Anda di halaman 1dari 5

Khutbah Jum’at

Mentadabburi Kebesaran Allah Pada Hujan

KHUTBAH JUM'AT
MENTADABBURI KEBESARAN ALLAH PADA HUJAN

Hadis ini menerangkan kepada kita bahwa seorang anak Adam


telah berbuat zalim kepada Allah jika anak Adam mencela siang
dan malam, mecela waktu, termasuk juga di dalamnya mencela
cuaca karena dengan takdir Allah-lah terjadinya siang dan malam
juga terjadinya panas dan hujan.
Kaum muslimin yang dirahmati Allah
Saya yakin, masih segar diingatan Kita bagaimana susahnya
hidup dalam kondisi kekeringan. Tanah berdebu, tanaman
menjadi kering, sumber-sumber air susut, dan cuaca pun terasa
panas menyengat. Namun kini, semuanya telah berubah, tanah
menjadi becek, pemandangan hijau nan indah di mana-mana,
genangan air dengan mudah Kita temui, dan suhu udara pun
terasa sejuk atau dingin. Tahukah Kita, apa penyebab terjadinya
perubahan tersebut? Semua itu terjadi berkat hujan yang
Allah Ta’ala turunkan untuk hamba-hamba-Nya.
Maasyiralmuslimin Sidang Jum’at Rahimakumullah. Melalui mimbar ini, saya mengajak Kita untuk merenungkan
fungsi hujan secara utuh, sehingga Kita dapat mensikapi hujan
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kita nikmat dengan baik. Dengan demikian, Kita semakin merasakan
yang banyak, dan sebesar-besarnya nikmat yang Allah berikan nikmatnya setiap tetesan air yang menyirami negeri Kita. Dan
kepada kita adalah nikmat Islam dan iman. selanjutnya hujan yang menyirami negeri Kita senantiasa
Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi membawa berkah.
kita, imam kita, penyejuk hati kita, Muhammad SAW, kepada
keluarganya, sahabatnya, dan pengikutnya hingga akhir zaman. Fungsi Pertama: Menghidupkan Tumbuhan
Sehebat apapun Kita dalam memelihara tumbuhan, namun bila
Khatib wasiatkan diri khatib pribadi dan jamaah sekalian agar tanpa air, mustahil rasanya tumbuhan Kita bisa hidup, terlebih
senantiasa bertakwa kepada Allah dengan sebenar-benar takwa, membuahkan hasil. Karenanya, tidak dapat Kita pungkiri setelah
mengamalkan perintahnya dan menjauhi segala larangannya. turunnya hujan, berbagai tumbuhan yang sebelumnya telah mati
Takwa inilah yang akan bermanfaat bagi setiap hamba di akhirat dan tertimbun dalam perut bumi, sekejap menjadi hidup dan
kelak tumbuh dengan subur.
Maasyiralmuslimin Sidang Jum’at Rahimakumullah
Saat ini adalah musim hujan, dimana hujan turun hampir setiap
hari. Ada yang menyukai turunnya hujan ini, karena suaranya
memberikan kedamaian dan ketenangan, ada juga yang
mengatakan tanah mengeluarkan aroma yang menenangkan,
petani bergembira dengan diarinya tanaman-tanaman mereka, “Dan sebagian dari tanda-tanda (kekuasaan) ya bahwa kamu
dll. Di sisi lain, ada orang-orang mencela hujan karena aktivitas melihat bumi itu kering tandus, maka apabila Kami turunkan air di
mereka terhambat, janji-janji mereka harus dibatalkan, kepergian atasnya, niscaya ia bergerak dan subur. Sesungguhnya Tuhan
mereka tertunda, dll. Yang menghidupkannya tentu dapat menghidupkan yang mati;
Ketahuilah kaum muslimin, mencela hujan adalah sebuah dosa sesungguhnya Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (QS.
besar, karena mencela hujan adalah mencela pencipta hujan itu Fusshilat: 39).
sendiri. Dalam sebuah hadis qudsi, Rasulullah SAW bersabda, Semasa kemarau, banyak dari tumbuhan yang mati, dan hanya
Allah SWT berfirman, menyisakan biji-bijiannya yang tertanam jauh dalam perut bumi.
Dan bahkan banyak tumbuhan berbatang besar pun seakan mati,
sehingga tidak sehelai daun pun menghiasi dahan dan
rantingnya. Ketika Kita melihat kondisi semacam ini,
sebagaimana yang terjadi beberapa waktu silam, mungkin Kita
mengatakan bahwa tumbuh-tumbuhan itu telah mati, dan
“Manusia menyakiti Aku; dia mencaci maki masa (waktu), mungkin tidak akan hidup kembali. Namun kini praduga Kita
padahal Aku adalah pemilik dan pengatur masa, Aku-lah yang tersebut terbukti tidak benar.
mengatur malam dan siang menjadi silih berganti.” (HR. Bukhari
dan Muslim)

