Anda di halaman 1dari 7

Kumpulan Materi Pelatihan Keperawatan Intensif Komprehensif

WEANING (PENYAPIHAN) VENTILATOR


Budi Prayitno
HIPERCCI JATENG/ RSUP DR KARIADI SEMARANG

A. Pengertian
Penyapihan adalah usaha untuk melepaskan penderita dari ketergantungan
ventilator mekanik. Tindakan ini biasanya mengandung dua hal yan terpisah tetapi
memiliki hubungan erat yaitu pemutusan ventilator dan pelepasan jalan nafas
buatan (Saryono, 2010). Menurut Rokhaeni et al. (2001) weaning ventilator adalah
usaha untuk melepaskan penderita dari ketergantungan ventilasi mekanik yang
dilakukan secara bertahap. Weaning ventilator adalah pengurangan bantuan hingga
penghentian pemberian terapi oksigen ventilasi mekanik karena kebutuhan
ventilasi pasien terpenuhi. Antisipasi penyulit penyapihan sebaiknya sudah
dianalisa sebelum ventilasi mekanik diaplikasika, begitu juga dengan jenis
penyapihan dan indikasi dari masing-masing jenis penyapihan ventilasi mekanik
itu sendiri untuk mengindari pengaplikasian yang berkepanjangan.
Tujuan weaning ventilator adalah mempersingkat kebutuhan ventilasi
mekanik sehingga resiko untuk terjadinya infeksi nosokomial dapat diminimalisir
dan lama perawatan diruang intensif dapat dipersingkat.

B. Indikasi
Menurut Hudak dan Gallo (1994) dan Boles et al. (2007) terdapat beberapa
kriteria mengenai keputusan penyapihan ventilasi mekanik pada pasien. Namun
demikian tidak semua pasien yang memenuhi kriteria tersebut mampu bertoleransi
terhadap latihan nafas spontan. Indikasi Penyapihan Ventilasi Mekanik tersebut
antara lain :
1. Proses penyakit yang menyebabkan pasien membutuhkan ventilator mekanik
sudah tertangani.
2. Pasien sadar, afebris (suhu tubuh normal), nafas dan batuk adekuat.
3. Fungsi jantung stabil:
 HR < 140 x/menit
 Tekanan darah dalam batas normal

316
Kumpulan Materi Pelatihan Keperawatan Intensif Komprehensif

 Preload baik : CVP 8 – 14 mmHg


 Tidak ada aritmia
 Tidak terdapat iskemi otot jantung (myokardial Ischemia)
 Bebas dari obat-obatan vasopresor atau hanya menggunakan obat-obatan
inotropik dosis rendah.
4. Fungsi paru stabil:
 Minut volume < 10 L/min
 Tidal volume adekuat ( 5 – 10 cc / kgBB )
 Rontgent thorak dalam batas normal
 Hasil pemeriksaan BGA baik
5. Fungsi GIT baik
 Asambasa dan elektrilot baik
 Status nutrisi baik, tidak ada hematemesis.
6. Tidak anemia ( Hb > 8 gr% )
7. Obat – obatan
 Agen sedatif dihentikan lebih dari 24 jam.
 Agen paralisis dihentikan lebih dari 24 jam.
8. Psikologis pasien
 Mempersiapkan psikologi pasien untuk tindakan penyapihan.
Jika beberapa kriteria dalam parameter tersebut di temukan, maka hal
tersebut merupakan indikasi bantuan ventilasi mekanik dihentikan.

C. Kontraindikasi
1. Hemodinamik belum stabil
 Tingkat kesadaran turun ( GCS < 9 )
 Tekanan darah terlalu tinggi atau terlalu rendah
 Nutrisi belum bagus ( hematemesis )
2. Spasme bronkus
3. Masih memerlukan sedasi tinggi

D. Prosedur
Langkah-langkah standar dalam proses penyapihan adalah sebagai berikut:

317
Kumpulan Materi Pelatihan Keperawatan Intensif Komprehensif

1. Tinggikan kepala tempat tidur 45º


2. Hentikan pemakaian sedatif atau narkotik beberapa jam sebelum penyapihan
3. Pasien sadar dan kooperatif
4. Menjelaskan prosedur penyapihan kepada pasien
5. Lakukan penghisapan
6. Mendapatkan parameter spontan
7. Berikan bronkodilator jika perlu
8. Istirahatkan pasien selama 15-20 menit

