Anda di halaman 1dari 27

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Vertigo


Vertigo berasal dari bahasa yunani, yaitu vertere yang artinya berputar, dan igo
yang berarti kondisi. Vertigo merupakan subtipe dari dizziness yang secara definitif
merupakan ilusi gerakan, dan yang paling sering adalah perasaan atau sensasi tubuh
yang berputar terhadap lingkungan atau sebaliknya, lingkungan sekitar kita rasakan
berputar. Vertigo juga dirasakan sebagai suatu perpindahan linear ataupun miring,
tetapi gejala seperti ini lebih jarang dirasakan. Kondisi ini merupakan gejala kunci
yang menandakan adanya gangguan sistem vestibuler dan kadang merupakan gejala
kelainan labirin. Namun, tidak jarang vertigo merupakan gejala dari gangguan
sistemik lain (misalnya, obat, hipotensi, penyakit endokrin, dan sebagainya)
(Wahyudi, 2012).
Vertigo ialah adanya sensasi gerakan atau rasa gerak dari tubuh seperti rotasi
(memutar) tanpa sensasi peputaran yang sebenarnya, dapat sekelilingnya terasa
berputar atau badan yang berputar. Vertigo termasuk ke dalam gangguan
keseimbangan yang dinyatakan sebagai pusing, pening, sempoyongan, rasa seperti
melayang atau dunia seperti berjungkir balik (Joesoef, 2000).

2.2. Etiologi Vertigo


Vertigo merupakan suatu gejala, sederet penyebabnya antara lain akibat
kecelakaan, stres, gangguan pada telinga bagian dalam, obat-obatan, terlalu sedikit
atau banyak aliran darah ke otak dan lain-lain. Tubuh merasakan posisi dan
mengendalikan keseimbangan melalui organ keseimbangan yang terdapat di telinga
bagian dalam. Organ ini memiliki saraf yang berhubungan dengan area tertentu di
otak. Vertigo bisa disebabkan oleh kelainan di dalam telinga, di dalam saraf yang
menghubungkan telinga dengan otak dan di dalam otaknya sendiri (Soepardi dkk.,
2010)
Keseimbangan dikendalikan oleh otak kecil yang mendapat informasi tentang
posisi tubuh dari organ keseimbangan di telinga tengah dan mata. Penyebab umum
dari vertigo adalah sebagai berikut (Marril, 2011).
a. Keadaan lingkungan
Mabuk darat, mabuk laut
b. Obat-obatan
Alkohol, gentamisin
c. Kelainan telinga
Endapan kalsium pada salah satu kanalis semisirkularis di dalam telinga bagian
dalam yang menyebabkan benign paroxysmal positional
d. Infeksi telinga bagian dalam karena bakteri, labirintis, penyakit maniere
e. Peradangan saraf vestibuler, herpes zoster.
f. Kelainan neurologis
Tumor otak, tumor yang menekan saraf vestibularis, sklerosis multipel, dan patah
tulang otak yang disertai cedera pada labirin, persyarafannya atau keduanya.
g. Kelainan sirkularis
Gangguan fungsi otak sementara karena berkurangnya aliran darah ke salah satu
bagian otak (transient ischemic attack) pada arteri vertebral dan arteri basiler.

Berbagai penyakit atau kelainan dapat menyebabkan vertigo. Penyebab vertigo


serta lokasi lesi adalah sebagai berikut (Turner dan Lewis, 2010) .
a. Labirin, telinga dalam
- vertigo posisional paroksisimal benigna
- pasca trauma
- penyakit menierre
- labirinitis (viral, bakteri)
- toksik (misalnya oleh aminoglikosid, streptomisin, gentamisin)
- oklusi peredaran darah di labirin
- fistula labirin
b. Saraf otak ke VIII
- neuritis iskemik (misalnya pada DM)
- infeksi, inflamasi (misalnya pada sifilis, herpes zoster)
- neuritis vestibular
- neuroma akustikus
- tumor lain di sudut serebelo-pontin
c. Telinga luar dan tengah
- Otitis media
- Tumor
d. Sentral
 Supratentorial
- Trauma
- Epilepsi
 Infratentorial
- Insufisiensi vertebrobasiler

Beberapa obat ototoksik dapat menyebabkan vertigo yang disertai tinitus dan
hilangnya pendengaran. Obat-obat itu antara lain aminoglikosid, diuretik loop,
antiinflamasi nonsteroid, derivat kina atau antineoplasitik yang mengandung platina.
Streptomisin lebih bersifat vestibulotoksik, demikian juga gentamisin; sedangkan
kanamisin, amikasin dan netilmisin lebih bersifat ototoksik. Antimikroba lain yang
dikaitkan dengan gejala vestibuler antara lain sulfonamid, asam nalidiksat,
metronidaziol dan minosiklin. Terapi berupa penghentian obat bersangkutan dan
terapi fisik, penggunaan obat supresan vestibuler tidak dianjurkan karena jusrtru
menghambat pemulihan fungsi vestibluer. Obat penyekat alfa adrenergik, vasodilator
dan antiparkinson dapat menimbulkan keluhan rasa melayang yang dapat dikacaukan
dengan vertigo (Mark, 2008).

2.3. Patofisiologi Vertigo


Alat keseimbangan tubuh merupakan istilah lain dari sistem saraf vestibular
atau vestibular sistem. Ada tiga reseptor yang menerima informasi yang berguna
untuk alat keseimbangan tubuh, yaitu vestibulum, proprioseptik, dan mata, serta
adanya integrasi dari ketiga reseptor tersebut dengan batang otak dan serebelum.

