Anda di halaman 1dari 5

Puisi Bertema Lingkungan – Namaku Alam

Namaku Alam
Perkenalkan, namaku adalah alam
Aku adalah tempat tinggal bagi flora dan fauna
Dimana bagi hewan-hewan aku adalah rumah mereka
Tempat mereka bertumbuh
Berkembang biak, dan mencari makan
Melakukan semua aktivitas kehidupan alam

Bukan hanya hewan


Tumbuhan pun merasakan hal yang sama
Bagiku, tumbuhan adalah perhiasanku
Dan hewan, adalah peliharaanku

Aku juga slalu memberi kesejukan bagi penduduk bumi


Aku memberikan oksigen bagi manusia
Aku juga memberikan sumber daya bagi mereka
Memberikan mereka energi, kekuatan, perhiasan
Dan segalanya yang mereka butuhkan

Semua itu adalah pada saat bumi masih dalam keadaan stabil
Ketika bumi tidak dipenuhi orang orang serakah
Menggunakan sumber dayaku sesuai kebuhannya saja

Tapi kini
Manusia hanya memikirkan kepentingannya sendiri
Mereka tak pernah memikirkan aku
Mereka slalu ingin lebih atas apa yg telah diberi oleh – Nya
Ketamakan, kerakusan, pemborosan
Telah membawaku kepada kerusakan

Lihat apa yang telah mereka perbuat padaku


Setelah apa yang aku berikan pada mereka
Mereka membalasnya dengan merusakku
Menebang pohon pohonku
Memberikan polusi padaku
Memburu hewan hewanku
Dan merusak ozonku
Dengan zat zat yang dulu tak pernah ada di bumi ini

Sungguh perih hati ini rasanya


Apakah tak ada kesadaran sedikit pun dihati mereka?
Apakah tak ada rasa iba mereka atas rusaknya diriku?
Sungguh, sungguh, dan sungguh sangat miris hati ini
Kronologis Tewasnya Bocah SD pada Kebakaran Pasar Kebayoran Lama
JAKARTA – Kebakaran terjadi di Pasar Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, tepatnya di
sebuah bedeng kontrakan milik warga. Akibatnya, satu bocah SD meninggal dunia dan
satu orang mengalami luka kritis.
Kapolsek Kebayoran Lama Kompol Aedi mengatakan, kebakaran itu terjadi pada Kamis
(22/6/2017) dini hari, api baru bisa dipadamkan setelah puluhan personel Damkar
berjibaku selama dua jam lebih. Pasalnya, bedeng kontrakan yang terbakar itu terbuat
dari material kayu sehingga mudah terbakar.
“Dari kontrakan merembet ke 17 lapak usaha Kelapa Parut yang juga terbuat dari kayu.
Petugas pun sempat kesulitan karena di lokasi banyak yang mudah terbakar api,”
ujarnya pada wartawan, Kamis (22/6/2017).
Menurutnya, terdapat satu orang korban yang tewas saat insiden kebakaran itu terjadi,
yakni Aan Agus Anwar (11). Saat kejadian, korban sedang tertidur pulas di rumahnya
bagian atas, sedang orangtuanya tak sempat membangunkannya karena api cepat
membesar.
“Anak yang meninggal itu mengalami luka bakar di tubuhnya. Sedang satu orang lagi,
Muzamil (28) mengalami luka bakar serius di wajah dan lehernya. Korban di bawa ke
RS Polri, Kramat Jati, Jaktim,” tuturnya.

[Cerpen 300 kata] Payung Cinta

“Wah, hari ini hujannya deras sekali,” kata seorang temanku.


“Iya. Untung aku bawa payung besar, bukan payung lipat. Kalau tidak, mungkin aku sudah
basah,” kataku diiringi dengan hembusan angin yang cukup kencang.
“Payungmu terlihat kuat,” kata temanku lagi sambil memegangi payungnya erat-erat supaya
tidak terbawa angin.

“Tentu,” jawabku sambil tersenyum. “Payung ini telah menjadi temanku sejak lama.”

Payung cinta, kataku dalam hati.