Menurut Valverdu et al. (1998) metode yang digunakan dalam proses penyapihan
jangka pendek adalah metode T-Piece dan Intermitten Mandatory Ventilation.
1. Metode T-Piece
Metode penyapihan dengan T-Piece mungkin berguna bagi pasien dengan
status kardiopulmoner yang normal yang hanya memerlukan mesin ventilasi
yang ringkas. Penghentian mendadak dukungan ventilator biasanya disediakan
bagi pasien yang sudah menggunakan ventilator untuk waktu yang relatif
pendek (biasanya selama tak lebih dari dua atau tiga hari) dan yang terlihat
sudah lepas dari kebutuhan terhadap mesin ventilasi. Secara umum semakin
lama pasien menggunakan ventilator semakin lama pula proses
penyapihannya.
Prosedur yang dilakukan melalui metode ini antara lain:
a. Mengumpulkan data fisiologis yang mendukung pelaksanaan penyapihan
b. Menghubungkan set T-Piece dengan FiO2 yang dibutuhkan pasien (tunggu
selama 20-30 menit untuk evaluasi potensial ektubasi. Lakukan
pengawasan data fisiologis tiap 5-10 menit jika perlu)
c. Pada akhir menit ke-30, periksa AGD pasien dan evaluasi pasien dari
tanda kelemahan.
d. Tingkatkan periode istirahat sampai 1 jam setelah periode penyapihan 30
menit tercapai
e. Turunkan volume tidal pada repirator dengan 50 cc/hari
f. Setelah 8 jam periode penyapihan dilakukan, tingkatkan penyapihan pada
malam hari dan dini hari.
g. Lanjutkan 1 jam istirahat diantara periode penyapihan

318
Kumpulan Materi Pelatihan Keperawatan Intensif Komprehensif

h. Lakukan penyapihan pada malam hari dengan perlahan, ini merupakan


periode kritis
i. Penyapihan selesai dan bila kriteria penyapihan terpenuhi, maka ektubasi
dapat dilakukan
Selama proses penyapihan yang panjangini, pencatatan harus dilakukan terus,
salah satunya adalah total jam yang dibutuhkan selama penyapihan ini. Nilai
AGD dan peningkatan pernapasan spontan juga harus ditambahkan untuk
meyakinkan pasien secara actual mengalami perkembangan yang signifikan.
2. Metode Intermitten Mandatory Ventilation (IMV)
Meskipun metode ini sama efektifnya dengan metode T-Piece, namun
membutuhkan waktu yang lebih panjang karena tiap tambahan frekuensi
pernapasan harus disertai dengan AGD. Sedangkan langkah-langkahnya sama
dengan prosedur pada metode T-Piece. Kecepatan pernafasan pada IMV
diturunkan dua pernafasan hingga mencapai 2 atau 0. Pada titik ini, pasien
dapat dievaluasi dengan kriteria penyapihan untuk menentukan potensial
ekstubasi.

Selain itu, metode penyapihan juga dapat menggunakan SIMV, CPAP, dan
Pressure Support Ventilation (PSV)
1. Continues Positive Air Ways Pressure (CPAP)
Meskipun masih kontroversial, namun penggunaan CPAP pada 5 cm H2O
dianggap menguntungkan bagi pasien dengan pernafasan tidak stabil dan
memiliki gradien besar PO2 alveolar-arteri yang menimbulkan kolaps alveolar
dini.
2. Synchronized Intermitten Mandatory Ventilation (SIMV)
Persiapan penyapihan melalui mode SIMV sama dengan pada mode lain.
Kecepatan SIMV diturunkan perlahan. Hal ini memberikan kesempatan kepada
pasien untuk melatih otot pernafasan. Evaluasi yang cepat terhadap
kemungkinan hipoventilasi dan hiperkapnia merupakan hal yang sangat
penting. Kemudian volume tidal juga secara perlahan diturunkan sesuai
dengan kemajuan pasien. Pengawasan dilakukan dengan pemeriksaan AGD
dan ventilasi pasien.

3. Pressure Support Ventilation (PSV)

319
Kumpulan Materi Pelatihan Keperawatan Intensif Komprehensif

Penggunaan Pressure Support dalam penyapihan bertujuan untuk


meningkatkan tahanan dan kekuatan otot pernapasan. Penyapihan dimulai
dengan tingkat tekanan yang bisa menghasilkan volume tidal yang diharapkan.
Kemudian tekanan dikurangi secara perlahan tapi tetap memperhatikan
pemenuhan volume tidal yang diharapkan.

