dapat diperkirakan pada
perabaan yang terasa sebagai tepiorbita yang tidak rata. Fraktur di bagian
dalam orbita, akan menyebabkan emfisem atau terjadi enoftalmos bahkan
mungkin disertai kerusakan pada foramen optik dan mengenai saraf
optik dengan akibat kebutaan. Untuk memastikan adanya keretakan tulang
orbita dilakukan pemeriksaan radiologi orbita.
2. Kelainan kelopak mata
Trauma kelopak mata merupakan kejadian yang sering. Oleh karena
longgarnya jaringan ikat subkutan, maka adanya hematom dan edema kelopak
mata kadang-kadangmenunjukkan gejala yang berlebihan dan menakutkan,
sehingga mendorong penderitauntuk lekas-lekas minta pertolongan dokter.
Pada fraktur dasar tengkorak, perdarahan yang terjadi akan merembes
sepanjangdasar orbita yang selanjutnya tampak sebagai hematom di kelopak

8
mata atau perdarahan subkonjungtiva satu dua hari setelah terjadi trauma.Bila
perdarahan terletak lebih dalam dan mengenai kedua kelopak dan
berbentuk kacamata hitam yang sedang dipakai, maka keadaan ini disebut
sebagai hematoma kacamata. Hematoma kacamata merupakan keadaan sangat
gawat. Hematoma kacamamata terjadi akibat pecahnya arteri oftalmika yang
merupakan tanda fraktur basiskranii. Pada pecahnya a. Oftalmika maka darah
masuk kedalam kedua rongga orbitamelalui fisura orbita. Akibat darah tidak
dapat berbentuk gambaran hitam pada kelopak seperti seseorang memakai
kacamata.Pada setiap trauma kelopak mata perlu dilakukan pemeriksaan yang
teliti mengenailuas dan dalamnya lesi (luka), sebab lesi yang tampaknya kecil
di kelopak matakemungkinan disertai suatu lesi yang luas di dalam rongga
orbita bahkan sampai kedalam bola mata.Pada hematoma kelopak yang dini
dapat diberikan kompres dingin untuk menghentikan perdarahan dan
menghilangkan rasa sakit. Bila telah lama, untuk memudahkan absorbsi darah
dapat dilakukan kompres hangat pada kelopak mata.
3. Kelainan konjungtiva
Konjungtiva mengalami edema yang tidak menimbulkan gangguan
penglihatan.Jaringan konjungtiva yang bersifat selaput lendir dapat menjadi
kemotik pada setiapkelainannya, demikian pula akibat trauma tumpul. Bila
kelopak terpajan ke dunia luar dan konjungtiva secara langsung kena angin
tanpa dapat mengedip, maka keadaan initelah dapat mengakibatkan edema
pada konjungtiva. Kemotik konjungtiva yang beratdapat mengakibatkan
palpebra tidak menutup sehingga bertambah rangsangan terhadapkonjungtiva,
pada edema konjungtiva dapat diberikan dkongestan untuk
mencegah pembendungan cairan di dalam selaput lendir konjungtiva. Pada
kemotik konjungtiva berat dapat dilakukan disisi sehingga cairan konjungtiva
kemotik keluar melalui insisitersebut. Jika terjadi perdarahan subkonjungtiva
(hematoma subkonjungtiva), makakonjungtiva akan tampak merah dengan
batas tegas, yang pada penekanan tidak menghilang atau menipis. Hal ini

