TUGAS LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI KELOMPOK RAMA ANDIKA TRI PRAKASA Dkk. 1
TUGAS LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI KELOMPOK RAMA ANDIKA TRI PRAKASA Dkk. 1
OLEH :
NAMA KELOMPOK :
KELAS: II C
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS MATARAM
MATARAM
2014/2015
i
HALAM PENGESAHAN
LAPORAN TETAP DARI KEGITAN PRAKTIKUM INI,DISERAHKAN GUNA MELENGKAPI
SATU SKS,SERTA MENJADI KEGIATAN SUATU MASYARAKAT KELULUSAN DARI MATA KULIAH
MIKROBIOLOGI
UNIVERSITAS MATARAM
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan laporan ini tepat pada
waktunya.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini belum sempurna, untuk itu
kami butuh kritik, saran, dan ide-ide yang sifatnya membangun sangat diharapkan
guna kesempurnaan penyusunan yang akan datang. Harapan kami semoga laporan
ini dapat berguna dan dapat menambah wawasan bagi pembaca.Dan laporan ini
dapat digunakan sebagaimana mestinya serta dapat digunakan oleh adik tingkat
yang akan datang.
ii
DAFTAR ISI
ACARA I: ............................................................................................................................. 1
iii
BAB II: TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................... 32
iv
5.2 Saran ................................................................................................................. 53
v
2.3 Bakteri gram positif dan gram negative .................................................74
BAB III: MATERI DAN METODE PRAKTIKUM ....................................................... 76
LAMPIRAN.......................................................................................................................... 83
vi
ACARA I
PENGENALAN ALAT DAN STERILISASI
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.LATAR BELAKANG
seseorang.
ini tentu saja ada yang membahayakan dan ada juga yang tidak.
2
sterilisasi.Sterilisasi sangat penting karena pada saat ini kita akan
ada 2 macam:
1. Asepsis medis.
untuk obat.
2. Asepsis bedah.
3
Adapun tujuan dari acara praktikum ini antara lain:
masing media.
bakteri.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
kegunaan alat, prinsip kerja atau proses yang berlangsung ketika alat
thermograph, barograph.
alat-alat yang bersifat umum dan ada pula yang khusus. Peralatan
penentuan
5
Dalam suatu laboratorium, ada banyak jenis alat – alat yang
digunakan, salah satu jenis alat yang sering digunakan dalam laboratorium
mikrobiologi adalah alat sterilisasi. Dalam laboratorium, sterilisasi
media dilakukan dengan menggunakan autoklaf yang menggunakan
tekanan yang disebabkan uap air, sehingga suhu dapat mencapai
121°C. Sterilisasi dapat terlaksana bila mencapai tekanan 15 psi dan
suhu 121°C selama 15 menit. Media biakan yang telah disterilkan harus
diberi penutup agar tidak dicemari oleh mikroorganisme yang terdapat
disekelilingnya (Lay,W.B 1994)
2.2 Sterilisasi
6
Sterilisasi ini menggunakan sinar gelombang pendek (220-290)
nm,berguna untuk mensterilkan udara, air, plasma darah. Sinar ultra ungu
daya penetrasinya lemah dilewatkan (dialirkan) atau ditempatkan
langsung dibawah sinar ultra ungu dalam lapisan-lapisan tipis.Sterilisasi
dengan uap air panas, bahan yang mengandung cairan tidak dapat
didterilkan dengan oven sehingga digunakan alat ini. alat ini disebut
Arnold steam sterilizer dengan suhu 100° C dalam keadaan lembab.
Secara sederhana dapat pula digunakan dandang. Mula-mula bahan
disterilkan pada suhu 100°C selama 30 menit untuk membunuh sel-sel
vegetatif mikrobia.kemudian disimpan pada suhu kamr 24 jam untuk
memberi kesempatan spora tumbuh menjadi sel vegetatif, lalu
dipanaskan lagi 100°C 30 menit.Dan diinkubasi lagi 24 jam dan
disterilkan lagi, jadi ada 3 kali sterilisasi.Banyak bakteri berspora
belum mati dengan cara ini sehingga dikembangkan cara berikutnya
yaitu uap air bertekanan (Machmud.2008).
7
BAB III
3.1.1 Waktu
3.2.1 Tempat
2.Gelas Ukur
3.Tabung Reaksi
4.Tabung Erlenmayer
5.Lampu Bunsen
7.Termomater
8.Pipet Ukur
9.Pipet Tetes
10.Spatula
8
B. Alat non gelas; 1.Rubel Bab/Gelembung Pipet Ukur
2.Jarum Ose
3. Mikro Pipet
2.auto clave
4.ph meter
5.timbangan analitik
6.incubator aerob
7.mikroskop
8.termometer
9.sentifuge
2.NA(Nutrien Agar)
3.3.2 Sterilisasi.
9
1. Menyiapkan alat yang dibutuhkan.
2. Menjelaskan mekanisme kerja sterilisasi alat tersebut.
3. Menyebutkan prinsip-prinsip kerja alat sterlisasi.
4. Mencatat mekanisme dan prinsip kerja.
10
BAB IV
11
4. Fungsi : Digunakan untuk
pengukuran
volume tidak tahan panas dan
tempat menyimpan larutan.
