S
ejak tahun 1947, setelah penemuan manuskrip-manuskrip Laut Mati, para ahli
sibuk mengaitkan dengan sejarah Kekristenan awal. Meskipun masih banyak ahli
masih berpendapat lain, namun kesimpulan para penelitian awal bahwa Naskah
Laut Mati adalah peninggalan Eseni (Essene) - entah naskah-naskah itu ditulis oleh
mereka, atau sebagian yang lain adalah koleksi mereka sebelum mereka mengasingkan
diri, adalah pendapat yang paling kuat. Sebagaimana sudah dikemukakan di depan,
kaum Eseni adalah sekelompok orang Yahudi yang tidak puas dengan kehidupan
keagamaan di Bait Allah Yerusalem, kemudian mereka mendirikan komunitas tersendiri
di Laut Merah di bawah pimpinan seorang Guru Kebenaran (Moreh HaTsedeq) atau
Guru Komunitas (Moreh HaYahad). Menurut hasil penelitian terakhir, komunitas
Qumran dimulai kira-kira pada akhir abad II SM atau permulaan abad I SM, dan
berakhir ketika tentara Romawi menghancurkannya kira-kira pada tahun 68 M.
Selanjutnya, dari sebelas gua-gua di Wadi Qumran telah meninggalkan bagi kita
naskah-naskah kuno, termasuk teks-teks Alkitab Perjanjian Lama, yang sebagian besar
tertulis dalam bahasa Ibrani/Aram dan sebagian kecil sisanya berbahasa Yunani
(khususnya Gua 7). Manuskrip terkuno dapat ditentukan berasal dari tahun 250 SM,
jadi 150 atau 100 tahun sebelum manuskrip itu dibawa oleh penghuni Qumran dalam
tempat pengungsiannya. Pada awal penemuan naskah-naskah ini, dunia ilmu
pengetahuan seperti tersentak. Lebih-lebih, ketika para ahli berusaha keras mencari-
cari 18 tahun kehidupan Yesus yang tidak dikisahkan dalam Perjanjian Baru. Hal ini
*)
Makalah disajikan dalam “Diskusi Tengah Bulanan” Institute for Syriac Christian
Studies (ISCS), di Gedung Pertemuan Keuskupan, Jl. W.R. Supratman 4, Surabaya, Selasa, 12
Februari 2013.
**)
Penulis adalah pendiri Institute for Syriac Christian Studies (ISCS), anggota dewan
konsultatif Indonesian Conference on Religion and Peace (ICRP), pengamat hubungan
antaragama, dan Budayawan.
tampak dari buku Charles Francis Potter, The Lost Years of Jesus Revealed.1 Jadi, banyak
orang harap-harap cemas dengan penemuan terbesar abad ke-20 tersebut, secara
khusus dalam usaha untuk mencari “benang merah” dengan sejarah gereja mula-mula.
Pesher Yesaya B
(4QpIsab)
Yang memuat
tafsiran Yes. 5:5-6
mengenai
hukuman Allah
atas Yerusalem.
Naskah ini dengan
jelas mencer-
minkan konflik
serius penafsir
dengan pemimpin
Bait Allah
“Dalam banyak segi”, tulis Duport Summer, “Tuan (Master) Galilea itu tampak
sebagai seorang reinkarnasi Guru Kebenaran dari Qumran yang sangat
mencengangkan”.2 Sedangkan Charles F. Potter, sambil mengemukakan teorinya
bahwa kaum Eseni di Qumran adalah “ibu dari Kekristenan”, secara lebih bombastis lagi
menulis:
Dan sekarang setelah terbukti bahwa sejarah Kekristenan dapat ditemukan dalam
masyarakat yang disebut Perjanjian Baru (B’rit HaHadasah) yang biasa disebut
kaum Eseni. Masalah penting yang menantang seluruh dunia Kristen ialah apakah
seorang anak akan mempunyai keperwiraan atau keberanian dan kejujuran untuk
mengakui dan menghormati ibunya sendiri.3
Pada tahun-tahun pertama penemuan Laut Mati, para ahli memang terpaku
kepada paralel yang begitu dekat antara komunitas Eseni dengan Kekristenan. Bukan
hanya madzab yang mendiami Wadi Qumran ini menjuluki dirinya “Paguyuban
Perjanjian Baru”, tetapi juga sejumlah term yang begitu dekat: tamsil “terang” dan
“gelap”, peranan Melkisedek, pembenaran oleh iman, dan masih banyak lagi. Meskipun
demikian, semakin banyak paralel antara fragmen-fragmen kaum Eseni dikumpulkan,
1
Charles Francis Potter, The Lost Years of Jesus Revealed (New York: Mentor Book,
1959), hlm. 46-47.