9
penting untuk membedakannya dengan hiperemi atauhemangioma
konjungtiva. Lama kelamaan perdarahan ini mengalami, perubahan
warnamenjadi membiru, menipis dan umumnya diserap dalam waktu 2- 3
mingguHematoma subkonjungtiva terjadi akibat pecahnya pembuluh darah
yang terdapat pada atau di bawah kongjungtiva, seperti arteri konjungtiva dan
arteri episklera.Pecahnya pembuluh darah ini dapat akibat batuk rejan, trauma
basis kranii (hematomakaca mata), atau pada keadaan pembuluh darah yang
rentan dan mudah pecah.Pembuluh darah akan rentan dan mudah pecah pada
usia lanjut, hipertensi,arteriosklerose, konjungtiva meradang (konjungtivitis),
anemia, dan obat-obat tertentu.Bila perdarahan ini terjadi akibat trauma tumpul
maka perlu dipastikan bahwa tidak terdapat robekan dibawah jaringan
konjungtiva atau sklera. Kadang-kadang hematomasubkonjungtiva menutupi
keadaaan mata yang lebih buruk seperti perforasi bola mata.Pemeriksaan
funduskopi adalah perlu pada setiap penderita dengan
perdarahansubkonjungtiva akibat trauma. Bila tekanan bola mata rendah
dengan pupil lonjongdisertai tajam penglihatan menurun dan hematoma
subkonjungtiva maka sebaiknyadilakukan eksplorasi bola mata untuk mencari
kemungkinan adanya ruptur bulbusokuli.Epitel konjungtiva mudah mengalami
regenerasi sehingga luka pada konjungtiva penyembuhannya cepat. Robekan
konjungtiva sebaiknya dijahit untuk mempercepat penyembuhannya.
Pengobatan dini pada hematoma subkonjungtiva ialah dengankompres air
hangat. Perdarahan subkonjungtiva akan hilang atau diabsorpsi dalam 1-2
minggu tanpa diobati. dilepas atau dikelupas. Untuk mencegah infeksi bakteri
diberikan antibiotika sepertiantibiotika spektrum luas neosporin, kloramfenikol
dan sulfasetamid tetes mata. Akibat rangsangan yang mengaibatkan spasme
siliar maka diberikan sikloplegik aksi pendek seperti tropikamida. Pasien akan
merasa lebih tertutup bila dibebat selama 24 jam.Erosi yang kecil biasanya
akan tertutup kembali setelah 48 jam. Erosi kornea rekuren. Biasanya terjadi
akibat cedera yang merusak membran basal atau tukak merah erpetik. Epitel

10
yang menutup kornea akan mudah lepas kembalidiwaktu bangun pagi.
Terjadinya erosi kornea berulang akibat epitel tidak dapat bertahan pada defek
epitel kornea. Sukarnya erpitel menutupi kornea diakibatkan olehterjadinya
pelepasan membran basal epitel kornea tempat duduknya sel basal
epitelkornea. Biasanya membran basal yang rusak akan kembali normal setelah
6 minggu. Pengobatan terutama bertujuan melumas permukaan kornea
sehingga regenerasi epiteltidak cepat terlepas untuk membentuk membran
basal kornea. Pengobatan biasanyadengan memberikan sikloplegik untuk
menghilangkan rasa sakit ataupun untuk mengurangkan gejala radang uvea
yang mungkin timbul. Antibiotik diberikan dalam bentuk tetes dan mata
ditutup untuk mempercepat tumbuh epitel baru dan mencegahinfeksi sekunder.
Biasanya bila tidak terjadi infeksi sekunder erosi kornesa yangmengenai
seluruh permukaan kornea akan sembuh dalam 3 hari. Pada erosi korneatidak
diberi antibiotik dengan kombinasi steroid. Pemakaian lensa kontak lembek
pada pasien dengan erosi rekuren sangat bermanfaat, karena dapat
mempertahankan epitel berada di tempat dan tidak dipengaruhi kedipan
kelopak mata.
4. Kelainan bilik mata depan
Hifema atau adanya darah di bilik mata depan dapat terjadi akibat trauma
tumpul pada mata yang merobek pembuluh darah iris atau badan siliar. Darah
ini berasal dariiris atau badan siliar yang robek.Pasien akan mengeluh sakit,
disertai dengan epifora dan blefarospasme.Penglihatan pasien akan sangat
menurun. Bila pasien duduk hifema akan terlihatterkumpul dibagian bawah
bilik mata depan, dan hifema dapat memenuhi seluruh ruang bilik mata depan.
Kadang-kadang terlihat iridoplegia dan iridodialisis.Pengobatan dengan
merawat pasien dengan tidur di tempat tidur yang ditinggikan30 derajat pada
kepala, diberi koagulasi, dan mata ditutup. Pada anak yang gelisahdapat
diberikan obat penenang. Asetazolamida diberikan bila terjadi penyulit
glaukoma.Biasanya hifema akan hilang sempurna. Bila berjalam penyakit tidak

