Anda di halaman 1dari 19

Geochallange Competition (Foundation on Refinforced Soft-Soils) – Institut Teknologi Bandung

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pondasi merupakan elemen struktur paling penting dalam sebuah pembangunan. Tanpa
pondasi, maka struktur tidak dapat meneruskan beban-beban diatasnya dengan baik. Bila lapisan
tanah pendukungnya berupa tanah yang lunak, maka daya dukng tanah akan menjadi kecil dan
penurunan yang terjadi akan semakin besar. Tipe pondasi dan dimensinya akan sangat bergantung
pada beban-beban yang bekerja. Penggunaan pondasi dangkal pada tanah lunak ini dapat diperkuat
dengan menambahkan pasir urug di atasnya. Pasir urug ini dapat menyebarkan beban pondasi ke
lapisan tanah clay yang ada di bawahnya.

Dengan pasir urug yang semakin tinggi, maka beban yang diterima clay semakin
berkurang. Karena beban yang diterima telah terdistribusi ke lapisan pasir. Akan tetapi, semakin
tinggi tebal lapisan pasir, maka beban total yang diterima oleh clay akan semakin besar juga.
Sehingga konsolidasi terjadi dan lapisan akan semakin menurun.

Permasalahan ini dapat diatasi dengan menggunakan Geotextile, yaitu lembaran serat
sintetis tenunan. Bahan ini relatif ringan dan dapat diabaikan beratnya. Geotextile memiliki kuat
tarik yang cukup besar untuk menahan beban pasir urug atau pondasi di atasnya. Akan tetapi,
dimensi dan cara pemasangan dari Geotextile sangat diperhitungkan. Dalam makalah ini, akan
dijelaskan bagaimana kita dapat mendapatkan hasil yang paling optimal dari geotextile yang ada.

Dalam makalah ini akan dijelaskan secara mendetail bagaimana perbedaan dari geotextile
ini sendiri. Isi dari laporan ini akan meliputi properti dari material yang diberikan, analisis
stabilitas, perhitungan daya dukung, dan rancangan final desain.

1.2 Tujuan

Tujuan dari pembuatan laporan ini adalah untuk memperluas wawasan dan menggali
kreativitas dalam pembuatan geotextile pada pondasi tanah lunak.

1
Geochallange Competition (Foundation on Refinforced Soft-Soils) – Institut Teknologi Bandung

1.3 Sistematika Penyusunan

Sistematika dalam penyusanan laporan ini adalah sebagai berikut

Bab I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
1.2 Maksud dan Tujuan
1.3 Sistematika Penyusunan
Bab II Tinjauan Pustaka
2.1 Jenis-Jenis Kegagalan
2.2 Jenis Geotextile
2.3 Perhitungan Daya Dukung Tanpa Perkuatan
2.4 Perhitungan Daya Dukung Dengan Perkuatan
2.5 Stabilitas Geotextile
Bab III Analisis dan Pembahasan
3.1 Properti Dari Material
3.2 Analisis Daya Dukung Pondasi Tanpa Perkuatan
3.3 Analisis Daya Dukung Pondasi Dengan Perkuatan
3.4 Analisis Stabilitas Pull-out
Bab IV Design Optimum Pondasi
4.1 Design Optimal
4.2 Perbandingan Daya Dukung dengan Berat Geotextile
4.3 Bill of Quantity dari Geotextile
Bab V Kesimpulan Dan Saran
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran

