Anda di halaman 1dari 28

SISTEM PERKANDANGAN ITIK PETELUR

(Saturday, 09 December 2006) - , ditulis oleh Administrator - Terakhir diperbaharui ()


Di Indonesia masih banyak ternak itik dipelihara secara tradisional yaitu dengan mengembalakan itik
di sawah atau di
tempat-tempat yang banyak air. Dengan semakin sempitnya areal pengembalaan dan banyaknya
kasus kematian ternak
akibat keracunan pestisida, maka pemeliharaan cara ini makin terancam kelestariannya.
Salah satu usaha yang dipandang mampu mengatasi masalah ini adalah dengan mengalihkan sistem
pemeliharaan dari
sistem tradisional ke sistem intensif yaitu dengan cara beternak itik tanpa air atau di kandangkan, ini
lebih
menguntungkan
karena kesehatan dan keselamatan itik lebih terjamin. Selain itu, produktivitas telur lebih tinggi serta
biaya pemeliharaan lebih efisien.
Banyak penelitian membuktikan bahwa itik tidak mutlak membutuhkan air untuk berenang. Terbukti
bahwa pemeliharaan
itik secara intensif dan terkurung dapat mencapai produksi yang optimal yaitu sebanyak 203
butir/tahun/ekor, sedangkan
yang digembalakan hanya menghasilkan telur sebanyak 124 butir/tahun.
Syarat Perkandangan
Kandang merupakan tempat kediaman ternak dan dari kandang tersebut, ternak memperoleh
manfaat. Agar pembuatan
kandang tersebut benar-benar menghasilkan manfaat yang sebesar-
besarnya bagi itik, maka diperlukan pengetahuan
tentang perkandangan antara lain:
1.
Kandang harus dapat memberikan kenyamanan bagi itik, artinya tidak menyebabkan itik gelisah dan
mudah terkejut.
2.
Kandang harus memberikan kesehatan bagi itik yang ada di dalamnya (tingkat kematian itik dalam
kandang rendah).
3.
Kandang yang dibangun harus memberikan
hasil bagi peternak berupa telur yang lebih banyak daripada pemeliharaan
tanpa kandang.
4.
Dalam membangun kandang hendaknya tidak mengganggu peternak dan keluarganya. Sebaliknya
keluarga peternak
juga tidak mengganggu itik tersebut.
5.
Kandang yang dibangun itu harus memenuhi syarat ekonomis, artinya tidak terlalu mahal tetapi
memenuhi syarat di atas.

Jenis Kandang
1. Kandang Itik Sistem Terkurung
Kandang ini sesuai bagi itik komersial untuk produksi telur konsumsi. Lantai kandang dapat terbuat
dari tanah yang
dipadatkan, bagian atas dilapisi kapur dan barulah diletakkan alas berupa kulit padi atau bekas
serutan gergaji.
Kelemahannya adalah bila alas kandang basah karena tumpahan air minum, agak sulit untuk
membersihkan dan
mengeringkannya terutama pada daerah yang kelembabannya
terlalu tinggi, hal ini akan menyebabkan timbulnya
penyakit.
2. Kandang Itik Sistem Pekarangan
Kandang itik sistem ini merupakan kombinasi antara terkurung dengan sistem lepas. Lantai kandang
padat yang dilapisi
sekam padi. Atap kandang yang cocok adalah atap satu muka dengan lubang angin di atasnya. Pada
pekarangan yang
disediakan itulah terdapat tempat pakan dan minuman itik. Sedikit pelindung akan berguna
melindungi itik dari teriknya
matahari dan hujan. Sekitar pekarangan dibuat pagar dengan tinggi ± 75 cm.

3. Kandang Itik Sistem Baterai


Kandang sistem ini mirip sekali dengan kandang baterai untuk ayam petelur yaitu kandang individual.
Semua kandang
baterai dikumpulkan pada satu tempat dan diberi atap serta dindingnya dipagar dengan bambu
anyaman atau kawat.
Kandang yang Ideal
Kandang yang diarahkan ke timur dengan maksud untuk memberikan kesempatan sinar matahari
pagi masuk ke dalam
kandang, dengan demikian diharapkan ruangan kandang menjadi sehat dan cukup terang. Tinggi
kandang dibuat tidak
kurang dari 2 meter, sehingga peternak tidak perlu membungkukkan badan pada saat melakukan
pekerjaan di dalam
kandang. Dinding kandang sebaiknya ditutup tembok/bambu setinggi 60 cm dari lantai, sedangkan
sisanya dibiarkan
terbuka cukup ditutup dengan kawat atau bilah-bilah bambu.
Hal lain yang menjadi penentu ideal tidaknya kandang yang kita dirikan adalah luasan kandang serta
daya tampungnya.
Sebagai patokan tiap satu meter persegi kandang bisa didiami dengan 4 ekor itik dewasa (umur > 6
bulan) dengan
rumus sebagai berikut:
http://jakarta.litbang.deptan.go.id/klinikagribisnis/ - Klinik Agribisnis DKI Jakarta Powered by Mambo Open Source Generated: 6 January, 2013, 19:33
Jumlah itik yang akan dipelihara
=
Luas kandang yang
4
diperlukan (m2)

atau

Panjang kandang (m) X lebar (m) X 4 = Jumlah itik yang dipelihara

Sumber: LIPTAN BPTP JAKARTA, No.:06/LIPTAN/BPTP JKT/2001


http://jakarta.litbang.deptan.go.id/klinikagribisnis/ - Klinik Agribisnis DKI Jakarta Powered by Mambo Open Source Generated: 6 January, 2013, 19:33
Untuk membuat kandang bebek atau itik, perlu memperhatikan rambu-rambunya agar
beternak itik/bebek bisa maksimal hasilnya. Berikut beberapa hal yang perlu diperhatikan
dalam membuat kandang itik/bebek:

 Cahaya matahari secara tidak langsung harus masuk ke dalam kandang.