11
berjalan demikianmaka sebaiknya penderita dirujuk. Parasentesis atau
mengeluarkan darah dari bilik
5. Kelainan kornea dan sklera
Trauma tumpul skera dan kornea dapat menimbulkan kelainan kornea mulai
dari erosi sampai laserasi, vulnur penetratum kornea. Bilamana lesi letaknya
di bagian sentral, lebih-lebih bisa mengakibatkan kekeruhan kornea yang luas,
dapat mengakibatkan pengurangan tajam penglihatan. Pada umumnya
bilamana lesi kornea itu tidak sampai merusak membran bowman atau
stromanya, maka kornea akan cepat sembuh tanpa meninggalkan sikatriks pada
kornea. Pada lesi yang lebih dalam pada lapisan kornea, umumnya akan
meninggalkan sikatriks berupa nebula, makula atau leukoma kornea. Edema
kornea. Trauma tumpul yang keras atau cepat mengenai mata dapat
mengakibatkan edema kornea malahan ruptur membran descement. Edema
kornea akan memberikan keluhan penglihatan kabur dan terlihatnya pelangi
sekitar bola lampu atau sumber cahaya yang dilihat. Kornea akan terlihat
keruh, dengan uji plasido yang positif. Edema kornea yang berat dapat
mengakibatkan masuknya serbukan sel radang danneovaskularisasi ke dalam
jaringan stroma kornea. Pengobatan untuk menghilangkan rasa sakit dan
memperbaiki tajam penglihatan dengan lensa kontak lembek dan mingkin
akibat kerjanya menekan kornea terjadi pengurangan edema kornea. Pada erosi
pasien akan merasa sakit sekali akibat erosi merusak kornea yang mempunyai
serat sensiberl yang banyak, mata berair, dengan blefarospasme, lakrimasi,
fotofobia, dan penglihatan akan tergantu olehmedia kornea yang keruh.
Pada skera juga dpat menyababkan laserasi yang biasa di sebut dengan vulnur
perforatum skera, yaitu luka robekan yang biasa mungkin berasal dari benda
tumpul ataupun tajam.
Penatalaksanaan
Laserasi korneo sklera ditangani dengan operasi. Pemberian obat-obatan
hanya memiliki peranan sekunder. Antibiotika intravitreal, intrakameral,

12
topikal dan sistemik digunakan sebagai profilaksis terhadap infeksi, steroid
topical di gunakan untuk mengurangi inflamasi post operatif.

Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi adalah : endoftalmitis (2 -7% pada
pasien trauma okular), katarak, kerusakan iris, glaukoma, hifema,
perdarahanvitreus, ablasio retina, uveitis, dan simpatetik oftalmia
(hal ini bisa terjadi kapan sajasetelah terjadi trauma).
Prognosis
Prognosis tergantung dari beberapa faktor. Pasien dengan laserasi
korneosklera yangkecil tanpa trauma intraokular lain memiliki
prognosis yang lebih baik dengan penanganan yang tidak terlambat
ataupun pasien yang tidak memiliki trauma yang lain.
6. Kelainan pupil dan iris
Bilamana trauma tumpul yang mengenai mata itu ringan, pupil akan
menyempit,karena kontraksi m.sfingter pupil. Pada trauma berat, maka pupil
akan melebar danreaksi terhadap cahaya akan menjadi lambat atau hilang. Hal
ini karena kelumpuhan m.Sfingter pupil atau iridoplegia dan disebut sebagai
oftalmoplegia interna.Iridoplegia. Trauma tumpul pada uvea dapat
mengakibatkan kelumpuhan ototsfingter pupil atau irido[;ehia shingga pupil
menjadi lebar atau midriasis. Pasien akansukar melihat dekat karena gangguan
akomodasi, silau akibat gangguan pengaturanmasuknya sinar pada pupil. Pupil
terlihat tidak sama besar atau anisokoria dan bentuk pupil dapat menjadi
iregular. Pupil ini tidak bereaksi terhadap sinar. Iridoplegia akibattrauma akan
berlangsung beberapa hari sampai beberapa minggu. Pada pasien
denganiridoplegia sebaiknya diberi istirahat untuk mencegah terjadinya
kelelahan sfirngter dan pemberian roboransia.Iridodialisis ialah keadaan
dimana iris terlepas dari pangkalnya, sehingga bentuk pupil tidak bulat, dan
pada pangkal iris yang berdekatan dengan badan siliar mudah robek. Lubang