2
Geochallange Competition (Foundation on Refinforced Soft-Soils) – Institut Teknologi Bandung

BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Jenis-Jenis Kegagalan
Dari penyelidikan tentang sifat pondasi yang mendapat beban, diperoleh bahwa
keruntuhan daya dukung tanah selalu disebabkan oleh Shear Failure dari tanah tersebut.
Ada beberapa jenis keruntuhan pada tanah :
1. General Shear Failure
Pola keruntuhan ini dimulai dari satu ujung pondasi sampai ke permukaan tanah.
Pola keruntuhan ini terjadi pada tanah liat keras atau pasir padat.
2. Local Shear Failure
Pola keruntuhan ini hampir sama dengan General Shear Failure, tetapi pola
keruntuhan berhenti pada suatu tempat dan tidak sampai ke permukaan. Keruntuhan
ini terjadi pada pasir lepas atau tanah liat lunak.
3. Punching Shear Failure
Pola keruntuhan ini hanya terjadi pada tanah dibawah pondasi saja, dan lapisan
sampingnya tidak naik ke atas. Hal ini bisa dikatakan sebagai kegagalan pada tanah
yang lapisan bawahnya sangat lunak dan lapisan atasnya keras. Dengan kata lain,
kegagalan ini mengakibatkan amblesnya suatu pondasi ke dalam.

3
Geochallange Competition (Foundation on Refinforced Soft-Soils) – Institut Teknologi Bandung

Gambar 2.1 Model keruntuhan pondasi (Vesic, 1963)

2.2 Jenis Geotextile

Geotextile adalah lembaran serat sintetis tenunan dengan tambahan bahan kimia agar dapat
memberikan kuat tarik tertentu. Geotextile yang digunakan pada laporan ini adalah geotextile
woven dan non woven.

 Woven
Geotextile Woven adalah geotextile yang terbuat dari anyaman 2 buah serat yang saling
tegak lurus. Geotextile ini memiliki kuat tarik yang relatif tinggi, sehingga dapat menahan
tarik dari beban yang ada diatasnya.
 Non-Woven
Geotextile Non-Woven adalah geotextile yang tidak dianyam, tetapi materialnya dipress
dengan panas, sehingga materialnya dapat menjadi satu. Non-woven biasanya dipakai pada
lapisan tanah atas, dan memiliki kekuatan tarik yang kecil jika dibandingkan dengan woven.
Non-woven juga biasa dipakai sebagai separator antara lapisan tanah.

Dari beberapa macam tipe Geotextile tersebut, laporan ini akan memakai Geotextile tipe
woven dan non woven. Geotextile tersebut mempunyai nama Unggul Tex dengan tipe UW-250
untuk woven, dan UnggulFelt UNW-250 untuk non-woven.

4
Geochallange Competition (Foundation on Refinforced Soft-Soils) – Institut Teknologi Bandung

Merk Dagang Unggul Tex


Tipe/Grade UW-250
Berat 250gram/m2
Tebal 0,7 mm
Kuat Tarik 52/52 kN/m
Elongation at Break 20%

UnggulFelt UNW-250 ini akan digunakan sebagai pemisah antara tanah dasar dan tanah
timbunan. Hal ini untuk mencegah hilangnya tanah timbunan ke dalam tanah dasar sehingga
bolume tanah yang dibutuhkan dapat dihemat. Hal ini juga mempermudah pemadatan karena tanah
tidak tercampur dengan sembarangan. Kami memakai asumsi bahwa geotextile non woven ini
hanya sebagai separator saja, dan memberikan konstribusi tarik yang kecil kepada geotextile yang
ada di lapisan pasir (woven) sehingga dapat diabaikan.

Sedangkan UnggulTex UW-250 ini akan digunakan untuk perkuatan dari daya dukung
tanah.

2.3 Analisis Pondasi Tanpa Geotextile

Tim kami melakukan analisis daya dukung tanah berlapis tanpa geotextile terlebih dahulu.
Hal ini didapat dari referensi Braja M.Das untuk Foundation for Strong Sand Underlain Soft Soil.
Kami pada awalnya melakukan asumsi bahwa tanah pasir yang menjadi timbunan seharusnya lebih
kuat menerima distribusi gaya daripada clay, dan karena pondasi sangat tipis, maka kemungkinan
besar akan terjadi punching shear. Maka dari itu, kami melakukan referensi rumus sedemikian.