 Kandang itik membujur dengan arah timur-barat, posisi ini akan mencegah
masuknya sinar matahari sepanjang hari yang akan menyebabkan suhu kandang
menjadi panas.
 Itik memerlukan ruang gerak yang cukup besar, lebih besar daripada ayam,
karena itik/bebek mudah kaget, jadi perlu ada ruang agak besar agar bebek bisa
berlari. 2 ekor itik perlu kandang 1 meter persegi.
 Tinggi kandang minimal 2 meter, agar sirkulasi udara cukup. Dan agar tidak
susah membersihkan kandang/tidak perlu jongkok.
 Sebaiknya sisi kandang terbuka, artinya tidak terbuat dari bahan tembok atau
bahan lain yang menutupi. Tutupi dengan kawat bagian sisinya. 60 cm ke atas
dari tanah, baru pakai dinding, lebih baik pakai tembok agar bisa menahan
pantulan panas dari tanah. Pada saat bebek masih kecil dan belum tahan dingin,
sekitar kandang ditutupi plastik/karung.(Dari berbagai sumber)

Aceh Development International Conference 2011 (ADIC 2011)


26-28 March 2011, UKM-Bangi, Malaysia
SISTEM KANDANG TERTUTUP DALAM MANAJEMEN
PETERNAKAN UNGGAS
Danang Dwi Cahyadi*, Mochammad Rifqi Wijaya, Nurida Dessalma S,
Pradipta Nuri Adiyati
1Fakultas Kedokteran Hewan, IPB, Bogor, Jawa Barat, Indonesia
*Email: danang_dwicahyadi@yahoo.com
Abstrak
Sistem perkandangan unggas memiliki perbedaan dengan pekandangan
pada ternak lainnya. Pengawasan kesehatan unggas mengacu pada good
breeding dan good farming practices. Lokasi pendirian peternakan unggas
harus sesuai dengan RUTR (Rencana Umum Tata Ruang), RDTR (Rencana
Detail Tata Ruang) dan persyaratan isolasi. Sistem perkandangan tertutup
dapat merealisasikan good breeding dan good farming practices melalui
pengaturan otomatis. Kandang tertutup dapat diaplikasikan dalam
peternakan unggas dan memiliki beberapa keuntungan untuk meningkatkan
produktivitas dan kesehatan unggas. Sistem ini memungkinkan pengawasan
konsumsi pakan, kesehatan, dan pengendalian parasit. Kondisi bioklimat
mempengaruhi secara langsung kondisi fisiologi unggas yang berpengaruh
terhadap kesehatan dan produksi unggas. Permasalahan bioklimat dapat
diatasi dengan manajemen kandang tertutup dengan pengaturan temperatur
untuk mengurangi faktor stres yang disebabkan oleh perubahan suhu.
Terdapat dua macam sistem kandang tertutup, yaitu sistem tunnel dan
cooling pad. Kedua sistem tersebut dapat menyediakan sirkulasi udara yang
baik untuk meminimalkan faktor stres di peternakan unggas. Dengan
menggunakan sistem kandang tertutup, zona nyaman bagi unggas dapat
dicapai untuk peningkatan produksi dan kesehatan unggas.
Kata kunci: unggas; kandang tertutup; kesehatan unggas
Pendahuluan
Dunia perunggasan di Indonesia sudah semakin berkembang, baik pengelolaan
maupun teknologinya. Pengembangan manajemen usaha perunggasan juga sudah
semakin mempertimbangkan target pencapaian produksi yang optimal serta
penurunan tingkat kegagalan panen akibat penyakit dan masalah manajemen. Aceh
sebagai salah satu propinsi yang memiliki lahan yang cukup luas, mempunyai
prospek baik dalam dunia perunggasan. Hal ini terkait dengan perencanaan
pembangunan Aceh ke depan, masih banyak lahan yang bisa dimanfaatkan secara
optimal. Pemanfaatan lahan yang begitu luas perlu memperhatikan berbagai aspek
penting, seperti sosial, budaya, ekonomi, hingga masalah iklim.
Lahan yang tersedia di Aceh cukup luas, tetapi pemanfaatan lahan tersebut belum
optimal. Propinsi ini terletak di ujung barat dan menempati posisi strategis sebagai
pintu gerbang lalu lintas laut selat Malaka. Luas wilayah Aceh 57.365,57 km2,
kawasan lindung seluas 26.440,81 km2, dan kawasan budidaya seluas 30.924,76
km2 [1]. Aceh merupakan salah satu propinsi yang memiliki sumberdaya paling
lengkap di Indonesia. Tetapi bencana gempa dan tsunami tahun 2004 menyebabkan
banyak sarana peternakan rusak sehingga perlu dilakukan pembangunan
berkelanjutan.
Aceh Development International Conference 2011 (ADIC 2011)
26-28 March 2011, UKM-Bangi, Malaysia
Peternakan unggas merupakan salah satu peluang dalam pengembangan Aceh ke
depan, mengingat masih banyak lahan yang belum dimanfaatkan. Selain memiliki
lahan yang luas, peranan subsektor peternakan dalam perekonomian Aceh
menduduki posisi kedua setelah subsektor tanaman pangan dan holtikultura [2].
Pembangunan peternakan merupakan rangkaian kegiatan yang berkesinambungan
untuk mengembangkan kemampuan masyarakat, khususnya peternak, agar mampu
melaksanakan usaha produktif di bidang peternakan secara mandiri. Usaha tersebut
dilaksanakan oleh peternak, pelaku usaha, dan pemerintah sebagai fasilitator yang
mengarah kepada berkembangnya usaha peternakan yang efisien dan memberi
manfaat bagi peternak. Pembangunan peternakan di Propinsi Aceh ditujukan kepada
upaya peningkatan produksi peternakan, meningkatkan pendapatan dan
kesejahteraan petani peternak, memenuhi kebutuhan pangan dan gizi, menciptakan
kesempatan kerja dan berusaha, mendorong pengembangan agroindustri dan
agribisnis, serta mengembangkan sumberdaya peternakan dalam rangka kelestarian
lingkungan.
Pendirian peternakan unggas tentu saja berbeda dari sistem yang diterapkan pada
ternak lain. Peternakan unggas yang dibangun secara umum harus memperhatikan
Rencana Umum Tata Ruang (RUTR) dan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) yang
ditetapkan pemerintah, sehingga tidak akan menimbulkan konflik dan
ketidakseimbangan ekologi. Maksudnya, bahwa peternakan unggas tidak boleh
dibangun di tengah-tengah pemukiman penduduk atau lokasinya berdekatan dengan
tempat-tempat yang menjadi fasilitas umum. Persyaratan isolasi berupa pemberian
pagar keliling juga menjadi salah satu syarat bagi peternakan unggas yang baik.
Ketentuan tersebut memiliki alasan karena umumnya peternakan unggas di
Indonesia menggunakan sistem kandang terbuka yang menimbulkan permasalahan
klasik, yaitu masalah pencemaran udara dan lalat. Hal ini tentu saja mengganggu
kenyamanan dan kesehatan masyarakat serta unggas itu sendiri.
Isu lain yang perlu dicermati dalam peternakan unggas, baik unggas pedaging
maupun petelur, adalah masalah kesejahteraan hewan (animal welfare) dan
biosekuriti. Kesejahteraan hewan sangat penting karena memperlakukan unggas
dengan baik akan berpengaruh pada kondisi fisiologis, kesehatan, serta produktivitas
unggas tersebut. Van Horne dan Achterbosch (2008) menjelaskan bahwa masalah
kesejahteraan hewan mendapat banyak perhatian di Eropa dibandingkan dengan
negara lain di dunia. Kesejahteraan unggas di Eropa saat ini memiliki standar yang
lebih tinggi dari pada negara lain sebagai supplier produk unggas [3]. Upaya
pengembangan usaha peternakan yang memperhatikan aspek kesejahteraan hewan
dan biosekuriti dapat menjadi pangkal tolak pembangunan Aceh pascabencana
gempa dan tsunami. Pembangunan peternakan, subsektor unggas khususnya,
apabila dilakukan dengan manajemen yang baik akan memberikan produktivitas
tinggi yang dapat bermanfaat untuk masyarakat dan Pemerintah Aceh.
Sistem Kandang Tertutup
Pengelolaan kesehatan unggas dan tingkat produksi dalam suatu peternakan tidak
dapat dilepaskan dari manajemen perkandangan. Kandang menjadi hal yang sangat
penting karena kenyamanan (comfort zone) kandang berpengaruh terhadap kondisi
fisiologi tubuh unggas yang akhirnya akan mempengaruhi produktivitas unggas
