Anda di halaman 1dari 7

TUGAS BAHASA INDONESIA

“UNSUR – UNSUR INTRINSIK DAN


EKSTRINSIK BIOGRAFI JENDRAL BESAR TNI
ABDUL HARIS NASUTION”
Alfan Arrazaq (02)
XII - IPS I
Seni Biografi Tokoh Abdul Haris Nasution

 Judul : ABDUL HARIS NASUTION


 Penulis : Agus Salim
 Editor : Tim IMCN
 Penerbit : PT INTIMEDIA CIPTANUSANTARA
 Nomor Penerbit : 253/IMCN/V/08
 Ukuran Buku : 14,8cm x 21cm
 Dicetak Oleh : PT. NUSANTARALESTARI CERIAPRATAMA
 Jumlah Halaman : 88 Halaman
 Kontak Pribadi : karikatur2005@yahoo.co.id

1. Unsur intrinsik
 Tema
Perjalanan hidup sang Jendral Besar TNI

 Alur
alur maju, dikarenakan Jendral Abdul Haris Nasution pada saat
masa kecilnya tinggal di Huta Pungkut dan berpendidikan hingga
beranjak menjadi guru, lalu mulai menitih didunia kemiliteran,
setela itu beliau sangat bersih keras mempertahankan kemerdekaan
indonesia dan dapat mempersatukan Angkatan Darat, dan mulai
diangkat menjdai ketua MPRS sampai akhir hidupnya belai
memiliki beberapa buku karya ciptaannya.

 Tokoh dan penokohan

a) Abdul Haris Nasution sebagai tokoh utama : cerdas,


bijaksana, tegas, dan pekerja keras.
b) H. Abdul Halim Nasution sebagai ayah : keras kepala, tegas,
dan sangat sibuk.
c) Hj. Zahrah Lubis sebagai ibu : lemah lembut, baik hati,
penyabar, dan penyayang.
d) Sunarti sebagai istri : ramah, disiplin, baik hati, dan
penyabar.
e) BungKarno sebagai rekan : cerdas, cepat mengambil
keputusan.
f) TB. Simatupang & Alex Kawilarang sebagai rekan
semiliteran : tangguh, tangkas, tidak mudah putus asa.
g) Amir syarifudin sebagai pimpinan PKI : bertanggungjawab,
cerdas dan bijaksana.
h) Letjen Ahmad Yani sebagai rekan : berprinsip, suka
membantah, dan mudah bekerjasama
i) Mayor Sumaryono sebagai pengawal : tangguh, dan
pemberani
j) Jendral Sudirman sebagai panglima besar TNI tahun 1945 –
1950 : pemberani, tangguh, cerdas, bijaksana.

 Latar/tempat & waktu

a) “Pada tanggal 3 Desember 1918, H. A. Halim Nasution


seseorang pedagang tekstil mendapat kabar bahwa sang istri
telah melahirkan anak keduanya”.
b) “Pukul 3 sore pulang kerumah dan langsung disambung
dengan belajar agama di madrasah”.
c) “Tahun 1932, Nasution berhasil menyelesaikan
pendidikannya di HIS”.
d) “Akhirnya, pada tahun 1937, Nasution berhasil
menamatkan Sekolah Guru (Kweekschool) Bandung”.
e) “Pada 8 Desember 1941, Jepang yang selama ini merupakan
sekutu Jerman di Asia, melakukan serangan mendadak
terhadap pangkalan militer Amerika Serikat di Pearl
Harbour, Hawaii”.
f) “Dalam perjalanan ke Bandung, Nasution tidak berani
menunjukan dirinya terang – terangan”.
g) “Setelah hampir 3 bulan Nasution berkelana mengayuh
sepeda, Nasution sampai ke Bandung dan langsung
menuju ke rumah Gondokusumo”.
h) “Pada 21 Juli 1947, Belanda mengerahkan kekuatan
militernya untuk menyerang daerah – daerah RI”.
i) “Pada 17 Januari 1948, ditandatangani Perjanjian Renville,
yang disambut dengan rasa kecewa”.
j) “Seminggu di Yogyakarta, Kolonel Nasution diangkat
sebagai Wakil Panglima Besar”.
k) “Pada tanggal 27 Desember 1949 di Den Haag, akhirya
Belanda mengakui kedaulatan Indonesia”.
l) “Pada 7 November 1955, A.H. Nasution dilantik Bungkarno
sebagai KSAD dalam upacara di Lapangan Banteng,
Jakarta”.
m) “Dinihari, 1 Oktober 1965 pukul 03:45 di rumah Menko
Hankam/KSAB Jendral Nasution di Jl. Teuku Umar,
didatangi segerombol pasukan yang merangsek masuk ke
rumah”.
n) “Setelah hari mulai agak siang, barulah Nasution keluar”.
o) “Bertepatan dengan Hari Angkatan bersenjata 5
Oktober 1965, ketujuh jenazah perwira AD itu di
semayamkan di Mabes AD, untuk selanjutnya dimakamkan
di Taman Makam Pahlawan Kalibata”.
p) “Dua tahun setelah runtuhnya kekuasaan Orde Baru,
pada Rabu 6 Agustus 2000, Jendral Besar A.H. Nasution
wafat di RS. Gatot Subroto, Jakarta”.