Jum’at, 19 Januari 2018 / 2 Jumadil Awwal 1439 H 1


Khutbah Jum’at
Mentadabburi Kebesaran Allah Pada Hujan

Fungsi Kedua: Sumber Minuman Makhluk Hidup Dan Dialah Yang Maha Pelindung lagi Maha Terpuji.” (QS. As
Semua makhluk yang hidup di muka bumi ini terlebih yang Syuura 27-28)
bernyawa tidak mungkin dapat mempertahankan hidupnya tanpa
Cermatilah saudarakku, setelah Allah SWT menjelaskan bahwa
air minum. Karenanya air minum adalah kebutuhan primer setiap
Allah menurunkan rezekinya secara bertahap,
makhluk. Karena demikian ini perihal makhluk hidup, maka ketika
Allah Ta’ala menyebut hujan sebagai bukti dan sekaligus ilustrasi
awal menciptakan bumi, Allah Ta’alamenyiapkan segalanya, air
nyata tentang turunnya rezeki. Karena Allah SWT Maha
minum dan tumbuh-tumbuhan. Ini semua demi menjaga
Mengetahui lagi Maha Melihat kondisi hamba-hamba-Nya, maka
kelangsungan hidup manusia secara khusus dan seluruh
Allah menurunkan hujan dan demikian pula rezekinya secara
makhluk bernyawa secara umum.
bertahap, agar manusia tidak celaka.
Allah SWT berfirman dalam Al Qur’an yang artinya:
Bagaimana rasanya bila Allah SWT turunkan hujan bagaikan air
terun? Atau Allah menyatukan jatah hujan untuk satu bulan lalu
diturunkan pada satu hari saja?
Demikian pula halnya dengan jatah rezeki Kita. Kita pasti akan
ditimpa celaka bila Allah SWT menurunkan rezekinya tidak tepat
waktu. Kita pasti kesusahan bila Allah SWT menurunkan seluruh
jatah rezeki Kita sekali seumur hidup. Bila hal itu terjadi, pasti
Kita kesusahan mencari almari guna menyimpan jatah baju, dan
“Dan bumi sesudah itu dihamparkan-Nya. Ia memancarkan bingung mencari lumbung guna menyimpan jatah beras, dan
daripadanya mata airnya dan (menumbuhkan) tumbuh- kesulitan membangun waduk guna menampung jatah air Kita.
tumbuhannya. Dan gunung-gunung dipancangkan-Nya dengan
teguh, (semua itu) untuk kesenanganmu dan untuk binatang- Menyadari akan hal ini, Rasulullah SAW berpesan kepada
binatang ternakmu.” (QS. An Naziaat: 30-33) umatnya dengan bersabda:
Maha Suci Allah yang telah menyiapkan segala yang mejadi “Janganlah kamu merasa bahwa rezekimu telat datangnya,
kebutuhan makhluk-Nya, sebelum mereka memintanya. Tidak karena sesungguhnya tidaklah seorang hamba akan mati, hingga
diragukan fakta ini bukti kuat akan kemurahan Allah Ta’ala yang ia mengenyam rezeki terakhirnya. Tempuhlah jalan yang baik
banyak dilupakan oleh manusia. dalam mencari rezeki, yaitu dengan mengambil yang halal dan
