Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH MEKANIKA TANAH 1

SOIL PROPERTIES ANALYSIS METHOD

Dosen Pengampu:
Prof. Dr. Ir. As’ad Munawir, M.T.

Anggota Kelompok Penyusun:


- Rahmadian Sya’bana (215060101111002)
- Paulus Alexander (215060100111026)
- Rifki Adji Firmansah (215060101111020)
- Andrew Laurence (215060100111016)
- Muhammad Faisal Ali (215060107111028)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI


UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS TEKNIK
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL

FEBRUARI 2023
DAFTAR ISI

BAB I 3
PENDAHULUAN 3
1.1 Latar Belakang 3
1.2 Rumusan Masalah 3
1.3 Tujuan 3
BAB II 4
KAJIAN TEORI 4
2.1 Specific Gravity 5
2.2 Grain Size Distribution Analysis 6
2.2.1 Analisis Ayakan 7
2.2.2 Pengujian Hidrometer 8
2.3 Plasticity Index 9
2.2.1 Liquid Limit 10
2.2.2 Plastic Limit 11
BAB III 12
PENGOLAHAN DATA 12
3.1 Sieve Analysis 12
3.2 Hydrometer Analysis 13
3.3 Atterberg Analysis 16
BAB IV 18
PEMBAHASAN 18
4.1 Grain Size Analysis 18
4.2 Atterberg Analysis 20
BAB 5 21
KESIMPULAN 21

2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam pekerjaan bidang teknik sipil, tanah memiliki peranan penting baik dalam
hal penggunaannya sebagai bahan konstruksi maupun sebagai media perletakan struktur
bangunan. Tanah didefinisikan sebagai material yang terdiri dari agregat (butiran)
mineral-mineral padat yang tidak tersementasi (terikat secara kimia) satu sama lain dari
bahan-bahan organik yang telah melapuk (yang berpartikel padat) disertai dengan zat cair
dan gas yang mengisi ruang-ruang kosong di antara partikel-partikel padat tersebut
(void).
Sesuai dengan proses terbentuknya, tanah tersusun dari berbagai mineral serta
memiliki sifat dan karakteristik yang berbeda-beda. Tanah yang digunakan dalam
pekerjaan konstruksi mempunyai sifat fisis dan sifat mekanis yang berbeda-beda. Maka
dari itu perlu adanya pemeriksaan tanah yang bertujuan untuk menyelidiki sifat-sifat fisis
dan mekanis untuk mengetahui sejauh mana tanah tersebut dapat digunakan dalam
pekerjaan di bidang teknik sipil. Agar suatu bangunan dapat berfungsi sesuai rencana,
maka seorang insinyur pekerjaan konstruksi harus bisa membuat perkiraan dan kalkulasi
yang tepat tentang kondisi tanah di lapangan.
Melalui makalah ini, penulis dan pembaca diharapkan dapat mengetahui
bagaimana seorang insinyur dapat mengetahui dan melakukan kalkulasi terkait dengan
pengidentifikasian sifat fisis dan mekanis dari suatu bidang tanah yang dikerjakannya
melalui analisis grain size distribution, plasticity index, dan specific gravity dari tanah.
Dengan begitu, pekerjaan konstruksi yang dikerjakan dapat terselesaikan sesuai dengan
perencanaan model bangunan yang telah didesain dan memiliki masa layan yang relatif
lama.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam pembahasan ini sebagai berikut,
1. Bagaimana prosedur analisis yang harus dilakukan untuk mengetahui Grain Size
Distribution dari suatu sampel tanah?
2. Bagaimana prosedur analisis yang harus dilakukan untuk mengetahui Plasticity Index
dari suatu sampel tanah?
3. Bagaimana prosedur analisis yang harus dilakukan untuk mengetahui Specific Gravity
dari suatu sampel tanah?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari pembahasan ini sebagai berikut,
1. Dapat mengetahui prosedur analisis Grain Size Distribution dari suatu sampel tanah.
2. Dapat mengetahui prosedur analisis Plasticity Index dari suatu sampel tanah.
3. Dapat mengetahui prosedur analisis Specific Gravity dari suatu sampel tanah.

