Contoh Metodologi Gambut PDF
Contoh Metodologi Gambut PDF
PENDEKATAN
Tanah gambut atau lebih dikenal dengan nama Peat Soil adalah tanah yang
mempunyai kandungan organic cukup tinggi dan pada umumnya terbentuk dari
campuran fragmen-fragmen material organic yang berasal dari tumbuh-tumbuhan
yang telah berubah sifatnya menjadi fosil. Menurut Van de Meene (1982) tanah
gambut terbentuk sebagai hasil proses penumpukan sisa tumbuhan rawa seperti
berbagai macam jenis rumput, paku-pakuan, bakau, pandan, pinang, serta
tumbuhan rawa lainnya. Gambut Indonesia merupakan jenis gambut tropis
dengan luas area tanah gambut mencapai kurang lebih 15,96 juta hektar (Wijaya,
Adhi, dkk, 1991) yang sebagian besar terdapat di Pulau Sumatera, Kalimantan
dan papua dengan variasi kedalaman yang berbeda serta merupakan areal
gambut terbesar ketiga di Dunia (panduan Geoteknilk, 2001).
Lahan dan hutan rawa gambut merupakan suatu ekosistem yang unik,
namunsangat rentan (fragile) terhadap adanya gangguan eksternal. Ekosistem
gambut terbentuk dari interaksidan kesatuan antara substrat (tanah organik), air
(hidrologi) dan vegetasi secara utuh dan solid.Ekosistem gambut memiliki nilai dan
jasa lingkungan penting seperti pengendali dan pengatur hidrologi, pemendam
(sink) dan penambat (sequester) karbon, sumber plasma nuftah dan keragaman
hayati serta manfaat sosial-ekonomi lainnya.
Kendati memiliki nilai dan fungsi penting, namun ekosistem gambut di Indonesia
mengalami ancaman deforestasi dan degradasi akibat pengelolaan dan
Page | 1
pemanfaatan yang kurang bijaksana dan berkelanjutan. Kegiatan pembalakan,
konversi ke kegiatan industri perkebunan, kehutanan, pemukiman disertai
pembangunan drainase berlebihan serta kebakaran merupakan pemicu dan
pemacu utama deforestasi dan degradasi gambut di Indonesia. Deforestasi dan
degradasi gambut berdampak pada gangguan hidrologi, penurunan tutupan hutan,
subsidensi gambut, peningkatan kerentanan kebakaran, peningkatan pengeluaran
gas rumah kaca, kehilangan biodiversitas dan sosial ekonomi lainnya. Peristiwa
kekabaran hutan dan lahan gambut yang terjadi di tahun 2015, misalnya, telah
menyebabkan kabut asap tebal berbulan-bulan yang berdampak biaya ekonomi,
sosial, kesehatan dan bahkan mengganggu hubungan dengan negara-negara
tetangga.
Page | 2
Lahan gambut didefinisikan sebagai “daerah dengan akumulasi bahan organik
yang sebagian terurai (decomposed) dengan kadar abu sama dengan atau kurang
dari 35%, kedalaman gambut sama dengan atau lebih dari 50 cm, dan kandungan
karbon organik (berat) minimal 12%” (ICCC, 2012).
Ketebalan gambut atau kedalaman adalah jarak vertikal dari permukaan lantai
tanah sampai lapisan substratum (lapisan tanah mineral) di bawah lapisan
gambut.
1. Analisa Spasial
Kombinasi data citra satelit, peta topografi, dan peta lahan gambut yang telah ada
sebelumnya digunakan untuk analisa spasial dari lokasi studi. Secara rinci data-
data tersebut adalah:
Page | 3
2. Verifikasi Kedalaman Gambut
Kandungan karbon, kadar abu dan bobot jenis-nya, di mana ketiga parameter
ini digunakan untuk mendefiniskan kualitas gambut yang terdapat di titik
sampel. Tidak semua titik pengukuran gambut diambil sampelnya, hanya
kurang lebih setengah dari jumlah titik sampling pengukuran kedalaman
gambut tersebut yang diambil sampel tanah gambutnya.
Page | 4
dibersihkan dari sampel dengan pisau. Sampel tanah gambut kemudian
ditempatkan dalam cawan aluminium (8 cm dengan 7 cm). Berat basah sampel
langsung diukur di lapangan. Kemudian cawan aluminium ditutup rapat dengan
kertas aluminium dan dimasukkan ke dalam plastik Whirl-Pak®. Sampel tanah
gambut kemudian dikemas dan dikirim ke laboratorium Biotrop di Bogor, Jawa
Barat, untuk analisa kadar abu, kandungan karbon organik dan bobot jenis.
Di mana:
NIR = near-infrared wavelength (Channel 2 of AVHRR)
RED = the visible red wavelength (Channel 1 of AVHRR)
Prosedur pengelolaan data dapat dilihat pada gambar dan dijelaskan secara
lebih rinci pada bagian selanjuntya.