tersebut. Oleh karena itu, konstruksi maupun jenis kandang yang digunakan dalam
suatu peternakan ditentukan pula oleh jenis iklim di daerah setempat. Menurut
Fadilah (2004), kandang sistem tertutup (close house) banyak diterapkan di daerah
yang beriklim panas, sedangkan pada daerah sejuk cukup menggunakan kandang
sistem postal atau beralas semen [4]. Iklim sangat berpengaruh terhadap penentuan
konstruksi dan kapasitas kandang.
Aceh Development International Conference 2011 (ADIC 2011)
26-28 March 2011, UKM-Bangi, Malaysia
Kandang adalah lingkungan terkecil tempat unggas hidup dan berproduksi. Oleh
karena itu, dibutuhkan kandang yang nyaman dan berpengaruh terhadap kesehatan
unggas yang prima dan menghasilkan produksi yang maksimal. Salah satu bagian
kandang yang berperan sebagai penyedia udara yang bersih adalah sistem ventilasi
yang baik. Aliran udara yang cukup akan mampu memberikan suplai oksigen untuk
kebutuhan pernapasan ayam sekaligus mengeluarkan CO2 dan amonia dari dalam
kandang. Selain itu, ventilasi yang baik akan menurunkan konsentrasi debu dan
mikroorganisme penyebab penyakit. Aliran udara dari dan ke kandang akan sangat
baik jika dibantu oleh tiupan angin secara alami. Jika tiupan angin kurang baik dapat
dibantu dengan kipas angin yang dipasang di tempat-tempat tertentu di dalam
kandang [5].
Penerapan peternakan unggas dengan menggunakan sistem kandang tertutup harus
memperhatikan konstruksi kandang dan juga peralatan kandang. Semua bentuk
kandang yang dibuat ditujukan agar ayam bisa nyaman dengan lingkungan sehingga
ayam dapat berproduksi dengan maksimal. Konstruksi kandang yang baik
seharusnya turut memperhatikan sistem ventilasi kandang. Sirkulasi udara dalam
kandang close house dapat menggunakan sistem tunnel dan cooling pad. Cooling
pad mengalirkan udara segar yang dibutuhkan ke dalam kandang dan exhaust fan
mengeluarkan udara kotor ke luar kandang. Kandang tertutup dengan sistem tunnel
menggunakan kipas untuk menarik udara ke dalam kandang serta dikeluarkan
melalui exhaust fan.
Pemilihan model dan sistem kandang sebaiknya memperhatikan kenyamanan
unggas yang dipelihara untuk mendapatkan hasil yang maksimal, karena kandang
merupakan salah satu unsur penting dalam keberhasilan pembibitan unggas. Bentuk
serta kapasitas kandang dapat menyediakan lingkungan yang sesuai untuk
kehidupan unggas sehingga memungkinkan unggas dapat berproduksi secara
maksimal [6]. Model kandang sistem terbuka tidak sesuai lagi dengan perkembangan
mutu genetik ayam ras saat ini, yaitu ayam dengan strain-strain modern dengan
tingkat pertumbuhan yang cepat bila dibandingkan dengan strain-strain ayam tempo
dulu. Kandang model tertutup dimaksudkan untuk meminimalkan kontak antara
ayam dengan kondisi lingkungan di luar kandang. Tujuan pembangunan kandang
sistem tertutup adalah menciptakan lingkungan ideal dalam kandang, meningkatkan
produktivitas ayam, efisiensi lahan dan tenaga kerja serta menciptakan usaha
peternakan yang ramah lingkungan [7].
Kondisi fisiologis dan metabolisme tubuh unggas sangat tergantung pada suhu dan
kelembaban lingkungan atau kandang tempat unggas tersebut dipelihara. Kondisi
lingkungan yang mempengaruhi produktivitas, kesehatan, dan penampilan unggas
meliputi suhu, kelembaban relatif, pencahayaan, sistem perkandangan, dan ventilasi
[8]. Pengaturan suhu dan kelembaban memberikan zona nyaman (comfort zone)
sehingga meningkatkan produktivitas unggas tersebut. Suhu lingkungan kandang
untuk pemeliharaan ayam adalah 25-28°C dengan kelembaban relatif 60-70% [9].
Apabila suhu lingkungan kandang berada di atas zona nyaman, peluang terjadinya
heat stress akan semakin tinggi. Heat stress merupakan cekaman yang diakibatkan
oleh suhu lingkungan kandang yang berada di atas zona nyaman (comfort zone)
atau suhu yang fluktuatif. Heat stress terjadi karena ayam tidak bisa
menyeimbangkan antara produksi dan pembuangan panas tubuhnya [10].
Aceh Development International Conference 2011 (ADIC 2011)
26-28 March 2011, UKM-Bangi, Malaysia
Penyediaan bibit unggas di Indonesia, baik ayam pedaging maupun petelur, masih
berupa hasil kerja sama dengan perusahaan induk penyedia bibit Grand Parent
Stock. Perusahaan induk tersebut berada di daerah beriklim subtropis dan
menggunakan sistem kandang tertutup. Pemeliharaan unggas dengan sistem
kandang yang berbeda dari asalnya tentu saja akan mengubah kualitas unggas
tersebut. Oleh karena itu, penerapan sistem kandang tertutup dapat mengontrol
kondisi kandang sesuai dengan kondisi di pembibitan sehingga produktivitas dan
kesehatan unggas dari strain yang baik dapat dipertahankan.
Penggunaan sistem kandang tertutup di banyak negara maju dan beberapa
peternakan unggas di Indonesia diharapkan mampu memberikan sirkulasi udara
yang terbaik bagi ayam. Di Indonesia baru sedikit peternakan yang menggunakan
kandang sistem tertutup. Hal ini disebabkan biaya investasi yang cukup tinggi
padahal beberapa peternakan yang sudah menerapkan sistem kandang tersebut
memperoleh keuntungan yang cenderung meningkat [5]. Selain itu, penerapan
sistem kandang tertutup di beberapa negara menjadi salah satu solusi dalam
mengatasi kasus flu burung, dimana sistem ini menyediakan keadaaan lingkungan
terkendali dan mencegah kontak langsung antara unggas di peternakan dengan
burung liar atau hewan lain yang membawa mikroorganisme patogen [11].
Manajemen Peternakan Unggas dengan Sistem Kandang Tertutup
Peternakan unggas yang menggunakan sistem kandang tertutup (close house
system) memiliki beberapa keuntungan dari segi manajemennya. Keuntungan dari
penerapan sistem kandang tertutup yaitu efisiensi lahan, pemberian pakan dan
minum, tenaga kerja, dan pengelolaan kesehatan. Peternak unggas di berbagai
wilayah di dunia telah mengerti bahwa untuk memelihara unggas dengan efisiensi
maksimal, beberapa kondisi harus dipenuhi, yaitu pencegahan stres, pemberian
pakan dan minum yang baik, dan sanitasi. Dengan memenuhi kondisi tersebut, pada
dasarnya peternak sudah menjamin terlaksananya prinsip kesejahteraan hewan.
Meskipun demikian, produktivitas tinggi dan kesehatan unggas tidak menjamin
kesejahteraan unggas yang baik [3].
Peternakan unggas dengan sistem kandang tertutup menyediakan suhu dan
kelembaban kandang yang terkontrol. Kepadatan populasi unggas dalam kandang
sistem tertutup bisa mencapai 15 ekor per meter persegi. Dibandingkan dengan
sistem kandang terbuka, dengan populasi 10 ekor per meter persegi, penggunaan
lahan untuk kandang lebih efisien dengan sistem kandang tertutup [12].
Sistem otomatisasi pada kandang sistem tertutup dapat mengefisienkan pemberian
pakan dan minum. Pemberian pakan dalam kandang menggunakan perangkat yang
secara otomatis akan mendistribusikan pakan ke seluruh flok kandang secara
merata. Pada sistem kandang tertutup, efisiensi pakan dapat dilakukan dengan
mengatur temperatur dan kelembaban. Card dan Nesheim (1972) menyatakan
bahwa semakin tinggi temperatur maka akan berpengaruh pada penurunan
konsumsi pakan unggas. Penurunan konsumsi pakan tersebut berdampak pada
produktivitas unggas. Suhu dan kelembaban yang terkontrol diharapkan dapat
meningkatkan konsumsi pakan, sehingga penampilan dan produktivitas unggas
dapat dimaksimalkan dan dari segi ekonomis dapat menurunkan biaya investasi [13].