3
BAB II
KAJIAN TEORI

Mekanika tanah merupakan salah satu cabang keilmuan di bidang Rekayasa Geoteknik
yang mengulas tentang karakter tanah dalam merespon gangguan mekanis baik internal maupun
eksternal. Gangguan mekanis yang dimaksud dalam hal ini adalah suatu aksi mekanis yang
mampu menimbulkan pengaruh terhadap karakteristik reaksi dari tanah ketika tanah tersebut
dikenai oleh aksi yang ada. Aksi mekanis ini dapat timbul melalui beberapa hal misalnya dari
beban statis eksternal, beban dinamis eksternal, gaya gravitasi, aliran air tanah, dan rambatan
suhu lingkungan. Respon tanah dalam meneruskan aksi-aksi tersebut menjadi reaksi dibedakan
berdasar karakteristik fisiknya dan untuk jenis tanah yang memiliki kandungan air tinggi
ditentukan oleh tingkat kandungan airnya.
Berdasarkan ukuran partikelnya, tanah dapat dikelompokkan menjadi beberapa macam,
yaitu Lumpur, Lanau, Pasir, Kerikil, Batu, dan Batu Besar. Namun secara umum, tanah dapat
dibagi menjadi dua macam, yaitu fine grained (butiran halus) dan coarse grained (butiran kasar).
Berdasarkan aturan yang diterbitkan oleh ASTM (American Standard Testing and Materials),
fine grained soil memiliki ukuran partikel di bawah 0,075 mm dan untuk coarse grained soil
memiliki ukuran partikel di atas 0,075 mm. Dalam pengujiannya, tanah halus dianalisis dengan
meninjau nilai plasticity index sedangkan tanah kasar ditinjau dari distribusi ukuran butir pada
keseluruhan sampel yang diuji. Oleh karena itu, metode yang akan digunakan akan berbeda.
Sieve analysis dilakukan untuk pengujian tanah kasar, sedangkan tanah halus akan diuji
dengan metode hydrometer analysis. Apabila klasifikasi lanjutan dirasa perlu, tanah halus
sebagaimana yang telah disebutkan pada kalimat sebelumnya harus dilakukan sebuah pengujian
yang bernama Atterberg Limits. Karena untuk mengklasifikasikan tanah halus tidak bisa lagi
dilakukan dengan cara meninjau ukuran partikelnya, namun analisis dapat dilakukan dengan
meninjau kandungan air di dalam sampel tanah.
2.1 Specific Gravity
Specific gravity, dapat dinyatakan sebagai perbandingan antara berat isi butir tanah
dengan berat isi air. Nilai daripada berat isi butir tanah adalah perbandingan antara berat butir
tanah dengan volumenya. Sedangkan berat isi air adalah perbandingan antara berat air dengan
volume airnya, biasanya mendekati nilai 1 g/cm3 . Jika terdapat keadaan dimana volume butiran
tanah sama dengan volume air, maka dengan demikian berat jenis tanah dapat diambil sebagai
perbandingan, diukur pada suhu tertentu, antara berat butir tanah dengan berat air suling.
Specific Gravity (Gs) dapat dihitung dengan rumus berikut :

𝐷𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑦 𝑂𝑓 𝑀𝑎𝑡𝑒𝑟𝑖𝑎𝑙𝑠 ρ 𝑈𝑛𝑖𝑡 𝑊𝑒𝑖𝑔ℎ𝑡 𝑜𝑓 𝑀𝑎𝑡𝑒𝑟𝑖𝑎𝑙 γ


Gs = 𝐷𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑦 𝑂𝑓 𝑊𝑎𝑡𝑒𝑟
= ρ𝑤
atau Gs = 𝑈𝑛𝑖𝑡 𝑊𝑒𝑖𝑔ℎ𝑡 𝑜𝑓 𝑊𝑎𝑡𝑒𝑟
= γ𝑤

