Anda di halaman 1dari 4

Adegan 1

Sebuah Ruang Tamu dengan perlengkapan sofa dan kipas yang menyala.hari sudah sore.

suasana sore yang sunyi dan suara musik tidak diperdengarkan untuk menggambarkan suasana
sepi.

(Ketika Ayah meminta Ben untuk melamarku,dia termangu. Wajah tampannya yang terlihat sangat
maskulin itu tiba-tiba berubah menjadi begitu menyedihkan. Ayahku cemas jika terjadi apa-apa
denganku. Kami sudahlima tahun pacaran, ia tidak mau di tahun berikutnya Ben tak lagi
memunculkan batang hidungnya ke rumah.)

Lampu meredup sebagai tanda menutup babak ini.

Adegan 2

Sebuah Ruang Keluarga.hari masih pagi.

suasana pagi dan musik tidak diperdengarkan.

(Aku dan Ayah sedang duduk di ruang keluarga sambil membahas hubungan Aku dan Ben)

Ayah: Apa saja yang kalian lakukan selama lima tahun Itu? sudah berapa kali kalian berciuman?
Apakah ada yang lebih dari itu? Ingat Nak,kau ini perempuan,jangan sampaikau teralienasi dari
tubuhmu.Jika kau telah menyerahkan harga dirimu,maka kau akan terasing dari tubuhmu.maka
cepat kau panggil dia ke rumah, Ayah ingin dia segera melamarmu, kalian sudah bersama-
samadewasa, sudah sarjana dan sudah punya pekerjaan yang bagus jadi PNS, Mau apa lagi?.

Aku : (Duduk terdiam)

Adegan 3

Sebuah halaman rumah yang tidak terlalu luas,beberapa pohon lontar bergoyang perlahan.

Suasana siang dengan alunan musik ringan.

(Aku dan Ben duduk di halaman rumah Ben. Ben termenung setelah kuberitahu panggilan

dari Ayahku.)

Aku : Kenapa Ben? Kau takut bertemu Ayahku? (sambil memegang pergelangan tangannya)

(Ben tak berkata sepatah kata pun. Hingga Aku kembali ke rumah,ia belum memberikan pernyataan

apakah mau menemui Ayahku atau tidak.)

Lampu meredup sebagai tanda menutup babak ini.


Adegan 4

Sebuah Ruang Keluarga

Suasana Pagi

(Aku dan Ayah duduk di ruang keluarga)

Ayah : Ibumu Berdarah Biru,turunan raja bilba,sedangkan Ayah keturunan dari Patih-patih Yang
menjadi tenaga administrasi di masa kerajaan dahulu. Kau tahu,karena kau masih berdarah
biru,maka calon suamimu harus paham akan hal itu.

Aku : Paham,maksudnya? (Aku menatap mata Ayah)

Ayah : Kau bukan perempuan sembarangan. Perempuan Rote keturunan raja-raja Bilba jika menikah
sang suami harus memberikan belis yang bernilai tinggi pula. Kau bukan gadis dari kasta rendahan.

(mendengar itu aku termangu.)

Om Eben : Sebenarnya budaya belis itu bagus,itu menandakan bagaimana tingginya harkat dan
martabat seorang perempuan Rote.Sekarang zaman sudah berubah,kadang belis tidak lagi menjadi
persyaratan ,yang penting cinta,kawin sudah.

Lampu meredup sebagai tanda menutup babak ini.

Adegan 5

Sebuah halaman rumah dan beberapa baris pohon lontar yang tumbuh di halaman.

Suasana Siang dengan alunan musik ringan.

(Ben masih membisu tatkala kuulangi sekali lagi kalau ayah ingin bertemu dengannya.)

Aku : Hei,ada apa denganmu? Apa yang kau cemaskan?

