Anda di halaman 1dari 28

TUGAS FARMASI INDUSTRI

CARA PRODUKSI OBAT YANG BAIK SEDIAAN SALEP

OLEH :

WAHYU

16340139

PROGRAM STUDI APOTEKER

FAKULTAS FARMASI

INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL JAKARTA

JAKARTA

201

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala limpahan

rahmat dan hidayah-Nya. Sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan

penulisan Makalah ini sebagai tugas Mata kuliah Farmasi Industri. Kami telah

menyusun Tugas Makalah ini dengan sebaik-baiknya dan semaksimal mungkin.

Namun tentunya sebagai manusia biasa tidak luput dari kesalahan dan kekurangan.

Harapan kami, semoga bisa menjadi koreksi dimasa mendatang agar lebih baik lagi

dari sebelumnya.

Tak lupa ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Dosen Mata Kuliah

Farmasi Industri atas bimbingan, dorongan dan ilmu yang telah di berikan kepada

kami. Sehingga kami dapat menyusun dan menyelesaikan makalah ini tepat

waktunya dan insya Allah sesuai yang kami harapkan. Dan kami ucapkan pula

kepada rekan-rekan dan semua pihak yang terkait dalam penyusunan makalah ini.

Mudah-mudahan makalah ini bisa memberikan sumbangan pemikiran

sekaligus pengetahuan bagi kita semuanya. Amin

Jakarta, 30 Mei 2017

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR .................................................................................. ii
DAFTAR ISI ................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................... 2
C. Tujuan.......................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Sediaan Salep ............................................................ 3
B. Aspek CPOB ............................................................................... 3
BAB III PEMBAHASAN
A. Produksi Sediaan Salep Berdasarkan CPOB................................ 11
B. Alur Produksi Sediaan Salep ....................................................... 13
C. In Process Controll (IPC) ........................................................... 17
D. Qulaity Control & (QA) .............................................................. 18
E. Evaluasi Mutu Sediaan Sediaan Salep ………………………... 19
F. Sertifikasi CPOB ……………………………………………… 22
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................. 24
B. Saran ........................................................................................... 24
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 25

iii
BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Industri farmasi berperan dalam menjamin dan memperbaiki kesehatan

masyarakat, menghasilkan obat untuk mengatasi berbagai penyakit, meminimasi

risiko kesehatan dan menjamin pelayanan kesehatan yang sustainable bagi generasi

sekarang maupun generasi yang akan datang. Dalam menjamin ketersediaan produk

obat di masyarakat, industri farmasi harus mampu menyediakan obat yang

berkualitas bagi masyarakat. Obat berkualitas mencakup 3 aspek: khasiat (efficacy),

keamanan (safety), dan kenyamanan (acceptability) dalam dosis yang digunakan

sesuai tujuan penggunaannya.

Obat adalah suatu zat yang dimaksudkan untuk dipakai dalam diagnosis,

mengurangi rasa sakit, serta mengobati atau mencegah penyakit. Salah satu upaya

yang dilakukan pemerintah untuk menjamin tersedianya obat yang bermutu, aman

dan berkhasiat yaitu dengan mengharuskan setiap industri farmasi untuk

menerapkan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB).

Cara Pembuatan Obat yang baik (CPOB) adalah pedoman pembuatan obat

bagi industri farmasi di Indonesia yang bertujuan untuk menjamin mutu obat yang

dihasilkan senantiasa memenuhi persyaratan mutu yang telah ditentukan dan sesuai

dengan tujuan penggunaannya. Mutu suatu obat tidak dapat ditentukan berdasarkan

pemeriksaan produk akhir saja, melainkan harus dibentuk kedalam produk selama

keseluruhan proses pembuatan. CPOB mencakup seluruh aspek produksi mulai dari

1
personalia, dokumentasi, bangunan, peralatan, manajemen mutu, produksi, sanitasi

dan higiene, pengawasan mutu, penanganan keluhan, penarikan obat dan obat

kembalian, validasi dan kualifikasi serta analisis kontrak

Salep adalah sediaan setengah padat yang mudah dioleskan dan digunakan

sebagai obat luar, Bahan obatnya larut atau terdispersi homogen dalam dasar salep

yang cocok (Dirjen POM, 1995). Salep merupakan bentuk sediaan dengan

konsistensi semisolida yang berminyak dan pada umumnya tidak mengandung air

dan mengandung bahan aktif yang dilarutkan atau didispersikan dalam suatu

pembawa.

I.2 Rumusan Masalah

1. Apakah yang dimaksud sediaan pasta?

2. Bagaimana alur produksi sediaan pasta berdasarkan CPOB?

3. Bagaimana tata cara mendapatkan setifikat CPOB untuk sediaan pasta?

4. Apakah aspek CPOB yang harus terpenuhi untuk mendapatkan sertifikat CPOB

untuk sedian Salep?

