Capture BMP Tuna Des 2015 PDF
Capture BMP Tuna Des 2015 PDF
SEAFOOD
ID S U ST A INA BL E
SEAFOOD
2015 W WF - IN D ON ESIA NAT ION A L CA MPA IG N
WWF- Indonesia
Gedung Graha Simatupang,Tower 2 unit C, Lantai 7
Jalan Letjen TB Simatupang Kav. 38,
Jakarta Selatan 12540 Seri Panduan
PERIKANAN TUNA
Better Management Practices
Phone +62 21 7829461 Perikanan Skala Kecil
Misi WWF
PANDUAN PENANGKAPAN DAN PENANGANAN
Untuk menghentikan terjadinya degradasi lingkungan dan membangun
masa depan dimana manusia hidup berharmoni dengan alam.
Edisi 2 | Maret 2015
www.wwf.or.id
Kata Pengantar
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas selesainya
penyusunan Better Management Practices (BMP) Perikanan Tuna,
Panduan Penangkapan dan Penanganan Edisi 2 ini. Penyusunan BMP
Edisi 2 ini telah melalui beberapa proses yaitu pengumpulan data
lapangan dan desk study, kegiatan percontohan (pilot project) pada
beberapa lokasi, internal review tim perikanan WWF Indonesia serta
Focus Group Discussion dengan ahli perikanan sebagai external expert
reviewer.
BMP ini adalah panduan praktis yang khusus dapat diterapkan dalam
penangkapan ikan tuna skala kecil serta penanganan ikan tuna pasca
tangkap. Sebagian besar bahan-bahan penyusunannya diambil dari
pengalaman tim perikanan WWF Indonesia di beberapa lokasi
penangkapan tuna seperti di Solor-Alor dan Wakatobi. BMP ini
merupakan living document yang akan terus disempurnakan sesuai
dengan perkembangan di lapangan serta masukan pihak-pihak yang
bersangkutan.
Better Management Practices
Seri Panduan Perikanan Skala Kecil Ucapan terima kasih yang tulus dari kami atas bantuan, kerja sama,
PERIKANAN TUNA - PANDUAN PENANGKAPAN DAN PENANGANAN masukan dan koreksi pihak-pihak dalam penyusunan BMP ini yaitu:
Edisi 2 | Maret 2015
Dinas Kelautan dan Perikanan Propinsi Nusa Tenggara Timur, Kab. Alor,
Lembata, Flores Timur, Wakatobi, Forum Nelayan Solor-Alor dan
Wakatobi, Universitas Hasanuddin Makassar. Kami senantiasa terbuka
ISBN 978-979-1461-10-8
kepada semua pihak atas segala masukan yang konstruktif demi
© WWF-Indonesia
penyempurnaannya, serta permintaan maaf yang dalam juga dari kami
jika terdapat kesalahan dan kekurangan pada proses penyusunan dan isi
dari BMP ini.
Penyusun : Tim Perikanan WWF-Indonesia
Kontributor : Alfa Nelwan, Mukti Zainuddin, Bachrianto Bachtiar
Ilustrator : Dwi Ariyogagautama dan Munawir
Maret 2015
Penerbit : WWF-Indonesia
Credit : WWF-Indonesia
Penyusun
• Panjang Total / Total Length (TL): panjang ukuran tubuh ikan diambil dari moncong
sampai ujung sirip ekor
• Log book: catatan hasil tangkapan nelayan dalam satu kali usaha penangkapan
I. PENDAHULUAN
Kata Pengantar i
Daftar Isi ii
Daftar Istilah (Glossary) 1 Ikan tuna adalah salah satu jenis ikan
I. Pendahuluan ........................................................................................ 1 ekonomis penting di dunia dan
II. Tujuan .................................................................................................. 3
merupakan komoditi perikanan terbesar
III. Persiapan penangkapan dan Penanganan Tuna ................................. 3
ketiga di Indonesia setelah udang dan
IV. Jenis dan ukuran Ikan Tuna komersial ............................................... 4
V. Kelompok Nelayan ............................................................................... 5 ikan dasar. Ikan tuna memiliki harga
VI. Legalitas Usaha Perikanan Tangkap .................................................... 7 yang relatif lebih mahal dibandingkan
VII. Alat Tangkap dan Metode Pengoperasian ........................................... 9 harga komoditas ikan lainnya dengan
1. Pancing Ulur ............................................................................ 9 permintaan terus meningkat. Salah satu
2. Pancing Layang-Layang ........................................................... 10 penyebab tingginya harga ikan tuna
3. Pancing Hanyut ........................................................................ 11
adalah kegemaran orang-orang Jepang
VIII. Alat Bantu Penangkapan Ikan ............................................................. 13
1. Rumpon .................................................................................... 13 menyantap sushi dan sashimi yang
2. Ring .......................................................................................... 19 terbuat dari daging ikan tuna segar dan
IX. Penanganan dan Pengemasan ............................................................. 21 menyebar ke negara-negara Eropa dan
Lampiran Timur Tengah.
