Anda di halaman 1dari 25

MENGEMBANGKAN PENYELESAIAN NUMERIK PADA

SISTEM PERSAMAAN LINIER DENGAN KONSEP ALJABAR

Bambang Agus Sulistyono


Pendidikan Matematika Universitas Nusantara PGRI Kediri
email: bb7agus1@gmail.com

Abstrak

Permasalahan sistem persamaan linear banyak dijumpai dalam persoalan ilmu


pengetahuan dan teknologi, seperti pada penyelesaian numerik persamaan diferensial
biasa, diferensial parsial, analisis jaringan dan sebagainya. Ukuran yang besar dan
bilangan yang terlibat dalam matriks seringkali menjadi kendala dalam menyelesaikan
secara analitik. Penyelesaian secara numerik adalah salah satu alternatif yang dapat
dilakukan. Dalam mengembangkan kearah numerik, algoritma dibangun dengan konsep
aljabar, agar mampu digunakan dalam menyelesaikan sistem persamaan linear secara
umum. Dalam paper ini dibahas bagaimana mengkonstruksi algoritma dari bentuk aljabar
linier ke perhitungan numerik.

Kata kunci : sistem linear, metode langsung, metode iterasi.

1. PENDAHULUAN yang memenuhi sistem persamaan


berikut:
Sistem persamaan linear muncul
hampir di setiap cabang matematika a x a x a x b1
11 1 12 2 1n n

terapan. Dalam beberapa hal persamaan a x a x a x b2


21 1 22 2 2n n
ini muncul langsung dari perumusan
awal dari persoalannya, di dalam banyak
a x a x a x bn
n1 1 n2 2 nn n

hal lain penyelesaian dari persamaan dengan a adalah koefisien konstan, b


merupakan bagian dari pengerjaan adalah konstan, n adalah jumlah
beberapa macam persoalan lain. Hal yang persamaan, dan adalah bilangan
menarik adalah bahwa penyelesaian tak diketahui.
persamaan diferensial parsial sering Dalam paper ini akan dikaji dua
didekati dengan metode yang metode numerik untuk menyelesaikan
membutuhkan penyelesaian sistem sistem persamaan linier yaitu metode
persamaan. langsung (seperti eliminasi Gauss dan
Di dalam penyelesaian sistem dekomposisi LU ) dan metode iterasi
persamaan akan dicari nilai
382 Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika Vol 3 No. 2 Februari 2015
383 Bambang Agus Sulistyono : Mengembangkan Penyelesaian ...... 382 - 389

(seperti metode iterasi Jacobi dan metode ke 1 dilakukan untuk membuat a21
iterasi Gauss-Seidel). menjadi nol. Di sini kita gunakan
p a21 / a11 , a sebagai pembagi
11
2. PEMBAHASAN
disebut elemen pivot. Pada tahap ini
Metode Langsung
algoritma dapat disusun
a. Eliminasi Gauss
p:=-a[2,1]/a[1,1]
Metode eliminasi Gauss adalah
Untuk j:=2, 3, …, n+1
salah satu metode yang paling awal
a[2,j]:=a[2,j]+p*a[1,j]
dikembangkan dan banyak digunakan
a[2,1]:=0
dalam penyelesaian sistem persamaan
linier. Prosedur penyelesaian dari metode
Penggantian baris ke-3 dengan baris ke-3
ini adalah mengurangi sistem persamaan
ditambah p kali baris ke 1 dilakukan
ke dalam bentuk segitiga atas sedemikian
untuk membuat a31 menjadi nol, kita
sehingga salah satu dari persamaan-
persamaan tersebut hanya mengandung a31 / a11 ,

satu bilangan tak diketahui, dan setiap


persamaan berikutnya hanya terdiri dari gunakan p dengan

satu tambahan bilangan tak diketahui


baru.
algoritma
Untuk itu terlebih dahulu tuliskan
p:=-a[3,1]/a[1,1]
sistem persamaan linier di atas ke dalam
Untuk j:=2, …, n+1
bentuk matrik yang diperbesar,
a[3,j]:=a[3,j]+p*a[1,j]
a a a a
11 12 1n 1n 1 a[3,1]:=0
a a a a
21 22 2n 2n 1