4
Specific Gravity juga dapat diuji dan dibuktikan lewat percobaan di laboratorium. Untuk
mengetahui nilai Gs suatu tanah bisa dilakukan pengujian menggunakan alat piknometer/labu
ukur yang diisi air suling lalu dididihkan. Untuk mendapatkan nilai Gs dari percobaan
menggunalan picknometer dapat digunakan rumus perhitungan sebagai berikut:

𝑊𝑆
Gs = 𝑊2+𝑊𝑆−𝑊1

Dengan keterangan:
Gs = Specific Gravity
Ws = Berat tanah kering (Gram)
W1 = Beral Labu + air + tanah (Gram)
W2 = Berat Labu + air (Gram)

Tabel 2.1 menunjukkan harga-harga berat spesifik beberapa mineral yang umum terdapat
pada tanah. Sebagian besar dari mineral-mineral tersebut mempunyai berat spesifik berkisar
antara 2,6 sampai dengan 2,9. Berat spesifik dari bagian padat tanah pasir yang berwarna terang,
umumnya sebagian besar terdiri dari quartz, dapat diperkirakan sebesar 2,65, untuk tanah
berlempung atau berlanau, harga tersebut berkisar antara 2,6 sampai 2,9.

Tabel 2.1 Specific Gravity Mineral-Mineral Penting

5
2.2 Grain Size Distribution Analysis
Grain size distribution analysis adalah suatu metode analisis yang berguna dalam
penentuan variasi ukuran partikel-partikel tanah untuk kemudian dapat diklasifikasikan
berdasarkan sifat fisis dan mekanisnya. Variasi tersebut dinyatakan dalam persentase dari
berat kering total. Ada dua cara yang umum digunakan untuk mendapatkan distribusi
ukuran-ukuran partikel tanah, yaitu:
(1) Analisis ayakan untuk ukuran partikel-partikel berdiameter lebih besar dari 0,075
mm; dan
(2) Analisis hidrometer untuk ukuran partikel-partikel berdiameter lebih kecil dari 0,075
mm;
Prinsip dasar dari analisis ayakan dan hidrometer akan diterangkan secara singkat
pada uraian- uraian berikut.

2.2.1 Analisis Ayakan


Analisis ayakan atau Sieve Analysis adalah metode analisis ukuran butir tanah
dengan cara mengayak dan menggetarkan contoh tanah melalui satu set ayakan di mana
lubang-lubang ayakan tersebut makin kecil secara berurutan. Untuk standar ayakan di
Amerika Serikat, nomor ayakan dan ukuran lubang diberikan dalam tabel 2.2 dibawah
ini

Tabel 2.2 Ukuran Ayakan-Ayakan Standard


Di Amerika Serikat

6
Mula-mula contoh tanah dikeringkan lebih dahulu, kemudian semua
gumpalan-gumpalan dipecah menjadi partikel-partikel yang lebih kecil lalu baru diayak
dalam percobaan di laboratorium. Setelah cukup waktu untuk mengayak dengan cara
getaran, massa tanah yang tertahan pada setiap ayakan ditimbang dan hasil dari
timbangan per ayakan tersebut kemudian ditimbang dan dijumlahkan kemudian hasilnya
harus sesuai atau mendekati dengan berat tanah yang dimasukkan ke dalam saringan.

Hasil-hasil dari analisis ayakan biasanya dinyatakan dalam persentase dari berat
total. Pada tabel 2.3 diperlihatkan sebuah contoh perhitungan yang diperlukan dalam
suatu analisis ayakan.

Tabel 2.3 Analisis Ayakan (Massa Contoh Tanah Kering = 450 gram).

