Anda di halaman 1dari 9

Anak Remaja

Seorang anak remaja yang memiliki Ayah yang menderita sebuah penyakit
skizofrenia yang lebih dikenal dengan penyakit kejiwaan yang membuat
ayahnya gila. Karena penyakit ayahnya tersebut, ayahnya terpaksa
dipasung hingga akhirnya meninggal. Masih teringat dalam ingatannya
bagaimana kenangan anak remaja dengan ayahnya. Dan sekarang Ia menjadi
aktivis membebaskan orang yang dipasung. Sesekali ia sering
berimajinasi mengenai ayahnya.
Social backgroung
Lahir dari keluarga miskin, tumbuh menjadi orang yang aktif
bersosialisasai
Personality
Ramah, murah senyum, pembawaannya tenang ( bicara maupun gerak),
sering teringat ayahnya sehingga kadang gampang menangis.

Scene 38
Terlihat Nur dewasa sedang membebaskan orang dari pasungan. Pa
Hamid datang membantu memopang pasien pasung. Kemudian Nur dewasa
melihat ke arah tempat pasung pasien tersebut, seketika ia melihat
masa lalunya dengan ayahnya. Ia melihat ayahnya dan sosok nur kecil
sedang menggambar dan menempelkan kertas di kandang pasung. Terlihat
mata Nur Dewasa berkaca-kaca sambil tersenyum melihat kandang pasung
tersebut.
Bapa
Nuuur.. Ini Bapak nak..

Nur Dewasa
(mata berkaca-kaca)
Bapa…?

Bapa
(melambaikan tangan)
Selamat tinggal Nur..

Nur
(menitikan air mata)
Selamat tinggal bapa..
Bapa
Nanti kita menggambar bersama lagi nur..
Jangan lupa sekolahmu..
Jaga kesehatanmu..
Bapa sayang kamu nak..

Nur
(menitikan air mata)
Nur sayang Bapa,
Selamat jalan Bapa…
Anak kecil dengan Bapa
Anak Kecil
Seorang anak kecil yang memiliki Ayah yang menderita sebuah penyakit
skizofrenia yang lebih dikenal dengan penyakit kejiwaan yang membuat
ayahnya gila. Karena penyakit ayahnya tersebut, ayahnya terpaksa
dipasung. Ia sangat menyayangi ayahnya meskipun sedang sakit.
Social backgroung
Lahir dari keluarga miskin, Anak SD kelas 4 - 5
Personality
Ramah, murah senyum, ceria, mudah sedih, aktif dan percaya diri.

Bapa
Seorang Ayah yang menderita sebuah penyakit skizofrenia yang lebih
dikenal dengan penyakit kejiwaan yang membuat gila. Karena penyakitny
tersebut, Ia ditinggal istri dan anaknya sehingga membuat nya gila.
Sehingga ia dipasung. Terkadang ia sehat dan terkadang ia gila.
Social backgroung
Lahir dari keluarga miskin, petani dan kuli angkut
Personality
(saat normal) Pekerja keras, murah senyum, penyayang, ramah
(saat gila) Pemarah, sering berbicara sendiri, agresif

Scene 22
Nur tiba di kediaman paman. Terlihat bapa yang hendak dipasung akan
dimasukan kedalam kurungan. Melihat Nur datang, bapa langung memeluk
nur sambil memberikan beberapa pesan untuk nur.
Anak
Bapa..

Ayah
Nur.. Ayah sakit. Ayah tidak ingin kamu terluka.
Oleh karena itu, Ayah berlindung dalam kurungan ini.

Anak
Iya ayah, nur akan menunggu
Sampai ayah sehat kembali

Ayah
Iya ayah janji, ayah akan sembuh buat kamu.
Maaf ayah tidak bisa menemani kamu setiap hari.

Anak
Ayah tidak usah khawatir.
Aku akan selalu datang untuk ayah.

Sang Ayah dituntun oleh paman memasuki kandang pasung.

Anak
Bapa, Dadah..

Bapa
dadah nur..
Dialog tersebut diulang kembali seakan ayah dan anak tidak ingin
berpisah. Namun Akhirnya sang ayah masuk kandang pasung kemudian di
kunci lah kandang tersebut oleh paman. Terlihat sang ayah dari dalam
kandang duduk menangis. Dari sisi lain terlihat Nur dituntun oleh
paman kembali pulang meninggalkan kandang pasung ayahnya. Saat
berjalan, tiba tiba Nur berbalik dan berlari ke kandang ayahnya.

Nur
(menangis, berteriak)
Bapa… !

Bapa
(menangis, berteriak)
Nuuurr !

