Disusun oleh:
Fadhilah Fitri Primandari
1606893815
Dosen Pengajar:
Prof. Burhan Djabir Magenda, M. A
1
BAB I
Pendahuluan
2
1.3 Pertanyaan Karya Tulis Ilmiah
Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan, penulis mengajukan dua pertanyaan yang
akan penulis jawab melalui karya tulis ilmiah ini. Kedua pertanyaan tersebut adalah sebagai berikut,
1. Apa persamaan yang terdapat antara pengaruh militer dalam pemerintahan di Myanmar dan
Thailand?
2. Apa perbedaan yang terdapat antara pengaruh militer dala pemerintahan di Myanmar dan
Thailand?
3
BAB II
Pembahasan
4
2.2. Pengaruh Militer dalam Pemerintahan Myanmar
Secara de jure, sesungguhnya Myanmar tidak diperintah oleh rezim militer. Rezim militer
Myanmar—secara resmi—telah berakhir pada tahun 2011 ketika pemerintahan sipil Myanmar
mengambil alih pemerintahan. Peristiwa ini didahului oleh pemilihan umum pada November 2010, di
mana Union Solidarity and Development Party (USDP) menang (BBC, 2015). Pemilihan umum ini
diklaim sebagai tidak memiliki legitimasi karena USDP mendapatkan pengaruh yang kuat dari militer.
Pada tahun 2015, pemilihan umum diadakan kembali dan dimenangkan oleh National League for
Democracy (NLD)—dipimpin oleh Aung San Suu Kyi yang kemudian pada tahun 2016 diangkat
menjadi 1st State Counsellor of Myanmar—yang mendapatkan 43 dari 45 kursi di parlemen. Meski
demikian, militer Myanmar, yang dikenal sebagai Tatmadaw dalam bahasa Burma, masih memiliki
peran prominen dalam pemerintahan secara de facto.
Kuatnya pengaruh militer di pemerintahan Myanmar sedikit banyak disebabkan oleh konstitusi
yang dibuat pada tahun 2008—yang disusun oleh pemerintahan militer—masih berlaku. Konstitusi
yang dibuat pada 2008 tersebut menjamin paling sedikit 25% kursi di parlemen dan 3 jabatan
kementerian dipegang oleh militer (VOA, 2017). Sebagai konsekuensinya, progres menuju reformasi
turut dipengaruhi oleh suara militer. NLD dan Aung San Suu Kyi enggan mengantagoniskan militer—
mengenai kekerasan yang mereka lakukan di perbatasan dan pada etnis Rohingya—karena takut bahwa
hal tersebut akan menyebabkan agitasi militer dan menimbulkan kesulitan untuk melakukan transisi
lebih lanjut menuju demokrasi (CFR, 2017). Pada kenyataannya, tidak menentang militer dan
membiarkan militer tetap memegang pengaruh kuat dalam pemerintahan tidak membuat militer
melepaskan diri dari politik.
5
militer dan kelompuk Buddhis ekstrem—mayoritas di Myanmar—terhadap etnis-etnis minoritas,
bagaimana konstitusi yang memberi kekuatan politik pada militer masih berlaku, dan bagaimana
kebebasan politik rakyat masih dibatasi (Bandow, 2016).
Hal-hal ini mengindikasikan bahwa demokratisasi di Myanmar mengalami hambatan
karena demokratisasi tidak akan dapat berjalan dengan lancar jika kebebasan sipil masih terus
ditekan dan hak-hak minoritas masih dilanggar. Selain itu, demokratisasi juga tidak dapat berjalan
dengan lancar jika militer memegang kekuatan politik. Hal ini dikarenakan militer memiliki
advantage untuk menggunakan kekerasan, sementara rakyat sipil tidak. Masuknya militer dalam
politik akan menyebabkan interaksi politik yang tidak seimbang dan koersif, sehingga
‘pemerintahan oleh rakyat’ yang diusung dalam demokrasi tidak akan terjadi.
6
dengan badan-badan internasional untuk mengembalikan Rohingya ke Rakhine (Wintour, 2017),
namun hingga saat ini belum ada laporan progres yang berarti untuk me-resettle dan memberikan
kompensasi pada etnis Rohingya dan belum terdapat kabar yang jelas mengenai penegakan hukum
terhadap militer Myanmar.
