Anda di halaman 1dari 25

MENGUAK MISTERI

SANG GURU KEBENARAN


PENDIRI PAGUYUBAN ESENI*)
Oleh: Dr. Bambang Noorsena**)

1. BENARKAH YESUS KRISTUS ADALAH GURU KEBENARAN?

S
ejak tahun 1947, setelah penemuan manuskrip-manuskrip Laut Mati, para ahli
sibuk mengaitkan dengan sejarah Kekristenan awal. Meskipun masih banyak ahli
masih berpendapat lain, namun kesimpulan para penelitian awal bahwa Naskah
Laut Mati adalah peninggalan Eseni (Essene) - entah naskah-naskah itu ditulis oleh
mereka, atau sebagian yang lain adalah koleksi mereka sebelum mereka mengasingkan
diri, adalah pendapat yang paling kuat. Sebagaimana sudah dikemukakan di depan,
kaum Eseni adalah sekelompok orang Yahudi yang tidak puas dengan kehidupan
keagamaan di Bait Allah Yerusalem, kemudian mereka mendirikan komunitas tersendiri
di Laut Merah di bawah pimpinan seorang Guru Kebenaran (Moreh HaTsedeq) atau
Guru Komunitas (Moreh HaYahad). Menurut hasil penelitian terakhir, komunitas
Qumran dimulai kira-kira pada akhir abad II SM atau permulaan abad I SM, dan
berakhir ketika tentara Romawi menghancurkannya kira-kira pada tahun 68 M.

Selanjutnya, dari sebelas gua-gua di Wadi Qumran telah meninggalkan bagi kita
naskah-naskah kuno, termasuk teks-teks Alkitab Perjanjian Lama, yang sebagian besar
tertulis dalam bahasa Ibrani/Aram dan sebagian kecil sisanya berbahasa Yunani
(khususnya Gua 7). Manuskrip terkuno dapat ditentukan berasal dari tahun 250 SM,
jadi 150 atau 100 tahun sebelum manuskrip itu dibawa oleh penghuni Qumran dalam
tempat pengungsiannya. Pada awal penemuan naskah-naskah ini, dunia ilmu
pengetahuan seperti tersentak. Lebih-lebih, ketika para ahli berusaha keras mencari-
cari 18 tahun kehidupan Yesus yang tidak dikisahkan dalam Perjanjian Baru. Hal ini

*)
Makalah disajikan dalam “Diskusi Tengah Bulanan” Institute for Syriac Christian
Studies (ISCS), di Gedung Pertemuan Keuskupan, Jl. W.R. Supratman 4, Surabaya, Selasa, 12
Februari 2013.
**)
Penulis adalah pendiri Institute for Syriac Christian Studies (ISCS), anggota dewan
konsultatif Indonesian Conference on Religion and Peace (ICRP), pengamat hubungan
antaragama, dan Budayawan.

Edited by Glenn Tapidingan


Bambang Noorsena 2
THE DEAD SEA SCROLLS: Mengguncang atau Mendukung Kekristenan

tampak dari buku Charles Francis Potter, The Lost Years of Jesus Revealed.1 Jadi, banyak
orang harap-harap cemas dengan penemuan terbesar abad ke-20 tersebut, secara
khusus dalam usaha untuk mencari “benang merah” dengan sejarah gereja mula-mula.

Pesher Yesaya B
(4QpIsab)
Yang memuat
tafsiran Yes. 5:5-6
mengenai
hukuman Allah
atas Yerusalem.
Naskah ini dengan
jelas mencer-
minkan konflik
serius penafsir
dengan pemimpin
Bait Allah

“Dalam banyak segi”, tulis Duport Summer, “Tuan (Master) Galilea itu tampak
sebagai seorang reinkarnasi Guru Kebenaran dari Qumran yang sangat
mencengangkan”.2 Sedangkan Charles F. Potter, sambil mengemukakan teorinya
bahwa kaum Eseni di Qumran adalah “ibu dari Kekristenan”, secara lebih bombastis lagi
menulis:

Dan sekarang setelah terbukti bahwa sejarah Kekristenan dapat ditemukan dalam
masyarakat yang disebut Perjanjian Baru (B’rit HaHadasah) yang biasa disebut
kaum Eseni. Masalah penting yang menantang seluruh dunia Kristen ialah apakah
seorang anak akan mempunyai keperwiraan atau keberanian dan kejujuran untuk
mengakui dan menghormati ibunya sendiri.3

Pada tahun-tahun pertama penemuan Laut Mati, para ahli memang terpaku
kepada paralel yang begitu dekat antara komunitas Eseni dengan Kekristenan. Bukan
hanya madzab yang mendiami Wadi Qumran ini menjuluki dirinya “Paguyuban
Perjanjian Baru”, tetapi juga sejumlah term yang begitu dekat: tamsil “terang” dan
“gelap”, peranan Melkisedek, pembenaran oleh iman, dan masih banyak lagi. Meskipun
demikian, semakin banyak paralel antara fragmen-fragmen kaum Eseni dikumpulkan,

1
Charles Francis Potter, The Lost Years of Jesus Revealed (New York: Mentor Book,
1959), hlm. 46-47.
2
Duport Summer, Dead Sea Scrolls: A Prelimary Survey (New York: Basil Blackwell,
1952), hlm. 100.
3
Charles F. Potter, Op. Cit., hlm. 10.

Edited by Glenn Tapidingan


Bambang Noorsena 3
THE DEAD SEA SCROLLS: Mengguncang atau Mendukung Kekristenan

ternyata pemaknaan istilah-istilah itu jauh berbeda, bahkan tidak jarang bertentangan
satu sama lain. Pada masa sekarang ini, identifikasi Yesus Kristus dengan sosok Guru
Kebenaran dari madzab Eseni sudah ditinggalkan para ahli, karena masa kehidupan
antara keduanya memang kira-kira berbeda satu abad.

2. KAUM ESENI:
SEKILAS SEJARAH, KEHIDUPAN DAN KEYAKINANNYA

2.1. ASAL-USUL KATA “ESENI”

Para ahli berbeda pendapat mengenai asal-usul kata “Eseni” (Ibrani modern:
‫ ִא ִסיִ ים‬- Isiyim). Menurut G. Vermes, Essene berarti “penyembuh”, berhubungan erat
dengan kata Aram ‘Asayya (Inggris: physicians).4 Sarjana lain berpendapat, kata Essene
adalah Yunanisasi dari ungkapan Ibrani: ‫ עושי התורה‬- ‘Osê HaTorah, artinya “pelaku
Taurat” (1QpHab 8:1). Dari bahasa Yunani, kata Εσσήνοι - Essenoi, atau Εσσαίοι -
Essaioi, yang kemudian dilafalkan menjadi “Essene” oleh beberapa bapa gereja
permulaan.5 Ada pula ahli yang mengatakan bahwa istilah Essene berasal dari bahasa
Aram Asen (Ibrani: Hasid), yang artinya “orang saleh”. Kata Ibrani ‫ חסידים‬- Hasidim
ini dalam Maz. 149:1 dimaknai “orang-orang saleh”. Selanjutnya, bentuk Yunani Essenoi
atau Essenai dijumpai dalam tulisan Flavius Josephus (War II, 8:2; Ant. XV, 10:4).6 Kata
umum ‫ חסידים‬- Hasidim sejak abad II SM mendapat arti khusus untuk menyebut
gerakan politik tertentu.

2.2. GURU KEBENARAN VERSUS IMAM JAHAT

2.2.1. Tahun-Tahun Awal Karya Guru Kebenaran

Guru Kebenaran (dalam bahasa Ibrani: Moreh HaTsedeq) adalah sosok yang
ditemukan di beberapa naskah Gulungan Laut Mati, yang paling menonjol adalah
naskah B’rit Demesyeq atau Dokumen Damascus (CD). Berbeda dengan naskah-naskah
lain yang hanya memuat gelarnya Guru Kebenaran (Moreh HaTsedeq) atau Guru
Paguyuban (Moreh HaYahad) dan musuh-musuhnya yang disebut Imam Jahat (Kohen
HaRasa’) dan Manusia Pendusta (Ish haKazav), dokumen ini adalah satu-satunya
naskah Qumran yang memuat tarikh tampilnya Sang Guru seperti disebutkan dalam CD
1:3-11 yang berbunyi:
4
Joseph A. Fitzmyer, Op. Cit., hlm. 96-97.
5
Ibid.
6
William Whiston - Paul L. Maier, Op. Cit., hlm. 520-521 dan 736.