Sitem Vestibular

Mendeteksi perubahan terhadap gravitasi dan menyesuaikan postur tubuh

Menjaga kesiapan mata selama terjadi pergerakan kepala

Sistem Proprioseptik

Pengetahuan posisi kaki

Deteksi pergerakan tungkai dan kaki (sway)

Sistem Visual
Deteksi pergerakan kepala dari horizon

Informasi feedback (retinal slip) terhadap integritas refleks vestibuloocular

Nukleus Vestibular pada Batang Otak dan Serebelum

Mengintegrasikan sinyal dari vestibular, visual, dan sistem proprioseptik,


mengirimkan informasi ke kanal semisirkulear, otot mata, dan kosteks serebri
untuk menyesuaikan perubahan pada pergerakan badan dan mata

Lebih dari 50% informasi alat keseimbangan tubuh berasal dari vestibulum,
sisanya berasal dari mata dan proprioseptik. Gangguan fungsi alat keseimbangan
tubuh akan menimbulkan gejala antara lain vertigo (vestibulo-korteks), nistagmus
(vestibulo-visual), ataksia (vestibulo-spinal), berkeringat-mual-muntah (vestibulo-
otonomik), dan psikis (vestibulo-limbik). Gejala tersebut dapat muncul bersama,
tersendiri, atau kombinasi satu sama lain, dipengaruhi oleh derajat, jenis, dan sumber
rangsangan (gangguan).
Secara normal fungis alat keseimbangan tubuh ada pada kanalis semisirkularis
yang berada di dalam apparatus vestibular, terisi oleh caitan, berfungsi memberikan
informasi tentang gerakan rotasi/sirkuler. Gerakan cairan inilah yang memberi
informasi tentang gerakan tersebut. Ketiga kanalis semisirkuler bertemu di
vestibulum, yang berdekatan dengan cochlea (organ pendengaran). Sistem vestibular
bekerja sama dengan sistem visual dalam menjaga agar benda tetap terlihat jelas saat
kepala bergerak. Ini disebut vestibular- ocular reflex (VOR).
Gerakan cairan di dalam kanalis semisirkularis memberi informasi kepada otak
tentang kecepatan rotasi kepala, saat kepala mengangguk ke atas dan ke bawah, atau
menoleh ke kiri atau ke kanan. Setiap kanalis semisirkularis mempunyai ujung yang
menggembung dan berisi sel rambut. Rotasi kepala menyebabkan gerakan/aliran
cairan yang akan merubah posisi bagian ujung sel rambut yang terbungkus jelly-like
cupula. Dua organ lain yang termasuk sistem vestibuler adalah utricle dan saccule.
Keduanya disebut organ otolit. Sel rambut organ otolit ini dibungkus jelly-like layer
yang bertabur batuan kecil kalsium yang disebut otokonia.
Ketika kepala menengadah atau posisi tubuh berubah maka terjadi
displacement/pergeseran tempat dari batuan kalsium oleh karena pengaruh gravitasi.
Hal ini akan membuat sel rambut menjadi membengkok. Bengkokan (bending) dari
sel rambut ini akan menyebabkan influks ion kalsium dan selanjutnya terjadi
pengeluaran neurotransmiter ke celah sinaps yang akan ditangkap oleh reseptor pasca
sinaps dan terjadilah penjalaran impuls ke tingkat yang lebih tinggi melewati nervus
vestibularis. Sistem vestibuler ini bekerja sama dengan sistem visual dan
skeletal/proprioseptik dalam mempertahankan orientasi atau keseimbangan. Sebagai
contoh, sistem visual memberi informasi kepada otak tentang posisi tubuh terhadap
sekelilingnya. Signal ini diproses oleh otak dengan membandingkan informasi dari
sistem visual, vestibular, dan proprioseptik.
Keseimbangan pada manusia merupakan mekanisme yang rumit dan kompleks
terdiri dari input sensorik dari alat vestibuler, visual, dan proprioseptik. Ini semua
menuju susunan sara pusat (otak dan medula spinalis), diintegrasikan dan dimodulasi
oleh aktivitas serebelum, sistem ekstrapiramidal, sistem limbik, dan korteks serebri
dan memberikan persepsi posisi kepala dan tubuh dalam ruangan, kontrol gerakan
mata, dan fungsi sikap tubuh statik dan dinamik yang tepat. Perubahan pada input
sensorik, mekanisme integrasi atau organ-organ efektor dapat menimbulkan persepsi
vertigo, gangguan gerakan bola mata dan keseimbangan atau instabilitas. Jangkauan
fungsi sistem-sistem ini sebagian overlapping sehingga dapat memberikan
kompensasi parsial pada keadaan defisit dan distorsi. Sebagai contoh orang normal
dapat bertahan dengan sikap berdiri tegak lurus baik dengan mata terbuka atau
tertutup, dengan gangguan proprioseptik seperti berdiri pada lantai yang bergerak atau
miring atau dengan gangguan fungsi vestibular seperti vertigo akibat berputar.
Kehilangan atau distorsi pada inpu-input dari dua atau lebih sistem-sitem ini sering
diikuti dengan dizziness, kehilangan keseimbangan dan jatuh. Jadi pasien dengan
gangguan proprioseptik yang berat dan sensory disequilibrum atau dengan disfungsi
vestibular unilateral yang uncompensated dan vertigo akan jatuh jika penglihatan
ditiadakan seperti jika mata ditutup.