2
Duport Summer, Dead Sea Scrolls: A Prelimary Survey (New York: Basil Blackwell,
1952), hlm. 100.
3
Charles F. Potter, Op. Cit., hlm. 10.
ternyata pemaknaan istilah-istilah itu jauh berbeda, bahkan tidak jarang bertentangan
satu sama lain. Pada masa sekarang ini, identifikasi Yesus Kristus dengan sosok Guru
Kebenaran dari madzab Eseni sudah ditinggalkan para ahli, karena masa kehidupan
antara keduanya memang kira-kira berbeda satu abad.
2. KAUM ESENI:
SEKILAS SEJARAH, KEHIDUPAN DAN KEYAKINANNYA
Para ahli berbeda pendapat mengenai asal-usul kata “Eseni” (Ibrani modern:
ִא ִסיִ ים- Isiyim). Menurut G. Vermes, Essene berarti “penyembuh”, berhubungan erat
dengan kata Aram ‘Asayya (Inggris: physicians).4 Sarjana lain berpendapat, kata Essene
adalah Yunanisasi dari ungkapan Ibrani: עושי התורה- ‘Osê HaTorah, artinya “pelaku
Taurat” (1QpHab 8:1). Dari bahasa Yunani, kata Εσσήνοι - Essenoi, atau Εσσαίοι -
Essaioi, yang kemudian dilafalkan menjadi “Essene” oleh beberapa bapa gereja
permulaan.5 Ada pula ahli yang mengatakan bahwa istilah Essene berasal dari bahasa
Aram Asen (Ibrani: Hasid), yang artinya “orang saleh”. Kata Ibrani חסידים- Hasidim
ini dalam Maz. 149:1 dimaknai “orang-orang saleh”. Selanjutnya, bentuk Yunani Essenoi
atau Essenai dijumpai dalam tulisan Flavius Josephus (War II, 8:2; Ant. XV, 10:4).6 Kata
umum חסידים- Hasidim sejak abad II SM mendapat arti khusus untuk menyebut
gerakan politik tertentu.
Guru Kebenaran (dalam bahasa Ibrani: Moreh HaTsedeq) adalah sosok yang
ditemukan di beberapa naskah Gulungan Laut Mati, yang paling menonjol adalah
naskah B’rit Demesyeq atau Dokumen Damascus (CD). Berbeda dengan naskah-naskah
lain yang hanya memuat gelarnya Guru Kebenaran (Moreh HaTsedeq) atau Guru
Paguyuban (Moreh HaYahad) dan musuh-musuhnya yang disebut Imam Jahat (Kohen
HaRasa’) dan Manusia Pendusta (Ish haKazav), dokumen ini adalah satu-satunya
naskah Qumran yang memuat tarikh tampilnya Sang Guru seperti disebutkan dalam CD
1:3-11 yang berbunyi:
4
Joseph A. Fitzmyer, Op. Cit., hlm. 96-97.
5
Ibid.
6
William Whiston - Paul L. Maier, Op. Cit., hlm. 520-521 dan 736.
Berdasarkan catatan sejarah, pembuangan ke Babel terjadi tahun 586 SM. Dan
berbeda dengan madzab Yahudi lain yang menggunakan kalender bulan (Qomariyah),
kaum Eseni memakai kalender matahari (Syamsyiah), sehingga hitungan 390 tahun dari
pembuangan di Babel dapat dihitung seperti kalender yang berlaku sekarang. Karena
itu, 390 tahun setelah pembuangan Babel akan jatuh pada tahun 196 SM. Tahun ini
masih ditambah lagi dengan 20 tahun sebagai tenggang waktu Guru Kebenaran
“meraba-raba mencari jalan keluar”, sehingga permulaan berkaryanya sang guru akan
jatuh pada tahun 176 SM. Tahun ini merupakan awal kekuasaan dinasti Hasmonaim,
yaitu antara tahun 175-63 SM. Dari Dokumen Damascus tersebut dapat disimpulkan
bahwa Guru Kebenaran hidup pada zaman dinasti ini.