Edited by Glenn Tapidingan


Bambang Noorsena 4
THE DEAD SEA SCROLLS: Mengguncang atau Mendukung Kekristenan
(3)
Ketika dalam kebebalan mereka Israel meninggalkan-Nya, maka Tuhan
memalingkan wajah-Nya dari Israel dan dari tempat kudus-Nya; (4)dan
menghadapkan mereka pada mata pedang. Tetapi ketika Dia mengingat perjanjian
nenek moyang mereka, ditinggalkan-Nya suatu kaum sisa dari (5)Israel dan tidak
membiarkan mereka semua musnah, dan pada masa kemurkaan itu, yaitu tiga ratus
(6)
sembilan puluh tahun (shalosh me’at we tashi’im) ketika Dia menempatkan
mereka di bawah kekuasaan Nebukadnezar, Raja Babel, (7)mereka dipelihara-Nya.
Dari Israel dan Harun tambahlah suatu tunggul keturunan yang akan mewarisi
(8)
negeri-Nya dan berkembang biak berkat hasil tanah-Nya yang melimpah ruah.
Mereka menyadari kekejian mereka (9)sadar bahwa mereka adalah orang-orang
berdosa, dan telah berlaku sebagai orang yang buta dan seperti orang yang
meraba-raba mencari jalan selama (10)lebih dari dua puluh tahun (shanîm eshrîm).
Allah melihat perbuatan mereka, bahwa mereka telah mencari-Nya dengan
segenap hati, (11)sehingga telah dibangkitkan bagi mereka seorang Guru Kebenaran
(Moreh haTsedeq) yang menuntun mereka ke jalan hati-Nya.7

Berdasarkan catatan sejarah, pembuangan ke Babel terjadi tahun 586 SM. Dan
berbeda dengan madzab Yahudi lain yang menggunakan kalender bulan (Qomariyah),
kaum Eseni memakai kalender matahari (Syamsyiah), sehingga hitungan 390 tahun dari
pembuangan di Babel dapat dihitung seperti kalender yang berlaku sekarang. Karena
itu, 390 tahun setelah pembuangan Babel akan jatuh pada tahun 196 SM. Tahun ini
masih ditambah lagi dengan 20 tahun sebagai tenggang waktu Guru Kebenaran
“meraba-raba mencari jalan keluar”, sehingga permulaan berkaryanya sang guru akan
jatuh pada tahun 176 SM. Tahun ini merupakan awal kekuasaan dinasti Hasmonaim,
yaitu antara tahun 175-63 SM. Dari Dokumen Damascus tersebut dapat disimpulkan
bahwa Guru Kebenaran hidup pada zaman dinasti ini.

Kalau begitu siapakah Guru Kebenaran itu? Setelah tarikhnya ditentukan pada
zaman Hasmonaim, selanjutnya berdasarkan Serekh HaYahad - Disiplin Paguyuban
(1QS), identitas Sang Guru dapat diketahui, yaitu berasal dari “Keturunan Zodak,
keluarga imam yang memelihara perjanjian” (benei Tsadoq ha kohanîm shomeri
HaB’rit).8 Perlu dicatat bahwa Zadok adalah imam besar yang pertama dari Bait Allah
pertama Yerusalem. Menurut Jerome Murphy O’Conner, Guru Kebenaran adalah

7
Manuskrip asli dan aksara Ibrani modern dikutip dari Magen Broshi (ed.), The
Damascus Document Reconsidered (Jerusalem: The Israel Exploration Society - The Shrine of
the Book, Israel Museum, 1992), hlm. 10-11. Terbitan bilingual Hebrew-English: Florentino
Garcia Martinez and Eibert J.C. Tigchelaar (ed.), The Dead Sea Scrolls Study Edition, Vol. I 1Q1-
4Q273 (Leiden-New York-Koln: Brill, 1997), hlm. 550-551.
8
James H. Charlesworth - Henry W. L. Rietz (ed.), The Dead Sea Scrolls: Rules of the
Community (Phildelpia-Jerusalem: The American Interfaith Institute World Alliance of Interfaith
Organization - Shrine of The Book, Israel Museum, I996), hlm. 40-41.

Edited by Glenn Tapidingan


Bambang Noorsena 5
THE DEAD SEA SCROLLS: Mengguncang atau Mendukung Kekristenan

seorang imam besar keturunan Zadok yang pada tahun 152 SM yang mungkin
digulingkan oleh Yonatan, atas dukungan Penguasa Seleukid, yaitu Alexander Balas.9
Masalahnya, dalam sumber sejarah selama ini, tidak ada catatan bahwa ada imam
besar yang digulingkan oleh Yonatan pada kurun waktu tersebut.

Laut Mati
dan Wadi
Qumran
dilihat dari
dalam
gua-gua
tempat
ditemukannya
Naskah
Gulungan
Laut Mati

Dapat dicatat di sini, I Makabe 9:23-12:53 hanya mencatat persaingan


Alexander Balas dengan Demetrius I, dan Alexander Balas berhasil memikat Yonatan
dengan mengangkatnya sebagai Imam Besar (I Makabe 10:18-20). Namun Hartmut
Stegemenn, yang sejak tahun 1957 sebagai peneliti di Qumran Research Center,
Universitas Heidelberg, mengatakan bahwa absennya “penggulingan imam Tsadoq” ini,
memang dimaksud untuk menutupi fakta bahwa kaum Hasmonean telah merebut
jabatan keimamatan yang seharusnya diberikan kepada para imam keturunan
Tsadoq.10 Sebelum Yonatan diangkat sebagai Imam Besar tahun 152 SM, imam besar
sebelumnya yang selalu berasal dari keturunan Tsadoq adalah Alkimus yang wafat pada
tahun 159 SM. Jadi, antara tahun 159-153 SM tidak ada catatan siapa yang menjadi
Imam Besar. Fakta tentang “tujuh tahun keimamatan yang hilang” ini juga dicatat oleh
Flavius Josephus (Antiquities, XX:10, 237),11 sebagaimana dapat dilihat dari Tabel 3.1
dan Tabel 3.2.

9
Jerome Murphy O’Connor, Teacher of Righteousness (New York: Doubleday, 1992),
hlm. 340.
10
H. Stegemann, The Library of Qumran: On the Essenes, Qumran, John the Baptist and
Jesus (Micighan: Grand Rapids, 1998), hlm. 139-210.
11
William Whiston and Paul L. Maier, Op. Cit., hlm. 695.

Edited by Glenn Tapidingan


Bambang Noorsena 6
THE DEAD SEA SCROLLS: Mengguncang atau Mendukung Kekristenan

TABEL 3.1.
GURU KEBENARAN DAN SEJARAH DINASTI SELEUKID DAN HASMONAIM

TAHUN PERISTIWA SUMBER ACUAN


176 SM Antiokus Epifanes IV diangkat sebagai Raja 1 Mak. 1:10;
Seleukid. Guru Kebenaran mulai berkarya. War 1, 1:1;
CD-A 1,3-1 (4Q266)
174 SM Yason menggantikan Onias III sebagai Imam 1 Mak. 1: 16-64,
Besar, proses Hallenisasi bangsa Israel 2 Mak 4:1-22;
berlangsung. War 1, 1:1-2
171 SM Antiokus Epifanes IV menajiskan Bait Allah, 1 Mak. 1: 16-64,
mengasingkan Yason dan mengangkat Menelaus 2 Mak 4:23-29;
sebagai Imam Besar. War 1, 1:1-2
168 SM Pemberontakan Makabe diawali oleh Matatias. 1 Mak. 2:1-70

166 SM Matatias wafat, Yudas Makabe dibantu saudara- 1 Mak. 3; 4:1-35;


saudaranya meneruskan perjuangan. 2 Mak. 14:3
164 SM Yudas Makabe menang, Bait Allah disucikan 1 Mak. 4:36-61;2
kembali (Hanukkah), awal dinasti Hasmonaim. Mak. 10:1-9;
Ant. XII,7. (Bikk.1:6,
RS. 1:3, Tan.2:10
163 SM Antiokus Epifanes IV mati, diganti anaknya, 1 Mak. 7:14;
Antiokus V (umur 9 tahun) di bawah kendali Ant. XX.10; XII.9
Lisias.
161 SM X Demetrius I Soter menjadi raja Seleukid 1 Mak. 7:1.1
setelah membunuh Antiokus V dan Lisias.

X Menelaus dibunuh, Alkimus menjadi Imam Mak. 7:1-25;


Besar karena menjilat Demetrius I Soter, Ant. XII,9-10; XX.10
dengan memfitnah Yudas Makabe.
160 SM Yudas Makabe wafat digantikan oleh 1 Mak. 9:1-31
saudaranya, Yonatan Makabe.
152 SM Yonatan diangkat menjadi Imam Besar oleh 1 Mak. 10:1-21
Alexander Balas. Guru Kebenaran memisahkan 2QpPsalm 37.3:15-16
diri.
142 SM Yonatan mati terbunuh, Guru Kebenaran 1 Mak. 12:39-53;
menyebutnya sebagai“hukuman Allah”, Simon 1QpHab 9:9-12
menjadi Raja.
141 SM Simon Makabe menjadi Imam Besar, 1 Mak. 13:31-42
persahabatan dengan RajaDemetrius II.
134 SM Simon wafat, digantikan oleh putranya, Yohanes 1Mak.13:31-42
Hyrkanus I.
130 SM (?) Guru Kebenarnan mendirikan Paguyuban di 1QpHab 9:9-12
Qumran
Sebelum 100 SM Guru Kebenaran wafat sebelum kedatangan CD-A XIX: 33-35; XX.1
tentara Roma (Kittim)

Edited by Glenn Tapidingan


Bambang Noorsena 7
THE DEAD SEA SCROLLS: Mengguncang atau Mendukung Kekristenan

TAHUN PERISTIWA SUMBER ACUAN


100 SM - 63 M Komunitas Qumran terus berlangsung sampai Bukti dari pengujian
serbuan Roma tahun 68M. radio karbon C-14
atas naskah-naskah
Qumran.