Daftar Pustaka
ii | Better Management Practices | PERIKANAN TUNA Better Management Practices | PERIKANAN TUNA | 1
II. TUJUAN
2 | Better Management Practices | PERIKANAN TUNA Better Management Practices | PERIKANAN TUNA | 3
IV. JENIS DAN UKURAN IKAN TUNA KOMERSIAL V. KELOMPOK NELAYAN
4 | Better Management Practices | PERIKANAN TUNA Better Management Practices | PERIKANAN TUNA | 5
VI. LEGALITAS USAHA PERIKANAN TANGKAP
KETUA KELOMPOK
SEBAIKNYA BERASAL
NELAYAN ITU SENDIRI
KANTOR
PELAYANAN
TERPADU
DKP
Pertemuan Kelompok
4. Berperan serta dalam mediasi jika 1. Kewenangan Perizinan 2. Alat Tangkap Pancing Ulur, Pancing
Tonda, Pancing Layang-Layang
terlibat dalam suatu konflik yang Penerbitan izin usaha perikanan tangkap dan Lokasi Penangkapan
mungkin terjadi dengan nelayan dari untuk kapal perikanan berukuran di atas 30
wilayah perairan lain. GT dan/atau di bawah 30 GT dengan tenaga Ketiga alat pancing tersebut dengan ukuran
kerja atau modal asing adalah adalah kapal tangkap maksimal 10 GT hanya dapat
5. Stimulan hibah diserahterimakan melakukan penangkapan ikan pada jalur I,
kewenangan pemerintah, kapal di atas 5 GT
ANGGOTA KELOMPOK kepada kelompok sampai 30 GT adalah kewenangan yaitu mulai dari 0 mil di seluruh Wilayah
Pengelolaan Perikanan (WPP) dalam wilayah
TIDAK MEMPERKERJAKAN
Pemerintah Propinsi, dan kapal 5 GT ke
6. Akses permodalan via perbankan lebih negara Republik Indonesia. Kemudian kapal
bawah adalah kewenangan Pemerintah
mudah berukuran lebih dari 10 GT hanya boleh
6 | Better Management Practices | PERIKANAN TUNA Better Management Practices | PERIKANAN TUNA | 7
VII. ALAT TANGKAP DAN METODE PENGOPERASIAN
mulai dari 0 mil (Kepmen No. 6/2010
Tentang Alat Penangkapan Ikan Di Wilayah
Pengelolaan Perikanan Negara Republik
Indonesia; Permen No. 42/2014 Tentang 1. Pancing Ulur
Perubahan Atas Permen No. 2/2011 Tentang
Jalur Penangkapan Ikan Dan Penempatan Alat pancing ini paling sederhana karena
Alat Penangkapan Ikan Dan Alat Bantu hanya terdiri dari tali pancing, mata pancing
Penangkapan Ikan Di Wilayah Pengelolaan dan umpan. Pada tali pancing dipasang satu
mata pancing. Umpan yang digunakan adalah
Perikanan Negara Republik Indonesia).
ikan mati, ikan hidup dan umpan hambur.
Penangkapan tuna untuk perikanan skala
kecil dengan pancing memiliki variasi umpan
3. Jenis Izin dan Persyaratannya yang penggunaannya disesuaikan dengan
waktu dan kondisi penangkapan di laut.