13
pupil yang baru di pangkal iris itu dapat terjadi di setiap bagian pangkaliris dan
merupakan lubang permanen, sebab iris tidak mempunyai kemampuan
untuk regenerasi. Baik perubahan bentuk pupil maupun perubahan ukuran
pupil akibat traumatumpul tidak banyak menganggu tajam penglihatan
penderita. Trauma tumpul dapatmengakibatkan robekan pada pangkal iris
sehingga bentuk pupil menjadi berubah.Pasien akan melihat ganda dengan satu
matanya. Pada iridodialisis akan terlihat pupillonjong. Biasanya iridodialisis
terjadi bersama-sama dengan terbentuknya hifema. Bilakeluhan demikian
maka pada pasien sebaiknya dilakukan pembedahan denganmelakukan reposisi
pangkal iris yang terlepas.
7. Kelainan lensa
Trauma tumpul yang mengenai mata dapat menyebabkan subluksasi lensa
atauluksasi lensa (lensa mengalami perpindahan tempat). Zonula Zinn dan
badan kaca dapatmenonjol ke dalam bilik mata depan sebagai hernia. Pada
umumnya lensa yangmengalami dislokasi itu beberapa tahun kemudian akan
mengalami katarak.Bilamana trauma tumpul menimbulkan ruptur yang tidak
langsung pada kapsullensa maka akan terjadi katarak. Baik subluksasi maupun
luksasi lensa dapatmenimbulkan glaukoma sekunder atau iritasi mata.Dislokasi
lensa ataupun katarak akibat trauma tumpul dapat menyebabkan pengurangan
tajam penglihatan sampai kebutaan, perlu penanganan dokter spesialisuntuk
dilakukan tindakan pembedahan katarak.Dislokasi lensa. Trauma tumpul lensa
dapat mengakibatkan dislokasi lensa.Dislokasi lensa terjadi pada putusnya
zonula zinn yang akan mengakibatkan kedudukanlensa terganggu.Subluksasi
lensa. Subluksasi lensa terjadi akibat putusnya sebagian zunula zinnsehingga
lensa berpindah tempat. Subluksasi lensa dapat juga terjadi spontan
akibat pasien menderita kelainan pada zonula zinn yang rapun (sindrom
marphan). Pasien pasca trauma akan mengeluh penglihatan berkurang
subluksasi lensa akan memberikangambaran pada iris berupa
iridodonesis.akibat pegangan lensa pada zonula tidak adamaka lensa yang