Kalau begitu siapakah Guru Kebenaran itu? Setelah tarikhnya ditentukan pada
zaman Hasmonaim, selanjutnya berdasarkan Serekh HaYahad - Disiplin Paguyuban
(1QS), identitas Sang Guru dapat diketahui, yaitu berasal dari “Keturunan Zodak,
keluarga imam yang memelihara perjanjian” (benei Tsadoq ha kohanîm shomeri
HaB’rit).8 Perlu dicatat bahwa Zadok adalah imam besar yang pertama dari Bait Allah
pertama Yerusalem. Menurut Jerome Murphy O’Conner, Guru Kebenaran adalah
7
Manuskrip asli dan aksara Ibrani modern dikutip dari Magen Broshi (ed.), The
Damascus Document Reconsidered (Jerusalem: The Israel Exploration Society - The Shrine of
the Book, Israel Museum, 1992), hlm. 10-11. Terbitan bilingual Hebrew-English: Florentino
Garcia Martinez and Eibert J.C. Tigchelaar (ed.), The Dead Sea Scrolls Study Edition, Vol. I 1Q1-
4Q273 (Leiden-New York-Koln: Brill, 1997), hlm. 550-551.
8
James H. Charlesworth - Henry W. L. Rietz (ed.), The Dead Sea Scrolls: Rules of the
Community (Phildelpia-Jerusalem: The American Interfaith Institute World Alliance of Interfaith
Organization - Shrine of The Book, Israel Museum, I996), hlm. 40-41.
seorang imam besar keturunan Zadok yang pada tahun 152 SM yang mungkin
digulingkan oleh Yonatan, atas dukungan Penguasa Seleukid, yaitu Alexander Balas.9
Masalahnya, dalam sumber sejarah selama ini, tidak ada catatan bahwa ada imam
besar yang digulingkan oleh Yonatan pada kurun waktu tersebut.
Laut Mati
dan Wadi
Qumran
dilihat dari
dalam
gua-gua
tempat
ditemukannya
Naskah
Gulungan
Laut Mati
9
Jerome Murphy O’Connor, Teacher of Righteousness (New York: Doubleday, 1992),
hlm. 340.
10
H. Stegemann, The Library of Qumran: On the Essenes, Qumran, John the Baptist and
Jesus (Micighan: Grand Rapids, 1998), hlm. 139-210.
11
William Whiston and Paul L. Maier, Op. Cit., hlm. 695.
TABEL 3.1.
GURU KEBENARAN DAN SEJARAH DINASTI SELEUKID DAN HASMONAIM
Berdasarkan kronik yang diolah dari berbagai sumber di atas, tampaklah bahwa
jabatan Imam Besar setelah berdirinya dinasti Hasmonaim, khususnya setelah
bertahtanya Yonatan Makabe (152-142 SM) dan raja-raja berikutnya, selalu dirangkap
oleh raja-raja Hasmonaim. Meskipun raja-raja Hasmonaim adalah keturunan imam-
imam, namun mereka bukan keturunan Tzadoq yang berhak atas jabatan Imam Besar.
Karena itu, dimata Guru Kebenaran dan para pengikutnya, pengambilalihan jabatan itu
oleh Yonatan dan raja-raja sesudahnya adalah merupakan pelanggaran terhadap
Taurat Musa. Untuk lebih jelas memahami latarbelakangnya, dapat diikuti daftar nama-
nama Imam Besar menjelang dan awal dinasti Hasmonaim di bawah ini:
TABEL 3.2.
GURU KEBENARAN DAN DAFTAR IMAM BESAR MENJELANG DAN AWAL DINASTI
HASMONAIM
12
Para ahli pernah mempertimbangkan apakah penghuni Laut Mati itu pernah
mengasingkan diri ke Damsyik (Damaskus) Syria sehingga salah satu fragmen mereka sebut
“Dokumen Damascus”. Tetapi kini pemikiran tersebut sudah ditinggalkan, dan “Damascus”
dipahami sebagai sebutan simbolis sebagai “tempat pembuangan”, seperti disebut juga oleh
Nabi Amos (Am. 5:26-27). E.W. Tuinstra dan I.W.J. Hendrik, Kisah dan Makna Naskah-Naskah
dari Laut Mati (Jakarta: BPK. Gunung Mulia, 1976), hlm. 53-54.
Pesher
Habakkuk
(1QpHab 9)
yang memuat
penafsiran
Hab. 2:8-11.
