Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

MUAMALAH DAN LPU

Disusun oleh:
Kelompok VI
Nama :
Bagus Wahyu P
Danang Setyo Hadi P

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT dengan berkat, rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyusun makalah ini yang membahas tentang“Muamalah dan LPU”.

Sholawat serta salam semoga senantiasa dihaturkan kepada junjungan kita Nabi Besar
Muhammad SAW, para sahabat dan para pengikutnya sampai di harikiamat.

Tentunya dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan.Oleh karena itu sangat
diharapkan kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun dari forumdiskusi
ini.Semoga dengan adanya kritik dan saran tersebut dapat bermanfaat dan menjadi pedoman
bagi penulis dalam penyusunan makalah ini pada khususnya dan para pembaca pada
umumnya, segala kelebihan hanyamilik Allah dan segala kekurangan milikhambanya.

Rembang ,07 oktober 2016

Bagus Wahyu P.

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii

DAFTAR ISI ......................................................................................... iii

BAB I PEMBAHASAN

A. Pengertian Muamalah .………………….…………….. 1

B. Macam-Macam Jual Beli ………………………………… 2

C. Rukun Dan Syarat Jual Beli ………………………………… 2

D. Syarat Sah Jual Beli …………………………….…… 3

E. Hal-Hal Dalam Jual Beli …………………………………. 3

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Lembaga Perekonomian Umat ………………………………..… 4

B. Sejarah Lembaga Perekonomian Umat ……………………………..…… 4

BAB III PENUTUP

A . Penutup ……………………………………………………………… 6

3
BAB I PEMBAHASAN MUAMALAH
A. Pengertian Muamalah

Menurut fiqhi, muamalah ialah tukar menukar barang atau sesuatu yang memberi manfaat dengan
cara yang ditentukan. Yang termasuk dalam hal muamalah adalah jual beli, pinjam meminjam, sewa
menyewa dan kerjasama dagang.

a. Jual Beli

Jual beli adalah menukar suatu barang dengan barang yang lain dengan cara yang tertentu (akad).
Firman Allah SWT:

‫الربا يأ ْ ُكلُ ْون الَّ ِذيْن‬


ِّ ِ ‫شيْطانُ يتخبَّطُهُ الَّذِي يقُ ْو ُم كما يقُ ْو ُم ْونإِلَّ ل‬ ِّ ِ ‫الربا مِ ثْ ُل ْالب ْي ُع إِنَّما قالُواْ بِأنَّ ُه ْم ذلِك ْالم‬
َّ ‫س مِ ن ال‬ ِّ ِ ‫ْالبيْع للاُ وأح َّل‬
‫الربا وح َّرم‬ ِّ ِ ‫صحابُ فأ ْولئِك عاد وم ْن للاِ ِإلى وأ ْم ُرهُ سلف ما فلهُ فا ْنتهى َّر ِِّب ِه ِ ِّمن م ْوعِظة جاءهُ فمن‬ ُ ْ ‫ار أ‬ ِ َّ‫خا ِلد ُْون فِيْها ُه ْم الن‬

Artinya : “Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti
berdirinya orang yang kemasukan setan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang
demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama
dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang
telah sampai kepadanya larangan dari Rabbnya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka
baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah)
kepada Allah. Orang yang mengulangi (mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni
neraka; mereka kekal di dalamnya.” (QS Al Baqarah (2) : 275).

b. Ariyah (Pinjam meminjam)

Ariyah adalah memberikan manfaat sesuatu yang halal kepada orang lain untuk diambil manfaatnya
dengan tidak merusak zatnya agar dapat dikembalikan zat barang itu. Dalam hal ariyah terdapat rukun
dan hukumnya yaitu sebagai berikut:

a. Rukun Ariyah

1. Orang yang meminjamkan syaratnya berhak berbuat kebaikan sekehendaknya, manfaat barang
yang dipinjam dimiliki oleh yang meminjamkan

2. Orang yang meminjam berhak menerima kebaikan

3. Barang yang dipinjam syaratnya barang tersebut bermanfaat, sewaktu diambil manfaatnya zatnya
tetap atau tidak rusak.

Orang yang meminjam boleh mengambil manfaat dari barang yang dipinjamnya hanya sekedar
menurut izin dari yang punya dan apabila barang yang dipinjam hilang, atau rusak sebab pemakaian
yang diizinkan, yang meminjam tidak menggantinya. Tetapi jikalau sebab lain, dia wajib mengganti.

b. Hukum Ariyah

Asal hukum meminjamkan sesuatu adalah sunat.Akan tetapi kadang hukumnya wajib dan kadang-
kadang juga haram.Hukumnya wajib contohnya yaitu meminjamkan pisau untuk menyembelih hewan
yang hampir mati.Dan hukumnya haram contohnya sesuatu yang dipinjam untuk sesuatu yang haram.