(Sumber: Berbagai rujukan sejarah, diolah).

Berdasarkan kronik yang diolah dari berbagai sumber di atas, tampaklah bahwa
jabatan Imam Besar setelah berdirinya dinasti Hasmonaim, khususnya setelah
bertahtanya Yonatan Makabe (152-142 SM) dan raja-raja berikutnya, selalu dirangkap
oleh raja-raja Hasmonaim. Meskipun raja-raja Hasmonaim adalah keturunan imam-
imam, namun mereka bukan keturunan Tzadoq yang berhak atas jabatan Imam Besar.
Karena itu, dimata Guru Kebenaran dan para pengikutnya, pengambilalihan jabatan itu
oleh Yonatan dan raja-raja sesudahnya adalah merupakan pelanggaran terhadap
Taurat Musa. Untuk lebih jelas memahami latarbelakangnya, dapat diikuti daftar nama-
nama Imam Besar menjelang dan awal dinasti Hasmonaim di bawah ini:

TABEL 3.2.
GURU KEBENARAN DAN DAFTAR IMAM BESAR MENJELANG DAN AWAL DINASTI
HASMONAIM

TAHUN IMAM BESAR KETERANGAN

Seorang Imam Besar yang saleh dan takwa, sehingga


198-174 SM Onias III Bait Allah dan penduduk Yerusalem hidup aman dan
sentosa.
Yason, adik Onias III, merebut jabatan Imam Besar
174-171 SM Yason dengan cara menyogok Antiokus Epifanes IV, Raja
dinasti Seleukid.
Yason ganti digulingkan oleh Menelaus dengan cara
menyuap Antiokus Epifanes IV lebih besar. Onias III di
171-162 SM Menelaus
Dafne, dekat Antiokia, dibunuh setelah mengecam
Menelaus.
Setelah kematian Antiokus Epifanes IV, Alkimus
162-159 SM Alkimus merebut jabatan Imam Besar dengan bantuan
Demetrius I Soter.
Onias IV, Setelah Alkimus mati akibat gegar otak, tak ada
159-152
Guru Kebenaran? laporan dari 1-2 Makabe maupun Yosephus.
Yonatan merebut jabatan Imam Besar didukung
152-142 Yonatan
Alexander Balas.

(Sumber: Berbagai rujukan sejarah, diolah).

Edited by Glenn Tapidingan


Bambang Noorsena 8
THE DEAD SEA SCROLLS: Mengguncang atau Mendukung Kekristenan

Berdasarkan uraian di atas, disimpulkan bahwa sekalipun sosok Guru Kebenaran


memang tidak mudah diidentifikasi, tetapi yang pasti sosok yang dikaitkan dengan
kaum Eseni ini hidup lebih kurang satu abad sebelum zaman Yesus Kristus. Selanjutnya,
berdasarkan Dokumen Damascus bahwa karya Guru Kebenaran dimulai tahun 176 SM,
tahun yang sama dengan pengangkatan Antiokhus Epifanes sebagai Raja Sekeukus yang
sangat antipati terhadap Yudaisme, maka sebagai tokoh kaum Hasidim nalurinya pasti
tersentak dengan pengangkatan Antiokhus Epifanes IV. Setelah “meraba-raba selama
20 tahun”, sang Imam akhirnya ikut berjuang memperjuangkan nasib bangsanya.
Sebagai keturunan Tsadoq, tentu lebih berhak dengan institusi Bait Allah. Mungkin ia
terlibat aktif dalam perjuangan kelompok Makabe, dan sangat berharap dinasti ini akan
memimpin bangsanya. Harapan itu pupus begitu Yonatan menerima “persahabatan
politis” dengan Alexander Balas, putra Antiokhus Epifanes IV, yang telah menajiskan
tempat kudus TUHAN, dengan menerima dirinya diangkat sebagai Imam Besar (I Mak
10:18-21).

Dengan menerima pengangkatannya sebagai Imam Besar pada tahun 152 SM


oleh Alexander Balas, berarti ia harus terguling dari jabatannya sebagai Imam Besar
pengganti Alkimus sejak tahun 159 SM. I Makabe “bungkam” setelah mencatat Imam
Besar Alkimus, yang membantu Bakhides membangun benteng-benteng Yerusalem dan
tiba-tiba mati akibat gegar otak, setelah menyuruh membongkar dinding-dinding
pelataran Bait Allah (I Mak. 9:50-58). “Masa kosong” antara kematian Alkimus tahun
159 SM dengan pengangkatan Yonatan sebagai Imam Besar adalah masa pelayanan
Guru Kebenaran sebagai Imam Besar. Mungkin Guru Kebenaran itu adalah Onias IV,
yang merasa lebih berhak menjabat kedudukan Imam Besar, karena selama itu jabatan
tersebut selalu berasal dari keturunan Tzadoq. Juga, perlawanan Sang Guru Kebenaran
bukan hanya alasan kedudukan, tetapi lebih didorong oleh perasaan keyahudian,
karena Yonatan semakin longgar berkompromi dengan kekuasaan asing.

Penolakan Guru Kebenaran dan para pengikutnya terhadap kekuasaan


Hasmonaim membuat mereka tidak disukai pemerintahan Yonatan, yang akhirnya
melakukan pengejaran terhadap mereka. Pengejaran terhadap Guru Kebenaran dan
para pengikutnya terus berlangsung pada zaman sesudah Yonatan, yaitu Simon, sampai
akhirnya mereka mendirikan Yahad (Paguyuban) sendiri di Qumran, yang secara
simbolis dalam naskah-naskah Qumran disebut dengan Damsyek (Damsyik/
Damaskus).12 Berdasarkan naskah-naskah tersebut, selanjutnya sosok Imam Jahat

12
Para ahli pernah mempertimbangkan apakah penghuni Laut Mati itu pernah
mengasingkan diri ke Damsyik (Damaskus) Syria sehingga salah satu fragmen mereka sebut
“Dokumen Damascus”. Tetapi kini pemikiran tersebut sudah ditinggalkan, dan “Damascus”
dipahami sebagai sebutan simbolis sebagai “tempat pembuangan”, seperti disebut juga oleh
Nabi Amos (Am. 5:26-27). E.W. Tuinstra dan I.W.J. Hendrik, Kisah dan Makna Naskah-Naskah
dari Laut Mati (Jakarta: BPK. Gunung Mulia, 1976), hlm. 53-54.

Edited by Glenn Tapidingan


Bambang Noorsena 9
THE DEAD SEA SCROLLS: Mengguncang atau Mendukung Kekristenan

(Kohen HaRa’sa) ini dapat diidentifikasikan: Mula-mula ia menimbulkan banyak


harapan baik bagi Israel pada umumnya, dan kaum Hasidim khususnya, tetapi akhirnya
menjadi sesat karena melanggar Taurat demi mengumpulkan harta dan kekayaan bagi
dirinya sendiri. Demi ambisi politiknya, Imam Jahat telah menganiaya Guru Kebenaran
dan para pengikutnya, bahkan bermaksud membinasakannya, tetapi Tuhan
menyelamatkan Sang Guru, sebaliknya Imam Jahat sendiri akhirnya mati di tangan
bangsa lain (band. I Mak. 12:39-53). Hal ini secara eksplisit juga disebutkan dalam
Pesher Habakkuk (1QpHab 9:9-12) yang berbunyi:

Pesher
Habakkuk
(1QpHab 9)
yang memuat
penafsiran
Hab. 2:8-11.
Dalam bagian
ini dijelaskan
identitas
Imam Jahat,
musuh Guru
Kebenaran

“... tafsiran mengenai Imam Jahat, yang diserahkan Allah ke tangan musuhnya
karena kejahatannya kepada Guru Kebenaran dan para pengikutnya, supaya ia
direndahkan dan celaka sampai mati dengan hati yang pedih, karena kejahatan
yang dilakukannya atas semua umat pilihan Allah”.13

Selanjutnya, mengenai Hab. 2:5-6 dimuat tafsiran yang maknanya:

“Tafsiran berkaitan dengan Imam Jahat, yang disebut setia pada waktu mulai
memerintah. Tetapi sementara ia berkuasa di Israel hatinya mulai congkak. Ia
meninggalkan Allah dan melanggar hukumnya demi kepentingan kekayaan. Ia
mencuri dan menyimpan kekayaan dari orang-orang yang kejam yang sudah
memberontak kepada Allah. Sampai ia menyita hal milik masyarakat umum, dan

13
Florentino Garcia Martinez − Eibert J.C. Tigchelaar (ed.), The Dead Sea Scrolls, Vol.1
1Q1 – 4Q273 (Leiden-New York-Koln: E.J. Brill, 1997), hlm. 18-19.