Pemberian minum juga dilakukan secara otomatis dan ad-libitum.


Tenaga kerja yang dibutuhkan dalam manajemen peternakan dengan sistem
kandang tertutup relatif lebih sedikit. Tenaga kerja yang bertugas di kandang sistem
tertutup hanya bersifat mengontrol waktu pemberian pakan dan pengawasan. Pada
dasarnya peternak awam lebih mudah mengelola peternakan unggas dengan sistem
Aceh Development International Conference 2011 (ADIC 2011)
26-28 March 2011, UKM-Bangi, Malaysia
kandang tertutup dari pada dengan sistem kandang terbuka. Pengelolaan
peternakan unggas dengan sistem kandang terbuka (open house system)
membutuhkan tenaga kerja yang memilki keterampilan dan pengalaman, karena
permasalahan kompleks yang muncul lebih banyak. Dilihat dari segi kuantitas,
jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan untuk mengelola peternakan unggas dengan
sistem kandang tertutup tidak perlu sebanyak yang dibutuhkan dalam sistem
kandang terbuka.
Gambar 1: Contoh pemberian minum pada
salah satu kandang tertutup di wilayah Bogor,
Jawa Barat
Gambar 2: Kondisi di dalam peternakan
ayam yang menggunakan sistem kandang
tertutup
Penggunaan sistem kandang tertutup dalam suatu peternakan unggas memberikan
keuntungan dalam pengelolaan kesehatan unggas yang dipelihara. Pengelolaan
kesehatan unggas dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satunya faktor
manajemen kandang. Terbatasnya kontak unggas dengan unggas liar dan agen
patogen dari luar kandang akan mengurangi kemungkinan terjadinya penularan
penyakit dari vektor atau unggas lain di luar kandang. Hal ini dapat menurunkan
tingkat kematian unggas dalam suatu peternakan. Efisiensi pengelolaan kesehatan
unggas terkait dengan penerapan biosekuriti, yaitu penerapan biosekuriti yang lebih
baik dengan sistem kandang tertutup akan mengurangi biaya pengobatan serta
kerugian akibat tingginya tingkat kematian. Program vaksinasi dapat dikurangi
dengan penggunaan sistem kandang tertutup.
Bentuk kandang yang umum dijumpai di lapangan adalah kandang sistem terbuka
atau open house baik sistem panggung maupun sistem postal. Model kandang
sistem terbuka memberikan kontribusi yang kurang baik bila dibandingkan dengan
model kandang sistem tertutup. Di samping itu, model kandang sistem terbuka tidak
sesuai lagi dengan perkembangan mutu genetik ayam ras saat ini, yakni ayam
dengan strain-strain modern dengan tingkat pertumbuhan yang cepat bila
dibandingkan dengan strain-strain ayam terdahulu.
Aceh Development International Conference 2011 (ADIC 2011)
26-28 March 2011, UKM-Bangi, Malaysia
Kandang model tertutup dimaksudkan untuk mengurangi kontak antara ayam
dengan kondisi lingkungan di luar kandang, menciptakan lingkungan ideal dalam
kandang, meningkatkan produktivitas dan pertumbuhan ayam, efisiensi lahan, dan
tenaga kerja serta menciptakan usaha peternakan yang ramah lingkungan [14].
Penggunaan kandang tertutup memiliki keuntungan, yaitu memudahkan
pengawasan, pengaturan suhu dan kelembaban, pengaturan cahaya, mempunyai
ventilasi yang baik serta penyebaran penyakit mudah diatasi [15].
Penggunaan sistem kandang tertutup akan memberikan kualitas unggas yang lebih
baik dengan tingkat kematian yang rendah, kondisi pertumbuhan unggas yang
merata, dan penampilan unggas yang dihasilkan baik secara maksimal [16].
Pengelolaan kesehatan unggas di peternakan yang menggunakan sistem kandang
tertutup didukung dengan manajemen yang baik, meliputi pemeriksaan kondisi ayam
secara konsisten, pengawasan terhadap kesehatan lingkungan kandang, penerapan
isolasi terhadap unggas yang sakit, pelaksanaan sanitasi, program vaksinasi dan
pemberian obat, vitamin, dan antibiotik, serta pemusnahan unggas yang mati [17].
Biosekuriti pada Sistem Kandang Tertutup
Sistem manajemen yang baik dalam seluruh aspek yang terkait dengan peternakan
unggas mutlak diperlukan, karena sangat menentukan kualitas hasil ternak unggas
yang akan berdampak pula terhadap konsumen. Manajemen kesehatan hewan,
pemeliharaan, pakan, sanitasi dan desinfeksi merupakan beberapa contoh
manajemen yang perlu diperhatikan. Manajemen kesehatan hewan erat kaitannya
dengan biosekuriti. Biosekuriti bertujuan untuk mematikan agen penyakit agar tidak
menyebar baik dari dalam kandang ke lingkungan luar maupun mencegah masuknya
agen penyakit dari luar ke dalam kandang. Lingkungan peternakan harus
mendukung kesehatan dan kenyamanan bagi ternak sehingga mampu berproduksi
maksimal. Sanitasi yang diterapkan pada pekerja, peralatan, kendaraan, lingkungan,
dan kandang dapat dilakukan dengan menggunakan desinfektan sehingga sumber
penyakit yang ada dapat dicegah dan dapat dikurangi agar produksi ternak
maksimal.
Penerapan biosekuriti dalam peternakan unggas sangat penting, terkait dengan
penyebaran penyakit yang mudah menular dalam sistem kandang tertutup.
Kegagalan penerapan biosekuriti ini akan berpengaruh terhadap penyebaran
penyakit. Penerapan biosekuriti dalam pemeliharaan dan pengamanan peternakan
unggas di indonesia terbagi dalam empat sektor, dimana sektor satu merupakan
penerapan biosekuriti yang paling baik dengan adanya pembatasan terhadap lalu
lintas kendaraan ataupun orang dengan tingkat keamanan yang cukup tinggi [18].
