BUKU PANDUAN
OBSERVASI LAPANGAN
SISTEM REPRODUKSI
PENYUSUN
Dr. dr. Nasrudin AM, SpOG
FAKULTAS KEDOKTERAN
MAKASSAR
2016
1
Observasi Lapangan Sitem Reproduksi FK UMI 2016
PENDAHULUAN
Kegiatan Observasi lapangan (Field Observation) pada Sistem Reproduksi adalah bagian
daripada pelaksanaan Hospital and Community based education untuk lebih meningkatkan
kompetensi mahasiswa Kedokteran dibidang Reproduksi.
Buku Panduan Observasi Lapangan Sistem Reproduksi ini berisi tiga fokus observasi
pada keterampilan klinik pemeriksaan Obstetri yaitu : pemeriksaan Antenatal, Pemeriksaan
dan Proses Intranatal / Persalinan, dan Pemeriksaan Post Natal / masa nifas. Pemeriksaan
Antenatal meliputi observasi keterampilan komunikasi yang menekankan pada keluhan-keluhan
yang dialami ibu hamil, pemeriksaan fisik abdomen ibu hamil berupa inspeksi, palpasi menurut
Leopold, auskultasi monoaural denyut jantung janin dengan stetoskop Laenec, dan menghitung
taksiran berat janin, dalam hal ini memahami prosedur pengisian Gravidogram dan pemeriksaan
screening USG Obstetri. Pada Pemeriksaan Intranatal meliputi observasi keterampilan
komunikasi yang menekankan pada keluhan-keluhan atau tanda-tanda inpartu yang dialami oleh
ibu hamil, pemeriksaan fisik abdomen (khususnya observasi HIS dan DJJ), pemeriksaan dalam
vagina untuk menilai kemajuan persalinan (kala I persalinan) dan observasi proses persalinan
(kala II s.d Kala III Persalinan) dalam hal ini memahami prosedur pengisian Partograf. Pada
Pemeriksaan Postnatal meliputi observasi keterampilan komunikasi yang menekankan pada
perubahan-perubahan masa nifas, pemeriksaan laktasi dan tehnik menyusui bayi, pemeriksaan
involusi uteri, lokia, dan perawatan perineum.
Demi kemajuan dan kesempurnaan kegiatan Observasi Lapangan ini, terutama buku
panduannya, kami mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak yang sifatnya membangun
dan untuk itu kami ucapkan terima kasih.
2
Observasi Lapangan Sitem Reproduksi FK UMI 2016
3
Observasi Lapangan Sitem Reproduksi FK UMI 2016
PEMERIKSAAN OBSTETRI
1. ANTENATAL CARE
Asuhan antenatal adalah suatu program yang terencana berupa observasi, edukasi dan
penanganan medik pada ibu hamil, untuk memperoleh suatu proses kehamilan dan persalinan
yang aman dan memuaskan (pada beberapa kepustakaan disebut sebagai Prenatal Care).
Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan oleh tenaga profesional (dokter spesialis
kebidanan, dokter umum, bidan, pembantu bidan dan perawat bidan) untuk ibu selama masa
kehamilannya, sesuai dengan standar minimal pelayanan antenatal yang meliputi 7 T yaitu
timbang berat badan, ukur tinggi badan, ukur tekanan darah, pemberian imunisasi TT, ukur
tinggi fundus uteri, pemberian tablet besi minimal 90 tablet selama masa kehamilan, tes terhadap
Penyakit Menular Seksual, temu wicara dalam rangka persiapan rujukan.
Tujuan
1. Menjaga agar ibu sehat selama masa kehamilan, persalinan dan nifas serta mengusahakan
bayi yang dilahirkan sehat.
Perencanaan
Jadwal pemeriksaan (usia kehamilan dari hari pertama haid terakhir) :
4
Observasi Lapangan Sitem Reproduksi FK UMI 2016
A. Anamnesis
1. Identitas Pasien
2. Keluhan utama.
3. Riwayat menstruasi
- Anamnesa haid memberikan kesan pada kita tentang faal alat kandungan. Tentang haid
dapat ditanyakan mengenai menarche, haid teratur atau tidak dan siklus, lamanya haid,
banyaknya darah, sifat, warna dan baunya darah, haid nyeri atau tidak.
- HPHT / hari pertama haid terakhir. Ini digunakan dalam penentuan taksiran partus
dengan hukum NAEGELE : (tanggal + 7) (bulan - 3) (tahun + 1) untuk wanita dengan
siklus haid 28 hari. Untuk wanita yang memiliki siklus <28 hari (28 – x hari) tanggal +7
dikurangi x hari dan yang memiliki siklus >28 hari (28 + x hari) tanggal +7 ditambah x
hari (HOSEMANN).
4. Riwayat perkawinan
5
Observasi Lapangan Sitem Reproduksi FK UMI 2016
B. Pemeriksaan Fisis
Abdomen
Inspeksi: membesar atau tidak (pada kehamilan muda pembesaran abdomen mungkin belum
nyata). Perut membesar ke depan atau ke samping, tampak atau tidak gerakan anak
atau kontraksi rahim, ada atau tidak striae gravidarum, atau bekas luka operasi.