Semua usaha perikanan tangkap dengan kapal
berukuran lebih dari 5 GT harus memiliki Nelayan kecil di bawah 5 GT, diharuskan Variasi tersebut antara lain:
SIUP (Surat Izin Usaha Penangkapan). Untuk 1. pancing ulur dengan umpan hidup
nelayan kecil di bawah 5 GT, diharuskan memiliki izin berupa Bukti Pencatatan 2. pancing ulur dengan umpan mati
memiliki izin berupa Bukti Pencatatan Kapal Kapal serta menggunakan izin Andon 3. pancing ulur dengan umpan buatan
serta menggunakan izin Andon jika
melakukan penangkapan di luar wilayah jika melakukan penangkapan di luar Penangkapan dengan menggunakan pancing
ulur dilakukan di area rumpon untuk menangkap
kabupaten/kota yang memberikan izin. wilayah kabupaten/kota yang ikan tuna yang berada pada kedalaman 100 m, atau dengan memotong jalur pergerakan tuna
memberikan izin yang mencari makan di permukaan.
4. Zona Larang Tangkap dan Umpan hambur atau Umpan Tobor Umpan ikan hidup biasanya
Perlindungan Jenis Ikan menggunakan cakalang,
tongkol dan layang untuk
Hindari melakukan penangkapan di kawasan Lakukan pencatatan, yaitu dengan
penangkapan pada kedalaman
konservasi, khususnya zona inti dan zona mengisi Log Book Penangkapan Ikan lebih dari 80m. Kail disarankan
perlindungan lainnya. Tentukan lokasi dan Pencatatan Biologi Perikanan untuk dikaitkan di punggung
penangkapan sebelum melaut agar tidak agar pergerakannya
masuk dalam zona larang tangkap. terlihat alami, serta
Tujuan pencatatan antara lain dibutuhkan memastikan bahwa umpan
Penangkapan dengan menggunakan Pancing
untuk mengetahui siklus penangkapan ikan hidup lebih lama untuk terlihat
sering kali ikan target bercampur dengan
tuna sepanjang tahun. Data ini berguna dan ditangkap oleh ikan target
biota yang dilindungi, sudah langka, atau tangkapan.
dalam perencanaan usaha penangkapan ikan
terancam punah. Jangan menangkap biota
untuk siklus berikutnya serta pengelolaan
tersebut, tetapi apabila tertangkap secara Umpan ikan mati terbagi
perikanan secara lebih luas.
tidak sengaja (bycatch), lakukan menjadi tiga penggunaan; (i)
penanganan sesuai prosedur yang ada. ikan terbang mati yang diberi
Data penangkapan dapat menggunakan
pemberat di dalam mulut,
Biota-biota tersebut antara lain: Logbook Penangkapan Ikan, dan data dijahit mulutnya dan dibentangkan sayapnya agar terlihat seperti ikan hidup, kemudian kait dipasang
- Semua jenis penyu laut.
kegiatan lainnya dapat disusun berdasarkan di punggung untuk ditenggelamkan pada kedalaman lebih dari 80m, (ii) ikan cakalang dan tongkol
- Mamalia laut seperti lumba-lumba, paus,
kebutuhan kelompok nelayan. Kegiatan yang dirucah berukuran kecil, digunakan untuk penangkapan dengan cara dihamburkan di kedalaman
dan dugong.
pencatatan ini sebaiknya dilakukan oleh lebih dari 80 m atau sering disebut tobor, serta (iii) cumi yang digunakan untuk menangkap tuna yang
- Ikan pari manta dan hiu
masing-masing anggota kelompok (nelayan) berada di permukaan, dengan menghadang di depan kawanan tuna yang sedang bergerak untuk
- Burung laut
mencari makan.
- Ikan Napoleon atau dapat dilakukan secara berkelompok.