Program penerapan biosekuriti merupakan salah satu tindakan untuk menghindari
terjadinya kontak antara hewan dan mikroorganisme untuk pertahanan pertama
dalam upaya pengendalian penyebaran penyakit seperti ND (Newcastle Disease),
IBD (Infectious Bursal Disease), dan AI (Avian Influenza). Biosekuriti menurut FAO
meliputi manajemen terhadap risiko biologis secara komprehensif untuk mewujudkan
keamanan pangan, melindungi kesehatan hewan, manusia dan tanaman, melindungi
lingkungan, serta berkontribusi dalam pengelolaan lingkungan yang berkelanjutan
[19].
Manajemen peternakan unggas harus didasarkan pada prinsip biosekuriti yang tepat,
diantaranya: (1) melakukan kontrol dan pembatasan terhadap kontaminasi antara
unggas, manusia, dan jenis hewan lainnya, (2) melaksanakan program sanitasi dan
desinfeksi dengan melakukan program kebersihan secara rutin untuk menciptakan
lingkungan kandang yang bersih dan bebas dari hama penyakit, dan (3)
melaksanakan program vaksinasi secara tepat dan akurat dalam upaya pencegahan
Aceh Development International Conference 2011 (ADIC 2011)
26-28 March 2011, UKM-Bangi, Malaysia
penyakit dengan pengobatan secara rutin [20]. Menurut Fadilah et al (2007)
pelaksanaan manajemen pemeliharaan yang baik meliputi manajemen produksi,
cara penanganan ayam mati, penanganan kotoran ternak, serta proses pencucian
kandang [21].
Penerapan biosekuriti akan berdampak baik pada kondisi fisiologi maupun
produktivitas unggas. Dalam bidang peternakan, biosekuriti termasuk dalam praktek
yang dirancang untuk mencegah penyebaran penyakit dari dan ke dalam suatu
peternakan. Biosekuriti di dalam peternakan unggas merupakan serangkaian
tahapan manajemen yang diambil untuk melindungi masuknya agen infeksius ke
dalam suatu kelompok atau flock ternak hewan [19]. Penerapan sistem kandang
tertutup secara keseluruhan dapat menyediakan lingkungan kandang yang terkontrol
dan mencegah terjadinya kontak antara unggas dengan unggas liar dari luar
kandang atau agen patogen lain. Penerapan sistem kandang tertutup lebih
mengefektifkan biaya karena sistem yang dijalankan merupakan bentuk
pengendalian dan pencegahan utama [11].
Kesimpulan
Pembangunan Aceh pada subsektor peternakan unggas dapat dicapai melalui
pengelolaan peternakan unggas dengan sistem yang tepat. Pengaruh kondisi
lingkungan dan iklim dapat diatasi dengan sistem kandang tertutup (close house
system). Penerapan sistem kandang tertutup memiliki kelebihan dalam efisiensi
lahan, tenaga kerja, pakan, dan pengelolaan kesehatan unggas sehingga dapat
menjadi solusi bagi pembangunan Aceh.
References
[1] http://pdf.usaid.gov/pdf_docs/PNADM119.pdf
[2] http://atdr.tdmrc.org:8084/jspui/handle/12345678 9/272?mode=full
[3] Van Horne P.L.M., Achterbosch T.J., “Animal welfare in poultry production systems:
impact of EU standards on world trade”, World’s Poultry Science Journal 64 (2008) 40-52
[4] Fadilah R., Panduan Mengelola Peternakan Ayam Broiler Komersial, (AgroMedia
Pustaka, Jakarta, 2004).
[5] Z. Abidin, Meningkatkan Produktivitas Ayam Ras Petelur, (Agromedia Pustaka, Jakarta,
2003).
[6] Winter A.R., E.M. Funk, Poultry Science and Practice, Fifth Edition, (J.B. Lippincott
Company, Chicago, Philadelphia, New York, U.S. A., 1956).
[7] http://www.majalahinfovet.com/2009/01/saatnya-rekonstruksi-kandang-open-atau.html
[8] Elijah O.A., Adedapo A, “The effect of climate on poultry productivity in Ilorin Kwara
State, Nigeria”, International Journal of Poultry Science 5 (2006) 1061-1068
[9] http://chickaholic.wordpress.com/2010/06/13/optimalkan-produksi-saat-heat-stress/
[10] Butcher G.D., Miles R, Heat Stress Management in Broilers, (Institute of Food and
Agricultural Sciences, University of Florida, 2009).
[11] Jullabutradee S., Kyule M.N., Baumann M.P.O., Zessin K.H., “Safety and quality
practices in closed-house poultry production in Thailand: lessons from 2004-avian
influenza outbreak”, Internet Journal of Food Safety 8 (2004) 3-6
[12] Direktorat Budidaya Ternak-Direktorat Jenderal Produksi Peternakan, Pedoman
Budidaya Ternak Ayam Pedaging yang Baik (Good Farming Practice), (Direktorat
Jenderal Produksi Peternakan, Jakarta, 2002).
Aceh Development International Conference 2011 (ADIC 2011)
26-28 March 2011, UKM-Bangi, Malaysia
[13] Card L.E., M.C. Nesheim, Poultry Production, (United State of America, 1972).
[14] Fadilah R., Kunci Sukses Beternak Ayam Broiler di Daerah Tropis, (AgroMedia Pustaka,
Jakarta, 2000).
[15] Sudaryani T., Santoso H, Pembibitan Ayam Buras, (Penebar Swadaya, Jakarta, 2004).
[16] http://www.majalahinfovet.com/2010/08/close-house-cara-modern-tingkatkan. html
[17] Rahmadi F.I., Manajemen Pemeliharaan Ayam Petelur di Peternakan Dony Farm
Kabupaten Magelang, (Tugas Akhir Program Diploma, Program Diploma III Agribisnis
Peternakan, Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret, Surakarta, 2009).
[18] B. Akoso, Waspada Flu Burung – Penyakit Menular Pada Hewan dan Manusia,
(Kanisius, Jakarta, 2006).
[19] http://higiene-pangan.blogspot.com/2010/02/biosekuriti.html
[20] Yaman A., Ayam Kampung Unggul Enam Minggu Panen, (Penebar Swadaya, Jakarta,
2010).
[21] Fadilah R., Iswandiari, Polana A, Beternak Unggas Bebas Flu Burung, (AgroMedia
Pustaka, Jakarta, 2007).
Type kandang