Palpasi : tujuannya untuk menentukan besarnya rahim (menentukan usia kehamilan), dan
menentukan letak anak dalam rahim.
6
Observasi Lapangan Sitem Reproduksi FK UMI 2016
Gambar 1. Taksiran kasar perbesaran uterus pada perabaan tinggi fundus uteri
- Leopold I : Menentukan tinggi fundus uteri dan meraba bagian janin yang di fundus
dengan kedua telapak tangan.
- Leopold II : Kedua telapak tangan menekan uterus dari kiri-kanan, jari ke arah kepala
pasien, mencari sisi bagian besar (biasanya punggung) janin, atau mungkin bagian keras
bulat (kepala) janin.
- Leopold III : Satu tangan meraba bagian janin apa yang terletak di bawah (di
atas simfisis) sementara tangan lainnya menahan fundus untuk fiksasi.
- Leopold IV : Kedua tangan menekan bagian bawah uterus dari kiri-kanan, jari ke arah
kaki pasien, untuk konfirmasi bagian terbawah janin dan menentukan apakah bagian
tersebut sudah masuk/melewati pintu atas panggul (biasanya dinyatakan dengan satuan
x/5).
Jika memungkinkan dalam palpasi diperkirakan juga taksiran berat janin (meskipun
kemungkinan kesalahan juga masih cukup besar). Pada kehamilan aterm, perkiraan berat
janin dapat menggunakan rumus : Taksiran Berat Janin (TBJ) = Tinggi Fundus Uteri
(cm) x Lingkar Perut (cm)
7
Observasi Lapangan Sitem Reproduksi FK UMI 2016
Auskultasi : dengan stetoskop kayu Laennec atau alat Doppler yang ditempelkan di daerah
punggung janin, dihitung denyut jantung janin selama satu menit.
Batas frekuensi denyut jantung janin normal adalah 120-160 denyut per menit.
Takikardi menunjukkan adanya reaksi kompensasi terhadap beban/stress pada
janin (fetal stress), sementara bradikardi menunjukkan kegagalan kompensasi
beban/stress pada janin (fetal distress/gawat janin).
Pada pemeriksaan di atas 34-36 minggu dilakukan perhitungan pelvimetri klinik untuk
memperkirakan ada tidaknya disproporsi fetopelvik/sefalopelvik.
GRAVIDOGRAM
Pengisian gravidogram dilakukan setiap pasien datang untuk perawatan antenatal. Untuk
data pada kunjungan pertama, perlu diisi lengkap mulai dari karakteristik pasien, tanggal
pemeriksaan, umur kehamilan pada saat setiap datang kunjungan, tekanan darah, tinggi fundus
uteri, lingkaran perut, letak janin, DJJ, imunisasi vaksin serap tetanus, pemeriksaan penunjang
yang dilakukan (Hb pada kunjungan pertama kecuali bila kurang dari 11 gr/dl dilakukan
pemeriksaan ulang paling sedikit 2 bulan sekali selama kehamilan, urine : albumin dan reduksi
diperiksa pada kunjungan pertama, USG dan kardiokotografi dilakukan bila ada indikasi).
Pengukuran tinggi fundus uteri (TFU) dilakukan dengan menggunakan pita ukur setelah
kandung kemih dikosongkan. Ukuran tinggi fundus uteri dari puncak simfisis pubis ke puncak
fundus (S-F). Nilai ada tidaknya gangguan pertumbuhan janin secara klinis dengan melihat
8
Observasi Lapangan Sitem Reproduksi FK UMI 2016
tinggi S-F yang sesuai umur kehamilannya pada grafik. Bila TFU tidak sesuai dengan umur
kehamilan (baik <2 SD maupun >2 SD) harus dilakukan pemeriksaan lebih lanjut, yaitu tanya
ulang HPHT, penentuan ulang umur kehamilan, USG.
USG OBSTETRI
Perkembangan ultrasonografi (USG) sudah dimulai sejak kira-kira tahun 1960, dirintis
oleh Profesor Ian Donald. Sejak itu sejalan dengan kemajuan teknologi bidang komputer, maka
perkembangan ultrasonografi juga maju dengan sangat pesat sehingga saat ini sudah dihasilkan
USG 3 Dimensi dan Live 3D (ada yang menyebut dengan USG 4D).
Dalam bidang kebidanan, indikasi yang dianut adalah melakukan pemeriksaan USG
begitu diketahui hamil, penapisan USG pada trimester pertama (kehamilan 10-14 minggu),
penapisan USG pada trimester kedua (kehamilan 18-20 minggu) dan pemeriksaan tambahan
yang diperlukan untuk memantau tumbuh kembang janin. Dalam bidang penyakit kandungan
pemeriksaannya diindikasikan bila ditemukan kelainan secara fisik atau dicurigai ada kelainan
tetapi pada pemeriksaan fisik tidak jelas adanya kelainan tersebut. Dalam bidang endokrinologi
reproduksi pemeriksaan USG diperlukan untuk mencari kausa gangguan hormon, pemantauan
folikel dan terapi infertilitas, dan pemeriksaan pada pasien dengan gangguan haid.
National Institute of Health (NIH), USA (1983 – 1984) menentukan indikasi untuk dilakukannya
pemeriksaan USG sebagai berikut :
Menentukan usia kehamilan secara lebih tepat pada kasus yang akan menjalani seksio
cesarea terencana, induksi persalinan atau pengakhiran kehamilan secara elektif.