5
Geochallange Competition (Foundation on Refinforced Soft-Soils) – Institut Teknologi Bandung

Meyerhof dan Hanna(1978)

𝐵 𝐵 2𝐷𝑓 𝐾𝑠 tan 𝜙 ′1
𝑞𝑢 = (1 + 0,2 ) 5,14 𝑐2 + 𝛾1 𝐻2 (1 + ) (1 + ) + 𝛾1 𝐷𝑓
𝐿 𝐿 𝐻 𝐵
1
≤ 𝛾1 𝐷𝑓 𝑁𝛾(1) 𝐹𝑞𝑠(1) + 𝛾1 𝐵𝑁𝛾(1) 𝐹𝛾𝑠(1)
2

𝑞𝑢 = Beban ultimit

B = Lebar Pondasi

L = Panjang Pondasi

c2 = koefisien kohesi dari lapisan tanah kedua bawah (clay)

𝛾1 = Berat Jenis tanah atas

H = Tinggi lapisan.

Ks = koefisien punching shear (dapat diperoleh dari tabel dengan konversi q1/q2)

6
Geochallange Competition (Foundation on Refinforced Soft-Soils) – Institut Teknologi Bandung

Grafik Phi dengan Ks

𝑞2 𝑐2 𝑁𝑐(2) 5,14 𝑐2
= =
𝑞1 1 𝛾 𝐵𝑁 0,5 𝛾1 𝐵 𝑁𝛾(1)
2 1 𝛾(1)

Akan tetapi, apabila terjadi q2 lebih besar daripada q1, maka tanah bukan lagi merupakan
tanah kuat dibawah soft clay, melainkan harus memakai pendekatan dengan weak soil underlain
strong soil.

Meyerhoff & Hanna (1978) Permodelan Failure Tanah Kuat sebagai lapisan bawah

7
Geochallange Competition (Foundation on Refinforced Soft-Soils) – Institut Teknologi Bandung

𝐻 2
𝑞𝑢 = 𝑞𝑡 + (𝑞𝑏 − 𝑞𝑡 ) ( ) ≥ 𝑞𝑡
𝐷
1
𝑞𝑡 = 𝑐1 𝑁𝑐1 𝐹𝑐𝑠1 + 𝛾1 𝐷𝑓 𝑁𝑞1 𝐹𝑞𝑠1 + 𝛾1 𝐵𝑁𝛾1 𝐹𝛾𝑠1
2
1
𝑞𝑏 = 𝑐2 𝑁𝑐2 𝐹𝑐𝑠2 + 𝛾2 𝐷𝑓 𝑁𝑞2 𝐹𝑞𝑠2 + 𝛾2 𝐵𝑁𝛾2 𝐹𝛾𝑠2
2
Dengan kontribusi dari q=γ. Df=0, maka
1
𝑞𝑡 = 𝑐(𝑡) 𝑁𝑐(𝑡) 𝐹𝑐𝑠(𝑡) + 𝛾(𝑡) 𝐵𝑁𝛾(𝑡) 𝐹𝛾𝑠(𝑡)
2

2.4 Perhitungan Daya Dukung Perkuatan

Peningkatan Bearing Capacity dengan melakukan penimbunan(granular fill) dan geotextile pada
tanah lunak(soft soil), berdasarkan pendekatan Binquet dan Lee(1975) mengaitkan 3 pengaruh:

 Shear layer effect: dengan adanya timbunan pasir, kontribusigeser/gesekan oleh pasir
menambah kekuatan tanah.
 Confinement effect akibat interaksi anatara perkuatan(reinforce
 dan timbunan di pasir, timbul tambahan gaya tahanan geser yang mengecil secara
ekponensial ke arah luar dari ujung luar fondasi(untuk deskripsi yang lebih jelas dapat di)
dengan pasir di lapisan pasir. Friksi dari soil menyebabkan reganganan pada perkuatan yang
kemudian menghasilkan efek confine.
 Tambahan surcharge effect: akibat tambahan berupa perkuatan lihat di gambar)