Dalam bagian
ini dijelaskan
identitas
Imam Jahat,
musuh Guru
Kebenaran
“... tafsiran mengenai Imam Jahat, yang diserahkan Allah ke tangan musuhnya
karena kejahatannya kepada Guru Kebenaran dan para pengikutnya, supaya ia
direndahkan dan celaka sampai mati dengan hati yang pedih, karena kejahatan
yang dilakukannya atas semua umat pilihan Allah”.13
“Tafsiran berkaitan dengan Imam Jahat, yang disebut setia pada waktu mulai
memerintah. Tetapi sementara ia berkuasa di Israel hatinya mulai congkak. Ia
meninggalkan Allah dan melanggar hukumnya demi kepentingan kekayaan. Ia
mencuri dan menyimpan kekayaan dari orang-orang yang kejam yang sudah
memberontak kepada Allah. Sampai ia menyita hal milik masyarakat umum, dan
13
Florentino Garcia Martinez − Eibert J.C. Tigchelaar (ed.), The Dead Sea Scrolls, Vol.1
1Q1 – 4Q273 (Leiden-New York-Koln: E.J. Brill, 1997), hlm. 18-19.
Selanjutnya, para pemberontak yang tidak suka Raja Yonatan hidup dalam
ketenteraman dengan para pengikutnya, akhirnya mendatangkan Bakhides dan
pasukannya untuk memerangi Yerusalem. Yonatan dan Simon mengungsi ke Beit-Basi,
dan tentara Bakhides menyusul untuk melancarkan peperangan, namun tentara
Bakhides kalah. Setelah kekalahannya, justru Yonatan merundingkan perdamaian. Usul
itu diterima dengan senang hati oleh Bakhides, dan ia berjanji tidak akan
mengusahakan yang jahat kepada Yonatan (I Mak. 7:58-73). Pada waktu yang
14
Ibid., hlm. 12-13.
Sang Guru dan para pengikutnya meninggalkan Bait Allah di Yerusalem, dan
memimpin kaum Hasidim dalam pengungsian. Kelompok Hasidim ini akhirnya lebih
populer dikenal sebagai kaum Eseni. Seperti telah disebutkan di atas, berdasarkan
Dokumen Damascus, masa pelayanan Sang Guru Kebenaran diperkirakan dari tahun
167 SM, lalu mendirikan Yahad (Paguyuban) di Qumran sekitar tahun 135 SM, sampai
meninggalnya sebelum tahun 100 SM, sebelum Jenderal Pompey dari Roma (Kittim)
memasuki wilayah Yudea tahun 63 SM. Sepeninggalnya, paguyuban yang didirikannya
terus berlangsung, sampai tentara Romawi meluluh-lantahkan pemukiman mereka
tahun 68 M. Sejak masa itu, kaum Eseni seakan-akan hilang ditelan masa, sampai
Naskah Laut Mati ditemukan pada tahun 1947. Tarikh ini cocok dengan tafsiran ilmu
arkheologi yang menghitung pembangunan Paguyuban Eseni di Qumran antara tahun
150-100 SM, meskipun dalam detail masih menyimpan misteri yang harus dipecahkan.
Artinya: “Untuk Raja Yonathan dan semua umat bangsamu Israel yang tersebar di
empat penjuru angin, kiranya kedamaian atas mereka dan atas seluruh kerajaanmu”.15
Menurut Michael Wise, Martin Abegg, dan Edward Cook, Yonatan adalah nama
Ibrani dari Alexander Janneus (103-76 SM), seorang pemimpin dinasti Hasmonaim yang
15
Robert Eiseman and Michael Wise, Op. Cit., hlm. 280-281.
menyebut dirinya “raja” (melekh). Naskah tersebut dengan jelas lebih bersahabat kaum
Hasmonean, padahal sikap umum kaum Eseni adalah anti-Hasmonean. Selanjutnya,
mereka mengaitkannya dengan Naskah Megillat HaMiqdash - Gulungan Bait Allah (11
Q19), yang menyebut bahwa “Singa murka biasa menggantung di Israel pada zaman
dahulu”. Karena itu, menurut Michael Wise, Si Singa Murka itu bisa diidentifikasi
dengan sosok Alexander Janneus yang menyalibkan 800 orang, dan berpihak kepada
Demetrius III, raja Yunani ketika menyerang Yudea. Tindakan “Si Singa Murka” ini,
malahan dipuji dalam naskah 4QPNah, dan mereka yang dieksekusi mati disebut
sebagai “kaum penjilat”. Selain itu, naskah “Fragmen-Fragmen Sejarah” (4Q331, Kolom
2), dengan jelas menyebut tokoh historis Shelamtsiyon - nama Ibrani Salome
Alexandra, istri dan pengganti Alexander Janneus (76-67 SM).