Evaluasi pertumbuhan janin, pada pasien yang telah diketahui menderita insufisiensi
uteroplasenter, misalnya preeklamsia berat, hipertensi kronik, penyakit ginjal kronik, atau
diabetes melitus berat, atau menderita gangguan nutrisi sehingga dicurigai terjadi
pertumbuhan janin terhambat atau makrosomia (anak besar)
Perdarahan per vaginam pada kehamilan yang penyebabnya belum diketahui.
Menentukan bagian terendah janin bila pada saat persalinan bagian terendahnya sulit
ditentukan atau letak janin masih berubah-ubah pada trimester ketiga akhir.
Membantu tindakan amniosentesis (pengambilan cairan ketuban) atau biopsy vili
chorialis (plasenta)
Perbedaan bermakna antara besar uterus dengan usia kehamilan berdasarkan tanggal hari
pertama haid terakhir.
Teraba massa/ benjolan pada daerah panggul
Kecurigaan adanya mola hidatidosa (kehamilan anggur) atau kehamilan diluar
kandungan.
9
Observasi Lapangan Sitem Reproduksi FK UMI 2016
Sebelum pasien menjalani pemeriksaan USG, ia sudah harus memperoleh informasi yang cukup
mengenai pemeriksaan USG yang akan dijalaninya. Informasi penting yang harus diketahui
pasien adalah harapan dari hasil pemeriksaan, cara pemeriksaan (termasuk posisi pasien) dan
berapa biaya pemeriksaan.
Caranya dapat dengan memberikan brosur atau leaflet atau bisa juga melalui penjelasan secara
langsung oleh dokter Spesialis Radiologi atau spesialis Obgin (Kebidanan dan Penyakit
kandungan). Jelaskan pula bahwa USG tidak memiliki dampak radiasi pada janin karena alat
USG tidak menggunakan X Ray tetapi gelombang suara “Ultra sound” sehingga aman untuk
penggunana rutin sesuai indikasi. Sebelum melakukan pemeriksaan USG, pastikan bahwa
pasien benar-benar telah mengerti dan memberikan persetujuan untuk dilakukan pemeriksaan
USG atas dirinya. Terangkan secara benar dan penuh pengertian bahwa USG bukanlah suatu alat
yang dapat melihat seluruh tubuh janin atau organ kandungan, hal ini untuk menghindarkan
kesalahan harapan dari pasien.
10
Observasi Lapangan Sitem Reproduksi FK UMI 2016
Berbagai jenis tehnik pemeriksaan dengan USG antara lain : 1) Pemeriksaan USG
Transabdominal : Pemeriksaan yang paling rutin dilakukan dengan meletakkan probe (alat
pemantau), 2) Pemeriksaan USG Transvaginal : Pemeriksaan USG transvaginal berbeda dengan
transabdominal dimana probe dimasukkan melalui vagina. 3) Pemeriksaan USG Transperineal
atau Translabial
Pemeriksaan ini hanya dilakukan pada keadaan tertentu, misalnya seorang nona atau
seorang wanita yang tidak mungkin dilakukan pemeriksaan transvaginal atau transrektal.
4) Pemeriksaan USG Transrektal
Pemeriksaan USG transrektal hampir sama dengan pemeriksaan transvaginal.
Perbedaannya terletak pada bentuk dan ukuran diameter penjejak dan posisi pemeriksaan yang
kurang lazim bagi wanita Indonesia.
5) Pemeriksaan USG Invasif
USG dapat dipakai untuk menegakkan diagnosa dan atau untuk tindakan terapeutik,
misalnya biopsi vili chorialis (plasenta), amniosintesis (pengambilan cairan ketuban),
kordosintesis, proses ovulasi, atau transfusi intra uterin. Setelah dilakukan penjelasan dan pasien
memberikan persetujuan tertulis, dokter akan melakukan pemeriksaan USG untuk menilai
kondisi kehamilan atau genitalia interna (organ reproduksi bagian dalam) .
2. INTRANATAL CARE
Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam
uterus melalui vagina ke dunia luar. Persalinan merupakan serangkaian kejadian yang berakhir
dengan pengeluaran bayi yang cukup bulan atau hampir cukup bulan, disusul dengan
pengeluaran plasenta dan selaput ketuban janin dari tubuh ibu.
Persalinan dibagi menjadi 4 kala. Pada kala I, serviks membuka sampai terjadi
pembukaan 10 cm, disebut juga kala pembukaan. Proses membukanya serviks sebagai akibat his
dibagi dalam 2 fase, yaitu:
1. fase laten; dimulai sejak awal berkontraksi yang menyebabkan penipisan dan pembukaan
serviks secara bertahap, berlangsung hingga serviks membuka kurang dari 4 cm, dan
pada umumnya berlangsung hampir atau hingga 8 jam.
11
Observasi Lapangan Sitem Reproduksi FK UMI 2016
2. fase aktif; frekuensi dan lama kontraksi akan meningkat secara bertahap, dari pembukaan
4 cm hingga mencapai pembukaan lengkap atau 10 cm, dan terjadi penurunan bagian
terbawah janin.