2.4. Klasifikasi Vertigo


Vertigo diklasifikasikan menjadi dua kategori berdasarkan saluran vestibular
yang mengalami kerusakan, yaitu vertigo periferal dan vertigo sentral. Saluran
vestibular adalah salah satu organ bagian dalam telinga yang senantiasa mengirimkan
informasi tentang posisi tubuh ke otak untuk menjaga keseimbangan.
Vertigo periferal terjadi jika terdapat gangguan di saluran yang disebut kanalis
semisirkularis, yaitu telinga bagian tengah yang bertugas mengontrol keseimbangan.
Gangguan kesehatan yang berhubungan dengan vertigo periferal antara lain penyakit
penyakit seperti benign parozysmal positional vertigo (gangguan akibat kesalahan
pengiriman pesan), penyakit meniere (gangguan keseimbangan yang sering kali
menyebabkan hilang pendengaran), vestibular neuritis (peradangan pada sel-sel saraf
keseimbangan), dan labyrinthitis (radang di bagian dalam pendengaran). Vertigo
sentral terjadi jika ada sesuatu yang tidak normal di dalam otak, khususnya di bagian
saraf keseimbangan, yaitu daerah percabangan otak dan serebelum (otak kecil).

1. Vertigo Sistematis/Vestibuler
a. Vertigo Perifer
Vertigo perifer merupakan vertigo yang kelainan dapat berasal dari kelainan
di perifer seperti di telinga atau saraf vestibular. Durasi serangan pada vertigo
perifer ini dapat berbeda-beda. Episode (serangan) dapat berlangsung selama
beberapa detik, menit atau jam, bahkan dapat berlangsung sampai beberapa
hari hingga beberapa minggu. Kelainan bisa terjadi pada Labirin yaitu BPPV,
Meniere disease, fistula perilymph, labirintitis, sedangkan pada nervus
vestibularis yaitu neuritis vestibularis, neuroma akustikus atau gangguan di
ganglion vestibular.
Etiologi dari vertigo perifer diantaranya:
 Telinga bagian luar: serumen, benda asing
 Telinga bagian tengah: retraksi membran timpani, otitis media purulenta
akuta, otitis media dengan efusi, labirintitis, kolesteatoma, rudapaksa
dengan perdarahan
 Telinga bagian dalam: labirintitis akuta toksika, trauma, serangan
vaskular, alergi, hidrops labirin (morbus Meniere), mabuk gerakan,
vertigo postural
 Nervus VIII. : infeksi, trauma, tumor
 Inti Vestibularis: infeksi, trauma, perdarahan, trombosis arteria serebeli
posterior inferior, tumor, sklerosis multipleks (Pirawati dan Siboe, 2004).

b) Vertigo Sentral
Vertigo sentral dapat diakibatkan oleh kelainan pada batang otak, cerebellum,
thalamus, atau cortex cerebri, dan dapat diakibatkan oleh infark, transient
ischemia, perdarahan, tumor, penyakit demyelinasi, atau Chiari malformation.

Tabel 1. Perbedaan Vertigo Vestibular dan Non Vestibular

Gejala Vertigo Vestibular Vertigo Non Vestibular


Sifat vertigo rasa berputar melayang, hilang
keseimbangan
Serangan episodik
kontinu
Mual/muntah +
-
Gangguan pendengaran +/-
-
Gerakan pencetus gerakan kepala
gerakan obyek visual
Situasi pencetus -
keramaian, lalu lintas

Tabel 2. Perbedaan Vertigo Vestibular Perifer dan Sentral

Gejala Vertigo Vestibular Perifer Vertigo Vestibular Sentral


Bangkitan vertigo lebih mendadak lebih lambat
Derajat vertigo berat ringan
Pengaruh gerakan kepala ++ +/-
Gejala otonom (mual, ++ +
muntah, keringat)
Gangguan pendengaran
(tinitus, tuli) + -

Tanda fokal otak


- +

Jenis Vertigo Disertai Keluhan Tidak Disertai Timbul Karena


Berdasarkan Telinga Keluhan Telinga Perubahan Posisi
Awitan Serangan

Vertigo Penyakit Meniere, TIA arteri vertebro- Benign paroxysmal


paroksismal tumor fossa cranii basilaris, epilepsi, positional vertigo
posterior, transient vertigo akibat lesi (BPPV)
ischemic attack (TIA) lambung
arteri vertebralis

Vertigo kronis Otitis media kronis, Kontusio serebri, Hipotensi ortostatik,


meningitis sindroma paska vertigo servikalis
tuberkulosa, tumor komosio, multiple
serebelo-pontine, lesi sklerosis, intoksikasi
labirin akibat zat obat-obatan
ototoksik

Vertigo akut Trauma labirin, Neuronitis -


herpes zoster otikus, vestibularis,
labirinitis akuta, ensefalitis
perdarahan labirin vestibularis, multipel
sklerosis

Tabel. Gejala yang sering menyertai vertigo Vertigo Periferal


(Vestibulogenik) Vertigo Sentral (Non-Vestibuler)
NO Vertigo Periferal (Vestibulogenik) Vertigo Sentral (Non-Vestibuler)

1 Pandangan gelap Penglihatan ganda

2 Rasa lelah dan stamina menurun Sukar menelan

3 Jantung berdebar Kelumpuhan otot-otot wajah

4 Hilang keseimbangan Sakit kepala yang parah

5 Tidak mampu berkonsentrasi Kesadaran terganggu

6 Perasaan seperti mabuk Tidak mampu berkata-kata

7 Otot terasa sakit Hilangnya koordinasi

8 Mual dan muntah Mual dan muntah

9 Memori dan daya pikir menurun Tubuh terasa lemah

10 Sensitif pada cahaya terang dan


Suara

11 Berkeringat

Gangguan kesehatan yang berhubungan dengan vertigo periferal antara lain


penyakit penyakit seperti benign parozysmal positional vertigo (gangguan akibat
kesalahan pengiriman pesan), penyakit meniere (gangguan keseimbangan yang sering
kali menyebabkan hilang pendengaran), vestibular neuritis (peradangan pada sel-sel
saraf keseimbangan), dan labyrinthitis (radang di bagian dalam pendengaran).