Edited by Glenn Tapidingan


Bambang Noorsena 10
THE DEAD SEA SCROLLS: Mengguncang atau Mendukung Kekristenan

dengan demikian menambahkan dosanya yang makin besar. Karena perbuatannya


yang amat jijik, culas, dan cabul”.14

Menurut kesaksian kitab Deuterokanonika, yaitu I Makabe dan II Makabe,


pertentangan antara Imam Besar Yonatan dengan kelompok Hasidim berlangsung
cukup lama. Disebutkan pula, pada zaman Imam Alkimus (162-150 M) yang sangat pro-
Hellenisme, kaum Hasidim, karena sangat mematuhi Taurat, mereka tidak bersedia
pada hari Sabat (I Mak. 2:29-38). Itulah sebabnya, Imam Besar menyuruh membunuh
60 orang Hasidim (I Mak. 7:13-18), dan perisiwa itu kira-kira tahun 162 SM. Perlu
dicatat, Alkimus berhasil menjadi Imam Besar karena bersekutu dengan kekuatan asing,
Demetrius I Soter, yang mengutus Bakhides dengan penuh tipu daya menguasai
Yerusalem. Alkimus menghasut penguasa asing itu, sehingga mereka memerangi Yudas
Makabe, dan akhirnya dalam sebuah pertempuran Yudas wafat.

Selanjutnya, sebagai balas jasa setelah menjadi Imam Besar, Alkimus


mengijinkan membongkar dinding-dinding pelataran Bait Allah untuk memperluas
benteng-benteng penguasa asing itu. Begitu mau merobohkan pekerjaan para nabi,
baru sempat mulai membongkar dinding, Alkimus mengalami gegar otak. Mulutnya
membungkam dan menjadi lumpuh, sehingga terhalanglah pekerjaan itu. Alkimus
akhirnya meninggal dengan sangat mengenaskan (I Mak. 7:50-57). Sepeninggal
Alkimus, I Mak. 7:50 tidak menjelaskan siapa Imam Besar pengganti Alkimus, hanya
disebutkan setelah Imam Besar Alkimus mati “negeri Yehuda menikmati ketenteraman
selama dua tahun” (I Mak. 7:57). Kalau Alkimus mati tahun 159 SM, berarti “dua tahun
menikmati ketenteraman” menurut versi penulis I Makabe terjadi antara tahun 159-
157 SM. Rupanya, setelah kematian Alkimus kaum Hasidim mengangkat Onias IV
sebagai “Imam Besar” yang kemungkinan besar identik dengan Sang Guru Kebenaran
(Moreh HaTsedeq) atau Sang Guru Paguyuban (Moreh HaYahad). Mula-mula Yonatan
dan saudaranya, Simon, menyetujui pengangkatan Onias IV sebagai Imam Besar, sebab
dengan demikian ketentuan Taurat bahwa Imam Besar harus berasal dari keturunan
Tsadoq kembali ditegakkan. “Masa tenteram” ini hanya berlangsung dua tahun, yaitu
beberapa saat setelah kematian Alkimus sampai tahun 157 SM.

Selanjutnya, para pemberontak yang tidak suka Raja Yonatan hidup dalam
ketenteraman dengan para pengikutnya, akhirnya mendatangkan Bakhides dan
pasukannya untuk memerangi Yerusalem. Yonatan dan Simon mengungsi ke Beit-Basi,
dan tentara Bakhides menyusul untuk melancarkan peperangan, namun tentara
Bakhides kalah. Setelah kekalahannya, justru Yonatan merundingkan perdamaian. Usul
itu diterima dengan senang hati oleh Bakhides, dan ia berjanji tidak akan
mengusahakan yang jahat kepada Yonatan (I Mak. 7:58-73). Pada waktu yang

14
Ibid., hlm. 12-13.

Edited by Glenn Tapidingan


Bambang Noorsena 11
THE DEAD SEA SCROLLS: Mengguncang atau Mendukung Kekristenan

bersamaan, dalam pemerintahan Seleukid terjadi persaingan antara Demetris I Soter


dengan Alexander Balas, putra Antiokus Epifanes IV. Keduanya menawarkan
“persekutuan politik” dengan Yonatan, tetapi Yonatan memilih Alexander Balas yang
akhirnya menang. Ironisnya, Yonatan justru meninggalkan para pendukungnya dari
kaum Hadisim, antara lain Onias IV dan para pengikutnya, karena ia menerima
pengangkatan menjadi Imam Besar oleh Alexander Balas (I Mak. 10:22-66). Dengan
pilihan politiknya yang pernuh resiko itu berarti Yonatan harus menggulingkan Onias IV
“Sang Guru Kebenaran” sebagai Imam Besar pada tahun 152 SM. Inilah tindakan
Yonatan yang tidak bisa ditolerir lagi, sehingga akhirnya Guru Kebenaran merasa diutus
Allah untuk “mendirikan paguyuban” (2 QpPsalm 37.3:15-16).

Sang Guru dan para pengikutnya meninggalkan Bait Allah di Yerusalem, dan
memimpin kaum Hasidim dalam pengungsian. Kelompok Hasidim ini akhirnya lebih
populer dikenal sebagai kaum Eseni. Seperti telah disebutkan di atas, berdasarkan
Dokumen Damascus, masa pelayanan Sang Guru Kebenaran diperkirakan dari tahun
167 SM, lalu mendirikan Yahad (Paguyuban) di Qumran sekitar tahun 135 SM, sampai
meninggalnya sebelum tahun 100 SM, sebelum Jenderal Pompey dari Roma (Kittim)
memasuki wilayah Yudea tahun 63 SM. Sepeninggalnya, paguyuban yang didirikannya
terus berlangsung, sampai tentara Romawi meluluh-lantahkan pemukiman mereka
tahun 68 M. Sejak masa itu, kaum Eseni seakan-akan hilang ditelan masa, sampai
Naskah Laut Mati ditemukan pada tahun 1947. Tarikh ini cocok dengan tafsiran ilmu
arkheologi yang menghitung pembangunan Paguyuban Eseni di Qumran antara tahun
150-100 SM, meskipun dalam detail masih menyimpan misteri yang harus dipecahkan.

2.2.2. Beberapa Perkembangan Baru

Diantara naskah-naskah Gulungan Qumran yang selama ini belum dijadikan


bahan rujukan karena baru diterbitkan pada tahun 1992, adalah naskah “Kidung suci
kepada Raja Yonathan” yang ditemukan di Gua 4 (4Q448). Rujukan penting dari naskah
4Q448, dapat dibaca Kolom 1, Baris 1-4 yang berbunyi sebagai berikut:

‫שיר קדש על יונתן המלך‬ Shir qodesh ye yonatan HaMelekh


‫וכל קהל עמך ישראל‬ we kal Qahal ‘ammek Yisra’el

Artinya: “Untuk Raja Yonathan dan semua umat bangsamu Israel yang tersebar di
empat penjuru angin, kiranya kedamaian atas mereka dan atas seluruh kerajaanmu”.15

Menurut Michael Wise, Martin Abegg, dan Edward Cook, Yonatan adalah nama
Ibrani dari Alexander Janneus (103-76 SM), seorang pemimpin dinasti Hasmonaim yang

15
Robert Eiseman and Michael Wise, Op. Cit., hlm. 280-281.

Edited by Glenn Tapidingan


Bambang Noorsena 12
THE DEAD SEA SCROLLS: Mengguncang atau Mendukung Kekristenan

menyebut dirinya “raja” (melekh). Naskah tersebut dengan jelas lebih bersahabat kaum
Hasmonean, padahal sikap umum kaum Eseni adalah anti-Hasmonean. Selanjutnya,
mereka mengaitkannya dengan Naskah Megillat HaMiqdash - Gulungan Bait Allah (11
Q19), yang menyebut bahwa “Singa murka biasa menggantung di Israel pada zaman
dahulu”. Karena itu, menurut Michael Wise, Si Singa Murka itu bisa diidentifikasi
dengan sosok Alexander Janneus yang menyalibkan 800 orang, dan berpihak kepada
Demetrius III, raja Yunani ketika menyerang Yudea. Tindakan “Si Singa Murka” ini,
malahan dipuji dalam naskah 4QPNah, dan mereka yang dieksekusi mati disebut
sebagai “kaum penjilat”. Selain itu, naskah “Fragmen-Fragmen Sejarah” (4Q331, Kolom
2), dengan jelas menyebut tokoh historis Shelamtsiyon - nama Ibrani Salome
Alexandra, istri dan pengganti Alexander Janneus (76-67 SM).

Berdasarkan rekonstruksi dari teks-teks Qumran yang baru diterbitkan di atas,


dapat Wise, Abegg dan Cook mengemukakan teori baru yang digambarkan dalam
sketsa sejarah singkat sebagai berikut:

Kaum Yahad (Paguyuban) Qumran memuji Raja Yonatan (Alexander Janneus),


penguasa dinasti Hasmonaim, karena tindakannya menghukum kaum Farisi yang
bersekutu dengn Demetrius III, karena menyerang bangsanya sendiri. Tetapi setelah
Raja Alexander Janneus mati, Salome Alexandra meninggalkan para pendukung politik
suaminya, sebaliknya bersekutu dengan kaum Farisi. Pada tahun 67 SM, Salome
mengangkat putra sulungnya, Yohanes Hrykanus II menjadi Raja sekaligus sebagai
Imam Besar (67-63 SM). Setelah itu terjadi perebutan kekuasaan dengan Aristobulus II,
adiknya, yang kemudian menggantikannya menjadi Raja dan Imam Besar tahun 63 SM,
ketika Pompey memasuki wilayah Yudea, dan sejak itu kekuasaan Romawi bercokol
semakin kuat di Tanah Suci.