Kala II disebut pula kala pengeluaran dimulai ketika dilatasi serviks sudah lengkap dan
berakhir ketika janin sudah lahir. Kala III atau kala uri, mulai segera setelah janin lahir dan
berakhir dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban janin. Kala IV dimulai dari lahirnya
plasenta dan lamanya 2 jam (2 jam post partum), dimana kita mengamati apakah terjadi
perdarahan postpartum.
12
Observasi Lapangan Sitem Reproduksi FK UMI 2016
a. menilai sampai di mana status persalinan pada saat pemeriksaan awal, apakah sudah
memasuki persalinan atau belum; bila sudah, sampai di mana partus telah
berlangsung
b. memperkirakan prognosis keberhasilan partus spontan pervaginam, atau
kemungkinan diperlukannya tindakan lain untuk membantu persalinan.
Ibu dianjurkan berbaring miring ke sisi di mana punggung janin berada, tujuannya untuk
mempermudah turunnya kepala dan putaran paksi dalam.
PARTOGRAF
Partograf adalah form pencatatan persalinan, untuk menilai keadaan ibu, janin dan
seluruh proses persalinan.
Partograf digunakan untuk mendeteksi jika ada penyimpangan atau masalah dari
persalinan, sehingga menjadi partus abnormal dan memerlukan tindakan bantuan lain untuk
menyelesaikan persalinan.
Partograf merupakan lembaran form dengan berbagai grafik dan kode yang
menggambarkan berbagai parameter untuk menilai kemajuan persalinan.
Gambaran partograf dinyatakan dengan garis tiap parameter (vertikal) terhadap garis perjalanan
waktu (horisontal). Partograf dimulai pada pembukaan 4 cm atau fase aktif dengan HIS yang
adekuat (HIS minimal 3 dalam 10 menit dengan lama lebih 40 detik). Partograf digunakan untuk
semua ibu dalam fase aktif kala satu persalinan dan merupakan elemen penting dari asuhan
persalinan.
Dengan partograf WHO dapat dinilai kapan diperlukan tindakan untuk menyelesaikan
proses persalinan dengan :
1) perlu/tidaknya dirujuk,
2) perlu/tidaknya induksi infus oksitosin, dan
13
Observasi Lapangan Sitem Reproduksi FK UMI 2016
Garis Waspada/Tindakan
Normal antara 120-160 kali per menit. Laporan dengan memberi tanda titik pada form grafik
sesuai frekuensi jantung pada garis waktu.
Dinilai apakah selaput ketuban masih utuh atau sudah pecah, jika sudah pecah dan keluar
dinilai warna cairan ketubannya. Kode dengan huruf :
U : selaput ketuban utuh, J : selaput pecah, air ketuban jernih, M : air ketuban bercampur
mekonium, D : air ketuban bernoda darah, K : tidak ada cairan ketuban/kering.
0 : sutura terpisah, 1 : sutura yang tepat/bersesuaian, 2 : sutura tumpang tindih tetapi dapat
diperbaiki, 3 : sutura tumpang tindih dan tidak dapat diperbaiki.
4. Pembukaan serviks
14
Observasi Lapangan Sitem Reproduksi FK UMI 2016
Kode dengan tanda silang (X) pada form grafik sesuai pembukaan serviks pada garis waktu.
Fase aktif sekitar 7 jam, dengan perhitungan atau harapan membuka 1 cm setiap jam sampai
lengkap. Pemeriksaan dalam dilakukan setiap 4 jam.
Dapat dari pemeriksaan Leopold saja maupun dari konfirmasi pemeriksaan dalam, dinilai
dalam berapa perlimaan bagian kepala janin yang masih berada di luar pintu atas panggul (5/5
belum masuk, sampai 0/5 sudah masuk).
Kepala disebut "engaged" bila bagian terbesar kepala sudah masuk pintu atas panggul.
6. His
Diperiksa dengan meraba dinding rahim di atas umbilikus setiap 30 menit. Frekuensi dihitung
berapa kali dalam per 10 menit dan berapa lama kontraksinya. Hasilnya digambarkan pada
form grafik his sesuai garis waktu pemeriksaan.
Gambar isi kotak sesuai jumlah/frekuensi : isi kotak dengan titik-titik untuk lama kurang dari
20 detik, dengan arsir garis untuk lama 20-40 detik, dan dengan blok untuk lama lebih dari 40
detik.
Tekanan darah (dengan panah atas bawah untuk sistolik diastolik) dicatat setiap 4 jam, nadi
(titik) setiap 30 menit, suhu (derajat Celcius) setiap dua jam.
15
Observasi Lapangan Sitem Reproduksi FK UMI 2016
9. Urine
Jumlah (cc), proteinuria (+/- ), aseton. Jika memungkinkan, untuk tujuan praktis, gunakan
kertas celup berbagai indikator (strip-test) : dapat juga mendeteksi pH, glukosa, bilirubin,
leukosit-esterase dan sebagainya, dalam satu kali pemeriksaan kertas yang dicelupkan.