12
7. Fungsi : memindahkan larutan
dengan volume tertentu.
13
10. Fungsi : Sebagai pemanas dengan
bahan
bakar, diletakkan dibawah kaki
tiga.
14
13. Fungsi : Untuk mensterilisasikan
udara
ditempat kerja dan menggunakan
penyinaran atau radiasi(sinar UV
4000 amstrong)
15
16. Fungsi : mensterilisasi dengan
listrik melalui medan magnet.
16
19. Fungsi : Untuk memeram
mikroba pada
suhu (kondisi) terkontrol dan juga
berfungsi menginkubasi
17
4.2 Pembahasan
a. Pengenalan alat
18
Cawan petri berfungsi untuk membiakkan (kultivasi)
mikroorganisme.Medium dapat dituang ke cawan bagian bawah dan cawan
bagian atas sebagai penutup. Cawan petri tersedia dalam berbagai macam
ukuran,diameter cawan yang biasa berdiameter 15 cm dapat menampung media
sebanyak 15-20 ml, sedangkan cawan berdiameter 9 cm kira-kira cukup diisi
media sebanyak 10 ml.
19
juga tidak sepenuhnya benar. Oleh karena itu sebaiknya tetap menggunakan
LAF jika menginginkan kerja pada udara yang steril.
dikehendaki
20
1) Menghubungkan kabel arus listrik ke stop kontak
3) tekan tombol x/y atur suhu awal dengan menekan tombol mode ˄˅
Oven juga merupakan salah satu alat yang akan digunakan dalam
praktikum mikrobiologi pertanian. Alat ini mempunyai fungsi untuk
mengeringkan bahan ( misalnya tanah) yang akan digunakan dalam
praktikum. Sedangkan cara kerja dari alat ini adalah sebagai berikut:
Alat lain yang penting diketahui adalah laminar air flow. Rangkaian alat
ini terletak khusus dalam satu ruang yang disebut ruang steril. Penggunaan
alat tersebut adalah untuk mensterilisasikan udara ditempat kerja, sehingga
kegiatan yang berkaitan dengan pemindahan dan pengambilan mikrobia dapat
dilakukan di sekitar laminar air flow.Fungsi lain adalah ketika melakukan
pekerjaan laboratorium, alat-alat yang digunakan sudah disterilisasikan,
sehingga untuk mencegah timbulnya kontaminasi tidak perlu menggunakan
pemanasan dari lampu spritus ataupun lampu hunsen.
21
b. Bekerja aseptik
22
telunjuk dikuatkan kembali sehingga tidak ada cairan menetes dari ujung
pipet. Melewatkan kembali mulut tabung tersebut diatas api dan mengembalikan
sumbatnya. Dengan tangan kiri meletakkan kembali tabung tersebut ke rak
tabung. Dengan tangan kiri mengambil tabung kosong yang akan dimasuki
cairan yang dipipet tadi. Perhatian :selama melakukan langkah ini tidak boleh
memiringkan pipet ke arah belakang sehingga melewati posisi horizontal karena
cairan dalam pipet akan mengalir ke jari telunjuk dan menjadi tercemar.
c. Sterilisasi
1. Sterilisasi fisik
Sterilisasi fisik bisa berupa pemanasan dan radiasi. Sterilisasi panas bisa
berupa dengan pemijaran , uap air panas, autoklaf dan panas kering.
Sterilisasi radiasi bisa dengan cara menggunakan sinar UV.
2. Sterilisasi mekanik
23
3. Sterilisasi kimiawi
24
oksigen dari udara sehingga menyebabkan mikroba mati.Digunakan pada
benda/bahan yang tidak mudah menjadi rusak,tidak menyala,tidak hangus atau
tidak menguap pada suhu tinggi.Umumnya digunkan untuk senyawa-senyawa
yang tidak efektif untukdisterilkan dengan uap air,sperti minyak lemak,minyak
mineral,glsenin(berbagai jenis minyak),petrolatum jelly,lilin,wax danserbuk
yang tidak stabil dengan uap air.Metode ini efektif untuk mensterilkan alat-alat
gelas dan beda.Contohnya alat ukur dan penutup,di sumbat atau di taruhdalam
wadah tertutup untuk mencegah kontaminasi setelah di keluarkan dari oven.
c) Sterlisasi gas atau otiln oksida,prinsipnya adalah etilen oksida membunuh
mikroba melalui reaksi kimia,yaitu reaksi alkilasi.Pada reaksi ini terjadi
penggantian gugus alkil,sehingga metabolism dan reproduksi selterganggu.
d) Sterilisasi radiasi,prinsipnya adalah menggunka radiasi gelombang
elektromagnetik yang banyak digunakan adalah radiasi sinar ultraviolet,sinar
gama atau sinar x dan sinar matahari.
e) Sterilisasi plasma,prinsipnya adalah menggunakan plasma yang terdiri atas ion-
ion,electron,maupun partikel netral.