1. Pesher Nahum (4QPNah), Fragmen 3-4. Kolom 1, setelah mengutip Nah. 2:11b,
menafsirkan: “(Ini mengacu kepada Demetrius), Raja Yunani, yang berusaha
memasuki Yerusalem melalui kaum Penjilat, (tetapi kota itu tidak pernah
sepenuhnya tunduk di bawah) raja-raja Yunani, dari Antiokhus sampai kedatangan
16
Michael Wise, Martin
M Abeggg Jr, and Eddward Cook, The Dead Sea Scrolls, A New
Tran
nslation (New
w York: Harp
per One, 2005). Hlm. 245.
17
Philip R. Davies, George J. Brooke, and Philip R. Callaway, The Complete World of The
Dead Sea Scrolls (New York: Thames and Hudson, 2002), hlm. 151.
18
William Whiston, Op. Cit., hlm. 404.
19
Ibid., hlm. 399-403.
2.3.. KEMATIAN
N SANG GURU KEBENA
ARAN
1
XX Moreh Ha
ayyahad, ‘a ashiah mi Ahron we mii yisra’el.20
ad amod Ma
Artinya:
XIX 33 Begitu ju
uga dengann semua orang yang memasuki jemaah P Perjanjian Baru
B di
Damascus, tetapi yang kembali dan tidak setia,
s serta menyimpan
ng dari sum
mber air
kehidupaan;
34
Tidaklah mereka diiperhitungkkan masuk dalam pagguyuban jemaah dan dalam
buku merreka dicatatt, terhitung mulai hari kematian.
1
XX Guru Pagguyuban, saampai kedatangan Dia yang diuraapi (Sang M
Mesias) dari Harun
21
dan Israel.
Ungkap
pan “hari dikumpulkan” (Ibrani: yôm ha asekk) adalah beentuk singkkat dari
“dikkumpulkan kepada bapa-bapa leluhurnya”, yang berarrti “wafat”, atau “men ninggal
dun
nia” (band. Kej.
K 25:17). Berdasarkaan penelitiaan paleografi, catatan iini ditulis se
ebelum
tahuun 100 SM.. Perlu dicatat pula, baahwa dalam
m naskah yaang mencattat kematian Guru
Paguyuban inii, tidak dissebut-sebutt kaum Kiittim (sebu utan simbolis untuk bangsa
Rommawi). Sebagai bangssa penakluk yang kejjam, bangssa Romawii baru memasuki
20
Mageen Broshi (ed
d.). Op. Cit.,, hlm. 46-47
7. Buku ini memuat
m foto
o manuskrip aslinya
kolo
om demi kolo
om berdamppingan dengaan salinannyaa dalam aksaara Ibrani mo
odern.
21
Ibid., hlm. 47.
wilayah Israel/Palestina kira-kira tahun 63 SM. Dari tarikh ini disimpulkan bahwa Guru
Kebenaran sudah wafat sebelum masuknya bangsa Romawi ke Palestina. Karena itu,
perkiraan sebelum tahun 100 SM sebagai akhir hidup Guru Kebenaran, paling sesuai
dengan fakta-fakta yang terungkap dari naskah-naskah Qumran. Penanggalan ini juga
cocok dengan kesimpulan penggalian arkheologis mutakhir, bahwa permulaan
pembangunan Qumran terjadi pada pemerintahan Yohanes Hyrkanus (135-104 SM).22
22
E.W. Tuinstra dan I.W.J. Hendrik, Op. Cit., hlm. 53.
Kristen, sebab “bahasa dan pengajaran” Perjanjian Baru, khususnya Injil Yohanes, tidak
lain hanya jiplakan dari pemikiran madzab Eseni di Qumran. Setelah 60 tahun berlalu
sejak penemuannya pertama kali tahun 1947, sekarang Qumran bukan misteri lagi.
Kesamaan-kesamaan dalam sejumlah terminologi itu, bukan hal yang aneh lagi, karena
baik Kekristenan maupun Qumran sama-sama berakar dari ibu yang satu, yaitu agama
Yahudi, bahkan berdasarkan kepada Kitab Suci yang sama.