meninggalkan yang haram.” (Riwayat Ibnu Majah, Abdurrazzaq,
Ibnu Hibban, dan Al Hakim, serta dishahihkan oleh Al Albani)
Fungsi Ketiga: Ilustrasi Nyata Tentang Metode Turunnya
Rezeki Kita
Dan diantara hikmah yang dapat Kita petik dari siklus hujan, Fungsi Keempat: Hujan Adalah Tentara Allah
seperti yang telah Kita pelajari, adalah sebagai ilustrasi nyata Akhir-akhir ini berbagai penjuru negeri kita sering dilanda
bahwa Allah menurunkan rezeki-Nya kepada Kita sedikit demi bencana dan petaka. Salah satu penyebab datangnya bencana
sedikit. Allah SWT melakukan ini semua bukan karena Dia pelit ialah air hujan. Fenomena yang sering terjadi di depan mata kita
atau kawatir kehabisan stok rezeki, namun sepenuhnya demi ini adalah bukti nyata bahwa hujan yang sedia kala adalah wujud
menjaga kemaslahatan Kita. andai Allah Ta’ala meurunkan dari rahmat Allah, namun bisa saja berubah menjadi tentara Allah
rezeki-Nya kepada Kita sekonyong-konyong bagaikan turunnya yang membinasakan orang-orang yang durhaka kepada-Nya.
air terjun, niscaya Kita celaka dan binasa. Sebagaimana Kita Dengan demikian, hujan bagaikan pisau bermata dua, bisa
pasti binasa bila Allah SWT menurunkan air hujan bagai menguntungkan dan bisa mencelakakan.
turunnnya air terjun. Karenanya nikmatilah hidup Kita, karena Di antara bukti sejarah akan fungsi hujan yang keempat ini ialah
sejatinya Allah SWT telah menyiapkan rezeki yang cukup untuk kisah Nabi Nuh ‘alaihissalam. Bagaimana dengan hujan yang
Kita. turun dari langit, Allah SWT membalas keangkuhan kaum Nabi
Allah SWT mengisyaratkan hal ini melalui firman-Nya, Nuh ‘alaihissalam .
Dan seperti yang Kita saksikan dan mungkin juga pernah
rasakan, bila hujan telah berubah menjadi tentara Allah SWT,
maka tidak ada kekuatan yang dapat membendungnya.
Memahami fungsi hujan yang bagaikan pisau bermata dua,
dahulu Nabi Muhammad SAW bila menyaksikan mendung beliau
begitu kawatir dan berdoa kepada Allah SWT dengan berkata,
“Dan jika Allah melapangkan rezeki kepada hamba-hamba-Nya “Ya Allah aku berlindung kepada-Mu dari kejelekan mendung
tentulah mereka akan melampaui batas di muka bumi, tetapi ini.”
Allah menurunkan apa yang dikehendaki-Nya dengan ukuran.
Dan bila hujan telah turun beliau berdoa,
Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui (keadaan) hamba-hamba-
Nya lagi Maha Melihat. Dan Dialah Yang menurunkan hujan “Ya Allah jadikanlah hujan ini hujan yang bermanfaat.” (HR.
sesudah mereka berputus asa dan menyebarkan rahmat-Nya. Bukhari, Abu Daud, dan lainnya.