f) Sterilisasi dingin,prinsipnya adalah menggunakan desinfektan yang dapat
merusak mikroorganisme(bakteri,virus,dan kapang)tetapi tidak dapat
mematikanspora bakteri ,tetapi desinfektantidak dapat menggantikan sterilisasi
autoclave.
a) Suhu
Suhu yang digunakan disesuaikan dengan bahan yag akan digunakan
disterilisasi dan alat yang digunakan untuk sterilisasi.Hal ini dikarena perbedaan
jenis bahan alat yang digunakan.
b) Waktu
25
Alat atau bahan yang akan di sterilkan tidak semua sama untuk perlakuan
waktu yang digunakan.Alat cenderung memerlukan waktu yang lebih lama dari
pada proses sterilisasi.
c) Kelembaban
Bahan yang akan disterilisasikan mempunyai tingkat kelembaban yang
berbeda,oleh sebab itu kelembaban harus di sesuaikan dengan jenis bahan yang di
sterilisasikan.
26
BAB V
PENTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
Sebaiknya pembimbing lebih jelas dan lebih sabar lagi dalam
memberikan materi bimbingan kepada praktikan agar praktikan lebih
mudah saat mengerjakan laporan.
27
DAFTAR PUSTAKA
28
ACARA II
MEDIUM DAN CARA PEMBUATAN
MEDIUM
29
BAB I
PENDAHULUAN
Seperti yang kita ketahui mahluk hidup yang ada di bumi tidak
hanya terdiri dari mahluk hidup yang bias di lihat oleh mata telanjang,
akan tetapi ada juga mikroorrganisme yang berukuran kecil dan hanya
dapat dillihat dengan menggunakan tehnik dan peralatan khusus seperti
mikroskop. Mikroorganisme (jasad renik) merupakan jasad hidup yang
mempunyai ukuran sangat kecil.
Adapun mikroorganisme sangat sangat mempengaruhi kehidupan
manusia baik secara langsung maupun tidak langsung yang bias berperan
sebagai kawan maupun lawan bagi kehidupan manusia.
Mikroorganisme dapat berkembang biak secara alami atau dengan
campur tangan manusia. Mikroorganisme yang di kembangbiakkan oleh
manusia di antaranya adalah melalaui pertumbuhan melalui media, pada
pertubuhan menggunakan media ini praktikan harus mengerti jenis-jinis
nitrisi yang dibutuhkan oleh bakteri dan juga keadaan lingkungan fisik
yang dapat menyediakan kondisi optimum bagi pertumbuhannya.
Adapun media yang diguanakan untuk pertumbuhan bakteri adalah
MRS, EMB, SSA, MHA, dan MCA selain itu permasalahan yang sering
timbul adalah kurangnya pemahaman praktikan tentang nutrisi dan
lingkungan yang optimal bagi [ertumbuhan bakteri. Adapun cara untuk
menyelesaikan mpermasalahan tersebut adalah dengan mengikuti
praktukum mikrobiologi.
30
1.2 Tujuan dan Kegunaan Praktikum
31
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
32
2.4 Fungsi Media
33
BAB III
MATERI DAN METODE PRAKTIKUM
34
1. Menyiapkan alat dan bahan terlebih dahulu.
2. Setelah itu mencampurkan nutrient broth dengan agar murni sampai
padat.
3. Setelah itu nutrient broth ditimbang sebanyak 0,4 gr.
4. Selain itu agar-agar murni juga ditimbang sebanyak 0,75 gram.
5. Setelah ditimbang kemudian di masukan kedalam Erlenmeyer.
6. Kemudian ditambahkan dengan aquades sebanyak 50 ml.
7. Setelah ditambahkan kemudian di larutkan menggunakan hot plat
stirrer.
8. Kemudian setelah larut ditutup menggunakan kapas kemudian
ditutup lagi dngan menggunakan aluminium poil.
9. Setelah itu di sterililasi menggunakan autoclave.
10. Kemudian yang terahir dimasukkan ke dalam cawan petri.
35
BAB lV
HASIL DAN PEMBAHASAN
36
4.1.4 Gambar media SSA
4.2 Pembahasan
Media merupakan salah satu bahan yang terdiri dari campuran
nutrisi zat makanan yang dipakai untuk menumbuhkan mikroba.
Adapun syarat-syarat uatu media adalah
1. Media harus mengandung semua nutrisi yang mudah di gunakan
bakteri.
2. Media juga harus tidak mengandung zat-zat penghambat.
3. Media harus steril.
Adapun klasifikasi media berdasarkan sifat fisis dan konsistensinya
adalah sebagai berikut
37
1. Media padat
Media padat yaitu media yang mengandung agar 15%
sehingga setelah dingin media akan menjadi padat
2. Media setengah padat
Yaitu media yang mengandung agar 0,3-0,4%, sehingga
menjadi sedikit kenyal, tidak padat dan tidak terlalu cair. Media semi
solid dibuat dengan tujuan supaya pertumbuhan mikroba dapat
menyebar ke seluruh media tetapi tidak mengalami percampuran
sempurna jika tergoyang.
3. Media cair
Media cair yaitu media yang tidak mengandung agar, contoh
NB (nutrient broth).