Penemuan ini justru mestinya menyadarkan para pelemikus, bahwa di dunia ini
ada tiga komunitas agama, yang sudah berpisah kurang lebih 2.000 tahun, tetapi tetap
mendasarkan pada Kitab Suci sebagai sumber tertulis yang satu dan sama, yaitu Yahudi
dengan berbagai madzabnya, Samaria sebagai komunitas kuno yang masih bertahan
sebagai minoritas kecil di Palestina, dan Kristen dengan berbagai denominasinya.
Sebaliknya, umat Islam bisa saja meng-claim bahwa mereka juga mempercayai Taurat,
tetapi kenyataannya umat Islam hanya membayangkan ada wahyu Tuhan yang
bernama Taurat (dan yang mereka pahami menurut pengertian mereka sendiri tentang
wahyu Tuhan), tetapi begitu dihadapkan pada kenyataannya bahwa wahyu Allah yang
ada tidak seperti yang mereka bayangkan, langsung mengembangkan tuduhan
pemalsuan (tahrif). Tetapi bagaimana dengan kenyataan bahwa eksistensi Taurat
Yahudi, Samaria, dan Kristen ternyata sama meskipun ketiga komunitas
mengembangkan penafsiran yang berbeda?23 Kaum polemikus yang tetap tidak mau
sungguh-sungguh belajar, sebaliknya mereka justru hidup dalam mental “getto”
membangun benteng pertahanan demi menjamin “rasa aman” keyakinan agamanya
sendiri.
23
Kajian ilmiah mengenai tema ini, lihat: Thord and Maria Thordson, Qumran and the
Samaritans (Jerusalem: Emerezian Establishment, 1966), hlm. 19.
24
Pembaca yang serius mestinya cukup disadarkan ketika membaca tulisan M.
Hashem, Tantangan dari Gua Qumran, yang memasang salah satu halaman manuskrip Qumran
dalam bahasa asli Ibrani saja, terbalik (M. Hashem, Op. Cit., hlm 12). Apakah anda harus
membuang-buang waktu untuk terus membacanya? Naskah-naskah Laut Mati yang tidak ada
hubungan sama sekali dengan Islam, dipaksakan untuk mendukung kebenaran agama Islam.
pembaruan perjanjian dengan umat Israel dan Yehuda, dan baik komunitas Eseni
maupun gereja merasa bahwa nubuat itu telah digenapi dalam diri mereka. Sama
sekali, karena kaum Eseni maupun Kekristenan sama-sama berakar dari agama Yahudi,
bahkan mendasarkan pada Kitab Suci yang satu.
1. Yohanes hidup sebagai seorang nazir yang tidak minum anggur (Luk. 1:15),
“makanannya kacang belalang dan madu hutan” (Mat. 3:4, RSV),25 gaya hidup yang
tidak dijumpai pada suku Eseni;
2. Orang Eseni mempunyai ritus babtisan (mikweh) yang dilakukan beberapa kali
dalam setiap hari, tetapi babtisan Yohanes Pem-babtis hanya satu kali sebagai
pembabtisan pertobatan (Mrk. 1:4-6);
3. Misi Yohanes bersifat terbuka untuk semua orang, sedangkan kaum Eseni bersifat
eksklusif sebatas pada paguyuban (yahad) mereka sendiri.
25
Dalam bahasa asli kata yang secara salah diterjemahkan “belalang” adalah ἀκρίδες -
akrides yang artinya: locust bean (kacang belalang) atau buah dari pohon carob yang
bentuknya menyerupai belalang dan rasanya seperti coklat.
Kristen perdana (Kis. 2:42-47) yang tidak menekankan kepemilikan pribadi, ternyata
juga sejajar dengan cara hidup komunitas Eseni. Begitu dalam beberapa ajaran
teologisnya, munculnya tokoh Melkisedek dan pemaknaan teologis dalam
hubungannya dengan Mesias (Ibr. 7:1-9), hubungan Kristus dan malaikat-malaikat-Nya
(Ibr. 2:5-18), juga ditemukan banyak sekali kesejajaran dengan pemikiran madzab
Qumran.
Lebih dekat lagi, gambaran mengenai “gelap” (hosekh) dan “terang” (or), dan
juga sosok Melkisedek dalam Surat Ibrani, sangat berdekatan secara terminologis
dengan naskah-naskah dari Qumran. Dari kenyataan di atas, penemuan naskah-naskah
Qumran tidak hanya bermanfaat bagi studi Perjanjian Lama, tetapi lebih-lebih juga bagi
Perjanjian Baru. Sebelum penemuan Laut Mati, latar belakang sejarah, budaya dan
pemikiran keagamaan di belakang Yesus dan rasul-rasul-Nya seolah-olah kosong
selama hampir 2.000 tahun. Penemuan Naskah Laut Mati mengisi celah kosong itu.