Sedangkan vertigo sentral terjadi jika ada sesuatu yang tidak normal di dalam
otak, khususnya di bagian saraf keseimbangan, yaitu daerah percabangan otak dan
serebelum (otak kecil).
GEJALA VERTIGO VERTIGO
VESTIBULER VESTIBULER TIPE
TIPR PERIFER SENTRAL

1. Bangkitan vertigo. Lebih Lebih lambat.


mendadak.

2. Derajat vertigo. Berat. Ringan.

3. Pengaruh gerakan kepala. + -

4. Gejala autonom (mual- ++ +

muntah, keringat dingin).

5. Gangguan pendengaran tinitus, + -


tuli.

6. Tanda fokal otak. - +

2. Vertigo Nonsistematis/Nonvestibuler
Penyebab vertigo nonvestibular diantaranya:
 hipoksia iskemia otak seperti hipertensi kronis, arteriosklerosis, anemia,
hipertensi kardiovaskular
 kelainan endokrin: hipotiroid, hipoglikemi, hipoparatiroid, tumor medulla
adrenal, keadaan menstruasi-hamil-menopause
 kelainan psikiatrik: depresi, neurosa cemas, sindrom hiperventilasi, fobia.
 kelainan mata: kelainan proprioseptik.
 Intoksikasi.

 Benign Paroxysmal Positional Vertigo


1) Vertigo yang dicetuskan oleh perubahan gerakan kepala.
2) Biasanya membaik sendiri dalam 6 minggu.
3) Merupakan penyebab vertigo terbanyak, yaitu 20-30%, dengan wanita 2 kali
lipat lebih ramai pada laki-laki dan meningkat dengan bertambahnya usia.
4) Disebabkan oleh adanya otolith didalam kanalis semisirkularis, terutamanya
yang .posterior.

Etiologi
1) Idiopatik
2) Trauma kepala
3) Degenerasi system vestibular
4) Infeksi virus
5) Stroke minor

Gejala
1) Vertigo yang muncul apabila berlaku perubahan posisi kepala.
2) Vertigo setelah periode latency.
3) Vertigo menghilang apabila posisi kepala dipertahankan.
4) Lama vertigo <1menit.
5) Gerakan berulang pada posisi yang sama dalam waktu pendek akan
mengurangi gejala.
6) Sering disertai mual, muntah, berkeringat dan adanya nistagmus.
7) Pasien dapat mengeluh adanya dizziness dan imbalance dalam beberapa jam
atau hari selepas serangan.
Terapi
1) Canalith repositioning maneuver seperti maneuver Semont dan Epley.
2) Brand-Daroff maneuver untuk mempercepat proses kompensasi.6

Semont Manuver.7

1) Pasien duduk dan kepala diposisikan 45° horizontal kearah telinga yang
sihat(halfway melihat lurus kehadapan dan melihat bertentangan dengan arah
sisi vertigo).
2) Pasien menunduk dan dibaringkan 105° pada sisi telinga yang sakit, dengan
posisi hidung keatap. Posisi dipertahankan 3 menit. Debris seharusnya
bergerak ke apex kanalis.
3) Pasien digerakkan dengan cepat ke sisi sebelahnya, dengan posisi hidung ke
bawah dan posisi dipertahankan 3 menit. Debris seharusnya bergerak keluar
daripada kanalis.
4) Pasien kemudiannya didudukkan semula.

Modified Epley Maneuver


A-C : Pasien berbaring dengan posisi kepala dihujung bed, posisi kepala
dipertahankan 30 detik.
D : Kepala pasien dimiringkan kekiri dan ditahan 30 detik.
E : Pasien mengubah posisi ke kiri, kepala diposisikan sehingga hidung menatap
ke bawah. Dipertahankan 30 detik.
F : Pasien bangun dengan posisi muka menghadap ke kiri.

Brandt-Daroff Manuever.6
1) Mulai dengan posisi duduk tegak.
2) Berbaring miring dengan kepala diputar kira-kira 45°. Pertahankan 30 detik.
3) Kembali ke posisi duduk semula, tunggu 30 detik.
4) Baring selama 30 detik ke sisi yang sebelah lagi.

Waktu Latihan Durasi

Pagi 5 repetisi 10 menit

Siang 5 repetisi 10 menit

Sore 5 repetisi 10 menit

 Vertigo Akibat Komosio/Kontusio Serebri


Vertigo berlaku akibat gangguan saraf otonom, dan jika trauma hebat, dapat
disertai kerusakan labirin yang sebenarnya. Gejala otonom yang dimaksudkan ialah
pusing yang disertai palpitasi, flushing dan berkeringat banyak. Sindroma vertigo post
trauma dibedakan menjadi:3
1) Vertigo post trauma akut
Juga disebut sindroma komosio labirintes karena disebabkan trauma, timbul
paresis vestibular unilateral yang dapat dibuktikan dengan test kalorik.
Gejala terdiri daripada:3
1) Vertigo
2) Mual muntah
3) Nistagmus spontan dengan komponen cepat mengarah ke lesi.
4) Cenderung untuk jatuh ke sisi lesi
5) Penyimpangan gerakan tangkas ke arah lesi
2) Vertigo post trauma posisional
Timbul setelah beberapa hari/minggu trauma kepala.
Gejala ini biasanya timbul setelah gejala vertigo post trauma akut menghilang, dan
vertigo hanya timbul apabila ada perubahan posisi kepala.