8 | Better Management Practices | PERIKANAN TUNA Better Management Practices | PERIKANAN TUNA | 9
3. Pancing Hanyut
angin. Pinggiran layang-layang perlu dilubangi
untuk mengurangi potensi robek jika tiba-tiba
Alat pancing ini memiliki konstruksi seperti
terkena angin kencang.
pancing ulur, terdiri dari pelampung, tali
Umpan buatan ini menggunakan logam, plastik pancing dan mata pancing.
mika atau benda berkilat lain yang dipasang pada
kait yang ditenggelamkan. Kait dipasang Pelampung terhubung dengan tali pancing
menggunakan janur kelapa yang diikatkan pada sepanjang 200 m yang dililitkan pada
batu pemberat, senar pancing disentakkan agar pelampung sepanjang 120 m, 80 m sisanya
lepas dari batu pemberat ketika sudah mencapai dibiarkan menjuntai ke kolom air dengan
kedalaman 80m, untuk kemudian ditarik-tarik umpan hidup maupun mati. Satu set pancing
untuk menarik perhatian ikan target. hanyut dilemparkan dengan jarak 100 m Umpan hanyut
dengan set pancing hanyut berikutnya.
Pelampung dibiarkan hanyut mengikuti arus
laut.
Konstruksi alat pancing terdiri dari senar utama Penangkapan dilakukan ketika Tuna sedang
yang menghubungkan antara nelayan dengan mencari makan dan berada di dekat permukaan.
kail dan dilengkapi umpan buatan. Pada jarak 50 Pergerakan perahu menyesuaikan sehingga
m (30-40 depa) dari kail, dipasang kili- umpan selalu berada di depan kelompok tuna
kili/swivel yang dihubungkan dengan tali senar yang sedang bergerak maju. Ketika umpan
ke layang-layang sepanjang 8 m (5-6 depa). tergigit ikan target, kecepatan perahu ditambah
agar ikan target benar-benar terkait. Setelah itu
Kapal bergerak dengan kecepatan 8 - 11 knot jika perahu dihentikan dan mengambil hasil
tidak ada angin, dan lebih lambat jika ada tangkapan.
Pancing layang-layang
10 | Better Management Practices | PERIKANAN TUNA Better Management Practices | PERIKANAN TUNA | 11
TABEL ALAT DAN OPERASI PENANGKAPAN VIII. ALAT BANTU PENANGKAPAN IKAN
1. Rumpon
Rumpon berfungsi untuk yang dipergunakan untuk rumpon
mengumpulkan ikan dalam suatu juga harus lebih kuat dan tahan lama.
wilayah penangkapan atau lokasi migrasi
ikan tuna sehingga mudah untuk - Sangat dianjurkan untuk
ditangkap. menggunakan bahan organik yang
berasal dari sumber daya yang ada di
Hal yang harus diperhatikan: sekitarnya, karena lebih ramah
lingkungan serta dapat terdegradasi
- Bahan yang dipergunakan dapat secara alami jika tali terputus.
disesuaikan dengan kondisi perairan
setempat, tingkat kemampuan - Rumpon harus dibuat dan dikelola
nelayan dan sumber daya alam yang oleh kelompok yang bertanggung
tersedia. jawab atas menjaga dan mengawasi
rumpon. Keberadaan kelompok dapat
- Bila kondisi perairan dengan arus meringankan biaya yang dikeluarkan
yang kuat maka kontruksi dan bahan oleh nelayan dalam pengelolaannya.
12 | Better Management Practices | PERIKANAN TUNA Better Management Practices | PERIKANAN TUNA | 13
a. Perizinan pemasangan b. Konstruksi rumpon
Tali nilon menghubungkan rakit rumpon
• Pelampung (float): ke drum pelampung serta antar bagian
Drum plastik memiliki fungsi utama lainnya.
sebagai pelampung yang diikatkan pada
tali utama. • Pemikat ikan (attractor) :
Daun kelapa atau lontarberperan penting
• Rakit (raft) : dalam pembentukan rantai makanan
Bambu, batang kelapa, pelepah nipah disekitar area rumpon. Semakin dalam
bambu, batang kelapa dan pelepah pemasangan daun kelapa semakin cepat
nipah, dipergunakan sebagai konstruksi ikan berkumpul, dan setidaknya
utama pada rakit rumpon. ditenggelamkan hingga kedalaman 10 m.