“Celah kosong” itu yang antara lain diisi oleh para teolog liberal, misalnya dengan teori
mereka bahwa ide mengenai keilahian Yesus berasal dari pemikiran pagan Yunani
(Hellenisme), dan gelar “Tuhan” bagi Yesus Kristus (Kis. 2:36; Flp. 2:11), seasal dengan
Kyrios (Tuhan) dari dunia pagan yang antara lain diterapkan juga bagi Kaisar Romawi.
26
Mengenai pengharapan mesianik Yahudi dalam perspektif rabi-rabbi Yahudi pra-
Kristen dan kesejajarannya dengan pandangan Kristen, lihat dua buku Risto Santala, The
Messiah in The New Testament in The Light of Rabbinical Writings (Jerusalem: Keren Ahvah
Meshihit, 1992), hlm. 27-31; dan Al-Masih fi Al-‘Ahd al-Qadim (Cairo: Al-Jami’ wa al-Ikhraj Al-
Fani wa al-Thabâ’ah, 2003), hlm. 39-62.
Artinya: “... sampai kedatangan seorang yang akan mengajarkan ajaran yang benar
pada akhir zaman”.27
Berdasarkan perbedaan konsep yang cukup mencolok itu, jelas bahwa Yesus
bukan bergantung kepada sekte Eseni. Dan sebagaimana telah disinggung sebelumnya,
term-term yang sama tidak berarti apa-apa untuk membuktikan ketergantungan Yesus
dan Gereja Perdana terhadap Paguyuban Qumran. Misalnya, teori yang
menghubungkan tema Injil Yohanes tentang “terang dan gelap” dari salah satu naskah
berjudul Milkamah Bene Or we Bene Hosyek - Perang (1QM), sudah dianggap gugur.
Sebab dalam pandangan dualisme Qumran perang itu bersifat abadi, karena manusia
memang berada dalam medan tempur abadi antara “dua roh, yaitu roh yang baik dan
roh yang jahat”, sedangkan dalam Injil Yohanes: “Terang itu bercahaya dalam
kegelapan, dan kegelapan itu tidak menguasainya” (Yoh. 1:5). Maksudnya, terang telah
menang atas kegelapan. Diakui, tema “dua roh” ini memang muncul juga dalam
27
Sosok ini pernah disalahpahami sebagai kedatangan kembali Guru Kebenaran pada
akhir zaman. Kesimpulan ini akibat penafsiran Dupont-Sommer yang salah dari kata yoreh
haSedeq sebagai Guru Kebenaran: ‘Ad amod yoreh haTsedeq be aherit hayyamim (“... until the
coming of the teacher of rightousness at the ends of days”). Sebagai perbandingan, Joseph A.
Fitsmyer mengutip Hos. 10:12 dalam teks asli: ‘ad yabô we yoreh tsedeq lakhem (“till he comes
and ruins down rightousness upon you”). Karena itu, Yoreh haTsedeq tidak merujuk kepada
Guru Kebenaran (Joseph A. Fitsmyer, Op. Cit., hlm. 62-63).
Kekristenan purba yang agak belakangan, misalnya dalam “Surat Barnabas” (Epistle of
Barnabas),28 tetapi tidak muncul dalam ayat-ayat Perjanjian Baru.
28
Dokumen Gereja purba yang disebut Epistle of Barnabas (Arab: Risâlah Barnâbâ) ini
harus dibedakan dengan dokumen palsu berbahasa Itali dan Spanyol dari abad ke-16M yang
berjudul Injil Barnâbâ/The Gospel of Barnabas (Injil Barnabas). Perlu diketahui pula, bahwa
dalam sebuah dokumen abad ke-6M berjudul Dekrit Pseudo-Gelasius I, menyebut ada satu
naskah lagi yang memakai nama Barnabas, yaitu The Act of Barnabas (Kisah Barnabas) yang
ditulis pada abad ke-5M, yang secara salah disebut “Injil Barnabas”. Padahal apa yang disebut
Injil Barnabas sendiri tidak pernah ada, sampai ditulisnya buku “Injil Barnabas”, hasil pemalsuan
dari abad pertengahan yang lahir dari konteks polemik Kristen-Islam. Lihat: Bambang
Noorsena, Telaah Kritis Injil Barnabas (Yogyakarta: Yayasan Andi, 1993). Juga: Bishai ‘Abd al-
Masij, Barnabâ Rasûl al-Masîh: Hayâtuhu wa Risâlatuhu (Cairo: Maktabah an-Nasyir li ath-
Thabâah, 2001). Kenyataan bahwa kaum polemik Muslim tidak bisa memilah-milah dokumen
palsu dan sumber sejarah otentik, memang sangat memalukan jagad pemikiran ilmiah. Lihat:
M.A. Yusseff, Naskah Laut Mati, Injil Barnabas dan Perjanjian Baru (Jakarta: Fima Rodheta,
2006). Pemakaian dokumentasi palsu dalam dialog Kristen-Islam, sudah lama disayangkan oleh
Prof. Dr. H.A. Mukti Ali.