2.2.2 Pengujian Hidrometer


Pengujian hidrometer dilakukan dalam silinder pengendap yang terbuat dari gelas
dan memakai 50 gram contoh tanah yang kering oven (dikeringkan dalam oven) yang
berhasil lolos dari saringan no 200. Silinder pengendap tersebut mempunyai tinggi 18
inci (= 457,2 mm) dan diameter 2,5 inci (63,5 mm). Silinder tersebut diberi tanda yang
menunjukkan volume sebesar 1 000 𝑚𝑙. Selain itu, terdapat pula Campuran Calgon
(natrium hexametaphosphate) yang biasanya digunakan sebagai bahan pendispersi
(dispersing agent). Sehingga didapatkan total volume dari larutan air + calgon + tanah
yang terdispersi dibuat menjadi 1000 ml dengan menambahkan air suling.

7
Bila sebuah alat hidrometer diletakkan dalam larutan tanah tersebut pada waktu t,
yang diukur dari mula-mula terjadinya sedimentasi, m aka alat tersebut mengukur berat
spesifik dari larutan di sekitar bola kacanya sampai sedalam L dari permukaan larutan.
Harga berat spesifik dari larutan merupakan fungsi dari jumlah partikel tanah yang ada
pada tiap satuan volume larutan sepanjang kedalaman L tersebut. Juga, karena
mengendap, maka pada waktu t partikel-partikel tanah yang masih ada dalam larutan
sampai kedalaman L akan mempunyai diameter yang lebih kecil dari. Partikel-partikel
yang lebih besar dari D telah mengendap terlebih dahulu di bawah kolom L tersebut. Alat
hidrometer tersebut dirancang untuk dapat memberikan jumlah tanah (dalam gram) yang
masih tertinggal di dalam larutan. Alat hidrometer telah dikalibrasi (ditera) untuk
tanah-tanah yang mempunyai berat spesifik (Gs) 2,65. Jadi untuk tanah dengan harga Gs
yang lain perlu adanya koreksi.
Dengan mengetahui jumlah tanah di dalam larutan, L dan t, kita dapat menghitung
persentase berat dari tanah yang lebih halus dari diameter yang ditentukan. Perhatikan
bahwa L adalah kedalaman yang diukur dari permukaan air terhadap pusat berat bola
kaca dari alat hidrometer di mana kekentalan larutan diukur. Harga L akan berubah
menurut waktu; variasinya pada pembacaan hidrometer diberikan dalam Annual Book of
ASTM Standard (I 982 - lihat Test Designation D-422, Tabel 2). Analisis hidrometer
sangat efektif untuk digunakan memisahkan fraksi tanah halus sampai dengan ukuran
kira-kira 0,51ղ.
2.3 Plasticity Index
Plasticity Index merupakan interval kadar air dimana tanah masih bersifat plastis. Batas
plastis adalah kadar air minimum dimana suatu tanah masih dalam keadaan plastis. Batas plastis
ini merupakan batas terendah dari tingkat keplastisan tanah. Apabila tanah berbutir halus
mengandung mineral lempung, maka tanah tersebut dapat diremas-remas (remolded) tanpa
menimbulkan retakan. Sifat kohcsif ini disebabkan karena adanya air yang terserap (adsorbed
water) di sekeliling permukaan dari partikel lempung. Pada awal tahun 1900, seorang ilmuwan
dari Swedia bernama Atterberg mengembangkan suatu metode untuk menjelaskan sifat
konsistensi tanah berbutir halus pada kadar air yang bervariasi.

8
Bilamana kadar airnya sangat tinggi, campuran tanah dan air akan menjadi sangat lembek
seperti cairan. Oleh karena itu, atas dasar air yang dikandung tanah, tanah dapat dipisahkan ke
dalam empat keadaan dasar, yaitu : padat, semi padat, plastis, dan cair, seperti yang tergambar
pada gambar berikut

Kadar air, dinyatakan dalam pcrsen, di mana tcrjadi transisi dari keadaan padat ke
keadaan semi-padat didefinisikan sebagai batas susut (shrinkage limit). Kadar air di mana
transisi dari keadaan semi-padat ke keadaan plastis terjadi dinamakan batas plastis (plastic limit),
dan dari keadaan plastis ke keadaan cair dinamakan batas cair (liquid limit). Batas batas ini
dikenal juga sebagai batas-batas Atterberg (Atterberg limits).