Dalam budidaya itik dikenal 3 tipe kandang itik.

Kandang baterai
Di kandang baterai, setiap 1 kandang hanya dihuni seekor itik dewasa. Ukuran kandang sekitar
50 cm x 50 cm x 45 cm. Bisa juga dibuat berkelompok, dihuni 5 ekor itik, asalkan kandang lebih
luas. Kandang dapat terbuat dari bilah bambu maupun rangka kawat. Biaya investasi kandang
baterai relative tinggi dibandingkan tipe kandang lain.

Perkawinan itik yang tinggal dalam kandang baterai dilakukan dengan cara inseminasi buatan.
Untuk itu, perhitungan tenaga kerjanya mencakup inseminator—ahli inseminasi buatan.
Keuntungannya, produktivitas itik lebih terkontrol dan pengendalian penyakitnya lebih terjaga.
Pengambilan telur di kandang baterai lebih mudah lantaran tempatnya terbatas. Namun,
sekarang, jarang peternak itik layer yang menggunakan kandang baterai. Kandang baterai hanya
dipakai pada saat memelihara itik starter.

Kandang ranch
Tipe kandang populer sekarang yaitu kandang ranch. Kandang yang merupakan modifi kasi dari
kandang postal itu menyediakan ruangan tempat ternak sebagai tempat umbaran—tempat
bermain. Tipe kandang itu juga disebut kandang umbaran. Kandang dilengkapi dengan kolam
atau saluran air tempat itik membersihkan diri atau sekedar mendinginkan tubuh di siang hari.
Tipe kandang ranch cocok untuk pemeliharaan itik petelur dewasa.

Kandang postal
Berbeda dengan kandang baterai, kandang
postal dihuni lebih dari satu itik. Satu kandang, populasinya dapat mencapai ratusan hingga
ribuan ekor tergantung luas kandang. Kandang postal itu cocok dipakai untuk itik grower. Tempat
makan dan minum itik disediakan dalam kandang sehingga relative menghemat tempat. Tinggi
kandang tidak boleh kurang dari 2 m. Tujuannya untuk memudahkan saat panen telur,
membersihkan kandang serta pemberian pakan.

By Muhammad Sonhaji
CP: 085624579061
from: tipe-kandang-itik.pdf

Kepadatan Kandang
Ukuran kandang itik petelur disesuaikan dengan populasi itik. Kapasitas kandang juga perlu
diperhatikan. Jangan sampai terlalu padat. Sesuaikan ukuran dengan luas kandang dan umur itik
yang dipelihara.
Anak itik 0 - 6 minggu, banyak populasi dalam luasan 1 m.
Itik dewasa 2 bulan lebih, banyak populasi dalam luasan 1 m2.
Modifikasi Kandang

Pemeliharaan itik di daerah beriklim basah perlu dicermati. Kandang itik harus dijaga agar lebih
hangat. Itik yang stres lantaran kedinginan dapat mogok bertelur atau produktivitasnya rendah.
Untuk itu, kandang dapat dimodifikasi dengan membuat kandang panggung.
Lantai kandang yang tidak bersentuhan
langsung dengan tanah membuat kondisi kandang lebih hangat. Tempat makan dan minum
disediakan di depan kandang. Itik tetap dapat makan meski di dalam kandang dengan cara
meneroboskan lehernya lewat celah kandang.

By Muhammad Sonhaji
CP: 085624579061
from: tipe-kandang-itik.pdf

Posted 4th September 2012 by MUHAMMAD SONHAJI

Kondisi Kandang

Berdasarkan kondisinya, jenis kandang dapat dibagi menjadi kandang basah dan kandang
kering.

Kandang basah
Kandang basah berarti ada tempat khusus untuk aktivitas mandi, minum, berenang, dan
membantu proses perkawinan berupa kolam. Sistem kandang basah cocok untuk mencetak telur
tetas. Untuk itik petelur, kolam jangan terlalu luas agar itik tidak terlalu banyak mengeluarkan
tenaga. Tujuannya agar energi yang dialokasikan untuk menghasilkan telur lebih banyak. Untuk
system kandang basah sebaiknya diberi jarak antara kandang dan kolam, sekitar 2—3 m.
Fungsinya agar kandang tidak terlalu basah saat itik masuk sehabis melakukan aktivitas di
kolam. Kandang yang terlalu basah cenderung cepat berbau dan berisiko mengundang penyakit.

Kandang kering
Kandang kering hanya menyediakan air untuk aktivitas mencuci muka dan minum. Aktivitas itik
dibatasi sehingga energi yang diperoleh dari pakan diperuntukkan untuk memproduksi telur.
Kelebihan lain, kandang kering adalah meminimalisasi bau kotoran itik.