Naskah-naskah yang telah disebutkan di atas banyak telah mengubah


pandangan sebagian ahli, yang kemudian melacak sosok Guru Kebenaran dari latar
belakang sejarah dinasti Hasmonaim yang lebih belakangan. Karena itu, awal pelayanan
Guru Kebenaran (Moreh HaTsedeq) diusulkan pada awal kekuasaan Alexander Janneus
(103 SM), sebagai pendukungnya dalam melawan hegemoni kaum Farisi di Bait Allah.
Meskipun demikian, teori baru mengenai sosok Guru Kebenaran ini juga mengundang
persoalan yang lebih pelik dipecahkan, antara lain:

1. Pesher Nahum (4QPNah), Fragmen 3-4. Kolom 1, setelah mengutip Nah. 2:11b,
menafsirkan: “(Ini mengacu kepada Demetrius), Raja Yunani, yang berusaha
memasuki Yerusalem melalui kaum Penjilat, (tetapi kota itu tidak pernah
sepenuhnya tunduk di bawah) raja-raja Yunani, dari Antiokhus sampai kedatangan

Edited by Glenn Tapidingan


mbang Noo
Bam orsena 13 3
THE DE
EAD SEA SCR
ROLLS: Men
ngguncang atau
a Mendu
ukung Kekriistenan

m...”16 Penyyebutan “kaaum Kittim”” menunjukkkan bahwaa naskah ini ditulis


kaum Kittim
setelah keedatangan bagsa Rom ma tahun 63 SM, jaadi setelah h kematian n Guru
Kebenaran. Tetapi peristiwa yang dikisahkan, kiranya merujuk keepada Deme etrius I
Soter, yang memasu uki Yerusaleem dengan n bantuan kaum penjilat, yaitu u para
pendukungg Alkimus, yang
y akhirnyya menjadi Imam Besar (162-159 SSM).

S Naskah Pesheer Nahum (4


4QpNah)

2. Pesher Tehhilim (4Q171), menurut tafsir Mazmur 37 3 dengan rujukan le engkap


mengenai Guru Kebenaran (Morreh HaTsed deq), Imam Jahat (Kohhen HaRa’sa a), dan
Manusia Pendusta
P (Issh HaKazav). Tetapi naskah ini sama sekaali tidak memuat
m
keterangann mengenai kaum Kitttim (Romaawi), dan agaknyaa ditulis ketikaa Guru
Kebenaran masih hid dup. Meskip pun uji karrbon (C-14) naskah 4 4Q171 palin ng dini
berasal dari permu ulaan Massehi, namun
naskah inii pasti meerupakan salinan daari
naskah yang lebih tua, t seperrti Dokume en
Damascus (CD) yang sebelumnyya ditemukaan
di Cairo, ternyata
t m
merupakan salinan daari
naskah Qumran yangg lebih tua (4Q266-273;
5Q12, dan 6Q15).
3. Shir Qodessh le Yona atan (4Q44 48), memuat
pujian kepaada Raja Yoonatan yang oleh Wise,
Abegg, daan Cook diidentikkkan dengaan
Alexander Janneus (103-76 SM). S Namu un
menurut Geza Veermes, Yo onatan yan ng
dimaksud adalah
a Yonnatan Makaabe (160-14 42
SM), raja pendahulunya, sebab b mula-mula
Yonatan adalah
a peemimpin yang
y sangat
dihormati, sampai ia bersekkutu dengaan
Alexander Balas denggan meneriima jabatan S Nasskah Pujian kepada Raja
Yon
natan (4Q44
48)
Imam Besaar pada taahun 152 SM. S Setelah

16
Michael Wise, Martin
M Abeggg Jr, and Eddward Cook, The Dead Sea Scrolls, A New
Tran
nslation (New
w York: Harp
per One, 2005). Hlm. 245.

EEdited by Glenn Tapidingan


T
Bambang Noorsena 14
THE DEAD SEA SCROLLS: Mengguncang atau Mendukung Kekristenan

pengasingan Guru Kebenaran, Yonatan menjadi musuh utamanya, yang kemudian


disebutnya dengan Imam Jahat dalam 1 QPHab.17 Ini cocok dengan sosok Imam
Jahat dalam naskah 1 QpHab, “yang mula-mula setia waktu mulai memerintah,
tetapi setelah berkuasa menjadi congkak”.
4. Tentang penyaliban, naskah Gulungan Bait Allah (11Q19) 64: 6-13 menyajikan
beberapa kasus pengkhianatan. Hukuman tersebut, sesuai dengan Ul. 21:22-23,
“tergantung di pohon” (atau kayu). Namun tubuh orang yang digantung tidak boleh
melewati malam, mayatnya harus diturunkan dan dikuburkan, agar tidak
menajiskan Tanah Suci. Rupanya, teks Qumran tersebut mengkritik praktek
penyaliban, yang kemudian diabadikan dalm hymne ini (4Q448). Menurut Yosefus,
Antiokhus Epifanes IV, kira-kira pada tahun 167 SM, juga menghukum dengan
menyalibkan orang-orang Yahudi yang menolak untuk meninggalkan tradisi leluhur
mereka (Ant. 12.256).18
5. Fragmentary Historical Writings (4Q332a, 4Q331-333, 4Q468e; dan 4Q578),
memuat nama tokoh-tokoh yang berkaitan erat dengan akhir dinasti Hasmonaim,
antara lain Ptolemeus, Shelamtsiyon (Salome Alexandra), Aristoblus, dan Imam
Besar Yohanan (Yohanes Hyrkanus),19 tetapi sama sekali tidak ada rujukan langsung
mengenai Guru Kebenaran, karena ditulis lama sekali setelah kematian Sang Guru.

Meskipun demikian, temuan-temuan baru di atas semakin melengkapi


pemahaman tentang Qumran, bahwa naskah-naskah dari berbagai zaman telah
disimpan di tempat ini. Sebagian naskah itu melengkapi naskah-naskah lain, tetapi ada
pula naskah yang sama sekali tidak berhubungan, karena mungkin berasal dari
kelompok lain, seperti naskah “Gulungan Tembaga” (3Q15) dan naskah-naskah dari
Gua 7 (7Q5). Jadi, meskipun banyak sarjana akhir-akhir ini memundurkan tarikh
kehidupan Guru Kebenaran dari abad II SM ke abad I SM, namun karena berdasarkan
Dokumen Damascus menyebut tahun awal tampilnya Guru Paguyuban tahun 176 SM,
maka kesimpulan bahwa Sang Guru hidup pada akhir abad II SM, adalah kesimpulan
yang paling masuk akal diantara teori-teori lain.

17
Philip R. Davies, George J. Brooke, and Philip R. Callaway, The Complete World of The
Dead Sea Scrolls (New York: Thames and Hudson, 2002), hlm. 151.
18
William Whiston, Op. Cit., hlm. 404.
19
Ibid., hlm. 399-403.

Edited by Glenn Tapidingan


Bam
mbang Noo orsena 15 5
THE DE
EAD SEA SCR
ROLLS: Men
ngguncang atau
a Mendu
ukung Kekriistenan

2.3.. KEMATIAN
N SANG GURU KEBENA
ARAN

Selanjutnya, kemaatian Sang Guru Kebenaran ini disebutkan


d jjuga dengaan jelas
dalaam naskah B’rit Damessek atau Do
okumen Dammascus (CD 35, dan XX.I) yang
D-A XIX: 33-3
diku
utip dengann manuskrip
p aslinya:

XIX 33 Ken kal ha


h enashim asher bô be b’rit ha hadasah be arets Damssheq we sheebô we
yivgadô we
w yisôrô mi
m bar mayim
m ha hayim;;
34
Lô yihsha
abô besud ‘iim we bekheetuvim lô yiiktabu mi yô
ôm ha asekk (yor moreh
h)

1
XX Moreh Ha
ayyahad, ‘a ashiah mi Ahron we mii yisra’el.20
ad amod Ma

Artinya:

XIX 33 Begitu ju
uga dengann semua orang yang memasuki jemaah P Perjanjian Baru
B di
Damascus, tetapi yang kembali dan tidak setia,
s serta menyimpan
ng dari sum
mber air
kehidupaan;
34
Tidaklah mereka diiperhitungkkan masuk dalam pagguyuban jemaah dan dalam
buku merreka dicatatt, terhitung mulai hari kematian.

1
XX Guru Pagguyuban, saampai kedatangan Dia yang diuraapi (Sang M
Mesias) dari Harun
21
dan Israel.

Ungkap
pan “hari dikumpulkan” (Ibrani: yôm ha asekk) adalah beentuk singkkat dari
“dikkumpulkan kepada bapa-bapa leluhurnya”, yang berarrti “wafat”, atau “men ninggal
dun
nia” (band. Kej.
K 25:17). Berdasarkaan penelitiaan paleografi, catatan iini ditulis se
ebelum
tahuun 100 SM.. Perlu dicatat pula, baahwa dalam
m naskah yaang mencattat kematian Guru
Paguyuban inii, tidak dissebut-sebutt kaum Kiittim (sebu utan simbolis untuk bangsa
Rommawi). Sebagai bangssa penakluk yang kejjam, bangssa Romawii baru memasuki

20
Mageen Broshi (ed
d.). Op. Cit.,, hlm. 46-47
7. Buku ini memuat
m foto
o manuskrip aslinya
kolo
om demi kolo
om berdamppingan dengaan salinannyaa dalam aksaara Ibrani mo
odern.
21
Ibid., hlm. 47.