2.2.1 Liquid Limit


Batas cair (LL), didefinisikan sebagai kadar air tanah pada batas antara keadaan cair
dan keadaan plastis, yaitu batas atas dari daerah plastis. Batas cair biasanya ditentukan
dari uji Casagrande. Kemudian, hubungan kadar air dan jumlah pukulan yang dipadatkan
dari hasil pengujian menggunakan alat Casagrande digambarkan dalam grafik semi
logaritmik untuk menentukan kadar air pada 25 kali pukulan. Casagrande (1932) telah
menyimpulkan bahwa tiap-tiap pukulan dari alat uji batas cair adalah bersesuaian dengan
tegangan geser tanah sebesar kira-kira 1 g/cm2 (0,1 kN/m2 ). Oleh karena itu, batas cair
dari tanah berbutir halus adalah kadar air di mana tegangan geser tanahnya adalah
kira-kira 25 g/cm2 (2,5 kN/m2 ). Gambar dibawah ini menunjukkan nilai batas cair tanah
lempung.

9
(Sumber: Hardiyatmo, 2012)

2.2.2 Plastic Limit


Batas plastis didefinisikan sebagai kadar air, dinyatakan dalam persen, di
mana tanah apabila digulung sampai dengan diameter 1/8 in (3,2 mm) menjadi
retak-retak. Batas plastis merupakan batas terendah dari tingkat keplastisan suatu
tanah. Cara pengujiannya adalah sangat sederhana, yaitu dengan cara menggulung
massa tanah berukuran elipsoida dengan telapak tangan di atas kaca datar.

10
BAB III
PENGOLAHAN DATA
3.1 Spesific Gravity

Specimen number 1 2

Pycnometer bottle number 1 2

Mass of empty, clean pycnometer (gr) 120 120

Mass of empty pycnometer + dry soil (gr) 131.6 133.6

Mass of pycnometer + dry soil +water (gr) 151.6 153.4

Mass of pycnometer + water (gr) 140.142 140.183

Specific Gravity (Gs) 2.341 2.949

Average Specific Gravity (Gs) 2.645

11
3.2 Sieve Analysis
Date Tested :-
Tested by :-
Project Name : Gedung RS Lavalette
Sample Number / No. Site : B2
Visual Classification of Soil :-
Depth : 4,5 m - 5 m.
Standard : ASTM D-136
Source of Data : Laboratorium Mekanika Tanah dan Geologi Fakultas
Teknik Universitas Brawijaya

Weight of Container :- gram


Wt. Container + Dry Soil :- gram
Wt. of Dry Sample : 100 gram
Data :

A. Perhitungan Cumulative Percentage:

𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑇𝑎𝑛𝑎ℎ 𝑇𝑒𝑟𝑡𝑎ℎ𝑎𝑛


𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙
× 100% = Cumulative Percent Retained Soil pada Ayakan ke-n

100 − (% 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑎ℎ𝑎𝑛) = Cumulative Percent Passed Soil pada Ayakan ke-n

B.Perhitungan Coefficient of Uniformity:


𝐷60
𝐶𝑢 = 𝐷10

12
C.Perhitungan Coefficient of Curvature:
2
(𝐷30)
𝐶𝑐 = 𝐷10×𝐷60

D. Passed Soil Percentage Distribution Curve based of Sieve Analysis Data:

13
3.3 Hydrometer Analysis
Test Date =-
Tested By =-
Hydrometer Number = 151 H
3
Unit weight of Soil = 2,85 g/𝑐𝑚
Specific Gravity of Solid = 2,80
Dispersing Agent =-
Weight of Soil Sample = 83,78 grams

Zero Correction =-
Meniscus Correction = stated in the tabl
Temperature Correction = -4,85 + 0,25T = -4,85 + 0,25(26) = 1,65
Data =

14
Unified classification of soil:
Passed Soil Percentage Distribution Curve based of Hydrometer Analysis Data:

Grafik Grain Size Distribution hasil dari sieve analysis dan hydrometer analysis (Grafik
Gabungan)