14
elastis akan menjadi cembung mendorong iris ke depan sehinggasudut bilki
mata tertutup. Bila sudtu bilik mata menjadi sempit pada mata ini mudahterjadi
glaukoma sekunder. Subluksasi dapat mengakiatkan glaukoma sekunder
dimanaterjadi penutupan sudut bilik mata oleh lensa yang mencembung. Bila
tidak terjadi penyulit subluksasi lensa seperti glaukoma atau uveitis maka tidak
dilakukan pengeluaran lensa dan diberi kaca mata koreksi yang sesuai. Luksasi
lensa anterior. Bila seluruh zonula zinn disekitar ekuator putus akibattrauma
maka lensa dapat masuk ke dalam bilk mata depan. Akibat lensa terletak
didalam bilik mata depan ini maka akan terjadi gangguan pengaliran keluar
cairan bilik mata sehingga akan timbul glaukoma kongestif akut dengan gejala-
gejalanya. Pasienakan mengeluh penglihatan menurun mendadak, disertai rasa
sakit yang sangat,muntah, mata merah dengan blefarospasme. Terdapat injeksi
siliar yang berat, edemakornea, lensa di dalam bilik mata depan. Iris terdorong
ke belakang dengan pupil yanglebar. Tekanan bola mata sangat tinggi. Pada
luksasi lensa anterior sebaiknya pasiensecapatnya dikirim pada dokter mata
untuk dikeluarkan lensanya dengan terlebihdahulu diberikan asetazolmida
untuk menurunkan tekanan bola matanya.Luksasi lensa posterior. Pada trauma
tumpul yang keras pada mata dapat terjadiluksasi lensa posterior akibat
putusnya zonula zinn di seluruh lingkaran ekuator lensasehingga lensa jatuh ke
dalam badan kaca dan tenggelam didataran bawah polus fundusokuli. Pasien
akan mengeluh adanya skotoma pada lapang pandangannya akibat
lensamengganggu kampus. Mata ini akan menunjukkan gejala mata tanpa
lensa atau afakia.Pasien akan melihat normal dengan lensa +12,0 dioptri untuk
jauh, bilik mata depandalam dan iris tremulans. Lensa yang terlalu lama berada
pada polus posterior dapatmenimbulkan penyulit akibat degenerasi lensa,
berupa glaukoma fakolitik ataupunuveitis fakotoksik. Bila luksasi lensa telah
menimbulkan penyulit sebaiknya secepatnyadilakukan ekstraksi lensa.
8. Kelainan fundus

15
Trauma tumpul yang mengenai mata dapat mengakibatkan kelainan pada
retina,koroid dan saraf optik. Perubahan yang terjadi dapat berupa edema
retina, perdarahanretina, ablasi retina, maupun atrofi saraf optik.Bilamana
dijumpai seorang penderita dengan trauma tumpul pada mata dan
tajam penglihatannya menurun, padahal pengurangan tajam penglihatan
tersebut tidak dapatdiperbaiki dengan pemberian kacamata, sedangkan keadaan
media mata jernih, makakasus demikian dapat diperkirakan adanya kelainan di
fundus atau dibelakang bolamata.Trauma tumpul pada retina dapat
mengakibatkan edema retina, penglihatan akansangat menurun. Edema retina
akan memberikan warna retina yang lebih abu-abuakibat sukarnya melihat
jaringan koroid melalui retina yang sembab. Berbeda denganoklusi arteri retina
sentral dimana terdapat edema retina kecuali daerah makula,sehingga pada
keadaan ini akan terlihat cherry red spot yang berwarna merah. Edema retina
akibat trauma tumpul juga mengakibatkan edema makula sehingga tidak
terdapatcherry red spot. Pada trauma tumpul yang paling ditakutkan adalah
terjadi edemamakula atau edema berlin. Pada keadaan ini akan terjadi edema
yang luas sehinggaseluruh polus posterior fundus okuli berwarna abu-abu.
Umumnya penglihatan akannormal kembali setelah beberapa waktu, akan
tetapi dapat juga penglihatan berkurangakibat tertimbunnya daerah makula
oleh sel pigmen epitel.Edema retina yang letaknya didaerah makula dinamakan
commotio retina atau edema. Kelainan ini seringkali dapat sembuh dalam
waktu singkat, sehinggatajam penglihatan pulih kembali.Pemeriksaan dengan
oftalmoskop menunjukkan retina yang berwarna abu-abu,terutama di daerah
makula. Kadang-kadang ditemukan juga adanya perdarahan.Bilamana terjadi
ablasi retina akibat trauma tumpul mata, maka penderita haruscepat dirawat
untuk kemudian dikirim ke dokter spesialis. Trauma diduga
merupakan pencetus untuk terlepasnya retina dari koroid pada penderita ablasi
retina. Biasanya pasien telah mempunyai bakat untuk terjadinya ablasi retina
ini seperti retina tipisakibat retinitis semata, miopia, dan proses degenerasi