“Yah, kok tiba-tiba hujan sih? Kita kan tidak bawa payung. Sepertinya kita harus menunggu
sampai hujannya agak reda,” ujarku. Kamu hanya diam saja sambil melihat keadaan sekitar.
“Hujannya sepertinya tidak terlalu deras. Kamu tunggu disini sebentar yah. Aku akan segera
kembali.” Kamu pun berlari menerjang rintik-rintik hujan di sore itu.
Aku masih berdiri sambil berteduh di tempat yang sama. Tidak lama kemudian, kamu kembali
dengan seukir senyum sambil membawa sebuah payung. Payung ungu bergambar kucing yang
cukup besar. Cukup untuk membuat kita berdua tidak kehujanan.
“Gimana? Bagus ga? Payung yang lain polos, ga ada gambarnya. Jadi aku pilih yang ini deh.
Suka?” tanyamu. Sebenarnya aku lebih suka anjing daripada kucing. Aku juga lebih menyukai
warna pink atau biru daripada warna ungu, tapi aku mengangguk sambil tersenyum, “Suka kok.”
Sejak hari itu, payung kucing itu selalu setia menemaniku di kala hujan datang.
“Payung ini hebat banget ya. Di saat payung yang lain rusak karena angin atau hilang karena
ketinggalan di suatu tempat, payung ini ga pernah kenapa-napa,” ujarku setelah melewatkan
beberapa tahun bersama payung itu.
“Oh iya dong. Payung cinta,” pamermu dengan bangga. “Dibeli dan selalu dipakai dengan cinta,

mana pernah dia kenapa-napa.

Setibanya di rumah, aku segera menjemur payung itu supaya tidak karatan terkena air hujan
yang masih belum kering. Aku meliriknya sekali lagi. Kenangan lama tentang kita berdua pun
muncul silih berganti. Aku tersenyum mengingat hal-hal yang sudah terjadi di bawah naungan
payung itu. Terima kasih, gumamku.

MINAT MEMBACA BUKU


Buat meramaikan pesta buku tanggal 14 s.d. 22 Juni tahun ini, harian
Kompas, Jakarta Post,
dan IKAPI (Ikatan Penerbit Indonesia) menyelenggarakan lomba menulis artikel bagi para guru
danmurid-murid di kawasan Jakarta, Bogor,
Tangerang, dan Bekasi. Tema lomba “Membaca itumenyenangkan”.
Para peserta hanya diminta menceritakan kembali pengalaman paling berkesan yang
merekaperoleh dari membaca. Semua yang
doyan
membaca bisa bercerita.Lomba ini diadakan untuk merangsang minat baca terutama di kalangan murid dan
guru.Syukur pula bila meluas, hingga terbentuklah
reading society.
Gagasan semacam ini sudah ditempuh sejak tahun 1947 saat untuk pertama kalinyapemerintah mencetak
buku bacaan anak-anak dalam jumlah besar lewat proyek inpres. Proyek inisampai hari ini masih
berjalan.Meskipun begitu minat baca di kalangan murid, guru, dan masyarakat umumnya
mungkintidak terlalu menggembirakan. Dan kita tak tahu persis apa sebabnya. Kita hanya tahu,
lomba ini tidakbegitu menarik minat peserta.Dari ratusan ribu guru di kawasan Jakarta, Bogor,
tangerang, Bekasi hanya 36 guru yangmengikuti lomba. Di kalangan murid jumlah itu bahkan lebih kecil,
hanya delapan belas orang.Setidaknya ada dua hal yang bisa menjelaskan perkara ini. Pertama
mungkin mereka tidakbegitu gemar membaca. Sejumlah kalangan mengatakan pengalaman membaca bukan
membacabuku, melainkan membaca koran. Membaca koran memang tergolong membaca juga,
akan tetapi inibukan berita gembira bagi dunia pendidikan, sebab mestinya membaca koran
hanya selingan untukmembaca buku lebih serius.Kedua, mengarang bagi kebanyakan orang
memang sukar. Kita belum bisa mentradisikan
membaca dan mengarang. Khazanah kebudayaan kita mungkin lebih besar “tersimpan” di
masyarakat
dalam bentuk tradisi lisan.Ini memperkukuh tradisi lisan dan diam-diam membunuh lahirnya
tradisi menulis. Banyak ilmulenyap bersama kematian pemiliknya.Dunia pesantren mungkin
contoh paling jelas. Kita memiliki banyak kyai yang dalam ilmunya,tapi tidak menulis buku
yang bisa diwariskan sebab di pesantren, latihan pidato bukan menulis yangdiutamakan. Di
universitas dan lembaga penelitian kita memiliki banyak ahli termasuk profesor yangtidak
pernah menulis buku.Mungkin kita tak mampu membeli buku sebab harga buku mahal. Tapi
mengapa di kalanganelite kita, yang di rumahnya ada lapangan golf dan kolam renang tak juga
tersedia perpustakaan yangmenampung banyak buku!Dalam alam kebudayaan macam ini tak aneh
bila di masyarakat kita banyak sarjanameremehkan buku sastra (buat orang dewasa maupun
anak-anak). Dalam sebuah diskusi di antaramahasiswa di Universitas Monash, Australia,
beberapa tahun lalu, seorang mahasiswa Biologimengatakan membaca novel hanya membikin
bodoh. Dua bulan lalu seorang peneliti mengejekkegemaran saya mengutip cerita anak-anak saat
menulis kolom, dan itu katanya karena padadasarnya saya penulis cerita anak-anak. Peneliti ini
tidak tahu, cerita anak-anak sebagai bahan mentahsama statusnya dengan hasil pemilu atau
keputusan menteri yang ia teliti.Sastra, juga sastra anak-anak bisa dijadikan ilmu sosial buat
memahami fenomena tertentudalam kebudayaan suatu bangsa. Bukankah sastra itu cermin masyarakat, dan
kamera zaman.