Ultimate bearing capacity dari tanah lunak (φ=0; soft clay)

𝑞𝑢 = 𝑐𝑢 × 𝑁𝑐

Sehingga bearing capacity dengan ketiga pengaruh sebelumnya menjadi

𝑞𝑢 + ∆𝑞𝑟 = 𝑐𝑢 × 𝑁𝑐 + ∆𝑞𝑆𝐿 + ∆𝑞𝐶𝐸 + ∆𝑞𝑆𝐸

 Shear Layer effect

8
Geochallange Competition (Foundation on Refinforced Soft-Soils) – Institut Teknologi Bandung

Gaya geser dari τf1 :

1
𝜏𝑓1 = 2 𝐾𝑝 𝛾 𝐻 2 tan 𝜙𝑠

1−sin 𝜙
𝐾𝑝 = [ ]
1+sin 𝜙

dan ΔqSL:

2 𝜏𝑓1
Δ𝑞𝑆𝐿 = ⁄
𝐵

 Confinement effect

9
Geochallange Competition (Foundation on Refinforced Soft-Soils) – Institut Teknologi Bandung

Gaya geser dari τf2 :

𝑇𝑅 = 𝛾𝑠 𝐻 tan 𝜙𝑟 𝐿𝑒 𝐿𝐷𝑅

𝜏𝑓2 = 𝑇𝑅 tan 𝜙𝑠

dan ΔqCE :

Δ𝑞𝐶𝐸 = 𝜏𝑓2 tan 𝜙𝑠

 Additional Surcharge effect

Gaya geser dari τf :

𝑞𝑠𝑜 = 0,84(τ𝑓1 + τ𝑓2 )



𝜏𝑓 = ∫ 𝑞𝑠𝑜 𝑒 −𝑥 𝑑𝑥 = 𝑞𝑠𝑜 [−𝑒 −𝑥 ] = 𝑞𝑠𝑜
0 0

∆𝑞𝑆𝐸 = 2 𝜏𝑓 /𝐵 , jadi ∆𝑞𝑆𝐸 = 0,84(Δ𝑞𝑆𝐿 + Δ𝑞𝐶𝐸 )

2.5 Stabilitas Geotextile

Binquet dan Lee (1975a dan 1975b) melakukan penelitian akan geotextile pada lapisan
pondasi. Ada 4 kegagalan dalam stabilitas dan daya dukung.

10
Geochallange Competition (Foundation on Refinforced Soft-Soils) – Institut Teknologi Bandung

 Kegagalan daya dukung dari geotextile(a). Kegagalan ini biasanya terjadi jika kedalaman
dari geotextile yang paling atas (u) lebih besar daripada 2/3 dari B. Pada kasus ini, lapisan
dari geotextile ini akan cukup besar untuk membentuk effective lower boundary dimana
zona geser akan berada. Biasanya terjadi pada footing di lapisan tanah cukup tebal yang
berada di atas tanah kaku yang confined.
 Pullout dari geosynthetic layer(b). Tipe kegagalan ini biasanya terjadi pada reinforcemetn
yang memiliki lapisan yang sedikit (N<3).
 Breaking of Geosynthetic layer(c). Tipe kegagaln ini biasanya terjadi pada geotextile
dengan lapisa lebih dari 3. (N>3). Biasanya lapisan akan patah diujung dari pondasi menuju
ke tengah pondasi. Lapisan atas akan patah terlebih dauhlu, dan seterusnya.
 Creep Failure(d). Tipe kegagalan ini disebabkan oleh long-term settlement yang
diakibatkan oleh beban yang terus menerus.