16
retina lainnya. Pada pasien akanterdapat keluhan seperti adanya selaput yang
seperti tabir menganggu lapang pandangannya. Bila terkena atau tertutup
daerah makula maka tajam penglihatan akanmenurun.Pemeriksaan
oftalmoskopis menunjukkan adanya retina yang abu-abu dan pembuluh darah
yang tampak terangkat, berkelok-kelok, kadang-kadang pembuluhdarah itu
memberikan kesan terputus. Bilamana terjadi atrofi saraf optik, maka
tajam penglihatan akan sangat menurun bahkan sampai buta. Pada pasien
dengan ablasi retinamaka secepatnyaPada umumnya kelainan yang
menyebabkan atrofi saraf optik ini, letaknya di belakang bola mata seperti
adanya perdarahan retrobulbar, fraktur dinding orbita ataufraktur dasar
tengkorak.
9. Trauma Koroid
Ruptur koroid. Pada trauma keras dapat terjadi perdarahan subretina yang
dapatmerupakan akibat ruptur koroid. Ruptur ini biasanya terletak di polus
posterior bolamata dan melingkar konsentris di sekitar papil saraf optik/Bila
ruptur koroid ini terletak atau mengenai daerah makula lutea maka
tajam penglihatan akan turun dengan sangat. Ruptur ini bila tertutup oleh
perdarahansubretina agak sukar dilihat akan tetapi bila darah tersebut telah
diabsorbsi maka akan terlihat bagian ruptur berwarna putih karena sklera dapat
dilihat langsung tanpa tertutupkoroid.
10. Trauma tumpul saraf optik
Avulsi papil saraf optik. Pada trauma dapat terjadi saraf optik terlepas
dari pangkalnya di dalam bola mata yang disebut sebagai avulsi papil saraf
optik. Keadaanini akan mengakibatkan turunnya tajam penglihatan yang berat
dan sering berakhir dengan kebutaan. Penderita ini perlu dirujuk untuk dinilai
kelainan fungsi retina dansaraf optiknya.Optik neuropati traumatik. Trauma
tumpul dapat mengakibatkan kompresi padasaraf optik, demikian pula
perdarahan dan edema sekitar saraf optik. Penglihatan akan berkurang setelah
cidera mata. Terdapat reaksi defek aferen pupil tanpa adanyakelainan nyata