1
c. Sewa Menyewa

Sewa menyewa adalah suatu perjanjian atau kesepakatan dimana penyewa harus membayarkan atau
memberikan imbalan atau manfaat dari benda atau barang yang dimiliki oleh pemili barang yang di
pinjamkan.Hukum dari sewa menyewa ini mubah atau diperbolehkan.

d. Kerjasama dagang atau bisnis

Dalam istilah syariah, kerja sama bisnis sering disebut sebagai syirkah, syirkah termasuk salah satu
bentuk kerjasama dagang dengan syarat dan rukun tertentu. Kata syirkah dalam bahasa Arab berasal
dari kata syarika (fi’il mâdhi), yasyraku (fi’il mudhâri‘), syarikan/syirkatan/syarikatan (mashdar/kata
dasar); artinya menjadi sekutu atau serikat.Menurut arti asli bahasa Arab (makna etimologis), syirkah
berarti mencampurkan dua bagian atau lebih sedemikian rupa sehingga tidak dapat lagi dibedakan
satu bagian dengan bagian lainnya.Adapun menurut makna syariat, syirkah adalah suatu akad antara
dua pihak atau lebih, yang bersepakat untuk melakukan suatu usaha dengan tujuan memperoleh
keuntungan.

B. Macam-macam Jual Beli

Dalam hal jual beli ada tiga macam yaitu jual beli yang sah dan tidak terlarang, jual beli yang
terlarang dan tidak sah, jual beli yang sah tetapi terlarang:

1. Jual beli yang sah dan tidak terlarang yaitu jual beli yang diizinkan oleh agama artinya, jual beli
yang memenuhi rukun-rukun dan syarat-syaratnya.

2. Jual beli yang terlarang dan tidak sah yaitu jual beli yang tidak diizinkan oleh agama, artinya jual
beli yang tidak memenuhi syarat dan rukunnya jual beli, contohnya jual beli barang najis, Jual beli
anak hewan yang masih berada dalam perut induknya, jual beli yang ada unsur kecurangan dan jual
beli sperma hewan.

3. Jual beli yang sah tapi terlarang yaitu jual belinya sah, tidak membatalkan akad dalam jual beli
tapi dilarang dalam agama Islam karena menyakiti si penjual, si pembeli atau orang lain;
menyempitkan gerakan pasaran dan merusak ketentraman umum, contohnya membeli barang dengan
harga mahal yang tujuannya supaya orang lain tidak dapat membeli barang tersebut.

C. Rukun Dan Syarat Jual Beli

Jual beli memiliki 3 (tiga) rukun masing-masing rukun memiliki syarat yaitu;

1. Al-‘Aqid (penjual dan pembeli) haruslah seorang yang merdeka, berakal (tidak gila), dan baligh
atau mumayyiz (sudah dapat membedakan baik/buruk atau najis/suci, mengerti hitungan harga).

2. Al-‘Aqdu (transaksi/ijab-qabul) dari penjual dan pembeli. Ijab (penawaran) yaitu si penjual
mengatakan, “saya jual barang ini dengan harga sekian”.Dan Qabul (penerimaan) yaitu si pembeli
mengatakan, “saya terima atau saya beli”.

3. Al-Ma’qud ‘Alaihi ( objek transaksi mencakup barang dan uang ).

2
D. Syarat Sah Jual Beli

Agar jual beli dapat dilaksanakan secara sah dan memberi pengaruh yang tepat, harus dipenuhi
beberapa syaratnya terlebih dahulu. Syarat-syarat ini terbagi dalam dua jenis, yaitu syarat yang
berkaitan dengan pihak penjual dan pembeli, dan syarat yang berkaitan dengan objek yang
diperjualbelikan:

1. Yang berkaitan dengan pihak-pihak pelaku, harus memiliki kompetensi untuk melakukan aktivitas
ini, yakni dengan kondisi yang sudah akil baligh serta berkemampuan memilih. Dengan demikian,
tidak sah jual beli yang dilakukan oleh anak kecil yang belum nalar, orang gila atau orang yang
dipaksa.

2. Yang berkaitan dengan objek jual belinya, yaitu sebagai berikut:

1. Objek jual beli harus suci, bermanfaat, bisa diserahterimakan, dan merupakan milik penuh salah
satu pihak.

2. Mengetahui objek yang diperjualbelikan dan juga pembayarannya, agar tidak terhindar faktor
‘ketidaktahuan’ atau ‘menjual kucing dalam karung’ karena hal tersebut dilarang.

