OLEH
KELOMPOK III:
ALKAUSAR 11555102
RAMADANI 11555202644
PEKANBARU
2017
BAB I
Pendahuluan
Metode Sliding Mode Control untuk mengontrol posisi dari motor DC. SMC sangat
cocok digunakan untuk kendali posisi motor DC. SMC merupakan kendali umpan balik
pensaklaran frekuensi tinggi yang memiliki sifat kokoh. Kendali SMC dipilih karena
kekokohan yang dimiliki sistem kendali ini diharapkan dapat mengatasi permasalahan
perubahan parameter dari motor DC akibat pembebanan. Perubahan parameter dapat
mengakibatkan perubahan respon yang cukup signifikan. Namun kekurangan yang
dimiliki oleh kendali SMC adalah timbulnya fenomena chattering yang berpengaruh
terhadap stabilitas sistem kendali.
Metode SMC digunakan untuk mengoptimasi pemilihan penguat pensaklaran (
switching gain ) dan permukaan luncur ( sliding surface ) secara simultan.
1.2. Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana prinsip kerja sliding mode control
2. Untuk mengetahui apa saja factor penghambat dalam mengidentifikasi system
SMC
3. Untuk mengetahui metode apa saja yang bias digunakan untuk menyelesaikan
maslah tersebut
4. Untuk mengetahui kelemahan yang dimili oleh SMC
Untuk membagi ilmu dengan pembaca tentang control posisi motor DC dengan
sliding mode control
5. Untuk membagi ilmu dengan pembaca tentang control posisi motor DC dengan
sliding mode control
1.3. Manfaat
1. Dapat mengetahui bagaimana dan apa yang terjadi dalam Sliding mode control
mulai dari prinsip kerja, pengaplikasian, kelemahan, metode yang bisa digunakan
dalam mengidentifikasi system.
2. Dapat membagi ilmu dan sharing ilmu bersama pembaca
BAB II
PEMBAHASAN
1. Teori Kontrol Posisi Motor DC dengan Sliding Mode Control
Teori tentang sliding mode control (SMC) mulai dikembangkan pada tahun 1950-an
yang dipelopori oleh S. V. Emelyanov. Keunggulan utama dari SMC adalah memiliki sifat
yang insensitive terhadap variasi parameter, external disturbance, kesalahan pemodelan, dan
memiliki respon yang cepat dalam mencapai kestabilan. Sliding Mode Control merupakan
salah satu metode pengendalian sistem melalui aplikasi dari kendali pensaklaran (switching)
berfrekuensi tinggi. Metode ini memiliki konsep pengendalian berdasar atas pemodelan yang
tidak harus tepat, melainkan hanya pada estimasi yang berbatas. Oleh karena itu metode ini
cukup tangguh untuk menangani adanya ketidakpastian dalam sistem.
Metode Sliding Mode Control untuk mengontrol posisi dari motor DC. SMC sangat
cocok digunakan untuk kendali posisi motor DC. SMC merupakan kendali umpan balik
pensaklaran frekuensi tinggi yang memiliki sifat kokoh. Kendali SMC dipilih karena
kekokohan yang dimiliki sistem kendali ini diharapkan dapat mengatasi permasalahan
perubahan parameter dari motor DC akibat pembebanan. Perubahan parameter dapat
mengakibatkan perubahan respon yang cukup signifikan. Namun kekurangan yang dimiliki
oleh kendali SMC adalah timbulnya fenomena chattering yang berpengaruh terhadap
stabilitas sistem kendali.
1. Motor DC
Sistem Kendali merupakan suatu susunan subsistem dan proses atau sesuatu yang
dikendalikan yang dirangkai dengan tujuan agar menghasikan keluaran sesuai dengan
yang diharapkan. Sistem ini memerlukan sesuatu yang dikendalikan (yang biasa disebut
dengan plant) yang pada umumnya berupa besaran-besaran fisik seperti posisi,
kecepatan, suhu dan lain-lain.
Agar didapat sebuah pengendali yang sesuai dengan plant tertentu, maka diperlukan
sebuah deskripsi yang tepat mengenai proses fisika yang akan dikendalikan. Oleh sebab
itulah diperlukan intepretasi matematis dari proses fisika yang akan dikendalikan untuk
mempermudah perancangan pengendali, yang dinamakan pemodelan atau identifikasi.
Namun semua proses fisik yang berlangsung di alam ini bekerja secara kompleks
dan nonlinear sehingga cukup sering menyulitkan dalam hal identifikasi sistem tersebut.
Kenyataan ini seringkali menghasilkan ketidaktepatan dalam hal pemodelan, sehingga
menghasilkan kinerja sistem kendali yang tidak sesuai harapan.
a. Ketidaktepatan dalam pemodelan ini secara umum disebabkan oleh dua hal:
terjadi akibat ketidaktahuan tentang bentuk sistem itu sendiri, bahkan hingga
pada tingkat orde sistem
- Adaptive Control
Sistem Kendali Adaptif memiliki bagian tambahan yang selalu diupdate /
diperbaharui nilainya selama proses berlangsung secara online berdasar nilai
pengukuran pada kinerja sistem. Sistem ini bisa diaplikasikan untuk semua
model plant, bahkan yang tidak diketahui struktur maupun parameternya.