Mereka berpelukan namun terhalang oleh kandang pasung


Bapa
(menangis, berteriak)
Tolong lepaskan aku

Nur
(menangis)
Ayah, aku janji akan jadi anak yang baik.
Aku janji akan mendapat nilai bagus di sekolah.
Aku janji akan selalu mengunjungi ayah.

Bapa
(Menangis dan memeluk)
Nuuur..

Bapa
(Menangis)
Maafkan saya
Saya janji tidak akan melukai orang
Saya akan jadi orang baik

Terlihat paman dan bibi hanya diam berkaca kaca

Nur
(menangis)
Bapa…

Bapa
(menangis, berteriak)
Mamang, keluarkan saya mang
Saya mau tinggal sama Nur
Toloong mang..
Ayah memegang tangan paman sambil menangis, namun paman hanya terdiam
dan meneteskan air mata. Itu semua dilakukan demi kebaikan bersama,
karena ia tidak pernah tahu kapan penyakit kakanya kambuh kembali.
Kemudian Paman menarik perlahan sang anak, ia menangis memanggil
ayahnya. Ayah pun hanya bisa memanggil anaknya seraya melihat anaknya
menjauh.
Ibu
Seorang ibu yang memiliki suami yang menderita sebuah penyakit
skizofrenia( gila). Malu dengan penyakit suaminya tersebut, ia
akhirnya meninggalkannya. Ibu membawa anak perempuannya bernama Nur.
Karena keterbatasan pengetahuannya, sang ibu menganggap bahwa penyakit
suaminya akan membahayakan anaknya, maka sang ibu posesif terhadap
anaknya.
Social backgroung
Lahir dari keluarga miskin, tumbuh menjadi pekerja keras
Personality
Jutek, mudah tersinggung, protektif terhadap anak, namun tetap
sayang terhadap anaknya, sesekali ia merasa hampa karna jarang
berjumpa anaknya.

Scene 29
Sang anak yang selalu sembunyi-sembunyi dari ibunya untuk merawat
ayah akhirnya ketauan. Ketika makan malam tiba, mereka berbicara di
meja makan.
Ibu
Nuur.. Kamu kenapa bohong sama ibu?

Anak
Aku ga bohong bu.

Ibu
Hmm. Memang ibu gatau kamu
Diem-diem suka ketemu bapamu?

Anak
(Menghela nafas)
Apa itu salah dimata ibu?

Ibu
(kaget, mulai kesal)
Ada paman yang ngurus ayah.
Pokoknya kamu gak boleh nemuin bapa lagi.
Ibu gak mau kamu tertular.
Ibu gak mau masa depan kamu suram.

Anak
Masa Depan Nur sudah Suram waktu ibu
Ninggalin bapa

Ibu
(Kesal)
Apa? Kamu gak tahu dari dulu
ibu kerja sampai malam…
Dipotong oleh nur

Nur
(kesal)
Kalau gitu trus aja kerja bu. Biar paman
Yang ngurus aku. Paman lebih perhatian daripada ibu
Nur yang merasa sakit hati akhirnya berlari masuk kamar dan menangis
di dalam kamar.
Paman
Seorang pria yang mempunyai kakak penderita skizofrenia (gila) . Ia
menyayangi kakaknya karena kakaknya sudah tidak punya keluarga lagi
selain dia. Ia mencoba mengobati kakaknya namun tidak ada yang
berhasil sehingga terpaksa memasungnya. Namun Ia tetap merawat
kakaknya tersebut dalam pasungan.
Social backgroung
Suami dan ayah dengan keluarga miskin, pekerjaan sebagai petani
Personality
Penyayang, pembawaannya tenang ( bicara maupun gerak), penyabar.

Scene 21
Segala macam pengobatan sudah paman lakukan, namun hasilnya nihil dan
ayah mulai meresahkan masyarakat sekitar. Sehingga terpaksa paman
berniat memasung ayah, demi kebaikan bersama. Sebelum memasung ayah,
dengan perasaan menyesal paman meminta izin terlebih dahulu pada sang
anak.
Paman
(nada pelan)
Nur, amang sudah kesana kemari ngobatin bapa.
Tapi kadang bapa kambuh lagi penyakitnya. Sekarang kondisi
Bapa sedang sehat, Nur mau liat bapa sekarang?

Anak
Aku ingin bertemu ayah.
Apakah ayah separah itu, paman?

Paman terdiam tidak bisa menjawab.


Paman
Paman yakin ayah pasti
rindu dan ingin bertemu dengan kamu Nur.

Setibanya di dalam pasungan, Terlihat Paman hanya bisa Melihat


mereka dengan mata berkaca-kaca hingga akhirnya meneteskan air mata.

Anda mungkin juga menyukai