E. Extubasi
Extubasi adalah pengangkatan pipa napas buatan atau Endo Tracheal Tube
(ETT) dari trakea. Menurut Standar Operasional Prosedur (SOP) ekstubasi dari
RSUP Dr. Kariadi tahun 2010 adalah sebagai berikut:
1. Mendorong emergency trolly mendekat kesisi tempat tidur untuk persiapan
agar dapat mengantisipasi segera apabila ada kejadian-kejadian yang tidak
diinginkan
2. Beritahu pasien akan rencana pengangkatan pipa pernapasan (ETT)
3. Injeksi Kalmetason biasanya sesuai dengan instruksi dokter (10 mg IV  ½
jam sebelum extubasi)
4. Pasien dianjurkan nafas dalam dan batuk
5. Lakukan penghisapan sekresi sampai bersih
6. Plester tube dilepas dan berikan oksigen 100% melalui ETT menggunakan
ambu bag. Suction Kateter dimasukkan kedalam tube, ditarik bersama dengan
suction kateter sambil memutar pengangkatan tube, penarikan ETT dilakukan
pada saat inspirasi
7. Selesai pengangkatan ETT beri O2 dengan konsentrasi 5-8 liter dengan
menggunakan masker non rebreathing
8. Observasi ketat tanda-tanda sesak napas, suara pernapasan, tanda-tanda vital
dan analisa gas darah, 30 menit setelah extubasi dan selanjutnya bila dianggap
perlu.
9. Bersihkan alat-alat untuk siap digunakan segera dan cucitangan

F. Faktor Yang Mempengaruhi Lamanya Penyapihan


Idealnya waktu yang dibutuhkan untuk ventilator seharusnya tidak lebih
lama dari waktu yang dibutuhkan untuk menangani penyebab utama kegagalan

320
Kumpulan Materi Pelatihan Keperawatan Intensif Komprehensif

pernapasan tersebut. Menurut Iwan dan Saryono (2010) kondisi ini pada dasarnya
dipengaruhi oleh dua faktor, yakni faktor non ventilator dan faktor ventilator
1. Faktor Non Ventilator
a. Penyalahgunaan obat sedasi
Kebanyakan pasien dengan penyakit kritis, mengalami gangguan renal dan
hepar selama masa sakitnya. Penggunaan obat sedatif jangka panjang yang
mempengaruhi eleminasi hepatorenal akan menyebabkan atrofi otot
pernapasan. Hal ini terjadi karena otot tidak digunakan dalam jangka
waktu yang lama.
b. Malnutrisi
Keadekuatan fungsi otot tidak hanya tergantung pada kekuatan otot, tapi
juga pada normal posfat, kalsium, magnesium, dan potasium.
c. Kurangnya dukungan psikologis bagi pasien
d. Kurangnya dukungan dari jantung jika terdapat kerusakan ventrikel kiri.
2. Faktor ventilator
a. Over ventilation
Menyebabkan disuse atrofi (atropi akibat jarang digunakannya otot
pernapasan)
b. Under ventilation
Menyebabkan kelelahan otot pernafasan. Untuk pemulihan dibutuhkan
waktu 48 jam.
Kegagalan untuk mengadopsi ventilasi yang aman bagi paru pada pasien dengan
gagal nafas akut atau kronis. Hal ini dapat memperburuk resiko terjadinya
kerusakan paru.

G. Kegagalan Penyapihan
Menurut Iwan dan Saryono (2010) bahwa kegagalan penyapihan umumnya
berhubungan dengan :
1. Peningkatan retensi aliran udara.
2. Berkurangnya kepatuhan.
3. Kelelahan otot pernafasan.
Kegagalan dalam memulai penyapihan biasanya disebabkan oleh belum
tertanganinya penyakit yang memicu penggunaan ventilator, penyembuhan
penyakit yang tidak komplit atau berkembangnya masalah baru. Proses

321
Kumpulan Materi Pelatihan Keperawatan Intensif Komprehensif

penyapihan tergantung pada kekuatan otot pernafasan, bebas yang ditanggung


otot tersebut, dan pengendali pusat

Kesimpulan
Penyapihan adalah usaha untuk melepaskan penderita dari ketergantungan ventilator
mekanik. Dalam proses penyapihan pasien kritis dari ventilator pasti akan menemui
berbagai penyulit. Berbagai penyulit itu harus segera diantisipasi sejak dini selama
pasien tersebut masih menggunakan ventilator. Penyapihan ventilator ini dapat
melalui berbagai metode yaitu dengan T-Piece, IMV, SIMV, CPAP dan Pressure
Suport. Dalam proses penyapihan harus tetap memperhatikan nilai hasil Analisa Gas
Darah Arterinya

Daftar Pustaka
Boles JM, et. al. (2007). Weaning from mechanical ventilation. European Respiratory
Journal; 29: 1033-1056.
Hudak, C.M & B.M, Gallo. (1994) Critical Care Nursing: A Holistic Approach.
Philadelphia: J.B. Lippincott Company
Iwan & Saryono. (2010). Mengelola pasien dengan ventilator mekanik. Jakarta:
Rekatama
Rokhaeni, H, dkk. (2001). Buku ajar keperawatan kardiovascular. Jakarta: Harapan
Kita
TIM RSUP Dr. Kariadi. (2010). Standar operasional prosedur RSUP dr. Kariadi
Semarang.
Valverdu, I. et al. (1998). Clinical characteristics, respiratory functional parameters,
and otrial in patients weaning from mechanical ventilation. Am J Respir Crit
Care Med.

322

Anda mungkin juga menyukai