EEdited by Glenn Tapidingan


T
Bambang Noorsena 16
THE DEAD SEA SCROLLS: Mengguncang atau Mendukung Kekristenan

wilayah Israel/Palestina kira-kira tahun 63 SM. Dari tarikh ini disimpulkan bahwa Guru
Kebenaran sudah wafat sebelum masuknya bangsa Romawi ke Palestina. Karena itu,
perkiraan sebelum tahun 100 SM sebagai akhir hidup Guru Kebenaran, paling sesuai
dengan fakta-fakta yang terungkap dari naskah-naskah Qumran. Penanggalan ini juga
cocok dengan kesimpulan penggalian arkheologis mutakhir, bahwa permulaan
pembangunan Qumran terjadi pada pemerintahan Yohanes Hyrkanus (135-104 SM).22

Dapat disimpulkan, bahwa berbagai spekulasi yang memundurkan tarikh kehidupan


Guru Kebenaran pada permulaan tarikh Masehi, supaya dapat mengaitkan dengan
Yesus, Yakobus, dan sebagainya, terbukti sangat lemah dan tidak mempunyai dasar
historis.

S Manuskrip Da (4Q266) atau “Dokumen Damascus” ternyata isinya sama dengan


manuskrip “Zadokkite Document” yang diketemukan di Cairo pada tahun 1910.

3. PERBEDAAN AJARAN TEOLOGIS ESENI DENGAN YESUS KRISTUS


DAN KEKRISTENAN PERDANA

3.1. BERAKAR DARI WARISAN SEJARAH BERSAMA

Persamaan-persamaan baik dalam pola hidup maupun term-term keagamaan


antara kaum Eseni dengan Kekristenan, pada awal-awal penemuan Laut Mati telah
melahirkan berbagai spekulasi cerdik. Mulai dari teori bahwa Yesus adalah Guru
Kebenaran itu sendiri, hingga ejekan kasar bahwa tidak ada keunikan antara Iman

22
E.W. Tuinstra dan I.W.J. Hendrik, Op. Cit., hlm. 53.

Edited by Glenn Tapidingan


Bambang Noorsena 17
THE DEAD SEA SCROLLS: Mengguncang atau Mendukung Kekristenan

Kristen, sebab “bahasa dan pengajaran” Perjanjian Baru, khususnya Injil Yohanes, tidak
lain hanya jiplakan dari pemikiran madzab Eseni di Qumran. Setelah 60 tahun berlalu
sejak penemuannya pertama kali tahun 1947, sekarang Qumran bukan misteri lagi.
Kesamaan-kesamaan dalam sejumlah terminologi itu, bukan hal yang aneh lagi, karena
baik Kekristenan maupun Qumran sama-sama berakar dari ibu yang satu, yaitu agama
Yahudi, bahkan berdasarkan kepada Kitab Suci yang sama.

Penemuan ini justru mestinya menyadarkan para pelemikus, bahwa di dunia ini
ada tiga komunitas agama, yang sudah berpisah kurang lebih 2.000 tahun, tetapi tetap
mendasarkan pada Kitab Suci sebagai sumber tertulis yang satu dan sama, yaitu Yahudi
dengan berbagai madzabnya, Samaria sebagai komunitas kuno yang masih bertahan
sebagai minoritas kecil di Palestina, dan Kristen dengan berbagai denominasinya.
Sebaliknya, umat Islam bisa saja meng-claim bahwa mereka juga mempercayai Taurat,
tetapi kenyataannya umat Islam hanya membayangkan ada wahyu Tuhan yang
bernama Taurat (dan yang mereka pahami menurut pengertian mereka sendiri tentang
wahyu Tuhan), tetapi begitu dihadapkan pada kenyataannya bahwa wahyu Allah yang
ada tidak seperti yang mereka bayangkan, langsung mengembangkan tuduhan
pemalsuan (tahrif). Tetapi bagaimana dengan kenyataan bahwa eksistensi Taurat
Yahudi, Samaria, dan Kristen ternyata sama meskipun ketiga komunitas
mengembangkan penafsiran yang berbeda?23 Kaum polemikus yang tetap tidak mau
sungguh-sungguh belajar, sebaliknya mereka justru hidup dalam mental “getto”
membangun benteng pertahanan demi menjamin “rasa aman” keyakinan agamanya
sendiri.

Sekarang bertambah lagi satu bukti dengan ditemukannya Naskah-Naskah Laut


Mati. Dengan mengesampingkan perbedaan kecil dalam rincian aksara dan cara baca
yang kadang-kadang berbeda, yang semuanya kini dikaji secara ilmiah dalam ilmu kritik
salinan, Perjanjian Lama Qumran menambahkan satu bukti manuskrip yang berusia
lebih dari 2000 tahun. Tetapi mereka sama sekali bergeming dengan bukti-bukti,
sebaliknya justru mengotak-atik sesuatu yang mereka tidak ada keahlian untuk itu,
kemudian secara serampangan mengembangkan opini sendiri. Misalnya ungkapan
“Perjanjian Baru” (HaB’rit HaHadasah) dalam naskah-naskah Qumran, dijadikan bukti
untuk menyimpulkan bahwa Kekristenan hanya menjiplak kaum Eseni.24 Padahal
ungkapan itu terdapat dalam Yer. 31:30-31, dimana Allah berjanji akan mengadakan

23
Kajian ilmiah mengenai tema ini, lihat: Thord and Maria Thordson, Qumran and the
Samaritans (Jerusalem: Emerezian Establishment, 1966), hlm. 19.
24
Pembaca yang serius mestinya cukup disadarkan ketika membaca tulisan M.
Hashem, Tantangan dari Gua Qumran, yang memasang salah satu halaman manuskrip Qumran
dalam bahasa asli Ibrani saja, terbalik (M. Hashem, Op. Cit., hlm 12). Apakah anda harus
membuang-buang waktu untuk terus membacanya? Naskah-naskah Laut Mati yang tidak ada
hubungan sama sekali dengan Islam, dipaksakan untuk mendukung kebenaran agama Islam.

Edited by Glenn Tapidingan


Bambang Noorsena 18
THE DEAD SEA SCROLLS: Mengguncang atau Mendukung Kekristenan

pembaruan perjanjian dengan umat Israel dan Yehuda, dan baik komunitas Eseni
maupun gereja merasa bahwa nubuat itu telah digenapi dalam diri mereka. Sama
sekali, karena kaum Eseni maupun Kekristenan sama-sama berakar dari agama Yahudi,
bahkan mendasarkan pada Kitab Suci yang satu.

3.2. YOHANES PEMBAPTIS, YESUS KRISTUS DAN PAGUYUBAN ESENI

3.2.1. Yohanes Pembaptis

Pada awal-awal penemuan Qumran ada beberapa orang yang menyangka


bahwa Yohanes Pembaptis adalah salah seorang pengikut paguyuban Eseni. Anggapan
itu didasarkan atas fakta bahwa baik Yohanes maupun kaum Eseni menekankan
babtisan sebagai pengampunan dosa, dan hidup di padang gurun (Mark. 1:4-6).
Meskipun demikian, apabila dicermati lebih dalam, ada perbedaan yang sangat
mencolok antara Yohanes Pembabtis dan kaum Eseni, yaitu sebagai berikut:

1. Yohanes hidup sebagai seorang nazir yang tidak minum anggur (Luk. 1:15),
“makanannya kacang belalang dan madu hutan” (Mat. 3:4, RSV),25 gaya hidup yang
tidak dijumpai pada suku Eseni;
2. Orang Eseni mempunyai ritus babtisan (mikweh) yang dilakukan beberapa kali
dalam setiap hari, tetapi babtisan Yohanes Pem-babtis hanya satu kali sebagai
pembabtisan pertobatan (Mrk. 1:4-6);
3. Misi Yohanes bersifat terbuka untuk semua orang, sedangkan kaum Eseni bersifat
eksklusif sebatas pada paguyuban (yahad) mereka sendiri.

Dengan demikian, meskipun Yohanes Pembabtis berkarya di tempat dan


konteks yang tidak jauh berbeda, namun teori yang mengakitkan Yohanes Pembaptis
dengan kaum Eseni sama sekali tidak terbukti. Jadi, meskipun keduanya sama-sama
berkarya di padang gurun, namun gaya hidup, sikapnya terhadap komunitas luar dan
ajaran Yohanes Pembabtis cukup berbeda dengan kaum Eseni di Qumran.

3.2.2. Yesus Kristus Bukan Guru Kebenaran


Pendiri Paguyuban Eseni

Selanjutnya, banyak kesejajaran terminologis antara naskah-naskah Eseni


dengan Perjanjian Baru, telah melahirkan minat para peneliti awal untuk mencari asal-
usul Kekristenan Perdana dari naskah-naskah Laut Mati. Misalnya, kehidupan jemaah

25
Dalam bahasa asli kata yang secara salah diterjemahkan “belalang” adalah ἀκρίδες -
akrides yang artinya: locust bean (kacang belalang) atau buah dari pohon carob yang
bentuknya menyerupai belalang dan rasanya seperti coklat.