A. Tujuan

1. Mengetahui yang dimaksud sediaan pasta.

2. Mengetahui alur produksi sediaan pasta berdasarkan CPOB.

3. Mengetahui tata cara mendapatkan setifikat CPOB untuk sediaan pasta.

4. Mengetahui aspek CPOB yang harus terpenuhi untuk mendapatkan sertifikat

CPOB untuk sedian Salep.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 PENGERTIAN SEDIAAN SALEP

Salep adalah sediaan setengah padat ditujukan untuk pemakaian topikal

pada kulit atau selaput lendir (DepKes RI, 1995). Salep merupakan bentuk

sediaan dengan konsistensi semisolida yang berminyak dan pada umumnya tidak

mengandung air dan mengandung bahan aktif yang dilarutkan atau didispersikan

dalam suatu pembawa. Pembawa atau basis salep digolongkan dalam 4 tipe yaitu

basis hidrokarbon, basis serap, basis yang dapat dicuci dengan air, dan basis larut

air.

Persyaratan Salep Menurut FI III


a. Pemerian tidak boleh berbau tengik.

b. Kadar, kecuali dinyatakan lain dan untuk salep yang mengandung obat keras

atau narkotik, kadar bahan obat adalah 10 %.

c. Dasar salep

d. Homogenitas, Jika salep dioleskan pada sekeping kaca atau bahan

transparan lain yang cocok, harus menunjukkan susunan yang homogen.

e. Penandaan,pada etiket harus tertera “obat luar” (Syamsuni, 2005). Salep

yang baik memiliki sifat – sifat sebagai berikut :

a. Stabil : baik selama distribusi, penyimpanan, maupun pemakaian. Stabilitas

terkait dengan kadaluarsa, baik secara fisik (bentuk, warna, bau, dll)

maupun secara kimia ( kadar/kandungan zat aktif yang tersisa ). Stabilitas

3
dipengaruhi oleh banyak factor, seperti suhu, kelembaban, cahaya, udara,

dan lain sebagainya.

b. Lunak : walaupun salep pada umumnya digunakan pada daerah/wilayah

kulit yang terbatas, namun salep harus cukup lunak sehingga mudah untuk

dioleskan.

c. Mudah digunakan: supaya mudah dipakai, salep harus memiliki konsistensi

yang tidak terlalu kental atau terlalu encer. Bila terlalu kental, salep akan

sulit dioleskan, bila terlalu encer maka salep akan mudah mengalir/meleleh

ke bagian lain dari kulit.

d. Protektif : salap – salep tertentu yang diperuntukkan untuk protektif, maka

harus memiliki kemampuan melindungi kulit dari pengaruh luar misal dari

pengaruh debu, basa, asam, dan sinar matahari.

e. Memiliki basis yang sesuai : basis yang digunakan harus tidak menghambat

pelepasan obat dari basis, basis harus tidak mengiritasi, atau menyebabkan

efek samping lain yang tidak dikehendaki.

f. Homogen : kadar zat aktif dalam sediaan salep cukup kecil, sehingga

diperlukan upaya/usaha agar zat aktif tersebut dapat terdispersi/tercampur

merata dalam basis. Hal ini akan terkait dengan efek terapi yang akan terjadi

setelah salep diaplikasikan

4
II.2 ASPEK CPOB

1. MANAJEMEN MUTU

Unsur dasar manajemen mutu:

a. suatu infrastruktur atau sistem mutu yang tepat mencakup struktur

organisasi, prosedur, proses dan sumber daya

b. tindakan sistematis yang diperlukan untuk mendapatkan kepastian dengan

tingkat kepercayaan yang tinggi, sehingga produk yang dihasilkan akan

selalu memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan (Pemastian Mutu)

Pemastian Mutu adalah totalitas semua pengaturan yang dibuat dengan

tujuan untuk memastikan bahwa obat dihasilkan dengan mutu yang sesuai

dengan tujuan pemakaiannya. Pemastian Mutu = CPOB (produksi &

pengawasan mutu) ditambah faktor lain (desain & pengembangan produk).

2. PERSONALIA

SDM sangat penting dalam pembentukan dan penerapan sistem

pemastian mutu yg memuaskan dan pembuatan obat yg benar. Industri

farmasi bertanggung jawab untuk menyediakan personil yg terkualifikasi

dalam jumlah yang memadai untuk melaksanakan semua tugas. Seluruh

personil hendaklah memahami prinsip CPOB serta memperoleh pelatihan

awal dan berkesinambungan, termasuk instruksi mengenai higiene yg

berkaitan dengan pekerjaannya.

3. BANGUNAN DAN FASILITAS

5
Memiliki desain, konstruksi dan letak yang memadai, serta disesuaikan

kondisinya dan dirawat dengan baik untuk memudahkan pelaksanaan operasi

yang benar.

Tata letak dan desain ruangan harus dibuat sedemikian rupa untuk

memperkecil risiko terjadi kekeliruan, pencemaran silang dan kesalahan lain

dan memudahkan pembersihan, sanitasi dan perawatan yang efektif untuk

menghindarkan pencemaran silang, penumpukan debu atau kotoran, dan

dampak lain yang dapat menurunkan mutu obat.