Memahami bahasa tubuh


Dengan memahami bahasa tubuh bermanfaat untuk menunjang sukses dalam karir. Mengamati
gerak-gerik, tingkah laku, ekspresi seseorang kita bisa mengetahui perasaan, pikiran dan karakter
seseorang. Kebiasaan di tiap negara berbeda-beda, dari cara berjabat tangan, cara berbicara,
tatapan mata, dan sebagainya.
1. Mempermudah transaksi penjualan
Sebagai seorang wiraniaga sebaiknya mempelajari bahasa tubuh. Ketika berbicara dengan
customer tidak memasukkan tangan ke saku, agar customer merasa dihargai. Dimulai dari posisi
duduk sebelum presentasi kepada calon pembeli. Memperhatikan selama menjelaskan produk
apakah pembeli merasa tertarik, bosan atau keberatan dilihat dari ekspresi wajahnya, cara
duduknya dan cara merespon pertanyaan yang diajukan.
2. Mempermudah dalam negosiasi bisnis
Ketika kita berjabat tangan dengan seseorang kita dapat merasakan genggaman tangannya.
Genggaman yang kuat menandakan semangat dalam diri orang tersebut, sifat keras bahkan
terkesan menunjukkan kekuasaan. Setidaknya kita sudah bisa menebak sifat orang yang kita ajak
negosiasi.
3. Mempererat hubungan
Seorang atasan yang memahami bahasa tubuh lebih mudah melakukan pendekatan dengan
karyawannya. Waktu menyampaikan perintah atau gagasan bisa mengetahui tanggapan dari
karyawan dari ekspresi wajahnya, terlihat senang atau murung, nada suaranya apakah datar atau
bersemangat. tentunya setelah mengetahui reaksi karyawan kita tidak terlalu memaksakan
kehendak, bahkan kalau keberatan berusaha mencari titik tengahnya.
4. Menarik simpati lawan jenis
Seorang pria yang tertarik dengan teman wanitanya terlihat dari caranya menatap dan berbicara.
Beberapa wanita akan risih jika pria menatap mereka dari wajah, turun ke dada terus ke kaki.
Pria kadang terlihat gugup atau malu waktu berbicara. Mungkin sebelum bertemu ia akan
berpakaian rapi dan menyiapkan kado atau hadiah yang istimewa.
Bagaimana mengetahui seseorang yang berbohong? Coba kita perhatikan waktu dia berbicara
terlihat gugup ataukah biasa saja. Waktu berbicara sambil menggaruk kepala atau terlihat tegang.
Kalau memang berbohong sering terjadi gerakan yang tidak sinkron, misalnya waktu cerita lucu
tapi wajahnya tegang. Harus bisa dibedakan juga apakah gerakannya spontan atau dibuat-buat.

Anda mungkin juga menyukai