14 | Better Management Practices | PERIKANAN TUNA Better Management Practices | PERIKANAN TUNA | 15
c. Persiapan pemasangan d. Langkah pemasangan rumpon 3. Penempatan drum pelampung dan
tuna tali utama
Dipastikan tali utama dan drum
1. Mengikat tali utama ke tali drum pelampung dibuang terlebih dahulu ke
pelampung laut. Hal ini dilakukan untuk
Penggunaan tali utama dilebihkan menghindari resiko tersangkutnya tali
±200-300 m atau 2-3 bal tali mandar ketika jangkar ditenggelamkan.
dari kedalaman laut yang telah
ditentukan untuk penempatan 4. Mengikat rakit rumpon ke tali
rumpon pada kedalaman ± 1000 m. utama dan drum pelampung
a. Setelah jangkar tenggelam ke dasar,
2. Mengikat tali utama ke tali antar tali drum pelampung yang
jangkar mengapung ditarik kembali hingga
batas tali terapung di permukaan.
Mengikat tali dilakukan di atas kapal
b. Sambungkan tali yang telah diikatkan
sesaat sebelum tali utama dan drum
ke rakit rumpon ke batas tali
pelampung dibuang ke laut.
tersebut .
1 2
16 | Better Management Practices | PERIKANAN TUNA Better Management Practices | PERIKANAN TUNA | 17
c. Buat tali penyambung dengan tali e. Pemanfaatan rumpon 2. Ring
tersebut sepanjang ±10 m antara 1. Lakukan tes memancing di rumpon Ring yang digunakan sebagai alat bantu
drum pelampung ke bagan setiap 2 minggu sekali, untuk dalam proses pengangkatan tuna ada
rumpon, untuk menghindari melihat jumlah dan ukuran tuna dua model; model spiral dan model ring
terlilitnya tali ketika arus kencang. yang sudah terkumpul di rumpon. ganda. Model spiral terbuat dari besi anti
karat yang membentuk spiral yang
5. Penenggelaman daun kelapa / 2. Pada saat yang sama lakukan mengerucut dengan panjang sekitar 40
lontar pengecekan daun kelapa dan cm, sementara model ring ganda adalah
a. Daun diikatkan setiap 1 m pada tali lakukan penggantian jika ada yang dua buah ring yang keduanya
tambahan yang diikatkan pada hilang. dihubungkan dengan jaring sepanjang
rakit dengan ujung yang diberi
sekitar 40 cm.
pemberat. Setiap ikatan terdapat 2-
3 pelepah daun.
Ring ini berfungsi untuk mengurangi
b. Semakin dalam pemasangan daun
gerak perlawanan tuna yang sudah
semakin bagus untuk menarik
tertangkap sehingga mempermudah dan
perhatian ikan tuna untuk
mempersingkat waktu dalam proses
berkumpul. Ring dengan jaring
pengangkatan ke permukaan yang
6. Pemasangan lampu atau
akhirnya dapat menjaga kualitas ikan Penggunaan ring ini dapat menjaga ikan
bendera
tetap tinggi. tetap hidup karena tidak menutup
Dipasang di atas rakit dan lebih tinggi
dari bagian lainnya. Berfungsi insang ikan tuna, sehingga ikan masih
Penggunaannya dimulai sewaktu bisa bernapas dan hidup selama
sebagai tanda untuk nelayan atau
nelayan merasakan adanya tuna yang diangkat sampai ke permukaan. Hindari
perahu yang berlayar di sekitarnya.
tertangkap, kemudian ring diturunkan penggunaan ring yang dapat menutup
melalui tali pancing. Setelah ring masuk insang ikan yang dapat menyebabkan
LAKUKAN JANGAN LAKUKAN melalui mulut dan kepala ikan, serta kematian sehingga menurunkan kualitas.
menekan / menutup sirip dada, tarik Meskipun sudah menggunakan ring,
untuk memastikan ring tertahan. Ketika tetapi kecepatan dalam pengangkatan
Menangkap ikan dengan Menangkap ikan dengan sirip dada ikan tertutup, usaha tetap perlu menjadi prioritas agar
pancing ulur purse seine/jaring lingkar/gae perlawanan ikan menjadi minimal dan kualitas ikan tetap tinggi.
ikan akan lebih mudah diangkat ke atas
Pencatatan hasil tangkapan Menggunakan jaring yang dipasang
dengan logbook di bawah rakit
18 | Better Management Practices | PERIKANAN TUNA Better Management Practices | PERIKANAN TUNA | 19
Hal penting dalam Penangkapan Tuna IX. PENANGANAN DAN PENGEMASAN
1. Jangan menangkap ikan berukuran kecil dan hewan dilindungi (Penyu, Hiu, a. Penanganan Di Atas Kapal
Lumba-Lumba, dll).