4. PERALATAN

Peralatan untuk pembuatan obat hendaklah memiliki desain dan

konstruksi yang tepat, ukuran yang memadai serta ditempatkan dan

dikualifikasi dengan tepat, agar:

1. mutu obat terjamin sesuai desain serta seragam dari bets-ke-bets

2. memudahkan pembersihan serta perawatan shg dapat mencegah

kontaminasi silang, penumpukan debu atau kotoran dan, hal-hal yang

umumnya berdampak buruk pada mutu produk .

5. SANITASI DAN HIGIENE

Ruang lingkup: personil, bangunan, peralatan dan perlengkapan, bahan

produksi serta wadahnya, bahan pembersih dan desinfeksi, dan segala sesuatu

yang dapat merupakan sumber pencemaran produk. Sumber pencemaran

potensial hendaklah dihilangkan melalui suatu program sanitasi dan higiene

yang menyeluruh dan terpadu

6. PRODUKSI

6
Produksi hendaklah dilaksanakan dengan mengikuti prosedur yang

telah ditetapkan. Memenuhi ketentuan CPOB yang menjamin senantiasa

menghasilkan produk yang memenuhi persyaratan mutu serta memenuhi

ketentuan izin pembuatan dan izin edar

7. PENGAWASAN MUTU

Bagian esensial dari CPOB dimana memberikan kepastian bahwa

produk secara konsisten mempunyai mutu yang sesuai dengan tujuan

pemakaiannya.

Pengawasan Mutu mencakup:

a. pengambilan sampel, spesifikasi, pengujian serta termasuk pengaturan,

dokumentasi dan prosedur pelulusan yang memastikan bahwa semua

pengujian yang relevan telah dilakukan, dan bahan tidak diluluskan untuk

dipakai atau produk diluluskan untuk dijual, sampai mutunya telah

dibuktikan memenuhi persyaratan.

b. Ketidaktergantungan Pengawasan Mutu dari Produksi dianggap hal yang

fundamental agar Pengawasan Mutu dapat melakukan kegiatan dengan

memuaskan

8. INSPEKSI DIRI, AUDIT MUTU DAN AUDIT & PERSETUJUAN

PEMASOK

Mengevaluasi apakah semua aspek produksi dan pengawasan mutu

industri farmasi memenuhi ketentuan CPOB. Dirancang untuk mendeteksi

kelemahan dalam pelaksanaan CPOB dan untuk menetapkan tindakan

perbaikan yang diperlukan. Dilakukan secara independen dan rinci oleh

7
petugas yang kompeten dari perusahaan yang dapat mengevaluasi penerapan

CPOB secara obyektif

Audit mutu dimana sebagai pelengkap inspeksi diri. Pemeriksaan dan

penilaian semua atau sebagian dari sistem manajemen mutu dengan tujuan

spesifik untuk meningkatkannya. Audit mutu umumnya dilaksanakan oleh

spesialis dari luar atau independen atau suatu tim yang dibentuk khusus untuk

hal ini oleh manajemen perusahaan.

Audit dan Persetujuan Pemasok. Kepala Bagian Manajemen Mutu

(Pemastian Mutu) hendaklah bertanggung jawab bersama bagian lain yang

terkait untuk memberi persetujuan pemasok yang dapat diandalkan memasok

bahan awal dan bahan pengemas yang memenuhi spesifikasi yang telah

ditentukan.

9. PENANGANAN KELUHAN TERHADAP PRODUK DAN PENARIKAN

KEMBALI PRODUK

Semua keluhan dan informasi lain yang berkaitan dengan kemungkinan

terjadi kerusakan obat harus dikaji dengan teliti sesuai dengan prosedur

tertulis. Untuk menangani semua kasus yang mendesak, hendaklah disusun

suatu sistem, bila perlu mencakup penarikan kembali produk yang diketahui

atau diduga cacat dari peredaran secara cepat dan efektif

10. DOKUMENTASI

Dokumentasi adalah bagian dari sistem informasi manajemen dan

dokumentasi yang baik merupakan bagian yang esensial dari pemastian mutu.

Dokumentasi yang jelas adalah fundamental untuk memastikan bahwa tiap

8
personil menerima uraian tugas yang relevan secara jelas dan rinci sehingga

memperkecil risiko terjadi salah tafsir dan kekeliruan yang biasanya timbul

karena hanya mengandalkan komunikasi lisan.