Page | 5
o Akuisisi citra NOAA-AVHHR images
Page | 6
o Pra-proses data NOAA-AVHHR data
Daerah hutan rawa gambut dihasilkan dari peta dasar tutupan lahan tahun
1990 guna mewakili potensi luasan lahan gambut. Pada tahun 1990, sebagian
besar lahan gambut masih ditutupi oleh hutan yang rapat, dan pada saat itu
pun belum terjadi konversi lahan gambut atau degradasi secara besar-
besaran. Ini dapat diasumsikan bahwa daerah hutan rawa pada saat itu juga
merupakan perwakilan yang relatif akurat dari luasan lahan gambut pada saat
itu. Selain hasil analisa, data-data aktivitas hasil pemeriksaan lapangan pun
digunakan untuk melengkapi delineasi luasan lahan gambut. Lebih jauh,
kawasan hutan rawa gambut kemudian dikalibrasi secara manual dengan
mengacu pada citra Landsat TM images dengan urutan pita 5 (R), 4 (G) dan 3
(B).
Untuk delineasi lahan gambut secara manual, data raster kemiringan dengan
resolusi 1 - km disatukan berdasarkan data titik elevasi dari peta topografi
skala 1:50.000 BIG.95% dari titik sampling yang terletak di lahan gambut
berpotongan dengan data raster kemiringan ini, yang mengindikasikan
kemiringan sudut kurang dari atau sama dengan 0,2°. Daerah ini didefinisikan
sebagai "daerah dengan kelerengan landai” (Gambar A7). Kemudian delineasi
manual yang dilakukan mengacu pada daerah-daerah dengan kelerengan
landai ini. Walaupun begitu, ketika morfologi cekungan teridentifikasi pada
suatu dalan wilayah studi, wilayah tersebut dieliminasi walaupun terletak dalam
wilayah dengan kelerengan landai. Begitu pula dengan hutan tepian sungai
(riparian forest) yang terletak pada wilayah luapan air sungai dipisahkan dari
lahan gambut dan juga dihilangkan selama proses ini. Delineasi lahan gambut
untuk pulau di sebelah Timur Pelalawan, di mana tidak ada data lapangan atau
Page | 7
data slope raster dari BIG yang tersedia, maka hanya berdasarkan pada citra
Landsat.
Page | 8
memilih satu kumpulan nilai atau variabel untuk diterapkan dalam parameter
model yang mana akan memaksimalkan kebolehjadian dalam beragam
dimensi (multi citra satelit). Analisis kebolehjadian maksimum ini berlandaskan
pada fungsi Gaussian, dan data latihan yang kecil akan menyebabkan estimasi
yang berkualitas rendah pada distribusi kebolehjadian, karena susunan letak
data latihan pra-pengkelasan terlalu jarang. Dengan demikian, sejumlah besar
data latihan diperlukan untuk estimasi yang lebih akurat dari kebolehjadian
klasifikasi (classification likelihoods).
Page | 9
Konversi menjadi data vektor
Untuk kebutuhan analisa dan pengolahan data satelit, beberapa aplikasi komputer
berikut telah digunakan seperti Grass GIS 6.4 RC3 (GRASS Development Team,
2013), Quantum GIS 1.8 (Quantum GIS Development Team, 2013), dan R 2.14.2
Volume potensi pengurasan air dari lahan gambut menuju kanal dan parit irigasi
dalam lokasi studi diestimasi dengan pendekatan skenario pengurasan maksimum
dan minimum. Angka-angka dari kedua skenario ini berdasarkan kepada angka
rata-rata volume tetinggi dan terendah GWL yang terekam oleh automatic water
loggers.
Page | 10
2. RENCANA KERJA
Penjelasan tentang rencana pelaksanaan Kegiatan Penyusunan Survey
Investigation Design (SID) Dan Detail Engineering Design (DED) Infrastruktur
Pembasahan Gambut Kesatuan Hidrologis Gambut (KHG) Pulau Tebing Tinggi
Provinsi Riau terdiri dari jangka waktu dan tahapan pekerjaan.
Page | 11
Pengumpulan informasi data hasilsurvei dan investigasi yang pernah
dilakukan di lokasi atau yang ada disekitar lokasi program
pembangunan infrastruktur pembasahan gambut: elevasi referensi
topografi, lokasi, nomor, dan elevasi patok BM, peta topografi dan tanah
detail, registrasi elevasi muka air.