3. Angkat ikan dalam keadaan hidup dan hindari menggunakan ring agar ikan
tidak mati lemas.
1. Tarik ikan ke atas kapal dengan ganco dengan pisau tajam dan bersih.
di bagian kepala, jangan bagian tubuh Pisahkan hasil potongan ke dalam
ikan yang bernilai jual. wadah terpisah.
20 | Better Management Practices | PERIKANAN TUNA Better Management Practices | PERIKANAN TUNA | 21
Pembuatan palka pendinginan ikan
Pada kapal penangkapan tuna tipe body batang (1-2 GT) dengan
Dalam menghindari terkontaminasinya Pendinginan ikan dilakukan dengan konstruksi palka tanpa rangka gading, antara lain :
daging tuna, untuk menjaga kualitas dengan bahan berupa karpet ikan
produk, direkomendasikan penanganan dengan tebal 3cm yang dapat
tuna dalam bentuk gelondongan mempertahankan es >10 jam.
(Whole). Ukuran styrofoam yang ada Keuntungan dengan bahan karpet
tidak mencukupi panjang tuna dewasa, adalah lebih tahan lama dibandingkan
oleh karena itu modifikasi palka kapal styrofoam, murah dan fleksible karena
menjadi tempat pendinginan tidak merubah kontruksi kapal.
gelondongan tuna, merupakan salah satu
solusi untuk penangkapan tuna dengan
lokasi penangkapan yang jauh dari
tempat pemrosesan tuna.
22 | Better Management Practices | PERIKANAN TUNA Better Management Practices | PERIKANAN TUNA | 23
Sedangkan modifikasi pada kapal body susun (2-3 GT) yang memiliki Perbandingan Penggunaan bahan pada pembuatan palka pendinginan tuna
kontruksi rangka gading pada palkanya, yaitu :
LOIN TUNA
SESUAI DENGAN
SNI 7530.1:2009
SNI 7530.2:2009
SNI 7530.3:2009
24 | Better Management Practices | PERIKANAN TUNA Better Management Practices | PERIKANAN TUNA | 25
Standar Pengemasan Garuda Indonesia untuk Pengiriman Kargo Pesawat
Absorbent
Corrugated Fibreboard
c. pengemasan
1. Masukkan daging loin yang sudah 3. Daging loin yang sudah divakum Plywood
dibersihkan ke dalam kantong plastik disimpan ke dalam box yang sudah
pembungkus, kemudian plastik berisi es giling/tumbuk yang
pembungkus divakum. Vakum dalam diratakan setebal 5 cm. Kemudian di Styrofoam
campuran air laut dan es yang atas daging loin dilapisi es setebal 5
disimpan di dalam drum atau box cm hingga rata dan di atasnya
styrofoam. Air laut ditambah kaporit disimpan lagi daging loin dan ditutup
agar steril. dengan lapisan es hingga rata dengan
penutup box.
2. Cara melakukan vakum yaitu ikat
salah satu ujung plastik kemudian 4. Buatlah lubang berdiameter 0.5 cm
diurut dari bawah ke atas sehingga pada bagian dasar box agar es yang
udara keluar dari dalam kantong mencair bisa mengalir keluar dari box
plastik. Lakukan beberapa kali sampai sehingga tidak ada genangan air
tidak ada udara dalam kantong didalam box yang bisa mengakibatkan
plastik. Selanjutnya ujung kantong kerusakan daging ikan.
lainnya disimpul juga dan harus
dipastikan tidak boleh ada air yang
masuk ke dalam kantong.