Macam-macam dokumen antara lain :

a. Spesifikasi

Spesifikasi bahan awal, bahan pengemas dan produk jadi, produk antara

dan produk ruahan

b. Dokumen Produksi

Dokumen Produksi Induk

Prosedur Produksi Induk (Prosedur Pengolahan Induk dan Prosedur

Pengemasan Induk)

Catatan Produksi Bets (Catatan Pengolahan Bets dan Catatan Pengemasan

Bets)

c. Prosedur dan Catatan

11. PEMBUATAN DAN ANALISIS BERDASARKAN KONTRAK

Kontrak tertulis antara Pemberi Kontrak dan Penerima Kontrak harus

dibuat secara jelas yang menentukan tanggung jawab dan kewajiban masing-

masing pihak. Kontrak harus menyatakan secara jelas prosedur pelulusan tiap

bets produk untuk diedarkan yang menjadi tanggung jawab penuh kepala

bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu).

12. KUALIFIKASI DAN VALIDASI

9
CPOB mensyaratkan industri farmasi untuk mengidentifikasi validasi

yang perlu dilakukan sebagai bukti pengendalian terhadap aspek kritis dari

kegiatan yang dilakukan. Perubahan signifikan terhadap fasilitas, peralatan

dan proses yang dapat memengaruhi mutu produk hendaklah divalidasi.

Kegiatan validasi meliputi kualifikasi (personil, peralatan, sistem dan

instrumen), kalibrasi alat ukur dan validasi (prosedur dan proses). Kualifikasi

terdiri atas :

a. Kualifikasi Desain (KD) adalah unsur pertama dalam melakukan validasi

terhadap fasilitas, sistem atau peralatan baru.

b. Kualifikasi Instalasi (KI) hendaklah dilakukan terhadap fasilitas, sistem

dan peralatan baru atau yang dimodifikasi

c. Kualifikasi Operasional (KO)

d. Kualifikasi Kinerja (KK) Misal, kualifikasi kinerja mesin cetak tablet

dilakukan untuk membuktikan kinerja mesin cetak tablet antara lain

kekerasan dan keseragaman bobot tablet

10
BAB III

PEMBAHASAN

III.1 PRODUKSI SEDIAAN SALEP BERDASARKAN CPOB

Produksi hendaklah dilaksanakan dengan mengikuti prosedur yang telah


ditetapkan; dan memenuhi ketentuan CPOB yang menjamin senantiasa
menghasilkan produk yang memenuhi persyaratan mutu serta memenuhi
ketentuan izin pembuatan dan izin edar (registrasi).
1. Produksi hendaklah dilakukan dan diawasi oleh personil yang kompeten.
2. Penanganan bahan dan produk jadi, seperti penerimaan dan karantina,
pengambilan sampel, penyimpanan, penandaan, penimbangan, pengolahan,
pengemasan dan distribusi hendaklah dilakukan sesuai dengan prosedur
atau instruksi tertulis dan bila perlu dicatat.
3. Seluruh bahan yang diterima hendaklah diperiksa untuk memastikan
kesesuaiannya dengan pemesanan. Wadah hendaklah dibersihkan dan
bilamana perlu diberi penandaan dengan data yang sesuai. Kerusakan wadah
dan masalah lain yang dapat berdampak merugikan terhadap mutu bahan
hendaklah diselidiki, dicatat dan dilaporkan kepada Bagian Pengawasan
Mutu.
4. Bahan yang diterima dan produk jadi hendaklah dikarantina secara fisik atau
administratif segera setelah diterima atau diolah, sampai dinyatakan lulus
untuk pemakaian atau distribusi.
5. Produk antara dan produk ruahan yang diterima hendaklah ditangani seperti
penerimaan bahan awal.
6. Semua bahan dan produk jadi hendaklah disimpan secara teratur pada
kondisi yang disarankan oleh pabrik pembuatnya dan diatur sedemikian
agar ada pemisahan antar bets dan memudahkan rotasi stok.
7. Pemeriksaan jumlah hasil nyata dan rekonsiliasinya hendaklah dilakukan
sedemikian untuk memastikan tidak ada penyimpangan dari batas yang
telah ditetapkan.

11
8. Pengolahan produk yang berbeda hendaklah tidak dilakukan secara
bersamaan atau bergantian dalam ruang kerja yang sama kecuali tidak ada
risiko terjadinya campur baur ataupun kontaminasi silang.
9. Tiap tahap pengolahan, produk dan bahan hendaklah dilindungi terhadap
pencemaran mikroba atau pencemaran lain.
10. Bila bekerja dengan bahan atau produk kering, hendaklah dilakukan
tindakan khusus untuk mencegah debu timbul serta penyebarannya. Hal
ini terutama dilakukan pada penanganan bahan yang sangat aktif atau
menyebabkan sensitisasi.
11. Selama pengolahan, semua bahan, wadah produk ruahan, peralatan atau
mesin produksi dan bila perlu ruang kerja yang dipakai hendaklah diberi
label atau penandaan dari produk atau bahan yang sedang diolah, kekuatan
(bila ada) dan nomor bets. Bila perlu, penandaan ini hendaklah juga
menyebutkan tahapan proses produksi.
12. Label pada wadah, alat atau ruangan hendaklah jelas, tidak berarti ganda
dan dengan format yang telah ditetapkan. Label yang berwarna seringkali
sangat membantu untuk menunjukkan status (misalnya: karantina,
diluluskan, ditolak, bersih dan lain-lain).
13. Pemeriksaan perlu dilakukan untuk memastikan pipa penyalur dan alat lain
untuk transfer produk dari satu ke tempat lain yang telah terhubung dengan
benar.
14. Penyimpangan terhadap instruksi atau prosedur sedapat mungkin
dihindarkan. Bila terjadi penyimpangan maka hendaklah ada persetujuan
tertulis dari kepala bagian Pemastian Mutu dan bila perlu melibatkan
bagian Pengawasan Mutu.
15. Akses ke bangunan dan fasilitas produksi hendaklah dibatasi hanya untuk
personil yang berwenang.