Edited by Glenn Tapidingan


Bambang Noorsena 19
THE DEAD SEA SCROLLS: Mengguncang atau Mendukung Kekristenan

Kristen perdana (Kis. 2:42-47) yang tidak menekankan kepemilikan pribadi, ternyata
juga sejajar dengan cara hidup komunitas Eseni. Begitu dalam beberapa ajaran
teologisnya, munculnya tokoh Melkisedek dan pemaknaan teologis dalam
hubungannya dengan Mesias (Ibr. 7:1-9), hubungan Kristus dan malaikat-malaikat-Nya
(Ibr. 2:5-18), juga ditemukan banyak sekali kesejajaran dengan pemikiran madzab
Qumran.

Lebih dekat lagi, gambaran mengenai “gelap” (hosekh) dan “terang” (or), dan
juga sosok Melkisedek dalam Surat Ibrani, sangat berdekatan secara terminologis
dengan naskah-naskah dari Qumran. Dari kenyataan di atas, penemuan naskah-naskah
Qumran tidak hanya bermanfaat bagi studi Perjanjian Lama, tetapi lebih-lebih juga bagi
Perjanjian Baru. Sebelum penemuan Laut Mati, latar belakang sejarah, budaya dan
pemikiran keagamaan di belakang Yesus dan rasul-rasul-Nya seolah-olah kosong
selama hampir 2.000 tahun. Penemuan Naskah Laut Mati mengisi celah kosong itu.
“Celah kosong” itu yang antara lain diisi oleh para teolog liberal, misalnya dengan teori
mereka bahwa ide mengenai keilahian Yesus berasal dari pemikiran pagan Yunani
(Hellenisme), dan gelar “Tuhan” bagi Yesus Kristus (Kis. 2:36; Flp. 2:11), seasal dengan
Kyrios (Tuhan) dari dunia pagan yang antara lain diterapkan juga bagi Kaisar Romawi.

Ternyata fragmen-fragmen Laut Mati yang baru-baru ini diterbitkan, khususnya


fragmen “Putra Allah” (4Q246) dan “Mesias surga dan bumi” (4Q521), justru
meneguhkan ajaran Kristen mengenai keilahian dan ketuhanan Yesus. Maksudnya, ide
Kristen tersebut tidak berasal dari gagasan non-Yahudi, sebaliknya sudah dijumpai
dalam harapan mesianis Qumran, sebagai salah satu cabang dari Yudaisme.26 Meskipun
demikian, perbedaan mencolok antara Qumran dengan Kekristenan, juga cukup untuk
mendukung kesimpulan bahwa Kekristenan sebagai komunitas iman yang tumbuh dari
Yudaisme sebagai induknya, tetap mempertahankan keunikannya sendiri. Salah satu
contoh dapat dikemukakan disini, bahwa penggenapan nubuat mesianis, Yesus Kristus
sekaligus Nabi, Imam, dan Raja. Paguyuban Qumran agaknya membedakan “Sang Nabi
yang akan datang”, yang dinubuatkan Taurat (Ul. 18:15-18), sebagai tokoh yang akan
datang pada akhir zaman, dibedakan dengan sosok Sang Mesias Harun dan Israel.
Gagasan tersebut mirip dengan literatur Yahudi pada umumnya yang menantikan
kehadiran seorang nabi “yang menyiapkan jalan bagi Sang Mesias”. Malahan pula,
kadang-kadang seorang figur lain lagi juga diharapkan datang pada akhir zaman, seperti
yang disebut dalam naskah Dokumen Damascus (CD XX,11):

26
Mengenai pengharapan mesianik Yahudi dalam perspektif rabi-rabbi Yahudi pra-
Kristen dan kesejajarannya dengan pandangan Kristen, lihat dua buku Risto Santala, The
Messiah in The New Testament in The Light of Rabbinical Writings (Jerusalem: Keren Ahvah
Meshihit, 1992), hlm. 27-31; dan Al-Masih fi Al-‘Ahd al-Qadim (Cairo: Al-Jami’ wa al-Ikhraj Al-
Fani wa al-Thabâ’ah, 2003), hlm. 39-62.

Edited by Glenn Tapidingan


Bambang Noorsena 20
THE DEAD SEA SCROLLS: Mengguncang atau Mendukung Kekristenan

‫עד עמד יורה הצדק‬ “... ‘ad amod yoreh


‫באחרית הימים‬ haTsedeq be aherit hayyamim

Artinya: “... sampai kedatangan seorang yang akan mengajarkan ajaran yang benar
pada akhir zaman”.27

Berdasarkan perbedaan konsep yang cukup mencolok itu, jelas bahwa Yesus
bukan bergantung kepada sekte Eseni. Dan sebagaimana telah disinggung sebelumnya,
term-term yang sama tidak berarti apa-apa untuk membuktikan ketergantungan Yesus
dan Gereja Perdana terhadap Paguyuban Qumran. Misalnya, teori yang
menghubungkan tema Injil Yohanes tentang “terang dan gelap” dari salah satu naskah
berjudul Milkamah Bene Or we Bene Hosyek - Perang (1QM), sudah dianggap gugur.
Sebab dalam pandangan dualisme Qumran perang itu bersifat abadi, karena manusia
memang berada dalam medan tempur abadi antara “dua roh, yaitu roh yang baik dan
roh yang jahat”, sedangkan dalam Injil Yohanes: “Terang itu bercahaya dalam
kegelapan, dan kegelapan itu tidak menguasainya” (Yoh. 1:5). Maksudnya, terang telah
menang atas kegelapan. Diakui, tema “dua roh” ini memang muncul juga dalam

27
Sosok ini pernah disalahpahami sebagai kedatangan kembali Guru Kebenaran pada
akhir zaman. Kesimpulan ini akibat penafsiran Dupont-Sommer yang salah dari kata yoreh
haSedeq sebagai Guru Kebenaran: ‘Ad amod yoreh haTsedeq be aherit hayyamim (“... until the
coming of the teacher of rightousness at the ends of days”). Sebagai perbandingan, Joseph A.
Fitsmyer mengutip Hos. 10:12 dalam teks asli: ‘ad yabô we yoreh tsedeq lakhem (“till he comes
and ruins down rightousness upon you”). Karena itu, Yoreh haTsedeq tidak merujuk kepada
Guru Kebenaran (Joseph A. Fitsmyer, Op. Cit., hlm. 62-63).

Edited by Glenn Tapidingan


Bambang Noorsena 21
THE DEAD SEA SCROLLS: Mengguncang atau Mendukung Kekristenan

Kekristenan purba yang agak belakangan, misalnya dalam “Surat Barnabas” (Epistle of
Barnabas),28 tetapi tidak muncul dalam ayat-ayat Perjanjian Baru.

Selanjutnya, kalau Guru Kebenaran masih menantikan saat kemenangan anak-


anak terang atas anak-anak gelap, Yesus bersabda: “Akulah Terang Dunia, barangsiapa
percaya kepada Ku ia tidak lagi berjalan dalam kegelapan, melainkan telah memperoleh
terang kehidupan” (Yoh. 8:12). Perbedaan yang paling mencolok lagi, legalisme
Qumran bertabrakan dengan ajaran Yesus mengenai Hukum Taurat. Guru Kebenaran
mencela orang-orang yang melakukan pekerjaan pada hari Sabat apapun alasannya,
sedangkan Yesus menyembuhkan orang dan memberi makan orang yang lapar pada
hari Sabat. Karena ungkapan: “Hari Sabat diciptakan untuk manusia, dan bukan
manusia diciptakan untuk hari Sabat” (Mrk. 2:27), dan “Anak Manusia adalah Tuhan
atas hari Sabat” (Mrk. 2:28), sangat bertolak belakang dengan pandangan Qumran yang
sangat legalistik. Yesus sering mengkritik pedas kaum Farisi karena kemunafikan
mereka, namun Yesus tetap mengakui otoritas mereka untuk “menduduki Kursi Musa”
(Mat. 23:2-3), sebaliknya kaum Eseni hanya mereka yang berhak menafsir Taurat. Jadi,
Guru Kebenaran hanya mengaku sebagai “pengajar dan pelaku Taurat”, sebaliknya
Yesus Kristus mengklaim diri-Nya sebagai “penggenap Taurat dan Kitab Para Nabi”
(Mat. 5:17; Luk. 4:21). Semua fakta ini dengan jelas dapat kita pahami, karena Yesus
adalah Mesias itu sendiri, sedangkan Sang Guru Kebenaran masih berdoa: ‫וישראל‬
‫ עד ממוד משיח אהרון‬- “... ’ad amod Mashiah mi Ahron we mi yisra’el” - “...
sampai datangnya Sang Mesias dari Harun dan Israel” (CD-A XIII, 23-24).29