Konstruksi kemasan
26 | Better Management Practices | PERIKANAN TUNA Better Management Practices | PERIKANAN TUNA | 27
- Kemasan luar terbuat dari kardus Ketentuan umum:
berombak (fibreboard) dua dinding
dengan ketebalan minimal 6 mm atau • Isi perut ikan harus dibersihkan,
kardus padat. Tipe kertasnya adalah termasuk insangnya. Pastikan
kertas dengan berat 200g. bahwa ikan tersebut cukup kering
sebelum dipersiapkan untuk
- Kemasan dalam:
diangkut.
1. Kardus berombak di setiap sisinya
untuk menjaga kekuatan kemasan.
• Letakkan dry ice hanya di dalam
2. Kayu lapis (triplek tebal) dengan
insang. Letakkan gel ice (es jelly)
ketebalan minimal 3 mm dapat
diletakkan di setiap sisi panjang
secukupnya di sekitar ikan.
untuk menjaga kekuatan kemasan.
3. Styrofoam diletakkan di dasar • Bila es basah (es batu) digunakan
kemasan dalam untuk mencegah sebagai pendingin, es harus
produk mengalami kontaminasi dibungkus dengan plastik
dengan kotoran dari luar. polyethylene rangkap 2 atau
dimasukkan dalam botol plastik
- Tuna segar dan es diletakkan di atas dan ditutup rapat.
lembaran plastik, dan bungkus
lembaran plastik tersebut ke sekeliling • Tutup rapat kemasan dengan
tuna dan es, kemudian pilin/putar perekat. Pencantuman label dan
kedua sisi lembaran plastik. marking mengacu pada IATA
Regulation.
- Gunakan Penyerap ( absorbent) untuk
membungkus tuna.
28 | Better Management Practices | PERIKANAN TUNA Better Management Practices | PERIKANAN TUNA | 29
LAMPIRAN Format Logbook Secara Biologi :
DATA PENGUKURAN
Nama Spesies :
30 | Better Management Practices | PERIKANAN TUNA Better Management Practices | PERIKANAN TUNA | 31
Bukti Pencatatan Kapal Andon
32 | Better Management Practices | PERIKANAN TUNA Better Management Practices | PERIKANAN TUNA | 33
DAFTAR PUSTAKA PENYUSUN & EDITOR BMP
• A. Corriero, S. Karakulak, N. Santamaria, M. Deflorio, et al., 2005. Size and age at sexual maturity of TIM PERIKANAN WWF-INDONESIA
female bluefin tuna (Thunnus thynnus L. 1758) from the Mediterranean Sea.
http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1111/
• Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Dwi Ariyogagautama, Bycacth Fisheries Coordinator
(dariyogagautama@wwf.or.id)
• Praulai Nootmorn, 2004. Reproductive Biology Of Bigeye Tuna In The Eastern Indian Ocean. Andaman Yoga bergabung di klub selam Marine Diving Club pada tahun 2003 dan lulus dari Ilmu
Sea Fisheries Research and Development Center, Phuket, Thailand. IOTC Proceedings. Kelautan, Universitas Diponegoro pada tahun 2007. Karirnya dalam bidang kelautan dimulai
bersama Yayasan Pelangi Indonesia dalam program adaptasi perubahan iklim bersama
nelayan ikan hias di Banyuwangi. Tahun 2009 bergabung dalam program Kelautan WWF-
• Praulai Nootmorn, Anchalee Yakoh and Kannokwan Kawises, 2005. Reproductive Biology Of Yellowfin Indonesia sebagai Fisheries Officer di Kab. Flores Timur, Lembata, dan Alor. Sejak tahun 2013,
Tuna In The Eastern Indian Ocean. Andaman Sea Fisheries Research and Development Center 77 Yoga dipercaya membawahi program perbaikan performa perikanan tuna sebagai Tuna
Tumbon Vichit, Maung District, Phuket 83000, Thailand. IOTC. Specialist Senior Officer dan setahun kemudian berperan sebagai Bycatch and Sharks
Conservation Coordinator.