a a a Penggantian baris ke-4 dan seterusnya


n1 nn nn 1
dapat dilakukan dengan cara yang sama,
Kolom ke-n+1 sebagai vektor b. OBE sehingga keseluruhan tahap tersebut
selanjutnya diterapkan untuk membuat dapat digabungkan menjadi
nol elemen yang berada di bawah Untuk i:=2, 3, …, n
diagonal utama. Untuk membuat nol p:=a[i,1]/a[1,1]
elemen a21 , a31 , , an1 , kita ikuti proses Untuk j:=2, 3, …, n+1
berikut. Operasi penggantian baris ke-2 a[i,j]:=a[i,j]-p*a[1,j]
dengan baris ke-2 ditambah p kali baris a[i,1]:=0
Sampai di sini kita peroleh matrik
perluasan, menjadi
Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika Vol 3 No. 2 Februari 2015
384 Bambang Agus Sulistyono : Mengembangkan Penyelesaian ...... 382 - 389
a a a a utama. Sehingga penyelesaian SPL dalam
11 12 1n 1n 1

0 a a a dua tahap
22 2n 2n 1

0 Ly b, Ux y
0 a a a
n2 nn nn 1 y diselesaikan dari SPL pertama,
Tahap berikutnya adalah membuatnol kemudian diikuti menentukan x melalui
kolom ke-2 (warna merah), dengan matrik U . Masalah sekarang adalah
algoritma bagaimana mendekomposisi A menjadi
Untuk i:=3, …, n dua matrik L dan U , dan membuat
p:=a[i,2]/a[2,2]
algoritma-nya.
Untuk j:=3, …, n+1 Kita ikuti proses dekomposisi untuk
a[i,j]:=a[i,j]- matrik ukuran 3x3 berikut. Diberikan matrik
p*a[2,j]
a (1) a (1) a(1)
11 12 13
a[i,2]:=0
A : a (1) a (1) a(1)
21 22 23
Begitu seterusnya untuk kolom yang lain, a (1) a (1) a(1)
31 32 33
sehingga keseluruhan diperoleh
algoritma eliminasi Gauss Kita gunakan superscript (1) untuk

Untuk k:=1, 2, …, n-1 menyatakan sebagai notasi awal, dan


setelah melalui proses perhitungan
Untuk i:=k+1, k+2, …, n
tempat yang ada akan ditimpa, karena
p:=a[i,k]/a[k,k]
matrik L dan U akan disimpan pada
Untuk j:=k+1, k+2,
matrik A tersebut.
…, n+1
Sebagai matrik dekomposisinya
a[i,j]:=a[i,j]-
kita misalkan mempunyai elemen
p*a[k,j]
1 0 0 a a a
a[i,k]:=0 11 21 13

1 0 , U 0 a a
Lm21 22 23

b. Dekomposisi LU m m 1 0 0 a
31 32 33
Suatu cara menyelesaikan SPL
Hasil perkalian
Ax b
a a a
adalah dengan memecah matrik A 11 12 13
LUm a a m a a m a
menjadi matrik segitiga bawah L dan 21 11 12 21 22 13 21 23

a m a m a m a ma m a
matrik segitiga atas U , lebih khusus lagi 11 31 12 31 22 32 13 31 23 32 33

L mempunyai elemen 1 pada diagonal


Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika Vol 3 No. 2 Februari 2015
385 Bambang Agus Sulistyono : Mengembangkan Penyelesaian ......382 - 389
disamakan dengan elemen A , dan a m a( 2) . Hasil
a (3) a ( 2)

33 33 33 32 23

ditentukan elemen pada matrik L dan U perhitungan, matrik L dan U diletakkan


, pada satu matrik
(1)
baris pertama: a
a (1) a (1)
(1) 11 12 13
a a (1) , a a (1) , a a m ( 2) ( 2)
21 a a

11 11 12 12 13 13
22 23

baris kedua: m m a33(3)