Selain itu pembagian media berdasakan komposisi atau susunan
kimia penyusun media tersebut antara lain
1. Media organic yaitu media yang ersusun dari bahan-bahan organic.
2. Media anorganik yaitu media yang tersusun dari bahan-bahan
anorganik.
3. Media sintetik yaitu media yang ersusun atas senyawa yang tidak
diketahui komposisi medianya secara tepat.
4. Media non sintetik adalah media yang tidak diketahu komposisi
medianya secara tepat berbeda dengan media sintetik, kalau media
sintetik mengandung gram anorganik, misalnya asam amino, asam
lemak, dan alcohol. Sedangkan media non sintetik tidak mengandung
apapun.
Adapun fungsi dari masing-masing media yang digunakna dalam
isolasi bakteri adalah
1. Media MRS ( than man rhibosa ) berfungsi sebagai tempat
menanaman bakteri asam laktat termasuk bakteri non pathogen karena
bakteri tersebut termasuk ke dalam bakteri menguntungkan.
2. EMB ( iosin methilen blue agar ) brfungsi sebagai isolasi bakteri
alkali dimana bakteri akan berwrna hitam metalik karna mampu
mempermentasi glukosa.
38
3. NA ( nutrient agar ) merupakan salah satu media yang umum
digunakan dalam prosedur bakteriologi seperti uji biasa dari air,
swage, produk pangan, adapun nutrient agar berfungsi sebagai
pertumbuhan mikroba yang tidak slektif dalam arti mikroba
heterotrop.
4. SSA ( salmonella shigella agar ) berfungsi sebagai media slejtif
berdasarkan tingkat inhibihsi gram positif, mikroorganisme yang
menghambat akan berwarna hijau berlian dan sitrat yang mengandung
gram empedu.
5. MHA ( muler inton agar ) berfungsi sebagai tempat isolasi bakteri.
6. MCA ( mage conke agar ) berfungsi sebagai tempat isolasi bakteri.
39
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
40
DAFTAR PUSTAKA
41
ACARA III
ISOLASI DAN PEMBIAKAN MIKROBA
42
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.LATAR BELAKANG
Oleh karena itu praktikum ini dilakukan agar praktikan dapat mengetahui
dan mengerti cara mengisolasi pertumbuhan mikroba dengan cara yang benar dan
aseptis dan dapat mempelajari pertumbuhan mikroba.
43
1.2.Tujuan dan kegunaan praktikum
1.2.1.Tujuan Praktikum
1.2.2.Kegunaan praktikum
44
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
45
3. Karakteristik Metabolik
Dari bentuknya saja seringkali mencukupi untuk menentukan karakter
organisme tertentu.
4. Karakteristik Kimiawi
Dalam hal ini diperlukan analisis kimia untuk dapat mengetahui zat atau
unsur kimia maupun susunan kimia yang terdapat dalam bakteri tersebut, bahkan
bagian-bagian suatu bakteri perlu dianalisis pula.
5. Karakteristik Antigenik
Disini diperlukan hewan besar tertentu untuk disuntik dengan mikroba yang
tidak diketahui, diambil serumnya untuk dilakukan reaksi antigen antibiotik yang
bersifat sangat spesifik.
6. Karakteristik Genetik
Kini telah dilakukan karakteristik mikroorganisme atas dasar susunan DNA
yang ternyata bersifat konstan pada suatu mikroorganisme tertentu. Dinyatakan
dalam % (G+C) Guanine dan Cytosine (Mulyono, 1992).
Untuk menumbuhkan suatu biakan bakteri dalam media steril sejumlah
sel-sel (inokulum) dipindahkan (diinokulasi) ke dalam media dengan perlakuan
khusus untuk mempertahankan kemurnian dari biakan (Mulyono, 1992).
Dalam waktu inokulasi harus dipijarkan di atas api segera sebelum dan
sesudah melakukan pemindahan. Pemanasan ini menghancurkan setiap bentuk
kehidupan yang ada pada permukaan jarum atau alat pemindah (Mulyono, 1992).
Bagian jarum yang dipanaskan tidak terbatas pada bagian ujungnya saja
tetapi termasuk pula bagian bawahnya (Mulyono, 1992).
Seperti semua bentuk kehidupan lain, mikroba membutuhkan zat-zat hara
dan lingkungan yang sesuai untuk pertumbuhan. Pertama-tama media harus
mangandung senyawa-senyawa hara yang penting untuk pertumbuhan mikroba.
Disamping itu media harus juga memberikan lingkungan yang cocok bagi
pertumbuhan seperti pH, tekanan osmosis, oksigen dan lain-lain. Pada umumnya
semua media untuk pertumbuhan mikroba terdapat dalam dua bentuk yaitu media
cair (Broth Media) dan media Padat (Solid Media) (Mulyani, 1991).
46
Suatu cara yang mudah dan umum dilakukan untuk membuat media padat
adalah dengan cara menambahkan suatu zat pemadat pada medium cair, yang
kemudian akan memadat bila telah dingin (Mulyani.1991).