12
III.2 ALUR PRODUKSI SEDIAAN SALEP BERDASARKAN CPOB

Untuk alur proses produksi salep diawali pada ruang bahan baku. Pada

proses pembuatannya, setiap bahan baku diperiksa terlebih dahulu oleh tim QC

dengan mengambil sampel di ruang sampling, pemeriksaan yang dilakukan oleh

tim QC meliputi pemerian, kelarutan, bilangan asam, dan bilangan penyabunan,

dari hasil uji tersebut tim QC dapat memutuskan apakah bahan baku tersebut

memenuhi kriteria yang berstandarkan CPOB atau tidak. Lalu petugas yang

bertanggung jawab terhadap bahan baku menimbang bahan-bahan apa saja yang

akan dibutuhkan dalam proses produksi sediaan krim dan salep. Penimbangan

bahan dilakukan untuk produksi sediaan per satu bets. Setelah bahan baku ini

dinyatakan lulus uji kriteria, bahan baku tersebut dicampur dan diolah menjadi

produk antara. Kemudian petugas bagian produksi mengambil bahan baku yang

telah ditimbang dengan melakukan serah terima yang disertai dengan dokumen

CPB (Catatan Pengolahan Bets) yang telah melampirkan tanda tangan petugas.

Proses produksi dilanjutkan di ruang pencampuran. Pada ruang ini, awalnya

air ditampung di dalam alat pemanas (Double Jacket). Air yang digunakan dalam

proses produksi menggunakan air Aquadem (Aquademineralisasi). Air yang

dipakai adalah air yang diambil dari pipa yang telah diatur penyalurannya, yang

mana sebelumnya air ini telah melewati serangkaian proses pernyaringan.

Kemudian proses dilanjutkan di tangki Oil Pot, tangki ini berfungsi untuk melebur

fase minyak dari sediaan, lalu dilanjutkan proses pencampuran bahan dengan

menggunakan alat Vacum emulsifier Mixer. Pada alat ini proses pencampuran

dimulai dari pembuatan basis hingga membentuk masa krim/salep.

13
Selanjutnya masa yang telah jadi disimpan dalam wadah kemudian di

tempatkan di ruang Ruang karantina produk antara. Produk yang telah jadi di

lakukan kembali proses IPC oleh QC, pemeriksaan pemerian, pH, homogenitas,

koefisien variasi, dan stabilitas krim jika dinyatatakan lulus maka produk tersebut

dimasukkan ke dalam wadah. selama proses pengisian sediaan krim/salep operator

melakukan proses penimbangan setiap 15 menit sekali, proses ini bertujuan untuk

memastikan bobot per tube sesuai dengan bobot yang diinginkan dari kemasan.

kemudian produk yang telah diisi ditempatkan di ruang karantina produk ruahan

untuk selanjutnya melewati tahap pemeriksaan oleh QC, pemeriksaan itu meliputi

pemerian, identifikasi, pH, kadar zat berkhasiat, homogenitas, koefisien variasi dan

keseragaman sediaan,. Waktu yang dibutuhkan untuk menuggu hasil pemeriksaan

ini yaitu 1-2 hari.

Menurut Cara Pembuatan Obat yang Baik, produksi Sediaan salep terdapat

beberapa aspek, diantaranya :

 Sistem yang digunakan untuk membuat sediaan salep dan krim adalah

system tertutup. Sistem tertutup adalah suatu sistem di mana produk

hampir tidak terpapar ke lingkungan selama proses dan sedikit sekali

melibatkan operator. Produk cair disaring dan ditransfer ke holding tank

melalui pipa sebelum produk tersebut diisikan ke dalam wadah akhirnya

(misal botol dan tube) dan ditutup.

 Untuk mencegah ada “sambungan mati” (deadlegs), sambungan hendaklah

tidak lebih panjang dari 1,5 kali diameter pipa sampai katup. Hendaklah

14
menggunakan jenis katup diafragma atau katup kupu-kupu dan bukan

katup bola.

