D. Muntah
Muntah adalah pengeluaran isi lambung dengan kekuatan secara aktif akibat adanya
kontraksi abdomen, pilorus, elevasi kardia, disertai relaksasi sfingter esofagus bagian bawah
dan dilatasi esofagus. Muntah merupakan respon somatik refleks yang terkoordinir secara
sempurna oleh karena bermacam-macam rangsangan, melibatkan aktifitas otot pernapasan,
otot abdomen dan otot diafragma (Price et al., 2006). Muntah pada anak-anak yang menderita
gastroenteritis akut mengganggu proses rehidrasi oral dan sama-sama frustrasi orang tua dan
penyedia layanan kesehatan (Ramsook C et al., 2002). Patofisiologi muntah :
1. Nausea (mual)
Merupakan sensasi psikis akibat rangsangan pada organ viseral, labirinth dan emosi.
Tidak selalu berlanjut dengan retching dan ekspulsi. Keadaan ini ditandai dengan
keinginan untuk muntah yang dirasakan di tenggorokan atau perut, seringkali disertai
dengan gejala hipersalivasi, pucat, berkeringat, takikardia dan anoreksia.
Selama periode nausea, terjadi penurunan tonus kurvatura mayor, korpus dan fundus.
Antrum dan duodenum berkontraksi berulang-ulang, sedangkan bulbus duodeni
relaksasi sehingga terjadi refluks cairan duodenum ke dalam lambung. Pada fase
nausea ini belum terjadi peristaltik aktif.
Muntah yang disebabkan oleh peningkatan tekanan intrakranial dan obstruksi saluran
gastrointestinal tidak didahului oleh fase nausea.
2. Retching
Retching dapat terjadi tanpa diikuti muntah. Pada fase retching, terjadi kekejangan
dan terhentinya pernafasan yang berulang-ulang, sementara glotis tertutup. Otot
pernapasan dan diafragma berkontraksi menyebabkan tekanan intratorakal menjadi
negatif. Pada waktu yang bersamaan terjadi kontraksi otot abdomen dan lambung,
fundus dilatasi sedangkan antrum dan pilorus berkontraksi. Sfingter esofagus bawah
membuka, tetapi sfingter esofagus atas masih menutup menyebabkan chyme masuk
ke dalam esofagus. Pada akhir fase retching terjadi relaksasi otot dinding perut dan
lambung sehingga chyme yang tadinya sudah masuk ke dalam esofagus kembali ke
lambung. Fase ini dapat berlangsung beberapa siklus.
3. Ekspulsi
Apabila retching mencapai puncaknya dan didukung oleh kontraksi otot abdomen dan
diafragma, akan berlanjut menjadi muntah, jika tekanan tersebut dapat mengatasi
mekanisme anti refluks dari LES (lower esophageal sphincter). Pada fase ekspulsi ini
pilorus dan antrum berkontraksi sedangkan fundus dan esofagus relaksasi serta mulut
terbuka.
Pada fase ini juga terjadi perubahan tekanan intratorakal dan intraabdominal serta
kontraksi dari diafragma.
Pada episode ekspulsi tunggal terjadi tekanan negatif intratorakal dan tekanan positif
intraabdominal, dan dalam waktu bersamaan terjadi kontraksi yang cepat dari
diafragma yang menekan fundus sehingga terjadi refluks isi lambung ke dalam
esofagus. Bila ekspulsi sudah terjadi, tekanan intratorakal kembali positif dan
diafragma kembali ke posisi normal.
Muntah berdasarkan etiologinya dapat dirangsang melalui:
1. Serabut afferent vagus dari lapisan visceral gastrointestinal; misal muntah akibat
rangsang peritoneum atau peritonitis, kolik bilier atau distensi gastrointestinal.
2. System vestibuler yang dirangsang oleh posisi atau infeksi vestibulum (reseptor
histamine H1 dan muskarinik) (Sugiyama Y et al., 2011).
3. SSP, misal rangsang pada penciuman, penglihatan, dan emosi.
4. Chemoreceptor Trigger Zone pada area postrema medulla (reseptor serotonin 5-HT3
dan dopamine D3); muntah akibat obat kemoterapi, toksin, hipoksia, uremia, asidosis,
dan pengobatan radiasi (Reddymasu SC et al.,2007)
Pemeriksaan
penunjang
1. Multiple
ks real-time
PCR dengan dua
internal
dikontrol untuk
deteksi simultan
Astrovirus,
adenovirus grup F, Rotavirus, genogroups Norovirus I dan II dan Sapovirus telah
menunjukkan peningkatan yang signifikan dalam diagnosis gastroenteritis virus
(Noortje M. van Maarseveen et al., 2010).
2. Mikroskop elektron terbukti menjadi metode yang lebih sensitif dibandingkan dengan
uji aglutinasi lateks untuk diagnosis rotavirus dan adenovirus penyakit gastroenteritis
(Simona Arientova et al.,2012).
3. Endoskopi
Kapsul endoskopi dengan nilai tinggi diagnostik adalah metode yang baik dalam
diagnosis penyakit pencernaan, terutama pada pasien dengan penyakit usus kecil. Ada
perbedaan dalam aspek nilai diagnostik antara pasien dengan indikasi yang berbeda.
Metoclopramide sangat membantu untuk mengurangi waktu transit lambung pasien
dirujuk untuk kapsul endoskopi (Song ZQ et al.,2010).
Self limiting disease adalah penyakit yang akan sembuh dengan sendirinya, biasanya terjadi
pada semua jenis penyakit yang sifatnya akut (berlangsung singkat, tidak menahun). Beberapa di
antaranya dipicu oleh gangguan pada mekanisme alami tubuh manusia, namun sebagian besar
disebabkan oleh virus.