A. Penumbuhan Mikroba Aerob
Berdasarkan bentuk media dan cara menumbuhkan mikroba aerob dapat
dibedakan menjadi 3 macam biakan yaitu, biakan cair (broth culture), biakan agar
miring (agar slant culture), dan biakan agar tegak (agar deep culture).
B. Penumbuhan Mikroba Anaerob
Oksigen dari udara merupakan racun, bagi mikroba anaerob sehingga
oksigen tersebut harus dikeluarkan dari dalam media. Ada beberapa cara untuk
menumbuhkan mikroba anaerob, ialah :
1. Menggunakan Media yang diperkaya
Cara ini adalah yang paling sederhana dan paling banyak digunakan.
Media diperkaya yang dapat digunakan adalah Thioglcollate cair, thioglcollate
agar, glukosa, otak dan lain-lain .
2. Membuat Bebas Oksigen Dengan Cara Pembakaran
Dalam hal ini dibutuhkan suatu penyungkup yang dapat ditutup rapat
misalnya eksikator.
3. Absorpsi Oksigen Secara Bebas
Untuk tujuan ini diperlukan eksikator, asam piragalol dan alkali (KOH).
Untuk setiap liter eksikator ditambahkan 12,5ml larutan KOH 20% dan 10ml
larutan asam piragalol 40%.
4. Mendesak Oksigen Dengan Gas-gas Inert
Oksigen yang terdapat dalam ruangan untuk menyimpan biakan murni
anaerob dapat dikeluarkan secara mekanik dengan gas hidrogen atau gas
nitrogen. Untuk maksud ini digunakan alat “Novy” untuk membuktikan keadaan
yang anaerob dalam bejana penyimpan., digunakan suatu indikator campuran
larutan NaOH 1/160 N, larutam methylene blue 0,015% dan larutan glukosa 6%
dengan perbandingan volume yang sama.
47
ini dapat dilakukan dengan menumbuhkannya dalam media padat karena dalam
padat sel-sel mikroba akan membentuk suatu koloni sel yang tetap pada
tempatnya (Mulyani, 1991).
Sifat-sifat umum suatu koloni :
a. Besar kecilnya koloni. Ada koloni yang hanya berupa suatu titik, ada
pula yang i menutup permukaan medium.
b.Bentuk. Ada koloni yang bulat, ada yang memanjang, ada tepi yang
rata, ada tepinya yang tidak rata.
c.Kenaikan permukaan. Ada koloni yang rata saja dengan permukaan
medium, ada pula yang timbul, yaitu menjulung tebal diatas permukaan
medium.
d. Halus-kasarnya permukaan. Ada koloni yang permukaanya halus saja,
ada yang permukaanya kasar tidak rata.
e.Wajah permukaan. Ada koloni yang permukaanya mengkilat, ada yang
permukaanya suram.
f.Warna. Kebanyakan koloni bakteri itu berwarna keputihan atau
kekuning-kuningan, akan tetapi ada juga kolini yang kemerah-merahan,
coklat, jingga, biru, hijau dan ungu.
g. Kepekatan. Ada koloni yang lunak seperti lendir, ada yang lunak
seperti mentega ada yang keras dan kering (Dwidjoseputro, 2005).
Agar koloni yang tumbuh dalam cawan tidak terlalu banyak ataupun
terlalu sedikit maka sample diencerkan sehingga bebebrapa kali pengenceran dan
ditaburkan pada beberapa cawan. Diharapkan hanya satu atau dua cawan yang
jumlahnya koloninya dapat digunakan (Sutedjo, 1991)
Selama pemindahan, tabung reaksi dipegang dengan tangan kiri,
sedangkan penutup tabung dipegang jari kelingking tangan kanan, dan jauhkan
dari hembusan nafas. Tabung dipegang sedatar mungkin selama pemindahan dan
jangan dibiarkan terbuka lebih lama dari waktu yang dibutuhkan. Mulut tabung
tempat biakan mikroba dipindahkan atau diambil harus dilewatkan di atas api
segera sebelum dan sesudah jarum dimasukan dan dipindahkan. Jangan sekali-
sekali meletakan tutup tabung tersebut (Sutedjo,1991).
48
Setelah diinokulasi, biakan bakteri disimpan atau diinkubasi dalam suatu
lingkungan yang sesuai untuk pertumbuhannya. Pertumbuhan disini berarti
pengembangan populasi sel-sel dari satu atau beberapa sel. Kumpulan dari anak-
anak sel akan tampak dengan mata telanjang bak sebagai suatu kekeruhan dalam
media cair, atau sebagai suatu populasi yang terpisah yang disebut koloni pada
media padat. Bentuk pertumbuhan merupakan salah satu cara untuk membedakan
spesies-spesies mikroba (Sutedjo, 1991).
Pada pratikum kali ini, metode inokulasi yang digunakan adalah
inokulasi mikroba dengan cara penaburan. Cara penaburan (pour plate)
merupakan cara untuk memperoleh biakan murni dari biakan campuran mikroba.
Media agar diinokulasi dalam keadaan tetap cair yaitu pada suhu 45°C dan
demikian pula koloni-koloni akan berkenbang diseluruh media, tidak hanya
permukaan (Sutedjo, 1991).