2.3.1 Kembalinya Pengaruh Militer Pasca Revolusi: Hybrid Monarki Konstitusional dan Militer
Kudeta pada Mei 2014 terjadi setelah masyarakat Thailand memrotes pemerintahan
Perdana Menteri Yingluck Shinawatra—yang telah terbukti menyalahgunakan kekuasaannya oleh
pengadilan—selama berbulan-bulan. Militer membekukan konstitusi yang berlaku pada saat itu,
memberlakukan hukum darurat militer dan jam malam, melarang siaran televisi dan perkumpulan
yang dilakukan atas dasar politik (BBC, 2014). Jenderal Prayuth Chan-ocha mengatakan bahwa
sangat krusial bagi National Council for Peace and Order—mencakup militer dan polisi—untuk
menerapkan langkah-langkah tersebut dan mengambil alih pemerintahan demi mengembalikan
kestabilan politik (Hodal, 2014).
Alih-alih menjaga kestabilan agar demokrasi dapat diberlakukan kembali, militer
semakin menanamkan pengaruhnya di pemerintahan. Pemerintahan memang tidak sepenuhnya
dikendalikan oleh militer; secara de jure Thailand tidak berada di bawah kendali rezim militer dan
monarki masih berkuasa, namun militer masih memegang peran politik yang penting. Model
pemerintahan ini disebut sebagai rezim hybrid oleh Economist Intelligence Unit (Maierbrugger,
2017), di mana dua bentuk pemerintahan—monarki konstitusional dan militer—berlangsung
secara beriringan. Thailand memiliki parlemen, namun militer menduduki 143 kursi dari total 250
7
kursi. Militer juga menduduki lebih dari 50 persen kursi di Privy Council, badan penasihat Raja
Maha Vajiralongkorn (Tanakasempipat dan Themgumpanat, 2017). Militer dekat dengan kerajaan
dan memiliki pengaruh dalam parlemen, sehingga meskipun secara de jure militer tidak
sepenuhnya berkuasa di Thailand dan masih dapat dikendalikan oleh monarki, praktik politik
sebagian besar dikendalikan oleh militer atas restu kerajaan.
8
sejalannya kehendak kerajaan dengan militer, loyalitas militer terhadap kerajaan meningkat
sehingga represi militer terhadap rakyat turut meningkat.
9
BAB III
Penutup
3.1 Kesimpulan
Penulis menyimpulkan bahwa pengaruh militer dalam pemerintahan yang terjadi di Myanmar
dan Thailand memiliki banyak persamaan, yakni bahwa militer di kedua negara tersebut sama-sama
opresif, sama-sama memiliki suara dalam parlemen, dan sama-sama berbagi kekuasaan dengan
pemerintah dalam model pemerintahan hybrid semenjak mereka mengambil langkah menuju
demokrasi—Myanmar pada 2011 dan Thailand pada 1932. Perbedaan antara pengaruh yang mereka
jalankan dalam pemerintahan terletak pada sasaran opresi mereka dan hubungan mereka dengan
pemerintah. Di Myanmar, militer cenderung melakukan lebih banyak opresi terhadap golongan
minoritas, seperti yang terjadi pada etnis Rohingya, dan mereka berada ‘di atas hukum’. Pemerintahan
Aung San Suu Kyi tidak dapat menindak militer yang melakukan pelanggaran HAM meski dirinya telah
dikecam oleh dunia internasional. Di Thailand, militer cenderung loyal terhadap monarki yang berkuasa
meski sering melakukan kudeta terhadap pemerintahan sipil. Kudeta-kudeta oleh militer dilakukan
dengan tetap menghormati posisi monarki.
10
DAFTAR PUSTAKA
Situs Internet
Bandow, Doug. 31 Maret 2016. A Brighter Dawn in Burma: Myanmar Not Yet a Democracy but No
Longer a Dictatorship. Diakses pada 13 Desember 2017, 07:39 WIB. https://
www.forbes.com/sites/dougbandow/2016/03/31/a-brighter-dawn-in-burma-myanmar-not-
yet-a-democracy-but-no-longer-a-dictatorship/#76510bb12f0f
BBC. 7 Agustus 2016. Thai Refendum: Military-written Constitution Approved. Diakses pada 12
Desember 2017, 19: 31 WIB. http://www.bbc.com/news/world-asia-36972396
BBC. 8 Juli 2015. Timeline: Reforms in Myanmar. Diakses pada 10 Desember 2017, 22:01 WIB.