3. Tidak memberikan batasan waktu. Artinya, tidak sah menjual barang untuk jangka waktu tertentu
yang diketahui atau tidak diketahui.

E. Hal-Hal Dalam Melakukan Transaksi

Ada 5 hal yang perlu diingat sebagai landasan tiap kali seorang muslim akan berinteraksi. Kelima hal
ini menjadi batasan secara umum bahwa transaksi yang dilakukan sah atau tidak, lebih dikenal dengan
singkatan MAGHRIB, yaitu Maisir, Gharar, Haram, Riba, dan Bathil.

1. Maisir : Menurut bahasa maisir berarti gampang/mudah. Menurut istilah maisir berarti
memperoleh keuntungan tanpa harus bekerja keras. Maisir sering dikenal dengan perjudian karena
dalam praktik perjudian seseorang dapat memperoleh keuntungan dengan cara mudah. Dalam
perjudian, seseorang dalam kondisi bisa untung atau bisa rugi. Padahal islam mengajarkan tentang
usaha dan kerja keras. Larangan terhadap maisir / judi sendiri sudah jelas ada dalam AlQur’an (2:219
dan 5:90)

2. Gharar : Menurut bahasa gharar berarti pertaruhan. Terdapat juga mereka yang menyatakan
bahawa gharar bermaksud syak atau keraguan.Setiap transaksi yang masih belum jelas barangnya atau
tidak berada dalam kuasanya alias di luar jangkauan termasuk jual beli gharar.

3. Haram : Ketika objek yang diperjualbelikan ini adalah haram, maka transaksi nya menjadi tidak
sah. Misalnya jual beli khamr, dan lain-lain.

4. Riba : Pelarangan riba telah dinyatakan dalam beberapa ayat Al Quran. Ayat-ayat mengenai
pelarangan riba diturunkan secara bertahap.Tahapan-tahapan turunnya ayat dimulai dari peringatan
secara halus hingga peringatan secara keras.

5. Bathil : Dalam melakukan transaksi, prinsip yang harus dijunjung adalah tidak ada kedzhaliman
yang dirasa pihak-pihak yang terlibat. Semuanya harus sama-sama rela dan adil sesuai takarannya.

3
BAB II PEMBAHASAN LPU ( Lembaga Perekonomian
Umat )
A. Pengertian Lembaga Perekonomian Umat

Untuk menerjemahkan kata majemuk ‘Lembaga Perekonomian Umat’ secara integral, maka kita
harus memahami kata itu secara parsial terlebih dahulu. Kata pertama adalah “lembaga”, lembaga
dalam bahasa Inggris disebut dengan institution dan dalam bahasa Indonesia juga disebut dengan
pranata/ organisasi. Secara istilah, dalam konteks bahasan ini dan setelah mengalami perluasan
makna, lembaga diartikan sebagai organisasi sosial yang memiliki tujuan, sasaran, visi dan misi yang
sama untuk mengolah suatu usaha sosial tertentu secara bersama-sama.

Kata kedua yaitu “perekonomian” yang merupakan derivasi dari kata ekonomi.Ekonomi adalah
kegiatan memproduksi, mendistribusi dan mengkonsumsi barang dan jasa untuk kepentingan
manusia. Ilmu ekonomi membahas juga cara-cara mengembangkan cara memproduksi, mendistribusi
dan mengkonsumsi agar tercapainya kesempurnaan dalam produksi dan distribusi sehingga kebutuhan
manusia dapat terpenuhi dengan efektif.

Kata ketiga yaitu “umat” yang dapat berarti sebagai satu komunitas manusia, seluruh manusia, atau
juga dapat diartikan sebagai seluruh makhluk ciptaan Allah.Seiring perkembangan, kata umat sering
disandingkan dengan Islam sehingga terbentuk kata “umat Islam”.Dan pada akhirnya kata “umat” pun
selalu diidentikkan dengan umat Islam.

Dengan demikian “lembaga perekonomian umat” adalah suatu organisasi sosial yang didirikan oleh
umat Islam yang bergerak di bidang ekonomi dan berdasar pada syari'ah Islam.

B. Sejarah Lembaga Perekonomian Umat

Lembaga perekonomian umat dalam sejarah telah berdiri sejak masa kepemimpinan Rasulullah
SAW.Lembaga tersebut berbentuk baitul mal yang berfungsi sebagai pengumpul dan pendistribusi
harta zakat, infaq dan sedekah.Begitu juga pada masa Abu Bakar Ash-Shiddiq.Pada masanya, Abu
Bakar memberantas kelompok orang-orang yang enggan membayar zakat. Selain sebagai penegakkan
syari'ah, pemberantasan itu juga bertujuan untuk menghindari kurangnya pemasukkan dana ke baitul
mal, karena dana yang masuk ke baitul mal dari ZIS saat itu bukan hanya disalurkan untuk fakir dan
miskin, akan tetapi juga digunakan untuk keperluan perang demi perluasan wilayah kekuasaan Islam.