Pada semua cabang ilmu biologi diperlukan suatu pekerjaan yang sangat
penting yaitu karakteristik dan klasifikasi. Bila suatu organisme telah dapat
dikenal melalui suatu karakteristik secara cukup atau menyeluruh, maka
organisme tersebut akan dapat digunakan sebagai suatu batasan atau
pembandingan bahkan sebagai acuan untuk mengetahui organisme lain yang sama
maupun berbeda. Organisme yang ternyata mempunyai sifat sama perlu
digolongkan dalam suatu kelompok dengan penamaan khusus yang agak berlainan
digolongkan dalam kelompok lain dengan nama lain pula. Perlakuan tersebut
dinamakan krarifikasi (Judoamidjojo, 1991).
49
BAB III
3.2.Materi praktikum
3.2.1 Alat :
1.Jarum ose
2.Lampu Bunsen
3.Inkubator
3.2.2.Bahan :
1.Telur ayam
2.Medium agar
3.3.Metode praktikum :
50
BAB IV
4.1.Hasil praktikum
4.2.Pembahasan praktikum
51
Cara menghitung mikroba
Plate count / viable count didasarkan pada asumsi bahwa setiap sel
mikroorganisme hidup dalam suspensi akan tumbuh menjadi satu koloni
setelah ditumbuhkan dalam media pertumbuhan dan lingkungan yang sesuai.
Setelah diinkubasi, jumlah koloni yang tumbuh dihitung dan merupakan
perkiraan atau dugaan dari jumlah mikroorganisme dalam suspensi tersebut.
Koloni yang tumbuh tidak selalu berasal dari satu sel mikroorganisme
karena beberapa mikroorganisme tertentu cenderung membentuk kelompok
atau berantai. Berdasarkan hal tersebut digunakan istilah Coloni Forming Units
(CFU’s) per ml. koloni yang tumbuh berasal dari suspensi yang diperoleh
menggunakan pengenceran bertingkat dari sebuah sampel yang ingin diketahui
jumlah bakterinya.
Dalam pratikum ini didapatkan data bahwa warna dari kedua media
terebut sma-sama berwarna cream,dan dapat dilihat bentuknya dari atas berbentuk
bulat,dari pinggir berbentuk halus,sedangkan bentuk tonjolannya timbul.
52
BAB V
PENUTUP
5.1.Kesimpulan
4.Dua koloni yang berhimpitan dan masih dapat dibedakan dihitung 2 koloni.
5.Koloni yang terlalu besar (lebih besar dari setengah luas cawan) tidak
dihitung.
6.Koloni yang besarnya kurang dari setengah luas cawan dihitung 1 koloni.s
5.2.Saran
53
DAFTAR PUSTAKA
54
ACARA IV
55
BAB I
PENDAHULUAN
56
1.2.1 Tujuan Praktikum
57
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
58
c. Menggunakan counting chamber
59
Ada beberapa cara perhitungan antara lain:
a. Menggunakan sentrifuge
60
Cara ini didasarkan atas hasil analisa kimia sel-sel mikrobia.
Makin banyak sel-sel mikrobia, makin besar hasil analisa kimianya
secara kuantitatif.
61
2.2 Syarat perhitungan jumlah bakteri
a. Jumlah koloni tiap petri dish antara 30-300 koloni, bila tidak ada, dipilih
yang mendekati.
b. Tidak ada spreader (koloni yang menutup lebih dan setengah luas petri
dish).
c. Bila perbandingan jumlah bakteri antara pengenceran yang lebih besar
dengan pengenceran sebelumnya <2, hasilnya dirata-rata, tetapi bila> 2,
yang dipakai jumlah bakteri dan pengenceran sebelumnya.
d. Bila dengan ulangan dan hasil memenuhi syarat, hasilnya dirata-rata.(
andre, 2002 )
62
BAB III
MATERI DAN METODE PRAKTIKUM
63
4. Kemudian memasukkan kedalam tabung reaksi pertama dan di
campur sampai homegen
5 Setelah itu mengambil larutan dari tabung reaksi 1 kemudian di
campur sampai homogen.
6. Melakukan hal yang sama sampai pada tabung reaksi kelima
7. Kemudian mengambil larutan pada tabung reaksi 2 sebanyak 1 ml (10-
2
) kemudian di masukkan kedalam cawan petri.
8. Melakukan hal yang sama pada tabung reaksi ke empat.
9. Menuang media NA kedalam cawan petri.
10. Kemudian diaduk dengan cara di putar.
11. Kemudin di inkubasi di dalam incubator selama 24 jam
12. Menghitung jumlah koloni bakteri dengan menggunakan coloni
counter.
64
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN PRAKTIKUM
= 200× 102
= 20000
1
Jumlah koloni = 164 × 10−4
= 164× 104
= 1640000
4.2 Pembahasan Praktikum
65
sedikit karena memiliki konsentrasi lebih sedikit. Sedangkan jika di hitung
menggunakan rumus hasil pada sampel 4 lebih tinggi di bandingkan dengan
sampel ke 2.