 Neuronitis Vestibularis
Diakibatkan oleh peradangan nervus vestibularis. Ia hanya ditemukan pada
orang dewasa berumur antara 20-60 tahun, tidak bertambah sering pada usia tua dan
menempati tempat kedua terbanyak selepas BPPV. Etiologinya masih belum jelas
tetapi ada sumber yang menyebutkan penyebabnya ialah virus. Biasanya unilateral.3
Gejala:
1) Vertigo mendadak, berat dan disertai mual muntah, vertigo biasanya
berlangsung hingga beberapa hari dan diperberat pergerakan kepala.
2) Nistagmus spontan dengan komponen cepat berlawanan arah lesi.
3) Pada test kalorik ditemukan paralisis vestibular unilateral.
4) Pasien cenderung jatuh kearah lesi.
5) Malaise
6) Nistagmus posisional ditemukan pada 30% kasus.
7) Tinnitus atau perasaan seolah-olah liang telinga dimasuki air ditemukan
pada 40% kasus.
8) Tidak ditemukan gangguan pendengaran. Jika ada, harus difikirkan adanya
infeksi mumps, morbili, neurosifilis, herpes zoster oticus, acoustic
neuroma, iskemi a.labyrinthine, dan Meniere disease.
9) Vertigo dan unsteadiness akan membaik dalam 1-2minggu dan semua
gejala hilang selepas 3 minggu.

 Penyakit Meniere
Juga dikenali sebagai idiopathic endolymphatic hydrops. Ianya disebabkan
meningkatnya tekanan didalam system endolimfatik telinga dalam. Penyakit Meniere
bersifat idiopathic, manakala sindroma Meniere pula merujuk kepada sindroma yang
timbul akibat proses sekunder seperti trauma, gangguan elektrolit, infeksi, obatan,
hiperlipidemia yang semuanya dapat mengganggu resorbsi dan produksi daripada
cairan endolimfatik.3
Gejala:
1) Vertigo episodic
2) Hilang pendengaran episodic
3) Tinnitus
4) Aural fullness(telinga terasa penuh, tidak nyaman)
5) Gangguan keseimbangan pada stadium lanjut.

 Acoustic Neuroma
Merujuk kepada schwannoma yang muncul daripada serabut vestibularis.
Pertama-tama, tumor ini akan merusak serabut ini, kemudian secara perlahan dan
progresif merusak eksitabilitas organ vestibular sisi yang terkena.
Tumor ini merangkumi 80%-90% daripada keseluruhan tumor di
cerebellopontin angle. Keluhan vertigo hanya ditemukan pada 20-30% pasien dan
gejala tuli lebih mencolok. Vertigo terjadi akibat kompresi pembuluh darah yang
member pasokan darah kepada telinga dalam.
Gejala:3
1) Pasien jarang mengeluh vertigo karena deficit ini dikompensasi oleh
proses vestibuler pada tingkat lebih tinggi.
2) Kompresi/iritasi nervus cochlearis akan menimbulkan tuli frekuensi
tinggi(audiometric)
3) Tumor yang lebih lanjut dapat menekan nervus fasialis, dan nervus
trigeminus sehingga gejala kompresi batang otak dan cerebellum.
4) Jika ia menekan aquaductus cerebri sylvii, dapat terjadi hydrocephalus.

 Vertigo Cervikogenik
Disebabkan oleh kerusakan saraf di leher akibat gangguan di vertebrae
cervicales. Seperti yang kita tahu, serabut saraf afferent servikal membantu dalam
sensori proprioseptif, koordinasi mata, kepala, tubuh, orientasi spatial serta
pengendalian postur tubuh.1
Apabila bagian saraf ini mengalami kerusakan, otak akan mengalami kesulitan
melacak posisi relative leher dan tubuh. Kejadian seperti ini ditemukan pada
spondilosis servikal yang tidak stabil, dengan gejala triad vertigo, tinnitus, dan
ketulian.
Ada beberapa teori yang dikemukakan untuk menjelaskan kejadian
sebenarnya, seperti iritasi saraf simpatis di leher, sehingga terjadinya spasme arteri
vertebralis dan menurunkan aliran darah ke batang otak. Mengikut Terret(1993),
abnormalitas lengkungan leher akan memberikan tekanan abnormal sehingga berlaku
penyempitan pembuluh darah.
Abnormalitas letak atlas juga dapat mengakibatkan gangguan pada
n.cervicales pertama dan ganglion cervical superior yang terkait gangguan saraf
simpatis dan proprioseptif.
Spondilosis servikal dengan osteofit di sekitar foramen transversarium
vertebrae cervicalis menyebabkan ruang gerak a.vertebralis akan sangat terbatas. Pada
beberapa kondisi seperti ekstensi leher, a.vertebralis akan menekuk tajam dan alliran
ke vertebrobasiler akan terganggu.

 Pusing Psikogen
Untuk mendiagnosa pusing psikogen, perlu kepada anamnesa yang cermat.
Hal ini perlu untuk mengelakkan dilakukan pemeriksaan-pemeriksaan yang tidak
diperlukan. Keluhan pusing ini biasanya dideskripsikan timbul apabila “kalau melihat
banyak orang, seperti di pasar, di stasium, gedung bioskop, jalanan yang ramai, anak-
anak rebut, setelah keluarga meninggal” dan sebagainya. 3
Apabila dilakukan pemeriksaan fisik seperti test berjalan, gait, akan ditemukan
hasil yang normal. Dan, kalau pun jatuh, dapat ditemukan bahawa tidak ada gangguan
pada fungsi koordinasi, atau kelainan di saraf saraf otak yang lain
Namun kita harus ingat, tiap penderita yang disangka menderita pusing
psikogen perlu diperiksa dengan cermat, mengingat bahawa dapat tersembunyi suatu
penyebab organic. Serangan-serangan Stokes-Adams, emfisema dengan anemia
ringan, tumor serebelli yang masih kecil, tumor di lobus temporaliis adalah contoh
kelainan organic yang dapat diwarnai hal-hal psikogen.3