11
Geochallange Competition (Foundation on Refinforced Soft-Soils) – Institut Teknologi Bandung

Skema 4 kegagalan tersebut adalah sebagai berikut

ASUMSI

Kami mengasumsikan bahwa kegagalan stabilitas yang terjadi hanyalah pull-out. Hal ini
dikarenakan lapisan tanah pasir yang berjumlah 25 kg hanya berkontribusi sebesar 5 centimeter
dari box yang ada. Perhitungan dengan detail akan dilakukan di spesifiksi material.

 Bearing capacity tidak mungkin terjadi karena lapisan pasir kami sangat tipis.
 Pullout dapat terjadi karena N<3. Karena geotextile diwajibkan untuk ditempatkan di
tanah pasir, yang tebalnya hanya 5 centimeter, maka geotextile yang dipakai tidak mungkin
lebih kecil daripada 3.
 Breaking of geosynthetic layer. Kegagalan ini hanya terjadi pada tanah dengan geotextile
jumlahnya diatas 3. Maka kegagalan ini tidak mungkin terjadi
 Creep failure juga tidak mungkin terjadi karena uji permodelan yang dilakukan tidak
menerima beban dengan jangka waktu panjang, melainkan dengan pembebanan sampai
failure.

12
Geochallange Competition (Foundation on Refinforced Soft-Soils) – Institut Teknologi Bandung

13
Geochallange Competition (Foundation on Refinforced Soft-Soils) – Institut Teknologi Bandung

BAB III

Analisis dan Pembahasan

3.1 Spesifikasi Material

3.1.1 Lapisan Tanah Lunak

Tanah Lempung (Disturbed)


γ 17.5599 kN/m3
γdry 12.2625 kN/m3
γsolid 25.8984 kN/m3
PL 28.2 %
LL 75.90 %
Tanah Lempung (Undisturbed)
w 76.1 %
c 7.9 kPa
φ 10

3.1.2 Lapisan Pasir

Kami tidak melakukan uji laboratorium seperti uji jatuh untuk menentukan properti dari
pasir ottawa. Kami mendapatkan properti pasir ottawa dari katalog properti pasir. Didapat void
ration maksimum, minimum, spesifik gravity dan berat jenis kering. Properti ini digunakan untuk
mencari Relative Density (Dr). Berikut langkah-langkah menemukan parameter pasir.

ASUMSI :

1. C dari pasir ottawa = nol


2. Pasir adalah bergradasi fine karena di soal disebutkan pasir halus.

PROSES :

1. Mencari properti dari pasir ottawa.


2. Mencari void ratio dari properti pasir tersebut – dengan menggunakan persamaan
gamma dry
3. Mencari relative density dengan hubungan void ratio

14
Geochallange Competition (Foundation on Refinforced Soft-Soils) – Institut Teknologi Bandung

4. Menentukan phi dengan relative density


5. Didapat phi dari pasir

e max 0.78
e min 0.48
Gs 2.65
γd 1570

𝐺𝑠 𝛾𝑤
𝛾𝑑𝑟𝑦 =
1+𝑒

3
2,64 × 9,81 𝑘𝑁/𝑚3
2
1570𝑘𝑔/𝑚 × 9,81𝑚/𝑠 =
1+𝑒

𝒆 = 𝟎, 𝟔𝟖𝟏𝟓

𝑒𝑚𝑎𝑥 − 𝑒 0,78 − 0,6815


𝐷𝑟 = = = 𝟑𝟐, 𝟖𝟐%
𝑒𝑚𝑎𝑥 − 𝑒𝑚𝑖𝑛 0,78 − 0,48

Dr pasir Ottawa sebesar 32,82%, dan pasir tergolong loose sand(Dr 15%-35%)

Rentang φ( °) berada pada 28-30.

15
Geochallange Competition (Foundation on Refinforced Soft-Soils) – Institut Teknologi Bandung

Dari kedua referensi sebelum, φ pasir Ottawa diambil sebesar 30°.