31 32
m a (1) / a (1) , a ( 2) a a (1) m a(1)
21 21 11 22 22 22 21 12
a ( 2) a a (1) m (1)
23 23 23 Sekarang kita lihat proses dekomposisi
21 13
untuk matrik ukuran 4x4. Dari matrik
a (1) a (1) a (1) a(1)
11 12 13 14
baris ketiga: m a (1) /a (1) , dan kita a (1) a (1) a (1) a(1)
31 31 11 21 22 23 24
gunakan notasi a (1)
31
a (1)
32
a (1)
33
a(1)
34
(1)
a (1) m a , a ( 2) a (1) a (1) a (1) a(1)
a ( 2) a (1) m a(1) 41 42 43 44
32 32 31 12 33 33 31 13
kita misalkan didekomposisi menjadi
1 0 0 0 a a a a
sebagai notasi sementara untuk 11 12 13 14

mewadahi dua suku pertama dari L: m 1 0 0 U: 0 a a a


21 22 23 24
kesamaan a (1) m a m a 22 pada m m 1 0 0 0 a a
32 31 12 32 31 32 33 34

elemen baris-3 kolom-2, sama halnya m m m 1 0 0 0 a


41 42 43 44
untuk baris-3 kolom-3. Sehingga m32
dapat dihitung menggunakan
Hasil perkalian keduanya
m , dan akhirnya
a ( 2) / a( 2)
32 32 22
a a a a
11 12 13 14

LU m a m a a m a a m a a
21 11 21 12 22 21 13 23 21 14 24
m a m a m a m a m a a m a m a a
31 11 31 12 32 22 31 13 32 23 33 31 14 32 24 34

m a m a m a m a m a m a m a m a m a a
41 11 41 12 42 22 41 13 42 23 43 33 41 14 42 24 43 34 44

Dengan menyamakan LU dan A , kita m21 a21(1) / a11(1) ; a22(2) a22(1) m21 a12(1)
peroleh a23(2) a23(1) m21 a13(1)
a11 a11(1) , a12 a12(1) , a13 a13(1) , a14 a14(1) , a ( 2) a (1) m a(1)
24 24 21 14

Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika Vol 3 No. 2 Februari 2015


386 Bambang Agus Sulistyono : Mengembangkan Penyelesaian ......382 - 389

m42 a23(2)

m42 a24(2)

m ; m ;
a (1) / a (1) a ( 2) a (1) m a(1) a ( 2) / a ( 2) a (3) a ( 2)
31 31 11 32 32 31 12 42 42 22 43 43
a ( 2) a (1) m a(1) a (3) a ( 2)
33 33 31 13 44 44
a ( 2) a (1) m a(1)
34 34 31 14
sementara dari elemen pada posisi yang
b
merupakan nilai ditunjukkan oleh indek, terkait dengan
a ( 2) , a ( 2) , a( 2) er
32 33 34
suku yang berwarna merah pada LU .
sementara dari elemen pada posisi yang k
Sampai tahap ini, matrik yang diperoleh,
ditunjukkan oleh indek, terkait dengan ai
disimpn dalam matrik A , ta
suku yang berwarna merah pada LU .
m a (1) a (1) a (1) a(1)
a (1) / a (1) ; a ( 2) a (1) 11 12 13 14 n
41 41 11 42 42 m a ( 2) a ( 2) a( 2)
a ( 2) a (1) 21 22 23 24 d
43 43 m a ( 2) a ( 2) a( 2)
31 32 33 34 e
a ( 2) a (1)
44 44 m a ( 2) a ( 2) a( 2)
41 42 43 44 n
merupakan nilai
a ( 2) , a ( 2) , a( 2) g
42 43 44 a
n
su
ku warna merah dan biru pada matrik Sehingga diperoleh
LU . Sampai tahap ini kita sudah
menghitung hamper semua elemen L a (1) a (1) a (1) a(1)
11 12 13 14
dan U , seperti yang ditampilkan pada m a ( 2) a ( 2) a( 2)
21 22 23 24
matrik berikut, warna m m a (3) a(3)
31 32 33 34
hijau(1).
m
12
41 a m m m a( 4)
41 42 43 44
m a(1) a11(1) a12(1) a13(1) a14(1)
41 13 m
(1) 21 a22(2) a23(2) a24(2)
m a
41 14 m m a (3) a(3)
31 32 33 34
m m a (3) a(3)
41 42 43 44
Dua elemen tersisa dihitung sebagai
berikut
m a (3) / a (3) ; a ( 4) a (3)
43 43 33 44 44
m43 a34(3)
Baris pertama dan kedua sudah selesai
Dengan mengikuti proses
diolah, begitu juga dengan kolom pertama
dekomposisi dari matrik 3x3 dan 4x4,
(warna hijau). Baris ke tiga dan ke empat
perlu disempurnakan. Untuk itu kita lakukan diharapkan dapat memberikan pola
perhitungan berpikir untuk mendekomposisikan
m matrik ukuran nxn. Sedangkan eksistensi
a ( 2) / a ( 2) ; a (3) a ( 2) m a( 2)
32 32 22 33 33
dari32 dekomposisi22 matrik A=LU dijamin:
a (3) a ( 2) m a( 2)
34 34
(lihat3214 Anton & Rorres, Elementary
Linear Alg., hal. 479), yaitu:
Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika Vol 3 No. 2 Februari 2015
387 Bambang Agus Sulistyono : Mengembangkan Penyelesaian ...... 382 - 389