2.5. Pemeriksaan Vertigo


a. Pemeriksaan Neurologi
1. Uji Romberg
Pasien dengan vertigo perifer memiliki gangguan keseimbangan namun
masih dapat berjalan, sedangkan pasien dengan vertigo sentral memilki
instabilitas yang parah dan seringkali tidak dapat berjalan. walaupun Romberg’s
sign konsisten dengan masalah vestibular atau propioseptif, hal ini tidak dapat
dgunakan dalam mendiagnosis vertigo. Pada sebuah studi, hanya 19% sensitif
untuk gangguan vestibular dan tidak berhubungan dengan penyebab yang lebih
serius dari dizziness (tidak hanya erbatas pada vertigo) misalnya drug related
vertigo, seizure, arrhythmia, atau cerebrovascular event.
Penderita berdiri dengan kedua kaki dirapatkan, mula-mula dengan kedua
mata terbuka kemudian tertutup. Biarkan pada posisi demikian selama 20-30
detik. Harus dipastikan bahwa penderita tidak dapat menentukan posisinya
(misalnya dengan bantuan titik cahaya atau suara tertentu). Pada kelainan
vestibuler hanya pada mata tertutup badan penderita akan bergoyang menjauhi
garis tengah kemudian kembali lagi, pada mata terbuka badan penderita tetap
tegak. Sedangkan pada kelainan serebeler badan penderita akan bergoyang baik
pada mata terbuka maupun pada mata tertutup.

1. Uji Untenberger
Pasien diminta untuk berjalan spot dengan mata tertutup – jika pasien
berputar ke salah satu sisi maka pasien memilki lesi labirin pada sisi tersebut.
Berdiri dengan kedua lengan lurus horisontal ke depan dan jalan di tempat
dengan mengangkat lutut setinggi mungkin selama satu menit. Pada kelainan
vestibuler posisi penderita akan menyimpang/berputar ke arah lesi dengan
gerakan seperti orang melempar cakram; kepala dan badan berputar ke arah lesi,
kedua lengan bergerak ke arah lesi dengan lengan pada sisi lesi turun dan yang
lainnya naik. Keadaan ini disertai nistagmus dengan fase lambat ke arah lesi.
2. Past-pointing test (Uji Tunjuk Barany)
Dengan jari telunjuk ekstensi dan lengan lurus ke depan, penderita disuruh
mengangkat lengannya ke atas, kemudian diturunkan sampai menyentuh
telunjuk tangan pemeriksa. Hal ini dilakukan berulang-ulang dengan mata
terbuka dan tertutup. Pada kelainan vestibuler akan terlihat penyimpangan
lengan penderita ke arah lesi.

3. Uji Babinsky-Weil
Pasien dengan mata tertutup berulang kali berjalan lima langkah ke depan
dan lima langkah ke belakang selama setengan menit; jika ada gangguan
vestibuler unilateral, pasien akan berjalan dengan arah berbentuk bintang.

4. Dix-Hallpike Manoeuvre
Dari posisi duduk di atas tempat tidur, penderita dibaring-kan ke
belakang dengan cepat, sehingga kepalanya meng-gantung 45º di bawah garis
horisontal, kemudian kepalanya dimiringkan 45º ke kanan lalu ke kiri.
Perhatikan saat timbul dan hilangnya vertigo dan nistagmus, dengan uji ini
dapat dibedakan apakah lesinya perifer atau sentral.
 Perifer (benign positional vertigo): vertigo dan nistagmus timbul setelah
periode laten 2-10 detik, hilang dalam waktu kurang dari 1 menit, akan
berkurang atau menghilang bila tes diulang-ulang beberapa kali (fatigue).
 Sentral: tidak ada periode laten, nistagmus dan vertigo ber-langsung lebih
dari 1 menit, bila diulang-ulang reaksi tetap seperti semula (non-fatigue).
b. Test Hiperventilasi
Tes ini dilakukan jika pemeriksaan-pemeriksaan yang lain hasilnya
normal. Pasien diinstruksikan untuk bernapas kuat dan dalam 30 kali. Lalu
diperiksa nistagmus dan tanyakan pasien apakah prosedur ersebut menginduksi
terjadinya vertigo. Jika pasien merasakan vertigo tanpa nistagmus maka
didiagnosis sebagai sindrom hiperventilasi. Jika nistagmus terjadi setelah
hiperventilais menandakan adanya tumor pada nervus VIII.
a. Tes Kalori
Tes ini membutuhkan peralatan yang sederhana. Kepala penderita diangkat
ke belakang (menengadah) sebanyak 60º. (Tujuannya ialah agar bejana lateral di
labirin berada dalam posisi vertikal, dengan demikian dapat dipengaruhi secara
maksimal oleh aliran konveksi akibat endolimf). Tabung suntik berukuran 20 mL
dengan ujung jarum yang dilindungi oleh karet ukuran no 15 diisi dengan air
bersuhu 30ºC (kira-kira 7º di bawah suhu badan) air disemprotkan ke liang telinga
dengan kecepatan 1 mL/detik, dengan demikian gendang telinga tersiram air
selama kira-kira 20 detik.
Bola mata penderita segera diamati terhadap adanya nistagmus. Arah gerak
nistagmus ialah ke sisi yang berlawanan dengan sisi telinga yang dialiri (karena air
yang disuntikkan lebih dingin dari suhu badan) Arah gerak dicatat, demikian juga
frekuensinya (biasanya 3-5 kali/detik) dan lamanya nistagmus berlangsung
dicatat.Lamanya nistagmus berlangsung berbeda pada tiap penderita. Biasanya
antara ½ - 2 menit. Setelah istirahat 5 menit, telinga ke-2 dites.
Hal yang penting diperhatikan ialah membandingkan lamanya nistagmus
pada kedua sisi, yang pada keadaan normal hampir serupa. Pada penderita
sedemikian 5 ml air es diinjeksikan ke telinga, secara lambat, sehingga lamanya
injeksi berlangsung ialah 20 detik. Pada keadaan normal hal ini akan mencetuskan
nistagmus yang berlangsung 2-2,5 menit. Bila tidak timbul nistagmus, dapat
disuntikkan air es 20 ml selama 30 detik. Bila ini juga tidak menimbulkan
nistagmus, maka dapat dianggap bahwa labirin tidak berfungsi.
Tes ini memungkinkan kita menentukan apakah keadaan labirin normal
hipoaktif atau tidak berfungsi. Pemeriksaan ini juga dapat ditinjau dengan
melakukan:

1. Elektronistagmogram
Pemeriksaan ini hanya dilakukan di rumah sakit, dengan tujuan untuk merekam
gerakan mata pada nistagmus, dengan demikian nistagmus tersebut dapat
dianalisis secara kuantitatif.