Ben : (Ben berkata dengan sangat perlahan) Aku tak punya apa-apa yang akan kuberikan
padamu,jublina. Aku tak punya belis,aku hanya punya cinta yang tidak bisa kulukiskan seberapa
besarnya.Kau tahu dalam lima tahun itu seperti apa diriku. Jika Ayahmu meminta seperti apa yang
dia inginkan,aku menyerah… (katanya putus asa)

Aku : Kita kawin Lari saja

Ben : (Terkejut) Apa? Kau mau kita dikutuk keluarga? (suaranya meninggi)

Aku : Lalu solusi apa yang ada padamu?

Ben : Nanti kupikirkan, sepertinya memang baiknya aku harus menghadap Ayahmu.

Lampu meredup sebagai tanda menutup babak ini.


Adegan 6

Sebuah Ruang Tamu dan deburan ombak Pantai Nembrala

Suasana Sore dengan alunan musik ringan

(Ben menunggu apa yang akan diucapkan Ayah dan Ayah menanti apa jawaban yang akan
dikeluarkan Ben)

Ayah : Sudah lima tahun kalian pacaran,itu sudah terlalu lama. Aku minta tahun ini juga kau
melamar putriku. Kalian harus menikah.

Ben : Tapi Pak,bagaimana dengan proses lamarannya? Saya….

Ayah : Proses lamaran apa? Kan seperti yang terjadi di adat kita, Ayah dan Ibumu datang kesini
melamar anakku. Lalu ada pantun untuk menyepakati proses berlangsungnya pernikahan nanti.
Sudahlah, tak usah terlalu dipikirkan. Kamu kabarkan berita baik ini pada orang tuamu. Yang penting
kalian harus segera menikah!(Suaranya Tegas)

(Ben keluar dari rumahku dengan langkah seperti tentara yang kalah perang,Aku menunggunya di
luar,beberapa daun lontar berkelapak tertiup angin. Malam mulai menyatu dengan deburan omban
pantai)

Aku : Apakah ayah menyinggung tentang belis?

Ben : Ya.

Aku : Lalu?.

Ben : (mengedikkan bahunya) Minggu depan aku harus menghadirkan Ayah dan Ibuku di
rumahmu.Kami Akan berhadapan dengan dua pamanmu dan juga Ayah dan Ibumu.

Aku : Apa? Benarkah itu?.

Ben : Kau tak mau jadi perawan tua bukan? Jika kemungkinan terburuk terjadi,misalnya aku tak
dapat menyerahkan belis sebagai mas kawinnya,apa yang akan kau lakukan?

Aku : Kan sudah aku bilang aku tidak mau jadi perawan tua, sudah juga kukatakan aku cinta padamu,
dan telah kuusulkan untuk kawin lari saja. Kau sendiri yang masih cemas dengan ajakanku.

Ben : Baiklah,tunggu minggu depan,seandainya memang belis yang diajukan Ayahmu mencekik
leherku,terpaksa kita kawin lari.Kita tinggalkan semua yang kita miliki,termasuk desersi dari
pekerjaan kita sebagai Pegawai Negeri Sipil.Kita akan pergi ke tempat yang sulit ditemui
keluargamu,kau siap?

Aku : (menganggukan kepala)

Lampu meredup sebagai tanda menutup babak ini.

Adegan 7

Sebuah pantai dengan deburan ombak dan pohon kelapa di sepanjang pantai.

Suasana damai dengan alunan musik ringan


Ben : Dari hasil tawar menawar melalui bahasa pantun yang gemulai, keluargaku hanya mengajukan
dana dua puluh juta saja untuk pernikahan kita, ditambah tari-tarian dan puluhan tenun ikat buatan
ibuku. Selebihnya, aku hanya bisa memberikanmu cinta, Jublina-ku sayang.

Aku : Dan Ayahku, apa responnya?

Ben : Dia setuju, Daripada anak perempuanku jadi perempuan tua,katanya. He-he.

Aku : Ah, kamu bisa aja…

Lampu meredup dan diiringi musik agak cepat sebagai tanda menutup babak ini.

TAMAT

Anda mungkin juga menyukai