10.Hidrasi
Penilaian perineum yang meregang dan menipis, serta penilaian anus. Jika anus bundar
atau serupa huruf D, tanda kepala sudah rendah di dasar panggul. Bila ketuban belum pecah
spontan, dipecahkan (amniotomi). Ibu dipimpin meneran (untuk membuat kontraksi dinding
abdomen dan diafragma menekan uterus).
Cara meneran : ibu posisi telentang, dengan kedua lengan merangkul kedua lipat paha,
leher dalam keadaan lemas dan kepala fleksi, mata terbuka. Dapat juga dengan posisi miring ke
samping dengan sikap yang sama. Meneran/mengedan sekuat-kuatnya sesuai timbulnya his, dan
dihentikan atau istirahat pada saat relaksasi his.
Kemudian bayi dilahirkan dengan pegangan dan gerakan yang tenang dan mantap,
mengusahakan trauma persalinan seminimal mungkin bagi ibu maupun bayinya.
16
Observasi Lapangan Sitem Reproduksi FK UMI 2016
Sedapat mungkin gerakan penolong mengikuti irama his dan kekuatan mengedan ibu,
sambil mengendalikan keluarnya bayi serta menahan perineum ibu (perasat Ritgen).
Setelah kepala bayi lahir, bersihkan jalan napas dengan cara menyeka hidung dan mulut
dengan kain bersih (arah gosokan dari atas hidung sampai ke bawah mulut, kemudian jari yang
dilapisi kain dimasukkan ke dalam mulut). Kemudian dilahirkan berturut-turut leher, bahu dan
lengan, badan, tungkai dan kaki.
Skor Apgar bayi dinilai, rencanakan dan lakukan tindakan yang mungkin diperlukan
untuk resusitasi bayi baru lahir. Nilai skor Apgar pada menit pertama dan menit kelima.
Prinsip perawatan segera bayi baru lahir (immediate care of the newborn) :
1. Keringkan (Drying)
2. Hangatkan (Warming)
3. Posisikan di samping ibu (Positioning)
4. Hisap lendir (Suctioning)
5. Identifikasi (Identification)
6. Berikan profilaksis (Prophylaxis)
Kemudian tali pusat dijepit di dua tempat berdekatan dan dipotong di tengah-tengahnya.
Luka potongan dirawat, diikat dan ditutup. Tali pusat yang menghubungkan umbilikus bayi
dengan plasenta, kadang-kadang terdapat lilitan. Jika saat baru kepala dan leher yang dilahirkan
tampak ada lilitan, perlu dibebaskan dulu sebelum melanjutkan pengeluaran bayi. Jika lilitan
terlalu erat, tali pusat dijepit dan dipotong langsung di dekat leher bayi.
17
Observasi Lapangan Sitem Reproduksi FK UMI 2016
a. Kustner : tali pusat diregangkan dengan satu tangan, daerah suprasimfisis ditekan dengan
tangan lainnya, dinilai ada tidaknya respon dari regangan tali pusat.
b. Strassman : tali pusat diregangkan dengan satu tangan, daerah fundus uteri diketuk-ketuk
dengan tangan lainnya, dinilai ada tidaknya respon pada regangan tali pusat.
c. Klein : ibu disuruh meneran, akan tampak ujung tali pusat bergerak turun, dan ketika
meneran dihentikan, jika ujung tali pusat naik kembali berarti plasenta belum lepas.
Pengeluaran tali pusat dilakukan dengan Penegangan Tali pusat Terkendali atau PTT
dengan cara : satu tangan diletakkan pada korpus uteri tepat di atas simfisis pubis. Selama
kontraksi tangan mendorong korpus uteri dengan gerakan dorso-kranial ke arah belakang dan ke
arah ibu (cara Brandt-Andrews). Tangan yang satu memegang tali pusat dengan klem 5-6 cm di
depan vulva, jaga tahanan ringan pada tali pusat dan tunggu adanya kontraksi kuat. Selama
kontraksi lakukan tarikan terkendali pada tali pusat yang terus-menerus dalam tegangan yang
sama dengan tangan ke uterus.
18
Observasi Lapangan Sitem Reproduksi FK UMI 2016
Dua jam pertama setelah persalinan merupakan waktu yang kritis bagi ibu dan bayi.
Untuk itu sampai dengan 2 jam postpartum, dilakukan observasi.
Periksa fundus setiap 15 menit pada jam pertama dan setiap 30 menit pada jam kedua.
Jika kontraksi tidak kuat, masase uterus sampai menjadi keras. Apabila uterus berkontraksi, otot
uterus akan menjepit pembuluh darah untuk menghentikan perdarahan.
3. POSTNATAL CARE
Masa nifas (puerperium) dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat
kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil Masa nifas merupakan periode 6 minggu
pasca persalinan, disebut juga masa involusi (periode di mana sistem reproduksi wanita
postpartum kembali kepada keadaannya seperti sebelum hamil). Di masyarakat Indonesia :
periode 40 hari.
1. Uterus
Kontraksi uterus meningkat setelah bayi keluar. Hal ini menyebabkan iskemia pada
lokasi perlekatan plasenta (placental site) sehingga jaringan perlekatan antara plasenta dan
dinding uterus nekrosis dan lepas. Ukuran uterus mengecil kembali (setelah 2 hari
19
Observasi Lapangan Sitem Reproduksi FK UMI 2016
pascapersalinan setinggi sekitar umbilikus, setelah 2 minggu masuk panggul, setelah 4 minggu
kembali pada ukuran sebelum hamil).