2. Posturografi
Dalam mempertahankan keseimbangan terdapat 3 unsur yang mempunyai
peranan penting : sistem visual, vestibular, dan somatosensorik. Tes ini
dilakukan dengan 6 tahap :
a. Pada tahap ini tempat berdiri penderita terfiksasi dan pandangan pun dalam
keadaan biasa (normal)
b. pandangan dihalangi (mata ditutup) dan tempat berdiri terfiksasi (serupa
dengan tes romberg)
c. pandangan melihat pemandangan yang bergoyang, dan ia berdiri pada tempat
yang terfiksasi. Dengan bergeraknya yang dipandang, maka input visus tidak
dapat digunakan sebagai patokan untuk orientasi ruangan.
d. pandangan yang dilihat biasa, namun tumpuan untuk berdiri digoyang.
Dengan bergoyangnya tempat berpijak, maka input somatosensorik dari
badan bagian bawah dapat diganggu.
e. mata ditutup dan tempat berpijak digayang.

f. pandangan melihat pemandangan yang bergoyang dan tumpuan berpijak


digoyang.

2.6. Penatalaksanaan Vertigo


Penatalaksanaan vertigo bergantung pada lama keluhan dan ketidaknyamanan
akibat gejala yang timbul serta patologi yang mendasarinya. Pada vertigo, beberapa
tindakan spesifik dapat dianjurkan untuk mengurangi keluhan vertigo.

1. Penatalaksanaan Medikamentosa
Secara umum, penatalaksanaan medikamentosa mempunyai tujuan utama: (i)
mengeliminasi keluhan vertigo, (ii) memperbaiki proses-proses kompensasi
vestibuler, dan (iii) mengurangi gejala-gejala neurovegetatif ataupun psikoafektif.
Beberapa golongan obat yang dapat digunakan untuk penanganan vertigo di antaranya
adalah:
a. Antikolinergik
Antikolinergik merupakan obat pertama yang digunakan untuk penanganan
vertigo, yang paling banyak dipakai adalah skopolamin dan homatropin. Kedua
preparat tersebut dapat juga dikombinasikan dalam satu sediaan antivertigo.
Antikolinergik berperan sebagai supresan vestibuler melalui reseptor muskarinik.
Pemberian antikolinergik per oral memberikan efek rata-rata 4 jam, sedangkan gejala
efek samping yang timbul terutama berupa gejala-gejala penghambatan reseptor
muskarinik sentral, seperti gangguan memori dan kebingungan (terutama pada
populasi lanjut usia), ataupun gejala-gejala penghambatan muskarinik perifer, seperti
gangguan visual, mulut kering, konstipasi, dan gangguan berkemih.
b. Antihistamin
Penghambat reseptor histamin-1 (H-1 blocker) saat ini merupakan antivertigo
yang paling banyak diresepkan untuk kasus vertigo dan termasuk di antaranya adalah
difenhidramin, siklizin, dimenhidrinat, meklozin, dan prometazin. Mekanisme
antihistamin sebagai supresan vestibuler tidak banyak diketahui, tetapi diperkirakan
juga mempunyai efek terhadap reseptor histamin sentral. Antihistamin mungkin juga
mempunyai potensi dalam mencegah dan memperbaiki “motion sickness”. Efek
sedasi merupakan efek samping utama dari pemberian penghambat histamin-1. Obat
ini biasanya diberikan per oral, dengan lama kerja bervariasi mulai dari 4 jam
(misalnya, siklizin) sampai 12 jam (misalnya, meklozin).
c. Histaminergik
Obat kelas ini diwakili oleh betahistin yang digunakan sebagai antivertigo di
beberapa negara Eropa, tetapi tidak di Amerika. Betahistin sendiri merupakan
prekrusor histamin. Efek antivertigo betahistin diperkirakan berasal dari efek
vasodilatasi, perbaikan aliran darah pada mikrosirkulasi di daerah telinga tengah dan
sistem vestibuler. Pada pemberian per oral, betahistin diserap dengan baik, dengan
kadar puncak tercapai dalam waktu sekitar 4 jam. efek samping relatif jarang,
termasuk di antaranya keluhan nyeri kepala dan mual.
d. Antidopaminergik
Antidopaminergik biasanya digunakan untuk mengontrol keluhan mual pada
pasien dengan gejala mirip-vertigo. Sebagian besar antidopaminergik merupakan
neuroleptik. Efek antidopaminergik pada vestibuler tidak diketahui dengan pasti,
tetapi diperkirakan bahwa antikolinergik dan antihistaminik (H1) berpengaruh pada
sistem vestibuler perifer. Lama kerja neuroleptik ini bervariasi mulai dari 4 sampai 12
jam. Beberapa antagonis dopamin digunakan sebagai antiemetik, seperti domperidon
dan metoklopramid. Efek samping dari antagonis dopamin ini terutama adalah
hipotensi ortostatik, somnolen, serta beberapa keluhan yang berhubungan dengan
gejala ekstrapiramidal, seperti diskinesia tardif, parkinsonisme, distonia akut, dan
sebagainya.
e. Benzodiazepin
Benzodiazepin merupakan modulator GABA, yang akan berikatan di tempat
khusus pada reseptor GABA. Efek sebagai supresan vestibuler diperkirakan terjadi
melalui mekanisme sentral. Namun, seperti halnya obat-obat sedatif, akan
memengaruhi kompensasi vestibuler. Efek farmakologis utama dari benzodiazepin
adalah sedasi, hipnosis, penurunan kecemasan, relaksasi otot, amnesia anterograd,
serta antikonvulsan. Beberapa obat golongan ini yang sering digunakan adalah
lorazepam, diazepam, dan klonazepam.
f. Antagonis kalsium
Obat-obat golongan ini bekerja dengan menghambat kanal kalsium di dalam
sistem vestibuler, sehingga akan mengurangi jumlah ion kalsium intrasel. Penghambat
kanal kalsium ini berfungsi sebagai supresan vestibuler. Flunarizin dan sinarizin
merupakan penghambat kanal kalsium yang diindikasikan untuk penatalaksanaan
vertigo; kedua obat ini juga digunakan sebagai obat migren. Selain sebagai
penghambat kanal kalsium, ternyata fl unarizin dan sinarizin mempunyai efek sedatif,
antidopaminergik, serta antihistamin-1. Flunarizin dan sinarizin dikonsumsi per oral.
Flunarizin mempunyai waktu paruh yang panjang, dengan kadar mantap tercapai
setelah 2 bulan, tetapi kadar obat dalam darah masih dapat terdeteksi dalam waktu 2-4
bulan setelah pengobatan dihentikan. Efek samping jangka pendek dari penggunaan
obat ini terutama adalah efek sedasi dan peningkatan berat badan. Efek jangka
panjang yang pernah dilaporkan ialah depresi dan gejala parkinsonisme, tetapi efek
samping ini lebih banyak terjadi pada populasi lanjut usia.
g. Simpatomimetik
Simpatomimetik, termasuk efedrin dan amfetamin, harus digunakan secara hati-
hati karena adanya efek adiksi.
h. Asetilleusin
Obat ini banyak digunakan di Prancis. Mekanisme kerja obat ini sebagai
antivertigo tidak diketahui dengan pasti, tetapi diperkirakan bekerja sebagai prekrusor
neuromediator yang memengaruhi aktivasi vestibuler aferen, serta diperkirakan
mempunyai efek sebagai “antikalsium” pada neurotransmisi. Beberapa efek samping
penggunaan asetilleusin ini di antaranya adalah gastritis (terutama pada dosis tinggi)
dan nyeri di tempat injeksi. Berikut ialah table contoh obat yang digunakan:8