 Air yang digunakan untuk produksi hendaklah memenuhi persyaratan

minimal kualitas Air Murni (Purified Water). Parameter kimia dan

mikrobiologi hendaklah dipantau secara teratur, minimal seminggu sekali,

sedangkan pH dan konduktivitas hendaklah dipantau tiap hari. Terhadap

data hasil pemantauan hendaklah dilakukan analisis kecenderungan (trend

analysis). Lihat Persyaratan Air Untuk Produksi :

Sanitasi Sistem Pengolahan Air dapat dilakukan dengan cara:

a. Pemanasan, atau

b. Kimiawi.

 Pemeriksaan mutu bahan yang diterima sebelum dipindahkan ke dalam

tangki penyimpanan adalah untuk mencegah agar bahan yang masih tersisa

di dalam tangki penyimpanan (yang sudah memenuhi persyaratan mutu)

tidak tercampur dengan bahan yang sama dari tangki pemasok yang belum

diketahui mutunya.

 Tiap pipa transfer hendaklah diberi penandaan yang jelas dengan

mencantumkan identitas produk.

 Homogenitas hendaklah dipertahankan selama pengisian dengan

pengadukan terus-menerus sejak awal sampai akhir proses pengisian.

 Kondisi penyimpanan produk antara dan produk ruahan hendaklah

disesuaikan untuk menghindarkan perubahan mutu produk. Jangka waktu

dan kondisi penyimpanan produk antara hendaklah divalidasi.

15
ALUR PEMBUATAN SEDIAAN SALEP

III.3 In Process Control

Pengawasan selama proses produksi (in process control) merupakan hal

yang yang penting dalam pemastian mutu produk. Untuk memastikan keseragaman

16
bets dan keutuhan obat, prosedur tertulis yang menjelaskan pengambilan sampel,

pengujian atau pemeriksaan yang harus dilakukan selama proses dari tiap bets

produk hendaklah dilaksanakan sesuai dengan metode yang telah disetujui oleh

kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu) dan hasilnya dicatat.

Pengawasan tersebut dimaksudkan untuk memantau hasil dan memvalidasi kinerja

dari proses produksi yang mungkin menjadi penyebab variasi karakteristik produk

selama proses berjalan.

Prosedur tertulis untuk pengawasan-selama-proses hendaklah dipatuhi.

Prosedur tersebut hendaklah menjelaskan titik pengambilan sampel, frekuensi

pengambilan sampel, jumlah sampel yang diambil, spesifikasi yang harus diperiksa

dan batas penerimaan untuk tiap spesifikasi.

Di samping itu, pengawasan-selama proses hendaklah mencakup, tapi tidak

terbatas pada prosedur umum sebagai berikut:

1. Semua parameter produk, volume atau jumlah isi produk hendaklah

diperiksa pada saat awal dan selama proses pengolahan atau pengemasan;

dan

2. kemasan akhir hendaklah diperiksa selama proses pengemasan dengan

selang waktu yang teratur untuk memastikan kesesuaiannya dengan

spesifikasi dan memastikan semua komponen sesuai dengan yang

ditetapkan dalam Prosedur Pengemasan Induk.

Dalam proses produksi produk semisolid, dilakukan pemeriksaan selama

proses produksi (In Process Control) oleh personil produksi. IPC dilakukan pada

tahap-tahap kritis selama proses pembuatan salep dan krim, misal :

17
a. Mixting Process : pH, homogenitas, kehalusan

b. Filling Process : bobot isi tube, penampilan,termasuk pencetakan expired

date dan nomor bets.

III.4 Kontrol Kualitas (Quality Control)

Produk yang berkualitas dihasilkan dengan melakukan serangkaian

pengujian yang dilakukan oleh bagian Quality Control (QC). QC merupakan bagian

yang esensial pada proses pembuatan produk obat agar produk yang dihasilkan

dapat memenuhi persyaratan mutu yang ditetapkan. Bagian QC memiliki

kewenangan khusus untuk memberikan keputusan akhir atas mutu obat ataupun hal

lain yang mempengaruhi mutu obat.

QC dilakukan sejak barang datang, selama proses, pada produk yang

dihasilkan, serta pada masa penyimpanan produk. QC berperan dalam pemeriksaan

bahan awal, pemeriksaan selama proses produksi dan pemeriksaan produk jadi. QC

memastikan bahwa bahan, produk, dan metode dalam proses produksi telah

memenuhi kriteria yang telah ditentukan sehingga hasilnya dapat memenuhi

persyaratan secara konsisten. Selain itu juga dilakukan kalibrasi dan kualifikasi alat

serta validasi terhadap metode analisa dan proses produksi. Namun, tidak ada

jaminan bahwa produk yang dihasilkan akan memiliki kualitas sebagaimana yang

diinginkan. Kualitas produk harus dibangun sejak awal dan dijamin oleh Quality

Assurance (QA).

Kontrol kualitas dari salep dan krim meliputi :

1. Pemeriksaan kestabilan fisik

18
2. Sediaan salep diamati organoleptis untuk mengetahui homogenitas,

warna, dan bau.