15
3.4 Atterberg Analysis
A. Liquid Limit Determination

Sample no. 1 2 3

Moisture can and lid number

Mass of empty, clean can +lid (gr) 4 5.3 5.4

Mass of can, lid, and moist soil (gr) 14.5 15.5 15.1

Mass of can, lid, and dry soil (gr) 10.9 12 11.8

Mass of soil solids (gr) 6.9 6.7 6.4

Mass of pore water (gr) 3.6 3.5 3.3

Water content (%) 52.2 52.2 51.6

No. of drops (N) 20 25 29

Liquid Limit = 51.971%

16
B. Plastic Limit Determination

Sample no 1 2 3

Moisture can and lid number

Mass of empty, clean can +lid (gr) 4.2 5.7 6.2

Mass of can, lid and moist soil (gr) 5.8 7.7 7.8

Mass of can,lid and dry soil (gr) 5.3 7.1 7.3

Mass of soil solids (gr) 1.1 1.4 1.1

Mass of pore water (gr) 0.5 0.6 0.5

Water content (%) 45.45 42.86 45.45

Average Water Content (%) 44.59


Plasticity Index = 7.382%

17
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Spesific Gravity

Specimen number 1 2

Pycnometer bottle number 1 2

Mass of empty, clean pycnometer (gr) 120 120

Mass of empty pycnometer + dry soil (gr) 131.6 133.6

Mass of pycnometer + dry soil +water (gr) 151.6 153.4

Mass of pycnometer + water (gr) 140.142 140.183

Specific Gravity (Gs) 2.341 2.949

Average Specific Gravity (Gs) 2.645

Untuk mendapatkan nilai Gs dari percobaan menggunalan picknometer dapat


digunakan rumus perhitungan sebagai berikut:

𝑊𝑆
Gs = 𝑊2+𝑊𝑆−𝑊1

Dengan keterangan:
Gs = Specific Gravity
Ws = Berat tanah kering (Gram)
W1 = Beral Labu + air + tanah (Gram)
W2 = Berat Labu + air (Gram)

Contoh Perhitungan

𝑊𝑆
Gs = 𝑊2+𝑊𝑆−𝑊1

20
Gs = 140,142+20−151.6
= 2.645

18
4.1 Grain Size Analysis

● Sieve Analysis

A. Perhitungan Cumulative Percentage:


Cumulative Percent Retained Soil pada Ayakan ke-n

𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑇𝑎𝑛𝑎ℎ 𝑇𝑒𝑟𝑡𝑎ℎ𝑎𝑛


𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙
× 100%

Contoh Perhitungan
● Presentase jumlah berat tanah yang tertahan pada saringan nomor 140

(0.04+0.29+3.71+1.79+7.02)
100
× 100% = 12. 85 %

Cumulative Percent Passed Soil pada Ayakan ke-n

% Lolos = 100 − (% 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑎ℎ𝑎𝑛)

Contoh Perhitungan
● Presentase jumlah berat tanah yang lolos pada saringan nomor 140
% Lolos = 100 − (12. 85)
= 87.15%

● Hydrometer Analysis

19
Perhitungan untuk menentukan K

Apabila suhu yang diketahui 26℃ dan Specific gravity diketahui 2,645, Maka
kita Interpolasikan antara nilai K 2,6 dan 2,65 agar kita dapat mengetahui nilai K
pada Specific gravity 2,645

Contoh Perhitungan:
(2,645−2,6)
K= 0,01291+ (2,65−2,6)
(0, 01272 − 0, 01291)= 0.0127

20
Perhitungan Untuk Menentukan L

Contoh pada data saat t = 0 diketahui Ra (Actual Hydrometer Reading) sebesar


1,026. Maka sesuai tabel, nilai L adalah sebesar 12 cm.