Mode of Failure, Dr<35%, Punching shear( untuk pasir dan clay)

3.2 Analisis Daya Dukung Tanpa Perkuatan

Dengan asumsi tanah pasir lebih kuat daripada clay, analisis dilakukan mengikuti model
tanah lapisan atas lebih kuat daripada tanah lapisan bawahnya. Untuk stronger sanD dan weak soft
saturated clay(φ=0)

𝐵 𝐵 2𝐷𝑓 𝐾𝑠 tan 𝜙 ′1
𝑞𝑢 = (1 + 0,2 ) 5,14 𝑐2 + 𝛾1 𝐻 2 (1 + ) (1 + ) + 𝛾1 𝐷𝑓
𝐿 𝐿 𝐻 𝐵
1
≤ 𝛾1 𝐷𝑓 𝑁𝛾(1) 𝐹𝑞𝑠(1) + 𝛾1 𝐵𝑁𝛾(1) 𝐹𝛾𝑠(1)
2

𝐵 2
𝐵 2𝐷𝑓 𝐾𝑠 tan 𝜙 ′1
𝑞𝑏 = (1 + 0,2 ) 5,14 𝑐2 + 𝛾1 𝐻 (1 + ) (1 + ) + 𝛾1 𝐷𝑓
𝐿 𝐿 𝐻 𝐵

Ks determined from Meyehof and Hanna’s punching shear coefficient.

φ1=30°

𝑞2 𝑐2 𝑁𝑐(2) 5,14 𝑐2 5,14×0,079 𝑘𝑔/𝑐𝑚2


=1 = 0,5 𝛾 = 0,5×1,57×10−3 𝑘𝑔/𝑐𝑚3 ×7,5 𝑐𝑚×22,40 = 3,08 > 1
𝑞1 𝛾 𝐵𝑁𝛾(1) 1 𝐵 𝑁𝛾(1)
2 1

Perhitungan q2/q1 memberikan nilai yang lebih besar dari 1 menggambarkan kondisi tanah
lempung lebih kuat daripada pasir, maka analisis beralih ke perkiraan tanah lapisan atas lebih

16
Geochallange Competition (Foundation on Refinforced Soft-Soils) – Institut Teknologi Bandung

lemah daripada tanah lapisan bawahnya. Dengan permodelan failure dari Meyerhof dan Hanna
1978 di bawah ini. (Seperti teori pada poin 2.3).

𝐻 2
𝑞𝑢 = 𝑞𝑡 + (𝑞𝑏 − 𝑞𝑡 ) ( ) ≥ 𝑞𝑡
𝐷
1
𝑞1 = 𝑐1 𝑁𝑐1 𝐹𝑐𝑠1 + 𝛾1 𝐷𝑓 𝑁𝑞1 𝐹𝑞𝑠1 + 𝛾1 𝐵𝑁𝛾1 𝐹𝛾𝑠1
2
1
𝑞2 = 𝑐2 𝑁𝑐2 𝐹𝑐𝑠2 + 𝛾2 𝐷𝑓 𝑁𝑞2 𝐹𝑞𝑠2 + 𝛾2 𝐵𝑁𝛾2 𝐹𝛾𝑠2
2

Dengan kontribusi dari q=γ. Df=0, maka


1
𝑞𝑡 = 𝑐(𝑡) 𝑁𝑐(𝑡) 𝐹𝑐𝑠(𝑡) + 𝛾(𝑡) 𝐵𝑁𝛾(𝑡) 𝐹𝛾𝑠(𝑡)
2
Untuk lapisan atas(top), c=0, dan φ=30(Nγ=22,4) maka
1
𝑞𝑡 = 𝛾(𝑡) 𝐵𝑁𝛾(𝑡) 𝐹𝛾𝑠(𝑡)
2
1 𝑘𝑔 𝐵
𝑞𝑡 = × 1570 ⁄𝑚3 × 9,81 𝑚⁄𝑠 2 × 0,075𝑚 × 22,4 × (1 − 0,4 ( ))
2 𝐿
1 𝑘𝑔
𝑞𝑡 = × 1570 ⁄𝑚3 × 9,81 𝑚⁄𝑠 2 × 0,075𝑚 × 22,4 × (1 − 0,4(1))
2
𝑞𝑡 = 7,7624568𝑘𝑃𝑎
Sedang untuk lapisan bawah, φ=0(Nγ=0), maka:
𝑞𝑏 = 𝑐(𝑏) 𝑁𝑐(𝑏) 𝐹𝑐𝑠(𝑏)