3. Uji pelepasan obat, sesuai kadar obatnya.

4. Uji proteksi.

5. Uji daya lekat.

6. Uji menyebar.

III.5 Evaluasi Mutu Sediaan Salep

1. Uji bahan aktif

Pengujian bahan aktif meliputi, uji bobot jenis, uji rotasi optic, uji

indeks bias, uji titik lebur, dan uji titik didih.

2. Homogenitas

Jika dioleskan pada sekeping kaca atau bahan transparan lain yang

cocok, harus menunjukkan susunan yang homogen.

3. Daya serap air

Daya serap air, diukur sebagai bilangan air, yang digunakan untuk

mengkarakterisasi basis absorpsi. Bilanagn air dirumuskan sebagai jumlah air

maksimal (g), yang mampu diikat oleh 100 g basis bebas air pada suhu tertentu

(umumnya 15-20°) secara terus menerus atau dalam jangka waktu terbatas

(umumnya 24 jam), dimana air tersebut digabungkan secara manual. Evaluasi

kuantitatif dari jumlah air yang diserap dilakukan melalui perbedaan bobot

penimbangan (system mengandung air – sitem bebas air ) atau dengan

penentuan kandungan air yang akan diuraikan nanti. Daya serap air akan

19
berubah, jika larutan turut digabungkan didalamnya. Dapat menurunkan

bilangan airnya.

4. Kandungan air

Ada tiga cara yang dapat dilakukan untuk menentukan kandungan air

dari salep. Penentuan kehilangan akibat pengeringan. Kandungan air

digunakan ukuran kehilangan masa maksimal (%) yang dihitung pada saat

pengeringan disuhu tertentu (umumnya 100 - 110°C) cara tersebut merupaka

metode konvensional. Cara ini tidak dapat digunakan, jika bahan obat atau

bahan pembantu ada yang mngenguap (minyak atsiri, fenol dan sebagainya).

5. Konsistensi
Konsistensi bukanlah istilah yang dirumuskan dengan pasti, melainkan
hanya sebuah cara, untuk mengkarakterisasikan sifat berulang, seperti sifat
lunak dari sediaan sejenis salep atau mentega, melalui sebuah angka ukur.
Untuk memperoleh konsistensi dapat digunakan metode berikut, penetrometer.
6. Penyebaran
Penyebaran salep diartikan sebagai kemampuan penyebarannya pada
kulit. Penentuanya dilakukan dengan extensometer.
7. Ukuran partikel
Umumnya farmakope tidak mensyaratkan pengujian ukuran partikel
dalam salep suspensi, melainkan hanya membatasi penggunaan serbuk halus
atau serbuk yang sangat halus. Pada salep mata suspense harus diperhitungkan
adanya persyaratan yang lebih ketat, meskipun berbagai farmakope melakukan
pembatasan tapi syaratnya berbeda-beda.(Akfar, PIM/2010)

III.6 Tata Cara Memperoleh Sertifikat

20
SERTI
CPOB /
FIKASI
CPBBAO
Dalam rangka Pemohon melaporkan
Sertifikasi baru, kemajuan
Pemohon pembangunan secara
menyampaikan
permohonan Setelah pembangunan
selesai dan dilakukan
Perbaikan kualifikasi, pemohon
RIP
Evaluasi Inspeksi CPOB /
kesesuaian CPBBOAB
Persetujuan Rekomendasi
Sesuai dengan Peraturan
pemenuhan
Kepala Badan Pengawas persyaratan CPOB /
Obat Dan Makanan Republik Sertifikat
CPBBAOBCPOB /
Indonesia Nomor
HK.04.1.33.12.11.09937
CPBBAOB (diterbitkan
tahun 2011 tentang Tata Cara setelah memperoleh
Sertifikasi Cara Pembuatan
Obat yang Baik.

Menurut PERATURAN KEPALA BPOM RI No.

HK.04.1.33.12.11.09937 Tahun 2011 Tentang Tata Cara Sertifikasi Cara

Pembuatan Obat Yang Baik pada Pasal 7 (1) “Sertifikat CPOB/CPBBAOB

diterbitkan berdasarkan permohonan tertulis kepada Kepala Badan”. (2)

“Permohonan tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan dengan

menggunakan contoh Formulir 3 sebagaimana terlampir”.

21
Pada pasal 8 (1) “Terhadap permohonan Sertifikasi CPOB dikenakan

biaya sesuai ketentuan Peraturan Pemerintah tentang Jenis dan Tarif Atas

Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) yang berlaku pada Badan

Pengawas Obat dan Makanan”. (2) “Biaya sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) yang telah dibayarkan tidak dapat ditarik kembali”.

a. Sertifikat Baru

Pasal 9 (1) “Dalam rangka Sertifikasi baru, Pemohon

menyampaikan permohonan persetujuan Rencana Induk Pembangunan

(RIP) kepada Kepala Badan”. (2) “Dalam jangka waktu 14 (empat belas)

hari kerja sejak diterimanya permohonan dilakukan evaluasi kesesuaian

RIP dengan persyaratan CPOB”. (3) “Berdasarkan hasil evaluasi

sebagaimana dimaksud pada ayat” (2), “Kepala Badan menerbitkan: a.

persetujuan RIP, apabila dinyatakan memenuhi syarat; atau b. surat

permintaan perbaikan RIP, apabila dinyatakan belum memenuhi syarat”.