Perkembangan baitul mal selanjutnya tampak pada masa Umar bin Khaththab. Sumber pemasukan
saat itu diperluas lagi yaitu dari jizyah, kharaj, fai’,ghanimah, rikaz, luqathah, dan lain-lain. Dana
yang ada di baitul mal saat itu digunakan untuk berbagai keperluan sebagaimana fungsinya yang
terbagi dua : baitul mal khash dan baitul mal muslim. Baitul mal khash berfungsi untuk mendanai hal-
hal yang bersangkutan dengan jalannya pemerintahan seperti gaji pegawai dan lain-lain. Baitul mal
muslim berfungsi untuk mendanai pembangunan fasilitas umum, membantu fakir miskin dan lain-
lain. Pada masa Umar bin Khaththab, kinerja baitul mal sangat efektif, tidak pernah terjadi
penimbunan dana di baitul mal, setiap ada harta yang masuk, langsung saja dialokasikan untuk
mendanai hal-hal yang mendesak.

4
Perkembangan perekonomian Islam di masa Bani Umayyah dan Abbassiyah tidaklah begitu terekam
oleh sejarah sebab perkembangan ilmu fiqh dan politik jauh lebih populer daripada perkembangan
ekonomi, sehingga data dan bukti sejarah yang menunjukkan perkembangan lembaga ekonomi sulit
didapat.Perkembangan lembaga ekonomi baru terlihat jelas setelah terbentuk negara bangsa dan
terlihat signifikan pada pertengahan abad XX.

Sebelum terbentuknya lembaga ekonomi Islam, ekonom-ekonom Islam terlebih dahulu menggagas
doktrin yang menyatakan bahwa sistem ekonomi Islam adalah sistem ekonomi terbaik, meskipun saat
itu sistem ekonomi kapitalis dan sosialis sedang naik daun. Ialah Sayyid Abu al-A’la Maududi ,
Muhammad Baqir al-Shadr, dan Mahmud Thaliqani yang memberikan doktrin-doktrin tersebut
kepada dunia. Akan tetapi, pemikiran yang mereka kemukakan masih bersifat normatif dan tidak
mengikuti jalannya ekonomi yang sedang berkembang saat itu.Pemikiran ekonomi yang modern dan
sesuai syari'ah yang dapat dipraktikkan oleh pelaku bisnis Islam kemudian di kemukakan di
pertengahan 1960 oleh Muhammad Nejatullah Siddiqi, Muhammad Abdul Manan, dan Muhammad
Umer Chapra.

Pemikiran-pemikiran itu kemudian mendapat hasil yang nyata berupa lembaga ekonomi Islam yang
didirikan oleh OKI (Organisasi Konferensi Islam) berupa bank yang disebut Islamic Development
Bank pada tahun 1974. Setelah itu barulah marak berdiri bank-bank syari'ah di negara-negara Islam
seperti : Bank Pembangunan Islam Saudi Arabia (1974), Bank Islam Dubai (1975), Bank Islam Faisal
Mesir (1976), Bank Muamalat Indonesia (1992) dan lain-lain.

Selain berbentuk bank, lembaga ekonomi Islam selanjutnya berbentuk asuransi yang berdiri tahun
1979 yaitu Islamic Insurance Co, Ltd di Sudan dan Islamic Insurance Co, Ltd di Arab Saudi. Di
Indonesia juga muncul asuransi syari'ah yaitu Asuransi Tkaful pada tahun 1994. Dan kemudian
dewasa ini juga bermunculan lembaga ekonomi Islam yang lain seperti di indonesia : Badan Amil dan
Zakat (BAZ), Unit Simpan Pinjam Syari'ah (USPS), Pusat Inkubasi Bisnis dan Usaha Kecil
(PINBUK), Koperasi Pondok Pesantren (Kopontren), Baitul Mal wat Tamwil, dan Reksa Dana
Syari'ah.

5
BAB III PENUTUP
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam makalah
ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, kerena terbatasnya pengetahuan dan
kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini.

Penulis banyak berharap para pembaca yang budiman dusi memberikan kritik dan saran yang
membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan dan penulisan makalah di
kesempatan-kesempatan berikutnya.Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya juga
para pembaca yang budiman pada umumnya.

Anda mungkin juga menyukai