• Sudirman dan Mallawa, A. 2004. Teknik Penangkapan Ikan. Rineka Cipta. Jakarta. Abdullah Habibi, Fisheries and Aquaculture Improvement Program Manager
(ahabibi@wwf.or.id)
• V. Susca, A. Corriero, M. Deflorio, C.R. Bridges, G. De Metrio, 2001. New Results On The Reproductive Bergabung di WWF-Indonesia sejak tahun 2009, Habib dipercaya sebagai Fisheries and
Biology Of The Bluefin Tuna (thunnus Thynnus) In The Mediterranean. Institute of Zoophysiology, Aquaculture Improvement Program Manager. Mensupervisi inisiatif untuk mentransformasi
praktek perikanan tangkap dan budidaya sesuai dengan standar Better Management
Heinrich-Heine-University, Düsseldorf, Germany. Department of Animal Health and Welfare,
Practices serta sertifikasi ekolabel Marine Stewardship Council dan Aquaculture Stewardship
University of Bari, Italy. Council. Habib memiliki gelar sarjana dari Jurusan Ilmu Kelautan dari Universitas Diponegoro
serta master dari Enviromental Science and Management dari Southern Cross University di
• Wudianto dan Nikijuluw, V.P.H., 2003. Pedoman Investasi Komoditas Tuna di Indonesia. Dirjen Australia.
Kelembagaan KKP.
Sugiyanta, Southern Eastern Sulawesi Project Leader
(sugiyanta@wwf.or.id)
Dapatkan Juga Serial Panduan – Panduan Praktik Perikanan Tangkap Lainnya, Yaitu : Lulus dari Fakultas Biologi UGM pada tahun 1994, jurusan Biologi Lingkungan. Pada tahun
1995 -1997 sebagai tenaga lepas di P3O LIPI dalam program survei Kelautan “Operation
1. BMP Perikanan Kerapu - Kakap, Panduan 6. BMP Perikanan Lobster, Panduan Wallacea” di Wakatobi Kabupaten Buton untuk posisi Junior Scientist. Selanjutnya
bergabung dengan Yayasan Badan Pengembangan Wallacea masih diprogram yang sama
Penangkapan dan Penanganan. Penangkapan dan Penanganan.
kerjasama dengan Operation Wallacea dari 1998 hingga 1999, tahun 2000 melaksanakan
7. BMP Perikanan Kepiting Bakau, Panduan program percontohan Budidaya Ikan Bandeng dan Kerapu tikus. Agustus 2008 bergabung
2. BMP Perikanan Kerang, Panduan
dengan WWF Wakatobi sebagai Fisheries Officer, 2010 sebagai Senior Officer dan Project
Penangkapan dan Penanganan. Penangkapan dan Penanganan. Leader Wakatobi sejak 2011.
3. BMP Perikanan Cakalang (Pole And Line), 8. BMP Ikan Baronang - Kakatua, Panduan
Panduan Penangkapan dan Penanganan. Penangkapan dan Penanganan. Muhammad Maskur Tamanyira, Seafood Savers Officer
(mtamanyira@wwf.or.id)
4. BMP Penangkapan Udang Ramah 9. BMP Right Based Fisheries Management
( RBFM ) Telah bekerja bersama program perikanan tangkap WWF Indonesia sejak 2011 dan resmi
Lingkungan
menjadi staf di tahun 2013. Maskur banyak bekerja khusus untuk program perbaikan perikanan
5. BMP Perikanan Siput Abalone, Panduan 10. Mengenali Produk Perikanan Hasil tangkap. Dan belakangan difokuskan dalam mengawal proses perbaikan komoditas ikan tuna.
Destructive Fishing (Bom dan Bius). Merupakan alumni Universitas Diponegoro, Semarang, Jurusan Ilmu Kelautan.
Penangkapan dan Penanganan.
Selain panduan praktik perikanan tangkap, WWF-Indonesia juga menerbitkan panduan lainnya tentang Perikanan Budidaya,
Perikanan Tangkapan Sampingan (Bycatch), Wisata Bahari, dan Kawasan Konservasi Perairan. Untuk keterangan lebih lanjut
dan mendapatkan versi elektronik dari seluruh panduan tersebut, silahkan kunjungi www.wwf.or.id