𝑘𝑔⁄ 𝐵 𝑁𝑞
𝑞𝑏 = 790 𝑚 2 × 5,14 × (1 + ( ) )
𝐿 𝑁𝑐
𝑘𝑔⁄ 2
1
𝑞𝑏 = 790 2 × 9,81 𝑚/𝑠 × 5,14 × (1 + (1) )
𝑚 5,14
𝑞𝑏 = 47,584386𝑘𝑃𝑎
Kemudian daya dukung tanah dihitung
𝐻 2
𝑞𝑢 = 𝑞𝑡 + (𝑞𝑏 − 𝑞𝑡 ) ( ) ≥ 𝑞𝑡
𝐷
D≈B, untuk loose sand dan clay, maka H/D=5cm/7,5cm
2 2
𝑞𝑢 = 7,7624568 + (47,584386 − 7,7624568) ( ) ≥ 7,7624568
3

17
Geochallange Competition (Foundation on Refinforced Soft-Soils) – Institut Teknologi Bandung

2 2
𝑞𝑢 = 7,7624568 + (47,584386 − 7,7624568) ( ) ≥ 7,7624568
3
𝒒𝒖 = 𝟐𝟓, 𝟒𝟔𝟏𝟎𝟗𝟐 𝒌𝑷𝒂

3.3 Analisis Daya Dukung Dengan Perkuatan

Sebab perhitungan desain memerlukan data tentang LDR terutama geotextile woven (unwoven
memiliki LDR=1), maka nilai LDR dibahas di bawah ini

Tentang LDR(Linear Density Ratio) dari geotextile woven(UW-250)

Dari hasil penelusuran hingga ke website distributor PT. Teknindo Geosistem Unggul Surabaya,
data w(lebar dari untai) dan n(jumlah untai per satuan panjang) dari geotextile tidak tersedia, maka
LDR diperhitungkan memalui improvisasi asumsi berikut:

LDR memberikan konsep perbandingan bagian bahan geotextile(rongga tidak termasuk) dengan
panjang geotextile dalam bentuk persentase(%)

𝑘𝑔⁄
𝜌𝑝𝑜𝑙𝑦𝑝𝑟𝑜𝑝𝑦𝑙𝑒𝑛𝑒 = 900
𝑚3
𝑔
𝜌𝑈𝑊250 = 250 ⁄ 2
𝑚
Linear Density Ratio(LDR), meninjau dari sisi panjang(1 dimensi) dari 1 sisi geotextile

Dengan tebal seuntai polypropylene geotextile= 0,7/2=0,35mm, maka LDR diperoleh

𝜌𝑈𝑊250 250 𝑔/𝑚2


𝐿𝐷𝑅 = 𝑤 × 𝑛 = = = 79,36%
𝜌𝑝𝑜𝑙𝑦𝑝𝑟𝑜𝑝𝑦𝑙𝑒𝑛𝑒 × 𝑡 900 𝑘𝑔⁄ × 0,35 𝑚𝑚
𝑚 3

Dengan memperhitungkan kekonservatifan, LDR direduksi menjadi 70%(melihat spesifikasi dari


distributor yang tidak lengkap, dan data mengenai lebar/w dan jumlah untai per satuan panjang/n tidak
dapat diperoleh dari referensi lain).

18
Geochallange Competition (Foundation on Refinforced Soft-Soils) – Institut Teknologi Bandung

19

Anda mungkin juga menyukai