17
pada retina. Tanda lain yang dapat ditemukan adalah gangguan penglihatan
warna dan lapang pandang. Papil saraf optik dapat normal beberapaminggu
sebelum menjadi pucat. Diagnosis banding penglihatan turun setelah
sebuahcidera mata adalah trauma retina, perdarahan badan kaca, trauma yang
mengakibatkankerusakan pada kiasma optik. Pengobatan adalah dengan
merawat pasien waktu akutdengan memberi steroid. Bila penglihatan
memburuk setelah steroid maka perludipertimbangkan untuk pembedahan.
11. Perubahan tekanan bola mata
Trauma mata dapat menyebabkan perubahan tekanan bola mata baik
penurunan peninggian tekanan bola mata. Bila tekanan menjadi rendah, yang
pada perabaandengan jari terasa lunak sekali, menandakan adanya kerusakan
dinding bola mata, yaituterjadinya ruptur bola mata.Pada umumnya letak
ruptur itu di tempat yang lemah di bagian sklera yang agak menipis seperti di
daerah badan siliar atau di kutub posterior bola mata. Bilamanatekanan bola
mata naik, terjadilah glaukoma sekunder. Glaukoma sekunder dapattimbul
segera, yaitu beberapa saat setelah kejadian trauma disebabkan oleh
banyaknyadarah dalam bola mata atau hifema, dimana sel-sel darah itu
menyumbat jaringantrabekel dan saluran keluarnya.
12. Kelainan gerakkan mata
Mata yang sehat dapat membuka dan menutup dengan mudah, sedangkan
bolamatanya dapat digerakkan ke segala arah. Pada trauma tumpul mata, ada
kemungkinanterjadi gangguan gerakkan kelopak mata berarti kelopak mata itu
tidak dapat menutupatau tidak dapat membuka dengan sempurna. Kelopak
mata yang tidak dapat menutup sempurna dinamakan lagoftalmos, disebabkan
oleh kelumpuhan N VII. Kelopak matayang tidak dapat membuka dengan
sempurna disebut ptosis, hal ini disebabkan olehadanya edema atau hematoma
kelopak superior.Pada trauma tumpul mata dapat terjadi gangguan gerakkan
bola mata yangdisebabkan oleh perdarahan rongga orbita atau kerusakan otot-
otot mata luar.

18
BAB III

PEMBAHASAN

Pasien merupakan rujukan dari rumah sakit TEBO dengan trauma


pada bola mata kanan, 12 jam Sebelum Datang ke Rumah Sakit pasien
mengalami trauma pada bola mata kanannya, yaitu pasien terkena benturan
balik kayu yang ia lemparkan untuk melempar buah mangga di sebelah
rumahnya, seketika setelah terkena kayu tersebut mata pasien terasa sangat
nyeri dan mengeluarkan air mata terus menerus, kemudian pandangan mata
kanan pasien menjadi kabur di mana sebelumnya pandangan mata pasien
normal, di mana pasien hanya mampu menangkap apa yang di lihat seperti
bayangan. Kemudian dari pihak rumah sakit TEBO pasien di rujuk ke RSUD
Raden Mattaher.

Hasil dari pemeriksaan yang dilakukan,


Anamnesis :
- Mata nyeri  reaksi terhadap trauma tumpul yang telah terjadi
- Disertai keluhan mengeluarkan air mata terus menerus, kemudian pandangan
mata kanan pasien menjadi kabur di mana sebelumnya pandangan mata
pasien normal, di mana pasien hanya mampu menangkap apa yang di lihat
seperti bayangan. Pemeriksaan ekternal mata :
- sklera: laserasi konjunctiva (+) pada mata kanan
- kornea : laserasi kornea (+) edema kornea (+) pada mata kanan

19
Dari hasil tersebut maka pasien didiagnosis sebagai Vulnus Perforatum sklera
OD dan vulnus penetratum kornea OD

Dan pasien mendapatkan pengobatan


- Metilprednisolon 2x125 mg
- Asam mefeamat 3x250 mg
- Anjuran Pro Hecting sklera OD

Hal ini sesuai dengan literatur yang menyebutkan bahwa pada anamnesis
pada kasus Vulnus Perforatum sklera OD dan vulnus penetratum kornea OD,
dapat di akibatkan karena adanya riwayat trauma pada pasien dan di
temukannya laserasi/robekan pada sclera dan kornea.

20
DAFTAR PUSTAKA

1. Asbury T, Sanitato JJ. Trauma. Dalam : Vaughn DG, Asbu ry T,


Riordan-Eva P(eds). Oftalmologi Umum. Jakarta: Penerbit Widya Medika;
20002.
2. Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 20023 .
3. K u h n F, Morris R, Witherspoon CD. BETT: The
T e r m i n o l o g y o f O c u l a r Trauma. In : Kuhn F, Pieramici DJ
(eds). Ocular Trauma. New York: ThiemeMedical Publisher,Inc; 20024.
4. Available from :http://www.emedicine.com/oph/topic108.htm.
Accessed November 22, 2005

21

Anda mungkin juga menyukai