Perhitungan Untuk Menentukan D

Contoh Perhitungan

Digunakan data dari baris ke dua


𝐿
D =K 𝑡
9.7
D = 0,0127 0.5
= 0.0561

21
Perhitungan Ct

Karena suhu yang diketahui merupakan 26℃, maka 𝐶 yang 𝑡 digunakan


adalah 1,65

Perhitungan Untuk Menentukan a

Apabila Specific Gravity yang diketahui 2,645, maka kita Interpolasikan antara
nilai a pada 2,6 dan 2,65 agar kita dapat mengetahui nilai a pada Specific gravity
2,645

Contoh Perhitungan:

(2.65−2.645)
a=1+ (2.65−2,6)
(1,01 - 1) = 1.001

22
Perhitungan Untuk Menentukan Rc

Contoh Perhitungan:
1.025 - 0 + 1.65 × 0.001 = 1.0267

Perhitungan Untuk Menentukan % Finer

Contoh Perhitungan:

100000 2.645
50
× 2.645−1
× (1. 0267 − 1) = 85.70122

● D10
D10 artinya adalah diamater bersesuaian dengan 10% lolos ayakan. Dari
grafik perhitungan kami, tidak kami dapatkan nilai D10.

● D30
D30 artinya adalah diamater bersesuaian dengan 10% lolos ayakan. Dari
grafik perhitungan kami, tidak kami dapatkan nilai D30.

● D60
D60 artinya adalah diameter bersesuaian dengan 60% lolos ayakan. Dari
data perhitungan kami yang didapatkan menggunakan cara interpolasi, dapat
diketahui bahwa diameter yang bersesuaian dengan 60% lolos ayakan adalah
senilai 0.010315 mm

● Cu
Koefisien keseragaman (Cu) didefinisikan sebagai rasio D60 terhadap
D10. Nilai Cu lebih besar dari 4 sampai 6 mengklasifikasikan tanah sebagai
bergradasi baik. Ketika Cu kurang dari 4, maka diklasifikasikan sebagai tanah
bergradasi buruk atau bergradasi seragam. Dari hasil perhitungan kami, karena
tidak ada nilai D10, maka tidak kami dapatkan nilai Cu.

23
● Cc
Coefficient of Curvature (Cc) ini adalah parameter yang diperkirakan
menggunakan kurva gradasi melalui analisis saringan. Parameter ini digunakan
untuk mengklasifikasikan tanah sebagai bergradasi baik atau bergradasi buruk.
Bila nilai CC antara 1 dan 3, maka pasir atau kerikil dikatakan bergradasi baik.
Dari hasil perhitungan kami, karena tidak ada nilai D10 dan D30, maka tidak kami
dapatkan nilai Cc

4.2 Atterberg Analysis


● Liquid limit

Sample no. 1 2 3

Moisture can and lid number

Mass of empty, clean can +lid (gr) 4 5.3 5.4

Mass of can, lid, and moist soil (gr) 14.5 15.5 15.1

Mass of can, lid, and dry soil (gr) 10.9 12 11.8

Mass of soil solids (gr) 6.9 6.7 6.4

Mass of pore water (gr) 3.6 3.5 3.3

Water content (%) 52.2 52.2 51.6

No. of drops (N) 20 25 29

24
Menghitung Berat Air
Contoh Perhitungan:

Berat air = (Berat cawan + tanah basah) - (Berat cawan + tanah kering)
= 14.5 - 10.9
= 3.6 gram

Menghitung Berat Tanah Kering

Contoh Perhitungan:

Berat Tanah Kering = (Berat Cawan + Tanah Kering) - Berat Cawan


= 10,9 - 4
= 6.9 gram

Menghitung Kadar Air


Contoh Perhitungan

𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐴𝑖𝑟
Kadar air = 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑇𝑎𝑛𝑎ℎ 𝐾𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔
× 100%