28
Dokumen Gereja purba yang disebut Epistle of Barnabas (Arab: Risâlah Barnâbâ) ini
harus dibedakan dengan dokumen palsu berbahasa Itali dan Spanyol dari abad ke-16M yang
berjudul Injil Barnâbâ/The Gospel of Barnabas (Injil Barnabas). Perlu diketahui pula, bahwa
dalam sebuah dokumen abad ke-6M berjudul Dekrit Pseudo-Gelasius I, menyebut ada satu
naskah lagi yang memakai nama Barnabas, yaitu The Act of Barnabas (Kisah Barnabas) yang
ditulis pada abad ke-5M, yang secara salah disebut “Injil Barnabas”. Padahal apa yang disebut
Injil Barnabas sendiri tidak pernah ada, sampai ditulisnya buku “Injil Barnabas”, hasil pemalsuan
dari abad pertengahan yang lahir dari konteks polemik Kristen-Islam. Lihat: Bambang
Noorsena, Telaah Kritis Injil Barnabas (Yogyakarta: Yayasan Andi, 1993). Juga: Bishai ‘Abd al-
Masij, Barnabâ Rasûl al-Masîh: Hayâtuhu wa Risâlatuhu (Cairo: Maktabah an-Nasyir li ath-
Thabâah, 2001). Kenyataan bahwa kaum polemik Muslim tidak bisa memilah-milah dokumen
palsu dan sumber sejarah otentik, memang sangat memalukan jagad pemikiran ilmiah. Lihat:
M.A. Yusseff, Naskah Laut Mati, Injil Barnabas dan Perjanjian Baru (Jakarta: Fima Rodheta,
2006). Pemakaian dokumentasi palsu dalam dialog Kristen-Islam, sudah lama disayangkan oleh
Prof. Dr. H.A. Mukti Ali.
29
Florentino Garcia Martinez and Eibert J.C. Tigchelaar (ed.), Op. Cit., hlm. 570-571.
Magen Broshi (ed.), Op. Cit., hlm. 22-23. Florentino Garcia Martinez, The Dead Sea Scrolls
Translated. The Qumran Text in English – Complete in One Volume (Leiden-New York-Cologne:
E.J. Brill, 1992), hlm. 62-63.

Edited by Glenn Tapidingan


Bambang Noorsena 22
THE DEAD SEA SCROLLS: Mengguncang atau Mendukung Kekristenan

Dr. Bambang
Noorsena
di depan
“Shrine of the Book”,
Museum Israel,
Yerusalem,
di sini naskah-
naskah Alkitab
Perjanjian Lama
berusia lebih
dari 2.000 tahun
disimpan.

Untuk lebih jelasnya, di bawah ini dirangkum persamaan dan perbedaan antara
Yesus dan Guru Kebenaran dalam Tabel 3.3. sebagai berikut:

TABEL 3.3.
PERSAMAAN DAN PERBEDAAN ANTARA YESUS KRISTUS DAN GURU KEBENARAN

No. YESUS KRISTUS GURU KEBENARAN


Yesus adalah Anak Allah, Kelahiran Menunggu kedatangan Mesias Anak
1.
Ilahi dari Allah. Allah, Kelahiran Ilahi Mesiah.
Mesias adalah Imam, Nabi dan Raja
2. Mesias adalah Imam, Nabi dan Raja
(tetapi tidak jelas hubungannya)
Yesus adalah Terang yang sudah Perang antara anak-anak terang dan
3.
datang dalam dunia anak-anak gelap terus berlangsung
4. Jemaat Perjanjian Baru Jemaat Perjanjian Baru
5. Menolak sumpah Memberlakukan sumpah untuk jemaat
6. 70 masa Daniel sudah datang Tidak jelas
Memakai kalender bulan Memakai kalender matahari
7.
(qamariyah).30 (syamsyiah).
Menerima Institusi Bait Allah di Menolak institusi Bait Allah di
8.
Yerusalem. Yerusalem.

30
Setelah gereja perdana berkembang di luar Israel memakai berbagai sistem kalender:
Kalender Matahari (syamsyiah) di Antiokia, dan Kalender Bintang (kawakibiyah) di Mesir
sebagai konsekuensi pesan kontekstualisasi (Mat. 28:19. Kata “panta ta ethne” (segala bangsa,
segala etnik bangsa-bangsa), termasuk bahasa, budaya dan sistem kalendernya.

Edited by Glenn Tapidingan


Bambang Noorsena 23
THE DEAD SEA SCROLLS: Mengguncang atau Mendukung Kekristenan

No. YESUS KRISTUS GURU KEBENARAN


Menerima kaum goyim (non-Yahudi) Menolak kaum goyim (non-Yahudi)
10.
sebagai jemaah. sebagai jemaah.
Menerima anggota wanita dalam Menolak anggota wanita dalam
11.
jemaah. jemaah.
Bergaul dengan semua aliran,
Menolak semua aliran keagamaan yang
12. menerima otoritas Farisi “menduduki
berbeda dengan Eseni.
kursi Musa”, mengkritik kelakuannya.
Menerima orang yang tidak tahir Tidak menerima orang yang tidak tahir,
13. dalam ibadah, menekankan kesucian menekankan kesucian badani dalam
batin dalam ibadah. ibadah.
Beribadah di semua sinagoge (Rumah
14. Berdoa dengan sektenya sendiri.
Ibadah)
Mengajar semua orang dalam Mengajar hanya khusus kepada
14.
jemaah. anggota jemaahnya.
15. Mengasihi musuh. Membenci musuh.
Menambahkan tafsiran-tafsiran baru
16. Menolak tafsiran bebas dalam Taurat.
dalam Taurat.
Mengaku diri lebih tinggi dari Musa,
Hanya menjadi penafsir dan
17. dan menggenapi Taurat dan Kitab
pemelihara Taurat.
para Nabi.
Guru Kebenaran menantikan
Yesus mengaku diri sebagai
18. kedatangan Mesiah bagi Harun dan
MesiahImam, Nabi dan Raja.
Israel.
Bersikap luwes terhadapSabat, Tuhan Sangat kaku dan legalistik mengenai
19.
atas Hari Sabat. Sabat.
Kerajaan Allah sebagai ajaran yang Sedikit sekali mengajarkan Kerajaan
20.
utama. Allah.

(Sumber: Berbagai rujukan sejarah, diolah).

4. CATATAN PENUTUP

Antusiasme pada awal-awal penemuan Laut Mati untuk mencari asal-usul


Kekristenan Perdana dari Laut Mati memang selalu manarik minat para teolog Barat,
yang memang secara historis telah tercabut dari akar Gereja Perdana. Karena itu,
setiap temuan seputar latarbelakang kehidupan religius pra-Kristiani di wilayah Israel,
selalu mengundang sensasi. Namun telah terbukti bahwa banyak paralel yang ditemui
antara naskah-naskah Qumran dan Kekristenan Perdana, ternyata tidak lebih karena
keduanya berakar pada latarbelakang warisan spiritual dan kultural yang sama, yaitu

Edited by Glenn Tapidingan


Bambang Noorsena 24
THE DEAD SEA SCROLLS: Mengguncang atau Mendukung Kekristenan

Yudaisme kuno pada abad-abad menjelang kelahiran Yesus Kristus dan Kekristenan
Perdana. Selanjutnya, meskipun teori bahwa Guru Kebenaran adalah Yesus Kristus
sendiri tidak lahir dari seorang pakar yang serius, tetapi karena teori serampangan ini
sering dikembangkan dalam tulisan-tulisan polemis, informasi yang akurat yang
merujuk langsung pada teks-teks asli naskah-naskah Laut Mati perlu dikemukakan di
sini, bukan sekedar untuk meluruskan kesalahfahaman tetapi lebih-lebih secara jujur
dan apa adanya mengemukakan fakta-fakta yang sebenarnya dan makna penting
penemuan tersebut bagi kehidupan iman, khususnya Yahudi dan Kristen yang merujuk
kepada Kitab Suci yang satu dan sama.

Gulungan Naskah Nabi Yesaya (lebar


31 cm dan lebar 731 cm) dipasang di
Shrine of the Book, Museum Israel,
Yerusalem. Inilah gulungan naskah
asli Alkitab terbesar Naskah Laut
Mati yang berusia
lebih dari 2000 tahun

Presiden Amerika
Serikat, Barack Obama,
sedang mengamati
naskah Nabi Yesaya
yang disimpan di
Shrine of The Books,
Museum Israel,
Yerusalem.

Edited by Glenn Tapidingan


Bambang Noorsena 25
THE DEAD SEA SCROLLS: Mengguncang atau Mendukung Kekristenan

Salah satu fakta yang perlu diluruskan, Guru Kebenaran (Moreh HaTsedeq) atau
Guru Paguyuban (Moreh HaYahad) memang sudah pasti bukan Yesus Kristus. Guru
Kebenaran masih harus menunggu kedatangan Sang Mesiah Harun dan Israel,
sedangkan Yesus menegaskan bahwa diri-Nya adalah Sang Mesiah. Karena itu
konsekuensi dari gugurnya teori bahwa Yesus Kristus adalah Guru Kebenaran, pendiri
Paguyuban Eseni, atau minimal dipengaruhi oleh madzab Qumran itu, maka segala
spekulasi para penelaah pada tahun-tahun awal penemuan The Dead Sea Scrolls,
seperti Charles Francis Potter dan A. Powell Davis, yang kemudian diikuti atau dijiplak
sejauh menguntungkan oleh para polemikus Muslim, seperti H.M. Rasjidi, Saleh A.
Nahdi, M. Hashem, M.A. Jussef, dan masih banyak lagi, benar-benar hanya tinggal
sebagai opini tanpa bukti.

Edited by Glenn Tapidingan

Anda mungkin juga menyukai