Jika A matrik bujur sangkar yang dapat Warna kuning merupakan elemen dari U
direduksi menjadi bentuk eselon baris U dan sisanya elemen dari L dengan
dengan eliminasi Gauss tanpa penukaran diagonal utama bernilai satu.
baris, maka A dapat difaktorkan sebagai

A LU , Metode Iterasi

dengan
1 1 1
U EmEm 1 E 2 E1 A, Dalam proses iterasi, masing-
E E
L E1 2 m

; E1 , E2 , , Em matrik elementer yang masing persamaan yang ada dihitung


berkaitan dengan operasi baris. nilai perkiraan awal dari satu variabel
Berikut langkah-langkah dekomposisi yang tidak diketahui, dengan
pada matrik ukuran nxn: menggunakan nilai perkiraan
a a (1) , a a (1) , ,a a(1) sebelumnya. Perhitungan ini diulang
11 11 12 12 1n 1n
terus dengan harapan iterasi berikutnya
Untuk p=1,2,…,n akan lebih dekat ke solusi sebenarnya.
Persamaan pertama dari Sistem (1)
m a(p) /a(p) , r p 1, p 2, , n untuk menghitung
rp rp pp dapat digunakan
a(p 1) a(p) m a ( p ) , c p 1, p 2, ,n dari .
rc rc rp pc
sebagai fungsi
Persamaan kedua untuk menghitung
Matrik yang diperoleh sebagai fungsi dari ,

a11(1) a12(1) a13(1) a1(1)n demikian seterusnya sehingga didapat :

m a ( 2) a ( 2) a( 2)
21 22 23 2n
m m a(3) a(3)
31 32 33 3n
m m m
a( n)
n1 n2 n3 nn

x1 b1 a x a x a x / a11
12 2 13 3 1n n

x2 b2 a x a x a x / a22 (2)
21 1 23 3 2n n

x b a x a x a x /a
n n n1 1 n2 2 nn 1 n 1 nn
Hitungan dimulai nilai perkiraan kanan dari sistem Persamaan (2).
awal sebarang untuk variabel yang dicari Selanjutnya nilai variabel yang didapat
(biasanya semua variabel diambil sama tersebut disubstitusikan ke ruas kanan
dengan nol). Nilai perkiraan awal dari Sistem (2) lagi untuk mendapatkan
tersebut disubstitusikan ke dalam ruas nilai perkiraan kedua. Prosedur tersebut
Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika Vol 3 No. 2 Februari 2015
388 Bambang Agus Sulistyono : Mengembangkan Penyelesaian ......382 - 389

diulangi lagi sampai nilai setiap variabel iterasi ke n-1. Persamaan (2) dapat ditulis
pada iterasi ke n mendekati nilai pada menjadi :
b /a
x ( k 1) a x(k) a x(k) a x(k)
1 1 12 2 13 3 1n n 11

x ( k 1) b a x(k) a x(k) a x(k) /a (3)