Golongan Dosis Antiemetik Sedasi Mukosa Gejala


oral kering ekstrapiramidal

CCB

Flunarisin 5-10mg + + - +

1x1

Sinarisin 25mg + + - +
3x1
Antihistamin

Prometasin 25- + ++ ++ -
50mg

3x1
Dimenhidrinat + + + -
50mg

3x1
Antikolinergik

Skopolamin 0,6mg + + +++ -

3x1

Atropin 0,4mg + - +++ -

3x1
Monoaminergik

Amfetamin 5-10mg + - + +

3x1

Efedrin 25mg + - + -

3x1
Phenotiazine

Proklorperasin 3mg +++ + + ++

3x1

Klorpromasin 25mg ++ +++ + +++

3x1
Benzodiazepin

Diazepam 2-5mg + +++ - -


3x1
Butirofenon

Haloperidol 0,5-2mg ++ +++ + ++

3x1
Histaminik

Betahistin 8mg + + + +

3x1
Antiepilepsi

Karbamazepin 200mg - + - -

3x1

Fenitoin 100mg - - - -

3x1

2. Terapi Fisik
Susunan saraf pusat mempunyai kemampuan untuk mengkompensasi
gangguan keseimbangan. Namun kadang-kadang dijumpai beberapa penderita yang
kemampuan adaptasinya kurang atau tidak baik. Hal ini mungkin disebabkan oleh
adanya gangguan lain di susunan saraf pusat atau didapatkan deficit di sistem visual
atau proprioseptifnya. Kadang-kadang obat tidak banyak membantu, sehingga perlu
latihan fisik vestibular. Latihan bertujuan untuk mengatasi gangguan vestibular,
membiasakan atau mengadaptasi diri terhadap gangguan keseimbangan.
Tujuan latihan adalah sebagai berikut.
1. Melatih gerakan kepala yang mencetuskan vertigo atau disekuilibrium untuk
meningkatkan kemampuan mengatasinya secara lambat laun.
2. Melatih gerakan bola mata, latihan fiksasi pandangan mata.
3. Melatih meningkatkan kemampuan keseimbangan

Contoh latihan adalah sebagai berikut.


1. Berdiri tegak dengan mata dibuka, kemudian dengan mata ditutup.
2. Olahraga yang menggerakkan kepala (gerakan rotasi, fleksi, ekstensi, gerak
miring).
3. Dari sikap duduk disuruh berdiri dengan mata terbuka, kemudian dengan mata
tertutup.
4. Jalan di kamar atau ruangan dengan mata terbuka kemudian dengan mata
tertutup.
5. Berjalan “tandem” (kaki dalam posisi garis lurus, tumit kaki yang satu menyentuh
jari kaki lainnya dalam melangkah).
6. Jalan menaiki dan menuruni lereng.
7. Melirikkan mata kearah horizontal dan vertikal.
8. Melatih gerakan mata dengan mengikuti objek yang bergerak dan juga
memfiksasi pada objek yang diam.

Anda mungkin juga menyukai