http://www.bbc.com/news/world-asia-16546688
BBC. 22 Mei 2014. Thailand Military Seizes Power in Coup. Diakses pada 13 Desember 2017, 14:38
WIB. http://www.bbc.com/news/world-asia-27517591
Brown, Patrick. 30 Mei 2014. Thailand’s 19th Coup Underscores Country’s Fatal Flaw. Diakses pada
13 Desember 2017, 14:30 WIB. http://www.cbc.ca/news/world/thailand-s-19th-coup-
underscores-country-s-fatal-flaw-1.2658846
Chambers, Paul. 30 Oktober 2016. Thailand’s Junta (Respectfully) Wants the Monarchy to Know Who’s
Boss. Diakses pada 12 Desember 2017, 20:33 WIB. http://foreignpolicy.com/
2016/10/30/thailands-junta-wants-the-monarchy-to-surrender-king-asia/
Chandran, Nyshka. 20 April 2017. Thailand Intensifies State Control under New Kings. Diakses pada
12 Desember 2017, 21:14 WIB. https://www.cnbc.com/2017/04/30/thailand-intensifies-
state-control-under-new-king.html
CFR. 2 Oktober 2017. How Myanmar’s Military Wields Power from the Shadows. Diakses pada 10
Desember 2017, 19:15 WIB. https://www.cfr.org/interview/how-myanmars-military-
wields-power-shadows
Fisher, Max. 19 Oktober 2017. Myanmar, Once a Hope for Democracy, is Now a Study in How it Fails.
Diakses pada 11 Desember 2017, 09:07 WIB. https://www.nytimes.com/2017/
10/19/world/asia/myanmar-democracy-rohingya.html
Gibbens, Sarah. 29 September 2017. Myanmar’s Rohingya are in Crisis – What You Need to Know.
Diakses pada 12 Desember 2017, 06:58 WIB. https://news.nationalgeographic.com/
2017/09/rohingya-refugee-crisis-myanmar-burma-spd/
Hodal, Kate. 22 Mei 2014. Thailand Army Chief Confirms Military Coup and Suspends Constitution.
Diakses pada 13 Desember 2017, 14:49 WIB. https://www.theguardian.com/
world/2014/may/22/thailand-army-chief-announces-military-coup
11
Human Rights Watch. 9 Agustus 2016. Thailand: New Charter Enshrines Military Rule. Diakses pada
12 Desember 2017, 19:32 WIB. https://www.hrw.org/news/2016/08/09/thailand-new-
charter-enshrines-military-rule
Maierbrugger, Arno. 1 Februari 2017. Democracy Index: Thailand Seen as ‘Hybrid’ Regime, US
Downgraded. Diakses pada 11 Desember 2017, 20:38 WIB. http://investvine.com/
democracy-index-thailand-seen-hybrid-regime-us-downgraded/
Rajan, Sanoj. 9 September 2017. Denial of Humanitarian Aid in Myanmar a Crime under International
Law? Diakses pada 13 Desember 2017, 14:03 WIB. http://moderndiplomacy.eu/
index.php?option=com_k2&view=item&id=2944:denial-of-humanitarian-aid-in-
myanmar-a-crime-under-international-law
Tanakasempipat, Patpicha dan Panarat Thepgumpanat. 21 Mei 2017. Three years after coup, junta is
deeply embedded in Thai life. Diakses pada 11 Desember 2017, 20:12 WIB.
https://www.reuters.com/article/us-thailand-military/three-years-after-coup-junta-is-deeply
-embedded-in-thai-life-idUSKCN18G0ZJ
Tarabay, Jamie. 6 Desember 2017. Myanmar’s Military: The Power Aung San Suu Kyi Can’t Control.
Diakses pada 10 Desember 2017, 13:14 WIB. http://edition.cnn.com/2017/09/21/
asia/myanmar-military-the-real-power/index.html
The Guardian. 11 September 2017. Who are the Rohingya and What is Happening in Myanmar?
Diakses pada 12 Desember 2017, 5: 32 WIB. https://www.theguardian.com/global-
development/2017/sep/06/who-are-the-rohingya-and-what-is-happening-in-myanmar
The Guardian. 12 Agustus 2016. The Guardian View of Thailand: The Military is in Control – but For
How Long? Diakses pada 10 Desember 2017, 14:20 WIB. https://www.theguardian.com/
commentisfree/2016/aug/12/the-guardian-view-on-thailand-the-military-is-in-control-but-
for-how-long
The Guardian. 14 November 2017. Myanmar Military Exonerates Itself in Report on Atrocities Against
Rohingya. Diakses pada 13 Desember 2017, 07:00 WIB. https://www.theguardian.com/
world/2017/nov/14/myanmar-military-exonerates-itself-in-report-on-atrocities-against-
rohingya
VOA. 11 Agustus 2017. Role of Military Myanmar Hangs over Forum on Democratic Transition.
Diakses pada 11 Desember 2017, 09:17 WIB. https://www.voanews.com/a/role-of-
myanmar-military-hangs-over-forum-democratic-transition/3981558.html
Wintour, Patrick. 13 Oktober 2017. Aung San Suu Kyi Unveils Relief Plans for Rohingya
Muslims.Diakses pada 13 Desember 2017, 07:11 WIB.
https://www.theguardian.com/world/2017/oct/13/aung-san-suu-kyi-unveils-relief-plans-for
-rohingya-muslims-myanmar
12