2 2 21 1 23 3 2n n 22
nn
b /
x ( k 1) a x(k) a x(k) ax ( k ) a
n n n1 1 n2 2 nn 1 n 1
Superskript k pada x menyatakan banyak- juga nilai tidak digunakan untuk
nya iterasi yang telah dilakukan. mencari , sehingga nilai-nilai tersebut
Tentunya rumus iterasi tersebut dibentuk tidak dimanfaatkan. Sebenarnya nilai
dengan memilih elemen diagonalnya baru tersebut lebih baik dari nilai-nilai
tidak boleh nol. Bila ada yang nol, maka yang lama. Didalam metode Gauss-
sistem persamaan linier perlu diubah lebih Seidel nilai-nilai dimanfaatkan untuk
dahulu urutan persamaannya. Iterasi diatas menghitung variabel berikutnya.
dikenal sebagai metode Jacobi, dan Iterasi Gauss-Seidel sebagai cara
penghentian iterasi dilakukan dengan penyelesaian sistem persamaan linier
max x(k 1) x( k ) Tol tidak jauh beda dengan iterasi Jacobi.
1 i n i i

Pada iterasi Gauss-Seidel, nilai hasil


dapat juga digunakan nilai relatifnya
max x ( k 1) x( k ) Tol perhitungan pada baris awal langsung
i
( k 1)
i digunakan untuk perhitungan nilai
x

1 i n
i

selanjutnya di dalam iterasi. Dengan cara


Di dalam metode Jacobi, nilai ini konvergensi akan tercapai lebih cepat.
yang dihitung dari persamaan pertama Bentuk umum iterasi Gauss-Seidel
tidak digunakan untuk menghitung nilai
adalah sebagai berikut :
dengan persamaan kedua. Demikian
b /a
x1( k 1) a x(k) a x(k) a x(k)
1 12 2 13 3 1n n 11
1)
x2(k 1) b a x(k a x(k) a x(k) /a
2 21 1 23 3 2n n 22
1)
b a x(k a x ( k 1) a x(k) a x(k) /a
x3( k 2 31 1 32 3 34 4 2n n 33
1)
b /a
x ( k 1) ax ( k 1) a x( k 1) ax( k 1)
n n n1 1 n2 2 nn 1 n 1 nn
1)
Pada saat menghitung kita kita gunakan
x( k 1) x( k
1 2
1)
gunakan x ( k ) , x ( k ) , x ( k ) , , x( k ) , pada x(k ,x(k),x(k), , x( k ) , hasil
2 3 4 n 1 3 4 n

Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika Vol 3 No. 2 Februari 2015


389 Bambang Agus Sulistyono : Mengembangkan Penyelesaian ...... 382 - 389
perhitungan sebelumnya digunakan pada
tahap ini, begitu juga untuk menghitung 4. DAFTAR PUSTAKA
1)
menggunakan
x(k
Djojodihardjo, H, 2000, Metode
3
1) (k)
x(k , x ( k 1) , x , , x( k ) , semakin ke Numerik, Penerbit PT Gramedia
1 2 4 n
Pustaka Utama.
bawah semakin banyak hasil iterasi ke-
L.H. Wiryanto, 2014, Metoda Numerik
k+1 yang digunakan.
Agar iterasi konvergen metoda Pada Sistem Persamaan Linier,
Jacobi dan juga Gauss-Seidel disampaikan pada kuliah tamu di
mengharuskan matrik koefisiennya UNP Kediri.
n Triatmodjo, B, 2002, Metode Numerik
diagonal dominant, yaitu aii a .
ij dilengkapi dengan program
j 1
j i komputer, Beta Offset.
Kondisi ini merupakan syarat cukup,
yaitu bila dipenuhi maka iterasi
konvergen, tetapi bila tidak dipenuhi
masih dimungkinkan konvergen, dengan
lambat.

3. KESIMPULAN
Sistem persamaan yang banyak
dijumpai bersifat ‘jarang’ dan banyak
koefisien yang merupakan nol. Dalam hal
ini cara iterasi lebih baik. Sistem
persamaan ini banyak dijumpai pada
persamaan diferensial. Sistem persamaan
yang banyak, bila diselesaikan dengan
eliminasi akan kurang teliti dan
membutuhkan tempat yang banyak bila
diprogram pada komputer.
Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika Vol 3 No. 2 Februari 2015

Anda mungkin juga menyukai