By Muhammad Sonhaji
CP: 085624579061
from: tipe-kandang-itik.pdf

Analisis Usaha Budidaya

Perkiraan analisis budidaya itik di Semarang


tahun 1999 adalah sebagai berikut:
Permodalan
a. Modal kerja
- Anak itik siap telur um 6 bl 36 paket x 500 ek x Rp 6.000 Rp 108.000.000,-
- Biaya kelancaran usaha dan lain-lain Rp 4.000.000,-
b. Modal Investasi
- Kebutuhan kandang 36 paket x Rp 500.000,- Rp 18.000.000,-
Jumlah kebutuhan modal : Rp 130.000.000,-

Prasyaratan kredit yang dikehendaki:


- Bunga (menurun) 20% /tahun
- Masa tanggung angsuran 1 tahun
- Lama kredit 3 tahun

Biaya-biaya
a. Biaya kelancaran usaha dan lain-lain Rp 4.000.000,-
b. Biaya tetap
- Biaya pengambalian kredit:
- Biaya pengambalian angsuran dan bunga tahun I Rp 14.723.000,-
- Biaya pengambalian angsuran dan bunga tahun II Rp 86.125.000,-
- Biaya pengambalian angsuran dan bunga tahun III Rp 73.125.000,-
- Biaya penyusutan kandang:
- biaya penyusutan kandang tahun I Rp 3.600.000,-
- biaya penyusutan kandang tahun II Rp 3.600.000,-
- biaya penyusutan kandang tahun III Rp 3.600.000,-

Biaya tidak tetap


a. Biaya pembayaran ransum:
- biaya ransum tahun I Rp 245.700.000,-
- biaya ransum tahun II Rp 453.600.000,-
- biaya ransum tahun III Rp 453.600.000,-
b. Biaya pembayaran itik siap produksi:
- pembayaran tahun I Rp 108.000.000,-
- pembayaran tahun II -
- pembayaran tahun III -
c. Biaya pembayaran obat-obatan:
- biaya pembayaran obat-obatan tahun I Rp 2.457.000,-
- biaya pembayaran obat-obatan tahun II Rp 4.536.000,-
- biaya pembayaran obat-obatan tahun III Rp 4.436.000,-
(Biaya obat-obatan adalah 1% dari biaya ransum)

Pendapatan
a. Penjualan telur tahun I Rp 384.749.920,-
b. Penjualan telur tahun II Rp 615.600.000,-
c. Penjualan telur tahun III Rp 615.600.000,-
d. Penjualan itik culling 2 x 1.425 x Rp 2.000,- Rp 5.700.000,-

Gambaran Peluang Agribisnis


Telur dan daging itik merupakan komoditi ekspor yang dapat memberikan keuntungan besar.
Kebutuhan akan telur dan daging pasar internasional sangat besar dan masih tidak seimbang
dari persediaan yang ada. Hal ini dapat dilihat bahwa baru dua negara Thailand dan Malaysia
yang menjadi negara pengekspor terbesar. Hingga saat ini budidaya itik masih merupakan
komoditi yang menjanji untuk dikembangkan secara intensif.

HAMA DAN PENYAKIT ITIK

Secara garis besar penyakit itik dikelompokkan dalam dua hal yaitu:

1. penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme seperti virus, bakteri dan protozoa
2. penyakit yang disebabkan oleh defisiensi zat makanan dan tata laksana perkandangan yang
kurang tepat
Adapun jenis penyakit yang biasa terjangkit pada itik adalah:

1. Penyakit Duck Cholera


 Penyebab: bakteri Pasteurela avicida. Gejala: mencret, lumpuh, tinja kuning kehijauan.
 Pengendalian: sanitasi kandang,pengobatan dengan suntikan penisilin pada urat daging dada
dengan dosis sesuai label obat.

2. Penyakit Salmonellosis
 Penyebab: bakteri typhimurium.Gejala: pernafasan sesak, mencret.
 Pengendalian: sanitasi yang baik, pengobatan dengan furazolidone melalui pakan dengan
konsentrasi 0,04% atau dengan sulfadimidin yang dicampur air minum, dosis disesuaikan
dengan label obat.

PEMELIHARAAN ITIK

1. Sanitasi dan Tindakan Preventif


Sanitasi kandang mutlak diperlukan dalam pemeliharaan itik dan tindakan preventif (pencegahan
penyakit) perlu diperhatikan sejak dini untuk mewaspadai timbulnya penyakit.

2. Pengontrol Penyakit
Dilakukan setiap saat dan secara hati-hati serta menyeluruh. Cacat dan tangani secara serius
bila ada tanda-tanda kurang sehat pada itik.

3. Pemberian Pakan
Pemberian pakan itik tersebut dalam tiga fase, yaitu fase stater (umur 0–8 minggu), fase grower
(umur 8–18 minggu) dan fase layar (umur 18–27 minggu). Pakan ketiga fase tersebut berupa
pakan jadi dari pabrik (secara praktisnya) dengan kode masing-masing fase. Cara memberi
pakan tersebut terbagi dalam empat kelompok yaitu:

 umur 0-16 hari diberikan pada tempat pakan datar (tray feeder).
 umur 16-21 hari diberikan dengan tray feeder dan sebaran dilantai.
 umur 21 hari samapai 18 minggu disebar dilantai.
 umur 18 minggu–72 minggu, ada dua cara yaitu 7 hari pertama secara
pakan peralihan dengan memperhatikan permulaan produksi bertelur sampai produksi mencapai
5%. Setelah itu pemberian pakan itik secara ad libitum (terus menerus).
Dalam hal pakan itik secara ad libitum, untuk menghemat pakan biaya baik tempat ransum
sendiri yang biasa diranum dari bahan-bahan seperti jagung, bekatul, tepung ikan, tepung
tulang, bungkil feed suplemen Pemberian minuman itik, berdasarkan pada umur itik juga yaitu:

 umur 0-7 hari, untuk 3 hari pertama iar minum ditambah vitamin dan mineral, tempatnya asam
seperti untuk anak ayam.
 umur 7-28 hari, tempat minum dipinggir kandang dan air minum diberikan secara ad libitum
(terus menerus).
 umur 28 hari-afkir, tempat minum berupa empat persegi panjang dengan ukuran 2 m x 15 cm
dan tingginya 10 cm untuk 200-300 ekor. Tiap hari dibersihkan.

4. Pemeliharaan Kandang
Kandang hendaknya selalu dijaga kebersihannya dan daya gunanya agar produksi tidak
terpengaruh dari kondisi kandang yang ada.

PEMBIBITAN ITIK

Ternak itik yang dipelihara harus benar-benar merupakan ternak unggul yang telah diuji
keunggulannya dalam memproduksi hasil ternak yang diharapkan.