29
Florentino Garcia Martinez and Eibert J.C. Tigchelaar (ed.), Op. Cit., hlm. 570-571.
Magen Broshi (ed.), Op. Cit., hlm. 22-23. Florentino Garcia Martinez, The Dead Sea Scrolls
Translated. The Qumran Text in English – Complete in One Volume (Leiden-New York-Cologne:
E.J. Brill, 1992), hlm. 62-63.
Dr. Bambang
Noorsena
di depan
“Shrine of the Book”,
Museum Israel,
Yerusalem,
di sini naskah-
naskah Alkitab
Perjanjian Lama
berusia lebih
dari 2.000 tahun
disimpan.
Untuk lebih jelasnya, di bawah ini dirangkum persamaan dan perbedaan antara
Yesus dan Guru Kebenaran dalam Tabel 3.3. sebagai berikut:
TABEL 3.3.
PERSAMAAN DAN PERBEDAAN ANTARA YESUS KRISTUS DAN GURU KEBENARAN
30
Setelah gereja perdana berkembang di luar Israel memakai berbagai sistem kalender:
Kalender Matahari (syamsyiah) di Antiokia, dan Kalender Bintang (kawakibiyah) di Mesir
sebagai konsekuensi pesan kontekstualisasi (Mat. 28:19. Kata “panta ta ethne” (segala bangsa,
segala etnik bangsa-bangsa), termasuk bahasa, budaya dan sistem kalendernya.
4. CATATAN PENUTUP
Yudaisme kuno pada abad-abad menjelang kelahiran Yesus Kristus dan Kekristenan
Perdana. Selanjutnya, meskipun teori bahwa Guru Kebenaran adalah Yesus Kristus
sendiri tidak lahir dari seorang pakar yang serius, tetapi karena teori serampangan ini
sering dikembangkan dalam tulisan-tulisan polemis, informasi yang akurat yang
merujuk langsung pada teks-teks asli naskah-naskah Laut Mati perlu dikemukakan di
sini, bukan sekedar untuk meluruskan kesalahfahaman tetapi lebih-lebih secara jujur
dan apa adanya mengemukakan fakta-fakta yang sebenarnya dan makna penting
penemuan tersebut bagi kehidupan iman, khususnya Yahudi dan Kristen yang merujuk
kepada Kitab Suci yang satu dan sama.
Presiden Amerika
Serikat, Barack Obama,
sedang mengamati
naskah Nabi Yesaya
yang disimpan di
Shrine of The Books,
Museum Israel,
Yerusalem.
Salah satu fakta yang perlu diluruskan, Guru Kebenaran (Moreh HaTsedeq) atau
Guru Paguyuban (Moreh HaYahad) memang sudah pasti bukan Yesus Kristus. Guru
Kebenaran masih harus menunggu kedatangan Sang Mesiah Harun dan Israel,
sedangkan Yesus menegaskan bahwa diri-Nya adalah Sang Mesiah. Karena itu
konsekuensi dari gugurnya teori bahwa Yesus Kristus adalah Guru Kebenaran, pendiri
Paguyuban Eseni, atau minimal dipengaruhi oleh madzab Qumran itu, maka segala
spekulasi para penelaah pada tahun-tahun awal penemuan The Dead Sea Scrolls,
seperti Charles Francis Potter dan A. Powell Davis, yang kemudian diikuti atau dijiplak
sejauh menguntungkan oleh para polemikus Muslim, seperti H.M. Rasjidi, Saleh A.
Nahdi, M. Hashem, M.A. Jussef, dan masih banyak lagi, benar-benar hanya tinggal
sebagai opini tanpa bukti.