Jum’at, 19 Januari 2018 / 2 Jumadil Awwal 1439 H 2


Khutbah Jum’at
Mentadabburi Kebesaran Allah Pada Hujan

Saudaraku, fenomena yang sekarang terjadi di negeri kita sudah Fungsi Kelima: Hujan Adalah Ilustrasi Nyata Tentang Proses
sepantasnya mengetuk pintu hati kita. Betapa negeri kita yang Kebangkitan Manusia Pada Hari Kiamat
dahulu gemah ripah loh jinawi namun sekarang semua seakan
Tidakkah Kita mencermati berbagai ayat yang telah saya
tinggal kenangan. Di musim kemarau, sawah-sawah puso dan
ketengahkan ke hadapan Kita di atas? Berbagai ayat yang
banyak dari saudara kita yang kekeringan sehingga kesulitan
berbicara tentang hujan senantiasa di akhiri dengan kata-kata
mendapatkan air, walau hanya sekedar untuk minum. Namun di
“Seperti itulah Kami membangkitkan orang-orang yang telah
musim hujan kondisi ternyata tidak berubah, sawah-sawah tetap
mati.” Misalnya pada ayat berikut,
saja banyak yang puso dan banyak dari saudara kita yang
menderita, bukan karena kekeringan namun karena kebanjiran,
tanah longsor atau lainnya.
Mungkinkah ini sebagai bukti nyata bahwa air hujan yang
sedianya membawa keberkahan, kini tidak lagi membawanya,
namun sebaliknya membawa murka Allah Azza wa Jalla. Tentu
semua ini terjadi karena ulah tangan kita, kekufuran,
kemunafikan, dan kemaksiatan yang kian hari semakin meraja
lela.

“Dan Dialah yang meniupkan angin sebagai pembawa berita


gembira sebelum kedatangan rahmat-Nya (hujan); hingga apabila
angin itu telah membawa awan mendung, Kami halau ke suatu
daerah yang tandus, lalu Kami turunkan hujan di daerah itu, maka
“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena Kami keluarkan dengan sebab hujan itu pelbagai macam buah-
perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada buahan. Seperti itulah Kami membangkitkan orang-orang yang
mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka telah mati, mudah-mudahan kamu mengambil pelajaran.” (QS. Al
kembali (ke jalan yang benar).” (QS. Ar Ruum: 41) A’araf: 57)

Saat ini, kita sebagai penduduk dunia tengah merasakan dampak Tidakkah Kita amati, betapa biji-bijian yang semasa musim
dari ulah tangan kita sendiri, kekeringan, banjir, dan tanah kemarau telah tertanam dalam perut bumi. Sesaat setelah turun
longsor, terjadi di mana-mana. Walau demikian, kita tidak segera hujan, semua bijian tersebut muncul ke muka bumi dan tumbuh
menyadari kesalahan, dan bahkan terus mencari kambing hitam subur. Demikian pula yang akan Kita alami kelak pada hari
atas petaka yang menghimpit. Bukannya mengakui bahwa kiamat.
kerusakan iman, akhlak, dan mentalitas kita adalah biang Semoga khutbah ini menggugah iman Kita dan menjadi pelajaran
segalanya. Namun kita malah mengkambing hitamkan alam, berharga dalam kehidupan Kita. Harapan saya, dengan
sehingga dengan hati yang dingin kita berkata, “Pemanasan memahami berbagai fungsi hujan ini, kita dapat mensyukurinya
global atau ungkapan serupa.” dengan baik, sehingga Allah senantiasa melimpat gkitakan
Keserakahan telah mendorong kita untuk bersikap membabi buta, nikmat-Nya.
menghalalkan segala macam cara dan memanfaatkan kekayaan
alam dengan cara-cara yang tidak bertanggung jawab.
Keserakahan ini terjadi karena adanya kepanikan dalam urusan
rezeki. Kita menduga bahwa bila tidak membabi buta maka tidak
mungkin bisa menikmati kekayaan, atau akan digilas oleh roda
kehidupan yang terus berputar.
Andai kita dapat menangkap berbagai pelajaran yang telah
Allah Ta’ala sisipkan pada berbagai kejadian di sekitar kita
niscaya petaka tidak akan mengimpit kehidupan kita. Rezeki Kita
hanya Kita yang dapat menikmatinya, dan tidak mungkin ada
kekuatan yang dapat merampasnya dari mulut Kita.
Sebagaimana Kita pun tidak akan kuasa merampas rezeki
saudara Kita, atau mendatangkan rezeki yang bukan milik Kita.

Jum’at, 19 Januari 2018 / 2 Jumadil Awwal 1439 H 3


Khutbah Jum’at
Mentadabburi Kebesaran Allah Pada Hujan

Jum’at, 19 Januari 2018 / 2 Jumadil Awwal 1439 H 4


Khutbah Jum’at
Mentadabburi Kebesaran Allah Pada Hujan

Jum’at, 19 Januari 2018 / 2 Jumadil Awwal 1439 H 5

Anda mungkin juga menyukai