1. Pemilihan bibit dan calon induk Pemilihan bibit


ada 3 ( tiga) cara untuk memperoleh bibit itik yang baik adalah sebagai berikut:

 membeli telur tetas dari induk itik yang dijamin keunggulannya


 memelihara induk itik yaitu pejantan + betina itik unggul untuk mendapatkan telur tetas kemudian
meletakannya pada mentok, ayam atau mesin tetas
 membeli DOD (Day Old Duck) dari pembibitan yang sudah dikenal mutunya maupun yang telah
mendapat rekomendasi dari dinas peternakan setempat.Ciri DOD yang baik adalah tidak cacat
(tidak sakit) dengan warna bulu kuning mengkilap.

2. Perawatan bibit dan calon induk


 Perawatan Bibit
Bibit (DOD) yang baru saja tiba dari pembibitan, hendaknya ditangani secara teknis agar tidak
salah rawat. Adapun penanganannya sebagai berikut: bibit diterima dan ditempatkan pada
kandang brooder (indukan) yang telah dipersiapkan sebelumnya. Dan hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam brooder adalah temperatur brooder diusahakan yang anak itik tersebar
secara merata, kapasitas kandang brooder (box) untuk 1 m2 mampu menampung 50 ekor DOD,
tempat pakan dan tempat minum sesuai dengan ketentuan yaitu jenis pakan itik fase stater dan
minumannya perlu ditambah vitamin/mineral.
 Perawatan calon Induk
Calon induk itik ada dua macam yaitu induk untuk produksi telur konsumsi dan induk untuk
produksi telur tetas. Perawatan keduanya sama saja, perbedaannya hanya pada induk untuk
produksi telur tetas harus ada pejantan dengan perbandingan 1 jantan untuk 5 – 6 ekor betina.

3. Reproduksi dan Perkawinan


Reproduksi atau perkembangbiakan dimaksudkan untuk mendapatkan telur tetas yang
fertil/terbuahi dengan baik oleh itik jantan. Sedangkan sistem perkawinan dikenal ada dua
macam yaitu itik hand mating/pakan itik yang dibuat oleh manusia dan nature mating
(perkawinan itik secara alami).

Penyiapan Sarana dan Peralatan Perkandangan Itik

1. Persyaratan temperatur kandang ± 39 derajat C.


2. Kelembaban kandang berkisar antara 60-65%
3. Penerangan kandang diberikan untuk memudahkan pengaturan kandang agar tata kandang
sesuai dengan fungsi bagian-bagian kandang
4. Model kandang ada 3 (tiga) jenis yaitu:

 kandang untuk anak itik (DOD) oada masa stater bisa disebut juga kandang box, dengan ukuran
1 m2 mampu menampung 50 ekor DOD.
 kandang Brower (untuk itik remaja) disebut model kandang Ren/kandang kelompok dengan
ukuran 16-100 ekor perkelompok.
 kandang layar ( untuk itik masa bertelur) modelnya bisa berupa kandang baterei ( satu atau dua
ekor dalam satu kotak) bisa juga berupa kandang lokasi ( kelompok) dengan ukuran setiap meter
persegi 4-5 ekor itik dewasa ( masa bertelur atau untuk 30 ekor itik dewasa dengan ukuran
kandang 3 x 2 meter).
5. Kondisi kandang dan perlengkapannya
Kondisi kandang tidak harus dari bahan yang mahal tetapi cukup sederhana asal tahan lama
(kuat). Untuk perlengkapannya berupa tempat makan, tempat minum dan mungkin
perelengkapan tambahan lain yang bermaksud positif dalam managemen

BUDIDAYA TERNAK ITIK

MANFAAT
1. Untuk usaha ekonomi kerakyatan mandiri.
2. Untuk mendapatkan telur itik konsumsi, daging, dan juga pembibitan ternak itik.
3. Kotorannya bisa sebagai pupuk tanaman pangan/palawija.
4. Sebagai pengisi kegiatan dimasa pensiun.
5. Untuk mencerdaskan bangsa melalui penyediaan gizi masyarakat.

PERSYARATAN LOKASI
Mengenai lokasi kandang yang perlu diperhatikan adalah: letak lokasi lokasi jauh dari
keramaian/pemukiman penduduk, mempunyai letak transportasi yang mudah dijangkau dari
lokasi pemasaran dan kondisi lingkungan kandang mempunyai iklim yang kondusif bagi produksi
ataupun produktivitas ternak. Itik serta kondisi lokasi tidak rawan penggusuran dalam beberapa
periode produksi.

PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA


Sebelum seorang peternak memulai usahanya, harus menyiapkan diri, terutama dalam hal
pemahaman tentang pancausaha beternak yaitu (1). Perkandangan; (2). Bibit Unggul; (3). Pakan
Ternak; (4). Tata Laksana dan (5). Pemasaran Hasil Ternak.

BUDIDAYA TERNAK ITIK

SEJARAH SINGKAT
Itik dikenal juga dengan istilah Bebek (bhs.Jawa). Nenek moyangnya berasal dari Amerika Utara
merupakan itik liar ( Anas moscha) atau Wild mallard. Terus menerus dijinakkan oleh manusia
hingga jadilah itik yang diperlihara sekarang yang disebut Anas domesticus (ternak itik).

SENTRA PERIKANAN
Secara internasional ternak itik terpusat di negara-negara Amerika utara, Amerika Selatan, Asia,
Filipina, Malaysia, Inggris, Perancis (negara yang mempunyai musim tropis dan subtropis).
Sedangkan di Indonesia ternak itik terpusatkan di daerah pulau Jawa (Tegal, Brebes dan
Mojosari), Kalimantan (Kecamatan Alabio, Kabupaten Amuntai) dan Bali serta Lombok.

JENIS
Klasifikasi (penggolongan) itik, menurut tipenya dikelompokkan dalam 3 (tiga) golongan, yaitu:

1. Itik petelur seperti Indian Runner, Khaki Campbell, Buff (Buff Orpington) dan CV 2000-INA;
2. Itik pedaging seperti Peking, Rouen, Aylesbury, Muscovy, Cayuga; (3). Itik ornamental (itik
kesayangan/hobby) seperti East India, Call (Grey Call), Mandariun, Blue Swedish, Crested,
Wood.
Jenis bibit unggul yang diternakkan, khususnya di Indonesia ialah jenis itik petelur seperti itik
tegal, itik khaki campbell, itik alabio, itik mojosari, itik bali, itik CV 2000-INA dan itik-itik petelur
unggul lainnya yang merupakan produk dari BPT (Balai Penelitian Ternak) Ciawi, Bogor.

Anda mungkin juga menyukai