66
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
67
DAFTAR PUSTAKA
68
ACARA V
PENGECATAN GRAM
69
BAB I
PENDAHULUAN
70
1.2 Tujuan Praktikum dan Kegunaan Praktikum
71
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pewarnaan gram atau metode gram adalah suatu metode empiris untuk
membedakan spesies bakteri menjadi dua kelompok besar, yaitu gram positif dan
gram negative, berdasarkan sifat kimia dan fisik dinding sel mereka. Metode
tersebut diberi nama berdasarka penemunya ilmuwan Denmark, Hans Christian
Gram (1853-1938) yang mengembangkan teknik tersebut pada tahun 1884 untuk
membedakan antara Pneumococcus dan bakteri Klebsiella pneumonia (Karmana
2008).
Pewarnaan gram atau metode gram adalah salah satu teknik pewarnaan
yang paling penting dan luas di gunakan untuk mengidentifikasi bakteri. Dalam
proses ini, olesan bakteri yang sudah terfiksasi di kenai larutan-larutan berikut zat
pewaraan Kristal violet, larutan yodium, larutan akohol(bahan pemucat) dan zat
pewarnaan tandinganya berupa zat warna safranin atau air fucshin. Metode ini di
72
beri nama berdasarkan penemunya,ilmuwan Denmark Hans Christian Gram(1853-
1938)yang mengembangkan teknik ini pada tahun 1884 untuk membedakan
antara pneumokokus dan bakteri Klebsiela, pneumonia. Bakteri yang telah
diwarnai dengan metode ini dibagi menjadi dua kelompok yaitu, bakteri gram
positf dan bakteri gram negatif. Bakteri garam positif akan memprtahankan zat
pewarna kristal violet dan karenanya akan tampak berwarna ungu tua di bawah
mikroskop.Adapun bakteri gram negatif akan kehilangan zat pewarna Kristal
violet setelah dicuci dengan alkohol dan sewaktu diberi zat pewarna tandingnya
yaitu dengan zat pewarn air fucshin atau safranin akan tampak berwarna merah.
Perbedaan warna ini di sebabkan oleh perbedaan dalam struktur kimiawi dinding
selnya(Pelczar,2007).
A. Pewarnaan negatif
Pada pewarnaan ini merupakan pewarnaan tidak langsung karena yang di
warnai adalah latar belakangnya, sedangkan bakerinya sendiri tidak mengalami
pewarnaan. Zat warna yang di gunakan adalah nigrosin.
B. Pewarnaan sederhana
Pewarnaan sederhana adalah pewrnaan yang menggunakan zat warna yang
tunggal bertujuan untuk mengindentifikasi morfologi sel bakteri. Pada pewarnaan
ini zat warna yang kami gunakan adalah gentiana violet.
C. Pewarnaan gram
Pewarnaan gram atau metode gram adalah salah satu teknik pewarnaan
yang paling penting dan luas di gunakan untuk mengidentifikasi bakteri. Dalam
proses ini, olesan bakteri yang sudah terfiksasi di kenai larutan-larutan berikut zat
pewaraan Kristal violet, larutan yodium, larutan akohol(bahan pemucat) dan zat
pewarnaan tandinganya berupa zat warna safranin atau air fucshin. Metode ini di
beri nama berdasarkan penemunya,ilmuwan Denmark Hans Christian Gram(1853-
1938)yang mengembangkan teknik ini pada tahun 1884 untuk membedakan
antara pneumokokus dan bakteri Klebsiela, pneumonia.Bakteri yang telah
diwarnai dengan metode ini dibagi menjadi dua kelompok yaitu, bakteri gram
73
positf dan bakteri gram negatif. Bakteri garam positif akan memprtahankan zat
pewarna kristal violet dan karenanya akan tampak berwarna ungu tua di bawah
mikroskop.Adapun bakteri gram negatif akan kehilangan zat pewarna Kristal
violet setelah dicuci dengan alkohol dan sewaktu diberi zat pewarna tandingnya
yaitu dengan zat pewarn air fucshin atau safranin akan tampak berwarna merah.
Perbedaan warna ini di sebabkan oleh perbedaan dalam struktur kimiawi dinding
selnya(Pelczar,2007).
D. Pewaranaan spora/ flagel
Spora bakteri adalah bentuk bakteri yang sedang dalam usaha
mengamankan diri terhadap pengaruh buruk dari luar.spora bakteri mempunyai
fungsi yang sama sepertti kristal amoeba, sebab bakteri dalam bentuk spora dan
amoeba dalam bentuk Kristal merupakan suatu fase di mana kedua
mikroorganisme itu berubah bentuk untuk melindungi diri terhadap faktor luar
yang tidak menguntungnkan. Endospora hanya terdapat pada bakteri merupakan
tubuh dinding yang tebal yang sangat refraktif, dan sangat resisten. Dihasilkan
oleh semua spesies basillus, clostidum, dan sporosarcina. Bakteri yang mampu
membentuk endospora dapat tumbuh dan bereproduksi selama banyak generasi
sehingga sel vegetatif. Namun pada beberapa tahapan di dalam pertumbuhanya,
terjadi sintesis protoplasma baru dalam sitoplasma vegetatifnya yang di
maksudkan untuk menjadi spora (Pelczar, 2007).