Prinsip kerja sliding mode control
Salah satu keuntungan dari SMC adalah ketika sistem mengenai permukaan luncur,
maka sistem tersebut tidak akan peka terhadap ketidakpastian parameter lingkungan dan
gangguan dari luar. Untuk menjaga prilaku sistem sehingga tidak peka terhadap perubahan
lingkungan, maka dibutuhkan “hitting time” yang kecil agar sistem cepat mengenai
permukaan luncur. “Hitting time” dan “chattering” yang kecil merupakan dua hal yang
sangat penting dalam merancang sistem SMC.
Kelemahan SMC:
1. Chattering : osilasi sinyal control dengan frekuensi tinggi
(terganggunyastabilitassistem)
2. Hitting time : waktu state mencapai permukaan luncur, dibuat seminimal
mungkin,karena ketika sampai pada permukaan luncur system tidak akan sensitive
terhadap disturbance (kokoh tahan terhadap gangguan).
membandingkan state aktual ( x) dengan state yang diinginkan ( xd). Trayektori tersebut
dikenal sebagai sliding surface. Pada sliding surface, fungsi gangguan adalah jarak dari
sinyal terukur terhadap sliding surface, yang dinotasikan sebagai s = x-xd.. Keadaan dimana
sistem telah berada di sliding surface disebut sebagai keadaan sliding mode, dimana pada
keadaan tersebut nilai s = 0.
SMC pada umumnya diterapkan pada sistem non-linear. Sebuah sistem linear SISO
direpresentasikan dengan “persamaan (2.1) dan (2.2) yang merupakan persamaan state space
dari sistem.
Dimana:
X(t) = [x 1… xn]T = vector status berdimensi –n
A = matrix n x n
B = vector input berdimensi –n
dimana:
ueq = input kendali agar trajektori status ke permukaan luncur.
un = input kendali untuk menjaga agar trajektori status tetap berada pada
permukaan luncur.
3. C. Motor Servo
Motor servo mampu bekerja dua arah (CW dan CCW) dimana arah dan sudut
pergerakan rotornya dapat dikendalikan hanya dengan memberikan pengaturan duty cycle
sinyal PWM pada bagian pin kontrolnya.
Kecepatan motor servo termasuk dalam kategori lambat, kelebihan yang dimiliki adalah
torsi dan presisi yang handal. Dapat kita ketahui bahwa sebuah motor servo memiliki
spesifikasi sebagai berikut :
- jalur kabel : vcc, ground, control data
- Sinyal kontrol mengendalikan putaran dan posisi
- Opersaional dari servo motor dikendalikan oleh sebuah pulsa brefrekuensi 50
Hz, dimana lebar pulsa antara 1,3 – 1,7 ms.
- Konstruksi di dalamnya meliputi internal gear, potensiometer dan feedback
control.
4. Mikrokontroler Atmega8
Mikrokontroller Pin - pin pada ATmega8 dengan kemasan 28-pin PDIP (dual inline
package) Konfigurasi pin pada Atmega8 sebagai berikut :
5. Komunikasi Serial
RS merupakan kependekan dari Rcommended Standard yang ditetapkan oleh
Electronics Industries Association (EIA). Standar sinyal komunikasi yang banyak
digunakan adalah standar RS232 yang dikembangkan oleh Electronic Industry
Association and The Telecommunications Industry Association (EIA/TIA) yang pertama
kali dipublikasikan pada tahun 1962. Standar Komunikasi Kabel RS (Standard) yang
dikeluarkan EIA :
- RS-232 -> single ended
- RS-422 -> differential, multi-drop, broad-band
- RS-485 -> differential, multi-drop, MIMO
2. Perancangan system
Pada mikrokontroler AT Mega 8 terdapat 3 buah port I/O 8 bit, yaitu port B, port C
dan port D. Tabel perencanaan input output dapat dilihat:
Pemodelan untuk mendapatkan model matematik dari motor DC servo yang diperlukan
dalam simulasi serta melakukan pengujian secara open loop terhadap model motor DC servo
yang telah didapatkan.
Motor DC servo bekerja berdasarkan prinsip gaya elektromagnetik sehingga apabila motor
tersebut diberi catu daya, arus akan mengalir ke dalam motor kemudian menghasilkan,torsi
putar yang sebanding dengan arus tersebut. Pemodelan Rangkaian internal Motor DC secara
sederhana.
fungsi transfer antara posisi sudut motor q terhadap tegangan armature V dimana Ka = Kb.
Identifikasi plant ditujukan untuk mendapatkan model matematis yaitu menyatakan
hubungan antara input dan output berupa fungsi alih yang digunakan untuk proses
perancangan kontroler nantinya.
Sehingga bentuk umum fungsi alih dari system orde dua adalah:
Dimana :
K = Gain overall
ξ = Rasio redaman
ω= frekuensi
Pada sistem/plant ini diperoleh nilai tranfer function dalam bentuk model orde dua.
Persamaan berikut menunjukkan nilai transfer function.
[1] Ogata, Katsuhiko dan Leksono, Edi. Teknik Kontrol Automatik (Sistem Pengaturan). Jilid
1. Erlangga. 1984.
[2] Burl, Jeffrey B. Linear Optimal Control, H2 and H∞ Methods. Addison Wesley Inc.
1999.
[3] Slotine, Jean-Jacques E. and Li, Weiping. Applied Nonlinear Control. Prentice Hall
International Inc. 1991.
[4] Šitum, Željco et al. Sliding Mode Control Applied to Pneumatic Servo Drive. University
of Zagreb, Croatia. 2007.