3. Analisis
Teknik yang dikembangkan adalah menggunakan metode pendekatan
deskriptif kualitatif dan kuantitatif sehingga akan diperoleh informasi yang
baik dan terukur. Melalui pendekatan ini, fenomena yang terjadi di kawasan
hutan dan masyarakat akan diformulasikan dalam rangkaian informasi yang
aktual dan sistematis. Informasi yang diperoleh sedapat mungkin diolah
berdasarkan proses analisis data, maka tahap reduksi data yang dilakukan
sebagai berikut:
Analisis tutupan lahan (land cover) dengan melakukan evaluasi nilai
NVDI dengan menggunakan sumber Citra Landsat TM yang diproses
dengan mempergunakan Software Arcview
Page | 12
Karakteristik dan Sumberdaya Wilayah Hutan meliputi: karakteristik
biofisik wilayah hutan seperti struktur dan komposisi vegetasi (flora) dan
jenis (spesies) yang terdapat di dalamnya.
Analisis Kondisi Sosial di dalam dan di sekitar hutan pada berbagai
kawasan hutan (daratan)
Analisis hubungan/terpadu spasial yang meliputi: faktor biofisik,
flora/fauna, pola-pola interaksi sosial politik(kebijakan) dan institusi.
Page | 13
4. Kajian dan Analisa Studi SID, meliputi:
1) Aspek Teknikal;
2) Aspek Hidrologi;
3) Aspek Tanah;
4) Aspek Sosial, Ekonomi dan Lingkungan masyarakat sekitar.
Page | 14
Peta Lokasi Pembangunan Sekat Kanal dan/atau Penimbunan Kanal
sesuai kriteria yang telah ditetapkan;
Penyajian Data Primer dan Data Sekunder dan hasil pengolahannya.
3. PELAPORAN
Pekerjaan ini melalui beberapa tahapan kegiatan yang masing-masing
tahapannya menghasilkan produk laporan yang harus diserahkan sebagai
berikut :
a. Laporan Pendahuluan, diserahkan selambat-lambatnya 14 (empat belas)
hari kalender setelah SPMK sejumlah 10 (sepuluh) eksemplar. Laporan
Pendahuluan ini berisi penjabaran dari kerangka acuan kerja, yang meliputi
pendahuluan, metodologi dan pendekatan teori yang diterapkan dalam studi,
gambaran umum secara singkat, rencana kerja, jadwal kegiatan dan
instrumen pengumpulan data primer dalam penelitian, termasuk keperluan
data sekunder.
b. Laporan Antara, diserahkan pada minggu ke-1 bulan ke-2 sejumlah 10
(sepuluh) eksemplar. Laporan Antara berisikan hasil survei primer, hasil studi
kasus/studi terdahulu serta laporan kemajuan pekerjaan.
c. Draft Laporan Akhir, diserahkan pada minggu ke-3 bulan ke-2 sejumlah 10
(sepuluh) eksemplar. Konsep Laporan Akhir merupakan draft hasil kajian
yang akan dibahas oleh stakeholders yang relevan.
Page | 15
d. Laporan Akhir, diserahkan pada minggu ke-4 bulan ke-2 (akhir masa studi)
sejumlah 10 (sepuluh) eksemplar. Laporan Akhir adalah Konsep Laporan
Akhir yang telah disempurnakan sesuai pembahasan akhir.
e. Laporan Ringkas (Ringkasan Eksekutif), diserahkan pada akhir bulan ke-2
(akhir masa studi) sejumlah 10 (sepuluh) eksemplar. Laporan Ringkas adalah
laporan yang digunakan untuk laporan eksekutif sehingga merupakan laporan
yang lebih singkat dan padat mengenai hasil studi.
f. Gambar Desain/Peta (A3) diserahkan pada akhir bulan ke-2 (akhir masa
studi) sejumlah 5 (lima) eksemplar.
g. Softcopy berupa CD/DVD berisi keseluruhan laporan kegiatan dan
dokumentasi beserta data pendukung seperti data GPS (ekstensi DWG,
GPX, atau SHP, berkaitan dengan software pengolah database yang
digunakan), diserahkan pada akhir bulan ke-2 (akhir masa studi)
Page | 16
Sedangkan untuk menunjang kelancaran tugasnya terutama yang berkaitan
dengan pekerjaan administrasi proyek baik keperluan internal maupun eksternal,
kelengkapan data, keperluan survey di lapangan dan penyusunan pelaporan
maka Team Leader akan dibantu oleh sejumlah staf pendukung dan
administrasi. Selanjutnya, struktur organisasi pelaksanaan pekerjaan yang
mencakup uraian singkat pentahapan pekerjaan di atas dapat diskematikkan
sebagai berikut :
Page | 17
STRUKTUR ORGANISASI PEKERJAAN
PENYUSUNAN SURVEY INVESTIGATION DESIGN (SID) DAN DETAIL ENGINEERING DESIGN (DED)
INFRASTRUKTUR PEMBASAHAN GAMBUT KESATUAN HIDROLOGIS GAMBUT (KHG) PULAU TEBING
TINGGI PROVINSI RIAU
Office Manager
TIM TEKNIS/
Team Leader
SUPERVISI
Tim Ahli
Tenaga Pendukung
Page | 18