2. Serviks uteri
Involusi serviks dan segmen bawah uterus pascapersalinan berbeda dan tidak kembali
seperti pada keadaan sebelum hamil. Pada nullipara, ismus segmen bawah uterus memiliki
dinding sejajar (UU), kemudian setelah melahirkan (parous), dinding menguncup (VV). Kanalis
servikalis juga menjadi lebih lebar dan longgar, sehingga ostium uteri eksternum tampak tidak
lagi berupa titik atau lingkaran kecil (seperti pada nullipara) tapi berupa garis horisontal agak
lebar (disebut parous cervix).
Vaskularisasi uterus dan adneksa yang pada keadaan hamil dan persalinan bertambah banyak,
kembali berkurang sampai keadaan seperti sebelum hamil.
3. Endometrium
Endometrium mengadakan regenerasi cepat, dalam waktu 2-3 hari sisa lapisan desidua
telah beregenerasi (lapisan sisi dinding uterus menjadi jaringan endometrium baru, lapisan sisi
kavum uteri menjadi nekrotik dan keluar sebagai lokia). Regenerasi endometrium lengkap
kembali sampai sekitar minggu ketiga postpartum. Kecuali pada daerah tempat perlekatan
plasenta, terjadi trombus sehingga regenerasi agak lebih lama, sampai sekitar 6 minggu.
4. Salping/Tuba Falopii
20
Observasi Lapangan Sitem Reproduksi FK UMI 2016
Pada persalinan yang tidak bersih, sering terjadi infeksi asendens dan menyebabkan
salpingitis akut sampai 2 minggu postpartum. Jika terjadi, hal ini sangat menghambat proses
involusi, sering sampai harus dilakukan salpingektomi (dipotong).
5. Darah lokia
Lokia adalah cairan yang mengandung sisa jaringan uterus/bagian nekrotik yang keluar.
Sifat lokia berubah menurut tingkat penyembuhan luka. Pada 2 hari pertama lokia berupa darah
(lokia rubra atau kruenta), setelah 3-7 hari berwarna merah kuning berisi darah dan lendir (lokia
sanguinolenta), pada hari ke 7-14 menjadi berwarna kuning dan tidak berdarah lagi (lokia
serosa), setelah 2 minggu cairan menjadi putih (lokia alba). Lokia normal tidak berbau, jika
berbau dicurigai ada infeksi (lokia purulenta). Bila tidak ada yang keluar disebut lokiostasis.
6. Vagina
7. Dinding abdomen
8. Saluran kemih
Laktasi
Payudara / Mammae
Laktasi selama kehamilan tidak terjadi karena reseptor prolaktin diduduki oleh estrogen
yang berasal dari plasenta. Pascapersalinan terjadi penurunan kadar estrogen yang bermakna,
sehingga aktifitas prolaktin yang juga sedang meningkat dapat mempengaruhi kelenjar mammae
untuk menghasilkan air susu. Dengan meningkatnya prolaktin, terjadi produksi air susu,
21
Observasi Lapangan Sitem Reproduksi FK UMI 2016
sementara oksitosin menyebabkan kontraksi mammae yang membantu pengeluaran air susu.
Oksitosin juga berfungsi meningkatkan kontraksi uterus sehingga membantu involusi. Setelah
tercapai tingkat kontraksi tertentu, kadar prolaktin dan oksitosin menurun kembali, sehingga
produksi dan pengeluaran berhenti.
Air susu ibu (ASI) mengandung lemak, protein dan kasein susu. Produksi ASI sekitar
600-700 ml/hari. Sifatnya isotonik dengan plasma. Mengandung protein alfa-laktoalbumin dan
beta-laktoglobulin.
Colostrum adalah air susu pada masa-masa awal pascapersalinan (5 hari sampai 4
minggu). ASI terdiri dari air, alfa-laktoalbumin, laktosa, kasein, asam amino, dan mengandung
antibodi terhadap kuman, virus dan jamur. Demikian juga ASI mengandung growth factor yang
berguna di antaranya untuk perkembangan mukosa usus.
ASI akan melindungi bayi terhadap infeksi dan juga merangsang pertumbuhan bayi yang
normal. Antibodi yang terkandung dalam air susu adalah imunoglobulin A (IgA), bersama
dengan berbagai sistem komplemen yang terdiri dari makrofag, limfosit, laktoferin,
laktoperisidase, lisozim, laktoglobulin, interleukin sitokin dan sebagainya.
Produksi ASI dirangsang melalui "let down reflex" yaitu rangsang puting - hipofisis -
prolaktin - kelenjar susu. Demikian juga oksitosin akan keluar sebagai hormon yang memompa
mioepitel duktus mamaria. Pada saat menyusui mungkin ibu merasakan ngilu/kontraksi di daerah
uterus karena pengaruh oksitosin yang meningkat juga terhadap uterus.
Penting diperhatikan
Hal ini adalah permulaan dari rawat gabung, yaitu perawatan ibu dan bayi bersama-sama
sepanjang hari. Karena hormon prolaktin yang konsentrasinya tinggi pada akhir kehamilan, dan
22
Observasi Lapangan Sitem Reproduksi FK UMI 2016
estrogen-progesteron (yang menghambat produksi ASI) turun bersama lahirnya plasenta, maka
ASI pun mulai diproduksi.