(4) “Kepala Badan melimpahkan wewenang pemberian persetujuan RIP

kepada Direktur”. (5) “Pemohon melaporkan kemajuan pembangunan

secara periodik setiap 3 (tiga) bulan kepada Direktur dengan

menggunakan contoh Formulir 4 sebagaimana terlampir”.

Pasal 11 (1) “Setelah pembangunan selesai dan dilakukan

kualifikasi, pemohon mengajukan permohonan Sertifikasi dengan

menggunakan contoh Formulir 5 sebagaimana terlampir”. (2) “Paling

lama dalam waktu 20 (dua puluh) hari kerja sejak diterimanya

22
permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Kepala Badan

melakukan Inspeksi”. (3) “Berdasarkan hasil Inspeksi sebagaimana

dimaksud pada ayat (2) Kepala Badan menyampaikan evaluasi

pemenuhan persyaratan CPOB kepada Pemohon”.

b. Penerbitan Sertifikat

Pasal 12 (1) “Paling lama dalam waktu 10 (sepuluh) hari kerja sejak

dinyatakan memenuhi persyaratan CPOB berdasarkan evaluasi hasil

inspeksi sebagaimana dimaksud pada Pasal 11 ayat (2), Kepala Badan

menerbitkan: a. rekomendasi pemenuhan persyaratan CPOB sebagai

kelengkapan dalam rangka permohonan izin industri farmasi; atau b.

Sertifikat CPOB”. (2) “Khusus dalam rangka permohonan izin industri

farmasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, Sertifikat CPOB

akan diterbitkan setelah Industri Farmasi memperoleh izin industri

farmasi”.

Pasal 13 “Sertifikat berlaku untuk 5 (lima) tahun selama yang

bersangkutan masih berproduksi dan memenuhi persyaratan sesuai

ketentuan peraturan perundang-undangan”.

23
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan yang ada maka dapat disimpulkan bahwa :

1. Produksi Salep adalah seluruh kegiatan, mulai dari penerimaan bahan,

dilanjutkan dengan pengolahan, pengemasan dan pengemasan ulang,

penandaan dan penandaan ulang sampai menghasilkan produk jadi. Bahan

awal, bahan pengemas, produk antara, produk ruahan dan produk jadi harus

mengikuti alur aspek produksi pada CPOB.

2. Menurut PERATURAN KEPALA BPOM RI No. HK.04.1.33.12.11.09937

Tahun 2011 Tentang Tata Cara Sertifikasi Cara Pembuatan Obat Yang Baik

pada Pasal 7 (1) “Sertifikat CPOB/CPBBAOB diterbitkan berdasarkan

permohonan tertulis kepada Kepala Badan”. Adapun jenis fasilitas untuk

sediaan pasta adalah nonbetalaktam maka jenis sertifikat yang dapat

diperoleh adalah sertifikat CPOB semisolid sehingga industri farmasi tersebut

dapat memproduksi jenis obat tersebut.

B. Saran

Untuk menyempurnaan pembuatan Makalah ini, kedepannya kami

mengharapkan adanya saran dan kritikan dari semua pihak baik dosen, maupun

24
seluruh mahasiswa yang membaca Makalah ”Cara Pembuatan Obat Yang Baik

pada Sediaan Salep” terdapat kesalahan dan kekurangan yang terdapat di

dalamnya

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1984. Peraturan Pemerintah 18/99 pasal 1 dan Undang-Undang No.5


Tahun 1984 tentang Perindustrian. Pemerintah RI ; Jakarta.

Anonim, 2010. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


1799/Menkes/Per/XII/2010 Tentang Industri Farmasi. Menteri Kesehatan
Republik Indonesia ; Jakarta.

Anonim, 2008. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1010/MenKes/Per/XI/2008


Tentang Registrasi Obat. Menteri Kesehatan Republik Indonesia ; Jakarta.

Anonim, 2011. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik
Indonesia Nomor Hk.04.1.33.12.11.09937 Tahun 2011 Tentang Tata Cara
Sertifikasi Cara Pembuatan Obat Yang Baik. Badan POM RI; Jakarta.

Anonim, 2012. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik
Indonesia Nomor Hk.03.1.33.12.12.8195 Tahun 2012 Tentang Penerapan
Pedoman Cara Pembuatan Obat Yang Baik. Badan POM RI; Jakarta

Anonim, 2012. Petunjuk Operasional Penerapan Pedoman Cara Pembuatan Obat


Yang Baik 2012. Badan POM RI; Jakarta.

25

Anda mungkin juga menyukai