Bakteri gram positif adalah bakeri yang mempertahankan zat warna metal
ungu sewaktu proses pewarnaan gram.Bakteri jenis ini akan berwarna biru atau
ungu di bawah mikroskop sedangkan bakteri gram negatif akan berwarna merah
atau merah muda. Perbedaan klasifikasi antara kedua jenis bakteri ini terutama
berdasarkan pada perbedaan struktur dinding sel bakteri .Bakteri gram negatif
adalah bakteri yang tidak mempertahankan zat metal ungu pada metode
pewarnaan gram. Bakteri gram-positif akan mempertaahankan warna ungu gelap
setelah di cuci dengan alkohol.
74
Sementara bakteri gram-negatif tidak. Pada uji pewarnaan gram suatu
pewarnaan penimbal (conterstain)di tambahkan setelah metil ungu, yang membuat
semua bakteri gram-negatif menjadi berwarna merah atau merah muda.Pengujian
ini berguna untuk mengklasifikasikan kedua tipe bakteri ini perbedaan struktur
dinding selnya. Banyak spesies organisme inang, sifat pathogen ini umumnya
berkaitan dengan komponen tertentu pada dinding sel gram-negatif terutama
lapisan lipopolisakarida (Pelczar, 2007).
75
BAB III
3.2Materi Praktikum
A.Alat Praktikum
B.Bahan Praktikum
76
3.3 Metode Praktikum
77
BAB IV
78
4.2 Pembahasan
Dalam pewarnaan mikroba, dapat digunakan satu jenis zat pewarna, cara
ini disebut pewarnaan sederhana. Zat-zat warna yang biasa digunakan untuk
pewarna sederhana misalnya methilen biru. Pewarna bakteri dapat dibedakan atas
beberapa golongan yaitu: pewarnaan sederhana, pewarnaan diferensial, pewarnaan
struktural, dan pewarnaan untuk menguji adanya komponen tertentu di dalam sel.
Bakteri garam positif ialah bakteri yang mengikat warna utama (crystal
violet) dengan kuat sehingga tidak dapat di lunturkan oleh peluntur dan tidak
diwarnai lagi oleh zat warna lawan (safranin) pada mikroskop sel-sel bakteri
tampak berwarna ungu.
Bakteri gram negatif ialah bakteri yang mempuyai daya mengikat zat warna
utama tidak kuat sehingga dapat dilunturkan oleh peluntur dan dapat diwarnai
79
oleh zat warna lawan (safranin) pada pengamatan mikroskop sel-sel bakteri
tampak berwarna merah. Fungsi zat warna:
Crystal violet yang berfungsi membentuk ikatan mg-Ribonucleid acid pada
membran/dinding sel bakteri sehingga membentuk kompleks mg-Ribonucleid
acid- crystal violet. Kompleks ini merupakan senyawa yang tidak luntur dengan
alkohol.Lugol’s ladin yang berfungsi sebagai penguat ikatan pada kompleks mg-
Ribonuclead acid.Alkohol 95% berfungsi mencuci lemak pada dinding sel
bakteri.Safranin berfungsi sebagai zar warna tandingan (lawan) luruh nya
kompleks mg-Ribonucleid acid- crystal violet dari dinding sel bakteri gram
negatif (Pelczar, 2007).
Bakteri garam negatif adalah bakteri yang tidak mempertahankan zat warna
crystal violet sewaktu proses pewarnaan gram, sehingga akan berwarna merah jika
diamati dengan mikroskop. Disisi lain bakteri garam negatif seperti Eschercia coli
memiliki sistem membran ganda di mana membran plasmanya diselimuti oleh
membran luar permeabel. Bakteri ini mempunyai dinding sel tebal berupa
peptidoglikan yang terletak di antara membran dalamdan luarnya,bakteri ini juga
bersifat patogen yang berarti mereka berbahaya bagi organisme inang. Sifat
patogen ini umumnya berkaitan dengan komponen tertentu pada dinding gram
negatif terutama lapisan lipopolisakarida(dikenal juga dengan lapis atau
endotoksin).Disisi lain, bakteri gram positif akan berwarna ungu perbedaan
keduanya didasarkan pada perbedaan struktur dinding sel yang berbeda dan dapat
dinyatakan oleh prosedur pewarnaan gram. Bakteri gram negatif seperti
Staphylococcus aureus (bakteri pathogen yang umumnya pada manusia) hanya
memiliki membrane plasma tunggal yang dikelilingi membrane plasma tebal
berupa peptidoglika sekitar 90% dari dinding sel tersebut tersusun atas
peptidoglika sedangkan sisanya berupa molekul lain bernama asam teikoat
(Pelczar, 2007).
80
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
Sebaiknya pada praktikum selanjutnaya praktikum lebih berhati-
hati dan teliti pada saat pengerjaan agar hasil yang diperoleh lebih valid.
Selain itu kerjasama antar praktikum dan asisten juga lebih di tingkatkan
lagi agar praktikum berjalan dengan lancar.
81
DAFTAR PUSTAKA
82
LAMPIRAN
83