Anda di halaman 1dari 3

Naufan Ghifari

180110150033
Kelas A
IDEOLOGI TANPA MEMANDANG DOGMA
ANALISIS CERPEN ATHEIS KARYA M. DAWAM RAHARDJO
SEMIOTIKA RIFFATERRE

Sastra merupakan suatu karya seni bahasa yang mempunyai peranan penting dalam
kehidupan sehari-hari. Di antaranya, sastra dianggap sebagai hiburan yang menyenangkan, ada
juga yang menganggap bahwa sastra bisa mendidik manusia melalui nilai-nilai moral yang
terkandung di dalamnya. Ada beberapa karya sastra yang disampaikan melalui sistem tanda, salah
satunya adalah cerpen. Suatu karya sastra memberikan gambaran kehidupan seseorang yang
dihadirkan pengarang. Cerpen sebagai salah satu karya sastra yang memberikan peranan penting
dalam memberikan pandangan tentang kehidupan secara imajinatif. “Atheis” adalah salah satu dari
sekian banyak karya sastra ketertarikan peneliti untuk memahami dan mengetahui segi
strukturalisme semiotik yang terkandung dalam cerpen ini. Penelitian ini menggunakan rancangan
penelitian deskriptif. Data dari analisis ini berupa kajian struktural semiotik dalam Atheis.
Sedangkan sumber data dari penelitian ini adalah cerpen “Atheis” karya M. Dawam Rahardjo.
Cerpen ini dilatar belakangi oleh masalah ideologi kepercayaan manusia.
Cerpen “Atheis” secara umum memiliki alur sorot balik (flashback). Cerita tersebut
dimulai dengan deskriptif kemudian dilanjutkan dengan paparan, dari paparan kemudian
dilanjutkan dengan rumitan. Kemudian dari rumitan menuju klimaks. Secara singkat ditinjau dari
segi akhir cerita, dapat diceritakan plot atau jalan cerita cerpen “Atheis” sebagai berikut bahwa
alur yang digunakan adalah alur terbuka. Hal ini kita ketahui setelah membaca cepen tersebut,
ceritanya diakhiri dengan klimaks, tanpa penyelesaian. Dalam hal ini penyelesaian diserahkan
pada pembaca. Akhir dari cerpen ini kita sebagai pembaca dituntut untuk mereka-reka atau
menduga apa yang terjadi setelah tokoh dari cerita tersebut. Kita dituntut untuk menganalisa
sendiri apakah yang akan terjadi dengan kehidupan dari tokoh lain. Novel ini memberikan kepada
kita kesempatan untuk mereka-reka atau menduga kelanjutannya, kita juga dapat memberikan
gambaran tentang cerita tersebut sampai akhir. Jadi secara keseluruhan akhir dari cerita ini dapat
ditentukan oleh pembaca.
Dalam novel “Atheis” yang berperan sebagai tokoh utama adalah (1) Tokoh Aku dan (2)
Parman .Kedua tokoh ini dalam roaman atheis senantiasa hadir dalam setiap kejadian atau
peristiwa. Sedangkan yang berperan sebagai tokoh tambahan adalah (1) Ikhsan, (2) KH Abu Amar,
(3) Ibu, (4) KH Hamam Jafar, (5) Kiai Zarkasi, (6) Kiai Sahal. (7) Kiai Parto.
Dalam novel “Atheis” terdapat beberapa tokoh serta karakteristiknya, seperti :
Aku : Tokoh utama dalam cerita pendek atheis, dia adalah seroang petani di desa nya
dan anak ketiga dari 5 bersaudara.
Suparman : Anak sulung yang mengelola konsultan nya sediri sebagai sebagai seroang arsitek
lulusn ITB.
Ikhsan : Anak ke dua yang ber sekolah di pesantren KH Hamam Jafar.
Kiai Zarkasi : Sebagai kiai di salah satu Pesantren Gontor.
KH Abu Amar : Ulama Solo.
Kiai Sahal : sebagai kiai di salah satu Pesantren Gontor.
Kiai Parto : Karakter Ayah dari tokoh utama yang mengirm anak-anak nya ke Pesantren.
Ibu : Karakter Ibu dari tokoh utama.

Sudut pandang yang digunakan dalam novel Atheis ini adalah sudut pandang campuran,
yakni menggunakan sudut pandang orang pertama sekaligus pelaku utama, sudut pandang orang
pertama bukan utama, dan sudut pandang orang ketiga. Amanat yang terkandung dalam novel
Atheis ini menurut penulis adalah Jadilah orang yang percaya diri, sehingga dapat memilih mana
yang baik dan buruk.
Pada cerpen atheis terdapat penggantian Bahasa atau campur kode seperti pada kalimat
ndoro kalimat itu berasal dari Bahasa jawa yang jika di artikan kedalam Bahasa Indonesia arti nya
adalah sapaan kepada bangsawan dan majikan, pada cerpen atheis juga jika di bandingkan dengan
kenyataan sekitar banyak orang yang berpikir radikal untuk mencari jati diri nya sediri dan berpikir
secara filsafat untuk mengetahui arti dari kebenaran yang selama ini kita cari tanpa harus berkaitan
dengan dogma. Matriks yang terdapat pada cerpen ini terdapat kalimat “mas suparman memiliki
pengamalan yang dramatis” maksud dari kata dramatis bahwa suparman penah mengalami suatu
kejadian yang bisa menggetarkan hati nya sehingga ia bisa berpindah keyakinan menjadi seorang
atheis.
Cepen Atheis karya M. Dawam Rahardjo ini merupakan novel yang sangat patut untuk
dianalisis, latar belakang pengarang sendiri berprofesi sebagai dosen di salah satu universitas di
Yogyakarta, cerpen ini merupakan cerpen yang sangat menarik dan sangat patut untuk dibaca.
Keunikan cerpen ini terlihat dari karakter tokoh, gaya bahasa, dan sudut pandang yang digunakan
didalamnya. M. Dawam Rahardjo berhasil membuat semua tokoh yang terdapat novel ini menjadi
hidup dan membawa pembaca untuk larut didalam ceritanya. Gaya bahasa yang tegas dan apa
adanya membuat pembaca mudah untuk masuk kedalam ceritanya. Sudut pandang campuran yang
digunakan juga mampu menarik pembaca dan membuat pembaca penasaran, sehingga bertekad
untuk membaca hingga akhir cerpen Atheis ini. M. Dawam Rahardo juga memberikan amanat-
amanat secara tersirat yang membuat pembaca akan berhati-hati dalam pergaul dan mempercayai
suatu hal.

10 KATA PENANDA KUAT DAN HUBUNGAN NYA DALAM CERPEN ATHEIS

1. Manusia. 6. Atheis
2. Agama 7. Kebebasan
3. Iman 8. 0000Radikal
4. Islam 9. Tuhan
5. Sesat 10. Syari’at

10 Hubungan kata penanda kuat ini berkaitan langsung dalam cerpen atheis seperti hal nya
manusia yang menjadi sumber dan pelaku pada cerpen ini bersinggungan dengan keyakinanan nya
tentang memilih kehidupan bebas nya dengan berpikir secara radikal tanpa melihat agama dengan
tidak mempercayai bahwa akan adanya tuhan sehingga di sebut pemikiran sesat oleh adik nya dan
tentunya pemikiran tersebut sudah di pikirkan oleh Suparman sedalam mungkin tanpa
menggunakan syari’at agama sehingga terlepas lah ke imanan nya dan menjadi seorang atheis.

Anda mungkin juga menyukai