 Sudut Pandang
Sudut pandang buku tersebut yaitu orang ketiga pelaku utama, karena
penulis berada di luar cerita, ia menuturkan tokoh – tokoh tersebut
tetapi tidak terlibat dalam cerita.

 Gaya Bahasa
Penulis menyampaikan cerita dengan bahasa yang mudah dimengerti
tanpa kiasan sehingga cerita dapat dengan mudah dipahami, dan
memiliki majas Hiperbola, yaitu :
1. “ akibatnya meletus berbagai pertempuran di sepanjang
Bandung sampai Bogor”.
2. “Dinihari, 1 Oktober 1965 pukul 03:45 di rumah Menko
Hankam/KSAB Jendral Nasution di Jl. Teuku Umar,
didatangi segerombol pasukan yang merangsek masuk ke
rumah”.
 Amanat
a) Patuhilah perintah orangtua, karena degan itu akan membawa
keberkahan bagi diri sendiri
b) Tetaplah berjuang tanpa mudah putus asa
c) Berlaku adil itu penting, agar tidak merugikan orang lain
d) Janganlah berbuat curang agar kelak tidak meruntuhkan diri
sendiri
e) Berteman dengan siapa saja itu tidak dilarang, tetapi harus bisa
menetralkan keadaan
f) Berjuang tidak hanya dengan otot saja, harus pula
diseimbangkan dengan otak.
g) Jangan menyerah dengan keadaan karena setiap masalah psti
ada jalan keluarnya

2. Unsur Ekstrinsik
 Nilai – nilai dalam buku
a) Pendidikan : saat ayah A.H. Nasution bersih keras haru
menamatkan A.H.Nasution sekolah dengan baik dan benar
b) Moral : saat rekan – rekan A.H. Nasution mendukung
keputusan Nasution
c) Perjuangan : saat A.H. Nasution berjuang demi
mempertahankan kemerdekaan dan mempersatukan
angkatan darat
d) Politik : saat A.H. Nasution sempat berada didunia politik
e) Sosial : saat A.H. Nasution mempertahankan Indonesia
dalam Penjajahan
f) Agama : semasa kecilnya A.H. Nasution rajin mengaji
KESIMPULAN :

Di Negara kita tentu banyak pahlawan salah satunya yaitu Abdul Haris
Nasution nah kalian pasti tidak asing lagi dengan nama itu kan, taukah
kalian tentang riwayat hidup atau biografi dari Abdul Haris Nasution! Nah
kalu kalian belum tau saya akan memberikan informasinya secara
singkat, selamat membaca yah!

Abdul Haris Nasution merupakan tokoh yang berjuang untuk


mempertahankan keutuhan negara dan bangsa indonesia pada masa
1948-1965 tepat pada tanggal 3 Desember 1918 bertempat di hutan
pungut,Kota Nopan,Tapanalu Selatan lahir seorang pahlawan indonesia
yang bernama Abdul Haris Nasution beliau terlahir dari keluarga Batak
muslim, ia adalah anak kedua dan juga merupakan putra tertua dalam
keluarganya, ia di besarkan oleh ayah dan ibunya yang bernama H.A.
Nasution dan ibunya yang bernama Zahra Lubis keluarga Nasution
merupakan seorang petani yang menghasilkan kopi,tekstil,dan karet.

Abdul Haris Nasution menikah dengan sunanti putri dari Gondokusumo


pada 30 mei 1947 dan di karunia 2 orang anak bernama Hendriyanti
Saharah dan Ade Irma Suryani. Pada tahun 1932 ia tamat dari HIS,
setelah itu ia di beri beasiswa untuk melanjutkan ke Hollands Inlandsche
Kweek School di Bukittinggi. Pada tahun 1935 Nasution kemudian
melanjutkan studinya di Bandung selama tiga tahun.

Pada tahun 1940 Nasution bergabung dengan corps yang di bentuk oleh
Belanda yang bernama Corps Opleiding Reserve Offocieren(CORO),
lalu setelah kemerdekaan Nasution bergabung dengan TKR. Sejak
itulah banyak posisi Di emban Nasution seperti kepala staf
Komandemen TKR Jawa Bara, Komando Divisi lll, Panglima Divisi
Siliwangi, wakil Panglima Besar Angkatan perang, Panglima tentara dan
Teritorial Djawa. Nasution merupakan salah satu dari sasaran peristiwa
G-30-S/PKI, tetapi beliau berhasil meloloskan diri dalam peristiwa itu,
tetapi anaknya Ade Irma Suryani Nasution dan ajudannya Lettu Pierre
Tendean menjadi korban.

Pada masa order baru Nasution pernah menjabat sebagai ketua MPRS,
pada waktu memasuki usia pensiun tahun 1972, pangkat beliau naik
menjadi Jenderal Besar TNI. Nasution meninggal pada tanggal 5
September 2000 dan di makamkan di tanah makam pahlawan Kalibata,
Jakarta. Oleh pemerintah Nasution di anugrahi gelar Pahlawan Nasional
melalui SK Presiden No.073/TK/2002.

Anda mungkin juga menyukai