Ibu menyusui tanpa jadwal tertentu, disesuaikan dengan kebutuhan bayi (on demand).
1. ASI sedini mungkin. Jika ASI belum keluar, bayi tidak usah diberi apa-apa, biarkan bayi
mengisap payudara ibu sebagai stimulasi keluarnya ASI. Cadangan nutrisi dalam tubuh
bayi cukup bulan dapat sampai selama 4 hari pascapersalinan.
2. Hindari penggantian PASI (pengganti ASI) KECUALI ada indikasi medis, misalnya ASI
tidak keluar dan bayi prematur dan sebagainya.
3. tidak boleh diberi ASI hanya pada indikasi medis ketat, misalnya ibu penderita penyakit
infeksi tertentu dan bayi belum tertular. Tetapi jika tidak ada PASI, ASI tetap diberikan.
Pertimbangan-pertimbangan lain tetap diperhatikan.
23
Observasi Lapangan Sitem Reproduksi FK UMI 2016
I. KAJIAN KASUS
1. Antenatal Care : ........................................................................................
2. Intranatal Care : ........................................................................................
3. Postnatal Care : ........................................................................................
II. LAMPIRAN
- Lembar pengesahan dari dokter yang bertugas saat pengamatan berlangsung
- Gravidogram dan Partograf Kasus Observasi
24
Observasi Lapangan Sitem Reproduksi FK UMI 2016
LAMPIRAN
Makassar,………………………………2013
Dokter Yang bertugas
(dr………………................……………….)
25
Observasi Lapangan Sitem Reproduksi FK UMI 2016
26
Observasi Lapangan Sitem Reproduksi FK UMI 2016
Setiap kunjungan Ukur tekanan darah, berat badan, protein dan glukosa urin,
ukuran uterus, bunyi jantung janin, gerakan janin,
kontraksi, perdarahan dan ketuban; USG hanya dilakukan
atas indikasi spesifik.
15-20 minggu Penapisan alfa-fetoprotein di serum ibu
24-28 minggu Penapisan untuk diabetes gestasional apabila ada indikasi
28 minggu Pemeriksaan antibodi pada wanita negatif-D (Rh-);
pemberian globulin imun anti-D apabila diindikasikan.
27
Observasi Lapangan Sitem Reproduksi FK UMI 2016
Umur : …………………………
GPA : …………………………
HPHT : …………………………
1. Trimester Pertama :
GS ……….. , intra/ekstra uterin, FN ………., FHR …………. UK berdasarkan GS
……….. / CRL …………………
2. Trimester Kedua/Ketiga :
Gravid ………., hidup/mati (FHR +/-), Presentasi ………………………
Punggung ……………….., Plasenta ……………………
Amnion ……………………………………………………………………
UK berdasarkan BPD…………………, HC……………………………….
AC……………………………………, FL………………………………….
EFW………………….
Jenis Kelamin ……………..
28
Observasi Lapangan Sitem Reproduksi FK UMI 2016
OBSERVASI DENGAN PARTOGRAF
29
Observasi Lapangan Sitem Reproduksi FK UMI 2016
30
Observasi Lapangan Sitem Reproduksi FK UMI 2016
DAFTAR PUSTAKA
1. Cunningham FG, Gant NF, Leveno KJ, Gilstrap LC, Hauth JC, Wenstrom KD.
Kehamilan. Dalam: Obstetri Williams. Vol 1. Edisi 21. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 2006.hal.23-31.
2. Suheimi. Pemeriksaan Kehamilan. [Online]. Oct 2007. [cited 2007 Nov 30]. Available
from: URL:http://ksuheimi.blogspot.com/2007/10/pemeriksaan-kehamilan.html
3. Wiknojosastro H, Saifuddin AB, Rachimhadhi T. Kebidanan Dalam Masa Lampau, Kini,
dan Kelak. Dalam: Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo; 1997.hal.3-5.
4. Bagian Obstetri & Ginekologi. Maksud dan Tujuan Obstetri. Dalam: Obstetri Fisiologi.
Bandung: Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran; 1983.hal.3-8.
5. Mongelli, M. Evaluation of Gestation. [Online]. Jan 2007. [cited 2007 Nov 30]. Available
from: URL:http://www.emedicine.com/med/topic3236.htm
6. Marjono AB. Pemeriksaan Obstetri dan Asuhan Antenatal. [Online]. 1999. [cited 2007
Nov 30]. Available from: URL: http://www.geocities.com
/Yosemite/Rapids/1744/cklob10.html
7. Bagian Obstetri dan Ginekologi, Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.
Kehamilan Normal. Dalam: Pelatihan Asuhan Antenatal. Makassar: Bagian Obstetri dan
Ginekologi, Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin; 2003.hal.90.
8. Mochtar R. Pemeriksaan dan Pengawasan Ibu Hamil. Dalam: Sinopsis Obstetri. Edisi 2.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 1998.hal. 47-48.
9. Saifuddin AB, Wiknjosastro GH, Affandi B, Waspodo D. Kehamilan Normal. Dalam:
Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2002.hal.N-2.