3.6
= 6.9
× 100%
= 52.2 %

Menghitung Liquid Limit


Contoh Perhitungan;
Diketahui nilai persamaan
y = -1.492ln(x) + 56.756

Kemudian dari persamaan garis regresi tersebut kita masukan N = 25 untuk


mencari tau nilai dari liquid limit
y = -1.492ln(x) + 56.756
y = 51.9534%

25
● Plastic Limit

Sample no 1 2 3

Moisture can and lid number

Mass of empty, clean can +lid (gr) 4.2 5.7 6.2

Mass of can, lid and moist soil (gr) 5.8 7.7 7.8

Mass of can,lid and dry soil (gr) 5.3 7.1 7.3

Mass of soil solids (gr) 1.1 1.4 1.1

Mass of pore water (gr) 0.5 0.6 0.5

Water content (%) 45.45 42.86 45.45

Average Water Content (%) 44.59

Menghitung Berat Air


Contoh Perhitungan:

Berat air = (Berat cawan + tanah basah) - (Berat cawan + tanah kering)
= 5.8 - 5.3
= 0.5 gram

Menghitung Berat Tanah Kering

Contoh Perhitungan:

Berat Tanah Kering = (Berat Cawan + Tanah Kering) - Berat Cawan


= 5.3 - 4.2
= 1.1 gram

Menghitung Kadar Air


Contoh Perhitungan

𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐴𝑖𝑟
Kadar air = 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑇𝑎𝑛𝑎ℎ 𝐾𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔
× 100%

26
0.5
= 1.1
× 100% = 45.45 %
● Plasticity Index
Plasticity Index merupakan interval kadar air dimana tanah masih bersifat
plastis. Plasticity Index didapatkan dengan mengurangi liquid limit dengan plastic
limit.
PI = LL-PL
PI = 51.971 - 44.589
PI = 7.382

27
BAB 5
KESIMPULAN

Tanah adalah suatu elemen dari bumi yang memiliki tingkat keberagaman yang sangat
bervariasi. Setiap tempat di bumi pastinya memiliki jenis tanah atau karakteristik tanah yang
berbeda-beda. Tanah dibagi menjadi beberapa macam. Berdasarkan aturan yang diterbitkan oleh
ASTM (American Standard Testing and Materials), tanah dibagi menjadi dua jenis, yaitu fine
grained soil dan coarse grained soil. Fine grained soil memiliki ukuran partikel di bawah 0,075
mm dan untuk coarse grained soil memiliki ukuran partikel di atas 0,075 mm. Masing-masing
jenis tanah tersebut memiliki metodenya tersendiri untuk dapat mengetahui sifat fisis ataupun
mekanis dari tanah yang diuji tersebut.

Cara untuk mengetahui klasifikasi tanah berdasarkan ukuran partikelnya dapat dilakukan
dengan metode Sieve Analysis dan Hydrometer Analysis. Metode Sieve Analysis adalah metode
analisis ukuran butir tanah ukuran diatas 0.075 mm dengan cara mengayak dan menggetarkan
contoh tanah melalui satu set ayakan di mana lubang-lubang ayakan tersebut makin kecil secara
berurutan, sedangkan metode Hydrometer Analysis adalah metode analisis ukuran butir tanah
ukuran lebih kecil dari 0.075 mm untuk menghitung distribusi ukuran butir tanah berdasarkan
sedimentasi tanah dalam air, kadang disebut juga uji sedimentasi. Analisis hidrometer ini
bertujuan untuk mengetahui pembagian ukuran butir tanah yang berbutir halus. Lalu, untuk jenis
tanah yang memiliki ukuran lebih kecil lagi adalah dengan menggunakan atterburg analysis
yang memperhitungkan batas plastis, batas cair, dan indeks plastisitas dari suatu tanah.

Dari ketiga metode tersebut, dapat diketahui bahwasanya untuk seorang insinyur teknik
sipil dapat mengetahui karakter atau sifat-sifat dari tanah ada tiga jenis, yaitu metode Sieve
Analysis, Hydrometer Analysis, dan Atterberg Analysis. Ketiga metode ini juga tentunya
memiliki pertimbangan-pertimbangan khusus untuk mengetahui metode mana yang harus
digunakan dalam menganalisis karakter atau sifat-sifat dari tanah yang akan diuji.

28

Anda mungkin juga menyukai