10. Cunningham FG, Gant NF, Leveno KJ, Gilstrap LC, Hauth JC, Wenstrom KD. Asuhan
Prenatal. Dalam: Obstetri Williams. Vol 1. Edisi 21. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC; 2006.hal.241-267.
11. Bagian Obstetri & Ginekologi. Pemeriksaan Kehamilan. Dalam: Obstetri Fisiologi.
Bandung: Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran; 1983.hal.153-175.
12. Wiknojosastro H, Saifuddin AB, Rachimhadhi T. Pengawasan Wanita Hamil. Dalam:
Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 1997.hal.154-
163.
13. Rabe T. Kehamilan Normal. Dalam: Ilmu Kebidanan. Jakarta: Hipokrates; 2003.hal.69.
14. Marjono AB. Perubahan Anatomi dan Fisiologi Wanita Hamil. [Online]. 1999. [cited
2007 Nov 30]. Available from: URL:http://www.geocities.com/
Yosemite/Rapids/1744/cklob9.html
15. Rabe T. Metode Pemeriksaan. Dalam: Ilmu Kebidanan. Jakarta: Hipokrates; 2003.hal.14.
16. Bagian/SMF Obstetri dan Ginekologi, Fakultas Kedokteran Universitas
Hasanuddin/RSUPDr.Wahidin Sudirohusodo. Gravidogram. Manoe IMSM, Rauf S,
Usmany H, editor. Pedoman Diagnosis dan Terapi Obstetri dan Ginekologi.
Ujungpandang: Bagian/SMF Obstetri dan Ginekologi, Fakultas Kedokteran Universitas
hasanuddin/RSUPDr.Wahidin Sudirohusodo; 1999.hal.1-2.
17. Wiknojosastro H, Saifuddin AB, Rachimhadhi T. Fisiologi dan Mekanisme Persalinan
Normal. Dalam: Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo; 1997.hal.180-191.
31
Observasi Lapangan Sitem Reproduksi FK UMI 2016
18. Bagian Obstetri & Ginekologi. Persalinan. Dalam: Obstetri Fisiologi. Bandung: Fakultas
Kedokteran Universitas Padjadjaran; 1983.hal.221-253.
19. Jaringan Nasional Pelatihan Klinik Kesehatan Reproduksi. Kala Satu Persalinan. Dalam:
Asuhan Persalinan Normal. Edisi 3 (revisi). Jakarta: Jaringan Nasional Pelatihan Klinik;
2007.hal.38,55.
20. Cunningham FG, Gant NF, Leveno KJ, Gilstrap LC, Hauth JC, Wenstrom KD.
Persalinan. Dalam: Obstetri Williams. Vol 1. Edisi 21. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 2006.hal.278-284.
21. Marjono AB. Pimpinan Proses Persalinan Normal. [Online]. 1999. [cited 2007 Nov 30].
Available from: URL:http://www.geocities.com/Yosemite/Rapids/
1744/cklob17.html
22. Wiknojosastro H, Saifuddin AB, Rachimhadhi T. Pimpinan Persalinan. Dalam: Ilmu
Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 1997.hal.192-201..
23. Mochtar R. Pimpinan Persalinan. Dalam: Sinopsis Obstetri. Edisi 2. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC; 1998.hal 91,103.
24. Marjono AB. Partograf. [Online]. 1999. [cited 2007 Nov 30]. Available from:
URL:http://www.geocities.com/Yosemite/Rapids/1744/cklob16.html
25. Saifuddin AB, Wiknjosastro GH, Affandi B, Waspodo D. Persalinan Normal. Dalam:
Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2002.hal.N-6-20.
26. Jaringan Nasional Pelatihan Klinik Kesehatan Reproduksi. Kala Tiga dan Empat
Persalinan. Dalam: Asuhan Persalinan Normal. Edisi 3 (revisi). Jakarta: Jaringan
Nasional Pelatihan Klinik; 2007.hal.133-138.
27. Saifuddin AB, Wiknjosastro GH, Affandi B, Waspodo D. Masa Nifas Normal. Dalam:
Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2002.hal.N-12.
28. Marjono AB. Masa Nifas dan Laktasi. [Online]. 1999. [cited 2007 Nov 30]. Available
from: URL:http://www.geocities.com/Yosemite/Rapids/1744/
cklob18.html
29. Witt K. Normal and Abnormal Puerperium. [Online]. Jan 2007. [cited 2007 Nov 30].
Available from: URL:http://www.emedicine.com/med/ topic3248.htm
30. Bagian Obstetri & Ginekologi. Puerperium (Nifas). Dalam: Obstetri Fisiologi. Bandung:
Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran; 1983.hal.237-344.
31. Mochtar R. Masa Nifas. Dalam: Sinopsis Obstetri. Edisi 2. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 1998.hal91-103
32. Wiknojosastro H, Saifuddin AB, Rachimhadhi T. Puerperium Normal dan
Pengawasannya. Dalam: Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo; 1997.hal.237-244.
33. Cunningham FG, Gant NF, Leveno KJ, Gilstrap LC, Hauth JC, Wenstrom KD. Masa
Nifas. Dalam: Obstetri Williams. Vol 1. Edisi 21. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC; 2006.hal.442-452
32